• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan dari Formula ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara Edisi kedua. Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Abdul Wahab, Solichin. 1990. Pengantra Analisis Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Rineka Cipta

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Effendi, Sofian. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava Media

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Depok: Departemen Imu Administrasi FISIP UI

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Gava Media

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roksadakarya

Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia Parsons, Wayne. 2008. Public Policy. Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Kencana

Raffick, Ishak, dan Baso Amir. 2010. BUMN Expose Menguak Pengelolaan Aset

(2)

R. Ibrahim. 1997. Prospek BUMN dan Kepentingan Umum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Samodra, Yuyun dan Agus. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sutedi, S.H., M.H., Adrian. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika

Syakhroza, Ahmad. 2003. Best Practices Corporate Governance dalam Konteks

Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Jakarta: Pusat pengembangan

Akuntansi FEUI

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI dan Lukman Offset

Tjager, I Nyoman, dkk. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan

Kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia. Jakarta: Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance

Wahab, Solichin Abdul. 1990. Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rineka Cipta

Widodo, Joko. (2010). Analisi Kebijakan Publik. Malang: Bramedia

Witherell, William. 2000. Corporate Governance; A Basic Foundation for The

Global Economy. OECD Observer.

Sumber Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara

(3)

85

Sumber Jurnal Elektronik:

Wibowo, Edi. 2010. Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 10, No. 2, Oktober 2010 : 129 –

138. Diambil dari:

http://download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D115136%26va l%3D5259 (diakses tanggal 20 Oktober 2015).

Tazilio, Saumanda. Pengaruh Komunikasi dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai dengan Pengawasan sebagai Variabel Moderating pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi Vol.17, No.3, Juli 2014 : 153 Diambil dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43578/1/saumanda%20pri hatin%20parapat.pdf (Diakses pada 11 Maret 2016)

Sumber Internet:

Okezone.com Ekonomi: Jokowi Kaget Lihat Total Aset BUMN. (http://economy.okezone.com/read/2015/05/26/320/1155309/jokowi-kaget-lihat-total-aset-bumn), diakses tanggal 17 Oktober 2015

antaranews.com: PGN raih penghargaan terbaik 2012 Vision Award LACP annual report competition (http://www.antaranews.com/berita/385771/pgn-raih-004_11.pdf diakses pada 29 Februari 2016

http://media.corporateir.net/media_files/IROL/20/202896/2014_PGN_Laporan_ta hunan.pdf diakses pada 12 Maret 2016

http://si-nergi.id/2016/02/ diakses pada 12 Maret 2016

http://www.slideshare.net/ekasregar/bab-i-pgn-sicanang-edit-ok2 diakses pada 13 Maret 2016

(4)

A. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala/keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi. Dengan menggunakan metode penelitian ini, peneliti akan mengkaji bagaimana penerapan prinsip-prinsip good corporate governance di lingkungan internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara dengan maksud untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam mengenai prinsip-prinsip tersebut.

Untuk membangun atau mengkonstruksikan realitas, penelitian kualitatif berpikir secara deduktif atau grounded. Tidak memulai penelitiannya dengan mengajukan hipotesis kemudian menguji kebenarannya (berpikir deduktif), tetapi penelitian ini bergerak dari “bawah” yaitu dengan mengumpulkan data sebanyak -banyaknya dan dari situ mencari pola-pola, hukum, prinsip-prinsip dan akhirnya menarik kesimpulan dari analisisnya itu (Irawan, 2007, h.10).

(5)

32

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. PGN (Persero) Tbk. Distribusi Wilayah III Sumatera Bagian Utara, Jl. Imam Bonjol No. 15 D, Medan.

C. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto 2005:171). Informan penelitian yang akan telah tercermin dalam fokus penelitan ini ditentukan secara

purposive sampling. Informan yang ditentukan dalam penelitian ini dipilih peneliti

dengan alasan bahwa informan mempunyai kompetensi untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan persoalan yang diteliti.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Informan Kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Kepala Regional III PT. PGN (Persero) Distribusi Wilayah III

(6)

Departemen Manajemen Sistem Gas, Departemen Penjualan, dan Serikat Pekerja.

c. Informasi tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah instalatur atau mitra kerjasama PGN yaitu Kelapa PT. Sari Surya Perwira. D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah :

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui berbagai cara, sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam, yaitu adalah proses memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. 2. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara

langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gelaja yang di temukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian (Bungin 2007:116).

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

(7)

34

mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan melalui instrumen berikut:

1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen atau catatan-catatan yang ada dilokasi penelitian yang relevan dengan objek penelitian.

2. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetisi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti. (Bagong Suyanto 2005:55-56)

E. Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2011:248)

adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola. Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan mengadaptasi konsep yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:246-253), yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data tersebut, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

(8)

gambaran lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan.

3. Verifikasi (Conclusion Drawing)

(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah PT. PGN (Persero) Tbk

Sejarah PT. PGN (Persero) Tbk, yang biasa disebut sebagai PGAS pada awalnya adalah perusahaan milik swasta yang dibentuk pada tahun 1859 dengan nama Firma L.I Enthoven & Co. Namun pada tahun 1950, pemerintahan Belanda mengganti namanya menjadi NV Overzeese Gas en electriciteit (NV OGEM). Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, saat pemerintah Indonesia mengambil alih atas kepemilikan firma tersebut pemerintah mengubah namanya menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG), dan seiring dengan perkembangan pada tahun 1961 perusahaan tersebut beralih menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN).

Pada tanggal 13 Mei 1965 berdasarkan Peraturan Menteri No. 19 tahun 1965 akhirnya perusahaan ditetapkan menjadi perusahaan negara yang dikenal dengan nama Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, status PGN yang tadinya Perusahaan Negara (PN) berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum).

(10)

transmisi dimana PGN berfungsi sebagai transporter dengan lisensi ekslusif untuk mengembangkan dan mendistribusikan gas di Indoesia. Pada tahun 1998, PGN berhasil membangun saluran pipa jaringan Grissik – Dorsal yang diikuti dengan pembukaan anak perusahaan di bidang saluran transimisi yaitu PT. Transportasi Gas Indonesia.

Seiring dengan perubahan status perseroan yang berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran dasar perusahaan juga diubah dengan Akta Notaris No. 5 dari Fathiah Helmi SH tanggal 13 November 2003, yang antara lain berisi tentang perubahan strukutur permodalan. Perubahan ini telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No C-26467 HT.01.04 Th 2003 tanggal 4 November 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No. 11769 tanggal 24 November 2003. PGN juga mencatatkan saham perusahaan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode saham PGAS. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2007, PGN telah berhasil melakukan Gas-In (penyaluran gas pertama) yang diikuti oleh komersialisasi gas dari gas lapangan Pagardewa Pertamina melalui pipa Sumatera Selatan – Jawa Barat ke pelanggan perusahaan di Cilegon (PT. Krakatau Daya Listrik).

(11)

38

Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan PT. PGN (Persero) Tbk. Untuk mengoptimalkan kekuatan dan kompetensi perusahaan yang telah dibangun selama ini dengan memanfaatkan peluang pengembangan bisnis dan untuk mewujudkan visi PGN ke depan, pada tahun 2009 perusahaan membentuk entitas anak perusahaan dengan nama PT. PGAS Solution yang bergerak di bidang jasa yang terkait dengan rekayasa teknik, operasi dan pemeliharaan, kontrak EPC serta perdagangan.

