• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAM JUDUL.i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii. KATA PENGANTAR..iv. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR GAMBAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAM JUDUL.i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii. KATA PENGANTAR..iv. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR GAMBAR..."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

vii DAFTAR ISI

HALAMAM JUDUL ……….i

HALAMAN PENGESAHAN ...…………...……….ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………....iii

KATA PENGANTAR ………..iv

DAFTAR ISI ………...vii

DAFTAR GAMBAR ………...ix

DAFTAR GRAFIK ………...x

DAFTAR TABEL ………....xi

DAFTAR SINGKATAN ………xii

ABSTRAK ………..xiv ABSTRACT ……….xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………1 1.2. Rumusan Masalah ………...4 1.3. Batasan Masalah ……….4 1.4. Tujuan Penelitian ..………..5 1.5. Manfaat Penelitian ………..5 1.6. Sistematika Penulisan ……….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka ………..7

(2)

viii

2.2. Kerangka Pemikirian ………..13

2.2.1. Model Aktor Rasional………...13

2.2.2. Faktor Intrenal-Eksternal ……….17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………..19

3.2. Sumber Data………...19

3.3. Unit Analisa ………...20

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………20

3.5. Teknik Analisa Data ………..21

3.6. Teknik Penyajian Data ………..21

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….,.22

4.1.1.Kerjasama Coral Triangle Initiative On Coral Reefs, Fisheries And Food Security (CTI-CFF) ……….22

4.1.2. Peran Aktif Indonesia dalam Kerjasama CTI-CFF. ……….33

4.2. Faktor-Faktor Pendorong Peran Aktif Indonesia dalam Kerjasama CTI-CFF………..41 4.2.1. Faktor Internal………..45 4.2.2. Faktor Eksternal………60 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ……….68 5.2. Saran ………71

(3)

ix ABSTRAK

Kawasan segitiga terumbu karang merupakan salah satu kawasan penting yang menjadi pusat biodiversitas dunia. Kawasan tersebut memiliki peranan penting sebagai sumber pangan, lokasi pengembangbiakan organisme laut serta berkontribusi dalam menangani permasalahan pemanasan global. Namun pada perkembangnnya kawasan segitiga terumbu karang telah mengalami kerusakan parah yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia sehingga mengancam eksistensi kawasan. Mengacu pada kondisi tersebut, Indonesia sebagai negara dengan wilayah terluas di kawasan tersebut mengambil suatu langkah untuk melakukan upaya penyelamatan sumber daya hayati laut di kawasan segitiga terumbu karang. Hal tersebut dilakukan melalui upaya persuasif dengan menggulirkan inisiatif segitiga terumbu karang di berbagai forum-forum internasional. Upaya tersebut akhirnya memperoleh hasil yang maksimal dengan disepakatinya secara resmi kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs

Fisheries and Food Security (CTI-CFF) oleh enan negara yang dikenal sebagai

negara CT6. Meskipun kerjasama CTI-CFF merupakan kerjasama yang bersifat

low politic, Indonesia tetap konsisiten berupaya dalam membangun kerjasama

tersebut hingga komitmen untuk menjadikan CTI-CFF sebagai organisasi regional terealisasi di tahun 2014. Penelitian ini ditujukan untuk memahami latar belakang berupa faktor-faktor yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI- CFF. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model aktor rasional dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan konsep faktor internal-ekstrenal, sementara lokus penelitian dari tahun 2006 hingga 2014.

Kata Kunci : Kawasan segitiga terumbu karang, insiatif segitiga terumbu karang, CTI CFF, model aktor rasional, faktor internal-eksternal.

(4)

xiv ABSTRACT

Coral triangle area is one of the centre world biodiversity. The region served as source of livelihood, coastal organism breeds location, and also contribute in address global warming issue. However during its development, the Coral Triangle Area, experienced severe damages caused by destructives human activity so that the region now is very vurnerable. Refers to the currents circumstance, on the other hand Indonesia as the largest territory in the region call for collective engagement to save the biodiversity. Different level of measures need to be take such as countinous proposal for regional, international fora, persuasive state level aproachment. The efforts finally resulted in the form of cooperation Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF) by the six member of CT6. Eventhough the CTI-CFF still a low politics form of cooperation, Indonesia persistently create the CTI-CFF as fundamental building block for established cooperation amongst state member in the region which realized in 2014. This research would like to analyse the factor that triggered active role involvement by the Indonesia government in the CTI –CF. There are several concept used in this research, such as rational model actor and internal-external factor, while the locus of this research during 2006 until 2014.

Key Words : Coral triangle area, coral triangle initiative, CTI-CFF, rational actor model, intrenal-external factor.

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan segitiga terumbu karang mulai mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, tidak terkecuali negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional. Hal itu, berawal dari adanya kerusakan sumber daya hayati laut yang terjadi di kawasan tersebut, sehingga menjadi ancaman serius bagi eksistensi kawasan. Kawasan segitiga terumbu karang merupakan kawasan perairan lintas negara yang meliputi yurisdiksi enam negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Kepulauan Solomon (Kementerian Lingkungan Hidup RI, 2009). Kawasan tersebut menjadi salah satu dari tiga kawasan penting yang merupakan pusat biodiversitas (keanekaragaman hayati) dunia. Ketiga kawasan itu yaitu, kawasan Hutan Basah Amazone di Amerika Latin sebagai pusat biodiversitas flora, kawasan Kongo Basin di Afrika Tengah sebagai pusat biodiversitas fauna dan kawasan Segitiga Terumbu di Asia Pasifik sebagai pusat biodiversitas laut.

Sebagai pusat biodiversitas laut dunia yang dijuluki amazone of the seas, kawasan segitiga terumbu karang memiliki peranan penting terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Kawasan tersebut menjadi sumber pangan, lokasi pengembangbiakan berbagai jenis organisme laut serta berkontribusi dalam menangani permasalahan pemanasan global (Nikijuluw, 2013, p. 298).

(6)

2

dihadapi oleh negara CT6. Ancaman terbesar di kawasan terumbu karang adalah kerusakan ekosistem terumbu karang yang merupakan rumah bagi berbagai jenis organisme laut. Presentase ancaman telah mencapai 90%, yang mana aktivitas manusia menjadi penyebab utama dari kerusakan di kawasan tersebut (World Research Insitute, 2013).

Sekretaris Eksekutif Sekretariat Regional Interim CTI-CFF, Eko Rudinto menyebutkan bahwa upaya penyelamatan sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1990-an oleh para pakar dan Non Govermantal Organization (NGO). Namun, upaya tersebut belum memperoleh hasil yang maksimal karena hanya berupa aktivitas-aktivitas terbatas seperti pengumpulan data, promosi, dan pengadaan proyek-proyek parsial (Rudianto, n.d). Keterlibatan otoritas yang lebih tinggi menjadi hal yang mendesak, mengingat kawasan tersebut memiliki prinsip konektivitas dan bersifat lintas batas (transboundary). Oleh sebab itu pendekatan antar negara (inter-govermental) menjadi salah satu solusi yang diyakini dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan yang lebih luas dan efektif (Nikijuluw, 2013, p. 282).

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang dengan wilayah terluas diantara negara lainnya di kawasan tersebut. Hal itu, sejalan dengan besarnya kerusakan sumber daya hayati laut yang harus diatasi oleh Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut Indonesia telah mengambil tindakan dengan menginisiasi upaya penyelamatan sumber daya hayati laut sejak tahun 2006 di berbagai forum internasional. Melalui suatu inisiatif yang dikenal dengan Coral Triangle Initiative (CTI),

(7)

3

Indonesia secara aktif mengajak negara-negara terutama negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang yang dikenal sebagai negara CT6 untuk melakukan penyelamatan di kawasan tersebut. Upaya persuasif Indonesia akhirnya memperoleh hasil pada bulan Mei 2009 dengan disepakatinya secara resmi kerjasama CTI-CFF oleh negara CT6 dalam CTI Leaders Summit di Manado, Indonesia. Selain itu, terdapat dua negara yaitu USA dan Australia serta beberapa lembaga internasional seperti yang telah memberikan dukungannya dengan menjadi mitra kerjasama (Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri R.I, 2009, p. 10).

Meskipun CTI-CFF merupakan kerjasama yang bersifat low politic, namun pada perkembangnnya kerjasama tersebut telah mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari adanya komitmen bersama untuk menjadikan CTI-CFF sebagai sebuah organisasi permanen di tingkat regional. Pada proses institusionalisasi tersebut, kerjasama semua pihak menjadi hal yang sangat penting, mengingat beragamnya pihak yang terlibat dalam kerjasama. Indonesia sebagai inisiator CTI-CFF, telah berkontribusi besar dalam mewujudkan komitmen tersebut. Melalui upaya-upaya yang bersifat diplomatis, akhirnya komitmen tersebut direalisasikan melalui kesepakatan pembentukan Sekretariat Regional CTI-CFF yang bertempat di Manado Indonesia (Antara Kaltim, 2014).

Berdirinya CTI-CFF menunjukan adanya konsistensi tindakan Indonesia dalam dalam membangun kerjasama CTI-CFF. Hal itu mengindikasikan, bahwa Indonesia memiliki fokus dalam menanggapi isu lingkungan hidup, yang pada

(8)

4

umumnya didominasi oleh negara maju dalam hubungan internasional (Pinen, 2009). Sebagai aktor rasional, penting bagi negara Indonesia untuk mempertimbangkan kondisi dan situasi yang ada untuk mencapai keuntungan yang maksimal dalam hubungan internasional. Pada kajian analisa politik luar negeri, kondisi dan situasi yang ada dapat diejawantahkan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu tindakan luar negeri. Menganalisa faktor-faktor tersebut dapat memberikan pemahaman mengenai latar belakang dari tindakan luar negeri yang dilakukan suatu negara. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI-CFF.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food

Security (CTI-CFF) pada tahun 2006-2014?”

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada faktor-faktor yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on

Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). Batasan waktu yang

digunakan pada penelitian ini adalah dari tahun 2006-2014. Hal tersebut didasarkan pada peran aktif yang dilakukan oleh Indonesia telah dimulai sejak tahun 2006. Sementara tahun 2014 merupakan momentum penting terkait

(9)

5

kemajuan kerjasama yang berupa pelembagaan kerjasama menjadi institusi permanen di tingkat regional melalui kesepakatan pembentukan sekretariat regional CTI-CFF di Manado, Indonesia.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on

Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pada tahun 2006-2014.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi akademisi, khususnya mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang mengkaji isu serupa terkait faktor-faktor yang mendorong suatu negara untuk berperan dalam suatu kerjasama internasional khususnya kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF).

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi pemerintah dan masyarakat umum yang memiliki kepentingan dan ketertarikan terkait kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs,

Fisheries and Food Security (CTI-CFF), sehingga dapat memahami

peran aktif Indonesia dalam kerjasama serta latar belakang dari peran aktif Indonesia tersebut.

(10)

6

1.6. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah penelitian, penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan, yang menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Tinjauan pustaka, yang menjelaskan mengenai kajian pustaka yang terdiri dari beberapa literatur untuk membantu penulis dalam penelitian ini, serta pemaparan mengenai kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : Metodologi penelitian, yang memaparkan mengenai jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV : Pembahasan, yang menjelaskan gambaran umum obyek penelitian yaitu kerjasama CTI-CFF serta peran aktif Indonesia dalam kerjasama tersebut. Selain itu pada bab ini juga memaparkan hasil temuan yang berupa faktor-faktor pendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI-CFF.

BAB V : Penutup, yang memaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan akan memuat jawaban atas pertanyaan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil temuan dan analisa data pada pembahasan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Perasaan senang dan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat memicu motivasi dan kepatuhan bagi wajib pajak yang akhirnya dapat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL j HALAMAN PENGESAHAN , jj HALAMAN PERSEMBAHAN in KATA PENGANTAR jv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x. DAFTAR

4.3.2 Pengaruh kontribusi sumber daya alam terhadap ketimpangan distribusi pendapatan antarkabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan ...87. 4.3.3 Pengaruh tingkat

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Dalam dunia perbankan, agar tetap dapat bertahan dalam persaingan, bank harus terus berupaya untuk mencari tahu produk dan jasa apa saja pada bank tersebut yang dapat memberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak, tingkat

Klasifikasi Tingkat Kerentanan Gerakan Massa Tanah dan/atau Batuan Pemetaan Langsung

Jenis Hewan Ternak yang hidup di daerah penelitian .... Jenis Hewan Liar yang hidup di daerah