• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DATA

A. Transparansi

“Kita terbuka dalam hal recriutment pegawai. Hal ini bisa dilihat pada saat kami melakukan recruitmen pegawai, kami mengumumkannya

melalui “online”. Jadi siapasaja bisa mendaftar sebagai pegawai sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Proses seleksi pegawainya tidak dilakukan oleh pihak PGN langsung untuk menghindari KKN. Kami menunjuk pihak eksternal untuk proses seleksi, seperti pihak universitas (UI dan UGM) untuk melakukannya. Barulah hasil seleksi tersebut akan di nilai oleh Pusat sesuai dengan standart yang kami miliki. Nantinya hasil pengumuman akan diumumkan kembali secara online. Untuk pegawai an-organik (kontrak) juga kami berlakukan hal yang sama, kami melakukan seleksi online khusus pegawai kontrak yang telah bekerja minimal dua tahun. Dan pihak eksternal yang melakukan proses seleksinya. Jadi tetap mengutamakan profesionalisme.”

(Wawancara, 12 Februari 2016) Dalam hal penggajian, pengungkapan gaji pegawai, dan penghasilan-penghasilan lain disampaikan oleh Ibu Lis Sulaikawati:

“Transparansi PGN bisa dilihat dari sitem penggajian kita yang terpusat. Jadi kita memiliki portal yang langsung terhubung dengan PT. PGN (Persero) Tbk. Setiap bulan pusat akan droping gaji pegawai organik melalui Bank Mandiri dan data akan dikirim kembali lewat potal. Jadi tidak ada sepeser rupiah pun kami manipulasi. Berbeda dengan pegawai an-organik, masalah penggajian menjadi urusan pihak ketiga. Itu trasnparansi soal penggajian, kalau untuk penghasilan-penghasilan lain misalnya pendapatan hasil dari optimalisasi aset PGN Regional III, akan langsung ditransfer ke pusat dengan laporan yang sudah tersistem secara komputerisasi untuk seluruh jaringan PGN pusat.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) Penerapan prinsip transparansi juga dilakukan dalam pengaduan keluhan distribusi gas sebagai salah satu tugas pokok dan fungsi PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III di bidang pelayanan publik. Berikut disampaikan oleh Bapak Sutrisno:

“Kami juga menyedia Contact Center untuk menanggapi keluhan pelanggan ataupun ada yang ingin ditanyakan seputar produk kami

62

melalui customer service yang dapat dihubungi 24 jam. Bagian CS ini dibawah naungan Divisi Sales, karena CS akan menerima laporan mengenai keluhan atau kebutuhan pelanggan. Biasnya laporan yang sering masuk mengenai pemasangan pipa yang tidak sesuai sehingga terjadi kebocoran, lalu jika pelanggan melakukan denda pembayaran, terkadang bingung proses selanjutnya seperti apa. CS dibawah naungan kami yang memberikan informasi terlebih dahulu.”

(Wawancara, 25 Februari 2016) 2. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Berikut data hasil wawancara yang diperoleh peneliti.

Terkait dengan strukutr organisasi, bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang ada PGN, disampaikan oleh Bapak Didiet selaku staff Departemen Sistem Operasi Gas dan Teknologi:

“Bentuk PGN sendiri kan sentralisasi, maka dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya setiap wilayah diberikan porsi yang berbeda dengan pusat, dengan audit yang tetap ada dilakukan tiap masing-masing internal. Inilah yang menjadi bentuk penerapan akuntabilitas disini.”

(Wawancara 10 Maret 2016) Adapun bentuk akuntabilitas lainnya dalam pendelegasian tugas dan tanggungjawab, diungkapkan oleh Ibu Yusnani selaku Kepala Departemen Hubungan Masyarakat (Reps) Distribusi Wilayah III:

“Dari segi akuntabilitas, dapat dilihat dari rapat perihal pendelegasian tanggungjawab yang dilakukan oleh Kepala Regional dengan kepala departemen. Rapat ini gunanya agar tidak terjadi pekerjaan yang

bertindih atau “double”, sehingga setiap pelaksana tugas dapat mengetahui secara jelas tanggung jawab dan wewenangnya. Rapat Koordinasi, Auditing, dan Sistem Laporan Monitoring masuk ke dalam pengendalian internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III jadi kelihatan jelas pembagian kerja tiap-tiap unit.”

Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban tercermin dari kebijakan perihal renumerasi, promosi, dan pelatihan pegawai di lingkungan internal PGN Distribusi Wilayah III. Berikut pernyataan Bapak Lamhot Siboro:

“Kebijakan renumerasi, promosi dan pelatihan pegawai menjadi cerminan dalam pelaksanaan prinsip GCG terutama dalam hal akuntabilitas. Jika ada kedapatan pegawai yang tidak melakukan kinerjanya dengan maksimal, biasanya kami berikan teguran terlebih dahulu juka memang tidak berubah terpaksa kami lakukan renumerasi bagi pegawai tersebut. Keputusan kebijakan tersebut tidak kami lakukan secara sepihak tetapi diputuskan melalui rapat Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Begitu juga dengan kebijakan promosi. Kalau memang ada pegawai yang maksimal dalam kerjanya maka mungkin akan diberikan promosi pada pegawai tersebut. Hasil keputusan rapat itu akan kami kirimkan ke pusat untuk di evaluasi kembali karena yang mengeluarkan SK-nya adalah pusat. Untuk pegawai yang memang baru menjadi bagian dari PGN, kami berikan training terlebih dahulu yang dikoordinir oleh Departemen SDM Selain untuk penerpan prinsip akuntabel hal tersebut juga menjadi acuan

pagawai untuk meningkatkan profesionalismenya.”

(Wawancara, 14 Maret 2016) Dengan formasi yang sehat, diharapkan jumlah dan susunan pegawai dapat sesuai dengan fungsi, tugas, dan beban kerjanya. Berikut Bapak Sabaruddin memberi pernyataan terkait hal tersebut:

“Per tanggal 1 Agustus 2015 PGN sedang memberlakukan transformasi perusahaan yang diikuti dengan perombakan struktur organisasi. Perubahan ini ditujukan untuk melihat tantangan PGN ke depan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian gas. Melihat gas merupakan barang yang habis pakai, jadi kami menyikapinya dengan perampingan struktur dan lebih banyak membentuk anak perusahaan, saat ini ada 7 entitas anak perusahaan yang kami bentuk. Makanya semua keperluan PGN Regional III akan langsung di tangani oleh pusat, dan struktur yang ada di Regional III ini hanya departemen yang berkaitan langsung dengan distribusi gas saja, sebagian depatemen yang ada merupakan perwakilan departemen pusat. Jadi dieseimbangkan sesuai dengan beban kerja. Untuk tupoksi sendiri memang masih banyak penyesuaian tapi masing-masig sudah memiliki job description. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, ada namanya SMKI

64

(Sistem Manajemen Kinerja Individu) yang diisi oleh tiap pegawai dan dikumpul setiap bulan. Dari SMKI tampak nilai antara hasil pekerjaan dengan indikator pekerjaan utama tersebut.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) Bentuk penerapan prinsip akuntabilitas lainnya sebagai pelaksanaan tanggungjawab departemen, berikut pernyataan Bapak Didiet:

“Setiap pelaksanaan tugas di departemen gas sistem manajemen ini pasti

selalu ada pengecekan mulai dari pengecekan pada hari kerja sampai pada h+1 mengenai data-data yang terjadi di lapangan, dan memastikan apakah keadaan aset dan keandalan jaringan pipa sudah sesuai dengan fungsinya.”

