• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. UMUM. a. Pendirian dan Informasi Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. UMUM. a. Pendirian dan Informasi Umum"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Bank ICB Bumiputera Tbk (selanjutnya disebut “Bank” atau “Perseroan”) didirikan dengan nama PT Bank Bumiputera Indonesia, berkedudukan di Jakarta berdasarkan Akta Pendirian No.49 tanggal 31 Juli 1989 dibuat dihadapan Ny. Sri Rahayu, pada waktu itu notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-7223-HT.01.01-Th’89 tanggal 9 Agustus 1989, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.692/Not./1989/PN.JKT.SEL tanggal 24 Agustus 1989 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.75 tanggal 19 September 1989, Tambahan No.1917/1989.

Perseroan memperoleh izin untuk beroperasi sebagai bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.10/KMK.013/1990 tanggal 4 Januari 1990 dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.22/1147/UPPS/PSbD tanggal 20 Januari 1990.

Perseroan juga telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa sebagaimana ternyata dalam Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/146/KEP/DIR tanggal 5 Desember 1997 tentang Penunjukan Perseroan sebagai Bank Devisa.

Perseoran memperoleh status sebagai Bank Persepsi dan Bank Devisa Persepsi Kas Negara untuk menerima setoran-setoran pajak dan bukan pajak berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.S-485/MK.03/1998 tanggal 8 September 1998.

Pada tanggal 17 April 2001 dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan melakukan peningkatan modal dasar menjadi Rp500 Milyar yang terdiri dari 5 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham dan berganti nama menjadi PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk., sebagaimana dimuat dalam akta No. 40 tanggal 11 April 2001, dibuat dihadapan Ny. Poerbaningsih A.W., S.H., Notaris di Jakarta, yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-00142 HT.01.04.TH.2001 tanggal 17 April 2001 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kodya Jakarta Selatan di bawah No. 340/BH.09.03/VI/2001 tanggal 30 April 2001 serta telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 17 Juli 2001 No. 57 Tambahan No. 4670.

Berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (”RUPSLB”) tanggal 15 Desember 2005 yang dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB No.18 tanggal 15 Desember 2005, dibuat dihadapan DR. A. Partomuan Pohan, SH, LLM, Notaris di Jakarta dan pernyataan efektif dari Bapepam tanggal 23 November 2005 dengan Surat No.S-3278/PM/2006 serta persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.C-34313 HT.01.04.TH.2005 tanggal 23 Desember 2005 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 2 tanggal 6 Januari 2006 Tambahan Berita Negara No. 214. Perseroan melakukan peningkatan modal modal dasar dari Rp500 Milyar menjadi Rp2 Triliun dan modal disetor dari Rp200 Milyar menjadi Rp500 Milyar melalui Penawaran Umum Terbatas I (”PUT I”) kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan HMETD sejumlah 3 milyar saham baru dengan nilai nominal Rp100 (seratus rupiah) per saham yang ditawarkan.

(2)

a. Pendirian dan Informasi Umum (lanjutan)

dengan harga penawaran Rp100 (seratus rupiah) persaham dan penerbitan 666.666.654 Waran Seri I yang menyertai Saham Baru tersebut yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham Perseroan dan/atau pemegang HMETD yang melaksanakan HMETD-nya dengan nilai nominal Rp100 (seratus rupiah) per saham dan pelaksanaan Rp120 (seratus dua puluh rupiah) per saham.

Berdasarkan persetujuan RUPS tanggal 16 April 2009, dimuat dalam Akta Notaris DR. A. Partomuan Pohan, S.H., L.LM No.7 tanggal 17 April 2009 dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No.AHU-22959.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 26 Mei 2009, diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.56 tanggal 14 Juli 2009 Tambahan No.18380/2009, nama Perseroan berubah menjadi PT Bank ICB Bumiputera Tbk. Sesuai surat keputusan Gubernur Bank Indonesia No.11/45/KEP.GBI/2009 tanggal 11 September 2009, izin usaha atas nama PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk dirubah menjadi izin usaha PT Bank ICB Bumiputera Tbk.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan usaha Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kantor pusat Bank beralamat di Menara ICB Bumiputera, Jl. Probolinggo No.18 Menteng, Jakarta Pusat 10350.

Pada tanggal 30 Juni 2011, Bank memiliki 16 kantor cabang, 32 kantor cabang pembantu, 74 kantor kas dan 5 payment point yang seluruhnya berlokasi di Indonesia.

b. Penawaran Umum Efek Bank Penawaran Umum Perdana Saham

Pada tanggal 27 Juni 2002, Bank memperoleh pernyataan efektif dari Ketua BAPEPAM dengan suratnya No. S-1402/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum atas 500.000.000 saham Bank kepada masyarakat. Nilai nominal per saham Rp100 dengan harga penawaran sebesar Rp120 per saham. Pada tanggal 15 Juli 2002 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.

Penawaran Umum Terbatas I (PUT I)

Berdasarkan hasil keputusan RUPSLB tanggal 15 Desember 2005 yang dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB No. 18 tanggal 15 Desember 2005 yang dibuat oleh DR. A. Partomuan Pohan, SH, LLM, Notaris di Jakarta dan pernyataan efektif dari BAPEPAM tanggal 23 November 2005 dengan Surat No. S-3278/PM/2006 serta persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. C-34313 HT.01.04.TH.2005 tanggal 23 Desember 2005, Bank melakukan peningkatan modal modal dasar dari Rp 500.000 juta menjadi Rp 2.000.000 juta dan modal disetor dari Rp 200.000 juta menjadi Rp 500.000 juta melalui PUT I kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (“HMETD”) sejumlah 3.000 juta Saham Baru dengan nilai nominal Rp 100,00 (seratus rupiah) per saham

(3)

1. UMUM (lanjutan)

b. Penawaran Umum Efek Bank (lanjutan)

Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) (lanjutan)

yang ditawarkan dengan harga penawaran Rp 100,00 (seratus rupiah) per saham dan penerbitan 666.666.654 Waran Seri I yang menyertai Saham Baru tersebut yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham Perseroan dan/atau pemegang HMETD yang melaksanakan HMETD-nya dengan nilai nominal Rp 100,00 (seratus rupiah) per saham dan pelaksanaan Rp 120,00 (seratus dua puluh rupiah) per saham yang dapat dilaksanakan selama periode pelaksanaan Waran Seri I yaitu mulai tanggal 3 Juli 2006 sampai dengan 30 Desember 2010.

Pada bulan Januari 2006 Bank telah menerima seluruh setoran dari pemegang saham sehubungan dengan PUT I tersebut. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 2 Januari 2006.

Pada bulan Agustus 2010, Bank telah menerbitkan 40.999 saham baru dari portepel Perseroan hasil penukaran (exercise) 40.999 Waran Seri I tahun 2005 dan bulan Desember 2010 telah menerbitkan 486.037.542 saham baru dari portepel Perseroan hasil penukaran (exercise) 486.037.542 Waran Seri I tahun 2005.

Penawaran Umum Terbatas II (PUT II)

Pada bulan Mei 2010, Bank telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran dengan surat No.178/BABP/DIR/V/2010 kepada BAPEPAM-LK sehubungan dengan PUT II kepada para pemegang saham Perseroan dalam rangka penerbitan HMETD dengan penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang diberi nama ”Obligasi Wajib Konversi Bank ICB Bumiputera Tahun 2010” dengan jumlah pokok sebesar Rp.150.000 juta. Bank memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk PUT II melalui surat keputusannya No.S-5539/BL/2010 tanggal 22 Juni 2010. PUT II telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPSLB tanggal 22 Juni 2010. OWK dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia tanggal 21 Juli 2010.

Setiap pemegang 10 (sepuluh) saham Bank yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Bank pada tanggal 2 Juli 2010 pukul 16.00 WIB berhak atas 3 (tiga) HMETD dimana setiap 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli 1 (satu) unit OWK, dengan harga penawaran sebesar Rp100 (seratus Rupiah) setiap 1 (satu) unit OWK yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan OWK.

OWK ini diterbitkan tanpa warkat, ditawarkan dengan nilai 100% (seratus persen) dari nilai nominal, berjangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak Tanggal Emisi. OWK menawarkan tingkat bunga tetap sebesar 8% (delapan persen) per tahun untuk semester pertama dan bunga mengambang untuk semester ke-2 (dua) sampai semester ke-10 (sepuluh) yang besarnya ditentukan berdasarkan tingkat bunga Sertipikat Bank Indonesia (untuk selanjutnya disingkat (”SBI”) berjangka waktu 3 (tiga) bulan ditambah premi 1% (satu persen) per tahun atau sebesar 8% (delapan persen) per tahun (mana yang lebih tinggi diantara keduanya).

Bunga OWK dibayarkan setiap semesteran, sesuai dengan tanggal pembayaran Bunga OWK. Pembayaran Bunga OWK pertama dilakukan pada tanggal 19 Januari 2011 sedangkan pembayaran Bunga OWK terakhir sekaligus tanggal jatuh tempo OWK adalah tanggal 19 Juli 2015. OWK

(4)

b. Penawaran Umum Efek Bank (lanjutan)

Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) (lanjutan)

seluruhnya wajib dikonversi menjadi saham baru yang dikeluarkan oleh Bank pada Tanggal Konversi yaitu tanggal 19 Juli 2015.

Saham hasil konversi OWK ini seluruhnya merupakan saham yang dikeluarkan dari Portepel Perseroan dan akan dicatatkan di Bursa Efek. Jika OWK yang ditawarkan dalam PUT II ini tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh Pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya sebagaimana tercantum dalam Daftar Pemegang HMETD, secara proporsional berdasarkan hak yang dilaksanakan

OWK ini tidak dijamin dengan suatu agunan khusus oleh Bank dan dari pihak ketiga lainnya, termasuk tidak dijamin oleh Negara Republik Indonesia dan tidak dimasukkan dalam program Penjaminan Bank yang dilaksanakan oleh lembaga penjamin simpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, akan tetapi dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Perjanjian Perwaliamanatan secara umum dijamin dengan seluruh harta kekayaan Bank, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi Pemegang OWK ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia.

Jumlah dana yang diperoleh dari PUT II adalah sebesar Rp150.000 juta dan telah diterima Bank pada bulan Juli 2010. Sebagian dari dana yang diperoleh yaitu sebesar Rp3.471.007 ribu digunakan sebagai biaya emisi.

c. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit dan Karyawan

Susunan pengurus Bank pada tanggal 30 Juni 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

DEWAN KOMISARIS 2011

Presiden Komisaris

merangkap Komisaris Independen Dato’ Mat Amir bin Jaffar

Komisaris Tai Terk Lin

Komisaris Independen Herald Tonny Hasiholan Bako Komisaris Independen Ria Budiweni Sumiati Pardede Komisaris Independen Bambang Setijoprodjo

DEWAN KOMISARIS 2010

Presiden Komisaris

merangkap Komisaris Independen Dato’ Mat Amir bin Jaffar

Komisaris Naimah binti Abdul Khalid

Komisaris Tai Terk Lin

Komisaris Independen Herald Tonny Hasiholan Bako Komisaris Independen Ria Budiweni Sumiati Pardede Komisaris Independen Bambang Setijoprodjo

(5)

1. UMUM (lanjutan)

c. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit dan Karyawan (lanjutan)

Seluruh anggota Dewan Komisaris per 30 Juni 2011 telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia berturut-turut sesuai surat No.10/181/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 9 Desember 2008, No.13/9/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 21 Januari 2011, No.10/181/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 9 Desember 2008, No.10/181/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 9 Desember 2008 dan No. 11/72/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 10 Juni 2009.

DIREKSI 2011

Presiden Direktur Lee Meng Lai *)

Direktur Tay Un Soo **)

Direktur yang membawahkan

Fungsi Kepatuhan Bambang Setiawan *)

Direktur Jap Hartono

Direktur Stephanus Sungkowo Adi Wikarto

Direktur Rajuendran Marrapan

DIREKSI 2010

Presiden Direktur Sridhar Natarajan Wakil Presiden Direktur Dian A. Soerarso

Direktur Kepatuhan Yosef A.B. Badilangoe

Direktur Jap Hartono

Direktur Tay Un Soo

Direktur Stephanus Sungkowo Adi Wikarto

Direktur Rajuendran Marrapan

*) Pengangkatan akan berlaku efektif setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.

**) Selama pengangkatan Lee Meng Lai sebagai Presiden Direktur Perseroan yang baru belum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, maka sebagai Pelaksana Tugas Presiden Direktur adalah Tay Un Soo.

Kecuali Lee Meng Lai dan Bambang Setiawan, seluruh anggota Direksi telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia berturut-turut sesuai surat No.11/111/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 21 Agustus 2009, No.11/63/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 22 Mei 2009, No.11/111/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 21 Agustus 2009 dan No.12/138/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 29 Oktober 2010.

Pada tanggal 30 Juni 2011 dan 2010, jumlah karyawan masing-masing sebanyak 1.635 dan 1.251 karyawan.

(6)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING a. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan Bank disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi Keuangan, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. VIII. G.7 yang merupakan lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, dan Surat Edaran Ketua BAPEPAM No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan.

Laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2011 dan 2010 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) versi 2008.

Laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2011 dan 2010 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 31 (revisi 2000) tentang “Akuntansi Perbankan” dan PAPI versi 2000. PSAK No. 31 tersebut telah dicabut efektif tanggal 1 Januari 2010.

Dasar penyusunan laporan keuangan, kecuali untuk laporan arus kas adalah dasar akrual. Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain, Sertifikat Bank Indonesia, penempatan pada Bank Indonesia, dan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia yang jatuh tempo dalam 3 (tiga) bulan dari tanggal akuisisi.

Sebelum 1 Januari 2010, kas dan setara kas untuk tujuan laporan arus kas, terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain. Perubahan tersebut terkait dengan dicabutnya PSAK No. 31 (Revisi 2000) tentang “Akuntansi Perbankan” yang efektif tanggal 1 Januari 2010.

b. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dalam rupiah dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs spot Reuters pada pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 pukul 16.00 WIB. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan.

(7)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) b. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing (lanjutan)

Kurs yang digunakan untuk menjabarkan aset dan kewajiban dalam mata uang asing adalah kurs spot Reuters pukul 16.00 WIB dengan rincian sebagai berikut:

30 Juni 2011 31Desember 2010 1 Dolar Amerika Serikat (USD) 8.575,50 9.010,00 1 Dolar Singapura (SGD) 6.979,26 7.025,89 1 Yen Jepang (JPY) 106,68 110,75 1 Dolar Hong Kong (HKD) 1.101,90 1.159,08 1 Dolar Australia (AUD) 9.202,37 9.169,48 1 Euro (EUR) 12.418,18 12.017,99

c. Transaksi Hubungan Istimewa

Bank melakukan transaksi dengan pihak hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam PSAK No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

1) perusahaan yang secara langsung maupun yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Bank (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2) perusahaan asosiasi;

3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Bank yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Bank);

4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Bank yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Bank serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Bank dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Bank.

Seluruh transaksi signifikan dengan pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

(8)

d. Aset dan Kewajiban Keuangan

Aset keuangan Bank terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, pendapatan bunga yang masih akan diterima dan aset lain-lain.

Kewajiban keuangan Bank terdiri dari kewajiban segera, simpanan, simpanan dari bank lain, kewajiban derivatif, kewajiban akseptasi, pinjaman yang diterima, bunga yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain (obligasi wajib konversi, biaya yang masih harus dibayar, dan setoran jaminan).

Bank menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No. 50 (Revisi 2006), ”Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, efektif sejak 1 Januari 2010, yang masing-masing menggantikan PSAK No. 55 (Revisi 1999), “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”, dan PSAK No. 50 (Revisi 1999), “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”.

Pengakuan dan Pengukuran

Klasifikasi instrumen keuangan pada pengakuan awal tergantung pada tujuan dan intensi manajemen serta karakteristik dari instrumen keuangan tersebut. Semua instrumen keuangan pada saat pengakuan awal diukur sebesar nilai wajarnya.

Pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi aset keuangan dan kewajiban keuangan tersebut.

Seluruh aset keuangan dan kewajiban keuangan diakui pada tanggal penyelesaian.

Instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah yang ditetapkan oleh manajemen sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi di awal pengakuan serta aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat perubahan nilai wajar instrumen keuangan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Kenaikan/penurunan nilai wajar aset keuangan”.

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah aset-aset yang diperoleh Bank atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat, atau jika merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking), atau merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan atau instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif). Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan atau ditetapkan pada nilai wajar melalui laporan laba atau rugi. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur sebesar nilai wajar. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi diakui langsung dalam ekuitas sebagai “Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar aset keuangan yang tersedia untuk dijual”.

(9)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) d. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan)

Pengakuan dan Pengukuran (lanjutan)

Penurunan nilai atas aset keuangan tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Penyisihan kerugian penurunan nilai atas instrumen keuangan” dan dikeluarkan dari ekuitas.

Aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dimana Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Setelah pengakuan awal, aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan diskonto atau premi pada awal akuisisi dan fee/biaya sebagai bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi dan kerugian yang timbul dari penurunan nilai akan diakui dalam laporan laba rugi. Kredit yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan yang tidak dikuotasikan pada pasar aktif, kecuali:

- Aset dimana Bank mempunyai intensi untuk menjual segera atau dalam waktu dekat dan kredit yang diberikan dan piutang yang diukur Bank pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat awal pengakuan;

- Aset dimana Bank pada awal pengakuan diakui sebagai tersedia untuk dijual; atau

- Aset dimana Bank tidak mendapat pengembalian secara substansial atas investasi awal Bank, selain karena penurunan kualitas aset keuangan.

Setelah pengukuran awal, kredit diberikan dan piutang diukur selanjutnya dinilai sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal serta fee dan biaya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi suku bunga efektif dan kerugian yang timbul atas penurunan nilai diakui di dalam laporan laba rugi.

Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar kewajiban yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dan yang diukur dari nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat melalui laporan laba rugi sebagai “keuntungan/kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. Kewajiban keuangan yang diukur berdasarkan biaya perolehan diamortisasi merupakan kewajiban keuangan yang selain atau tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Setelah pengakuan awal, Bank mengukur seluruh kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

(10)

d. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) Pengakuan dan Pengukuran (lanjutan)

Tabel berikut menyajikan klasifikasi instrumen keuangan Bank berdasarkan karakteristik dari instrumen keuangan tersebut:

Instrumen Keuangan Klasifikasi/Classification

Aset keuangan:

Kas

Kredit yang diberikan dan piutang/ Loans and receivables

Giro pada Bank Indonesia

Kredit yang diberikan dan piutang/ Loans and receivables

Giro pada bank lain

Kredit yang diberikan dan piutang/ Loans and receivables Penempatan pada Bank Indonesia

dan bank lain

Kredit yang diberikan dan piutang/ Loans and receivables

Efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual

Aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual/

Held-to-maturity financial assets, and available-for-sale financial assets

Tagihan derivatif

Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi/Financial assets designated at fair value through profit

or loss

Kredit yang diberikan

Kredit yang diberikan dan piutang/ Loans and receivables

(11)

1. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) d. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan)

Pengakuan dan Pengukuran (lanjutan)

Instrumen Keuangan Klasifikasi/Classification

Tagihan akseptasi

Kredit yang diberikan dan piutang/

Loans and receivables

Pendapatan bunga yang masih akan diterima

Kredit yang diberikan dan piutang/

Loans and receivables

Kewajiban keuangan:

Kewajiban segera

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured at

amortized cost

Simpanan nasabah

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured at

amortized cost

Simpanan dari bank lain

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured at

amortized cost

Kewajiban derivatif

Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi/Financial

liabilities designated at fair value through profit or loss

Kewajiban akseptasi

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured

at amortized cost

Pinjaman diterima

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured

at amortized cost

Bunga yang masih harus dibayar

Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured

at amortized cost

Kewajiban lain-lain

Kewajiban keuangan yang diukur pada

biaya perolehan diamortisasi/Liabilities measured at amortized cost

(12)

d. Aset dan kewajiban keuangan (lanjutan)

Bank menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika, hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau Bank mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau menanggung kewajiban untuk membayarkan arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa penundaan berarti kepada pihak ketiga dibawah kesepakatan pelepasan (pass through arrangement); dan (a) Bank telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, atau (b) Bank tidak mentransfer maupun tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, namun telah mentransfer pengendalian atas aset tersebut.

Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya pada saat kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.

Saling Hapus

Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya dilaporkan di neraca jika, dan hanya jika, saat ini terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk saling hapus jumlah keduanya dan terdapat intensi untuk diselesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajiban secara bersamaan. Pendapatan dan beban disajikan secara bersih jika diperbolehkan oleh standar akuntansi.

Nilai Wajar

Nilai wajar adalah nilai yang digunakan untuk mempertukarkan suatu aset atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban antara pihak-pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar (arm’s length transaction).

Nilai wajar suatu aset atau kewajiban keuangan dapat diukur dengan menggunakan kuotasi di pasar aktif, yaitu jika harga yang dikuotasikan tersedia setiap waktu dan dapat diperoleh secara rutin dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.

Dalam hal tidak terdapat pasar aktif untuk suatu aset atau kewajiban keuangan, maka Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Teknik penilaian meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak yang berkeinginan dan memahami, dan bilamana tersedia, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama.

Reklasifikasi Instrumen Keuangan

Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi keuangan dari atau ke klasifikasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrument keuangan dimiliki atau diterbitkan.

Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi aset keuangan dari kategori dari kategori dimiliki hingga jatuh tempo. Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (selain dari kondisi spesifik tertentu), maka seluruh aset keuangan yang dimiliki jatuh tempo harus direklasifikasi menjadi aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya, Bank tidak diperkenenkan menklasifikasi aset keuangan sebagai aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo selama dua tahun berikutnya.

(13)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) d. Aset dan kewajiban keuangan (lanjutan)

Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan pada saat itu keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas diakui pada laporan laba rugi. e. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

f. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain

Sejak 1 Januari 2010, giro pada bank lain dan Bank Indonesia setelah perolehan awal diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai diukur bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam catatan 2l.

Sebelum 1 Januari 2010, giro pada bank lain dinyatakan sebesar saldo dikurangi penyisihan kerugian. Giro pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo giro. Penyisihan kerugian diakui dengan menggunakan metodologi sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2m.

g. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk call money, penempatan dalam fixed term, deposito berjangka dan lain-lain.

Penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurangi dengan pendapatan bunga yang ditangguhkan.

Sejak 1 Januari 2010, penempatan pada bank lain dinilai berdasarkan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai diukur bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam catatan 2l.

Sebelum 1 Januari 2010, penempatan pada bank lain dinyatakan sebesar saldo setelah dikurangi penyisihan kerugian. Penyisihan kerugian diakui dengan menggunakan metodologi sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2m.

(14)

h. Efek-efek

Sejak tanggal 1 Januari 2010, efek-efek diklasifikasikan sebagai berikut: Efek-efek yang Diperdagangkan

Efek-efek yang diperdagangkan diakui dan diukur sebesar nilai wajar di neraca pada saat pengakuan awal. Setelah pengakuan awal, keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar efek-efek dan biaya transaksi yang terjadi diakui langsung di dalam laporan laba rugi. Laba atau rugi yang direalisasikan pada saat efek-efek yang diperdagangkan dijual, diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan. Efek-efek yang diperdagangkan tidak direklasifikasi setelah pengakuan awal.

Efek-efek yang Tersedia untuk Dijual

Efek-efek yang tersedia untuk dijual diakui dan diukur sebesar nilai wajar surat berharga dengan memperhitungkan pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan langsung pada pembelian efek-efek. Setelah pengakuan awal, keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar efek-efek diakui secara langsung pada ekuitas.

Efek-efek yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo diakui dan diukur sebesar nilai wajar dengan memperhitungkan pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan langsung pada pembelian efek-efek. Setelah pengakuan awal, efek-efek diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.

Sebelum tanggal 1 Januari 2010, pengukuran efek-efek pada saat pengakuan awal dan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi masing-masing sebagai diperdagangkan, dimiliki hingga jatuh tempo atau tersedia untuk dijual.

1. Diperdagangkan

Efek-efek untuk tujuan diperdagangkan dinyatakan sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan nilai wajar dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan.

(15)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) h. Efek-efek (lanjutan)

2. Tersedia untuk dijual

Efek-efek tersedia untuk dijual dinyatakan sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan nilai wajar disajikan sebagai komponen ekuitas setelah diperhitungkan dengan amortisasi premi dan diskonto. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi tersebut dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan pada saat realisasi.

3. Dimiliki hingga jatuh tempo

Efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo yang dinyatakan sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto.

i. Tagihan dan Kewajiban Derivatif

Sejak 1 Januari 2010, transaksi derivatif diakui sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.

Tagihan dan kewajiban derivatif diklasifikasikan sebagai asset dan kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Keuntungan atau kerugian dari kontrak derivatif yang tidak ditujukan untuk lindung nilai (atau tidak memenuhi kriteria untuk dapat diklasifikasikan sebagai lindung nilai) diakui pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Instrumen derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama non-derivatif dan diperlakukan sebagai instrumen derivatif jika seluruh kriteria berikut terpenuhi:

1. Risiko dan karakteristik ekonomi dari derivatif melekat tidak secara erat berhubungan dengan karakteristik dan risiko kontrak utama.

2. Instrumen terpisah dengan kondisi yang sama dengan instrumen derivatif melekat memenuhi definisi dari derivatif, dan

3. Instrumen hibrid (kombinasi) tidak diukur secara harga wajar dengan perubahan nilai wajar diakui di dalam laporan laba rugi (yaitu derivatif melekat di dalam aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melakui laba rugi tidak dipisahkan).

Seluruh instrumen derivatif (termasuk transaksi valuta asing untuk tujuan pendanaan dan perdagangan) dicatat dalam neraca berdasarkan nilai wajarnya. Nilai wajar tersebut ditentukan berdasarkan harga pasar, kurs Reuters pada tanggal pelaporan neraca, diskonto arus kas, model penentu harga atau harga yang diberikan oleh broker (quoted price) atas instrumen lainnya yang memiliki karakteristik serupa atau model penentuan harga.

Sebelum 1 Januari 2010, tagihan derivatif disajikan setelah dikurangi dengan penyisihan kerugian. Penyisihan kerugian dihitung dengan menggunakan metodologi sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2m.

(16)

j. Kredit

Sejak 1 Januari 2010, kredit yang diberikan ke nasabah diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi yang timbul pada saat akuisisi serta biaya/fee transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan suku bunga efektif. Amortisasi tersebut diakui pada laporan laba rugi. Penyisihan kerugian atas penurunan nilai dilakukan bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam catatan 2l.

Sebelum tanggal 1 Januari 2010, kredit yang diberikan dinyatakan sebesar saldo kredit bruto dikurangi dengan penyisihan kerugian yang dibentuk berdasarkan evaluasi kolektibilitas kredit yang diberikan. Penyisihan kerugian diakui dengan menggunakan metodologi sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2m.

Kredit sindikasi, kredit dalam rangka pembiayaan bersama dan penerusan kredit (channelling) dinyatakan sebesar pokok kredit sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Bank.

Restrukturisasi kredit meliputi modifikasi persyaratan kredit, konversi kredit menjadi saham atau instrument keuangan lainnya dan/atau kombinasi dari keduanya.

Kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit yang berkaitan dengan modifikasi persyaratan kredit hanya diakui bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang telah ditentukan dalam persyaratan kredit yang baru, termasuk penerimaan yang diperuntukkan sebagai bunga maupun pokok, adalah lebih kecil dari nilai kredit yang diberikan yang tercatat sebelum restrukturisasi. Untuk restrukturisasi kredit bermasalah dengan cara konversi kredit yang diberikan menjadi saham atau instrument keuangan lainnya, kerugian dari restrukturisasi kredit diakui hanya apabila nilai wajar penyertaan saham atau instrument keuangan yang diterima dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya, adalah kurang dari nilai tercatat kredit yang diberikan.

Tunggakan bunga yang dikapitalisasi menjadi pokok kredit yang baru dalam rangka restrukturisasi kredit dicatat sebagai pendapatan bunga dengan cara amortisasi secara proporsional berdasarkan persentase tagihan bunga non-performing yang dikapitalisasi terhadap pokok kredit baru dikalikan dengan angsuran pokok yang diterima.

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Bank dalam restrukturisasi kredit bermasalah dicatat sebagai biaya pada saat terjadinya.

k. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi

Dalam kegiatan bisnis biasa, Bank memberikan jaminan keuangan, seperti letters of credit, bank garansi, dan akseptasi.

Sejak 1 Januari 2010, tagihan akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi oleh penyisihan penurunan nilai. Kewajiban akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan suku bunga efektif.

(17)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) k. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi (lanjutan)

Sebelum 1 Januari 2010, tagihan dan kewajiban akseptasi dinyatakan sebesar nilai Letter of Credit (L/C) atau nilai yang dapat direalisasi atas L/C yang diaksep oleh bank pengaksep. Tagihan akseptasi disajikan sebesar L/C yang diaksep setelah dikurangi dengan penyisihan kerugian.

Sejak 1 Januari 2010, penyisihan kerugian penurunan nilai dilakukan bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2l.

Sebelum 1 Januari 2010, penyisihan kerugian diakui dengan menggunakan metodologi sebagaimana diungkapakan dalam Catatan 2m.

l. Penurunan Nilai Instrumen Keuangan

Sejak tanggal 1 Januari 2010, pada setiap tanggal neraca, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai), yang berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

Bukti penurunan nilai meliputi indikasi kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam, wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga, kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya dan data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang, misalnya perubahan tunggakan atau kondisi ekonomi yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.

Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dan nilai sekarang dari estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang diharapkan tapi belum terjadi).

m. Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif, Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi serta Penyisihan Kerugian Aktiva Non Produktif

Sebelum 1 Januari 2010, Bank membentuk penyisihan kerugian atas aset produktif dan aset non-produktif berdasarkan penelaahan manajemen terhadap kualitas aset produktif dan aset non-produktif tersebut pada tiap akhir tahun, evaluasi manajemen atas prospek usaha, kinerja keuangan dan kemampuan membayar setiap debitur. Serta mempertimbangkan juga hal-hal lain seperti klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia, klasifikasi yang ditetapkan oleh bank umum lainnya atas aset produktif yang diberikan oleh lebih dari satu bank (BI checking) dan ketersediaan laporan keuangan debitur yang telah diaudit.

(18)

m. Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif, Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi serta Penyisihan Kerugian Aktiva Non Produktif (lanjutan)

Dalam menentukan penyisihan kerugian dan peringkat kualitas aset, Bank menerapkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006, PBI No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009.

Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham serta komitmen dan kontinjensi dengan risiko kredit.

Penggolongan kualitas untuk aset non-produktif yang berupa rekening antar kantor dan suspense accounts adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Persentase Penyisihan Kerugian

Lancar* 1%

Dalam Perhatian Khusus 5%

Kurang Lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

*) di luar Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Fasilitas Simpanan Bank Indonesia, obligasi Pemerintah Republik Indonesia, dan aset produktif yang dijamin dengan agunan tunai. Penyisihan khusus terhadap kredit bermasalah dihitung berdasarkan kemampuan debitur dalam membayar hutang. Penyisihan khusus dibentuk ketika timbul keraguan akan kemampuan debitur dalam membayar dan menurut pertimbangan Manajemen, estimasi jumlah yang akan diperoleh kembali dari debitur berada di bawah jumlah pokok dan bunga kredit yang belum terbayar. Penyisihan kerugian untuk komitmen dan kontinjensi yang dibentuk disajikan sebagai kewajiban pada neraca dalam akun “Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi”. Aset non-produktif adalah aset bank selain aset produktif yang memiliki potensi kerugian, dan antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense accounts. Penyisihan kerugian untuk agunan yang diambil alih dan properti terbengkalai dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori dengan besarnya minimum persentase sebagai berikut: Klasifikasi Persentase Penyisihan Kerugian Lancar 0%

Kurang Lancar 15%

Diragukan 50%

(19)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan)

m. Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif, Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi serta Penyisihan Kerugian Aktiva Non Produktif (lanjutan)

Penyisihan kerugian untuk rekening antar kantor dan suspense account dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori dengan besarnya minimum persentase sebagai berikut:

Klasifikasi Persentase Penyisihan Kerugian

Lancar 0%

Macet 100%

Tidak ada perubahan untuk penyisihan kerugian atas asset non-produktif setelah tanggal 1 Januari 2010.

n. Aktiva Tetap

Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat (carrying amount) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.

Semua aset kecuali tanah, disusutkan berdasarkan metode garis lurus selama estimasi masa manfaat aset tersebut sebagai berikut:

Jenis Aktiva Tetap Masa Manfaat

Bangunan dan Renovasi bangunan 5-20 tahun

Kendaraan bermotor 5 tahun

Perabotan kantor 5 tahun

Peralatan kantor Piranti lunak komputer Piranti keras komputer

5 tahun

5 tahun 5 tahun

Aset tetap dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tetap tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.

(20)

n. Aktiva Tetap (lanjutan)

Nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan ditelaah, dan jika sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif pada setiap akhir periode.

o. Sewa

Bank telah menerapkan PSAK No. 30 (Revisi 2007). “Sewa” yang menggantikan PSAK No. 30 (1990), “Akuntansi Sewa Guna Usaha”. Berdasarkan PSAK yang telah direvisi, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Jika tidak demikian, maka sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Sebagai sewa operasi, pembayaran dari sewa operasi diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi selama masa sewa dengan menggunakan metode garis lurus. Penerapan PSAK ini tidak menimbulkan efek yang signifikan ke laporan keuangan Bank.

p. Agunan yang Diambil Alih

Agunan yang diambil alih sehubungan dengan penyelesaian kredit yang diberikan disajikan sebagai bagian dari akun “Aset Lain-lain” dan dicatat berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu nilai wajar agunan setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan. Selisih lebih antara saldo kredit yang tidak dapat ditagih dengan nilai agunan yang diambil alih tersebut dibebankan pada penyisihan kerugian kredit.

Biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada usaha pada saat terjadinya. Laba atau rugi yang diperoleh atau berasal dari penjualan agunan yang diambil alih disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan (Beban) Non-Operasional - Lain-lain - Bersih” dalam laporan laba rugi tahun berjalan

.

q. Biaya Emisi Saham

Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurangan dari tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

r. Simpanan dan Simpanan dari Bank Lain

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah (di luar bank lain) kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Simpanan terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka.

Sejak tanggal 1 Januari 2010, simpanan nasabah diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi menggunakan suku bunga efektif. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dikurangkan dari jumlah simpanan yang diterima.

Sebelum 1 Januari 2010, simpanan nasabah dinyatakan sebesar nilai kewajiban Bank kepada nasabah.

Simpanan dari bank lain terdiri dari kewajiban terhadap bank lain, baik local maupun luar negeri, dalam bentuk giro, tabungan, interbank call money dengan periode jatuh tempo menurut perjanjian

(21)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) r. Simpanan dan Simpanan dari Bank Lain (lanjutan)

kurang atau sama dengan 90 hari, deposito berjangka dan sertifikat deposito.

Sejak tanggal 1 Januari 2010, simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi menggunakan suku bunga efektif. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dikurangkan dari jumlah simpanan yang diterima.

Sebelum 1 Januari 2010, kewajiban terhadap bank lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban terhadap bank lain.

s. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga

Sejak 1 Januari 2010, secara prospektif, untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, aset dan kewajiban keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang akan mendiskonto secara tepat estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang sepanjang perkiraan umur instrumen keuangan tersebut atau, jika lebih tepat untuk masa yang lebih singkat, sebagai nilai tercatat bersih dari aset atau kewajiban keuangan tersebut. Perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh syarat dan ketentuan kontraktual instrumen keuangan termasuk fee/biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan instrumen tersebut yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Nilai tercatat aset atau kewajiban keuangan disesuaikan jika Bank merevisi estimasi pembayaran maupun penerimaan. Nilai tercatat yang disesuaikan tersebut dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal dan perubahan nilai tercatat dicatat di laporan laba rugi. Tetapi untuk aset keuangan yang telah direklasifikasi, dimana pada tahun berikutnya Bank meningkatkan estimasi penerimaan kas sebagai hasil dari peningkatan pengembalian penerimaan kas, dampak peningkatan pemulihan tersebut diakui sebagai penyesuaian suku bunga efektif sejak tanggal perubahan estimasi.

Pada saat nilai tercatat aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang serupa telah diturunkan akibat adanya kerugian penurunan nilai, pendapatan bunga tetap diakui dengan menggunakan tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas masa mendatang dalam pengukuran kerugian penurunan nilai.

Sebelum 1 Januari 2010, pendapatan dan beban bunga diakui secara akrual, kecuali pendapatan bunga atas kredit yang diberikan dan aset produktif lainnya yang diklasifikasi sebagai non-performing. Pendapatan bunga tersebut diakui pada saat pendapatan tersebut diterima. Pendapatan bunga yang telah diakui atau dicatat tetapi belum diterima, dibatalkan pada saat pinjaman tersebut diklasifikasikan non-performing. Pendapatan bunga atas aset non-performing yang belum diterima dicatat sebagai tagihan kontinjensi dalam rekening administratif dan diakui sebagai pendapatan pada saat diterima secara tunai.

(22)

s. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga (lanjutan)

Kredit yang diberikan dan aset produktif lainnya (tidak termasuk efek-efek) diklasifikasikan sebagai non-performing jika telah masuk dalam klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan, efek-efek diklasifikasikan sebagai non-performing jika penerbit efek mengalami wanprestasi dalam memenuhi pembayaran bunga dan/atau pokok atau memiliki peringkat paling kurang 1 (satu) tingkat di bawah peringkat investasi.

Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan pinjaman diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok pinjaman. Kelebihan peneriman dari pokok pinjaman diakui sebagai pendapatan bunga.

Tunggakan bunga yang dikapitalisasi menjadi pokok tagihan dalam perjanjian pinjaman yang baru dalam rangka restrukturisasi dicatat sebagai pendapatan bunga yang ditangguhkan dan akan diakui sebagai pendapatan dan diamortisasi berdasarkan proporsi nilai bunga yang dikapitalisasi terhadap pokok pinjaman baru pada saat pembayaran pinjaman diterima.

t. Pengakuan Pendapatan dan Beban Provisi dan Komisi

Sejak tanggal 1 Januari 2010, pendapatan dan beban provisi dan komisi dari aset dan kewajiban keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, dimasukkan dalam perhitungan suku bunga efektif. Pendapatan dan beban ini diamortisasi sepanjang perkiraan umur aset atau kewajiban keuangan.

Saldo beban yang ditangguhkan dan pendapatan komisi atas kredit yang diberikan yang diakhiri atau diselesaikan sebelum jatuh tempo diakui sebagai pendapatan dalam penyelesaian.

Sebelum tanggal 1 Januari 2010, pendapatan dan beban provisi dan komisi yang jumlahnya signifikan serta berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan kredit yang diberikan dan pinjaman diterima diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis sesuai dengan jangka waktu kredit yang diberikan dan pinjaman yang diterima. Jika kredit yang diberikan dan pinjaman yang diterima dilunasi sebelum jatuh temponya, saldo pendapatan atau beban provisi dan komisi yang ditangguhkan diakui pada saat kredit yang diberikan atau pinjaman diterima atau dilunasi.

Provisi dan komisi yang tidak berkaitan dengan kredit yang diberikan dan pinjaman diterima atau jangka waktu kredit yang diberikan dan pinjaman diterima atau tidak material, diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi.

u. Pajak Penghasilan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak tahun mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aktiva dan kewajiban.

(23)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) u. Pajak Penghasilan (lanjutan)

Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebtabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan kepada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah berlangsung atau dikreditkan ke ekuitas.

Perubahan atas kewajiban perpajakan dicatat ketika ketetapan pajak diterima atau jika keberatan diajukan oleh Bank, ketika hasil dari keberatan tersebut telah ditentukan.

v. Imbalan Pasca Kerja

Bank menyelenggarakan program dana pensiun iuran pasti untuk seluruh karyawan tetap yang memenuhi persyaratan. Iuran untuk program ini dihitung berdasarkan gaji kotor karyawan, sebesar 2% yang ditanggung oleh karyawan dan berkisar antara 5 % sampai 10% ditanggung oleh Bank. Program tersebut dikelola oleh DPLK Manulife Indonesia. Bagian iuran yang ditanggung oleh Bank dibebankan langsung pada operasi pada saat terjadinya.

Bank memiliki kebijakan untuk menghitung dan mengakui selisih antara imbalan yang akan diterima karyawan berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan yang berlaku dengan manfaat yang diperoleh dari program dana pensiun iuran pasti diatas.

Sehubungan dengan kebijakan Bank dan sejalan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 (UU Tenaga kerja). tertanggal 25 Maret 2003, Bank melakukan penyisihan untuk taksiran kewajiban manfaat karyawan sebesar kekurangan mafaat yang diperoleh dari program dana pensiun iuran pasti, sebagaimana telah dijelaskan di atas, agar memenuhi manfaat minimum yang dipersyaratkan untuk dibayarkan kepada karyawan sesuai dengan UU Tenaga kerja tersebut.

Perhitungan imbalan pasca kerja dilakukan dengan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja partisipan program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested , dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.

w. Laba per Saham

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang telah disesuaikan dengan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.

(24)

x. Instrumen keuangan majemuk

Instrumen keuangan majemuk yang diterbitkan oleh Bank, terdiri dari obligasi yang wajib dikonversi ke modal saham, dan besarnya jumlah saham yang akan diterbitkan tidak akan berubah sesuai dengan perubahan nilai wajarnya.

Pengakuan awal komponen kewajiban dari instrumen kewajiban majemuk menggunakan nilai wajar dari kewajiban sejenis yang tidak mempunyai opsi konversi ke ekuitas. Pengakuan awal komponen ekuitas diakui dari selisih antara nilai wajar keseluruhan dari instrumen keuangan makjemuk dengan nilai wajar komponen kewajiban. Biaya transaksi yang terkait dialokasi secara proporsional ke masing-masing komponen kewajiban dan keomponen ekuitas.

Setelah pengakuan awal, komponen kewajiban dari instrumen keuangan majemuk diukur berdasarkan biaya amortisasi dengan metode suku bunga efektif. Komponen ekuitas dari instrumen keuangan majemuk tidak diukur kembali setelah pengakuan awal.

y. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen geografis sedangkan segmen sekunder adalah segmen usaha.

Segmen geografis adalah komponen Bank yang secara jelas operasionalnya dapat dibedakan berdasarkan aktiva, kinerja dan aktivitasnya untuk suatu wilayah dengan wilayah lainnya dalam Bank. Segmen usaha adalah komponen Bank yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Aktiva dan kewajiban yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aktiva tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.

3. KAS

2011 2010

Mata Uang :

Rupiah 90,083 73,972 Mata Uang Asing (USD) 1,355 1,885 Mata Uang Asing (Lainnya) 337 104

Jumlah 91,775 75,961

(25)

4. GIRO PADA BANK INDONESIA

Pada tanggal 23 Oktober 2008, BI mengeluarkan Peraturan No. 10/25/PBI/2008 yang menggantikan Peraturan No. 10/19/PBI/2008 yang dikeluarkan pada tanggal 14 Oktober 2008 dan peraturan-peraturan lainnya yang tersebut di atas. Sebagai tambahan, peraturan tersebut menyatakan bahwa pemenuhan GWM untuk rekening Rupiah menjadi 7,5% yang terdiri dari 5% GWM utama dan 2,5% GWM sekunder dari jumlah dana pihak ketiga rupiah, sedangkan pemenuhan GWM untuk rekening mata uang asing menjadi 1% dari jumlah dana pihak ketiga dalam mata uang asing.

Pemenuhan GWM utama untuk rekening Rupiah telah berlaku efektif pada tanggal 24 Oktober 2008, sedangkan pemenuhan GWM sekunder berlaku pada tanggal 24 Oktober 2009.

Pada tanggal 4 Oktober 2010, BI mengeluarkan Peraturan No. 12/19/PBI/2010, yang menggantikan Peraturan No. 10/25/PBI/2008 yang dikeluarkan pada tanggal 23 Oktober 2008 dan peraturan-peraturan lainnya yang tersebut di atas. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder dan GWM LDR. GWM Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari DPK dalam Rupiah dan GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari DPK dalam Rupiah. GWM LDR dalam Rupiah sebesar perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter disinsentif atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank dan KPMM Insentif.

Pemenuhan GWM utama dan sekunder untuk rekening Rupiah telah berlaku efektif pada tanggal 1 November 2010, sedangkan pemenuhan GWM LDR berlaku pada tanggal 1 Maret 2011.

Pada tanggal 9 Februari 2011, BI mengeluarkan Peraturan No. 13/10/PBI/2011, yang mengubah Peraturan No. 12/19/PBI/2010 tentang GWM dalam Rupiah dan Valuta Asing dimana ketentuan pemenuhan GWM dalam valuta asing diubah dengan menetapkan bahwa GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 8% dari DPK dalam valuta asing. Ketentuan untuk pemenuhan GWM dalam valulta asing tersebut diatur sebagai berikut:

a) sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 5% (lima persen)dari DPK dalam valuta asing.

b) sejak tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam valuta asing.

Pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010, Bank telah memenuhi giro wajib minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Mata uang:

Rupiah 501,922 91% 572,650 98%

Mata uang (USD) 48,023 9% 11,713 2%

Jumlah 549,945 100% 584,363 100%

(26)

Berdasarkan Mata Uang 2011 2010

Rupiah:

Bank Negara Indonesia 345 370

Bank CIMB Niaga 2,902 2,869

Bank Tabungan Negara 39 39

Bank Permata 17 17

Stanchart Bank - Visa 27 1,769

3,331

5,064

USD:

Citibank, N.A 741 21,420

Standard Chartered Bank, New York 3,219 548

Wachovia Bank.N.A 6,840 27,758

Bank BCA 2,057 488

Stanchart Bank - Visa 0.03 0.03

Deutsche Bank 1,421 586

JPY:

Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Tokyo 2,747 4,477

Wachovia Bank.N.A 19,475 3,750

SGD:

United Overseas Bank 19,165 10,531

HKD:

Standard Chartered Bank,Hongkong 4,638 2,906

BCA Finance Ltd. Hongkong 144 161

EUR:

Deutsche Bank Frankfrurt 534 1,090

Standard Chartered Bank,Frankfrut 569 18,756

Wachovia Bank.N.A 567 3,747

AUD :

Commonwealth Bank Sidney 251 571

62,368

96,789

Jumlah Giro Pada Bank Lain 65,699 101,853

Dikurangi :

Penyisihan kerugian -

-Jumlah - Bersih 65,699 101,853

Tingkat suku bunga rata-rata per tahun 2011 2010

Rupiah 3.08% 2.75%

Mata Uang Asing 0.04% 0.06%

Seluruh giro pada bank lain pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 dikelompokan sebagai lancar.

(27)

6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain berdasarkan jenis penempatan adalah sebagai berikut:

2011 2010

Rupiah:

Bank Indonesia

Nilai nominal 594,000 1,105,000

Dikurangi bunga yang belum

diamortisasi (670) (2,368)

Lainnya 1,266 29,206

Jumlah 594,596 1,131,838

Dollar Amerika Serikat:

Wachovia Bank, New York 15,436 16,218

Jumlah 15,436 16,218

Jumlah penempatan pada Bank Indonesia

dan bank lain 610,031 1,148,056

Penyisihan kerugian penurunan nilai -

-Jumlah Penempatan pada Bank

Indonesia dan Bank Lain - Bersih 610,031 1,148,056

Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain berdasarkan sisa umur jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 dikelompokkan pada ”kurang dari atau sampai dengan 1 bulan”. Penempatan pada bank lain pada tanggal 30 Juni 2011dan 31 Desember 2010 ditempatkan pada pihak ketiga dan dikelompokkan sebagai lancar.

(28)

a. Rincian efek-efek berdasarkan jenis dan tujuan investasi adalah sebagai berikut:

2011 2010

Rupiah

Tersedia hingga dijual

Obligasi Pemerintah Indonesia 166,424 106,867

Obligasi Lainnya 10,121 15,000

Kenaikan ( Penurunan) nilai

yang belum direalisasi - 2,959

Jumlah tersedia untuk dijual 176,545 124,826

Jumlah efek-efek dalam Rupiah 176,545 124,826

Mata uang asing

Dimiliki hingga jatuh tempo

Wesel Ekspor 34,575 26,522

Jumlah dimiliki hingga jatuh tempo 34,575 26,522

Tersedia hingga dijual

Obligasi Pemerintah 138,887 147,691

diamortisasi - (15,687)

Jumlah tersedia hingga dijual 138,887 132,004

Jumlah efek-efek dalam mata uang asing 173,462 158,526

Jumlah efek-efek 350,007 283,352

Penyisihan kerugian (5,164) (4,751)

Efek-efek - Bersih 344,843 278,601

b. Tingkat bunga dan jangka waktu :

2011 2010

Rupiah

Obligasi 9.92% 11.58%

Mata Uang Asing

Obligasi 7.81% 6.85%

Wesel 4.53% 4.27%

Jangka Waktu

Obligasi 29 - 329 bulan 35 - 334 bulan

(29)

7. EFEK-EFEK (lanjutan)

c. Nilai wajar efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo adalah sebagai berikut:

2011 2010

Wesel ekspor

Mata uang asing 34,575 26,523

34,575

26,523

d. Biaya perolehan setelah amortisasi dari efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo berdasarkan sisa umur jatuh tempo perjanjian adalah sebagai berikut:

2011 2010

Mata uang asing

Kurang dari 1 bulan 34,112 25,401 Lebih dari 1 s/d 12 bulan 463 1,122

Jumlah 34,575 26,523

Penyisihan kerugian penurunan nilai (5,164) (4,751)

Jumlah Efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo - bersih 29,411 21,772

Efek-efek pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 dikelompokkan sebagai lancar dan seluruhnya diterbitkan oleh pihak ketiga.

8. TAGIHAN DAN KEWAJIBAN DERIVATIF

Bank merupakan transaksi derivatif dalam bentuk pembelian dan penjualan berjangka valuta asing (forward) dan swap untuk tujuan trading.

Risiko pasar dari transaksi derivatif timbul dari potensi perubahan nilai akibat fluktuasi kurs mata uang asing, sedangkan risiko kredit timbul dalam hal pihak lain tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank.

(30)

Rincian tagihan dan kewajiban derivatif pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:

Transaksi Tagihan Kewajiban Tagihan Kewajiban

Forward 745 104 524 346 Spot 334 93 333 13 Penyisihan kerugian 0 - - -Jumlah 1,079 197 857 359 derivatif derivatif 2011 2010

Tagihan dan kewajiban Tagihan dan kewajiban

Tagihan derivatif pada tanggal 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 merupakan transaksi pada pihak ketiga dan dikelompokkan sebagai lancar.

9. KREDIT a. Jenis Kredit

istimewa Pihak ketiga Jumlah istimewa Pihak ketiga Jumlah

Rupiah Konsumsi 2,840 2,814,821 2,817,661 2,965 3,202,656 3,205,621 Modal kerja - 1,573,332 1,573,332 - 1,446,772 1,446,772 Investasi 74 755,668 755,743 - 836,815 836,815 Pinjaman Sindikasi - 41,500 41,500 - 77,878 77,878 Pinjaman Karyawan - 25,014 25,014 3,819 14,831 18,650 Jumlah kredit dalam rupiah 2,914 5,210,336 5,213,250 6,784 5,578,952 5,585,736

Dollar Amerika Serikat

Konsumsi - - - - - -Modal kerja - 431,874 431,874 - 443,259 443,259 Investasi - 97,785 97,785 - 100,041 100,041

Jumlah kredit dalam

mata uang asing - 529,659 529,659 - 543,300 543,300

Jumlah kredit 2,914 5,739,995 5,742,909 6,784 6,122,252 6,129,036

Cadangan Kerugian

Penurunan Nilai - - (114,865) - - (100,740)

Kredit Bersih 2,914 5,739,995 5,628,044 6,784 6,122,252 6,028,296

2011 2010

(31)

9. KREDIT (Lanjutan) b. Sektor Ekonomi 2011 2010 Perdagangan 633,042 523,051 Jasa 1,334,948 1,425,812 Perindustrian 822,306 655,004 Lain-lain 2,952,613 3,525,169 Jumlah kredit 5,742,909 6,129,036 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (114,865) (100,740)

Jumlah kredit - bersih 5,628,044 6,028,296

c. Jangka Waktu

1) Berdasarkan periode perjanjian kredit:

Rupiah Valuta asing Jumlah Rupiah Valuta asing Jumlah

Kurang dari atau sama

dengan 1 bulan 100,650 - 100,650 1,968 - 1,968 Lebih dari 1 s/d 3 bulan 9,739 - 9,739 3,140 - 3,140 Lebih dari 3 s/d 12 bulan 199,175 119,020 318,194 251,124 110,070 361,194

Lebih dari 1 s/d 5 tahun 2,679,418 344,157 3,023,574 2,720,732 331,612 3,052,344

Lebih dari 5 tahun 2,224,269 66,483 2,290,752 2,608,772 101,618 2,710,390

Jumlah Kredit 5,213,250 529,659 5,742,909 5,585,736 543,300 6,129,036 Cadangan Kerugian

Penurunan Nilai (114,865) (100,740)

Kredit - Bersih 5,628,044 6,028,296

Referensi

Dokumen terkait

instrumen keuangan berupa aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Oleh karena itu,

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia u dijual, pendapatan maupun beban bunganya diakui

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya

Instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban

Instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban