• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUGAAN PRODUKSI BENIH PILANG (Acacia leucophloea (Roxb.)Wild) DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) DAN SOE-KUPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDUGAAN PRODUKSI BENIH PILANG (Acacia leucophloea (Roxb.)Wild) DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) DAN SOE-KUPANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN PRODUKSI BENIH PILANG (Acacia leucophloea (Roxb.)Wild) DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) DAN SOE-KUPANG

Dida Syamsuwida *1, Sofwan Bustomi 2, Kurniawati Purwaka Putri1, Mira Yunita 2

1

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, Bogor, * email: dida_syam@yahoo.co.id

2

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, Bogor

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi pohon dan produksi benih jenis pilang (Acacia leucophloea). Parameter yang diukur adalah diameter batang, tinggi total dan lebar tajuk yang masing-masing dikelompokkan menjadi tiga kelas. Produksi benih diukur secara sampling dengan mengunduh 25%-30% dari cabang berbuah dalam satu pohon. Data dianalisis dengan metode regresi stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran diameter batang pohon pilang (A. leucophloea) di plot penelitian Soe-Kupang lebih luas daripada di plot TNBB. Populasi Soe-Kupang menghasilkan produksi benih lebih banyak (1716,36 g/pohon) daripada populasi TNBB (61,14 g/tree). Produksi benih pilang di Soe-Kupang rata-rata sebesar. Diameter batang merupakan variabel bebas yang dapat digunakan untuk menduga produksi benih pilang di plot TNBB. Sedangkan di plot Soe-Kupang dapat digunakan variabel diameter dan lebar tajuk. Di TNBB dan Soe-Kupang pertumbuhan lebar tajuk berhubungan dengan pertumbuhan diameter dan tinggi pohon. Produksi benih pilang pada kedua populasi dapat diprediksi berdasarkan variabel diameter batang dengan menggunakan satu persamaan regresi.

Kata kunci: Acacia leucophloea, dimensi pohon, korelasi, produksi buah.

I. PENDAHULUAN

Kebijakan nasional tentang keberlanjutan energi didasarkan pada tiga inti dimensi: 1) pengamanan energi, 2) keadilan sosial dan 3) mitigasi dampak lingkungan. Ketiga tujuan tersebut memerlukan aksi yang kokoh untuk mengubah sistem energi nasional menjadi sistem energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Situmeang, 2013). Dengan demikian, untuk menghadapi tantangan terhadap kebutuhan energi pada masa yang akan datang, perlu mengembangkan bioenergi daripada energi fosil. Diprediksi bahwa Indonesia akan kehabisan sumber energi fosil dalam waktu dekat disebabkan semakin terbatasnya suplai gas alam, meningkatnya harga minyak dan tidak efisiennya penggunaan energi (Hakim, 2013). Indonesia mentargetkan 25% sumber energi baru dan terbarukan untuk campuran energi nasional hingga tahun 2025 berdasarkan penghitungan tahun 2011 (Tjakrawan, 2013). Dalam mendukung kebutuhan akan energi baru dan terbarukan, penggunaan bahan bakar nabati sangat diperlukan dan beberapa jenis tanaman hutan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku yang potensial.

Salah satu jenis pohon penghasil kayu energi yaitu pilang (Acacia leucophloea (Roxb.)Wild memiliki potensi yang besar sebagai sumber bahan biomassa dengan riap 20,05 m3/ha/tahun, berat jenis 0,70 dengan produksi energi 258,3 GJ/ha/tahun dan nilai kalor 7.262 kalori/gram (Bustomi &

(2)

n

N

Ni

ni

*

Rostiwati, 2009). Dalam upaya mendukung pembangunan hutan pilang secara lestari sangat memerlukan jaminan ketersediaan benih secara berkelanjutan yang memerlukan pengetahuan dan informasi produksi benih setiap tahun yang cermat. Jenis pilang masih belum memiliki gambaran produksi buah per luasan maupun per tahun.

Dengan adanya variasi periode pembuahan, ketidak tepatan waktu dan kurang efisiennya pengunduhan benihdari satu tegakan atau satu pohon, perkiraan produksi benih sering meleset. Oleh karena itu, dalam pengukuran produksi benih perlu memperhatikan kondisi geografis, penampilan pertumbuhan pohon dan umur pohon (Schmidt 2000, Snook et al. 2005). Kuantifikasi produksi benih dapat diduga dengan mengetahui umur atau ukuran pohon. Menurut Owens and Black (1985) umur pohon berkorelasi erat dengan fase produktif tanaman dan fase produksi buah atau benih maksimum yang berbeda untuk setiap jenis. Dari hasil penelitian awal, diketahui bahwa pembungaan dan pembuahan pilang di Bali Barat berlangsung selama 5-6 bulan mulai dari bulan Mei hingga bulan September-Oktober (Syamsuwida et al. 2011). Informasi tersebut sangat mendukung kegiatan penelitian untuk pengamatan waktu panen buah, dan mempelajari hubungan dimensi dan keadaan tajuk pohon dengan produksi benih pilang.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan dapat disusun model pendugaan produksi buah yang dapat dijadikan perangkat pendugaan potensi buah suatu populasi tegakan hutan dan menentukan kondisi pembuahan yang optimum jenis pilang.

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tegakan pilang di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Soe Kupang, pada bulan Juli – Oktober 2011.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah pohon model pilang sebanyak 30 pohon tiap jenis model yang terdapat pada satu populasi tegakan pilang dari vegetasi alam campuran. Alat yang digunakan termasuk teropong binokuler, meteran, haga, alat panjat, galah berkait, seng penomoran, wadah karung, label dan timbangan.

2.3. Metode Penelitian

Pemilihan pohon model dilakukan cara purposive sampling yang mewakili kelas diameter yang terdapat di lokasi penelitian dengan jumlah pohon model pada masing-masing kelas diameter (ni) sebanding dengan (proporsional) jumlah populasi pohon pada masing-masing kelas diameternya (Alder, 1981), yaitu :

(3)

dimana, ni = Jumlah pohon model kelas diameter ke i; Ni = jumlah pohon pada sub-populasi kelas diameter ke i (i = 1, 2, 3....); n = total pohon model (30 pohon); N = frekuensi atau jumlah pohon populasi (100 pohon). Produksi buah pohon model diukur dengan mengunduh dan menimbang berat buah polong sebanyak 25% – 30% atau ¼-1/3 banyaknya cabang berbuah dalam satu pohon (Nurhasybi dan Sudrajat, 2008).

Analisis data dilakukan dengan uji korelasi regresi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diukur (diameter, tinggi total dan lebar tajuk) dengan produksi benih, dan penyusunan model persamaan regresi produksi benihyang merupakan hubungan antara produksi benih dengan variable bebas dimensi pohon yang diukur tersebut (Steel & Torrie 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sebaran Parameter Pohon Model Pilang

Hasil pengukuran, diameter pohon model pilang di plot TNBB dan Soe-Kupang berturut-turut berkisar antara 11,0 cm-43,0 cm dan antara 35,0 cm-90,0 cm. Berdasarkan kisaran tersebut pohon model tersebut dapat dikelompokkan kedalam 3 kelas diameter. Rata-rata produksi benih dan sebaran frekuensi pohon pada masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran diameter, tinggi dan lebar tajuk pohon model pilang pada plot TNBB dan Soe-Kupang Parameter TNBB Soe-Kupang Rentang sebaran N Produksi buah (g) Rentang sebaran N Produksi buah (g) Kelas diameter (cm) 11,0 - 32,0 18 234,4 35,0-62,0 13 1554,68 32,1- 52,0 7 337,5 62,1-90,0 18 1721,76  52,1 3 541,7 > 90,1 5 2057,85 Jumlah 28 - Jumlah 36 - Kelas tinggi (m) 5,0-6,0 12 275,0 8,0-9,5 11 1642,25 6,0-9,0 13 281,2 9,6 -10,5 20 1695,85 > 9,1 3 330,3 > 10,6 5 1787,33 Jumlah 28 - Jumlah 36 -

Kelas lebar tajuk (m)

4,0-5,0 2 265,1 6,0-10,0 12 1576,90

5,1-7,0 11 315,4 10,1-15,0 18 1623,42

>7,1 15 487,5 > 15,1 6 2274,11

Jumlah 28 - Jumlah 36 -

Sebaran diameter pohon pilang di TNBB lebih sempit dibandingkan dengan sebaran diameter di Soe-Kupang. Demikian juga untuk sebaran tinggi dan lebar tajuk menunjukkan nilai yang lebih sempit. Produksi benih rata-rata pada setiap kelas baik diameter, tinggi maupun lebar tajuk di plot Soe-Kupang memperlihatkan hasil yang jauh lebih banyak daripada di plot TNBB (Tabel 1).

3.2. Hubungan antara produksi benih dengan variabel dimensi pohon pilang (A.leucophloea)

Hubungan antara produksi benih dengan variabel dimensi pohon dan hubungan antar variabel dimensi pada plot TNBB disajikan dalam matrik pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2. Korelasi antara produksi benih pilang dengan variabel dimensi pohon dan antar variabel pada plot TNBB.

Produksi buah Diameter Tinggi total Lebar tajuk

Produksi buah - 0,757** 0,065 0,262

Diameter 0,757 ** - 0,130 0,330*

Tinggi total 0,065 0,130 - 0,365*

Lebar tajuk 0,262 0,330* 0,365* -

Keterangan: * nyata pada taraf α = 0,05; ** nyata pada taraf α = 0,01

Produksi benih pilang di plot TNBB menunjukkan korelasi yang sangat nyata dengan diameter batang, sedangkan dengan variabel lainnya tidak memperlihatkan korelasi. Korelasi antar variabel yang nyata ditunjukkan oleh diameter dengan lebar tajuk dan tinggi total dengan lebar tajuk (Tabel 2). Dengan demikian, diameter batang merupakan variabel bebas yang dapat digunakan untuk menduga produksi benih pilang di plot TNBB. Produksi benih pilang rata-rata memperlihatkan kecenderungan meningkat seiring dengan makin besarnya diameter batang. Kecenderungan ini dibuktikan dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisien determinan (R2) sebesar 0,80 (p<0,01).

Dari persamaan regresi yang diperlihatkan pada Gambar 1, dapat dikatakan bahwa

setiap pertambahan satu satuan (cm) diameter batang, akan meningkatkan rata-rata produksi

benih pilang secara logaritmik sebanyak 581,3 gr di plot TNBB.

Gambar 1. Regresi logaritmik antara produksi benih dengan diameter batang pilang (A. leucophloea) di plot TNBB.

Hasil rata-rata produksi buah pilang secara keseluruhan yang berasal dari plot penelitian di TNBB adalah 14,84 kg/pohon atau setara dengan 371 gr benih/pohon (persentase polong menjadi biji rata-rata 2,5%). Apabila nilai potensi produksi dikaitkan dengan potensi reproduksi (Keberhasilan Repoduksi Sebelum Perkecambahan) yang dimiliki tanaman pilang yaitu sebesar 19% (Syamsuwida et al. 2011), maka akan diperoleh benih viabel rata-rata 70,49 g/pohon. Namun demikian, pada kenyataannya benih pilang yang dikumpulkan dari atas pohon atau lantai hutan banyak terserang hama ulat antara 20% - 43% (Suita et al. 2011). Sehingga produksi benih viabel pilang per pohon dari TNBB akan jauh berkurang apabila serangan hama diperhitungkan.

Hubungan antara produksi benih dengan variabel dimensi pohon dan hubungan antar variabel dimensi pada plot Soe-Kupang disajikan dalam matrik pada Tabel 3.

y = 581.3ln(x) - 1664.5 R² = 0.8005 0 200 400 600 800 1000 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Pr o d u ksi b e n ih (g/p o h o n ) Diameter batang (cm)

(5)

Tabel 3. Korelasi antara produksi benih pilang dengan variabel dimensi pohon dan antar variabel pada plot Soe-Kupang.

Produksi buah Diameter Tinggi total Lebar tajuk

Produksi buah - 0,289* -0,012 0,507**

Diameter 0,289* - 0,277 0,462**

Tinggi total -0,012 0,277 - 0,306**

Lebar tajuk 0,507** 0,462** 0,306** -

Keterangan/notes: * nyata pada taraf α = 0,05; ** nyata pada taraf α = 0,01

Produksi benih pilang di plot Soe-Kupang menunjukkan korelasi yang erat dengan diameter batang dan lebar tajuk, sedangkan dengan variabel tinggi total tidak memperlihatkan adanya korelasi. Hubungan antar variabel yang diukur menunjukkan adanya keterkaitan antara diameter dengan lebar tajuk, serta antara tinggi total dengan lebar tajuk (Tabel 3).

Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa diameter batang dan lebar tajuk merupakan variabel bebas sebagai penduga produksi benih pilang di plot penelitian Soe-Kupang. Berdasarkan analisis korelasi antara variabel diameter batang dengan produksi benih terjadi kecenderungan peningkatan produksi benih seiring dengan makin besarnya diameter batang. Uji korelasi menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,3941 (p<0,01). Nilai korelasi relatif kecil yaitu 39% dibandingkan dengan koefisien korelasi produksi buah pilang yang diukur dari plot penelitian TNBB yaitu sebesar 83%. Dengan demikian, variabel diameter batang lebih akurat dijadikan acuan sebagai penduga produksi benih pilang di TNBB daripada di Soe-Kupang, karena hanya 39% dari sebaran populasi produksi buah pilang di Soe-Kupang terwakili oleh variabel diameter pohon.

Produksi benih pilang di Soe-Kupang dengan diameter pohon rata-rata 68,46 cm adalah sebesar 1716,36 gr/pohon. Sedangkan hasil rata-rata produksi buah pilang (biji dengan kulit polong) secara keseluruhan yang berasal dari plot penelitian di TNBB adalah 14,84 kg/pohon (~ 61,14 gr benih/pohon) dengan rata-rata diameter pohon 31,88 cm.

Persentase berat polong pilang menjadi benih setiap pohon rata-rata adalah 2,5% (Suita, et al. 2012). Dengan demikian, potensi produksi benih pilang yang dihasilkan dari lokasi Soe-Kupang lebih tinggi daripada produksi yang dihasilkan dari TNBB dan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga karena jarak tumbuh pohon pilang di Soe berkisar antara 15-125 m dengan variasi jenis rendah (didominasi padang rumput), sedangkan di TNBB jarak tumbuh pohon berkisar antara 10-50 m dengan vegetasi yang lebih heterogen. Hal ini menyebabkan produksi buah di Soe rata-rata lebih tinggi daripada di TNBB, karena pencahayaan yang maksimal diterima pada tegakan dengan kerapatan rendah yang mengakibatkan pembungaan dan pembuahan terjadi secara optimal. Menurut Sedgley (1986) pencahayaan berhubungan dengan tingkat fotosintesis yaitu sumber energi bagi proses pembungaan. Selain itu jarak yang optimal dalam mendapatkan sinar matahari diperlukan untuk pertumbuhan riap batang (Seksiono 2008) dan percabangan tempat dimana munculnya pembungaan dan pembuahan (Srivastava 1993 dalam Krisnawati et al. 2011).

(6)

Keberadaan unsur hara dalam tanah berhubungan dengan ketersediaan suplai energi dan bahan pembangun bagi proses pembentukan dan perkembangan bunga. Hasil pemeriksaan sampel tanah memperlihatkan bahwa PH tanah di Soe cenderung normal (7,5 - 7,7) dan nilai KTK yang relatif tinggi (33,75 – 41,48 cmol/kg). Tanah dengan pH normal dan KTK tinggi menunjukkan tingkat kesuburan yang baik, sehingga dapat mendorong ke arah pertumbuhan tanaman dan produksi buah (Gunaga et al. 2011). Hasil uji regresi disajikan dalam gambar grafik (Gambar 2).

Gambar 2. Regresi logaritmik antara produksi benih dengan diameter batang pilang (Acacia leucophloea) di Soe-Kupang.

Dengan demikian, variabel diameter batang dan tinggi total yang diukur berpengaruh nyata terhadap potensi produksi benih pilang di plot penelitian Soe-Kupang, namun korelasinya tidak terlalu tinggi (kurang lebih 50%). Karena itu untuk dijadikan acuan pendugaan produksi benih, kedua variabel tersebut masih perlu dilakukan validasi untuk menguji konsistensi persamaan regresi.

Secara fisiologis ada kecenderungan bahwa semakin baik pertumbuhan batang semakin banyak percabangan dan semakin besar potensi untuk menghasilkan buah. Walaupun demikian, jarak tanam tergantung pada tujuan penanaman dan tingkat kesuburan tanah. Persamaan matematis yang dihasilkan untuk menduga produksi benih berkaitan dengan variabel pertumbuhan mungkin masih berubah dan sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti kualitas tempat tumbuh, faktor iklim, kualitas bibit dan teknik penanaman (Krisnawati et al. 2011).

3.3. Homogenitas regresi antar populasi TNBB dan Soe-Kupang

Berdasarkan hasil uji homogenitas antara dua populasi (Tabel 5) diketahui bahwa kedua populasi mempunyai populasi/sebaran diameter yang tidak berbeda nyata. Oleh karena itu dapat digunakan satu persamaan regresi untuk kedua populasi tersebut. ANOVA untuk pengujian homogenitas kedua populasi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis ragam (ANOVA) untuk kehomogenan regresi variabel diameter batang pada populasi TNBB dan Soe-Kupang.

Sumber keragaman

db

Σ (x-xrata)2

Σ (x-xrata)(y

– yrata) Σ (y-yrata)2 db jk sisa

Kupang 35 136273,85 177391,91 12646260,03 34 12415343,46 TNBB 27 2531,67 33780,25 787135,88 26 336403,75 y = 1229.9ln(x) - 3208.6 R² = 0.3941 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 0 20 40 60 80 100 120 Pr o d u ksi b e n ih (g /p o h o n ) Diameter batang (cm)

(7)

Sisa dari regresi masing-masing

60 12751747,22 Total bagi regresi tunggal

keseluruhan 62 138805,53 211172,17 13433395,91 61 13433299,13 Beda bagi kehomogenan

regresi 1 681551,91

F hitung 1,60343

F tabel 9,47

Karena F hit < F tabel, maka sebaran diameter batang pilang pada kedua populasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, artinya bersifat homogen. Sehingga dapat dibuat satu model penduga produksi benih pilang untuk kedua populasi sumber benih tersebut dan model persamaan regresi yang dihasilkan yaitu: Y= 260 + 25,8 x, dengan koefisien determinasi (R2 adj) sebesar 54,8% (p<0,05).

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya (Matondang, 1992). Dalam penelitian ini telah terbukti bahwa populasi pilang di TNBB dan Kupang memiliki keseragaman yang hampir sama ditinjau dari ukuran diameter batang. Dengan demikian, untuk menduga produksi benih pilang khususnya di kedua populasi tersebut dapat menggunakan satu model persamaan. Hal ini dapat terjadi karena pilang dapat beradaptasi pada variasi kondisi ekologi yang cukup luas yaitu mulai dari ketinggian tempat 0 m hingga 800 m dari permukaan laut, suhu yang cukup ekstrim (-1 hingga 49 °C) dan curah hujan mulai dari 400 – 1500 mm/tahun (Orwa et al. 2009). Tempat tumbuh tanaman pilang di kedua lokasi berada pada lingkungan ekologi dengan kisaran seperti kondisi tersebut. Dengan demikian, maka pertumbuhan diameter batang pilang pada kedua lokasi tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Menurut Galloway dan Fenster (2000) perbedaan populasi terhadap produksi buah sangat tergantung pada faktor lingkungan dan variasi antar waktu.

IV. KESIMPULAN

Sebaran diameter batang pohon pilang (A. leucophloea) di plot penelitian Soe-Kupang lebih luas daripada di plot TNBB. Populasi Soe-Kupang menghasilkan produksi benih lebih banyak daripada populasi TNBB. Produksi benih pilang di Soe-Kupang rata-rata sebesar 1716,36 gr/pohon. Diameter batang merupakan variabel bebas yang dapat digunakan untuk menduga produksi benih pilang di plot TNBB. Sedangkan di plot Soe-Kupang dapat digunakan variabel diameter dan lebar tajuk. Di TNBB dan Soe-Kupang pertumbuhan lebar tajuk berhubungan dengan pertumbuhan diameter batang dan tinggi pohon. Produksi benih pilang pada kedua populasi dapat diprediksi berdasarkan variabel diameter batang dengan menggunakan satu persamaan regresi: Y = 260 + 25,8 x.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Alder D. 1981. Yield prediction. Vol 1. FAO, Rome.

Bustomi S & Rostiwati T. 2009. Prospek Pengembangan Bioenergi Berbasis Tanaman Hutan. Diskusi Multipihak PHBU-Universitas Tanjungpura-P3HT-Pusdal Regional III. Pontianak Kalbar

Galloway LF & Fenster CB. 2000. Population Differentiation in an Annual Legume: Local Adaptation. Evolution, 54(4): 1173–1181

Gunaga RP, Kanfade AH and Vasudeva R. 2011. Soil fertility status of 20 seed production areas of Tectona grandis Linn. f. in Karnataka, India. Journal of Forest Science, 57 (11): 483–490 Hakim IK. 2013. Implementation of Energy Saving Constrains & Expectations. Renewable Energy

and Energy Conversion Conference and Exhibition: Road to Energy Security and People Welfare. Indonesia EBTKE-CONEX 2013. Jakarta.

Krisnawati H, Kallio M dan Kanninen M. 2011 . Acacia mangium Willd.: ekologi, silvikultur dan produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia. Howell D, and B. Roth. 1981. Sexual reproduction in agaves: the benefits of bats, the cost of semelparous advertising. Ecology 62: 1–7.

Matondang Z. 1992. fahost1992.googlecode.com/.../9.%20Pengujian%20H. Pengujian homogenitas varians data. (Diakses pada tg 14 Maret 2014)

Nurhasybi & Sudrajat DJ. 2008. Eksplorasi benih tanaman hutan untuk konservasi dan pembangunan sumber benih. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Litbang Kehutanan, Bogor.

Orwa C, Mutue A, Kindt R, Jamnadas R, Anthony S. 2009. Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0. World Agroforestry Centre, Kenya.

Owens JN & MD Blake. 1985. Forest Tree Seed Production. A review of literature and recommendations for future research. Can. For.Serv.Inf. Rep.PI-X-53, 161 p.

Schmidt L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest Seed Centre. Humlebaek, Denmark. p 511

Sedgley M. 1986. Reproductive biology of Acacias. In: Australian Acacias in Developing Countries, ed. J.W. Turnbull. ACIAR Proceeding No. 16. ACIAR, Canberra, pp. 54 – 56.

Seksiono T. 2008. Jarak tanam optimal Acacia mangium. Teguh Seksiono’s Weblog. WordPress.com weblog.

Snook LK, Camara-Cabrales L, Kelty MJ. 2005. Six years of fruit production by mahogany trees (Swietenia macrophylla King): patterns of variation and implications for sustainability . Forest Ecology and Management 206 (1-3) :221-235. ISSN: 0378-1127.

Situmeang H. 2013. Energy Security. Renewable Energy and Energy Conversion Conference and Exhibition: Road to Energy Security and People Welfare.Indonesia EBTKE-CONEX 2013, Jakarta.

Steel RGD & Torrie JH. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistik, suatu pendekatan biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suita E, Suhartati T, Haryadi D dan Abay. 2011. Pengujian mutu fisik-fisiologis dan pendugaan umur simpan benih jenis weru (Albizia procera) dan pilang (Acacia leucophloea). Laporan Hasil Penelitian 2011. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor.

Suita E, Suhartati T, Haryadi D dan Abay. 2012. Pengujian mutu fisik-fisiologis dan pendugaan umur simpan benih jenis weru (Albizia procera) dan pilang (Acacia leucophloea). Laporan Hasil Penelitian 2012. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor.

Syamsuwida D, Aminah A, Muharam A. 2011. Fenologi dan Potensi Produksi Benih Tanaman Penghasil Kayu Energi Jenis Weru (Albizia procera), pilang (Acacia leucophloea), akor (Acacia auriculiformis) dan kaliandra (Caliandra callothyrsus). Laporan Hasil Penelitian 2011. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Bogor

Tjakrawan, P. 2013. Biofuel Industry Development: Shifting of Fossil Energy Subsidies to renewable Energy and Energy Conservation and Expectation. Renewable Energy and Energy Conversion Conference and Exhibition: Road to Energy Security and People Welfare. Indonesia EBTKE-CONEX 2013. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.   Sebaran  diameter,  tinggi  dan  lebar  tajuk  pohon  model  pilang  pada  plot  TNBB  dan  Soe- Soe-Kupang  Parameter   TNBB  Soe-Kupang Rentang  sebaran  N  Produksi buah   (g)  Rentang sebaran  N  Produksi buah (g)  Kelas diameter   (cm)  11,
Tabel  2.  Korelasi  antara  produksi  benih  pilang  dengan  variabel  dimensi  pohon  dan  antar  variabel  pada plot TNBB
Tabel  3.  Korelasi  antara  produksi  benih  pilang  dengan  variabel  dimensi  pohon  dan  antar  variabel  pada plot Soe-Kupang
Tabel  4.  Analisis  ragam  (ANOVA)  untuk  kehomogenan  regresi  variabel  diameter  batang  pada  populasi TNBB dan Soe-Kupang

Referensi

Dokumen terkait

Jenis unit penangkapan pilihan untuk pemanfaatan komoditi unggulan di perairan Provinsi Riau berdasarkan pendekatan aspek teknis dan sosial adalah jaring atom

Hipotesis ini mengungkapkan bahwa investor individual maupun insider de- ngan tingkat kepemilikan saham yang rendah (minoritas) memiliki kecenderungan meman- faatkan atau

Di tingkat pusat sebenarnya ada Bulog (Badan Urusan Logistik), namun dalam kinerjanya lebih sering menurunkan harga beras daripada menaikan. Lebih sering

Dari putusan tersebut, dapat dirumuskan kaidah hukum bahwa objek sengketa harta bersama yang berupa bangunan di atas tanah salah satu pihak sehingga sulit untuk

Setelah dilakukan penelitian terhadap penerapan lingkungan kerja pada PT.Indah Kiat Pulp &amp; Paper, Perawang dapat diketahui skor dari penerapan lingkungan kerja

Secara garis beras perbedaan tersebut terletak pada kesediaan masing masing etnis untuk mendelegasikan tugas yang penting, lalu adanya perbedaan pengalaman di luar bidang bisnis

[r]

MATA AIR KUANTAN 415.816.000,00 415.816.000,00 GUGUR TDE TDE TDE TDE GUGUR Syarat substansial tidak dilengkapi/dipenuhi sesuai ketentuan dokumen pemilihan yaitu scan jaminan