(12)

B. Visi dan Misi PT. PGN (Persero) Tbk. Visi

“Menjadi PerusahaanEnergiKelas Dunia di Bidang Pemanfaatan Gas Bumi” Misi

Meningkatkan nilai tambah perusahaan bagi pemangku kepentingan melalui: 1. Penguatan bisnis inti di bidang transportasi, niaga gas bumi dan

pengembangannya.

2. Pengembangan usaha pengolahan gas.

3. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharaan dan keteknikan yang berkaitan dengan industri migas.

4. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha lainnya.

(13)

40

Gambar 4.1

Logo PT. PGN (Persero) Tbk

Sumber : Kantor PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah Sumut

Logo merupakan identitas bagi suatu perusahaan yang memiliki makna tertentu. Logo PGN sendiri telah mengalami perubahan pada tahun 2011. Pada logo yang terdahulu terdapat 3 elemen dasar, yaitu bentuk lidah api biru yang melambangkan nyala api gas bumi, bentuk lingkaran elips berwarna hijau dan biru yang melambangkan bumi yang hijau dan ramah lingkungan, dan elemen tulisan Gas Negara yang tidak bisa dipisahkan dari logo.

(14)

Selain visi dan misi yang di pegang oleh PGN, terdapat nilai-nilai dasar yang menjadi budaya perusahaan untuk pedoman berperilaku bagi insan PGN dalam melaksanakan tugasnya. Budaya perusahaan tersebut dikenal dengan

sebutan “ProCISE” yang terdiri dari lima nilai yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Professionalism (Profesionalisme)

Senantiasa memberikan hasil terbaik dengan meningkatkan kompetensi di bidangnya dan bertanggungjawab atas setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Nilai profesionalisme terdiri atas dua perilaku utama, yaitu kompeten di bidangnya dan bertanggungjawab.

2. Continious Improvement (Penyempurnaan terus menerus)

Berkomitmen untuk melakukan penyempurnaan terus menerus. Nilai

continious improvement terdiri atas dua perilaku utama yaitu kreatif dan

inovatif dan adaftif terhadap perusahaan. 3. Integrity (Integritas)

Jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Konsisten antara pikiran, perkataan dan perbuatan berlandaskan standar etika yang luhur. Nilai

integrity terdiri atas dua perilaku utama yaitu jujur, terbuka, berpikiran

positif dan disiplin serta konsisten. 4. Safety (Keselamatan Kerja)

(15)

42

utama, yaitu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan sosial dan alam.

5. Excellent Service (Pelayanan Prima)

Mengutamakan kepuasan baik dalam pelanggan internal maupun eksternal dengan memberikan pelayanan terbaik. Nilai excellent service terdiri atas dua perilaku utama, yaitu mengutamakan kepuasan pelanggan internal dan eksternal serta proaktif dan cepat tanggap.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1965 tentang pendirian PGN disebutkan tugas dari PGN untuk mencapai tujuan perusahaan adalah mengatur dan menyelenggarakan:

1. Pengusahaan (eksploitasi) dan pengembangan perusahaan industri gas/kokas;

2. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga gas/kokas;

3. Perencanaan dan pembangunan yang bersifat suplementer/komplementer serta pemugaran di bidang gas;

4. Penelitian/penyelidikan dan pengusahaan industry bahan-bahan/alat-alat hasil-tambahan (by products) dari gas/kokas;

5. Pengusahaan industri peralatan produksi dan distribusi gas/kokas.

C. Tugas Pokok dan Fungsi PT. PGN (Persero) Tbk

(16)

diharapkan dengan adanya kegiatan bisnis ini dapat berkembang dan memberikan kontribusi finansial yang signifikan kepada perusahaan.

1. Tugas Pokok PT. PGN (Persero) Tbk

Secara organisasi, PGN memiliki tugas-tugas pokok yang meliputi: 1. Penyelenggaraan Transmisi

Kegiatan usaha transmisi meliputi transportasi gas bumi dari lapangan gas milik produsen melalui jaringan pipa transmisi bertekanan tinggi ke stasiun penyerahan pembeli. Dalam kapasitasnya sebagai pengangkut gas bumi dari produsen ke konsumen, PGN memperoleh jasa pengangkutan transportasi (Toll Fee) khusus untuk melayani PLN Panaran (Batam). PGN mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 1.074 km dengan kapasitas sebesar 887 MMSCFD dan tingkat utilisasi sebesar 54%. Kapasitas ini mewakili sekitar 47% pangsa pasar kegiatan usaha transmisi di Indonesia. Jangkauan layanan transmisi PGN meliputi ruas Duri dan Grissik-Singapura yang dilakukan oleh anak perusahaan PGN yaitu PT Transportasi Gas Indonsia (Transgapindo).

2. Penyaluran dan Distribusi Gas

(17)

44

(18)

a. Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta, Banten, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung. b. Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari

Surabaya Gresik, Sidoarjo-Mogokerto, dan Pasuruan-Probolinggo serta Semarang dan makasar.

c. Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dari Medan, Batam dan Pekanbaru.

d. Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa. Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transpotasi Gas Indonesia, mengelola bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Anak Perusahaan dan Perusahaan Afiliansi.

2. Bidang Usaha PT. PGN (Persero) Tbk

Sesuai dengan Anggaran Dasar PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) sebagaimana terakhir diubah dengan Akta No. 11 Tanggal 6 April 2011, bidang usaha yang digeluti oleh PGN adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan, pembangunan dan pengembangan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga.

2. Perencanaan, pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan distribusi gas buatan (gas hidrokarbon).

(19)

46

mendukung kegiatan usaha utama sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

D. Produk atau Jasa PT. PGN (Persero) Tbk.

Sebagai BUMN yang bergerak dalam bidang usaha transmisi dan distribusi gas bumi, mengacu pada UU Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001, yang mengharuskan adanya pemisahan entitas yang bergerak di bidang hulu dan hilir, maka bidang usaha PGN dipusatkan pada sektor hilir, yaitu menghubungkan Produsen Gas Bumi dengan Pengguna Gas Bumi. Untuk kepentingan manajemen, dalam menjalankan kegiatan operasinya, PGN membagi 3 (tiga) segmen usaha pokok, yaitu:

1. Usaha Transmisi/Transportasi, 2. Usaha Disribusi/Niaga,

3. Minyak dan Hulu Gas,

4. Segmen Usaha Lainnya (Jasa Konstruksi dan Pemeliharaan, LNG, Sewa Kapasitas Serat Optik dan Properti).

(20)

Gambar 4.2

Struktur Usaha PT. PGN (Persero) Tbk

Sumber: Kantor PT. PGN (Persero) Tbk. SBU III E. Sejarah Singkat PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III

Sumatera Utara

(21)

48

jaringan pipa untuk keperluan bahan bakar di sektor rumah tangga, komersial dan industri yang menggantikan gas buatan dari batu bara dan minyak yang tidak ekonomis. Penyaluran gas bumi pertama kali dilakukan di Cirebon (1974), kemudian disusul berturut–turut di wilayah Jakarta (1979), Bogor (1981), Medan (1984), Surabaya (1994), dan Palembang (1996), Batam dan Pekanbaru (2005). PGN telah beroperasi menyalurkan gas alam di Medan sejak tahun 1984 di bawah manajemen Wilayah III melingkupi daerah layanan Provinsi Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.

PT. PGN (Persero) operasi wilayah Medan pada prinsipnya bertugas menyalurkan gas alam atau gas bumi dari perusahaan yang menambangnya ke pemakai melalui sistem jaringan perpipaan. Pada saat ini semua gas yang di distribusikan berasal dari Pertamina yang mempunyai sumber gas alam di Pangkalan Brandan dan di salurkan ke stasiun Pertamina di Wampu kemudian di gelar kearah kota Medan melalui daerah perkebunan di Utara Kota Binjai.

Gambar 4.3

Gedung PT. PGN (Persero) Tbk. Distribusi Wilayah III

(22)

F. Struktur Organsisasi

Organisasi tidak lepas dari suatu struktur, dimana struktur tersebut merupakan suatu susunan yang diintegrasikan dan saling berhubungan bahkan saling mempengaruhi antara tiap bagian serta posisi-posisi yang ada pada organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang maksimal.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Struktur organisasi menunjukkan pola hubungan diantara bagian atau posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, dan wewenang seta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik ke arah vertikal maupun horizontal.

(23)

50

Gambar 4.4

Struktur Organisasi PT. PGN (Persero) Tbk, Distribusi Wilayah III

Sumber: Kantor PT. PGN (Persero) Tbk, Distribusi Wilayah III

1. Pembagian Tugas dan Tanggungjawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan yang ada pada PT. PGN (Persero) merupakan suatu kesatuan yang yang tidak terpisahkan dari struktur organisasi. Berikut adalah uraiannya secara garis besar:

a. Kepala Divisi Regional

(24)

Rencana Kerja dan Anggaran, mengendalikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jaringan pipa gas serta fasilitas penunjangnya, mengendalikan pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, mengendalikan pengelolaan kegiatan penjualan dan layanan pelanggan, serta mengendalikan pengelolaan kegiatan K3PL dan integritas jaringan. b. Departemen Penjualan dan Servis Pelayanan

Departemen ini memiliki fungsi untuk memastikan tercapainya target penjualan dan pendapatan pengusahaan gas bumi di seluruh area penjualan Distribusi Wilayah III. Untuk menjalankan fungsinya bidang ini memiliki tugas sebagai berikut:

1. Mengelola Rencana Kerja dan Anggaran untuk kegiatan penjualan dan kualitas layanan,

2. Memastikan terintegrasinya rencana kerja antar satuan kerja yang terdapat di dalam departemen penjualan dan layanan, maupun dengan satuan kerja yang lain di dalam organisasi Distribusi Wilayah III 3. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana

kerja antar satuan kerja di dalam departemen penjualan dan layanan, menetapkan, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan perencanaan dan kualitas layanan,

4. Mengendalikan tindak lanjut permasalahan tunggakan pembayaran pelanggan,

(25)

52

pencapaian target kinerja, dan menetapkan langkah tindak lanjut yang tepat.

c. Departemen Operasi dan Pemeliharaan

Departemen ini mempunyai fungsi memastikan seluruh jaringan pipa gas bumi berserta fasilitas penunjangnya telah dimanfaatkan secara optimal untuk pelaksanaan penyaluran gas dari pemasok kepada pelanggan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Untuk menjalankan fungsinya, Departemen Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas:

1. Mengelola Rencana Kerja dan Anggaran untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan

2. Memastikan terintegrasinya rencana kerja antar satuan kerja di dalam departemen operasi dan pemeliharaan maupun dengan satuan kerja yang lain di dalam organisasi Ditribusi Wilayah III.

3. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kerja antar satuan kerja di dalam departemen operasi dan pemeliharaan. 4. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi ketersediaan pasokan

gas dan rencana penyaluran gas

5. Mengendalikan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan pipa dan fasilitas penunjangnya berjalan dengan baik.

6. Mengendalikan pengelolaan aset jaringan pipa dan fasilitas penunjangnya berjalan dengan baik.

(26)

8. Mengendalikan penyusunan laporan periodik departemen operasi dan pemeliharaan sebagai dasar melakukan analisa untuk memastikan pencapaian target kinerja, dan menetapkan tindak lanjut yang tepat. d. Departemen Sumber Daya Manusia

Departemen SDM mempunyai fungsi memastikan pelaksanaan kegiatan manajemen SDM dapat mendukung produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Tugas Departemen SDM :

1. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan administrasi SDM.

2. Mengelola perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.

3. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM.

(27)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Data yang ada dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti dengan informan dan disesuaikan kembali dengan data sekunder yang diperoleh dari PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumatera Utara kemudian digabung dengan observasi dilapangan. Pemaparan pada bab ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Good Corporate Governance di lingkungan internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan internal, dan kendala yang dialami.

A. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Sumut

Momentum pelaksanaan Initial Public Offering pada tahun 2003 merupakan momen pencetus bagi PT. PGN (Persero) Tbk untuk menerapkan Good Corporate

Governance (GCG), sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

(28)

salah satu dasar tolak ukur keberhasilan kinerja Perusahaan dan landasan bagi PGN dalam pencapaian visi dan misi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Lis Sulaikawati selaku Kepala Departemen Menejemen Resiko (Reps) PT. PGN Regional III:

Karena PGN merupakan salah satu perusahaan yang sudah go public

sejak tanggal 15 Desember 2003 maka PGN harus menerapkan GCG dengan meningkatkan pengendalian internal untuk dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam menanamkan modal mereka pada perusahaan. Penerapan prinsip GCG ini dibentuk juga menyesuaikan dengan peraturan yang dibuat pemerintah melalui Kementrian BUMN, tetapi sebelum adanya peraturan pemerintah mengenai GCG ini PGN sudah terlebih dahulu menerapkan prinsip-prinsip yg ada di GCG”

(Wawancara, 12 Februari 2016) Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Lamhot Siboro, selaku Kepala Departemen Sumber Daya Manusia (Reps) PT. PGN (Persero) Tbk Regional III untuk mempertegas awal mulanya penerapan prinsip GCG di PGN Sumut:

“Sebenarnya awal kali PGN ini berdiri kami belum mengenal GCG, karena memang peraturannya juga belum dibuat oleh pemerintah. Namun GCG ini kan sebenarnya bisa kita bilang sebagai budaya perusahaan juga, nah jadi sejak dulu sebenarnya bisa dibilang kalau kita sudah memberlakukan prinsip-prinsip yg ada di GCG itu sendiri, misalnya mengadakan rapat eksternal dengan pemegang saham (RUPS) dan rapat internal, dan juga audit yang dilakukan oleh eksternal dan internal, sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kinerja kami.”

(Wawancara, 12 Februari 2016) Selanjutnya, Ibu Lis Sulaikawati menerangkan bentuk upaya yang telah dilakukan dalam menerapkan GCG di lingkungan internal PGN Distribusi Wilayah III:

(29)

56

koridor jabatannya. Pakta Integritas ini ditandatangani oleh setiap kepala distribusi wilayah, karena setiap kepala distribusi wilayah akan memberikan pertanggungjawaban kepada Pusat.

(Wawancara, 10 Maret 2016) Berdasarkan wawancara diatas penerapan prinsip GCG sudah diterapkan disemua distribusi wilayah dengan adanya Pakta Integritas yang ditanda tangani oleh setiap kepala wilayah mengingat PGN sebagai sebuah BUMN yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia sebagai. GCG dijadikan pedoman dalam mengatur pelaksanaan kinerja perusahaan agar berjalan optimal di masing-masing wilayah kerja.

Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Bapak Lamhot Siboro dalam menambahkan keterangan terkait upaya penerapan GCG di PGN Sumut:

“PGN juga memiliki Pedoman Etika Usaha dan Etika Kerja (Code of Conduct) 2013 yang sifatnya flexibel karena sewaktu-waktu dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan perusahaan. Pedoman ini diperuntukan bagi perusahaan dan seluruh insan PGN sebagai panduan perilaku dalam menjalankan aktivitas bisnis serta berhubungan dengan para pemegang kepentingan (stakeholders).Code of Conduct” ini juga

merupakan upaya dalam mewujudkan GCG disini.”

(30)

Masih terkait dengan pelaksanaan prinsip GCG di PGN Distribusi Wilayah III, berikut pernyataaan Ibu Lis Sulaikawati:

“Salah satu upaya yang telah dilakukan PGN dalam menerapkan GCG dapat dilihat dari sarana yang disediakan terkait dengan disiplin pegawai. Jika dulu dalam melakukan absensi kami masih menggunakan cara manual namun sekarang sudah berbeda mengikuti perkembangan zaman. Kami sekarang sudah menggunakan finger print pada saat jam masuk kantor, jam istirahat dan jam pulang. Jadi semua terekap jika pegawai absen. Hal yang sama juga dilakukan dalam penilaian kinerja pegawai. Kalau dulu masih menggunakan daftar penilaian prestasi pegawai, tapi kalau sekarang sudah lewat online yaitu melalui KPI (Key Performance Indicator) yang di isi setiap tiga bulan sekali oeh tiap masing-masing departemen.

(Wawancara, 2 Maret 2016) Berdasarkan wawancara diatas, KPI (Key Performance Indikator) juga merupakan bentuk upaya dalam penerapan GCG di PGN untuk meningkatkan kinerja pegawai, menciptakan iklim kerja yang sehat serta memberikan citra positif bagi perusahaan di mata stakeholders.

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Distribusi Wilayah III Sumatera Utara. Penerapan prinsip-prinsip GCG di lingkungan internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor : Per-01/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang dijabarkan berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

(31)

58

penyampaian keputusan mengenai perusahaan tersebut. Berikut adalah data hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti.

Terkait dengan program kerja, anggaran, dan evaluasi pencapaian kinerja PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III, berikut pernyataan Ibu Lis Sulaikaawati:

“PGN Regional III biasanya mengadakan rapat rutin tahunan bersama perwakilan dari pusat yang disebut dengan Rapat Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk membahas dan merancang tentang program kerja yang akan berjalan di perusahaan dalam setahun ke depan. Laporan hasil program kerja tersebut akan dikirim kembali ke pusat untuk di evaluasi. Selain itu, kami juga mengadakan rapat kerja internal yang diadakan setiap tiga bulan sekali untuk membahas mengenai evaluasi program kerja. Ada juga rapat mingguan untuk masing-masing departemen yang kami lakukan untuk merancang program yang sudah ada dan menemukan ide baru dalam melaksanakan program tersebut

(brand storming)”.

(Wawancara, 2 Maret 20016) Keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan PGN pada saat rapat tidak terlepas dari peranan pimpinan dalam memipin rapat tersebut, demikian yang disampaikan oleh Bapak Sabaruddin selaku Kepala Regional Distribusi Wilayah III:

“Biasanya dalam rapat internal distrbusi wilayah III kami selalu mengikutsertakan perwakilan tiap departemen yang disebut dengan Rapat Koordinasi (Rakor). Pada saat rapat setiap anggota sangat diharapkan untuk menyampaikan pendapatnya dalam merancang suatu program kerja. Setiap departemen nantinya akan mengajukan proposal kerja mereka ke pimpinan, jika disetujui akan di jadikan acuan. Sehingga hasil dari rapat itu merupakan keputusan bersama.”

(Wawancara 2 Maret 2016) Bentuk lain dari penerapan prinsip transparansi dilihat di laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sabaruddin:

(32)

akan di audit oleh pihak eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mana hasil laporan tersebut akan di umumkan lewat website PGN sehingga dapat diakses oleh semua orang. Untuk laporan keuangan PGN sendiri juga diaudit oleh pihak internal setiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal (SPI). Selain itu, hampir semua (sekitar 98%) pejababat yang ada di PGN wajib mengisi dan melaporkan jumlah Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara (HKPN) nya kepada(Komisi Pemberantasan Korupsi) KPK untuk di audit, termasuk harta kekayaan saya sendiri.”

(Wawancara, 3 Maret 2016) Transparansi juga dapat terlaksana dengan baik jika didukung dengan penyampaian informasi perusahaan dengan karakteristik yang berkualitas seperti akurat, tepat waktu, benar, dan komunikatif. Mengikuti perkembangan teknologi informasi, transparansi menjadi salah hak bagi banyak orang untuk mendapatkan keterbukaan informasi mengenai PGN. Berikut pernyataan Bapak Parlin selaku Kepala Departemen Teknologi Informasi PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III:

“Kalau untuk keterbukaan informasi dari segi teknologi informasi yang

ada di PGN bisa langsung dilihat di website resmi kami www.pgn.co.id. Semua informasi kami umumkan disitu. Untuk pengelolaan website itu sendiri bukan saya yang mengelola melainkan pusat. Karena PGN ini sistemnya sentralisasi, jadi setiap departemen di tiap wilayah kerja bertugas mengirimkan laporannya masing-masing kepada pusat, nanti tim kerja website Divisi Humas pusat yang akan mengelola informasi yang kami berikan. Kemudian mereka yang akan menampilkan di website, melalui proses penyaringan dan perbaikan informasi yang dikirim tiap departemen wilayah.”

(33)

60

“PGN kan bergerak di bidang distribusi gas, jadi jika kami ingin melakukan kerjasama dengan mitra biasanya kami mengumumkannya melalui website resmi PGN atau melalui media cetak biasanya sih Koran Sinar Indonesia Baru (SIB) yang dimuat setiap dua tahun sekali. Karena perjanjian kontrak dengan mitra tidak berlangsung seterusnya, kami harus memastikan setiap dua tahun ini mitra yang bekerja sama dengan kami memiliki peralatan dengan kondisinya baik. Jika tidak terpenuhi kami mencari mitra lain. Sehingga melalui website semua calon mitra yang ingin bekerjasama bisa mendapat informasi yang sama. Dalam hal pembayaran kami juga tidak menerima sistem pembayaran tunai. Kami hanya menerima pembayaran yang dibayar melalui rekening PGN biasanya sih lewat salah satu bank yang kami tunjuk, yaitu bank

Mandiri.”

(Wawancara, 25 Februari 2016) Hal tersebut juga didukung dengan, PGN memastikan sistem yang transparan dalam melakukan kerjasama dengan mitra perusahaan seperti bentuk kerjasama yang dilakukan dengan PT. Sari Surya Perwira dalam hal pemasangan pipa:

“Bentuk transparansi yang kami dapatkan ketika kerjasama dengan PGN yatu dengan adanya kontrak yang disetujui atas kesepakatan bersama. Kami juga bisa mengajukan pendapat jika ada ketidaksesuaian dalam kontrak baru nanti didiskusikan oleh PGN. Dalam pengadaan lelang juga sudah transparan karena PGN mengumumkan langsung ke website nya, jadi semua fair.”

(Wawancara, 3 Maret 2016) Pernyataan senada juga disampaikan oleh Bapak Sabaruddin mengenai perjanjian kontrak dengan stakeholders:

“Untuk proses pembicaraan hingga penandatangan kontrak dengan stakeholders kami melakukannya diruang khusus tamu yang dilengkapi dengan CCTV. Jadi semua dapat terekam jelas sehingga tidak ada suap-menyuap. Hal lainnya yaitu, jika ada client atau pelanggan yang ingin mengajak bertemu di luar kantor mungkin sekalian makan siang, saya selalu mengusahakan supaya pembayaran menu bukan pelanggan yang membayar, tetapi saya. Caranya saya menyuruh staff untuk terlebih dahulu ke tempat yang dituju dan melakukan pembayaran terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari bentuk penyimpangan yang tidak diinginkan”

(34)

Termasuk juga transparansi dalam hal recruitment pegawai PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III, berikut pernyataan Bapak Lamhot Siboro:

“Kita terbuka dalam hal recriutment pegawai. Hal ini bisa dilihat pada saat kami melakukan recruitmen pegawai, kami mengumumkannya

melalui “online”. Jadi siapasaja bisa mendaftar sebagai pegawai sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Proses seleksi pegawainya tidak dilakukan oleh pihak PGN langsung untuk menghindari KKN. Kami menunjuk pihak eksternal untuk proses seleksi, seperti pihak universitas (UI dan UGM) untuk melakukannya. Barulah hasil seleksi tersebut akan di nilai oleh Pusat sesuai dengan standart yang kami miliki. Nantinya hasil pengumuman akan diumumkan kembali secara online. Untuk pegawai an-organik (kontrak) juga kami berlakukan hal yang sama, kami melakukan seleksi online khusus pegawai kontrak yang telah bekerja minimal dua tahun. Dan pihak eksternal yang melakukan proses seleksinya. Jadi tetap mengutamakan profesionalisme.”

(Wawancara, 12 Februari 2016) Dalam hal penggajian, pengungkapan gaji pegawai, dan penghasilan-penghasilan lain disampaikan oleh Ibu Lis Sulaikawati:

“Transparansi PGN bisa dilihat dari sitem penggajian kita yang terpusat. Jadi kita memiliki portal yang langsung terhubung dengan PT. PGN (Persero) Tbk. Setiap bulan pusat akan droping gaji pegawai organik melalui Bank Mandiri dan data akan dikirim kembali lewat potal. Jadi tidak ada sepeser rupiah pun kami manipulasi. Berbeda dengan pegawai an-organik, masalah penggajian menjadi urusan pihak ketiga. Itu trasnparansi soal penggajian, kalau untuk penghasilan-penghasilan lain misalnya pendapatan hasil dari optimalisasi aset PGN Regional III, akan langsung ditransfer ke pusat dengan laporan yang sudah tersistem secara komputerisasi untuk seluruh jaringan PGN pusat.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) Penerapan prinsip transparansi juga dilakukan dalam pengaduan keluhan distribusi gas sebagai salah satu tugas pokok dan fungsi PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III di bidang pelayanan publik. Berikut disampaikan oleh Bapak Sutrisno:

(35)

62

melalui customer service yang dapat dihubungi 24 jam. Bagian CS ini dibawah naungan Divisi Sales, karena CS akan menerima laporan mengenai keluhan atau kebutuhan pelanggan. Biasnya laporan yang sering masuk mengenai pemasangan pipa yang tidak sesuai sehingga terjadi kebocoran, lalu jika pelanggan melakukan denda pembayaran, terkadang bingung proses selanjutnya seperti apa. CS dibawah naungan kami yang memberikan informasi terlebih dahulu.”

(Wawancara, 25 Februari 2016) 2. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Berikut data hasil wawancara yang diperoleh peneliti.

Terkait dengan strukutr organisasi, bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang ada PGN, disampaikan oleh Bapak Didiet selaku staff Departemen Sistem Operasi Gas dan Teknologi:

“Bentuk PGN sendiri kan sentralisasi, maka dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya setiap wilayah diberikan porsi yang berbeda dengan pusat, dengan audit yang tetap ada dilakukan tiap masing-masing internal. Inilah yang menjadi bentuk penerapan akuntabilitas disini.”

(Wawancara 10 Maret 2016) Adapun bentuk akuntabilitas lainnya dalam pendelegasian tugas dan tanggungjawab, diungkapkan oleh Ibu Yusnani selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat (Reps) Distribusi Wilayah III:

“Dari segi akuntabilitas, dapat dilihat dari rapat perihal pendelegasian tanggungjawab yang dilakukan oleh Kepala Regional dengan kepala departemen. Rapat ini gunanya agar tidak terjadi pekerjaan yang

bertindih atau “double”, sehingga setiap pelaksana tugas dapat mengetahui secara jelas tanggung jawab dan wewenangnya. Rapat Koordinasi, Auditing, dan Sistem Laporan Monitoring masuk ke dalam pengendalian internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III jadi kelihatan jelas pembagian kerja tiap-tiap unit.”

(36)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban tercermin dari kebijakan perihal renumerasi, promosi, dan pelatihan pegawai di lingkungan internal PGN Distribusi Wilayah III. Berikut pernyataan Bapak Lamhot Siboro:

“Kebijakan renumerasi, promosi dan pelatihan pegawai menjadi cerminan dalam pelaksanaan prinsip GCG terutama dalam hal akuntabilitas. Jika ada kedapatan pegawai yang tidak melakukan kinerjanya dengan maksimal, biasanya kami berikan teguran terlebih dahulu juka memang tidak berubah terpaksa kami lakukan renumerasi bagi pegawai tersebut. Keputusan kebijakan tersebut tidak kami lakukan secara sepihak tetapi diputuskan melalui rapat Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Begitu juga dengan kebijakan promosi. Kalau memang ada pegawai yang maksimal dalam kerjanya maka mungkin akan diberikan promosi pada pegawai tersebut. Hasil keputusan rapat itu akan kami kirimkan ke pusat untuk di evaluasi kembali karena yang mengeluarkan SK-nya adalah pusat. Untuk pegawai yang memang baru menjadi bagian dari PGN, kami berikan training terlebih dahulu yang dikoordinir oleh Departemen SDM Selain untuk penerpan prinsip akuntabel hal tersebut juga menjadi acuan

pagawai untuk meningkatkan profesionalismenya.”

(Wawancara, 14 Maret 2016) Dengan formasi yang sehat, diharapkan jumlah dan susunan pegawai dapat sesuai dengan fungsi, tugas, dan beban kerjanya. Berikut Bapak Sabaruddin memberi pernyataan terkait hal tersebut:

(37)

64

(Sistem Manajemen Kinerja Individu) yang diisi oleh tiap pegawai dan dikumpul setiap bulan. Dari SMKI tampak nilai antara hasil pekerjaan dengan indikator pekerjaan utama tersebut.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) Bentuk penerapan prinsip akuntabilitas lainnya sebagai pelaksanaan tanggungjawab departemen, berikut pernyataan Bapak Didiet:

“Setiap pelaksanaan tugas di departemen gas sistem manajemen ini pasti

selalu ada pengecekan mulai dari pengecekan pada hari kerja sampai pada h+1 mengenai data-data yang terjadi di lapangan, dan memastikan apakah keadaan aset dan keandalan jaringan pipa sudah sesuai dengan fungsinya.”

(Wawancara, 11 Maret 2016) Dalam melaksanakan tugasnya, PGN Distribusi Wilayah III mengupayakan kemudahan bagi mitra kerja sebagai bentuk penerapan prinsip akuntabilitas. Berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Kalau dari sisi keuangan, bentuk akuntabilitas itu diterapkan dari sistem Host to Host. Host to Host ini merupakan sistem informasi transaksi pembayaran yang dilakukan kepada mitra. Untuk sistem ini, PGN bekerja sama dengan Mandiri. Jadi dengan sistem ini, mitra akan

dimudahkan dalam mendapatkan pemberitahuan terkait pembayaran.”

