• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Implementasi Kebijakan Publik

Pemerintah merumuskan kebijakan publik karena ada sesuatu hal yang

urgent dan berpengaruh dengan kepentingan publik. Dalam perumusan suatu

kebijakan (program) selalu diiringi dengan suatu implementasi. Hessel Nogi dalam S. Tangkilisan (2003:2) berpendapat bahwa jika sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan para perancangnya. Dalam Solichin (1990:4), Thomas R. Dye mengatakan public

policy is whatever governments do, why they do it, and what different it makes.

Dari definisi tersebut, Dye tampak berfokus pada pendeskripsian dan penjelasan tentang sebab dan akibat terhadap tindakan yang dilakukan pemerintah. Kebijakan publik yang sudah dibuat dengan tepat harus dapat diimplementasikan dengan baik bila ingin mencapai sasaran yang ditargetkan.

Dalam Solahuddin (2010:97), James Anderson menyatakan bahwa implementasi kebijakan/program merupakan bagian dari administrative process (proses administrasi). Proses administrasi ini digunakan untuk menunjukkan desain atau pelaksanaan sistem administrasi yang terjadi setiap saat, dengan konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi dan dampak suatu kebijakan. Secara lebih luas, Solahuddin mendefinisikan implementasi sebagai proses administrasi hukum (statuta) yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai macam aktor, organisasi,

prosedur, dan teknik yang dilakukan agar kebijakan yang telah ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan.

Setidaknya menurut Tangkilisan (2003:19) ada dua hal mengapa implementasi kebjakan publik pemerintah memiliki relevansi. Pertama, yaitu secara praktis akan memberikan masukan bagi pelaksanaan operasional program sehingga dapat dideteksi apakah program telah berjalan sesuai dengan yang telah dirancang serta mendeteksi kemungkinan tujuan kebijakan negatif yang ditimbulkan. Kedua untuk memberikan alternatif model pelaksanaan program yang lebih efektif.

Dari beberapa pemahaman tersebut maka terlihat dengan jelas bahwa implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka pelaksanaan suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemangku kebijakan dan ditujukan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Berbicara mengenai implementasi berarti melihat sejauh mana sebuah kebijakan yang telah direncanakan dapat dijalankan. Dapat dirumuskan juga bahwa fungsi dari implementasi sendiri adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan atau sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai

outcome atau hasil akhir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

1. Model Implementasi Kebijakan

a. Model George C. Edward III (1980)

Dalam buku Subarsono (2005:90), model implementasi Edward III memiliki empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau

12

kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokasi, dan disposisi.

1. Komunikasi

Persyaratan pertama ketika menjalankan suatu kebijakan yang efektif adalah mereka sebagai pelaku pelaksana kebijakan harus mengetahui apa yang mereka lakukan. Terutama dalam mengambil suatu keputusan kebijakan, harus disosialisasikan kepada personil-personil yang tepat sebelum keputusan tersebut diikuti. Secara umum Edward membahas tiga indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni 1). Transmisisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula; 2). Kejelasan, yakni komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan; 3). Konsistensi, yakni perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan.

2. Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

3. Disposisi

Pengertian disposisi menurut Edward III dikatakan sebagai “kemauan, keinginan dan kecenderungan para perlaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan”. Edward III dalam Widodo (2010:104-105) mengatakan bahwa:

Jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan

tersebut”

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Struktur birokasi ini menurut Edward III dalam Widodo (2010:106) mencangkup aspek-aspek seperti struktur birokrasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organnisasi dan sebagainya.

14

Gambar. 2.1

Model Implementasi Kebijakan Publik George C. Edward III

b. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Model kebijakan yang dikemukan oleh Van Meter dan Van Horn dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: a) Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh; b) Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; c) Komunikasi internal organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; d) Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang menentukan berhasil tidaknya suatu program; e) Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan; f) Sikap pelaksana dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

Gambar 2.2 Communication Bureaucratic Structure Resource Disposition Implementation

Model Implementasi Kebijakan Publik Van Meter dan Van Horn

Dari gambar tersebut, variabel-variabel kebijaksanaan bersangkutan dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal. Sedangkan komunikasi antar organisasi terkait berserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antar hubungan dalam lingkungan sistem politik dengan kelompok-kelompok sasaran. Van Meter dan Van Horn (dalam Samodra, 1994:19) menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut.

C. Konsep Corporate Governance

Dokumen terkait