• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi global telah merubah cara kerja dari perusahaan. Suatu usaha tidak lagi hanya bergantung pada kemampuan modal fisik saja sebagai faktor penentu sukses yang paling utama, melainkan lebih cenderung mengarah pada inovasi, peningkatan teknologi informasi dan kemampuan sumber daya manusia. Perubahan ini menandai suatu perkembangan ekonomi yang lebih mengedepankan modal pengetahuan dalam aktivitasnya daripada modal fisik atau biasa disebut dengan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) (Schiavone, Meles, Verdoliva & Giudice, 2014). Namun dalam perkembangannya, akuntansi belum mampu mengakomodasi kebutuhan untuk pelaporan aset yang berupa pengetahuan sehingga menyebabkan perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan (Saleh, Rahman, & Hassan, 2009). Beberapa pihak berpendapat bahwa perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar suatu perusahaan disebabkan oleh spekulasi berlebihan yang dilakukan oleh investor dalam pasar saham (Saleh et al, 2009). Namun menurut Brennan & Connel (2000), adanya perbedaan nilai ini disebabkan oleh Intellectual Capital (IC) yang tidak tercatat di neraca perusahaan. IC dapat disamakan dengan modal perusahaan yang berbasis pengetahuan.

Sampai saat ini definisi IC masih menjadi perdebatan, namun kebanyakan definisi dari IC yang diberikan oleh berbagai peneliti memiliki garis besar yang

(2)

sama yaitu sumber jangka panjang untuk penciptaan nilai perusahaan (Saleh et al, 2009). Hal ini tampak dalam penelitian Edvinsson (1997) yang mendefinisikan IC sebagai penguasaan pengetahuan, pengalaman, teknologi, relasi dengan pelanggan dan kemampuan profesional yang berguna untuk meningkatkan nilai perusahaan. Definisi yang hampir serupa juga diungkapkan Stewart (dalam Phusavat, Comepa, Lutek, & Ooi, 2011) menyatakan bahwa IC merupakan nilai intangible yang dapat dihasilkan oleh manusia (seperti pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan motivasi) dan sumber daya (seperti komputer dan teknologi informasi) yang digunakan untuk menambah nilai perusahaan.

IC merupakan sumberdaya yang penting bagi perusahaan untuk dapat bertahan di era ekonomi yang berbasis pengetahuan. Hal ini dikarenakan meskipun IC merupakan sesuatu yang tidak berwujud (intangible), IC dapat memberikan keuntungan berupa "intangible goods" seperti inovasi, teknologi, ide, hak paten, lisensi, hak cipta, perangkat lunak, metode dan merek dagang serta dapat memberikan hal yang paling penting bagi perusahaan, yaitu keuntungan kompetitif (competitive advantage) (Mavridis, 2004). Bahkan pengelolaan IC yang baik akan dapat meningkatkan efisiensi modal dan sumberdaya manusia (Petty & Guthrie, 2000). Beberapa penelitian mengenai IC seperti yang dilakukan oleh Phusavat et al (2011), Buszko & Mroziewski (2009) dan Clarke, Seng & Whiting (2011) menemukan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Selama lebih dari 20 tahun para peneliti dari berbagai bidang telah memberikan perhatian terhadap perkembangan IC dan melakukan penelitian dari

(3)

berbagai sudut pandang yang berbeda (Schiavone et al 2014). Bontis (1998), mencoba untuk memberikan penjelasan mengenai konsep IC secara teoritis, Pulic (1998); Veltri, Venturelli & Mastroleo (2015), mencoba memberikan sebuah metode untuk mengukur IC secara lebih mudah dan dapat dipahami oleh berbagai pihak. El-Bannany (2008); Saleh et al (2009); Swartz & Firer (2005); Schiavone et al (2014) mencoba untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja IC. Riahi-Belkaoui (2003); Massaro, Dumay & Bagnoli (2015); Nimtrakoon (2015); Mondal & Ghosh (2012) menguji pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Williams (2001); Melloni (2015); Low, Samkin & Li (2015) meneliti mengenai praktek pengungkapan IC pada laporan perusahaan.

Di Indonesia sendiri fenomena IC mulai menjadi perhatian terutama setelah adanya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang asset tak berwujud (Ulum, Ghozali & Chariri, 2008). Berdasarkan PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik (tangible) serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif .

Indonesia memiliki pasar modal terbesar keempat di Asia Tenggara setelah Singapura, Malaysia dan Thailand (Wicaksono, 2014). OJK, secara aktif terus mengembangkan strategi untuk meningkatkan jumlah emiten dan meningkatkan investasi dalam bursa saham. Selain itu, untuk meningkatkan perekonomian dan menunjang aktivitas bisnis, pemerintah juga meningkatkan pembangunan

(4)

infrastruktur yang lebih baik (Angriani, 2015). Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis di Indonesia masih terus bertumbuh dan berkembang, ditambah dengan potensi alam dan pasar yang besar, akan semakin meningkatkan minat para investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan dana di Indonesia. Dalam UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman modal adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional dan meningkatkan daya saing dunia usaha nasional. Dengan adanya peraturan ini maka terlihat jelas bahwa pemerintah Indonesia telah menyadari arti penting dari peningkatan IC (berupa teknologi) bagi kinerja dunia usaha melalui penanaman modal .

Berdasarkan data dari United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD) dalam World Investment Report 2015 menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan investasi asing tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2014, yaitu sebesar US$ 22,6 miliar dari US$ 18,8 miliar pada tahun 2013. Kenaikan investasi asing sebesar 20% ini jauh lebih tinggi daripada Singapura dan Vietnam yang hanya tumbuh sebesar 4,2% dan 3%. Singapura, Jepang, Malaysia, Belanda dan Inggris menjadi negara-negara penanam modal terbesar di Indonesia.

Dengan besarnya investasi asing, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja IC perusahaan di Indonesia, terlebih lagi pada perusahaan-perusahaan yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh asing. Investasi asing diharapkan akan membawa peningkatan kualitas teknologi, sumber daya manusia dan kondisi manajerial yang lebih baik (Ritchie, 2002).

(5)

Dengan adanya penanaman modal asing, maka pemilik modal biasanya juga akan merekomendasikan anggota dewan yang juga berkewarganegaraan asing (Choi, Sul & Min, 2012). Melalui anggota dewan, investor asing dapat melakukan pengawasan dan memastikan bahwa kepentingan mereka terlindungi Dengan adanya diversitas dalam anggota dewan maka akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada peningkatan kinerja IC (Swartz & Firer, 2005). Anggota dewan yang memiliki latar belakang kewarganegaraan yang beragam juga diindikasikan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan karena akan dicermati dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan didasarkan atas pengalaman dan kemampuan dewan yang berbeda-beda sehingga dapat merangkul banyak aspek sekaligus. Gulamhussen & Guerreiro (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa anggota dewan berkewarganegaraan asing dapat membawa ide, gagasan pengetahuan dan keahlian baru untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi perkembangan IC perusahaan di Indonesia.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) menghapuskan syarat untuk berbahasa Indonesia bagi para TKA. Tujuan dari penghapusan syarat berbahasa Indonesia ini dimaksudkan agar TKA dapat lebih mudah bekerja di Indonesia sehingga dapat lebih mempercepat transfer pengetahuan. Dilihat dari tujuan perubahan peraturan mengenai TKA, dapat dilihat bahwa pemerintah juga menangkap fenomena tenaga kerja asing yang

(6)

terindikasi dapat meningkatkan daya saing perusahaan di Indonesia. Peraturan ini tentunya akan semakin mempermudah Direktur maupun Komisaris asing untuk bekerja di Indonesia.

Meskipun terindikasi membawa keuntungan bagi perusahaan, Komisaris dan Direktur asing biasanya memiliki gaji yang relatif tinggi. Gulamhussen & Guerreiro (2009) menyatakan bahwa anggota dewan berkewarganegaraan asing memiliki pengaruh positif terhadap total biaya, hal ini mengindikasikan bahwa untuk mempekerjakan Komisaris dan Direktur asing membutuhkan biaya yang cukup mahal

Berdasarkan HSBC Expat Survey tahun 2013, Indonesia dinobatkan menjadi negara yang paling dermawan dalam memberikan gaji terhadap pekerja asing yang sebagian besar memangku jabatan penting seperti Profesional, Konsultan, Direktur hingga Komisaris. Disebutkan dalam survei tersebut bahwa sekitar 22 persen tenaga kerja asing di Indonesia yang dijadikan sampel menerima penghasilan sebesar US$ 250.000 per tahun, atau sekitar Rp 27,5 miliar per tahun (kurs Rp 11.000 per dolar AS). Indonesia bahkan mengalahkan negara besar seperti Jepang dan China dalam hal membayar gaji di atas US$ 250.000 per tahun untuk pekerja asing. Hasil survei ini membuktikan pernyataan Gulamhussen & Guerreiro (2009)

Meskipun tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan investasi asing terbesar se Asia Tenggara oleh World Investment Report 2015 dan pemberi gaji terbesar untuk tenaga kerja asing menurut HSBC Expat Survey tahun 2013, transfer teknologi dan pengetahuan masih terhambat. Hal ini ditunjukkan oleh

(7)

Global Competitiveness Index 2014–2015 yang menyatakan bahwa pembangunan Indonesia yang didasarkan pada kecanggihan teknologi dan inovasi masih cukup rendah, yaitu hanya sebesar 10%. Menurut salah satu artikel di website Kementerian Perindustrian (2014), pertumbuhan investasi asing tidak diikuti oleh transfer teknologi dan pengetahuan dikarenakan lemahnya monitoring pemerintah dan anggapan dari pelaku bisnis asing bahwa Indonesia hanya merupakan pasar dari hasil produksi. Menurut Harian Ekonomi Neraca (2014) membuka akses permodalan dan tenaga kerja asing yang lebih besar hanya akan menghambat pembangunan industrialisasi nasional dan berpotensi melemahkan daya-saing Indonesia, khususnya dalam skema integrasi ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC).

Meskipun menurut beberapa pihak terdapat indikasi bahwa penanaman modal asing dan penggunaan tenaga kerja asing tidak berdampak maksimal dalam perkembangan IC di Indonesia, Pemerintah tetap membuka peluang untuk tenaga kerja asing menduduki jabatan Direksi di BUMN dan tetap berusaha meningkatkan penanaman modal asing yang seluas-luasnya di berbagai sektor (Suryowati, 2014) (Utami, 2014). Alasan utama yang dikemukakan adalah untuk mendapatkan transfer teknologi, kemampuan manajerial dan pengetahuan mengenai bidang terkait.

Dari paparan latar belakang yang telah dijelaskan maka diperlukan suatu penelitian yang meneliti mengenai fenomena yang ada, yaitu mengenai apakah Komisaris asing, Direktur asing dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap kinerja Intellectual Capital (IC). Oleh sebab itu penulis mengambil tema

(8)

mengenai Intellectual Capital (IC) dan judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Komisaris Asing, Direktur Asing dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Intellectual Capital (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah Komisaris asing mempengaruhi kinerja Intellectual Capital perusahaan?

2. Apakah Direktur asing mempengaruhi kinerja Intellectual Capital perusahaan?

3. Apakah kepemilikan asing mempengaruhi kinerja Intellectual Capital perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Komisaris asing terhadap kinerja Intellectual Capital perusahaan

2. Untuk mengetahui pengaruh Direktur asing terhadap kinerja Intellectual Capital perusahaan

3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap kinerja Intellectual Capital perusahaan

(9)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini menjadi referensi dan memberikan pandangan baru mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IC. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan penelitian mengenai IC 2. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan

mengenai IC dan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan keputusan

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam hal pengambilan kebijakan yang terkait dengan peningkatan IC pada BUMN dan regulasi mengenai investasi asing.

1.5. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan data perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Data ini merupakan data terbaru yang bisa didapatkan di BEI.

2. Penelitian ini menguji pengaruh Komisaris asing dan Direktur asing terhadap kinerja IC. Sepengetahuan penulis, kedua variabel independen ini belum pernah digunakan dalam penelitian mengenai kinerja IC.

(10)

1.6. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini berisi teori yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian, yang meliputi: populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, dan mekanisme pengujian hipotesis.

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini mencantumkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang disarikan dari permasalahan, tujuan, analisis data dan pembahasan hasil analisis. Selain itu bab ini juga berisi keterbatasan dan saran untuk penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara peraturan SOX internal menjadi lebih kuat di masa awal Sarbanes-Oxley Act (SOX). Sementara peraturan SOX awal hampir tidak disebutkan tentang audit internal, banyak

Untuk mendapatkan karyawan sesuai dengan bidang yang dibutuhkan perusahaan, lebih baik dalam proses rekrutmen dan seleksi perusahaan mencari karyawan baru melalui

Dalam menegakkan sebuah tata masyarakat yang adil dan egalitarian, Rahman memperlihatkan bagaimana dari awal al-Qur’an mencela terhadap disekuilibrium dan ketidakadilan

Teori wacana yang dikemukakan oleh Laclau dan Mouffe tidak dapat menjelaskan dengan sepenuhnya bahwa pendudukan Jepang merupakan sebuah bentuk hegemoni kebudayaan

Saat pompa bekerja mengisi resersoir atas pembocor harus dalam kondisi tertutup, saat air mulai mengisi di dalam reservoir atas terdapat elektroda untuk membaca level air

baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air dampak  kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebab- kan penurunan

Untuk mendapatkan pekerjaan yang baik biasanya kenalan atau teman lebih penting dari pada kemampuan yang anda

Adapun output yang dihasilkan dari tahapan TOGAF ADM ini akan menghasilkan Enterprise Architecture (EA) yang dapat digunakan sebagai petunjuk oleh Pemerintahan Sulawesi Tengah