• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN KOMPUTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN KOMPUTER"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN KOMPUTER IPv6 DI ATAS IPv4 DENGAN METODE TEREDO TUNNELING

M. Wirdan Syahrial (L2F007047)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Abstrak

IPv4 yang saat ini digunakan sebagai protokol umum dalam jaringan komputer hampir mencapai batas maksimum kemampuannya dalam mengalamati komputer pada jaringan internet.

Transisi IPv4 ke dalam IPv6 menjadi solusi masalah ini, dan pada kerja praktek ini penulis mengambil salah satu metode transisi sederhananya dengan menggunakan teredo tunneling. Metode ini akan membungkus paket IPv6 ke dalam paket IPv4 sehingga dapat dibaca oleh perangkat yang memakai IPv4, sehingga dapat dijadikan solusi transisi IPv4 ke IPv6.

Kata Kunci : teredo tunneling, IPv6, IPv4 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi jaringan komputer dewasa ini semakin pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan yang memanfaatkan jaringan komputer. Pada sistem jaringan komputer, protokol merupakan suatu bagian yang paling penting. Protokol jaringan yang umum digunakan adalah IPv4. Akan tetapi protocol jaringan yang telah berumur lebih dari 20 tahun ini masih terdapat beberapa kekurangan dalam menangani jumlah komputer dalam suatu jaringan yang semakin kompleks. Sekarang telah dikembangkan protokol jaringan baru, yaitu IPv6 yang merupakan solusi dari masalah diatas.

IPv6 adalah solusi satu-satunya krisis alokasi IPv4. IPv6 memiliki banyak kelebihan seperti kemanan, kemampuan konfigurasi dan automatic routing serta jumlah pengalamatan yang mencapai 2128, setara dengan setiap inci permukaan bumi. Jauh lebih banyak dari IPv4 yang hanya sejumlah 4 Milyar. Melihat kondisi ini,

penulis merasa perlu untuk memperdalam pengetahuan serta praktek tentang hal ini, terutama konfigurasi jaringan IPv6 dan topologinya dan menyusunnya menjadi suatu petunjuk yang akan dipraktekkan oleh mahasiswa teknik elektro sub jurusan informatika dan komputer dalam mata kuliah jaringan komputer.

1.2. Tujuan

Mengetahui lebih jauh tentang konfigurasi dan topologi IPv6 yang merupakan hal penting untuk masa depan jaringan komputer, selain itu juga dapat dipelajari oleh mahasiswa lain sebagai suatu petunjuk dalam pembelajaran dan praktikum jaringan komputer.

1.3. Pembatasan Masalah

Penulisan laporan kerja praktek dibatasi pada pengkonfigurasian simulasi jaringan IPv6 sederhana dengan metode teredo tunneling, menggunakan Linux sebagai sistem operasi, hanya menggunakan

jaringan lokal, dan tidak

mengimplementasikan pada seluruh jaringan universitas serta perbandingannya dengan jaringan IPv4.

(2)

II. DASAR TEORI

2.1. Jaringan Komputer

Jaringan adalah dua atau lebih komputer yang dihubungkan secara fisik melalui sebuah media penghubung dan di antara keduanya terjadi interaksi.

2.2. IP Address

IP address yang akan dibahas disini adalah IP versi 4 dan IP versi 6, IP address versi 4 terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat ditulis dalam empat kelompok terdiri atas 8 bit (oktet) dengan dipisah oleh tanda titik. Contohnya adalah seperti berikut ini: 11000000.00010000.00001010.00000001

atau dapat juga ditulis dalam bentuk empat kelompok angka desimal (0-255) seperti contoh berikut :

192.16.10.1

atau secara simbolik dapat ditulis sebagai 4 kelompok angka sebagai berikut :

w.x.y.z

IP Address terdiri dari 2 bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network ID menentukan alamat dari jaringan dan host ID menentukan dari peralatan jaringan. Oleh karena itu IP address memberikan alamat lengkap dari suatu peralatan jaringan beserta alamat jaringan dimana peralatan itu berada. Ini sama ibaratnya dengan pemberian alamat rumah dimana tempat tinggal kita berada.

Dalam contoh ini, alamat jaringan (network ID) yang sering juga disebut network address adalah 192.16.10.0 yang merupakan nama jalan. Sedangkan alamat lengkap atau IP address dari masing-masing server dan workstation adalah 192.16.10.1, 192.16.10.2, 192.168.10.3, dan 192.168.10.4.

Berapa kelompok angka yang termasuk network ID dan berapa yang termasuk host ID, bergantung kepada kelas dari IP address yang dipakai. Untuk mempermudah pemakaian, bergantung pada kebutuhan si pemakai. Oleh sebab itu IP address dibagi dalam tiga kelas seperti tampak pada table berikut.

Tabel 2.1. Kelas IP Address Kelas Network

ID

Host ID Default Subnet Mask

A W. X.Y.Z 255.0.0.0

B W.X Y.Z 255.255.0.0

C W.X.Y Z 255.255.255.0

Untuk menandai kelas satu dengan kelas yang lain, maka dibuat beberapa peraturan sebagai berikut :

• Oktet pertama dari kelas A harus dimulai dengan angka biner 0.

• Oktet pertama dari kelas B harus dimulai dengan angka biner 10.

• Oktet pertama dari kelas C harus dimulai dengan angka biner 110.

Oleh sebab itu, IP address dari masing-masing kelas harus dimulai dengan angka desimal tertentu pada oktet pertama, seperti terlihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 2.2. Atribut Kelas IP Address Kelas Range Maksimum

Network Max Host / Network

A 1-126 127 16777214

B 128-191 16384 65534

C 192-223 2097152 254

Disamping itu ada beberapa peraturan yang harus diketahui yaitu :

• Angka 127 dioktet pertama digunakan untuk loopback

• Network ID tidak boleh semuanya terdiri dari angka 0 atau 1

• Host ID tidak boleh semuanya terdiri dari angka 0 atau 1

(3)

Agar jaringan dapat mengetahui kelas mana yang dipakai oleh IP address, dipergunakan default subnet mask. setiap IP address harus memiliki default subnet mask. Angka desimal 255 atau biner 11111111 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang bersangkutan dari IP address adalah untuk network ID. Sedangkan angka desimal 0 atau biner 00000000 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang bersangkutan dari IP address adalah untuk host ID.

Contoh :

1. IP address 25.20.5.31

Default subnet mask 255.0.0.0 Berada dikelas A

2. IP address 172.20.5.31

Default subnet mask 255.255.0.0 Berada dikelas B

3. IP address 195.20.5.31

Default subnet mask 255.255.255.0 Berada dikeasl C

Penulisan Alamat pada IPv6 Salah satu kelebihan yang dimiliki IPv6 adalah ruang alamat IP yang lebih besar dari pendahulunya, IPv4. Alamat IPv4 yang terdiri dari 32 bit hanya mampu menyediakan sebanyak 232 (± 4,3x109) alamat, sementara alamat IPv6 terdiri dari 128 bit sehingga mampu menyediakan sebanyak 2128 (± 3,4x1038) alamat. Jumlah tersebut 296 kali lebih banyak dari yang dapat disediakan oleh IPv4. Dengan jumlah alamat IPv6 tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan alamat IP di masa depan.

Penulisan alamat IPv6 memiliki format yang berbeda dengan alamat IPv4. Alamat IPv4 terdiri atas 32 bit biner ditulis dalam 4 oktet masing-masing 8 bit, dimana antar oktet dipisahkan dengan notasi titik (.). Setiap oktet nantinya diterjemahkan menjadi bilangan desimal dengan nilai 0-255. Contoh penulisan alamat IPv4 adalah seperti berikut ini.

Alamat IPv6 terdiri atas 128 bit biner ditulis dalam 8 blok masing-masing 16 bit, dimana antar blok dipisahkan dengan notasi colon (:). Tiap blok nantinya diterjemahkan menjadi 4 bit bilangan heksadesimal dengan nilai antara 0000-FFFF. Untuk memudahkan penulisan angka “0” maka blok yang bernilai “0000” dapat dituliskan dengan sebuah “0” saja, sedangkan untuk beberapa blok yang bernilai 0 berurutan penulisannya dapat digantikan dengan notasi dual colon (::). Notasi dual colon hanya boleh dituliskan satu kali pada setiap alamat IPv6. Contoh penulisan alamat IPv6 adalah seperti berikut ini.

Bentuk tersebut dapat

disederhanakan menjadi

Selain penulisan alamat yang berbeda dengan IPv4, metode pengalamatan pada IPv6 juga mengalami perubahan. Metode pengalamatan broadcast yang umum digunakan pada IPv4 tidak lagi digunakan pada IPv6. Metode broadcast mengirimkan duplikasi paket ke seluruh jaringan yang berada dalam satu broadcast domain atau disebut broadcast storm. Hal ini dapat menurunkan kinerja. jaringan secara keseluruhan sehingga dianggap tidak efisien. Oleh karenanya pada IPv6 digunakan 3 metode pengalamatan untuk kebutuhan yang berbeda yaitu unicast, multicast dan anycast.

(4)

- Kelas IPv6

Ada beberapa kelas IPv6 yang penting yaitu :

1. Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 001.

2. Link-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1110 10.

3. Site-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat dengan bit awal 1111 1110 11.

4. Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1111

- Mekanisme Transisi IPv6

Bermacam-macam teknologi telah tersedia untuk memudahkan proses transisi dari IPv4 ke IPv6. Secara garis besar, teknologi-teknologi tersebut dibagi menjadi tiga metode, yaitu dual-stack, translation, dan tunneling - Teredo Tunneling

Teredo merupakan protokol tunneling yang didesain untuk memberikan konektivitas IPv6 ke node yang berada di belakang divais NAT. Teredo bekerja dengan cara mengenkapsulasi paket IPv6 ke dalam datagram UDP IPv4 sehingga dapat menembus divais NAT yang berada pada internet IPv4. Teredo hanya merupakan solusi transisi sementara dan opsi terakhir bila divais tidak mendukung metode tunneling lainnya seperti ISATAP, 6to4 maupun 6over4. Dalam jangka panjang, seluruh host IPv6 akan menggunakan koneksi jaringan IPv6 yang sebenarnya, perlahan-lahan Teredo akan ditinggalkan.

- NAT (NETWORK ADDRESS TRANSLATION)

NAT memungkinkan alamat IP lokal/private pada jaringan private terhubung ke jaringan publik seperti Internet. Router NAT ditempatkan di antara jaringan lokal dan jaringan publik berfungsi seperti jembatan yang

memisahkan keduanya, NAT

mentranslasikan alamat IP lokal/internal menjadi alamat IP global yang unik sebelum mengirimkan paket ke jaringan luar seperti Internet. Untuk menjalankan NAT, dibutuhkan sebuah divais (firewall, computer, atau router). Jaringan internal umumnya berupa LAN (Local Area Network), biasanya dirujuk sebagai stub domain.

III. KONFIGURASI JARINGAN TEREDO

3.1 KONFIGURASI PADA TEREDO HOST IPv4

Konfigurasi yang dilakukan pada PC1 atau PC Teredo host dengan Ipv4 yang telah di install paket miredo client melaui shell linux adalah:

1 ifconfig eth0 up

2 ifconfig eth0 inet 192.168.0.5 netmask 255.255.255.0

3 route add default gw 192.168.0.1

4 /etc/init.d/miredo restart Keterangan:

1 Meng-up kan device eth0 atau mengaktifkan device eth0 2 Memberikan perangkat eth0 ip 192.168.0.5 dengan subnet 255.255.255.0 3 Menambahkan gateway ke 192.168.0.1

(5)

Dan konfigurasi teredo-clientnya adalah: Pada file /etc/miredo.conf

InterfaceName teredo ServerAddress 167.205.0.2 ServerAddress2 167.205.0.3 BindPort 3545

Keterangan :

InterfaceName teredo  memberikan nama interface yaitu teredo

ServerAddress 167.205.0.2  memberikan alamat server pertama 167.205.0.2

ServerAddress2 167.205.0.3  memberikan alamat server kedua 167.205.0.3

BindPort 3545  mensetting Bind port ke 3545

3.2 KONFIGURASI PADA TEREDO-NAT

Konfigurasi yang dilakukan pada PC2 atau PC Teredo-nat dengan melaui shell linux adalah:

1 ifconfig eth2 up 2 ifconfig eth0 up

3 ifconfig eth2 inet 192.168.0.1 netmask 255.255.255.0 4 5 6 7 8

ifconfig eth0 inet 167.205.0.1 netmask 255.255.255.0

echo “1” > /proc/sys/net/ipv4/ip_forward route add –net 202.154.0.0 netmask 255.255.255.0 gw 167.205.0.2

iptables –t nat –A POSTROUTING –o eth2 –j MASQUERADE

iptables –t nat –A PREROUTING –i eth2 –j DNAT –-to-destination 192.168.0.5

Keterangan :

