• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Tenik Bermain Untuk Menangani Siswa yang Terisolasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Tenik Bermain Untuk Menangani Siswa yang Terisolasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Tenik Bermain Untuk Menangani Siswa yang Terisolasi

Siti Nur Zahriyah1 dan Retno Tri Hariastuti2

Selain melakukan kegiatan belajar, siswa di sekolah juga berinteraksisosial. Ada siswa yang populer dalam kelompok atau kelasnya, namun ada pula yang terisolasi. Siswa-siswa yang terisolasi inilah yang membutuhkan bantuan agar dapat berinteraksi sosial lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk menangani siswa yang terisolasi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura Tahun Ajaran 2010-2011. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-eksperimen, bentuk pre-test dan post-test dalam satu kelompok. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura yang mengalami terisolasi. Subjek tersebut sebanyak 8 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket sosiometri. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah uji tanda (sign test). Dari hasil analisis data diketahui N = 8 dan X = 0, yang menunjukkan bahwa dari 8 subyek penelitian, yakni siswa-siswa yang terisolasi, yang semula tidak dipilih sama sekali oleh teman-temannya ternyata setelah diberi layanan bantuan melalui bimbingan kelompok dengan teknik bermain, akhirnya dipilih juga oleh teman-temannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bimbingan kelompok dengan teknik bermain dapat diterapkan untuk menangani siswa yang terisolasi. Kata Kunci. Siswa terisolasi, Bimbingan Kelompok dengan Teknik bermain Pendahuluan

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan harus dilalui oleh setiap orang dalam kehidupannya (Yusuf, 2000).

Salah satu tugas perkembangan masa remaja dalam mencapai jati dirinya dapat dilakukan melalui pergaulan hidup baik dengan keluarga, guru, maupun teman sebaya. Hampir sebagian besar waktu dalam kehidupan remaja digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan salah satu unsur penting untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri, aktualisasi diri di lingkungan

mengadakan interaksi dengan lingkungan sebagai tujuannya. Apabila hal tersebut tidak tercapai maka individu akan mengalami masalah dalam kesehariannya.

Dalam ruang lingkup sekolah cara siswa bersosialisasi dengan teman sangat beraneka ragam. Ada yang memiliki keterampilan bersosialisasi dengan baik dan ada pula yang tidak. Siswa yang mempunyai keterampilan bersosialisasi yang baik, akan memiliki banyak teman dan diterima dalam lingkungannya. Sebaiknya, siswa yang tidak memiliki keterampilan bersosialisasi, akan terisolasi dari pergaulan serta lingkungannnya

1 Alumni Jurusan PPB FIP UNESA 2 Staf Pengajar Prodi BK FIP UNESA

(2)

Berdasarkan hasil wawancara dengan konselor sekolah serta hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura, terdapat siswa yang tampak menyendiri saat melakukan kegiatan kelompok, melamun di dalam kelas, menunjukkan sikap menutup diri, tidak pernah berpartisipasi saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, tidak mengikuti ektra kurikuler, jarang sekali berinteraksi dengan orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukkan tersebut mengidentifikasikan bahwa mereka tergolong siswa yang terisolasi dalam pergaulan.

Masalah siswa terisolasi tidak bisa dianggap ringan karena dapat menimbulkan hambatan dalam pergaulan. Siswa akan merasa tertekan sehingga mencari jalan keluar yang membuat tidak dikucilkan oleh kelompoknya. Untuk itu perlu diupayakan bantuan agar siswa yang terisolasi tersebut dapat segera berinteraksi dengan teman-teman dilingkungannya.

Salah satu layanan dalam bimbingan konseling yang mungkin dapat digunakan untuk membantu siswa yang terisolasi adalah layanan bimbingankelompok.

Bimbingan kelompok merupakan suatu pemberian bantuan (bimbingan) kepada peserta didik melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah siswa yang menjadi peserta layanan. Aktifitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan lingkungan, penyesuaian diri serta pengembangan diri.

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan. berkomunikasi baik verbal maupun non verbal pada siswa.

Siswa terisolasi

Pengertian terisolasi yang dikemukakan Kartono dan Dali Gulo (2000 : 243), yakni “siswa terisolasi adalah seseorang yang memiliki hubungan sosial yang sangat kurang atau sangat dangkal sekali, bisa dikatakan juga seseorang yang tidak dipilih oleh seorang pun”. Sedangkan menurut Winkel (1991 : 263), “siswa yang terisolasi adalah siswa yang terasing, akibat tidak banyak mendapat pilihan dan mendapat penolakan yang paling banyak sehingga hubungan sosialnya yang rentan”. Ahli lain, yaitu Satrock (2003:220) menyatakan bahwa, “siswa yang ditolak atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan. Selanjutnya, penolakan dan pengabaian dari teman sebaya ini berhubungan dengan kesehatan mental individu dan kriminal.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa terisolasi atau ditolak yaitu apabila seseorang remaja tidak memiliki atau kurangnya ciri-ciri pribadi seperti yang dimiliki oleh seseorang yang diterima oleh kelompok teman sebayanya, misalnya: rapi, aktif dalam urusan kelompok, sabar, jujur, suka menolong, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok, bertanggung jawab dan lain-lain, maka dengan sendirinya ia akan di tolak oleh

(3)

kelompok teman sebayanya. Ketiadaan hal-hal tersebut itulah yang dapat menyebabkan seseorang diabaikan atau kurang di terima dalam kelompoknya. Menurut Mapiare (1988:172), faktor yang membuat remaja ditolak yaitu: a. Penampilan dan perbuatan b. Kemampuan pikiran c. Sikap dan sifat

d. Faktor rumah yang terlalu jauh dari teman sekelompok

Sedangkan menurut Hurlock (1980:217), faktor yang menyebabkan seseorang diasingkan oleh orang lain adalah:

a. Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, mementingkan diri sendiri.

b. Terkenal dengan siswa yang tidak sportif

c. Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapian.

d. Perilaku sosial yang ditandai dengan perilaku menonjolkan diri, mengganggu, menggertak orang lain, senang memerintah, tidak bekerja sama, dan kurang bijaksana. e. Kurangnya kematangan dalam hal

pengendalian emosi

f. Sifat-sifat yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah

g. Status ekonomi berada di bawah kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota keluarga h. Tempat tinggal yang terpencil dari

kelompok atau ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok karena kurang bertanggung jawab.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa terisolasi atau ditolak adalah :

a. Penampilan dan perbuatan

b. Kemampuan pikiran c. Sikap dan sifat

d. Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok karena kurang bertanggung jawab.

Menurut Yusuf (2003: 126), ciri-ciri siswa terisolasi adalah sebagai berikut:

a. Bersifat minder

b. Senang mendominasi orang lain c. Bersifat egois/ selfish

d. Senang menyendiri / mengisolasi diri

e. Kurang memiliki persaan tengang rasa

f. Kurang memperdulikan norma dan perilaku

g. Ragu-ragu

h. Tidak bersemangat

Beberapa tokoh mengemukakan tentang berbagai masalah pada siswa terisolasi.

a. Gunarsah (2003:215) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi adalah kesulitan dalam memahami dirinya yaitu: ketidak mampuan individu dalam memahami siapa dirinya yang sebenarnya yang meliputi perasaan, sikap dan harapan.

b. Hakim (2002:12-24) mengemukakan masalah bagi anak yang terisolasi yakni kesulitan dalam memahami lingkungannya adalah ketidak mampuan individu dalam menyesuaikan diri atau berinteraksi dengan lingkungan yang dapat menimbulkan individu ditolak dan dapat menimbulkan keraguan apakah orang di sekitarnya bisa menerimanya.

c. Hurlock (1978:307) menyatakan kesulitan dalam memahami hambatan-hambatan adalah bahwa anak yang ditolak akan mengalami gangguan yaitu kurang memiliki

(4)

pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalankan proses sosialisasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi siswa terisolasi adalah: a. Kesulitan dalam memahami dirinya b. Kesulitan dalam memahami

lingkungannya

c. Kesulitan memahami hambatan-hambatannya

Hurlock (1978:307) berpendapat bahwa anak yang tidak diterima atau ditolak akan mengalami gangguan psikologis antara lain:

a. Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi

b. Akan merasa tidak bahagia dan tidak aman

c. Akan mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan yang bisa menimbulkan penyimpangan kepribadian

d. Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalankan proses sosialisasi e. Akan merasa sangat sedih karena

tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka f. Sering mencoba memaksakan diri

untuk memasuki kelompok ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka serta memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.

g. Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial terhadap mereka, dan ini menyebabkan mereka merasa cemas, takut dan sangat peka.

h. Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan dengan harapan dan dapat meningkatkan penerimaan sosial mereka.

Santrock (2003:223) mengatakan akibat langsung dari

penolakan teman sebaya bagi seorang siswa adalah sering menganggu dan bersifat agresif, anak yang ditolak sering memiliki masalah penyesuian diri pada masa yang akan datang.

Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan teman sebaya dalam kelompok bagi seseorang berakibat besar terhadap perasaan, pikiran, sikap, perbuatan, tingkah laku dan psikologi siswa. Hal itu membuat siswa menderita. Siswa yang di tolak akan mencari jalan keluar yang membuat tidak dikucilkan oleh kelompoknya, dan akibat langsung dari penolakan seseorang remaja yang di tolak akan bertingkah laku yang luar biasa seperti agresif, hal tersebut terjadi karena adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa akibat dari penolakan teman sebaya.

(5)

Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok diberikan dalam kegiatan kelompok yang dapat digunakan oleh pembimbing untuk mengatasi berbagai masalah pada siswa di sekolah khususnya dan berbagai permasalahan lain pada umumnya. Beberapa ahli memberikan pengertian berbeda mengenai bimbingan kelompok. Diantaranya, menurut Prayitno dan Amti (2004:309) ”bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok”.

Menurut Winkel (dalam Nursalim dan Suradi, 2002). Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu bersamaan.” Menurut Tim MKDK (1991) bimbingan kelompok adalah usaha untuk mencegah berkembangnya masalah dengan cara memberikan informasi mengenai sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan yaitu bimbingan kelompok merupakan suatu jenis pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada sekelompok siswa guna memecahkan permasalahan berhubungan dengan pendidikan, situasi sosial melalui bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok dengan teknik bermain mengajak siswa untuk berperan aktif dalam permainan yang telah disajikan sehingga siswa ikut larut dalam permainan. Dalam memilih permainan harus disesuaikan dengan kriteria yang mendukung agar siswa dapat terlibat langsung dan berinteraksi dalam kelompok sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik.

Menurut Winkel (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) tujuan bimbingan kelompok ialah:

a. Supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri.

b. Memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar membedakan pendapat orang lain.

c. Mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri konsekuensi dari tindakannya.

Menurut Jones (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) tujuan bimbingan kelompok adalah membantu peserta menyadari kebutuhan dan masalahnya, membantu peserta belajar memahami perasaan peserta lain dan masalahnya. Sedangkan menurut Suardiman (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) bimbingan kelompok digunakan untuk meningkatkan pengertian diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas tujuan bimbingan kelompok adalah :

a. Supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri. b. Membantu peserta menyadari

kebutuhan dan masalahnya.

c. Bimbingan kelompok digunakan untuk meningkatkan pengertian diri sendiri dan orang lain.

Melalui bimbingan kelompok menurut Slameto (dalam Nursalim & Suradi, 2002) di peroleh keuntungan sebagai berikut:

a. Anak mengenal dirinya melalui hidup bergaul dengan teman lain, sehingga dapat mengukur kemampuan dirinya.

b. Dalam interaksi sosial terpengaruh sifat dan sikapnya menjadi baik, misalnya: mempunyai rasa toleransi, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama yang baik, tanggung jawab, disiplin, kreatif, saling mempercayai dan sebagainya.

(6)

c. Dapat mengurangi rasa malu, agresif, penakut, emosional, pemarah, dan sebagainya.

d. Dapat mengurangi ketegangan emosional, konflik, frustasi.

e. Dapat mendorong anak lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas, suka berkorban terhadap kepentingan orang lain, suka menolong, bertindak dengan teliti dan hati-hati.

Menurut Prayitno (1995), manfaat bimbingan kelompok adalah :

a. Melalui bimbingan siswa berkesempatan untuk mendapat dan membicarakan berbagai hal yang akan terjadi disekitarnya

b. Memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai hal yang telah dibicarakan

c. Menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungannya yang berhubungan dengan hal-hal yang dibicarakan dalam kelompok d. Menyusun program kegiatan untuk

mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.”

e. Melaksanakan kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang telah diprogramkan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan manfaat bimbingan kelompok adalah:

a. Melalui bimbingan siswa berkesempatan untuk mendapat dan membicarakan berbagai hal yang akan terjadi disekitarnya

b. Memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai hal yang telah dibicarakan

c. Menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungannya yang berhubungan dengan hal-hal yang dibicarakan dalam kelompok d. Menyusun program kegiatan untuk

mewujudkan “penolakan terhadap

yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.”

e. Dapat mendorong anak lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas, suka berkorban, suka menolong, bertindak teliti dan hati-hati.

Melaksanakan kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang telah diprogramkan.

Tahapan-tahapan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004:18-19) sebagai berikut: a. Tahap pembentukan, yaitu tahapan

untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

a. Tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok pada kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

b. Tahap kegiatan, yaitu ”tahap kegiatan inti” untuk membahas topik-topik tertentu.

c. Tahap pengakhiran atau evaluasi, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya.

Menurut Prasetyono (2007), “Melalui kegiatan bermain, akan diperoleh berbagai pengalaman yang dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan baik”. Dengan permainan tersebut individu dapat menyalurkan, melampiaskan ketegangan-ketegangan emosinya, sehingga dengan konflik-konflik psikis yang sudah mengendap dalam alam bawah sadar mereka akan terkuras, di mana hal tersebut akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali gangguan-gangguan atau ketimpangan-ketimpangan psikisnya.

(7)

Menurut Hildegard (1993), permainan adalah suatu metode yang sesuai untuk belajar keterampilan sosial, karena dengan permainan diciptakan suatu suasana yang santai dan menyenangkan. Dengan melakukan latihan / permainan dengan suasana yang rileks, peserta dapat suatu pengalaman kemudian mereka diajak untuk menghayati pengalaman itu dan merenungkannya (merefleksikannya) untuk menyadari perasaan dan reaksi-reaksi fisik mereka. Selain itu mereka diajak untuk mengungkapkan hal-hal yang dialami waktu latihan / permainan berlangsung. lalu, pengalaman itu diolah kelompok bersama pembimbing dengan cara mendiskusikan dan menarik kesimpulan berdasarkan kesadaran para peserta sehingga dapat diketahui apa yang sebenarnya mereka inginkan. Menurut Mulyono (2002), melalui permainan akan diciptakan suatu suasana yang menyenangkan.

Dengan melakukan permainan dalam suasana yang rileks, peserta mendapat suatu pengalaman. Melalui pengalaman yang diperoleh, peserta didik diajak untuk menghayati pengalaman tersebut kemudian merenungkannya sehingga mereka menyadari perasaan dan reaksi-reaksi fisik mereka. Setelah itu, mereka diajak untuk mengungkapkan hal-hal yang yang dialami waktu melakukan permainan berlangsung. Pengalaman yang diperoleh kemudian diolah kelompok bersama pembimbing dengan cara mendiskusikannya dan menarik kesimpulan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan kelompok dengan tenik bermain adalah suatu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu (siswa) untuk membantu menyelesaikan masalah baik itu masalah pendidikan atau pengajaran, pekerjaan, situasi sosial, dan

sebagainya dengan menggunakan teknik bermain yang berguna untuk merangsang dan membina pengalaman-pengalaman pribadi dan sebagai kelompok.

Bimbingan kelompok dengan teknik bermain adalah suatu kegiatan layanan bimbingan yang terdiri dari beberapa permainan yang di dalamnya terdapat pengarahan semua faktor yang dapat digerakkan dalam bentuk kelompok yang ditujukan untuk merangsang dan membina pengalaman pribadi peserta, meningkatkan kepercayaan diri dan tanggung jawab sebagai anggota kelompok. Menurut Prasetyono (2007) melalui kegiatan bermain akan diperoleh berbagai pengalaman yang dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan lebih baik.

Perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial dapat dicapai melalui permainan. Melalui kegiatan bermain, perkembangan intelektual dapat dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungan. Perkembangan emosi dapat dilihat dari ketika anak merasa senang, tidak sedang marah, menangis, dan kalah. Perkembangan sosial dapat dilihat dari hubungan dengan teman sebayanya, menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain.

Prosedur pelaksanaan dalam bimbingan kelompok dengan teknik bermain disesuaikan dengan jenis permainan yang akan dilakukan. Namun pada intinya, sebelum permainan dimulai fasilitator menjelaskan konsep atau petunjuk-petunjuk pelaksanaan sesuai dengan jenis permainan terlebih dahulu. Kemudian anggota kelompok melaksanakan permainan. Terakhir diadakan evaluasi dan refleksi yang berguna sebagai umpan balik dari anggota.

(8)

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental semu desain jenis pre-test, pos-test one group design. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subyek saja tanpa kelompok pembanding. Langkah pertama yang dilakukan adalah pengukuran ( pre-test), kemudian dilakukan perlakuan dalam jangka waktu tertentu, yang selanjutnya diteruskan dengan pengukuran kembali (post-test) untuk melihat ada atau tidaknya perubahan pilihan terhadap siswa yang terisolasi.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Pre-test treatment post test Post-test

(Sumadi Suryabrata) Keterangan

T1: Tes awal (pre test) sebelum pemberian perlakuan

X: X disini adalah pemberian perlakuan

T2 T2: Tes akhir (post test) setelah

pemberian perlakuan

Prosedur dalam pelaksanaan penelitian menurut Suryabrata (1998 : 42) yaitu : 1. Kenakan T1, yaitu pre test untuk

menyatakan jumlah pilihan.

2. Kenakan perlakuan pada subjek dengan X, yaitu treatment dengan bimbingan kelompok dengan teknik bermain pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura.

3. Kenakan T2, yaitu post test untuk

melihat kembali jumlah pilihan.

4. Bandingkan T1 dan T2 untuk melakukan

seberapa besar perubahan yang timbul jika sekiranya ada sebagai akibat dari diberikannya variabel eksperimen.

Menerapkan tes statistik yang cocok, dalam hal ini untuk menentukan pengaruh penerapan bimbingan kelompok dengan teknik bermain terhadap siswa terisolasi pada kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura.

Setelah dilakukan pengumpulan data sesuai dengan metode yang digunakan, langkah selanjutnya adalah menyajikan data hasil penelitian sebagai berikut.

1. Pemberian pre test

Subjek penelian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura yang terisolasi. Untuk menentukan subjek penelitian, maka dilakukan pengukuran tentang siswa terisolasi melalui angket sosiometri terhadap 50 siswa di kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura.

Berdasarkan hasil angket sosiometri yang telah dianalisis dapat diketahui ada 8 siswa yang terisolasi sehingga 8 siswa tersebut dijadikan subjekpenelitian.

Tabel 4.3 Analisis hasil pre-test dan

post-tes N o Nama Samaran Pre-Test (XB) Pos-Test (XA) Arah Perbedaan Tanda 1. AH 0 4 XB < XA + 2. DW 0 2 XB < XA + 3. EY 0 1 XB < XA + 4. IN 0 1 XB < XA + 5. MH 0 2 XB < XA + 6. NH 0 1 XB < XA + 7. RI 0 1 XB < XA + 8. ZA 0 0 XB = XA 0

Dari tabel di atas dapat diketahui N=8 dan X=0 diperoleh ρ = 0,004 bila α (taraf kesalahan) sebesar 5% (0,05) maka harga ρ = 0,004 lebih kecil dari α = 0,05. Berdasarkan data hasil pre-tes

dan post-test maka dapat diketahui bimbingan kelompok dengan teknik bermain dapat menangani siswa yang terisolasi pada post-test (XA) lebih besar

dari pada pre-test (XB) yang ditandai

dengan tanda positif. 34

(9)

Pembahasan

Berdasarkan hasil sosiometri dapat diketahui bahwa terdapat 8 siswa di kelas VIII B SMP Negeri 1 Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura yang terisolasi dan berikut ini nama masing-masing siswa tersebut berupa inisial untuk menjaga kerahasiaan antara lain AH, DW, EY, IN, MH, NH, RI dan ZA. Setelah itu dibuat rencana untuk menangani siswa yang terisolasi dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain.

Dalam penelitian ini menggunakan permainan mengangkat kursi bersama dan permainan ini membantu siswa dalam belajar untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Tujuan dari permainan ini adalah membantu peserta untuk membangun kerjasama dan berpikir optimis, dalam permainan ini mempunyai manfaat agar siswa yang menyendiri tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut dan anak yang menyendiri mempunyai aktifitas, sehingga kebiasaan menyendiri pada siswa yang terisolasi dapat diatasi.

Permainan yang kedua yaitu permainan tangan kusut, tujuan dan permainan ini adalah : berlatih strategi memecahkan masalah, melatih kesabaran dan membuat suasana lebih akrab, dalam permainan ini mempunyai manfaat agar siswa yang suka melamun lebih berkonsentrasi dan aktif dalam kegiatan tersebut.

Permainan yang ketiga yaitu permainan berdiri bersama-sama, tujuan dari permainan ini adalah : membangun kerjasama, berpikir optimis dan memberikan suasana keakraban, dalam permainan ini mempunyai manfaat agar siswa yang menutup diri lebih terbuka dalam segala hal dan bersikap pro aktif dalam bidang sosialisasi baik dengan teman, guru, orang tua dan yang lainnya.

Selanjutnya permainan yang keempat adalah permainan pijat, palu dan babat, tujuan dari permainan ini adalah memberikan suasana akrab dan saling berbagi, dalam permainan ini mempunyai manfaat agar siswa yang memiliki kurang adanya hubungan sosial lebih aktif dalam hal bersosialisasi dan berpikir positif. Simpulan dan Saran

Dari hasil analisis statistik non parametik dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik bermain dapat membantu siswa yang terisolasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa untuk N = 8 dan R = 1 diperoleh ρ = 0,004 bila α (taraf kesalahan) sebesar 5% (0,05) maka ρ = 0,004 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik bermain dapat menangani siswa yang terisolasi. Sedangkan berdasarkan hasil

pre-test dan post-test, tampak adanya perubahan jumlah pemilih terhadap 7 anak yang terisolasi sebelumnya. Selain itu, ditunjang dengan tingkah laku positif pada siswa setelah diberikan bimbingan kelompok dengan teknik bermain.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Petugas BK atau konselor sekolah hendaknya dapat menerapkan bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk membantu siswa. 2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya

memperhatikan alokasi waktu dalam melakukan penelitian agar dalam mendapatkan hasil dengan lebih optimal. Apabila akan melakukan penelitian yang serupa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan. Selain itu segala keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

(10)

penyempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya.

Daftar Rujukan

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fatmawati, Andriana. 2004. ”Penerapan Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa.”

Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP Unesa. Gunarsa, Singgih, D.1980. Psikologi

untuk membimbing.Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hakim, Thrusan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Hurlock, Elizabeth. 2005.

Perkembangan Anak Jilid I . Meitasari & Zarkasih, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. 2000.

Kamus Psikologi. Bandung: CV. Pioner Jaya.

John, WSantrock. 2003. Perkembangan remaja. Adelar B Shinto & Saragih Serly, alih bahasa. Jakarta: Elangga

Kurniawan, Yudha. 2007. Aneka Permainan Kecerdasan untuk anak (Smart games for kids). Jakarta: Wahyu Media.

Mappiare, Andi. 1988. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mulyono, Tri & Haji, Setya. 2002.

Bermain Belajar Bersikap. Yogyakarta: Plan Indo Surabaya. Nursalim Mochamad dan Suradi S.A.

2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya :Unesa University Press Surabaya. Puji, Sri. 2000. “Pengaruh Penerapan

Bimbingan Kelompok Model Permainan Kerjasama Terhadap Hambatan Komunikasi Interpersonal Pada Anak Jalanan

Kelas Paus (Umur 12-18 Tahun) di Sanggar Alang-alang Surabaya “. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB IFP Unesa Surabaya

Purwoko, Budi. 2008. Organisasi dan Menejemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press Surabaya.

Prasetyono, Dwi Sunar. 2007.

Membedah Psikologi Bermain Anak. Yogyakarta: Think.

Prayitno dan Amti, Erman. 2004.

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Rakhmad, Jalaludin.2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Retno, Galuh. 2005. “Penggunaan Konseling Kelompok Behavior Untuk Meningkatkan Kemampuan Mencari Teman Pada Siswa Kelas X APK Di SMK PGRI 7 Surabaya”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPB FIP Unesa.

Rumini, Sri & Sundari Siti. 2004. Perkembangan anak Dan Remaja.

Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Siegel, Sidney. 1998:8. Statistik Non

Para Metrik; Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, R & D).

Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, Heni. 2003. “Penerapan Layanan Konseling Kelompok Untuk Membantu Siswa Yang Terisolasi Di kelas XI IPA III SMA Negeri I Sampang”. Skripsi

Tidak diterbitkan. Surabaya: FIP Unesa

Supendi, Pepen. 2008. Fun Game (50 Permainan Menyenangkan di Indoor & Outdoor). Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas

(11)

Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa University Press.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo persada. Winkel, WS. 1991. Bimbingan dan

Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Winkel, W.S., Sri, M.M. 2004.

Bimbingan dan Konseling di

Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wenzler, Hildegard & Fischer-Siregar, Maria. 1993. Proses Pengembangan Diri Permainan dan Latihan Dinamika Kelompok. Jakarta: PT.Grasindo.

Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dilakukan dengan cara melakukan monitoring dan evaluasi ke setiap OPD yang dilakukan dalam beberapa kali dalam setahun hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi

Seterus- nya, ilmu entang hewan lebih mulia dari ilmu tentang tumbuhan, dan ilmu tentang tumbuhan tentunya lebih mulia dari ilmu tentang benda-benda mati ( jamadat ). Terlepas dari

Selain itu kerja monoton yang dilakukan secara repetitif juga berpeluang menimbulkan keluhan pada otot (keluhan muskuloskeletal). Perlu diterapkan istirahat pendek setiap satu

optimalisasi peran serta institusi pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka meningkatkan angka partisipasi

Menurut Erman Suherman, dkk (2003: 58) tujuan diberikannya matematika mulai dari sekolah dasar adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan

 Dalam upaya untuk meningkatkan kwalitas layanan dan sekaligus Dalam upaya untuk meningkatkan kwalitas layanan dan sekaligus sebagai upaya untuk memenuhi kekurangan

Data primer dalam penelitian ini adalah kegiatan bimbingan keagamaan yang dilakukan di Komunitas Difabel Arrizki Rowosari, yang dikumpulkan melalui wawancara

Sedangkan aplikasi SIPPMA PUSAT merupakan aplikasi yang ditempatkan pada pusat perhitungan suara yang bertugas untuk menyaring suara yang di unduh dari SIPPMA TPS