• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENTOMOPATOGEN TERHADAP LARVA PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ENTOMOPATOGEN TERHADAP LARVA PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAMA PENYIMPANAN DAN KEEFEKTIFAN BIOINSEKTISIDA DARI JAMUR

ENTOMOPATOGEN TERHADAP LARVA PENGGEREK BATANG PADI

KUNING (

Scirpophaga incertulas

)

Rosdah Thalib1,2*), Ellya Husnul Salamah4, Khodijah3, Dewi Meidalima3,Tumarlan Thamrin5, Chandra Irsan1, Siti Herlinda1,2 1Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya

2Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya, Palembang 3Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian, Faperta, Universitas Sriwijaya, Palembang

4Alumni Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya 5Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Palembang

*)Corresponding author: Telp. +62711580663, Fax. +62711580276,

E-Mail: rosdahthalib@yahoo.com

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Penggerek batang padi merupakan hama utama yang menyerang tanaman padi sehingga perlu dikendalikan secara baik dan ramah lingkunga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan bioinsektisida yang disimpan selama 1 dan 4 bulan, dan untuk menguji pengaruh kemasan terhadap kualitas jamur entomopatogen. Bioinsektisida cair menggunakan bahan pembawa EKKU steril, dan EKKU tidak steril. Kontrol yang digunakan ada dua macam, yaitu air steril (kontrol 1) dan isolat B. bassiana dan M. anisopliae (kontrol 2). Bioinsektisida padat menggunakan bahan pembawa kompos, kompos kering, dedak, dedak dicampur dengan serbuk kayu, kompos diperkaya dengan Trichoderma virens, dan air steril sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penyimpanan bioinsektisida mempengaruhi mortalitas larva S. incertulas. Mortalitas larva S. incertulas yang diaplikasikan bioinsektisida cair umur simpanan 1 bulan mencapai 93,13% dan umur simpanan 4 bulan mencapai 86,25% terjadi pada bioinsektisida B. bassiana dengan bahan pembawa EKKU steril. Mortalitas larva S. incertulas yang diaplikasikan bioinsektisida padat umur simpanan 1 bulan mencapai 88,75% terjadi pada bioinsektisida B. bassiana dengan bahan pembawa dedak dicampur dengan serbuk kayu dan bioinsektisida padat umur simpanan 4bulan mencapai 80,63% terjadi pada bioinsektisida B. bassiana dengan bahan pembawa kompos diperkaya dengan T. virens. Pada uji kemasan kerapatan konidia tertinggi (49,17x106 konidia mL-1) dan viabilitas konidia tertinggi (34,67%) bioinsektisida padat ditemukan dalam kemasan

plastik. Dengan demikian, bioinsektisida yang paling efektif adalah bioinsektisida cair B. bassiana pada EKKU steril umur simpan 1 bulan dan kemasan bioinsektisida padat paling baik adalah plastik.

Kata Kunci:Lama penyimpanan, bioinsektisida, penggerek batang padi

I. PENDAHULUAN

Salah satu hama utama yang sering menjadi kendala dalam produksi tanaman padi ialah penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker). Penggerek batang padi kuning mampu merusak tanaman padi pada semua fase pertumbuhannya. Hama tersebut dapat menyerang pada saat d pembibitan, fase vegetatif, dan fase generatif. Serangan hama tersebut pada fase pembibitan sampai fase vegetatif, gejalanya disebut sundep. Serangan hama tersebut pada fase generatif, gejala serangannya disebut dengan beluk (Mulyaningsih et al., 2009).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu alternatif pengendalian yang lebih baik, aman terhadap lingkungan. Pengendalian hayati yang merupakan komponen utama pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah salah satu alternatif pengendalian hama yang baik dan aman bagi lingkungan. Musuh alami yang terdapat di alam dapat digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Musuh alami tersebut terdiri dari parasitoid, serangga predator, dan entomopatogen (Oka 1995).

Jamur entomopatogen yang telah diketahui sebagai agens hayati ialah Beauveria bassiana (Bals) Vuill dan

(2)

Metarrhizium anisopliae Metscht. Beberapa spesies serangga hama yang diinfeksi oleh jamur entomopatogen antara lain tergolong dalam ordo Lepidoptera (Herlinda et al. 2005a dan 2005b), Hemiptera (Herlinda et al. 2006), Coleoptera, Homoptera, dan Isoptera (Freimosser et al.2003). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan bioinsektisida yang disimpan selama 1 dan 4 bulan, dan untuk menguji pengaruh kemasan terhadap kualitas jamur entomopatogen.

II. METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. Penelitian dimulai dari bulan Februari 2012 sampai September 2012. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Split Plot. Penelitian ini menggunakan dua macam formulasi yaitu bioinsektisida cair dan bioinsektisida padat. Bioinsektisida cair dan padat yang digunakan total 20 perlakuan rancangan yang digunakan adalah split-plot yang petak utamanya umur simpan 1 dan 4 bulan dan anak petaknya 20 perlakuan tadi.

Bioinsektisida Cair Perlakuan:

Kode:

Air steril = Kontrol

EKKU steril + B. bassiana = Bb ES EKKU non steril + B. bassiana = Bb ENS EKKU steril + B. bassianadisentrifugasi = Bb ES(sent.) Isolat B. bassiana 106+ air steril = Bb Is

EKKU steril + M. anisopliae = Ma ES EKKU non steril + M. anisopliae = Ma ENS EKKU steril + M. anisopliaedisentrifugasi = Ma ES(sent.) Isolat M. anisopliae106+ air steril = Ma Is

Bioinsektisida Padat Perlakuan:

Kode:

Air steril = Kontrol

B.bassiana(GYB) + kompos kering = Bb KK

B.bassiana(GYB) + kompos = Bb K

B.bassiana(GYB) + dedak = Bb D

B. bassiana(GYB) + dedak+serbuk kayu = Bb DS

B.bassiana(GYB) + kompos trichoderma = Bb KT

M. anisopliae(GYB) + kompos kering = Ma KK

M. anisopliae(GYB) + kompos = Ma K

M. anisopliae(GYB) + dedak = Ma D

M. anisopliae(GYB) + dedak+serbuk kayu = Ma DS

M. anisopliae(GYB) + kompos trichoderma = Ma KT Pembuatan Bioinsektisida Cair

Pembuatan bioinsektisida cair menggunakan jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae dengan berbagai macam bahan pembawa. Biakkan murni jamur B. bassiana dan jamur M. anisopliae yang diperkaya dalam media GYB sebanyak 600 ml atau 3 botol selai dicampur

dengan 400 ml bahan pembawa cair, kemudian dicampur dengan 300 g sukrosa dan 10 ml minyak sayur. Semua bahan tersebut diaduk hingga sukrosa larut. Sukrosa ini berfungsi sebagai nutrisi dan minyak sayur sebagai bahan perekat bagi bioinsektisida cair tersebut. Bioinsektisida cair kemudian disimpan dalam botol simpan ukuran 1 liter (Gambar 3). Kemudian bioinsektisida disimpan selama 1 bulan dan 4 bulan untuk kemudian digunakan dalam aplikasi. Untuk pembuatan bioinsektisida cair dengan sentrifius, bioinsektisida cair yang telah disimpan diambil secukupnya untuk disentrifius. Sentrifius dilakukan dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit dengan suhu 4oC.

Supernatan dari hasil sentrifius dipisahkan dengan peletnya dan siap digunakan untuk aplikasi.

Pembuatan Bioinsektisida Padat

Pembuatan bioinsektisida berformulasi padat ini akan menggunakan jamur B. bassiana dan M. anisopliae

sebagai bahan aktifnya. Pembuatan formulasi bioinsektisida padat ini akan dibuat masing-masing 5 formulasi bioinsektisida berbeda pada bahan pembawanya. Semua bahan bembawa disterilkan terlebih dahulu dengan autoclave selama 1 jam. Pensterilan tidak dilakukan untuk bahan pembawa kompos T. virens dan untuk bahan pembawa kompos kering, kompos yang telah disterilkan dikeringkan hingga kadar air 20% atau kadar tanpa pengeringan 30%. Bioinsektisida padat masing-masing dibuat dengan media pembawa sebanyak 1 kg dicampurkan dengan 400 mL atau dalam 2 botol selai B. bassianaatau M. anisopliae yang diperkaya dalam media GYB, ditambah dengan 5 g sukrosa. Campurkan semua bahan sampai homogen, setelah homogen masukan ke dalam kemasan plastik tertutup. Semua bioinsektisida padat yang telah dibuat disimpan selama 1 bulan dan 4 bulan sebelum kemudian digunakan dalam aplikasi.

Aplikasi Bioinseksida Cair

Bioinsektisida cair disimpan selama 1 bulan dan 4 bulan. Masing-masing bioinsektisida cair yang telah disimpan dihitung kerapatan konidianya, kemudian dilakukan pengenceran sampai kerapatan konidia mencapai 1x106 konidia/mL. Bioinsektisida cair tersebut kemudian

digunkan untuk aplikasi. Aplikasi dilakukan secara tidak langsung dengan cara menyemprotkan bioinsektisida pada tanaman padi yang belum ada larva S. incertulas. Setelah 15 menit penyemprotan bioinsektisida, diinvestasikan larva S. incertulas instar I sebanyak 20 larva per ulangan.

Aplikasi Bioinseksida Padat

Bioinsektisida padat disimpan selama 1 bulan dan 4 bulan. Sebelum aplikasi, masing-masing bioinsektisida padat dilakukan pengenceran. Pengenceran bioinsektisida padat dilakukan dengan mencampurkan sebanyak 250 g bioinsektisida padat dengan 500 ml air steril. Suspensi bioinsektisida padat tersebut kemudian dihitung kerapatan konidianya dan dilakukan pengenceran kembali sampai

(3)

kerapatan konidia mencapai 1x106konidia/ml. Bioinsektisida

yang kerapatan konidianya telah mencapai 1x106konidia/ml

digunakan untuk aplikasi. Aplikasi dilakukan secara tidak langsung dengan menyemprotkan bioinsektisida pada tanaman padi. Setelah 15 menit, diinvestasikan larva S. incertulas instar I sebanyak 20 larva per ulangan. Ulangan dilakukan sebanyak 8 kali, mortalitas larva diamati setiap hari dan dilakukan pembongkaran batang setelah 10 hari aplikasi.

Uji Pengemasan Bioinsektisida

Bioinsektisida padat terbaik dari hasil penelitian penyimpanan 1 bulan yang dicirikan dengan mortalitas larva S. incertulas tertinggi selanjutnya dibuat perlakuan dengan kemasan yang berbeda. Pembuatan kemasan bioinsektisida ini akan digunakan plastik, kertas, alumunium foil, karung, kombinasi kertas dan plastik. Bioinsektisida sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam setiap kemasan, kemudian kerapatan spora dan viabilitas konidia jamurnya diamati.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mortalitas Larva Schirpopagha incertulans

Umur simpanan dan media pembawa bioinsektisida berpengaruh terhadap mortalitas larva S. incertulas. Mortalitas larva S. incertulas akibat aplikasi bioinsektisida umur simpan 1 bulan lebih tinggi dibanding dengan bioinsektisida umur simpan 4 bulan. Mortalitas larva

S. incertulas akibat bioinsektisida B. bassiana dengan bahan pembawa EKKU tidak steril, EKKU steril yang disentrifius, kompos yang diperkaya T. virens dan bioinsektisida M. anisopliaedengan bahan pembawa EKKU steril, EKKU tidak steril, EKKU steril yang disentrifius, kompos yang diperkaya

T. virensumur simpan 1 bulan tidak berbeda nyata dengan bioinsektisida umur simpan 4 bulan. Semua bioinsektisida ini sama dengan kontrol yang tidak berbeda nyata antara kontrol 1 bulan dan kontrol 4 bulan. Sedangkan bioinsktisida dengan bahan pembawa yang lain umur simpan 1 bulan berbeda nyata dengan bioinsektisida umur simpan 4 bulan (Tabel 1).

Tabel 1. Mortalitas larva Schirpopagha incertulans Walker akibat aplikasi bioinsektisida cair dan padat umur simpan 1 bulan dan 4 bulan

Bioinsektisida Waktu Simpan Rerata (%) BNT 5% =6,56 1 bulan BNT= 5,305% 4 bulan BNT=5,305% Kontrol 6,31 a 5,62 a 5,97 a Bb ES 75,83 g 68,37 f 72,10 e Bb ENS 58,47 de 55,06 de 56,77 c Bb ES(sent) 63,51 ef 60,34 ef 61,93 cd Bb Is 68,23 f 59,77 e 64,00 d Ma ES 67,28 f 64,06 ef 65,67 de Ma ENS 54,60 de 50,43 cd 52,52 bc Ma ES(sent) 57,06 de 58,84 de 57,95 cd Ma Is 68,29 f 52,72 cd 60,51 cd Bb KK 55,79 de 45,36 bc 50,58 bc Bb KT 67,26 f 64,11 ef 65,69 de Bb D 62,37 ef 51,91 cd 57,14 cd Bb DS 70,84 g 62,26 ef 66,55 de Bb K 60,87 ef 53,04 cd 56,96 cd Ma KK 54,34 d 44,28 b 49,31 b Ma KT 65,41 f 61,40 ef 63,41 d Ma D 60,30 ef 50,43 cd 55,37 bc Ma DS 67,03 f 59,73 e 63,38 d Ma K 55,28 de 48,61 bc 51,95 bc BNT5%=2,06 59,95 b 53,49 a 56,72

Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%

Mortalitas tertinggi ditemukan pada bioinsektisida

(4)

serbuk kayu. Sedangkan mortalitas terkecil ditemukan pada bioinsektisida M. anisopliaedengan bahan pembawa kompos kering umur simpana 4 bulan dan tidak berbeda nyata dengan B. bassiana dengan bahan pembawa kompos kering.

Menurut Prayogo et al. (2005), keefektifan jamur entomopatogen dalam menginfeksi inang dapat dipengaruhi oleh kerapatan konidia, frekuensi aplikasi, umur inang, dan waktu penyimpanan jamur entomopatogen. Waktu penyimpanan bioinsektisida yang efektif untuk membunuh larva S. incertulasadalah 1 bulan.

Dari penelitian sebelumnya oleh Julistiyowatie (2011) umur biakan M. anisopliae sangat mempengaruhi virulensinya pada larva S. litura, biakan cendawan berumur 1 bulan paling efektif mengendalikan S. litura. Virulensi bioinsektisida yang disimpan lenih dari 2 bulan akan menurun karena nutrisi dalam media banyak digunakan untuk memproduksi konidia sehingga cendawan kehabisan cadangan nutrisi. Pada bioinsektisida ini kerapatan konidia dan viabilitas konidia juga akan menurun.

Pada bioinsektisida B.bassiana dengan bahan pembawa EKKU steril mengalami viabilitas tertinggi karena EKKU sebagai nutrisi bagi jamur dalam keadaan steril sehingga sedikit sekali adanya kontaminasi dengan mikrobia lain. Kontaminasi mikrobia lain akan menyebabkan kompetisi dalam memanfaatkan nutrisi pada bioinsektisida sehingga akan menurunnya viabilitas pada bioinsektisida tersebut.

Viabilitas terendah pada bioinsektisida cair ditemukan pada formulasi bahan pembawa EKKU steril yang telah di sentrifius. Sentifius dilakuakn bertujuan untuk memisahkan eksotoksin dengan konidia jamur. Rendahnya viabilitas pada bioinsektisida yang telah disentrifius ini terjadi karena proses sentrifius ini dapat memecahkan konidia maka konidia akan rusak dan viabilitasnya relatif kecil.

Gejala Larva Schirpopaga incertulasSakit Akibat Serangan Jamur

Serangga uji yang diaplikasikan bioinsektisida B. bassiana dan M. anisopliase menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan kontrol. Pada kontrol yang hanya disemprot dengan air steril larva S. incertulas tetap sehat, aktifitas gerak lebih cepat, aktifitas makan lebih banyak, dan ukuran tubuh lebih besar dari larva S. incertulas yang terinfeksi. Larva S. incertulas yang terinfeksi B. bassianadan

M. anisopliase yang masih hidup mengalami penurunan aktifitas makan dan gerak, serta penghambatan pertumbuhan. Ukuran tubuh larva S. incertulas yang terinfeksi terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan larva

S. incertulas yang sehat (Gambar 1). Gejala larva S. incertulas

yang mati karena aplikasi bioinsektisida berbahan aktif B. bassiana dan M. anisopliase tubuhnya ditumbuhi hifa jamur tersebut. Larva S. incertulas yang terinfeksi B. bassiana

menjadi kering berwarna coklat, mengkerut, dan ditumbuhi hifa jamur berwarna putih bersih.

Gambar 1. Larva Scirpophaga incertulas yang sehat (a), larva hidup terinfeksi Beauveria bassiana (Balls) Vuill (b), dan larva

hidup terinfeksi Metarhizium anisopliase (Metscht.) (c)

Larva S. incertulas yang mati karena M. anisopliase

kering berwarna coklat kehitaman, mengkerut, dan ditumbuhi hifa jamur berwarna hijau. Larva S. incertulas

yang mati karena toksin kedua jamur tersebut mengering berwarna coklat (Gambar 2).

Pengaruh Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Jamur

Kualitas jamur entomopatogen umumnya diamati melalui kerapatan konidia dan viabilitasnya. Bentuk dan struktur kemasan dapat mempegaruhi kualitas jamur yang disimpan. Kerapatan konidia tertinggi baik umur simpan 1 bulan (49,17x106 konidia mL-1) maupun umur simpan 4

bulan (32,83 x106konidia mL-1) dalam plastik. Umur simpan

1 bulan, kerapatan konidia kemasan plastik tidak berbeda nyata dengan kemasan karung (48,17 x106 konidia mL-1).

Kerapatan konidia terendah umur simpan 1 bulan pada kemasan kertas (35,50x106konidia mL-1), tidak berbeda nyata

dengan alumunium foil (41,00x106konidia mL-1). Sedangkan

(5)

kerapatan konidia terendah umur 4 bulan kemasan aluminium foil (22,83 x106konidia mL-1), tidak berbeda nyata

dengan kemasan kertas (26,00 x106konidia mL-1) dan karung

(26,67 x106konidia mL-1) (Tabel 2).

Gambar 2. Larva Scirpophaga incertulas yang sehat (a), larva mati terinfeksi Beauveria bassiana (Balls) Vuill (b), larva mati terinfeksi Metarrhizium anisopliase (Metscht.) (c), dan larva mati terinfeksi

toksin jamur (d)

Viabilitas konidia umur simpan 1 bulan tertinggi pada uji pengemasan bioinsektisida ditemukan pada plastik (34,67%) pada pengamatan ke 32 jam, (31,33%) pada pengamatan ke 24 jam dan berbeda nyat dengan perlakuan lain. Viabilitas terendah ditemukan pada alumunium foil (31,00%) pada pengamatan ke 32 jam dan (28,00%) pada pengamatan ke 24 jam. Pada viabilitas kemasan umur simpan 4 bulan pada plastik (28,67%), tidak berbeda nyata dengan karung (27,67%) tetapi berbeda nyata dengan yang lain. Viabilitas terendahnya pada kertas plastik 24,33% (Tabel 3 dan 4).

Kemasan plastik menyebabkan viabilitas tertinggi pada bioinsektisida padat dengan bahan pembawa campuran dedak dan serbuk kayu, hal ini disebabkan karena konidia dalam kemasan tersebut dapat tumbuh dengan baik dengan kemungkinan kontaminasi yang lebih kecil jika

dibanding dengan kemasan yang lain. Selain itu dalam kemasan plastik kelembaban dapat terjaga dengan baik.

Tabel 2. Kerapatan konidia (1x106 konidia mL-1) Beauveria

bassiana (Bals.) Vuill. dan Metarrhizium anisopliae (Metscht.) dalam bioinsektisida bioinsektisida padat pada uji kemasan

Kemasan

Umur simpan 1

bulan Umur simpan 4 bulan Rerata 5% = BNT 5,83 Rerata BNT 5% = 4,80 Plastik 49,17 c 32,83 c Kertas 35,50 a 26,00 ab Aluminium foil 41,00 ab 22,83 a Karung 48,17 c 26,67 ab Kertas Plastik 41,67 b 29,67 bc Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%

Tabel 3. Viabilitas konidia bioinsektisida yang disimpan selama 1 bulan

Bioinsek

tisida 4Viabilitas konidia (%) pengamatan jam ke -8 12 16 20 24 Plastik 25,3 3 c 26 ,6 7 b 27,67 b 29,0 0 b 29 ,6 7 c 31,33 b Kertas 21 ,0 0 a 22 ,3 3 a 24, 00 a 25 ,0 0 a 26 ,6 7 a 28,00 a Alumun ium foil 21 ,3 3 a 23 ,3 3 a 24, 67 a 25 ,3 3 a 26 ,3 3 a 28, 00 a Karung 23,0 0 b 23 ,6 7 a 25, 00 a 26 ,3 3 a 27 ,0 0 a 28,33 a Kertas Plastik 22 ,0 0 a 23 ,3 3 a 24, 33 a 26 ,3 3 a 27,6 7 b 29, 00 a BNT(0,05) 1, 68 931, 1,30 521, 291, 1,33 Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%

(6)

Tabel 4. Viabilitas konidia bioinsektisida yang disimpan selama 4 bulan

Bioinsektisida Viabilitas konidia (%) pengamatan jam ke

-4 8 12 16 20 24 Plastik 19,67 b 21,00 b 22,33 b 24,00 c 24,00 b 25,67 b Kertas 17,33 a 18,33 a 19,00 a 21,00 a 21,67 a 22,67 a Alumunium foil 17,67 a 19,00 a 19,67 a 21,00 a 21,67 a 23,33 a Karung 19,33 b 21,00 b 21,67 b 23,00 b 23,67 b 25,00 b Kertas Plastik 18,33 a 18,67 a 20,00 a 21,00 a 22,00 a 23,00 a BNT(0,05) 1,26 1,42 1,66 0,84 1,40 1,23

Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%

IV. KESIMPULAN

Umur simpanan bioinsektisida cair dan padat berbahan aktif jamur B. bassianadan M. anisopliase antara 1 bulan dan 4 bulan berpengaruh nyata dalam mengendalikan larva S. incertulas. Bioinsektisida cair B. bassiana dengan media pembawa EKKU steril umur simpanan 1 bulan dan 4 bulan tetap efektif mengendalikan larva S. incertulas dan belum mengalami penurunan presistensi. Kemasan terbaik untuk bioinsektisida padat adalah plastik dengan kerapatan konidia 34,67 x106konidia mL-1dan viabilitas 49,17%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini merupakan bagian dari Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi, Republik Indonesia Tahun Anggaran 2012 dengan kontrak nomor: 1.55/SEK/IRS/PPK/I/2012, tanggal 16 Januari 2012.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Herlinda S, Pujiastuti Y, Pelawi J, Riyanta A, Nurnawati E, Suwandi. 2005a. Patogenisitas isolat-isolat Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. terhadap larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae) di rumah kaca. Inovasi

2(2):85-92.

[2] Herlinda S, Sari EM, Pujiastuti Y, Suwandi, Nurnawati E, Riyanta A. 2005b. Variasi virulensi strain-strain

Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. terhadap larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae). Agritrop

24(2):52-57.

[3] Julisetyowatie A. 2011. Efikasi Jamur Entomopatogen (Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana) dan Bakteri Entomopatogen (Bassillus thuringiensis) sebagai pengendali Spodoptera litura (Lepodoptera: Noctuidae). Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya. Palembang.

[4] Mulyaningsih ES, Deswina P dan Loedin HIS. 2009. Dampak Padi Transgenik Mengekspresikan Gen cryia(B) untuk Ketahanan Terhadap Penggerek Batang Di Lapangan Terbatas Terhadap Serangga Bukan Sasaran.

Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika9(2):85-91 [5] Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan

Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

[6] Prayogo Y dan Tengkano W. 2005. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Daya Kecambah, Sporulasi dan Virulensi Metarhizium anosopliae(Metch.) Sorokin Isolat Kendal Payak pada Larva Spodoptera litura Sainteks. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian. (9)4:233-242.

Gambar

Tabel  1.    Mortalitas larva Schirpopagha  incertulans  Walker  akibat  aplikasi bioinsektisida cair dan padat umur simpan 1 bulan dan 4 bulan
Gambar 1.  Larva Scirpophaga incertulas yang sehat (a), larva  hidup terinfeksi Beauveria bassiana (Balls) Vuill (b), dan larva
Gambar 2. Larva Scirpophaga incertulas yang sehat (a), larva mati  terinfeksi Beauveria bassiana (Balls) Vuill (b), larva mati terinfeksi  Metarrhizium anisopliase (Metscht.) (c), dan larva mati terinfeksi
Tabel 4. Viabilitas konidia bioinsektisida yang disimpan selama 4 bulan Bioinsektisida Viabilitas konidia (%) pengamatan jam ke

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian sintesis membran komposit polisulfon-poliamid (PSF- PA) dengan menggunakan beberapa variasi komposisi pelarut HCl yang bertujuan agar

Tidak hanya pada siswa berkebutuhan khusus namun juga pada siswa regular, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial teman sebaya

Hasil Pengambilan Sampel Komposisi Sampah di Kecamatan Pontianak Barat Sampah yang dihasilkan di Kecamatan Pontianak Barat menunjukkan bahwa persentase sampah tertinggi

Pemberian ekstrak jahe merah menurunkan kadar MDA serum setelah diberikan paparan asap rokok (K4) jika dibandingkan dengan kelompok yang diberikan jahe merah

Pemilukada secara langsung dimaksudkan untuk meminimalisasi terjadinya pembajakan otoritas dari rakyat oleh para wakil lembaga perwakilan. Kesadaran politik warga negara menjadi

Pemerintah Kabupaten Demak khususnya dinas Pariwisata melakukan pendampingan kepada kelompok sadar wisata di desa Bedono ini diperlukan untuk mengawal jalannya proses,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Peraturan Kepala Desa Purbayan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Daftar Penerima Manfaat Bantuan Langsung

Asas kajian ini berdasarkan konsep nafsu Al-Ghazali bahawa manusia mempunyai tiga tahap nafsu iaitu nafsu mutmainnah, nafsu lawammah dan nafsu ammarah yang digunakan