(Wawancara, 11 Maret 2016) Dalam melaksanakan tugasnya, PGN Distribusi Wilayah III mengupayakan kemudahan bagi mitra kerja sebagai bentuk penerapan prinsip akuntabilitas. Berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Kalau dari sisi keuangan, bentuk akuntabilitas itu diterapkan dari sistem Host to Host. Host to Host ini merupakan sistem informasi transaksi pembayaran yang dilakukan kepada mitra. Untuk sistem ini, PGN bekerja sama dengan Mandiri. Jadi dengan sistem ini, mitra akan

dimudahkan dalam mendapatkan pemberitahuan terkait pembayaran.” (Wawancara, 3 Maret 2016) 3. Peranggungjawaban (Responsibility)

Pertanggungjawaban perusahaan merupakan kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pertanggungjawaban pada PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III dapat dilihat dari data hasil penelitian berikut:

Kepatuhan PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat dinyatakan oleh Ibu Yusnani:

“Code of Conduct merupakan bentuk ketaatan PGN Wilayah III terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. PGN ini kan tersebar luas di Indonesia, tapi tetap ada aturan baku sebagai pedoman berperilaku bagi pegawai di daerah manapun. Etika Usaha dan Etika Kerja ini sendiri sudah pernah diperbaharui pada tahun 2011 dan apabila diperlukan akan terus diperbaiki. Semua itu demi terciptanya keseragaman tindakan baik di kegiatan publik maupun kegiatan komersil.”

(Wawancara, 8 Maret 2016) Mekanisme pendistribusian gaas yang dilakukan oleh PT. PGN (Persero) Tbk dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1

Mekanisme Pendistribusian Gas PGN

66

Dalam hal pendistribusian gas kepada pelanggan berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Dari segi responsibilitas perusahaan bisa dilihat dari penyesuaian harga gas yang dijual kepada konsumen. PGN menetapkan tarif harga berdasarkan ketentuan UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas). Setelah itu Laporan tahunan kami juga diaudit oleh BPMigas. Jadi biarpun harga gas naik tau turun kami tidak memiliki wewenang untuk megatur harga gas karena itu wewenang pemerintah. Untuk pemasangan pipa gas, alat ukur yang kami gunakan juga sudah dilakibrasi oleh Direktorat Meteorologi dan ada sertifikatnya. Sehingga pelanggan tidak perlu khawatir jika merasa tidak puas dengan pelayanan kami. Selain sertifikat untuk alat ukur kami, PGN juga memberikan sertifikat untuk instalatur sebagai jaminan jika ada komplain dari pelanggan kami tau bagaimana harus mempertanggung

jawabkannya.”

(Wawancara, 3 Maret 2016) Demi mencapai sustainability secara menyeluruh PGN juga menerapkan kebijakan yang berpedoman terhadap keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan yang harus dijalankan oleh setiap insan PGN, berikut pernyataan Ibu Lis Sulaikawati:

“K3PL-E kepanjangannya (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pengelolaan Lingkungan dan Energi) ini merupakan komitmen yang ditetapkan oleh PGN untuk melaksanakan tanggungjawab kami sebagai perusahaan kepada pegawai yang bekerja di PGN, tapi bukan hanya itu kami juga bertanggungjawab untuk lingkungan dan pemanfaatan energi dengan adanya komitmen K3PL-E ini. Jadi sengaja di pajang di dinding kantor supaya pegawai tetap mengingat apa-apa saja yang harus dilakukan dalam pengelolaan lingkungan yang juga berguna bagi

kesehatan dan keselamatan selama bekerja”

Gambar 5.2 Komitmen K3PL-E

Sumber: Kantor PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III

Sehubungan dengan pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai, serta memberikan wawasan kepada masyarakat seputar bidang kerja PGN. Berikut pernyataan Bapak Parlin:

“PT. PGN (Persero) Tbk punya majalah internal “PGN Inside” yang

diterbitkan setiap bulan oleh Pusat. Dari segi teknologi dan informasi, pembagian majalah kepada pegawai merupakan bentuk responsibilitas PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III. Tidak hanya kepada pegawai saja kami bagikan, tetapi juga kepada instansi pendidikan seperti universitas. Karena sebagai BUMN, itu termasuk usaha dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai serta masyarakat

seputar bidang kerja PGN.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) Selanjutnya, komitmen perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi hal yang sangat penting, demikian pernyataan Bapak Sabaruddin:

68

“Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan selaku BUMN merupakan suatu kewajiban, apalagi teringat tugas dan tanggungjawab PGN. Bentuknya itu bisa dillihat dengan adanya dokumen Code of Conduct, PKB (Perjanjian Kerja Bersama), dan Standar Operational Precedure (SOP). Selain itu, dalam setiap pelaksanaan tugas ada Laporan Monitoring yang dilakukan secara bertahap baik di internal

Distribusi Wilayah III maupun Pusat.”

(Wawancara, 10 Maret 2016) Sebagai wujud pertanggungjawaban PGN kepada konsumen dan mitra, dalam pelaksanaan tugas yang diberikan kepada mitra untuk pemasangan pipa, maka PGN Distribusi Wilayah III menerbitkan sertifikat kepada instalatur. Berikut pernyataan Bapak Sutrisno:

“Setiap instalatur hanya bisa bekerjasama dengan kami selama dua

tahun, tapi jika dia ingin menjalin kerjasama kembali dengan kami instalatur tersebut harus kembali melakukan pendaftaran seperti awal. Dan untuk setiap instalatur kami berikan sertifikat, supaya pelanggan juga merasa terjamin dan kami juga dapat mempertanggung jawabkan ketika mitra tersebut memiliki kekurangan atau kendala. Sertifikat ini juga berlaku dua tahun saja selama dia bekerjasama dengan kami. Jika

dia kembali terpilih maka kami akan buatkan sertifikat yang baru lagi” (Wawancara, 25 Februari 2016) 4. Kemandirian (Independency)

Prinsip kemandirian merupakan keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Terkait dengan kerjasama antara PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III dengan mitra (instalatur), berikut penuturan Bapak Sutrisno:

“Penerapan kemandirian di PGN Regional III tampak dalam hal melakukan kerjasama dengan mitra kerja. Saat membuat kontrak kami memperhatikan kualitas peralatan yang dipakai instalatur. Kalau seandainya di tengah perjalanan terjadi ketidaksesuaian dengan

perjanjian kerja, kita akan antisipasi dengan melakukan diskusi sehingga hubungan kerjasama tetap terjaga. Contohnya jika instalatur menggunakan peralatan pemasangan pipa yang sudah melampui umur pemakaian, kami langsung mendiskusikan untuk penggantian alat. Pada saat pengambilan keputusan untuk menentukan calon instalatur kami juga mengadakan rapat terlebih dahulu.”

(Wawancara, 25 Februari 2016) Berhubungan dengan kewenangan pimpinan dalam hal pengelolaan perusahaan di PGN Regional III, berikut pernyataan Bapak Sabaruddin:

“Sebagai seorang pimpinan, dalam mengambil suatu keputusan saya

mengajak setiap unsur yang terlibat untuk melakukan diskusi terlebih dahulu. Saya akan mendengarkan saran dan pendapat dari bawahan saya untuk dijadikan pertimbangan. Selain itu, untuk keperluan anak perusahaan tidak menjadi wilayah wewenang kami. PGN Regional III tidak ikut campur mengenai manajemen mereka biarpun masih bagian

dari PGN juga.”

(Wawancara, 2 Maret 2016) 5. Kesetaraan (Fairness)

Prinsip kewajaran merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Penerapapan prinsip kewajaran berarti adanya keadilan bagi semua pihak. Berikut adalah penjelasan dari Bapak Sabaruddin:

“Pemberian penghargaan kepada pegawai merupakan wujud penerapan

prinsip kesetaraan yang kami lakukan dalam implementasi prinsip GCG. Pegawai yang sudah dua windu mengabdi pada perusahaan kami berikan penghargaan berupa piagam emas atau gaji yang diberikan dua kali lipat dari gaji pokok. Selain itu kami juga mengusulkan pegawai yang memiliki prestasi untuk mendapat pengahrgaan dari pemerintah (Bintang Jasa). Kami juga memberikan apresiasi kepada pegawai berupa uang tunai disertai penghargaan.

70

Sejalan dengan pernyataan Bapak Sabaruddin, berikut ini pernyataan dari Bapak Lamhot Siboro tentang kewajaran bagi PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III:

“Selain penghargaan bagi pegawai yang sudah lama mengabdi, kami

juga memberikan punishment dan reward berdasarkan kinerjanya. Kalau pemberian reward ya seperti hadiah gitu contohnya tunjangan jabatan yang dilihat dari KPI. Jika kinerjanya meningkat maka pegawai berhak mendapatkan imbalan sesuai dengan nilai yang berhasil dicapainya dalam laporan KPI. Kalau KPI pegawai menunjukkan kinerja yang menurun, maka nilai imbalan yang diterima juga akan menurun

disesuaikan dengan nilai yang berhasil dicapai dalam laporan KPI.” (Wawancara, 25 Februari 2016) Dalam hal hubungan industrial yang harmonis sesama insan PGN, PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III memiliki wadah serikat pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja (SP). Berikut pernyataan Bapak Sulaiman selaku Bidang Hukum Serikat Pekerja:

“Mengenai prinsip kewajaran untuk semua pegawai di PGN Regional III

terlihat dengan adanya pembentukan Serikat Pekerja. Jadi pegawai itu punya organisasi sebagai wadah yang berupaya memenuhi hak-hak pegawai dengan adil. Oleh karena itu, dokumen Perjanjian Kerja Bersama Serikat Pekerja PGN dibuat. Tujuannya untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban pegawai. Dalam PKB ada juga ditentukan jenis-jenis reward dan sanksi. Untuk kegiatan yang dikoordinasi oleh Serikat Pekerja, kami setiap bulan sekali rutin melakukan pengajian bagi umat muslim, dan kebaktian bagi umat kristiani. Setiap hari jumat kami juga selalu mengadakan senam yang dilakukan di Kantor PGN Glugur untuk meningkatkan rasa bersama antar pegawai. Selain itu, bagi pegawai yang mengalami musibah kami ikut memberikan bantuan bisa berupa materi maupun non-materi yang di prakarsai oleh Serikat Pekerja.”

C. Kendala dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Internal PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III Dalam melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG tentu tidaklah semudah yang dibayangkan. PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III juga menemukan kendala yang datang dari internal maupun eksternal perusahaan. Berikut pernyataan dari Bapak Didiet PGN Distribusi Wilayah III:

“Kendala yang dihadapi oleh PGN dalam penerapan prinsip GCG ini

adalah komunikasi dengan pimpinan dan juga strukutur birokrasi yang sedang berubah. Karena sekarang PGN sedang melakukan transformasi, jadi biasanya kami terkendala untuk menyampaikan laporan kepada pusat karena harus melalui proses yang panjang. Selain itu struktur organisasi yang baru ini membuat kami harus menyesuaikan kembali dengan tugas pokok dan fungsi kami karena belom ada keputusan yang tetap.”

(Wawancara, 10 Maret 2016) Terkait dengan pengetahuan pegawai mengenai prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III, lebih lanjut Ibu Lis Sulaikawati memberikan keterangan sebagai berikut:

“Prinsip GCG ini sudah lama diterapkan di PGN, namun persoalannya

ada pada SDM nya kembali. Pegawai kadang acuh tak acuh, dan kurang proaktif terhadap penerapan prinsip GCG. Pegawai baru khususnya, masih belum paham mengenai prinsip ini. Jadi masih butuh untuk dilakukan sosialisasi. Bentuk sosialisasi GCG di PGN dilakukan dengan Diklat Pegawai berjenjang yang dilakukan per bidang kerja. Namun kan diklat ini terhitung lamban proses sosialisasinya. Oleh karena itu setiap pegawai dibekali buku saku Etika Usaha dan Etika Kerja, PKB, dan Buku Pedoman Budaya Perusahaan. Tapi permasalahannya, malasnya

membaca buku.”

BAB VI ANALISIS DATA

Pada bab sebelumnya, peneliti sudah menyajikan data mengenai gambaran penerapan prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya, pada bab ini peneliti akan menelaah data yang diperoleh di lapangan serta menganalisis hubungan antar bagian untuk memperoleh kesesuaian yang tepat dengan teori yang ada.

A. Transparansi (Transparency)

Sebagai perpanjangan tangan dari PT. PGN (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, untuk menerapkan prinsip GCG di PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III tidak terlepas kaitannya dengan pusat, khusnya dalam penerapan prinsip transaparansi. Kriteria untuk menerapkan prinsip ini dilihat dari keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Penetuan kriteria dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah penerapan kegiatan dan tujuan transaparansi sudah tercapai.

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan di PGN Distribusi Wilayah III dapat dilihat dari diterapkannya dalam pelaksanaan Rapat Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) setiap setahun sekali yang di hadiri oleh setiap departemen yang ada di Distribusi Wilayah III dan pusat. Dalam RKAP dibahas tentang program tahunan yang menjadi target Distribusi Regional III termasuk juga dengan evaluasinya. Setiap departemen ikut serta menyumbangkan pendapat dan saran untuk menentukan keputusan yang akan diambil. Sedangkan

dalam lingkup internal, penerapan dilakukan dengan adanya Rapat Koordiansi (Rakor) yang menjadi wadah dalam pengambilan keputusan perusahaan selama proses pencapaian target. Rakor dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh setiap departemen untuk mengevaluasi pencapaian target yang sudah di dapat. Namun semenjak tahun 2015 karena adanya transformasi, PGN Distribusi Wilayah III mengalami kendala dalam penyampaian komunikasi dengan pimpinan mengenai hasil rapat, dikarenakan struktur organisasi yang semakin birokratis.

Untuk kriteria keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan belum dapat dilaksanakan dengan baik, karena ketika peneliti ingin meminta informasi dasar mengenai SOP (Standart Operasional Prosedur) PGN Distribusi wilayah III tidak dapat memberikan hal tersebut, dengan alasan dokumen resmi. Namun untuk pengungkapan informasi lainnya dilakukan dalam bentuk Laporan Keuangan yang menjadi sarana dalam penyampaian informasi materil perusahaan. Penyediaan laporan keuangan PT. PGN (Persero) Tbk Distribusi Wilayah III sesuai ketentuan, dengan dilakukan audit oleh pihak eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setahun sekali dan dilaporkan dalam laporan tahunan yang dapat dilihat di website PGN sendiri. Untuk harta kekayaan pejabat perusahaan juga diaudit oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mencegah adanya penyelewengan, termasuk Kepala Regional Distribusi Wilayah III dan Kepala Departemen lainnya. Selain audit yang dilakukan oleh pihak ekternal, laporan keuangan Distribusi Wilayah III juga diaudit oleh Satuan Pengawas Internal PT. PGN (Persero) Tbk.

74

Dalam hal keterbukaan informasi dengan pegawai, terlihat pada saat penggajian, dan pengungkapan gaji melalui portal yang terhubung dengan seluruh jaringan PT. PGN (Persero) Tbk, dimana gaji tersebut diberikan langsung ke tiap pegawai melalui bank yang terkait. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti mengenai pengungkapan informasi yang dilakukan PGN Regional III kepada masyarakat dilakukan dengan pembentukan website: www.pgn.co.id yang dikelola oleh tim kerja website dibawah naungan Divisi Humas. Tetapi informasi yang serba terpusat dianggap masih belum memuaskan, kegiatan yang dilakukan atau hal-hal lain yang menjadi informasi bagi masyarakat tentang PGN Regional III tidak banyak di dapatkan. Selain itu, karena sistem penyediaan informasi yang dilakukan secara terpusat tentunya telah mengalami proses filterisasi sehingga ada indikasi bahwa tidak semua informasi dari Distribusi Wilayah III tidak dicantumkan. Untuk bentuk keterbukaan informasi yang tersedia di PGN Regional III kepada mitra yang ingin bekerjasama dapat dilihat pada website PGN atau biasanya melalui media cetak (Koran SIB)

Pegawai PGN harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu jujur, kompeten, dan profesional dalam bidang kerjanya. Terkait pengadaan pegawai, PGN Distribusi Wilayah III melakukan recruitment sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dengan sistem pendaftaran yang terbuka melalui online. Selain dalam hal recruitment, pegawai juga harus mampu memberikan pelayan publik kepada masyarakat. Bentuk yang diwujudkan PGN Distribusi Wilayah III dilakukan dengan adanya Customer Service dan Account Executive. Jika ada

Dokumen terkait