• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas Indonesia. Kenaikkan harga susu dunia yang tinggi seharusnya dapat mengu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas Indonesia. Kenaikkan harga susu dunia yang tinggi seharusnya dapat mengu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI USAHA SAPI PERAH TERHADAP

PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK : STUDI

KASUS DI DESA KEMBANG, KABUPATEN BOYOLALI

(Contribution of Dairy Cattle Farming to Farmers' Household Income :

A Case Study in Kembang Village, Boyolali)

SARJANA,BuD!UTOMOdanMIRANTI MAN PERT!WI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

ABSTRACT

The objective of the study was to analyze the contribution of dairy cattle fanning to farmers' household income in Kembang village, district of Boyolali . The data was gathered using a structural questionnaires of 20 farmers as respondents in 2007. the results show that farmers' household income of dairy cattle farming have not met the appropiate demand yet . The average income of dairy cattle farming was Rp . 15 Million per year per household, while that of its demand in the 2007 was Rp . 658 Thousand equal to Rp . 31 Million per year per household. The dairy cattle farming had contribution around 15% of the total farmers' income, the third after other agricultural farming and labor of non agricultural . It is suggested to enhance to role of dairy cattle farming need to conduct : (a) facilitate in increasing income size of the dairy cattle from the average of 2 heads to 7-15 headsthousehold, (b) increase of milk production from the average of 5 1/head/day to 10 1/head/day by improvement on feed quality, quantity and its management, and (3) increase in the share of calves sold from around 14 .49% to 30% through improvement on reproduction management and the economic value added by the diversification of processing milk .

Keywords : Dairy cattle farming, household income

ABSTRAK

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kontribusi usaha sapi perah terhadap pendapatan petani di Desa Kembang, Kabupaten Boyolali . Data yang dianalisis merupakan hasil wawancara terstruktur kepada 20 petemak pada tahun 2007 . Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga peternak sapi perah belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak . Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak sapi perah sebesar Rp . 15 juta per tahun, sedangkan kebutuhan hidup layak penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 2007 sebesar Rp . 658 ribu per kapita per bulan atau sekitar Rp . 31 juta per rumah tangga per tahun . Usaha sapi perah memberikan kontribusi sekitar 15% terhadap total pendapatan rumah tangga atau terbesar ketiga setelah usaha dan buruh non pertanian. Untuk meningkatkan peran usaha sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak dapat ditempuh dengan berbagai upaya, antara lain adalah (a) fasilitasi peningkatan skala usaha dari rata-rata 2 ekor menjadi sekitar 7-15 ekor per unit usaha/rumah tangga, (b) peningkatan produksi susu dari sekitar 5 liter/ekor/hari menjadi minimal 10 liter/ekor/hari melalui peningkatan kualitas, kuantitas dan manajemen pakan, serta (c) peningkatan pangsa pendapatan produksi anak dari sekitar 14,49% menjadi sekitar 30% melalui perbaikan manajemen reproduksi dan peningkatan nilai tambah produk melalui pengembangan usaha pengolahan .

Kata kunci : Usaha sapi perah, pendapatan rumah tangga

PENDAHULUAN

tingkat pendapatan usaha dan kontribusinya terhadap keseluruhan pendapatan rumah Salah satu program pembangunan pertanian tangga . Perubahan lingkungan strategis, antara sesuai dengan Rencana Pembangunan Nasional lain kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara Jangka Menengah tahun 2004-2009, adalah penghasil susu yang mengurangi subsidi usaha program peningkatan kesejahteraan petani/ peternakan sapi perah, telah membuka peluang peternak, dengan salah satu indikator adalah peningkatan pendapatan usaha sapi perah di

(2)

Indonesia. Kenaikkan harga susu dunia yang

tinggi

seharusnya

dapat

menguntungkan

peternak sapi perah Indonesia karena adanya

peluang peningkatan posisi tawar

di pasar

produk.

Populasi sapi perah di Jawa Tengah pada

tahun 2006 diperkirakan mencapai

115 ribu

ekor, dengan produksi susu 71 juta liter dengan

jumlah rumah tangga peternak sekitar 38 ribu

rumah tangga. Pertumbuhan populasi ternak

sapi perah periode 2002-2006 mencapai

rata-rata 0,82% per tahun, dimana sebagian besar

(51,83%)

populasi

berada

di

Kabupaten

Boyolali, dengan produksi susu mencapai 29

juta liter atau 41,28% dari total produksi susu

Jawa Tengah (DINAs PETERNAKAN PROVINsI

JAWA TENGAH, 2007). Harga susu di tingkat

peternak sekitar Rp . 1 .600/1 - Rp . 1 .900,-/1,

sedangkan di tingkat koperasi mencapai

rata-rata Rp . 2 .300,/1 . Harga susu segar di Provinsi

Jawa Tengah lebih rendah jika dibandingkan

dengan harga susu segar di Provinsi Jawa

Timur dan Jawa Barat, dimana rata-rata harga

susu dapat mencapai Rp . 2.500 - Rp. 3 .500/I .

Kondisi ini antara lain disebabkan oleh mata

rantai tataniaga susu di Jawa Tengah yang

relatif lebih panjang mulai dari peternak ke

loper

(pengumpul), tempat

penampungan

sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan

terakhir ke IPS (di Jawa Barat dan Jawa

Timur), sehingga biaya pemasaran tinggi dan

matjin yang diterima peternak rendah . Variasi

harga susu banyak dipengaruhi oleh kualitas

susu, meliputi TS (Total Solid) dan TPC (Total

Plate Count) . Pada saat ini TS tertinggi yang

telah dicapai peternak kabupaten Semarang

adalah

13,28 dan TPC antara

1,02 juta/ml

sampai 5 juta /ml susu. Produktivitas ternak

sapi perah relatif masih rendah, rata-rata 7 - 9

litedhari dengan calving interval yang cukup

panjang, yaitu lebih dari

18 bulan (DINAS

PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH, 2006) .

SARJANA et al. (2003) menyatakan bahwa

secara fmansial,

akibat

dari

rendahnya

produksi susu, peternak sapi perah di Boyolali

banyak yang mengalami kerugian . Koefisien

variasi biaya dan marjin usaha ternak

sapi

perah

yang

dihasilkan relatif tinggi

yang

menunjukkan bahwa tingkat teknologi yang

diterapkan juga sangat bervariasi . Penelitian ini

bertujuan untuk

mengidentifikasi

tingkat

pendapatan usaha ternak sapi perah, pangsa

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

pendapatan usaha sapi perah terhadap total

pendapatan

rumah

tangga

peternak,

dan

peluang-peluang

perbaikan

yang

dapat

dilakukan melalui inovasi teknologi pertanian .

MATERI DAN METODE

Penelitian ini menggunakan data primer,

meliputi : kinerja budidaya dan struktur serta

tingkat pendapatan rumah tangga temak sapi

perah di Desa Kembang, Kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali . Data ini diperoleh melalui

metode wawancara

terstruktur

kepada

20

peternak sapi perah . Data sekunder tentang

sumberdaya rumahtangga peternak diperoleh

dari hasil sensus penduduk secara nasional

tahun

2007 .

Analisis deskriptif dilakukan

menggunakan presentasi tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penguasaan sumber daya rumah tangga

tani-ternak sapi perah

Sumber daya yang dikuasai oleh rumah

tangga tani-ternak

sapi

perah

di

Desa

Kembang, meliputi lahan pertanian (tegalan

dan pekarangan) dan ternak sapi perah . Tabel 1

menunjukkan

bahwa

rata-rata

penguasaan

lahan pertanian adalah sekitar 0,09-0,27 ha

atau rata-rata 0,33 ha per rumah tangga. Jenis

lahan sebagian besar berupa lahan tegalan yang

dimanfaatkan

untuk

usahatani

tanaman

semusim (utamanya jagung, cabe dan aneka

sayuran lainnya),

tanaman

buah-buahan

(utamanya pisang dan alpukat) dan tanaman

kayu-kayuan (utamanya suren,

sengon dan

mahoni) .

Tabel 1 . Penguasaan sumberdaya lahan

rumah

tangga tani-temak di Desa Kembang

tahun 2007 (ha)

Somber : Sensus taboo 2007 dengan n = 1 .278 rumah tangga

Uraian

Tegalan

Pekarangan

Jumlah

295 .32

112.36

Rata-rata

0.27

0 .09

Max

2.00

1 .90

(3)

Sumber daya ternak yang dikuasai petani-peternak di Desa Kembang meliputi sapi, domba dan kambing . Penguasaan ternak sapi perah berkisar antara 1-15 ekor per rumah tangga (rata-rata 2 ekor per rumah tangga), sedangkan untuk ternak kambing sekitar 1-10 ekor per rumah tangga (rata-rata 3 ekor per rumah tangga) . Penguasaan ternak domba sekitar 1-21 ekor per rumah tangga (rata-rata 4 ekor per rumah tangga) (Tabel 2) .

Tabel 2 . Penguasaan ternak rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang tahun 2007 (ekor)

Sumber: Sensus tahun 2007 dengan n = 1 .278 rumah tangga

15.6% 1 .5% 12.9% 34.0X 35 .9%

w

0,0 -o,1oHa •0.1-0,25Ha O 0,25 - 0,S Ha 00.5-1 .00Ha • >1Ha

Gam bar 1 . Rata-rata luas penguasaan lahan pertanian Gam bar 2 . Rata-rata skala usaha ternak sapi perah Tingkat dan sttruktur pendapatan rumah

tangga

Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang meliputi usahatani tanaman, usaha ternak, buruh tani, buruh non pertanian dan usaha non pertanian . Rata-rata tingkat

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan pada umumnya termasuk petani gurem, karena sebagian besar (82,8%) petani menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 ha. Sedangkan penguasaan ternak sapi perah umumnya termasuk skala kecil . Sebagian besar (48%) peternak hanya menguasai I ekor sapi perah dan 33,2% menguasai sapi perah 2 ekor per rumah tangga .

Tabel 3 . Tingkat pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang tahun 2007

a 1 • 2 e o o r r O 3 ekor o4 ekor •5 ekor a > 5 ekor

pendapatan rumah tangga adalah termasuk sebesar Rp. 15 .173 .136 per rumah tangga, dimana hal ini belum layak memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga petani karena kebutuhan hidup layak Kabupaten Boyolali tahun 2007 mencapai Rp . 31,5 juta per rumah tangga .

Uraian Sapi perah Kambing Domba

Jumlah 1,365 990 442

Rata-rata 2 3 4

Max 15 10 21

Min 1 1 1

Sumber Penghasilan Rata-rata Minimum Maksimum Buruh tani 2 .937 .500 1 .000 .000 3 .650.000 Buruh non pertanian 4 .342 .500 900.000 13 .200 .000 Usahatani tanaman semusim 3.264 .250 300.000 13 .785 .000 Usaha non pertanian 5.224 .000 2 .000 .000 7.120.000 Lainnya 2.477 .222 500 .000 10.800.000 Usaha sapi perah 4.215 .385 1 .250.000 7.500 .000 Usaha ternak lain 2.573 .000 30 .000 8 .650 .000 Usahatani tanaman tahunan 3 .822 .227 100 .000 15 .900.000 Jumlah 15 .173 .136 4.950.000 35 .730.000

(4)

Gambar

3

menunjukkan

bahwa

usaha

temak sapi perah memberikan konstribusi yang

relatif besar terhadap total pendapatan rumah

tangga tani-ternak di Desa Kembang, yaitu

8 .6%

Usaha sapi perah

Rata-rata

sapi perah

yang

diusahakan

adalah sebanyak 2 ekor per peternak, dimana

sebagian besar (48%) hanya menguasai 1 ekor

dan

33,2%

menguasai

2

ekor per rumah

tangga . Rata-rata produksi

susu sapi perah

yang diusahakan petani responden sebanyak

1 .0691/petani/bulan atau rata-rata 5 1/ekor/hari .

Produksi susu tersebut dapat dikategorikan

relatif rendah, beberpa peneliti sebelumnya

melaporkan bahwa produksi susu pada usaha

sapi perah rakyat berkisar 10-13,5 liter/ekor/

hari

(SUGIARTI,

1992 ; dan

GUNAWAN

et al.,

2000) .

Semiloka Nasional Prospek lndusiri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas -2020

18 .1%

14 .6%

Tabel

4

menunjukkan

hasil

analisis

ekonomi usaha

sapi

perah

di

Kabupaten

Boyolali, dimana rata-rata nilai tambah per I

susu yang diperoleh peternak bervariasi antara

Rp. -1 .971,- sampai Rp . 652,- atau merugi

sebesar Rp. 352, /1 . Koefisien variasi (KV)

14,6%

(terbesar

ketiga

setelah

usahatani

tanaman dan usaha non pertanian) .

Usahatani

tanaman memberikan kontribusi sekitar 24,6%

dan usaha non pertanian 18,1% .

® Usaha non pertanian

o

Usaha Ternak Lainnya

• Buuh Tani • Lainnya

∎ Usaha Temak sapi perah

o

Usahatani tanaman

a

Buruh non pertanian

Gambar 3 . Struktur pendapatan rumah tangga tani-ternak di Desa Kembang, 2007

Tabel 4 . Hasil analisis ekonomi usaha temak sapi perah di Kabupaten Boyolali

Produktivitas sapi perah

terkait dengan

berbagai faktor, antara lain kualitas pakan dan

manajemen pemeliharaan.

GUNAWAN

et al.

(2000) melaporkan bahwa peningkatan kualitas

pakan mampu meningkatkan produksi

susu

hingga 30%.

SINAGA

dalam

TARYOTO

(1993)

menekankan pentingnya

memperhatikan

manajemen pemeliharaan

dalam

rangka

meningkatkan

penampilan produksi

susu .

Manajemen usaha meliputi kegiatan pemberian

pakan, kesehatan ternak, sanitasi kandang,

pengaturan

IB,

dan

kegiatan perawatan

lainnya. Rendahnya produksi susu

mengakibat-kan kerugian

yang

dialami oleh

banyak

peternak.

biaya rata-rata usaha ternak- sapi perah relatif

tinggi, menunjukkan adanya

variasi

yang

tinggi pula dalam tingkat teknologi yang

diterapkan . Biaya rata-rata per satuan produk

suatu usaha menunjukkan besarnya alokasi

input

produksi yang dibutuhkan

untuk

Parameter Produksi susu Nilai susu . .Penjualan anak Total penerimaan Total biaya (I /tahun)

(Rp'tahun)

(Rp /tahun) = TR (Rp /tahun) = TC (Rp/tahun)

Biaya rata-rata Nilai tambah TR / (Rp TC (Rp Aiter) /liter)iter) Rata-rata 11 .542 20 .774 .880 3 .000 .000 23 .774 .880 24.842.800 2 .152 -352 0,96 Max 38.880 69 .984 .000 4 .500 .000 74 .484.000 44.639.280 1 .148 652 1,67 Min 2.916 5 .248.800 1 .500 .000 5 .248 .800 10.997.299 3 .771 -1 .971 0,48 KV 77,79 77,79 79,43 75,31 33,14 58,10 50,32

(5)

menghasilkan satu unit/satuan produk, sehingga biaya rata-rata dapat menggambarkan tingkat efisiensi suatu usaha. Semakin tinggi biaya rata-rata berarti semakin tidak efisien suatu usaha dan sebaliknya . Dengan demikian biaya rata-rata juga memberi petunjuk bagaimana fungsi produksi atau hubungan teknis antara faktor produksi dan hasil produksi suatu usaha . SUDARSONO (1982) menyatakan bahwa fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, sebagai implikasinya, untuk memperbaiki kinerja usaha sapi perah perlu adanya perbaikan tingkat penerapan teknologi .

Anggota keluarga merupakan sumber utama tenaga kerja pada usaha sapi perah . Sebagian besar tenaga kerja dicurahkan untuk mencari hijauan pakan temak, selebihnya

0 5 10 15 20 Skala Uaaha (ekor)

Gambar 4 . Produktivitas susu usaha ternak sapi perah berdasarkan skala usaha

Gambar 5 menunjukkan terdapat kecen-derungan peningkatan skala usaha yang diikuti oleh peningkatan nilai TR/TC . Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi usaha cenderung meningkat dengan adanya penambahan skala usaha. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya alokasi sumber daya akan menjadi lebih efisien pada skala pemeliharaan yang lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam setiap skala usaha masih dimungkinkan adanya peningkatan efisiensi melalui perbaikan tehnologi .

Rasio sapi laktasi dan non laktasi berpengaruh terhadap penghasilan yang diterima petani . Selama ini petani menghadapi berbagai kendala dalam aspek reproduksi, diantaranya adalah terbatasnya tenaga

SemilokaNasionalProspekIndustri SapiPerah MenujuPerdagangan Bebas - 2020

untuk pekerjaan memerah, perawatan temak, dan membersihkan kandang . Penerimaan yang diterima petani dari usaha sapi perah bersumber dari penjualan produksi susu (85 .23%) dan anak sapi (14.49%). Petani menjual susu kepada KUD yang ada di tingkat kecamatan dengan harga sekitar Rp . 1 .800/liter . Harga susu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi, sehingga apabila petani hanya mengandalkan penerimaan dari penjualan produksi susu maka akan menderita kerugian yang relatif besar. Pada tingkat produktivitas berjalan, untuk memproduksi setiap liter susu dibutuhkan biaya produksi rata-rata sebesar Rp . 2 .152 per liter, sehingga secara rata-rata petemak mengaadmi kerugian sebesar Rp . 352 per liter.

0 5 10 15 20 25 Skala Uuha (•kor)

Gambar 5. Efisiensi usaha ternak sapi perah berdasarkan skala usaha

inseminator IB yang disediakan KUD . Imbangan sapi laktasi dan non laktasi mengindikasikan proporsi penerimaan usaha dari output sapi laktasi terhadap seluruh beban usaha dari sapi laktasi dan non laktasi .FOLLEY

dalam KuswARYAN (1992) menyatakkan bahwa sebaiknya imbangan sapi laktasi dan non laktasi adalah 70% : 30%, dimana dengan proporsi tersebut diharapkan peternak mampu menutup biaya operasional usaha dan memperoleh keuntungan . Kondisi temak sapi perah di lokasi penelitian termasuk tidak ideal karena 85,23% sumber pendapatan berasal dari produksi susu yang rendah (5 1/hari/ekor) . Dengan demikian baik produktivitas temak untuk menghasilkan susu maupun anak perlu ditingkatkan. 10.00 3.0 9.00 25 8.00 0 7.00 . 0 6.00 . F20 a 5 .00 .

w

1 .5 S M 4 .00- c 3 .00 . w 1 .0 . M 2 .00-

0.5-0

1 .00-CL 0.00 0 .0

(6)

Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak sapi perah belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak . Rata-rata pendapatan rumah tangga petemak sapi perah sebesar Rp . 15 juta per tahun, sedangkan kebutuhan hidup layak penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 2007 sebesar Rp . 658 ribu per kapita per bulan atau sekitar Rp . 31 juta per rumah tangga per tahun. Usaha sapi perah memberikan kontribusi sekitar 15% terhadap total pendapatan rumah tangga atau terbesar ketiga setelah usaha dan buruh non pertanian.

Produksi susu pada wilayah pengkajian relatif masih rendah sehingga terdapat peluang untuk peningkatan efisiensi dan pendapatan usaha sapi perah melalui peningkatan produktivitas dan skala usaha .

Disarankan dalam upaya meningkatkan usaha sapi perah perlu dilakukan fasilitasi peningkatan skala usaha dari 2 ekor menjadi sekitar 7-15 ekor/rumah tangga, dan peningkatan produksi susu dari sekitar 5 1/ekor/hari menjadi minimal 101/ekor/hari. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas, kuantitas dan manajemen pakan, serta peningkatan pangsa pendapatan produksi anak dari sekitar 14,49% menjadi sekitar 30% melalui perballkan manajemen reproduksi dan peningkatan nilai tambah produk melalui pengembangan usaha pengolahan .

KESIMPULAN DAN SARAN

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menufu Perdagangan Bebas - 2020

DAFFAR PUSTAKA

DEBERTIN, D. L. 1986. Agricultural production management. McMillan Publishing Company, Third Avenue. New York.

DINAs PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH . 2006 . Laporan tahunan dinas peternakan tahun 2006 . Dinas Petemakan Provinsi Jawa Tengah . Ungaran.

DINAS PETERNAKAN Paovn si JAWA TENGAH . 2007 . Statistik petemakan tahun 2007. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah . Ungaran GUNAWAN, A., K. SuPRIYATI, BUDIMAN, dan H.

HAtvim. 2000 . Pemanfaatan cassapro pada temak sapi perah laktasi . Proc. Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner . Puslitbangnak. Bogor.

KuswARYAN, S. 1992. Analisis ekonomi susu usaha temak sapi perah sebagai substitusi impor susu. Tesis FPK Unbraw . Malang.

MANTRA, I. B . 2000. Demografi umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

SARJANA, Dm M . Y., MURYANTO, AMRIH P., SENo

B., dan KENDRIYANTO . 2003 . Laporan akhir kegiatan pemantauan indikator pembangunan pertanian Jawa Tengah . BPTP Jawa Tengah . SUDARSONO. 1982 . Pengantar ekonomi mikro .

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosiai/LP3ES . Jakarta. Hlm. 99.

SUGIARTI, T. 1992 . Potensi produksi sapi perah rakyat dalam pengembangan agroindustri di pedesaan. Proc. Agroindustri Petemakan di Pedesaan . Balitnak. Bogor.

TARYOTO, A. 1993 . Analisis perbandingan kelembagaan pada usahatani sapi perah di Jawa Barat dan Jawa Timur. PSAE-Balitbang Pertanian. Bogor.

VAN DEN BAN dan H.S. HAWKINs. 1999 . Penyuluhan pertanian . Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dan apabila tidak ada persetujuan RT maupun RW, tetapi terus melakukan kegiatan pekerjaan, dan ternyata ditemukan ada kerusakan bangunan rumah warga cluster deluxe yang

Pembangunan hutan tanaman jenis jelutung jenis karet memang mendatangkan keuntungan yang lebih banyak, namun sebaiknya di sela-sela tanaman jelutung dan karet

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh breakthrough leadership terhadap kinerja organisasi dengan motivasi dan kepuasan karyawan sebagai variabel

Selain itu, terdapat penelitian tentang peran media massa dalam pemasyarakatan istilah bahasa Indonesia oleh Syamsudin (2015). Penelitian tersebut memperlihatkan

Jika kontraktor-kontraktor tempatan dapat menyerap sistem binaan dan pengurusan yang baik dan dapat pula mendirikan syarikat-syarikat pembinaan yang lebih besar dan cukup

Dari rincian tersebut dapat diketahui bahwa penyimpangan prinsip kesopanan berbahasa yang paling banyak dilakukan oleh pembawa acara dan bintang tamu acara talkshow rumpi

Penerjemahan harfiah juga dapat digunakan oleh penerjemah di awal penerjemahan sebuah teks. Metode itu sangat membantu ketika menerjemahkan kalimat yang panjang dan

Indikator untuk mengukur pemanfaatan puskesmas jika dikatakan baik dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang memanfaatkan puskesmas dan jumlah tersebut dapat melebihi dari target