(Wawancara, 3 Maret 2016)

3. Peranggungjawaban (Responsibility)

(38)

Kepatuhan PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat dinyatakan oleh Ibu Yusnani:

“Code of Conduct merupakan bentuk ketaatan PGN Wilayah III terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. PGN ini kan tersebar luas di Indonesia, tapi tetap ada aturan baku sebagai pedoman berperilaku bagi pegawai di daerah manapun. Etika Usaha dan Etika Kerja ini sendiri sudah pernah diperbaharui pada tahun 2011 dan apabila diperlukan akan terus diperbaiki. Semua itu demi terciptanya keseragaman tindakan baik di kegiatan publik maupun kegiatan komersil.”

(Wawancara, 8 Maret 2016) Mekanisme pendistribusian gaas yang dilakukan oleh PT. PGN (Persero) Tbk dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1

Mekanisme Pendistribusian Gas PGN

(39)

66

Dalam hal pendistribusian gas kepada pelanggan berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Dari segi responsibilitas perusahaan bisa dilihat dari penyesuaian harga gas yang dijual kepada konsumen. PGN menetapkan tarif harga berdasarkan ketentuan UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas). Setelah itu Laporan tahunan kami juga diaudit oleh BPMigas. Jadi biarpun harga gas naik tau turun kami tidak memiliki wewenang untuk megatur harga gas karena itu wewenang pemerintah. Untuk pemasangan pipa gas, alat ukur yang kami gunakan juga sudah dilakibrasi oleh Direktorat Meteorologi dan ada sertifikatnya. Sehingga pelanggan tidak perlu khawatir jika merasa tidak puas dengan pelayanan kami. Selain sertifikat untuk alat ukur kami, PGN juga memberikan sertifikat untuk instalatur sebagai jaminan jika ada komplain dari pelanggan kami tau bagaimana harus mempertanggung

jawabkannya.”

(Wawancara, 3 Maret 2016) Demi mencapai sustainability secara menyeluruh PGN juga menerapkan kebijakan yang berpedoman terhadap keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan yang harus dijalankan oleh setiap insan PGN, berikut pernyataan Ibu Lis Sulaikawati:

“K3PL-E kepanjangannya (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pengelolaan Lingkungan dan Energi) ini merupakan komitmen yang ditetapkan oleh PGN untuk melaksanakan tanggungjawab kami sebagai perusahaan kepada pegawai yang bekerja di PGN, tapi bukan hanya itu kami juga bertanggungjawab untuk lingkungan dan pemanfaatan energi dengan adanya komitmen K3PL-E ini. Jadi sengaja di pajang di dinding kantor supaya pegawai tetap mengingat apa-apa saja yang harus dilakukan dalam pengelolaan lingkungan yang juga berguna bagi

kesehatan dan keselamatan selama bekerja”

(40)

Gambar 5.2 Komitmen K3PL-E

Sumber: Kantor PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III

Sehubungan dengan pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai, serta memberikan wawasan kepada masyarakat seputar bidang kerja PGN. Berikut pernyataan Bapak Parlin:

“PT. PGN (Persero) Tbk punya majalah internal “PGN Inside” yang

diterbitkan setiap bulan oleh Pusat. Dari segi teknologi dan informasi, pembagian majalah kepada pegawai merupakan bentuk responsibilitas PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III. Tidak hanya kepada pegawai saja kami bagikan, tetapi juga kepada instansi pendidikan seperti universitas. Karena sebagai BUMN, itu termasuk usaha dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai serta masyarakat

seputar bidang kerja PGN.”

(41)

68

“Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan selaku BUMN merupakan suatu kewajiban, apalagi teringat tugas dan tanggungjawab PGN. Bentuknya itu bisa dillihat dengan adanya dokumen Code of Conduct, PKB (Perjanjian Kerja Bersama), dan Standar Operational Precedure (SOP). Selain itu, dalam setiap pelaksanaan tugas ada Laporan Monitoring yang dilakukan secara bertahap baik di internal

Distribusi Wilayah III maupun Pusat.”

(Wawancara, 10 Maret 2016) Sebagai wujud pertanggungjawaban PGN kepada konsumen dan mitra, dalam pelaksanaan tugas yang diberikan kepada mitra untuk pemasangan pipa, maka PGN Distribusi Wilayah III menerbitkan sertifikat kepada instalatur. Berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Setiap instalatur hanya bisa bekerjasama dengan kami selama dua

tahun, tapi jika dia ingin menjalin kerjasama kembali dengan kami instalatur tersebut harus kembali melakukan pendaftaran seperti awal. Dan untuk setiap instalatur kami berikan sertifikat, supaya pelanggan juga merasa terjamin dan kami juga dapat mempertanggung jawabkan ketika mitra tersebut memiliki kekurangan atau kendala. Sertifikat ini juga berlaku dua tahun saja selama dia bekerjasama dengan kami. Jika

dia kembali terpilih maka kami akan buatkan sertifikat yang baru lagi”

(Wawancara, 25 Februari 2016) 4. Kemandirian (Independency)

Prinsip kemandirian merupakan keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Terkait dengan kerjasama antara PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III dengan mitra (instalatur), berikut penuturan Bapak Sutrisno:

(42)

perjanjian kerja, kita akan antisipasi dengan melakukan diskusi sehingga hubungan kerjasama tetap terjaga. Contohnya jika instalatur menggunakan peralatan pemasangan pipa yang sudah melampui umur pemakaian, kami langsung mendiskusikan untuk penggantian alat. Pada saat pengambilan keputusan untuk menentukan calon instalatur kami juga mengadakan rapat terlebih dahulu.”

(Wawancara, 25 Februari 2016) Berhubungan dengan kewenangan pimpinan dalam hal pengelolaan perusahaan di PGN Regional III, berikut pernyataan Bapak Sabaruddin:

“Sebagai seorang pimpinan, dalam mengambil suatu keputusan saya

mengajak setiap unsur yang terlibat untuk melakukan diskusi terlebih dahulu. Saya akan mendengarkan saran dan pendapat dari bawahan saya untuk dijadikan pertimbangan. Selain itu, untuk keperluan anak perusahaan tidak menjadi wilayah wewenang kami. PGN Regional III tidak ikut campur mengenai manajemen mereka biarpun masih bagian

dari PGN juga.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) 5. Kesetaraan (Fairness)

Prinsip kewajaran merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Penerapapan prinsip kewajaran berarti adanya keadilan bagi semua pihak. Berikut adalah penjelasan dari Bapak Sabaruddin:

“Pemberian penghargaan kepada pegawai merupakan wujud penerapan

prinsip kesetaraan yang kami lakukan dalam implementasi prinsip GCG. Pegawai yang sudah dua windu mengabdi pada perusahaan kami berikan penghargaan berupa piagam emas atau gaji yang diberikan dua kali lipat dari gaji pokok. Selain itu kami juga mengusulkan pegawai yang memiliki prestasi untuk mendapat pengahrgaan dari pemerintah (Bintang Jasa). Kami juga memberikan apresiasi kepada pegawai berupa uang tunai disertai penghargaan.

(43)

70

Sejalan dengan pernyataan Bapak Sabaruddin, berikut ini pernyataan dari Bapak Lamhot Siboro tentang kewajaran bagi PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III:

“Selain penghargaan bagi pegawai yang sudah lama mengabdi, kami

juga memberikan punishment dan reward berdasarkan kinerjanya. Kalau pemberian reward ya seperti hadiah gitu contohnya tunjangan jabatan yang dilihat dari KPI. Jika kinerjanya meningkat maka pegawai berhak mendapatkan imbalan sesuai dengan nilai yang berhasil dicapainya dalam laporan KPI. Kalau KPI pegawai menunjukkan kinerja yang menurun, maka nilai imbalan yang diterima juga akan menurun

disesuaikan dengan nilai yang berhasil dicapai dalam laporan KPI.” (Wawancara, 25 Februari 2016) Dalam hal hubungan industrial yang harmonis sesama insan PGN, PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III memiliki wadah serikat pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja (SP). Berikut pernyataan Bapak Sulaiman selaku Bidang Hukum Serikat Pekerja:

“Mengenai prinsip kewajaran untuk semua pegawai di PGN Regional III

terlihat dengan adanya pembentukan Serikat Pekerja. Jadi pegawai itu punya organisasi sebagai wadah yang berupaya memenuhi hak-hak pegawai dengan adil. Oleh karena itu, dokumen Perjanjian Kerja Bersama Serikat Pekerja PGN dibuat. Tujuannya untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban pegawai. Dalam PKB ada juga ditentukan jenis-jenis reward dan sanksi. Untuk kegiatan yang dikoordinasi oleh Serikat Pekerja, kami setiap bulan sekali rutin melakukan pengajian bagi umat muslim, dan kebaktian bagi umat kristiani. Setiap hari jumat kami juga selalu mengadakan senam yang dilakukan di Kantor PGN Glugur untuk meningkatkan rasa bersama antar pegawai. Selain itu, bagi pegawai yang mengalami musibah kami ikut memberikan bantuan bisa berupa materi maupun non-materi yang di prakarsai oleh Serikat Pekerja.”

(44)

C. Kendala dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Dalam melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG tentu tidaklah semudah yang dibayangkan. PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III juga menemukan kendala yang datang dari internal maupun eksternal perusahaan. Berikut pernyataan dari Bapak Didiet PGN Distribusi Wilayah III:

“Kendala yang dihadapi oleh PGN dalam penerapan prinsip GCG ini

adalah komunikasi dengan pimpinan dan juga strukutur birokrasi yang sedang berubah. Karena sekarang PGN sedang melakukan transformasi, jadi biasanya kami terkendala untuk menyampaikan laporan kepada pusat karena harus melalui proses yang panjang. Selain itu struktur organisasi yang baru ini membuat kami harus menyesuaikan kembali dengan tugas pokok dan fungsi kami karena belom ada keputusan yang tetap.”

(Wawancara, 10 Maret 2016) Terkait dengan pengetahuan pegawai mengenai prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III, lebih lanjut Ibu Lis Sulaikawati memberikan keterangan sebagai berikut:

“Prinsip GCG ini sudah lama diterapkan di PGN, namun persoalannya

ada pada SDM nya kembali. Pegawai kadang acuh tak acuh, dan kurang proaktif terhadap penerapan prinsip GCG. Pegawai baru khususnya, masih belum paham mengenai prinsip ini. Jadi masih butuh untuk dilakukan sosialisasi. Bentuk sosialisasi GCG di PGN dilakukan dengan Diklat Pegawai berjenjang yang dilakukan per bidang kerja. Namun kan diklat ini terhitung lamban proses sosialisasinya. Oleh karena itu setiap pegawai dibekali buku saku Etika Usaha dan Etika Kerja, PKB, dan Buku Pedoman Budaya Perusahaan. Tapi permasalahannya, malasnya

membaca buku.”

(45)

BAB VI ANALISIS DATA

Pada bab sebelumnya, peneliti sudah menyajikan data mengenai gambaran penerapan prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya, pada bab ini peneliti akan menelaah data yang diperoleh di lapangan serta menganalisis hubungan antar bagian untuk memperoleh kesesuaian yang tepat dengan teori yang ada.

A. Transparansi (Transparency)

Sebagai perpanjangan tangan dari PT. PGN (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, untuk menerapkan prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III tidak terlepas kaitannya dengan pusat, khusnya dalam penerapan prinsip transaparansi. Kriteria untuk menerapkan prinsip ini dilihat dari keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Penetuan kriteria dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah penerapan kegiatan dan tujuan transaparansi sudah tercapai.

(46)

dalam lingkup internal, penerapan dilakukan dengan adanya Rapat Koordiansi (Rakor) yang menjadi wadah dalam pengambilan keputusan perusahaan selama proses pencapaian target. Rakor dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh setiap departemen untuk mengevaluasi pencapaian target yang sudah di dapat. Namun semenjak tahun 2015 karena adanya transformasi, PGN Distribusi Wilayah III mengalami kendala dalam penyampaian komunikasi dengan pimpinan mengenai hasil rapat, dikarenakan struktur organisasi yang semakin birokratis.

(47)

74

Dalam hal keterbukaan informasi dengan pegawai, terlihat pada saat penggajian, dan pengungkapan gaji melalui portal yang terhubung dengan seluruh jaringan PT. PGN (Persero) Tbk, dimana gaji tersebut diberikan langsung ke tiap pegawai melalui bank yang terkait. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti mengenai pengungkapan informasi yang dilakukan PGN Regional III kepada masyarakat dilakukan dengan pembentukan website: www.pgn.co.id yang dikelola oleh tim kerja website dibawah naungan Divisi Humas. Tetapi informasi yang serba terpusat dianggap masih belum memuaskan, kegiatan yang dilakukan atau hal-hal lain yang menjadi informasi bagi masyarakat tentang PGN Regional III tidak banyak di dapatkan. Selain itu, karena sistem penyediaan informasi yang dilakukan secara terpusat tentunya telah mengalami proses filterisasi sehingga ada indikasi bahwa tidak semua informasi dari Distribusi Wilayah III tidak dicantumkan. Untuk bentuk keterbukaan informasi yang tersedia di PGN Regional III kepada mitra yang ingin bekerjasama dapat dilihat pada website PGN atau biasanya melalui media cetak (Koran SIB)

(48)

memiliki wadah untuk melakukan pelaporan kepada PGN Distribusi Wilayah III melalui CS tersebut.

B. Akuntabilitas (Accountability)

Dengan ada transformasi yang dilakukan oleh PT. PGN (Persero) Tbk mulai tanggal 1 Agustus 2015, membuat perusahaan harus melakukan perombakan struktur organisasi dari yang sebelumnya sudah ditetapkan. Untuk melihat tantangan yang akan dihadapi perusahaan di masa yang akan mendatang, perombakan ini mungkin akan menjadi keunggulan bagi perusahaan. Namun juga melihat kriteria dalam penerapan prinsip akuntabilitas, yakni kejelasan fungsi, hal ini masih mengalami penyesuaian di PGN Distribusi Wilayah III. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, kriteria kejelasan fungsi yang dilihat dari struktur organisasi banyak membuat pegawai perlu menyesuaikan kembali dengan kebijakan yang baru sehingga membuat banyak pegawai kebingungan.

Bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dilakukan dengan adanya dokumen Sistem Manajemen Kinerja Individu (SMKI) yang diisi setiap setahun sekali oleh setiap pegawai, sehingga kinerja pegawai dapat terukur dalam pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu, adanya pengecakan langsung yang dilakukan pegawai mengenai data yang terjadi dilapangan menjadi salah satu bentuk kejelasan pelaksanaan tugas.

(49)

76

Diharapkan adanya kegiatan baru yang membuat pegawai semakin termotifasi dalam pelaksanaan tugas mereka.

Terkait hubungan kerjasama dengan mitra, PGN Distribusi Wilayah III melakukan kerjasama dengan Bank Mandiri dalam menyediakan sistem host to

host corporate payable untuk mempermudah mitra dalam memperoleh informasi

pembayaran dan melakukan transaksi pembayaran sehingga lebih efisien. Sistem ini merupakan bentuk penerapan prinsip akuntabilitas dalam hal peningkatan sistem kinerja PGN.

C. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Dalam menerapkan prinsip pertanggungjawaban ada beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya yakni, kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Komitmen PGN Distribusi Wilayah III dalam hal kepatuhan terhadap prinsip-prinsip korporasi yang sehat dituangkan dalam dokumen etika Usaha dan Etika Kerja

“Code of Conduct”. Selain “Code of Conduct“ berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan, PGN Distribusi Wilayah III juga memiliki Sandart Operasional Prosedur (SOP). Tujuan SOP PGN dibuat untuk meningkatkan konsistensi dalam memenuhi persyaratan pelanggan.

(50)

menerbitkan Majalah “PGN Inside” setiap setahun sekali yang memuat seputar kegiatan yang dilakukan PGN selama satu tahun terakhir. Dengan adanya majalah

“PGN Inside” seluruh jaringan PT. PGN (Persero) Tbk di Indonesia dapat berbagi

pengetahuan bahkan temuan-temuan baru seputar bidang kerja PGN. Isi dalam majalah tersebut merupakan isi kegiatan yang ada di setiap Distribusi Wilayah yang penyusunannya dinaungi oleh Divisi Humas PT. PGN (Persero) Tbk.

Selain itu bentuk kepatuhan PGN Distribusi Wilayah III terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan dapat dilihat dengan adanya dokumen Perjanjian Kerja Bersama (PKB) baik antara mitra dan serikat pekerja. Dalam menerapkan harga gas PGN juga mengikuti ketentuan dari pemerintah yang diatur dalam UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas).

Penerbitan Sertifikat bagi mitra yang melakukan kerjasama dengan PGN juga merupakan salah satu bentuk responsibilitas yang diterapkan. Demi menjaga kualitas dalam menjalankan kerjasama dan untuk memenuhi unsur kepuasan pada pelanggan maka setiap instalatur harus diberikan sertifikat yang diperbaharui setiap dua tahun sekali, jika instalatur sudah tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan PGN maka perusahaan berhak mencari mitra yang baru kembali.

D. Kemandirian (Independency)

(51)

78

dalam pengelolaannya PGN Distribusi Wilayah III dapat menjalankan tigas dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa komitmen PGN Distribusi Wilayah III terhadap kualitas sangat diutamakan dalam ikatan kerjasama. Dalam hal ini tergambar penerapan prinsip kemandirian yang dilakukan oleh PGN Distribusi Wilayah III. Namun untuk menjaga hubungan kerjasama yang tetap harmonis dengan mitra kerja, tindakan antisipasi berbentuk diskusi juga dilakukan.

Bentuk penerapan prinsip kemandirian PGN Distribusi Wilayah III dalam proses pengambilan keputusan lingkungan internal ditunjukan melalui pelaksanaan Rapat Koordinasi. Setiap keputusan yang ditetapkan oleh PGN Distribusi Wilayah III mulai dari rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja serta kebijakan-kebijakan lainnya dilaksanakan dalam Rapat Koordinasi yang hanya dihadiri oleh pihhak internal perusahaan. Rapat ini berfungsi untuk menghindari benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan perusahaan.

(52)

5. Kesetaraan (Fairness)

Dalam menerapkan prinsip kesetaraan di PGN kriteria yang harus diutamakan adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak seluruh insan PGN. Salah satu bentuk penerapan prinsip kesetaraan di lingkungan internal PGN Distribusi Wilayah III adalah dengan pemberian penghargaan atas pengabdian pegawai terhadap perusahaan. Contoh penghargaan yang diberikan kepada pegawai adalah Penghargaan Kekaryaan bagi pegawai yang sudah bekerja minimal 16 tahun, rekomendasi peengharagaan Bintang Jasa kepada pemerintah bagi pegawai berprestasi dan Penghargaan bagi Pensiun.

Selain bentuk penghargaan, prinsip kesetaraan juga diterapkan dalam pengembangan kompetensi dengan memberikan pelatihan dan pendidikan guna mengoptimalisasikan kinerja pegawai. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan, pendidikan dan pelatihan (diklat) terutama mengenai GCG sudah lama tidak dilakukan, terakhir kali pada tahun 2009. Hal ini menjadi catatan penting bagi perusahaan untuk melaksanakannya kembali.

(53)

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai sebuah BUMN yang berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan untuk mewujudkan kemaakmuran rakyat sebesar-besarnya, penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perushaan. Implementasi GCG merupakan aset bagi perusahaan dan bukan hanya sebuah kewajiban untuk menaati peraturan. Dalam bab ini dipaparkan beberapa kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian, sebagai berikut:

(54)

Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan), dan sistem Host

to Host. Dari segi pertanggungjawaban (responsibility) sudah diterapkan,

dibuktikan dengan adanya dokumen Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Code of

Conduct, dan Sistem Operasional Prosedur (SOP), dan Majalah “PGN Inside”

yang diterbitkan setiap setahun sekali yang berisi kegiatan PGN selama satu tahun. Hal ini merupakan wujud kepatuhan terhadap prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selain itu kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terlihat dengan penentuan harga gas yang mengikuti standar peraturan UU Minyak Bumi dan Gas. Dari segi kemandirian (independency), penerapan prinsip ini dilihat dari komitmen kerjasama dengan mitra dalam hal kualitas peralatan, peranan kepala regional dalam menampung saran dan pendapat pada saat pengambilan keputusan perusahaan yang dilakukan dalam Rapat Koordinasi pegawai. Terakhir, dilihat dari segi kesetaraan (fairness) sudah dilaksanakan dengan baik, yakni dengan adanya Serikat Pekerja Distribusi Wilayah III, pemberian penghargaan, pendidikan dan pelatihan, serta reward dan punishment.

(55)

82

B. Saran

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan peneliti, berikut saran yang diberikan peneliti atas pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance yang sekiranya perlu bagi instansi terkait. Adapun saran sebagai berikut:

1. Lebih banyak melakukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan terkait dengan penerapan prinsip GCG dengan kemasan yang kreatif agar tidak monoton sehingga setiap insan PGN dapat langsung memahami prinsip tersebut. Selain itu, mungkin juga perlu adanya pajangan dinding mengenai prinsip dan manfaat GCG sebagai pengingat bagi pegawai dan bahan bacaan oenting bagi tamu.

(56)

Secara umum teori adalah konsep abstrak yang nantinya akan mengindikasikan adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk memahami suatu fenomena yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual utnuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan tindakan selanjutnya. Dalam Sofian Effendi (2012:35) Kerlinger mendefiniskan teori adalah serangkaian konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.

Menurut Arikunto (1996:92) Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat dimana peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan tentang variabel pokok, sub variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan–batasan tentang teori–teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Gambar

Gambar 4.1Logo PT. PGN (Persero) Tbk
Gambar 4.2Struktur Usaha PT. PGN (Persero) Tbk
Gambar 4.3Gedung PT. PGN (Persero) Tbk. Distribusi Wilayah III
Gambar 4.4Struktur Organisasi PT. PGN (Persero) Tbk, Distribusi Wilayah III
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga disarankan kepada pimpinan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk SBU III Medan untuk dapat memperhatikan Kompetensi, terutama memperhatikan tingkat pengetahuan

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk SBU III Medan.Tetapi degan adanya pengawasan sebagai variable moderating komunikasi tidak signifikan terhadap kinerja.Kompetensi

PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau melakukan pengelolaan AMS dalam penyampaian informasinya kepada karyawan sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan

Rencana Usaha pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Medan pada tahun 2016 adalah mencapai target kinerja yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja

Judul Penelitian : PENGARUH KOMUNIKASI DAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN PENGAWASAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK