• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vii. DAFTAR ISI...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vii. DAFTAR ISI..."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Judul : Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak Menjadi Peserta Amnesti Pajak (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar)

Nama : Ni Ketut Dina Ambara Yani NIM : 1306305062

Abstrak

Indonesia negara yang sedang melakukan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Pendapatan negara yang paling besar bersumber dari pajak. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak memenuhi target sehingga memperlambat pembangunan nasional. Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan Negara dengan melaksanakan program pengampunan pajak bagi seluruh Wajib Pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum terhadap kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak.

Variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum sebagai variabel independen, dan kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak sebagai variabel dependen. Sampel ditentukan dengan metode sampling insidental. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar, ditentukan menggunakan rumus Slovin.

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem amnesti pajak berpengaruh positif terhadap kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak Sedangkan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum tidak berpengaruh pada kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak.

Kata Kunci: Pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang

baik atas sistem amnesti pajak, tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintahan dan hukum, kemauan wajib pajak menjadi peserta

amnesti pajak.

(2)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

1.5 Sistematika Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 15

2.1.1 Teori Atribusi (Atribution Theory) ... 15

2.1.2 Teori Legitimasi ... 17

2.1.3 Tax Amnesty ... 19

2.1.4 Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 23

2.1.5 Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Amnesti Pajak ... 24

2.1.6 Persepsi yang Baik terhadap Efektivitas

Sistem Amnesti Pajak ... 28

(3)

ix

2.1.7 Tingkat Kepercayaan terhdap Pemerintah dan

Hukum ... 29

2.2 Hipotesis Penelitian ... 30

2.2.1 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Amnesti Pajak pada Kemauan Wajib Pajak Menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 30

2.2.2 Pengaruh Persepsi yang Baik atas Efektivitas Sistem Amnesti Pajak pada Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 32

2.2.3 Pengaruh Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum pada Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 36

3.3 Objek Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel ... 37

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 37

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.6.1 Jenis Data ... 42

3.6.2 Sumber Data ... 42

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ... 43

3.7.1 Populasi ... 43

3.7.2 Sampel ... 43

3.7.3 Metode Penentuan Sampel ... 43

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

3.9.1 Uji Validitas Data ... 46

3.9.2 Uji Reliabilitas Data ... 46

3.10 Teknik Analisis Data ... 47

3.10.1 Uji Statistik Deskriptif ... 47

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 47

1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Multikolinearitas ... 48

3. Uji Heteroskedastisitas ... 49

3.10.3 Uji Statistik Linear Berganda ... 49

3.10.4 Uji Kelayakan Model ... 50

1. Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ... 50

2. Uji Statistik F ... 50

3. Uji Statistik t ... 51

(4)

x

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Gianyar ... 52

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar ... 52

4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar ... 53

4.1.3 Aktivitas Tempat Penelitian, Visi, Misi serta Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar dan Uraian jabatan ... 64

4.2 Deskripsi Responden dan Karakteristik Responden ... 65

4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 67

4.3.1 Hasil Uji Validitas Data ... 68

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 69

4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 70

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 72

4.5.1 Hasil Uji Normalitas ... 73

4.5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 74

4.5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75

4.6 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 76

4.7 Analisis Koefisien Determinasi (R

2

) ... 77

4.8 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ... 77

4.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 79

4.10 Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

4.10.1 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Amnesti Pajak pada Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 81

4.10.2 Pengaruh Persepsi yang Baik atas Efektivitas Sistem Amnesti Pajak pada Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 84

4.10.3 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemerintah dan Hukum pada Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak ... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR RUJUKAN ... 93

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 98

(5)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Rincian Realisasi APBN Tahun Anggaran 2014 – 2015 ... 2

1.2 Data Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Kabupaten Gianyar ... 11

4.1 Rincian Penyebaran Kuesioner ... 66

4.2 Karakteristik Responden ... 67

4.3 Hasil Uji Validitas ... 68

4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 70

4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 71

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 73

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 74

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75

4.9 Hasil Uji Kelayakan Model ( Uji F) ... 76

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ... 77

4.11 Hasil Uji t ... 78

4.12 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 80

4.13 Hasil Uji Statistik Deskriptif Frekuensi Jawaban Kuesioner Pernyataan X

1.2

... 83

4.14 Hasil Uji Statistik Deskriptif Frekuensi Jawaban Kuesioner Pernyataan X

2.7

... 85

4.15 Hasil Uji Statistik Deskriptif Frekuensi Jawaban Kuesioner Pernyataan X

3.3

... 87

4.16 Hasil Uji Statistik Deskriptif Frekuensi Jawaban

Kuesioner Pernyataan X

3.5

... 88

(6)

xii DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

3.1 Model Penelitian ... 36 4.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pajak Gianyar ... 55

(7)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 98

2 Hasil Tabulasi Karakteristik Responden ... 105

3 Hasil Tabulasi Jawaban Responden ... 108

4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 120

5 Hasil Uji Validitas Data ... 129

6 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 133

7 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 141

8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 144

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Pembiayaan pembangunan dan peningkatan perekonomian nasional ini direalisasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pendapatan negara bersumber dari pajak, pendapatan negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang paling mendominasi yang akan digunakan Pemerintah Indonesia untuk pembangunan nasional yaitu dengan merencanakan proyek besar diantaranya infrastruktur darat, revitalisasi desa dan pertanian (Ngadiman, 2015).

Realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara dapat dilihat pada Tabel

1.1 bahwa terjadi penurunan pencapaian target penerimaan pajak dalam anggaran

APBNP pada tahun 2014 dan tahun 2015. Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

sebesar 1.146,9 Triliun atau 92% dari target APBNP tahun 2014 yang sebesar

1.246,1 Triliun sedangkan realisasi penerimaan pajak tahun 2015 sebesar 1.240,4

Triliun atau 83,3% dari target APBNP tahun 2015 yaitu sebesar 1489,3. Penurunan

realisasi anggaran pendapatan perpajakan ini menyebabkan perlambatan

pembangunan nasional, untuk dapat merealisasikan rencana pembangunan proyek

besar tersebut, pemerintah melakukan upaya kreatif untuk mendapatkan

peningkatan penerimaan pajak.

(9)

2

Tabel 1.1 Realisasi APBN Tahun Anggaran 2014 – 2015 (Triliun Rp)

Sumber : www.kemenkeu.go.id, 2016

Peningkatan pendapatan negara dilakukan dengan memaksimalkan sumber pendapatan dari sektor perpajakan. Dikutip dari wawancara ekslusif Kementerian Keuangan Republik Indonesia tentang Tax Amnesty Bambang P.S. Brodjonegoro menyatakan kebijakan yang baik untuk dapat mengejar target realisasi penerimaan perpajakan merupakan kebijakan yang memiliki dimensi yang luas, dan potensi penerimaan pajak yang tinggi. Amnesti pajak dapat membantu upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan, dan mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan. Repatriasi sebagian atau seluruh asset wajib pajak yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Replublik Indonesia dapat membantu stabilitas ekonomi makro seperti peningkatan nilai tukar rupiah, cadangan devisa, dan likuiditas perbankan.

URAIAN

2014 2015

APBNP

REALISASI

APBNP

REALISASI

JUMLAH % JUMLAH %

Pendapatan Negara Dan Hibah

1.635,4 1550,6 94,8 1.758,6 1504,5 85,4

Penerimaan Dalam Negeri

1633,1 1545,6 94,6 1758,3 1494,1 85

Penerimaan Perpajakan

1246,1 1146,9 92,0 1489,3 1240,4 83,3

Penerimaan Pajak Dalam Negeri

1189,8 1103,2 92,7 1440,0 1205,5 83,7

Penerimaan Negara Bukan Pajak

386,9 389,7 103,0 269,1 253,7 94,3

(10)

3

Undang – Undang No. 11 tahun 2016 menyatakan terdapat harta warga negara Indonesia yang ditempatkan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik yang bentuk likuid maupun nonlikuid, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan nasional. Permasalahan yang terjadi adalah sebagian harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut belum dilaporkan oleh pemilik harta ke dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilannya sehingga memungkinkan wajib pajak tersebut mendapatkan konsekuensi perpajakan apabila dilakukan pembandingan dengan harta yang telah dilaporkan dalam surat pemberitahuan pajak penghasilan yang bersangkutan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan para pemilik harta tersebut merasa ragu untuk membawa kembali atau mengalihkan harta mereka untuk diinvestasikan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Upaya pemerintah untuk mengembalikan harta tersebut agar di investasikan di dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dengan mengeluarkan Kebijakan dalam bentuk Pengampunan Pajak atau dikenal dengan Amnesti Pajak.

Direktorat Jendral Pajak mendefinisikan bahwa:

“Amnesti Pajak adalah program pengampunan pajak yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan”.

Pengampunan pajak yang dikenal sebagai amnesti pajak ini diatur dalam

Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2016. Pelaksanaan UU No. 11

tahun 2016 ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

(11)

4

118/PMK.03/2016 serta Tata Cara Pengalihan Harta ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016. Tujuan dari amnesti pajak ini adalah pertama untuk sumber peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui repatriasi asset. Kedua, perluasan basis data perpajakan sehingga data lebih valid, komprehensif dan terintegrasi serta prediksi potensi penerimaan pajak lebih reliabel. Ketiga, meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek berupa penerimaan uang tebusan dan untuk jangka panjang basis data perpajakan menjadi lebih lengkap dan akurat. Persepsi terhadap amnesti pajak yang diterapkan ini dianggap masih merugikan beberapa pihak, yaitu wajib pajak yang selama ini telah taat membayar pajak. Pengampunan pajak ini ditujukan bagi wajib pajak yang tidak taat, dan berusaha untuk menyembunyikan hartanya.

Alm (2009) dan Josephine (2015) menyatakan beberapa negara juga telah melakukan tax amnesty seperti Afrika Selatan pada tahun 2006. Pengampunan pajak di Afrika Selatan berupa pengampunan bagi wajib pajak yang melakukan tindak pidana dibidang perpajakan. Wajib pajak yang sedang terjerat kasus tindak pidana di bidang tersebut diampuni, dan dianggap tidak melakukan tindak pidana tersebut. Amerika Serikat pada tahun 2009 juga melakukan amnesti pajak, yang diberikan kepada pelanggar pajak lalu lintas ringan, seperti pelanggaran parkir.

Pengampunan pajak ini diikuti lebih dari 14.700 Wajib Pajak dan mengklaim bahwa jumlah yang diperoleh dari pengampunan pajak ini sejumlah $ 8,6 juta.

Jerman tahun 2004 melakukan amnesti pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak

yang melakukan penggelapan pajak. Jumlah uang yang terkumpul dari amnesti

(12)

5

pajak yang diterapkan sejumlah £ 2,6 juta dengan 36.000 pemohon amnesti pajak.

Pada tahun 2001 Italia memperkenalkan tax amnesty dalam program yang disebut Scudo Fiscale atau Tax Shield (Lindungan Pajak) yang kemudian diperpanjang

hingga tahun 2003. Tahun 2009, tax amnesty Italia memberlakukan tingkatan pajak datar 5% terhadap aset repatriasi. Total aset yang dilaporkan sebesar £ 80 milyar, dan pemerintah mendapatkan £ 4 milyar pendapatan pajak. Bank Italia memperkirakan warga negara menyimpan sekitar £ 500 milyar dana yang tidak dilaporkan di luar negeri, namun setelah tax amnesty berlangsung dana yang di deklarasikan pada saat itu sebesar £ 500 miliar.

Beberapa negara yang telah melakukan amnesti pajak, memperoleh dampak

peningkatan penerimaan pajak. Menurut Tjiasaka et al. (2016) kesamaan antara

negara Amerika, Italia dan India yang telah melakukan amnesti pajak yaitu mereka

telah mempersiapkan peraturan pengampunan pajak yang pasti sebelum skema

pajak dipublikasikan. Jangka waktu berlakunya amnesti pajak berpengaruh

terhadap pendapatan perpajakan, dalam penelitian Lituel (2005) menunjukkan

bahwa amnesti pajak Maine dan West Virginia, amnesti pajak dapat meningkatkan

pendapatan dalam jangka pendek tetapi untuk jangka panjang pendapatan

perpajakan benar-benar jatuh. Penelitian Ngadiman (2015) yang dilakukan di KPP

Pratama Jakarta Kembangan menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Menurut Andreoni (1991) yang

meneliti tentang keinginan amnesti pajak dilakukan secara permanen. Hasil

penelitian ini, amnesti pajak permanen selain dapat meningkatkan efisiensi sistem

(13)

6

pajak juga meningkatkan kepatuhan pajak sekaligus memperbaiki pasar modal yang kurang sempurna.

Amnesti pajak diterapkan tahun 2016 terdiri dari tiga periode yaitu periode pertama antusiasme wajib pajak untuk ikut dalam program amnesti pajak ini sangat baik, dibuktikan dari data yang dihimpun dari web resmi Direktorat Jenderal Pajak yang di akses tanggal 26 Oktober 2016. Jumlah harta yang dilaporkan sampai dengan 31 September 2016 sejumlah Rp 3.797.262,02 miliar dengan uang tebusan Rp 93.265,16 miliar. Wajib pajak yang ikut serta dalam amnesti pajak periode pertama yaitu pada bulan Juli jumlah harta yang disampaikan sejumlah Rp 1.250,74 miliar kemudian meningkat pada bulan Agustus Rp 92.425,66 miliar dan bulan September Rp 3.703.507,29 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa amnesti pajak yang diterapkan mempengaruhi keinginan wajib pajak untuk patuh terhadap kebijakan yang ditetapkan. Kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan perpajakan yang diharapkan.

Penelitian ini mengindikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi

kemauan membayar pajak sama dengan faktor – faktor yang mempengaruhi

kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak. Penelitian Fikriningrum

(2012), Setyawati (2013) dan Zulaikah (2015) menyatakan bahwa faktor – faktor

yang mempengaruhi kemauan membayar pajak adalah kesadaran membayar pajak,

pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas

efektivitas sistem perpajakan serta kualitas pelayanan. Penelitian yang dilakukan

Handayani (2012) faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak

(14)

7

adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah. Suyono (2016), menyatakan faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, niat patuh untuk membayar pajak, dan kualitas pelayanan.

Penelitian ini menggunakan variabel pengetahuan dan pemahaman

peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak dan tingkat

kepercayaan terhadap pemerintahan dan hukum sebagai variabel bebas yang

mempengaruhi kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak. Kemauan

menjadi peserta amnesti pajak merupakan bentuk dukungan terhadap program

pemerintah agar bersedia mengungkapkan dan/atau mengembalikan dana – dana

yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, ke dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah langsung

mensosialisasikan amnesti pajak ini melalui pelatihan di instansi - instansi,

sosialisasi melalui media cetak, media sosial, dan media massa lainnya. Presiden

Republik Indonesia secara langsung mengundang para pengusaha ke Istana Negara

untuk sosialisasi Undang – Undang pengampunan pajak. Sosialisasi yang dilakukan

Presiden Republik Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan keamanan investasi

dan keamanan hukum di Indonesia sehingga bersedia menjadi peserta amnesti

pajak. Purnamawati (2013) menyatakan bahwa semakin efektif kebijakan sunset

policy, maka penerimaan pajak penghasilan semakin meningkat. Kantor Pelayanan

(15)

8

Pajak harus lebih banyak melaksanakan sosialisasi dan memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak.

Sosialisasi Undang – Undang amnesti pajak dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada wajib pajak mengenai peraturan amnesti pajak. Amnesti pajak merupakan kesempatan bagi wajib pajak mendapatkan pengampunan sanksi di bidang perpajakan bagi Wajib Pajak yang belum melaporkan hartanya keseluruhan. Berdasarkan teori atribusi pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak merupakan penyebab dari faktor internal dari seseorang. Pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti dapat mempengaruhi kemauan seorang wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak. Apabila seseorang paham akan tujuan, manfaat serta kontribusi yang dapat diberikan pada negara dari program amnesti pajak ini, maka Wajib Pajak akan bersedia ikut sebagai peserta amnesti pajak. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak yang baik terhadap peraturan amnesti pajak, dapat menimbulkan persepsi wajib pajak atas sistem yang akan diterapkan untuk menjadi peserta amnesti pajak. Penelitian Fikriningkrum (2012), Shudarini (2016) menyatakan pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Penelitian yang dilakukan Imelda (2014) juga menyatakan pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi wajib pajak bersedia menjadi peserta amnesti pajak adalah persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak.

Berdasarkan teori atribusi persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak merupakan

penyebab luar dari diri seseorang. Jika sistem administrasi untuk menjadi peserta

(16)

9

amnesti pajak efisien, sistem pembayaran yang mudah, dan aman disertai sistem lainnya yang mendukung baik, maka akan menimbulkan persepsi baik atas sistem amnesti pajak. Penelitian Rahmatika (2010) menyatakan tingkat kemudahan dalam melakukan pembayaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kesadaran kewajiban perpajakan, di mana semakin mudah cara melakukan pembayaran perpajakan maka semakin tinggi kesadaran wajib pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Sistem amnesti pajak yang baik akan membangun persepsi baik wajib pajak untuk ikut menjadi peserta amnesti pajak. Relevan dengan penelitian Widyawati (2015) persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap kerelaan wajib pajak membayar pajak. Hasil penelitian Fikriningrum (2012) juga menyatakan variabel persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Apabila persepsi atas sistem amnesti pajak baik maka tingkat kepercayaan

terhadap sistem pemerintahan dan hukum juga memungkinkan mempengaruhi

kemauan membayar pajak. Berdasarkan teori atribusi tingkat kepercayaan terhadap

sistem pemerintahan dan hukum merupakan penyebab eksternal. Pemerintah

Indonesia sedang gencar menciptakan pemerintahan yang bersih dan membangun

penegakan hukum yang adil. Apabila sistem pemerintah dan hukum yang

diterapkan dapat menjamin keamanan program amnesti pajak ini dengan baik, maka

keinginan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak akan tinggi. Hasil penelitian

Ramadhani (2014) dan Sudharini (2016) adalah tingkat kepercayaan terhadap

sistem pemerintah dan hukum berpengaruh positif dan signifikan terdahap kemauan

(17)

10

wajib pajak untuk menjadi peserta amnesti pajak. Apabila pemerintah telah memberikan kepastian hukum terhadap amnesti pajak ini, maka akan memperkokoh program amnesti pajak. Mikesell (1986) menyatakan bahwa tax amnesty menjadi media perubahan baru antara masyarakat dan pemerintah untuk

masuk ke dalam lingkungan penegakan hukum yang lebih kokoh. Adanya amnesti pajak juga akan meningkatkan penegakan hukum akan lebih baik, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk terlibat dalam program amnesti pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar dipilih sebagai lokasi penelitian

karena memiliki potensi peserta pengampunan pajak yang banyak karena memiliki

empat wilayah kerja, selain itu tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar menurun dari tahun 2012

sampai dengan tahun 2014. Cakupan wilayah kerja KPP Pratama Gianyar terdiri

dari empat Kabupaten yaitu Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten

Karangasem, dan Kabupaten Klungkung. Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung,

Karangasem masing – masing memiliki daerah destinasi wisata, selain keindahan

alam, dan budaya, kreativitas seni penduduk lokal merupakan unsur yang menarik

wisatawan. Selain itu penyediaan akomodasi wisatawan juga menjadi usaha

penduduk. Sektor perdagangan ini akan mengalami peningkatan menurut Badan

Statistik Daerah Kabupaten Gianyar 2016 nilai tambah bruto sektor perdagangan di

Kabupaten Gianyar 2015 sebesar 1,501 Triliun rupiah meningkat dari tahun

sebelumnya yaitu 1347 Triliun Rupiah, dan laju pertumbuhan ekonomi kategori

perdagangan tumbuh sebesar 7,7% dan mengalami percepatan dari tahun

(18)

11

sebelumnya. Kepatuhan wajib pajak melapor SPT dari tahun 2012 sampai tahun 2015, dapat dilihat dari Tabel 1.2

Tabel 1.2 Data Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Kabupaten Gianyar Tahun 2012 - 2015 (Ribuan)

Tahun Pajak (1)

Jumlah WPOP Terdaftar (2)

Jumlah SPT PPh WPOP Masuk (3)

Persentase Kepatuhan WPOP setor SPT PPh (4) = (3:2) x 100%

2012 107.317 53.126 49,5%

2013 115.982 52.851 45,5%

2014 126.951 55.178 43,4%

2015 137.897 64.197 46,5%

Sumber: KPP Pratama Gianyar, 2016

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat jumlah wajib pajak orang pribadi pada tahun

2012 sebanyak 107.317 dengan presentase kepatuhan sebesar 49,5%, kemudian

jumlah wajib pajak tahun 2013 meningkat menjadi 115.982 wajib pajak namun

presentase kepatuhan wajib pajak menurun menjadi 45,5%, kemudian tahun 2014

jumlah wajib pajak terdaftar meningkat menjadi sebanyak 126.951, namun

presentase kepatuhan wajib pajak menurun menjadi 43,4% dan tahun 2015

sebanyak 137.897 wajib pajak yang terdaftar dan presentase tingkat kepatuhannya

meningkat menjadi 46,5%. Meningkatnya jumlah wajib pajak seharusnya dibarengi

dengan meningkatnya persentase kepatuhan wajib pajak menyetorkan SPT, namun

persentase kepatuhan wajib pajak dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014

mengalami penurunan. Penurunan persentase kepatuhan wajib pajak untuk

menyetorkan SPT PPh pada KPP Pratama Gianyar, peneliti menilai bertepatan

adanya program amnesti pajak kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak

akan tinggi sehingga peneliti ingin mengetahui faktor – faktor apakah yang

mempengaruhi kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak pada wajib

(19)

12

pajak orang pribadi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak menjadi Peserta Amnesti Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak berpengaruh positif pada kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak?

2. Apakah persepsi atas sistem amnesti pajak berpengaruh positif pada kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak?

3. Apakah tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif pada kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan kontribusi pengetahuan dan pemahaman terhadap

peraturan amnesti pajak dengan kemauan wajib pajak menjadi peserta

amnesti pajak.

(20)

13

2. Untuk mengetahui pengaruh antara persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak dengan kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat kepercayaan sistem pemerintahan dan hukum pada kemauan wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi bukti empiris bahwa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak untuk menjadi peserta amnesti pajak. Selain itu dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pajak dan pengembangan teori atribusi khususnya tentang mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi wajib pajak menjadi peserta amnesti pajak untuk objek pajak wajib pajak orang pribadi.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah sebagai pertimbangan membuat kebijakan selanjutnya dibidang perpajakan.

1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah dari penelitian yang

dilakukan, yang kemudian dari latar belakang masalah yang

(21)

14

diungkapkan dapat dirumuskan ke dalam pokok permasalahan, serta disampaikan tujuan penelitian dan kegunaan penelitian dan pada akhir bab ini akan disampaikan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menyajikan teori atribusi sebagai grand theory dan teori legitimasi sebagai pendukung pokok permasalahan terutama Tax Amnesty yang akan menjadi dasar masalah dalam penelitian ini serta

diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya, dan disajikan juga mengenai dugaan sementara dari pokok permasalahan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menyajikan metode penelitian seperti desain penelitian, lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini menyajikan data beserta pembahasan berupa gambaran umum wilayah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan, yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menyajikan simpulan yang dapat ditarik dari hasil

pembahasan, permasalahan, permasalahan serta saran yang dapat

diberikan berdasarkan atas hasil.

Gambar

Tabel 1.1 Realisasi APBN Tahun Anggaran 2014 – 2015 (Triliun Rp)
Tabel 1.2 Data Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama  Kabupaten Gianyar Tahun 2012 - 2015 (Ribuan)

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia, terdapat UU yang mengatur perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya, yaitu UU No.40 Tahun 2007 pasal 74 yang berisikan: [1] Perseroan yang menjalankan kegiatan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang berbunyi “Pengadilan perikanan berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara tindak pidana di

Pada variabel pengakuan profesional pendapat tertinggi terjadi pada akuntan pemerintah, pendapat tertinggi terhadap pasar kerja terjadi pada mereka yang berprofesi sebagai

Terlihatlah bahwa waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti yang terdapat pada pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

kepada ide untuk memiliki keyakianan akan keselamatan – jika saya tanyakan Allah untuk memaafkan kita dan menerima Yesus, kita dapat mengetahui dalam hati kita bahwa

Hasil penelitian adalah(1) faktor yang mempengaruhi kepuasan yaitu: (a) faktor layanan sarana dan prasarana, (b) faktor layananpengelolaan,(c) faktor layanan pada aspek

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR