SentinarNasional Peternakan don Veteriner 1997
PEMASYARAKATAN SUSU KAMBING : STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN GIZI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PEDESAAN
SwNAsnrt JAxmAm, S. AmtNAH don SRrwAHYuNi
Balai PenelitianTerrtak,P.O. Box 221, CiawiBogor 16002
RINGKASAN
Sebagian -besar penduduk Indonesia (termasuk anak di bawah usia lima tahun) berada di pedesaan dan merupakan sumberdaya yang potensial bagi pembangunan nasional, namun masih memiiliki berbagai keterbatasan, diantaranya adalah status gizinya rendah. Penelitian untuk mengetahui respon masyarakat rawan gizi (ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah umur lima tahun) terhadap susu kambing telah dilakukan di Pos Pelayanan Terpadu desa Cadasngampar kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Hasil dari uji teaap menyatakan bahwa 95% anak BALITA, 82,6% ibu hamil dan 72,7% ibu yang sedang menyusui, suka akan susu kambing dan 10 dari BALITA yang kurva pertumbuhannya berada di bawah Bans merah cenderung menunjukkan peningkatan pertumbuhan walaupun masih relatif kecil. Sehingga diharapkan program perbaikan status gizi melalui gerakan pemasyarakatan minuet susu kambing merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan di daerah-daerah pedesaan, terutama di daerah rawan gizi.
Kata kunci : Susu kambing, gizi, kesejahteraan, desa PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia menipakan salah satu program dalam PELITA V, dinuma sebagian besar sumberdaya tersebut berada di pedesaan dengan tingkat kesehatan yang rendah. Hasil survei ekonomi nasional menunjukkan bahwa BALITA yang berstatus gizi baik baru 48% untuk anak laki-laki dan 60% untuk anak perempuan. Sedangkan standar kebutuhan gizi baik untuk daerah perkotaan khususnya di Jawa Barat mencapai 74,3% untuk anak perempuan, 63,9%
untuk anak laki-laki . Di daerah pedesaan standar gizi baik 60,1%, 45% untuk laki-laki . Rendahnya standar gizi yang dicapai di daerah pedesaan dikarenakan protein hewani bagi masyarakat pedesaan masih dirasakan sangat mahal dan tidak terjangkau. Usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di pedesaan perlu dilakukan misalnya dengan meningkatkan status gizi melalui konsumsi protein hewani yang bisa dijangkau oleh masyarakat pedesaan . Salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yaitu dengan memasyarakatkan ayam buras dengan harapan telur ayam buras tersebut dapat dikonsumsi oleh keluarga, tetapi kenyataannya hasil telur ayam buras tersebut dijual untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan protein yang bisa diterapkan di pedesaan adalah dengan konsumsi susu kambing. Kambing peranakan Etawa (PE) dapat menghasilkan susu berkisar 0,5 - 1,5 liter/ekor/hari (ASHARj et a/., 1995). Efisiensi produksi susu kambing PE 20%
dipelihara seperti halnya kambing lain yang sudah biasa dipelihara oleh petani. Dengan demikian,
perluasan pemeliharaan kambing PE di pedesaan sangat menutngkinkan baik dari segi teknis
maupun dari aspek sosial . Dengan perluasan pemeliharaan kambing PE. diliarapkan keluarga
peternak mau mengkonsumsi produksi susunya terutama imtuk kelompok gizi rawan yaitu ibu
hamil, menyusui dan anak BALITA. Dari segi komposisi kimia, kualitas susu kambing tidak
berbeda jauh dengan susu sapi dan ASI (Tabel 1) balikan lemak susu kambing lebih halus
dibandingkan susu lainnya (DIEM et al., 1994), bahkan kadar protein susu kambing paling tinggi
dibandingkan dengan susu sapi dan ASI. Sebagai sumber mineral terdapat 5 macam mineral yaitu
Cl, P, Fe, K dan Mn yang jumlahnya tertinggi pada susu kambing. Dengan demikian pemasyarakatan
dan pemanfaatan susu kambing bagi masyarakat pedesaan sangat dimungkinkan.
Tnbel 1. Perbandingan komposisi kimia susu sapi, ASI dan susu kambing
Somber:DIEM;K. dan C.LENTNER, 1994
Tulisan ini mengemukakan respon kelompok gizi rawan yaitu ibu hamil, menyusui dan anak
BALITA terhadap pemberian susu kambing dan pemberian susu kambing secara kontinyu terhadap
anak BALITA di bawail garis merah.
782
SeminarNasionalPeternakon dan Veteriner 1997
Komposisi
Air (g)
Sapi
88,5
ASI
87,7
Kambing
86,6
Protein (g)
3,2
1,03
3,6
Lemak (g)
- total
3,7
4,4
4,2
poly unsaturated
0,1
0,3
-- kolesterol
0,01
0,01-0,02
-Karbohidrat (kcal)
4,6
6,9
4,8
Vitamin
A(IU)
140
330
120
B 1 mg
0,04
0.01
0,05
B2 mg
0,15
11,04
0,12
B6 mg
0,05
0,02
0,027
Nicotinic Acid mg
0,07
0,18
0,2
Pantot'henic Acid mg
0,33
0,24
0,35
C mg
1
5
2
Mineral (mg)
K
139
50
180
Ca
133
33
129
Mg
13
3
13
Mn
0,002
-
0,008
Fe
0,04
0,05
0,1
Cu
0,01
0,05
0,04
P
88
14-
103
S
29
14
16
CI
105
36
150
Waktu penelitian : pemasyarakatan susu kambing kepada kelompok BALITA dilakukan pada tahun 1995/1996 sedangkan pembagian susu kambing kepada anak BALITA di bawah garis merah secara kontinyu dilakukan selama 4 bulan (Tahun Anggaran 1996/1997) .
Lokasi: kriteria dalam menentukan lokasi penelitian adalah menipakan desa tertinggal, dekat dengan Balitnak, mudah dijangkau, aparat desanya kooperatif Maka terpilih desa Cadasngampar, OKecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor.
Sampel 1 : Mengingat sasaran penelitian adalah kelompok gizi rawan maka pemasyarakatan susu kambing ditempuh melalui Posyandu. Jumlah sampcl adalah sejumlah anggota Posyandu yang datang pada saat pertemuan Posyandu. Khusus untuk anak BALITA, yang diberi susu adalah yang sudah tidak mendapatkan ASI lagi.
Sampel 2 : Sebanyak 10 BALITA di bawah garis merah yang dipilih berdasarkan berat badan yang tertera dalam kartu KMS (data dari bidan Posyandu). Jumlah susu yang diberikan sebanyak 300 cc, 2 kali dalam seminggu selama 4 bulan atau 32 kah. Saw pembagian susu diamati apakah susu besar-benar diminum oleh anak yang bersangkutan .
Cara Pemberian Susu: susu diberikan setelah dicampur gula dan coklat lalu diberikan pada saat pertemuan Posyandu. Respon setelah pembagian susu,dicatat "mau dan tidak mau minuet" . Untuk anak BALITA di bawah garis merah selain dicatat mau tidaknya diminum, juga dilakukan penimbangan dan respon lainnya yang mungkin timbul misal jika ada yang muntah atau mencret.
Deskripsi wilayah
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997 METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Cadasngampar berjarak 17 Km dari Kotamadya Bogor, luas wilayahnya 182.713 Ha, terdiri dari 1 .005 KK dengan jumlah penduduk 4 .268 jiwa. Sebagian besar areal desa merupakan persawalian dan lahan kering (Tabel 2) namun demikian mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah dibidang jasa dan wiraswasta (Tabel 3) hal ini dinningkinkan karena dekatnya desa tersebut dengan kota dan mudahnya transportasi dari desa ke kola, nanrun demikian desa tersebut masih termasuk desa tertinggal karena keterbatasannya dalam berbagai sarana. Salah satu sarana yang penting berkaitan dengan pemasyarakatan susu kambing adalah Puskesmas. Puskesmas terletak di pinggir jalan utama sehingga agak sulit dijangkau masyarakat yang tinggal di kampung, hal ini menyebabkan masyarakat enggan pergi ke Puskesmas karena faktor biaya transportasi yang mahal. Untuk melayani kesehatan masyarakat dibentuk Posyandu yang jumlahnya ada 9 bush, tersebar di 4 RW. Tabel 2. Luas wilayah desa Cadasngampar dan pemanfaatannya tahun 1995
Pemanfaatan Luas (Ha)
Sawah 97,991 53,58
Ladang 23,365 12,78
Lahan Kering 44,563 24,38
Summber :MONoGRAF7DESA CADASNGAMPAR. 1995
Tabel 4. Populasi ternak di desa Cadasngampar
Jenis ternak
Ayam kampung
Ayam ras
Itik
Kambing
Domba
Kerbau
Sumber :MONoGRAFIDESA CADASNGAMPAR, 1995
Respon
terhadap
susu kambing784
Jumlah (ekor)
2.685
1.200
28
96
1 .486
7
Persawahan dan than umumnya ditanami dengan padi, smgkong darn jagung yang produksmya
masing-masing 95, 135 dan 3,5 ton per tahun, disamping itu terdapat buah-buahan dan sayuran
dimana hasil samping usahatani ini bisa dimanfaatkan untuk ternak. Temak yang dipelihara
umumnya domba, sehingga populasinya tinggi (label 4), sedangkan kambing populasinya hanya
96 ekor yang dipelihara oleh sebanyak 26 KK. Sedikitnya keluarga yang memelihara kambing ini
menurut laporan
ISBANDIet al. (1992) disebabkan karena kambing lebih bau dibanding domba,
terlebih karena letak rumah petemak di Jawa Barat yang berdekatan sehingga bau semakin terasa.
Berdasarkan kenyataan ini pengembangan wilayah usaha ternak kambing hendaknya dilakukan di
wilayah yang penduduknya kurang padat.
Sebagian besar anak BALITA mau meminum susu kambing tanpa ragu-ragu, sedangkan ibu
hamil dan menyusui tidak seluruhnya mau meminum susu (label 5) karena kurang biasa minum
susu (walaupun susu sapi) dan sebagian menyatakan tidak tahan terhadap bau susu kambing,
padahal mereka belum menciumnya. Hal ini berarti faktor sugesti, karena susu yang diberikan
sebenamya lebih dominan bau coklatnya dibanding bau susunya . Untuk itu kebiasaan minum susu
perlu dimasyarakatkan dan hendaknya dimulai sejak dini .
SeminarNosional Peternakan don Veteriner 1997
Tabel 3. Penduduk dan mata pencaharian, 1995
Uraian
Junilah (jiwa)
Wanita
2145
50,26
Pria
2123
49,74
BALITA
889
20,83
Kelompok,wajib belajar 9 tahun
1239
29,03
Kelompok tenaga kerja
3029
70,97
Mata Pencaharian
PNS/Pensiun
22
0,52
Wiraswasta
129
3,02
Tani
66
1,55
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997
Tabel 5. Penerimaan responden terhadap susu kambing
Tabel 6. Rata-rata pertambahan berat badan anak BALITA yang diberi susu kambing
Berdasarkan temuan di atas, penelitian dilanjutkan dengan pemberian susu kepada anak
BALITA dengan maksud untuk mengetahui apakah anak BALITA tersebut memang suka susu
kambing dan untuk membiasakan minum susu. Tabel 6 mengemukakan bahwa seluruh sampel
anak BALITA selama penelitian mau meminum susu tersebut, clan sebenamya masih
menginginkan pemberian susu scat penelitian berhenti. Pada Tabel 6 dikemukakan juga
pertambahan berat badan selama penelitian sebagai kelengkapan informasi, mengingat banyak
faktor yang berpengaruh terhadap pertambahan berat badan.
Kendala yang dihadapi baik oleh masyarakat desa maupun masyarakat perkotaan mengenai
pemanfaatan susu kambing adalah belum terbiasanya mengkonsumsi, hal ini disebabkan adanya
faktor-faktor yang berkaitan dengan kebiasaan makan
(SURADISASTRA,1993), yaitu faktor-faktor
ekonomi, status sosial dan upacara-upacara keagamaan dan upacara perkawinan. Untuk
membiasakan mayarakat mengkonsumsi susu kambing diperlukan usaha-usaha yang tersebut di
atas yaitu pemasyarakatan pemanfaatan.
Nama
Balita
Umur
(bin)
Berat badan awal
(Maret)
April
Berat badan bulan
Mei
Juni
Juli
berat badan
Kenaikan
_
Faridah
27
9,4
9,6
9,8
10,0
l0,t)
0,6
Mamah
22
8.0
8,2
8,6
9,0
9,0
1,0
Halimah
24
7,6
8,2
8,6
9,0
10,0
2,4
Munah
24
8,9
9,0
9,5 '
10,0
10,1
1,2
Latif
48
13,5
13,8
14,0
14,0
14,0
0,5
Hendar
20
8,5
8,5
8,5
8,6
8,6
0,1
Bedih
26
7,2
8,0
8,0
8,0
8,0
0.8
Sari
24
9,0
9,0
9,0
9,1
9,1
0,1
Ari
31
10,0
10,0
10,0
10,0
lo' l
0,1
Saefiil
22
8,0
8,2
8,4
8,6
9,0
1,0
Penerimaan
Responden
Jumlah orang
suka
(%)
tidak suka
(%)
BALITA
60
57
95,0
3
5,0
Ibu hamil
23
19
82,6
4
17,4
SeminarNosional Peternakan don Veteriner 1997
KESIMPULAN
1. Pemasyarakatan pemanfaatan susu kambing untuk masyarakat pedesaan dirasakan perlu adanya penyuluhan-penyuluhan tentang niiai-nilai gizi yang terkandung dalam susu kambing. 2. Pengembangan usaha kambing Peranakan Etawah perlu ditingkatkan dan pengamhannya
dialihkan selain pemanfaatan dagingnyajuga diarahkan kepada produksi susu. DAFTAR PUSTAKA
Dn;m, K. and C. LENTNER. 1974. Sientific Tables. 7 h ED. Geigy Pharmaceuticals. CIBA-GEIGY Corporation-New York.
SuRADisASTRA, K. 1993 . AspekAspek Sosial dari Produksi Kambing dan Domba dalam Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret Univ. Press. Surakarta.
SRI WAHYuNI. 1994. Susu Kambing dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga di Pedesaan. Seminar Peranan Petemakan dalam Pembangunan Desa Tertinggal. Univ. Diponegoro. Semarang.
SRIWAHYuNI, SRINASTITI, ASHARI THAHAR, SYAHRIL MAwi, DEWI A., dan E. JuARINI. 1996. Laporan Kegiatan Penelitian Penmasyarakatan Susu Kambing dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Tani Melalui Pemeliharaan Kambing Perah. Puslitbang Peternakan.
RosWITA, TRIYANTINI, B. SETIADI, dan H. SETIYANTo. 1992. Upaya Mempopulerkan dan Meningkatkan Penerimaan Susu Kambing dan Domba dalam "Kambing dan Domba untuk Kesehatan Masyarakat". Proc. Sarasehan Usalla Ternak Domba Menyongsong Era PJPT II ISPI dan HPDKI, Bogor. .