• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan kemudian dibagi atas Kabupaten dan Kota (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan kemajuan dan produkivitas. Salah satu upaya adalah melakukan pungutan kepada masyarakat untuk mendapatkan sumber pendapatan daerah (Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah).

Pemerintahan Daerah dalam urusan keuangan daerah menggali potensi perekonomian untuk dijadikan sumber pendapatan daerah dalam bentuk pajak dan retribusi.1

Sumber penerimaan pajak daerah Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

Penerimaan pajak dan retribusi daerah diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam hal pencapaian dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Inilah salah satu tujuan dilaksanakannya otonomi, yaitu agar daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

1

Md. Krisna. A. A. Kusuma – Ni Gst. Putu, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak

Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD SeKaabupaten / Kota Di Provinsi Bali”,Yogyakarta, Universitas Udayana, hlm. 575

(2)

pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.2

Tumbuhnya industri sarang burung walet bersamaan dengan berkembangnya industri obat-obatan yang memiliki khasiat tinggi untuk kesehatan.,

Selain pajak daerah, retribusi daerah juga penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat digolongkan menjadi tiga golongan yakni retribusi jasa umum yang terdiri dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan kebersihan, retribusi pergantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan parkir di jalan umum, dan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Retribusi jenis usaha terdiri dari retribusi terminal dan retribusi rumah potong hewan, sedangkan retribusi perijinan tertentu terdiri dari retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin keramaian, retribusi izin trayek, retribusi izin usaha perikanan dan juga izin retribusi sarang burung walet.

3 yang menjadikan ketertertarikan masyarakat untuk membuka suatu

usaha penangkaran sarang burung walet. Habitat alami burung walet adalah gua-gua kapur, burung walet (Collocalia fuchiphaga) namun telah berhasil ditangkarkan dalam rumah-rumah sejak tahun 1880.4

Indonesia adalah negara yang menghasilkan sebagian besar sarang burung walet di dunia. Negara-negara lain yang juga menghasilkan sarang burung walet adalah Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Burma, Singapura dan Srilanka.5

2 Irwansyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan Dan Bisnis Dengan

Pelaksanaan Hukum, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010, hlm. 7

3 Lina Elfita, ”Analisis Profil Protein Burung walet ( Collocalia fuchipaga )Asal Painan,

Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol. 01 No. 01, November 2014, hlm 28

4 Ibid, hlm.29

5 Hadi Iswan,Walet Budidaya Dan Aspek Bisnisnya, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2002,

hlm.5

(3)

menyadari bahwa nilai ekonomisnya yang sangat tinggi dan tidak merepotkan dalam masalah perawatan dan kembang biaknya.6

Penangkaran sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai masih banyak sekali yang meresahkan warga.

Karena dalam prakteknya burung walet akan tetap hidup dan mencari makan di alam bebas tetapi tempat-tempat untuk bersarang yang disediakan oleh pengusaha penangkaran walet tersebut, ini berupa bangunan layaknya gedung bertingkat yang dibuat sedemikian rupa sehingga burung walet tersebut mau berkembang biak dengan baik di tempat tersebut, tak terkecuali dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Salah satu dampak buruk yang sering sekali terjadi dan sangat mengganggu kenyamanan masyarakat, dikarenakan bangunan sarang burung walet berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang mengakibatkan pencemaran lingkungan (polusi suara, polusi udara) dan sumber penyakit. Maka pemerintah daerah mentertibkan usaha penangkaran sarang burung walet dalam suatu peraturan yang mengatur mengenai izin sarang burung walet.

7

Sarang burung walet seharusnya berada di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu di dataran tinggi, hutan-hutan, rawa, persawahan, dan juga pantai,8

6 Arif Budiman, Menyelami Bisnis Gedung Dan Sarang Burung Walet, Jakarta,

Agromedia Pustaka, 2003, hlm. 19

7

Wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Serdang Brdagai, tanggal 14 Maret 2017 di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset KAbupaten Serdang Bedagai

8 Eka Adiwibawa, Pengelolaan Rumah Walet, Yogyakarta, Kanisius, 2010, hlm. 23

tetapi yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai penangkaran sarang burung walet terletak sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Hal ini terjadi karena habitat aslinya telah digantikan

(4)

dengan lahan-lahan pertanian, lahan perkebunan, dan dijadikan pemukiman penduduk.

Peraturan Daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang berlaku saat ini yaitu Perda Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet, sayang hanya mengatur hal-hal yang berkaitan dengan retribusi saja. Pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai kurang memperhatikan mengenai kesehatan masyarakat sekitar, dampak lingkungan, juga tidak mengatur mengenai lokasi penangkaran sarang burung walet. Hal ini menjadi lebih buruk dikarenakan tidak adanya kesadaran dan juga keperdulian dari orang/badan yang mengusahakan atau memanfaatkan sarang burung walet.

Sebagai perbandingan, Kota Palangkaraya dalam Perda Kota Palangkaraya No. 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet ada mengatur secara terperinci mengenai lokasi yang dapat diberikan izin dan lokasi yang dilarang. Kabupaten Serdang Bedagai sama halnya dengan Kota Medan9

Meskipun Perda Kabupaten Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet sudah diterbitkan dan sudah berjalan cukup lama, tetapi Perda ini belum terlaksana dengan baik. Apa yang ada di dalam Perda juga tidak mengatur secara rinci bagaimana lokasi dan tata bangunan yang seharusnya diizinkan untuk berdiri agar tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

9

(5)

tersebut belum mengcover permasalahan-permasalahan yang akan timbul dan sudah timbul akibat penangkaran sarang burung walet.

Dari latar belakang inilah yang membuat penulis ingin mengangkat tentang : RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI (KAJIAN TERHADAP PERATURAN DAERAH NOMOR 33 TAHUN 2008)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan merupakan kenyataan yang harus dihadapi dan diselesaikan secara tuntas oleh peneliti. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal diluar permasalahan.

Dimana dari uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang diteliti adalah :

1. Apa saja fokus utama yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Sarang Burung?

2. Bagaimana mekanisme pemberian izin dan pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimana sanksi terhadap pengusaha sarang burung walet yang tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan masalah yang menjadi tujuan penulis membuat skripsi ini adalah untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

(6)

Sumatera Utara dan juga untuk mecari tahu kebenaran di lapangan mengenai retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.

Beberapa tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengethui apa saja yang menjadi fokus utama dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2005 tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet

2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian izin dan tata cara pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai

3. Untuk mengetahui sanksi terhadap pengusaha sarang burung walet yang tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademik

a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi kalangan akademis dalam menambah pengetahuan serta menjadi masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti sector retribusi daerah.

b) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam pembahasan masalah pengelolaan retribusi.

(7)

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam upaya memperdalam studi kasus mengenai Retribusi Daerah. b) Penelitian ini diharapkan secara praktis berguna sebagai bahan

masukan dan refrensi bagi Dinas Pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai untuk lebih mengefektifkan implementasi Peraturan Daerah.

c) Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman praktis yang menjadikan para pengusaha sadar akan kewajiban dan haknya

E. Keaslian Penulisan

Penulis telah menelusuri judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumartera Utara, penulis tidak menemukan penulis-penulis sebelumnya mengangkat judul yang sama yaitu “Retribusi Izin Sarang Burung

Walet Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)”. Atas dasar itulah penulis dapat

mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini secara ilmiah. Bila dikemudian hari terdapat permasalahan dan pembahasan yang sama sebelum skripsi ini dibuat, penulis dapat mempertanggungjawabkannya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Retribusi

Berdasarkan pasal 1 angka 64 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah

(8)

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah.

Dalam pelaksanaan pungutan Retribusi Daerah tidak semua jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, namun hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi jasa tertentu tersebut dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah.

c. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara

(9)

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. 10

2. Perizinan

Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyartan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentran peraturan perudang-undangan.11 Sedangkan perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha. Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.12

Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari aktifitas-aktifitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi kewenangan. Tetapi tujuan dari perizinan dapat dilihat dari 2 sisi yaitu:13

a) Sisi Pemerintahan:

i. Untuk melaksanakan peraturan ii. Sebagai sumber pendapatan daerah

10 Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010,

hlm 6-7

11 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara,

Lampung, Universitas Negeri Lampung, 1992, hlm 45

12 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, Yuridika, 1993, hlm. 2 13 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, Sinar

(10)

b) Sisi Kemasyarakatan:

i. Untuk adanya kepastian hukum ii. Untuk adanya kepastian hak

iii. Untuk mendapatkan fasilitas setelah bangunan yang didirikan mempunyai izin

3. Penertiban Industri Sarang Burung Walet

Di habitat aslinya walet tinggal di dalam goa-goa pantai berkarang yang terjal atau tebing dan bukit yang curam mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl. Suhu didalam goa tempat tinggalnya berkisar antara 26-29°C dan kelembapannya 8—95%.14

a) Keuntungan pembangunan gedung sarang walet.

Di dalam goa, walet jantan dan walet betina akan membuat sarang secara bergantian menggunakan liurnya. Sebuh sarang walet dalam waktu 40-80 hari. Sekitar 5 -8 hari setelah kawin, betina akan bertelur. Sarang walet dibuat dilangit-langit goa yang tinggi dan gelap.

Perkembangan waktu, teknologi dan pola pikir manusia sehingga mulai terciptanya inovasi membuat sarang walet buatan untuk pemanfaatan sarang burung walet dengan cara membuat media sarang walet dari gedung - gedung yang didalamnya dibuat semirip mungkin dengan habitat asli burung walet. Namun, upaya pembuatan gedung sarang walet ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

14 Philip Yamin & Ferry B. Paimin, Membangun Rumah walet Bintang 5, Depok, Penebar

(11)

Membangun gedung sarang walet khusus sebagai tempat tinggal akan lebih menguntungkan dari pada memanfaatkan sarang walet hanya dari mengambil didalam goa dengan beberapa keuntungan seperti:

b) Mutu sarang walet lebih baik.

Sarang walet yang dihasilkan dari gedung sarang walet memiliki mutu yang lebih baik dan bentuk yang lebih sempurna. Dari warnanya, sarang yang dihasilkan dari gedung sarang walet lebih berwarna putih, sedangkan sarang yang dihasilkan dari goa berwarna lebih kecoklatan dan kusam. c) Pengelolaan dan pengawasan lebih mudah.

Pengelolaan sarang walet digedung sarang walet lebih mudah daripada di goa walet. Hal ini lebih terlihat dari kemudahan letak, dan jarak antara rumah pengelola dengan sarang walet. Selain itu pengawasan terhadap keamaan dari pencurian sarang walet akan lebih mudah, karena harga sarang walet yang begitu tinggi dan juga pengawasan terhadap hama dan kebersihan sarang walet lebih mudah dikontrol. 15

15 Ibid, hlm.8

Berdasarkan pasal 3 PERDA Nomor 33 tahun 2008 tentang retribusi izin sarang burung walet, Objek Retribusi adalah Izin Sarang Burung Walet oleh pribadi atau badan di lokasi tertentu, berupa pengelolaan, pegusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet, yang meliputi :

(12)

a) Burung walet di habitat alami; dan b) Burung walet di luar habitat alami

Dan juga didalam Pasal 4 dijelaskan mengenai subjek dari retribusi izin sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet di habitat alami dan diluar habitat alami.

G. Metode Penelitian

1.Jenis Dan Sifat Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, agar permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini terjawab dengan baik berdasarkan data-data yang akurat maka penulis menggunakan 2 jenis penelitian yaitu penelitian dengan metode normatif dan metode empiris. Dengan menggunaka penelitian metode normatif, penulis akan mengkaji dan mempelajari peraturan-peraturan yang terkait dengan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Dan dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan metode penelitian empiris yang merupakan metode penelitian yang berfungsi untuk melihat hukum dan dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dengan metode penelitian empiris ini, penulis akan meneliti bagaimana retribusi izin sarang burung walet secara langsung apakah meningkatkan pedapatan asli daerah dan juga melihat bagaimana pengaturan mengenai retribuzi izin sarang burung walet apakah sudah tegak dengan cara

(13)

wawancara dan juga mencari data data yang berkaitan dengan retribusi izin sarang burung walet.

2. Sumber Data

a) Bahan Hukum Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yakni sumber data, dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara dan pengamatan atau observasi lingkungan. Untuk melengkapi data dari bahan hukum sekunder, penulis melakukan wawancara ke orang-orang yang terkait dengan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai seperti Kepala Dinas Kabupaten Serdang Bedagai dan juga subjek retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. b) Bahan Hukum Sekunder merupakan data yang berasal dari survey

lapangan dan diperoleh dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang berupa buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, laporan-laporan mapun arsip-arsip resmi yang dapat mendukung data primer. Untuk mendukung data sekunder, penulis menggunakan buku-buku mengenai retribusi daerah dan juga melampirkan data-data resmi dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 (lima) bab dan dalam bab tersebut terdapat beberapa sub bab. Untuk lebih memudahkan penulis, penulis menguraikan secara ringkas pembahasan dalam skripsi ini yaitu terdiri dari :

(14)

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II : FOKUS UTAMA DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN 2008

Dalam bab ini akan dibahas mengenai tata wilayah, pembangunan yang berkelanjutan, hak dan kewajiban orang/badan yang mengusahakan penangkaran sarang burung walet, dan juga akan membahas mengenai tata cara pemungutan retribusi izin sarang burung walet.

BAB III ASPEK-ASPEK DASAR DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN 2008

Dalam bab ini terdiri akan membahas bagaimana PERDA Kabupaten Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet mengatur mengenai hak dan kewajiban dari orang/badan yang mengelolaa, mengusahakan dan memanfaatkan sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain itu dalam bab ini juga akan menjelaskan mengenai bagaimana tata cara

(15)

pemungutan retribusi sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.

BAB IV SANKSI BAGI ORANG/BADAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN KETENTUAN RETRIBUSI IZIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai hasil wawancara dan pengumpulan data terkhusus mengenai kendala yang dialami oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dalam menangani para pengusaha yang masih belum mengetahui hak dan kewajibannya baik itu dalam hal retribusi maupun hal-hal lain seperti lingkungan sekitar sarang burung walet. Dan di dalam bab ini juga membahas mengenai sanksi yang akan diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai terkait dengan pelanggaran yang dilakukan orang/badan.

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Dan saran yang merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil dan berdaya guna.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang dalam tercapainya sebuah tujuan pendidikan. Maka dari itu pengelolaan sarana dan prasarana

Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah ini, diberikannya suatu batasan dalam pembahasan permasalahan yang diangkat pada karya tulis ilmiah ini untuk membantu pembaca agar

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan teknik pola bilangan dan kemampuan siswa dalam operasi pembagian di sekolah dasar. Penelitian dilakukan

Berburu binatang liar dengan menggunakan tombak, melempar lembing, busur dan panah, jaring dan perangkap meramu makanan dari tanaman liar dengan menggunakan tongkat

Di atas telah dijelaskan pengertian peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu

Oleh karena itu, para guru yang bertugas mengelola pembelajaran biologi di sdc:olah di sam ping perlu memahami tentang pengembangan Silabus, guru juga perlu memahami

Suatu atom mempunyai tiga kulit elektron dan lima elektron valensi serta mempunyai 16 netron, maka nomer atom dan nomer massa unsur tersebut adalah… aa. Konfigurasi

MT selaku dosen pembimbing ke dua penulis yang telah memberikan banyak masukan dan arahan agar laporan tugas akhir ini terselesaikan dengan baik.. Brenda ST, MT,