1Meng-upkan device eth2 2Meng-upkan device eth0 3Memberikan perangkat eth2

ip 192.168.0.1 dengan subnet 255.255.255.0 4 5 6 7 8

Memberikan perangkat eth0 ip 167.205.0.1 dengan subnet 255.255.255.0

Men-setting agar nat mem-forward paket dari setiap perangkat dengan ipv4 yang lewat melalui nat.

menambah route net dengan ip 201.154.0.0 subnet 255.255.255.0 lewat gateway 16.205.0.2

perintah Masquerade untuk ethernet lokal dalam hal ini eth2

Perintah iptables memberikan perintah agar setiap paket yang menuju eth2 akan diteruskan ke IP 192.168.0.5

(6)

3.3 KONFIGURASI PADA TEREDO-RELAY

Konfigurasi yang dilakukan pada PC3 atau PC Teredo-relay dengan melaui shell linux adalah:

1ifconfig eth1 up 2ifconfig eth0 up

3ifconfig eth1 inet6 add 2001:d::2/64 4 5 6 7 8 9

ifconfig eth0 inet 167.205.0.2 netmask 255.255.255.0

ifconfig eth0:0 inet 167.205.0.3 netmask 255.255.255.0 echo “1” > /proc/sys/net/ipv4/ip_forward echo “1” > /proc/sys/net/ipv6/conf/all/forwa rding /etc/init.d/miredo restart /etc/init.d/miredo-server restart Keterangan :

1Mengaktifkan device eth1 2Mengaktifkan device eth0

3Memberikan ipv6 2001:d::2 dengan subnet /64 pada device eth1 4 5 6 Memberikan ip 167.205.0.2 dengan subnet 255.255.255.0 pada device eth0

Memberikan ip 167.205.0.3 dengan subnet 255.255.255.0 pada device eth0:0

Men-setting agar relay mem-forward paket dari setiap perangkat dengan ipv4 yang lewat melalui relay

7

8 9

Men-setting agar relay mem-forward paket dari setiap perangkat dengan ipv6 yang lewat melalui relay.

Merestart service miredo Merestart service miredo-server Dan konfigurasi teredo-relaynya adalah:

Pada file /etc/miredo.conf RelayType relay

InterfaceName teredo BindPort 2545

BindAddress 167.205.0.2 Keterangan :

RelayType relay  memberikan nama type relay yaitu relay

InterfaceName teredo  memberikan nama interface yaitu teredo

BindPort 2545  mensetting Bind port ke 2545

BindAddress 167.205.0.2  mensetting BindAddress ke 167.205.0.2

Dan konfigurasi teredo-servernya adalah: Pada file /etc/miredo-server.conf ServerBindAddress 167.205.0.2 ServerBindAddress2 167.205.0.3 Prefix 2001:0:: InterfaceMTU 1280 Keterangan : ServerBindAddress 167.205.0.2  mensetting BindAddress ke 167.205.0.2 ServerBindAddress2 167.205.0.3  mensetting BindAddress ke 167.205.0.3

(7)

Prefix 2001:0::  Menset prefix IPv6 menjadi 2001:0::

InterfaceMTU 1280  Menset Interface MTU yaitu 1280

3.4 KONFIGURASI PADA SERVER IPv6

Konfigurasi yang dilakukan pada PC4 atau PC server dengan ipv6 melaui shell linux adalah:

1ifconfig eth0 up

2ifconfig eth0 inet6 add 2001:d::5/64

3route –A inet6 add default gw 2001:d::2

Keterangan :

1Mengaktifkan device eth0 2Memberikan device eth0 ipv6

2001:d::5/64

3Memberikan gateway

komputer ke 2001:d::2

IV. HASIL PERCOBAAN

Gambar 4.1 Hasil Ping Host IPv4 ke Server IPv6

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa PC1 yang merupakan host dengan ipv4 dapat melakukan ping ke server ipv6

dengan menggunakan perintah ping6 ke ip server ipv6.

V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan Kerja Praktek selama satu bulan di Laboraturium komputer dan informatika, maka Penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Hubungan jaringan dengan IP address berbeda diperlukan router. 2. IPv6 dapat menyediakan lebih

banyak alamat IP daripada IPv4. 3. Hubungan jaringan IPv4 dan

jaringan IPv6 diperlukan beberapa metode yaitu dual-stack, translation, dan tunneling.

4. Penggunaan metode tunneling teredo maka dapat dibuat tunnel bagi node IPv6 di atas jaringan IPv4 yang menggunakan topologi NAT.

5. Teredo tunneling membutuhkan teredo client, teredo server dan NAT dalam topologi yang diimplementasikan.

6. Sistem Operasi linux juga bisa dijadikan router yaitu dengan

menambahkan routing,

mengaktifkan IP forward dan jika diperlukan menggunakan IP tables untuk membuat NAT nya.

7. Sistem Operasi linux juga bisa dijadikan relay dan teredo-server yaitu dengan menambahkan paket miredo, mengaktifkan IP forward dan men-setting miredo relay dan miredo servernya.

8. Teredo relay yang digunakan sebenarnya difungsikan dari 4 node yaitu dua buah router, teredo-server, dan teredo-relay tersendiri.

9. Simulasi ini membutuhkan empat buah PC yang masing-masing berfungsi sebagai client

(8)

dengan IPv4, teredo-relay, NAT, dan server dengan IPv6

10. Dalam simulasi ini client IPv4 berhasil mengakses server IPv6 menggunakan topologi tunneling teredo.

DAFTAR PUSTAKA

[1] J. D. Houle, et. al. "The Evolving Internet - Traffic, Engineering, and Roles" University of Michigan, 2007 [2] A. Godbole. "Data Communication

and Networks". Mumbai: Apar Technologies, 2003

[3] T. LamLe. "CCNA Cisco Certified Network Associate". Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005

[4] Yunhe Zhang, et. al., "Session-based Tunnel Scheduling Model in Multi-link Aggregate IPSec VPN" in Third International Conference on Multimedia and Ubiquitous Engineering, 2009

[5] Made, I.A, Simulasi dan Implementasi IPv6 Multicast untuk Jaringan Inherent, Skripsi-S1, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2008

[6] R. Hinden, and S. Deering. IPv6 Addressing Architecture. RFC 3513, April 2003

[7] Rahmat Rafiudin. IPv6 Addressing. Jakarta : Gramedia, 2005

[8] Shang-Ming Huang, Quincy Wu, Yi-Bing Lin. "Tunneling IPv6 through NAT with Teredo Mechanism". 19th International Conference on Adnvanced Information Networking and Applications, 2005

[9] Thomas Hoeher, Martin Petraschek and Slobodanka Tomic. "Performance

Evaluation of SIPv6

Transitioning".International Multi-Conference on Computing in the Global Information Technology, 2007

(9)

BIOGRAFI PENULIS M. Wirdan Syahrial (L2F007047) Lahir di Semarang,12 Desember 1989. Memulai pendidikan di TK Hasanuddin Semarang, kemudian melanjutkan ke SD Sultan Agung 03 Semarang, SMPN 7 Semarang, SMAN 3 Semarang. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan di Teknik Elektro Universitas Diponegoro dan mengambil sub jurusan Teknik Informatika dan Komputer.

Semarang, Juni 2010 Dosen Pembimbing

Adian Fatchur Rochim ST.,MT. NIP. 197302261998021001

Referensi

Dokumen terkait

Publikasi Kecamat an Oba 2014 merupakan salah sat u publikasi t ahunan yang dit erbit kan Badan Pusat St atist ik (BPS) Kot a Tidore Kepulauan yang memuat berbagai jenis dat a

Berdasarkan masalah tersebut di atas yang berkaitan dengan pengaruh profitabiitas, struktur asset, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal yang telah

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/PRT/M/2014 pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa Peraturan Menteri dibuat dengan tujuan untuk mewujudkan jaringan

kebutuhan kesehatan. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan upaya meningkatkan ketrampilan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Selain itu mahasiswa diharapkan

Bahan organik secara umum dibedakan tas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukaar diputus dan dirombak menjadi senyawa yang

mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara

Router adalah peranti perangkat keras yang dapat mengirim dan menerima data diantara banyak jaringan yang saling terhubung, peranti ini serupa dengan bridge, namun dapat

Sehubungan dengan pentingnya pengamalan butir-butir pancasila, maka penulis menyarankan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai luhur