• Tidak ada hasil yang ditemukan

KM Aedo (Penggunaan Metode Preloading Untuk Konsolidasi Tanah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KM Aedo (Penggunaan Metode Preloading Untuk Konsolidasi Tanah)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Aedo Radewa N. 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah menurut Braja M. Das adalah sebagai material yang terdiri dari agregat mineral mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong di antara partikel padat.

Dalam konstruksi tanah berfungsi sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Maka diperlukan tanah dengan kondisi kuat menahan beban di atasnya dan menyebarkannya merata. Apabila tanah kurang baik maka perlu dilakukan perbaikan untuk mendapatkan data tanah sesuai kriteria konstruksi.

Proyek Jalan Akses Pelabuhan Trisakti merupakan bagian Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Kalimantan Selatan yang menghubungkan Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang.

Gambar 1.1. Lokasi Proyek

Pada Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti memiliki karakteristik tanah dasar yang lunak. Karena sebagian besar akan dibangun pada lapisan tanah dasar yang lunak, kondisi deformasi pada Jalan Akses Pelabuhan Trisakti perlu dilakukan suatu metode perbaikan (ground improvement) untuk meningkatkan kualitas tanah yang lebih baik dan memenuhi syarat dalam pelaksanaan

(2)

Aedo Radewa N. 2 pembangunannya. Pada Proyek ini metode perbaikan tanah yang dipakai adalah metode preloading menggunakan timbunan tanah dan dikombinasikan dengan PVD

(Prefabricated Vertical Drain).

Dengan segmentasi penanganan sepanjang 13 km, kebutuhan material yang digunakan untuk timbunan preloading dan material PVD memiliki volume yang besar. Untuk itu perlu direncanakan metode yang benar benar optimal agar dapat menghemat biaya, waktu, dan tetap mengoptimalkan mutunya.

Pada kesempatan ini penulis akan melakukan penelitian terkait penurunan tanah yang diakibatkan oleh adanya metode preloading dengan tanah timbunan yang digunakan sebagai dasar metode dalam pencapaian konsolidasi penurunan tanah sesuai perencanaan yang diinginkan sebesar 90%. Hasil penilitian ini nantinya akan digunakan sebagai Knowledge Management (KM) di WIKA.

Adapun yang menjadi latar belakang dibuatnya KM tentang penurunan tanah akibat metode Preloading ini yaitu :

1. Penurunan Tanah (Settlement) metode preloading menggunakan timbunan tanah dengan dikombinasikan PVD merupakan metode yang terbilang baru dalam proses ground improvement tanah pada suatu proyek jalan. 2. Metode ini cocok digunakan pada daerah kalimantan khususnya pada area

proyek yang berada di area rawa yang memiliki struktur tanah gambut (memiliki potensi penurunan tanah yang cukup besar).

1.2. Rumusan Makalah

Bagaimana penerapan metode konsolidasi tanah (settlement) yang paling optimal pada Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti (Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang) (MYC).

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud & tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Mendapatkan metode konsolidasi tanah menggunakan preloading yang paling optimal dan tepat pada kondisi tanah yang ada di area proyek.

(3)

Aedo Radewa N. 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perhitungan Perencanaan Timbunan Tanah Preloading

Pada perhitungan timbunan tanah preloading dibutuhkan data-data lapangan khususnya data tanah untuk menghitung kebutuhan timbunan preloading dalam proses konsolidasi tanah. Adapun data – data yang digunakan pada perhitungan timbunan preloading ini yaitu :

1. Data Tanah hasil Lab menggunakan data Boring Log di 5 titik yaitu : a. BH-01 (KM 10+800)

b. BH-02REV (KM 13+300) c. BH-02 (KM 14+300) d. BH-03 (KM 16+800) e. BH-04 (KM 21+300)

Berikut data hasil lab dari tes Boring Log terbaru yang dibagi menajdi 2 zona pekerjaan :

Tabel Data Tanah Zona 1 (Hasil Lab)

Kedalaman contoh tanah (m) γ e0 LL Cc Cs Cv Ch (gr/cm3) % cm2/s cm2/s 3.0 - 3.5 1,44 2,148 52 0,802 0,115 2,11,E-04 1,99,E-04 6.0 - 6.5 1,52 1,351 37,7 0,724 0,103 1,94,E-03 1,32,E-03 15.5 - 16.0 1,49 2,384 59,3 1,45 0,207 4,52,E-04 5,11,E-04 22.5 - 23.0 1,83 1,15 33,6 0,481 0,069 3,16,E-04 6,67,E-04 25.0 - 25.55 1,56 1,398 36,35 0,882 0,126 8,78,E-04 6,84,E-04

Tabel Data Tanah Zona 2 (Hasil Lab)

Kedalaman contoh tanah (m) γ e0 LL Cc Cs Cv Ch (gr/cm3) % cm2/s cm2/s 3.0 - 3.5 1,99 0,469 22,00 0,081 0,012 7,30E-03 6,03E-03 6.0 - 6.5 2,09 0,256 27,20 0,076 0,011 2,22E-03 1,18E-02 9.00 - 9.55 2,95 1,721 40,70 0,632 0,090 5,99E-05 6,13E-05

(4)

Aedo Radewa N. 4 2. Perhitungan Penurunan Tanah / Settlement (Sc) menggunakan metode

sublayer sesuai dengan batas kedalaman tanah lunak mencapai tanah kaku (N SPT > 10) yang ada di data Boring Log, dimana :

a. Pada Zona 1 ( KM. 10+300 s/d 15+500) diambil sampai kedalaman layer tanah 27 m.

Gambar 2.1. Grafik Kedalaman vs N-SPT Zona 1.

b. Pada Zona 2 (KM. 15+500 s/d 23+300) diambil sampai kedalaman layer tanah 9 m.

Gambar 2.2. Grafik Kedalaman vs N-SPT Zona 2.

2.1.1. Perhitungan Tinggi Timbunan Final (Hf)

Tinggi timbunan tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu beban timbunan embankment, beban perkerasan, dan beban lalu-lintas seperti yang terlihat pada gambar :

(5)

Aedo Radewa N. 5 Gambar 2.3. Asumsi beban kerja.

Untuk memperoleh besarnya timbunan pelaksanaan (HR), terlebih dahulu hitung tinggi timbunan final (Hf) yang direncanakan. Tinggi timbunan final diperoleh dengan rumus :

Hf = tinggi embankment + tinggi perkerasan + tinggi akibat beban lalu lintas 1. Menghitung Tinggi Timbunan Embankment

Embankment diperlukan untuk menaikkan elevasi subgrade apabila elevasi tanah eksisting tanah dasar tidak sesuai dengan elevasi rencana.

Tinggi embankment = elevasi rencana subgrade – elevasi tanah dasar = 46,272 – 45,692 = 0,58 m

2. Menghitung Tinggi Timbunan Perkerasan Jalan

Tinggi perkerasan jalan dihitung dengan rumusan berikut :

Tinggi perkerasan jalan = (tebal perkerasan x γ perkerasan) / γ timbunan = (0,3 𝑥 1,9)+(0,28 𝑥 2,3)

1,9 =0,64 m

3. Menghitung Tinggi Timbunan Akibat Beban Lalu Lintas

Ilustrasi perhitungan timbunan akibat beban lalu lintas ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2.4. Distribusi beban lalu lintas pada tanah timbunan. 1 ton/m2

(6)

Aedo Radewa N. 6 Beban lalu lintas yang digunakan = 1 ton/m2

q = (1 x B)/A t/m2 A = B + ((H/2) x 2)

= B + H

Sehingga, q = (1 x B) / (B + H) t/m2)

Misal B = 7,5 m sesuai lebar perkerasan & H tinggi timbunan embankment bervariasi.

Misal untuk : H = 1 , q = (1 x 7,5) / (7,5 + 1) = 0,88 t/ m2 H = 2 , q = (2 x 7,5) / (7,5 + 2) = 0,79 t/ m2 Dan seterusnya seperti pada Tabel berikut :

Tabel Beban Lalu Lintas

No. Tinggi Timbunan Tanah Beban Lalu Lintas (m) (t/m2) 1 1,00 0,88 2 2,00 0,79 3 3,00 0,71 4 4,00 0,65 5 5,00 0,60 6 6,00 0,56 7 7,00 0,52 8 8,00 0,48 9 9,00 0,45 10 10,00 0,43

Gambar 2.5. Grafik Tinggi Timbunan Embankment Vs Beban Lalu Lintas.

y = 0,0039x2- 0,0914x + 0,9609 R² = 0,9985 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Beb an L alu L in tas ( t/m2)

(7)

Aedo Radewa N. 7 Berdasarkan hubungan tersebut dapat diketahui tinggi preload beban lalu lintas dengan menggunakan persamaan dari grafik diatas untuk mencari distribusi beban (q) yang diterima tanah dasar, kemudian dibagi dengan γ timbunan = 1,9 t/m3

Misal untuk H = 0,58 + 0,64 = 1,22 maka q = 0,0039x2 - 0,0914x + 0,9609

= 0,0039* (1,22)2 - 0,0914*(1,22) + 0,9609 = 0,85 t/m2

Tinggi timbunan akibat beban lalu lintas = 0,85 t/m2 / 1,9 t/m3 = 0,43 m

Setelah diketahui masing-masing tinggi timbunan yang dibutuhkan, maka Hf dapat dihitung untuk ditemukan hasilnya, sebagai berikut :

Hf = tinggi embankment + tinggi perkerasan + tinggi akibat beban lalu lintas = 0,58 + 0,64 + 0,43 = 1,65 m

2.1.2. Perhitungan Tinggi Timbunan Pelaksanaan (HR) & Penurunan Tanah (Sc)

Tinggi timbunan pelaksanaan (HR) dihitung berdasarkan besarnya tinggi timbunan final (Hf) yang diharapkan dan besarnya penurunan (Sc) yang terjadi akibat adanya proses konsolidasi yang diilustrasikan dalam Gambar 4.4. Secara matematis dapat dikatakan : Hf = HR – Sc

HR = Hf + Sc

(8)

Aedo Radewa N. 8 Contoh perhitungan untuk menentukan hubungan timbunan pelaksanaan dan penurunan tanah yang diambil dari analisis pada titik BH-01 Km 10+800 :

Tegangan efektif overburden : 𝜎′ = 𝐻

2 x (γ – γw)

= 1

2 x (1,44 – 1)

= 0,220 t/m2

Besar beban timbunan : Δ q = Htimbunan x γ x i

= 1 m x 1,9 t/m3 x 1

= 1,9 t/m2

Besar penurunan konsolidasi primer per layer 1m dengan kedalaman 27 m :

𝑆𝑐 = 𝐻 [ 𝐶𝑠 1 + 𝑒0log ( 𝜎′+ 𝛥𝑞 𝜎′ )] 𝑆𝑐 = 1. [ 0,11 1 + 2,15log ( 0,22 + 1,9 0,22 )] 𝑆𝑐 = 0,035 𝑚

Jumlahkan penurunan konsolidasi tiap lapisan hingga mencapai kedalaman tanah lunak maksimum. Perhitungan settlement untuk kedalaman tanah lunak zona 1 (KM. 10+300 s/d KM. 15+500) sampe kedalaman 27 m dan untuk zona 2 (KM. 15+500 s/d KM. 23+300) sampe kedalaman 9 m. Berikut ini tabel perhitungan settlement Zona 1 & Zona 2 dengan perencanaan tinggi timbunan 1m s/d 5m sesuai perhitungan rencana timbunan sebelumnya, untuk mendapatkan data yang lebih akurat :

(9)

Aedo Radewa N. 9 A. Zona 1 (KM 10+300 s/d 15+500)

Tabel Perhitungan Settlement Akibat Tinggi Timbunan 1 m.

q = 1,9 t/m2 HR = 1 m NO H Z eo Cc Cs sat o'I q o'qSc ScLayer (m) (m) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (t/m2) (m) (m) 1 1 0,5 2,15 0,78 0,15 1,44 0,220 1,000 1,9000 2,120 0,046 0,046 2 1 1,5 2,15 0,78 0,15 1,44 0,660 1,000 1,9000 2,560 0,027 0,073 3 1 2,5 2,15 0,78 0,15 1,44 1,100 1,000 1,9000 3,000 0,020 0,093 4 1 3,5 2,15 0,78 0,15 1,44 1,540 1,000 1,9000 3,440 0,016 0,110 5 1 4,5 2,15 0,78 0,15 1,44 1,980 1,000 1,9000 3,880 0,014 0,123 6 1 5,5 1,35 0,33 0,06 1,52 2,860 0,980 1,8620 4,722 0,006 0,129 7 1 6,5 1,35 0,33 0,06 1,52 3,380 0,960 1,8240 5,204 0,005 0,134 8 1 7,5 1,35 0,33 0,06 1,52 3,900 0,950 1,8050 5,705 0,004 0,138 9 1 8,5 1,35 0,33 0,06 1,52 4,420 0,940 1,7860 6,206 0,004 0,142 10 1 9,5 1,35 0,33 0,06 1,52 4,940 0,940 1,7860 6,726 0,004 0,146 11 1 10,5 1,35 0,33 0,06 1,52 5,460 0,920 1,7480 7,208 0,003 0,149 12 1 11,5 1,35 0,33 0,06 1,52 5,980 0,910 1,7290 7,709 0,003 0,152 13 1 12,5 1,35 0,33 0,06 1,52 6,500 0,900 1,7100 8,210 0,003 0,154 14 1 13,5 1,35 0,33 0,06 1,52 7,020 0,880 1,6720 8,692 0,002 0,157 15 1 14,5 2,38 0,96 0,18 1,49 7,105 0,860 1,6340 8,739 0,005 0,162 16 1 15,5 2,38 0,96 0,18 1,49 7,595 0,840 1,5960 9,191 0,004 0,166 17 1 16,5 2,38 0,96 0,18 1,49 8,085 0,820 1,5580 9,643 0,004 0,170 18 1 17,5 2,38 0,96 0,18 1,49 8,575 0,800 1,5200 10,095 0,004 0,174 19 1 18,5 2,38 0,96 0,18 1,49 9,065 0,780 1,4820 10,547 0,004 0,178 20 1 19,5 2,38 0,96 0,18 1,49 9,555 0,760 1,4440 10,999 0,003 0,181 21 1 20,5 2,38 0,96 0,18 1,49 10,045 0,740 1,4060 11,451 0,003 0,184 22 1 21,5 1,15 0,24 0,04 1,83 17,845 0,720 1,3680 19,213 0,001 0,185 23 1 22,5 1,15 0,24 0,04 1,83 18,675 0,700 1,3300 20,005 0,001 0,185 24 1 23,5 1,15 0,24 0,04 1,83 19,505 0,680 1,2920 20,797 0,001 0,186 25 1 24,5 1,40 0,34 0,06 1,56 13,720 0,660 1,2540 14,974 0,001 0,187 26 1 25,5 1,40 0,34 0,06 1,56 14,280 0,640 1,2160 15,496 0,001 0,188 27 1 26,5 1,40 0,34 0,06 1,56 14,840 0,620 1,1780 16,018 0,001 0,188

Ulangi langkah diatas pada rencana HR (Tinggi Pelaksanaan) 2 m, 3 m, 4 m, 5 m sesuai rencana perkiraan tinggi timbunan pelaksanaan.

Tabel Tinggi Timbunan Akhir (Hf) vs Tinggi Timbunan Pelaksanaan (HR) Zona 1. qakhir HR Settlement (Sc) HF (t/m2) (m) (m) (m) 1,9 1,000 0,188 0,812 3,8 2,000 0,615 1,385 5,7 3,000 1,083 1,917 7,6 4,000 1,422 2,578 9,5 5,000 1,711 3,289

(10)

Aedo Radewa N. 10 Gambar 2.7. Grafik Tinggi Timbunan Final (Hf) vs Tinggi Timbunan

Rencana (H) Zona 1.

B. Zona 2 (KM 15+500 s/d 23+300)

Gambar 1.2. Perhitungan Settlement Akibat Tinggi Timbunan 1 m.

q = 1,9 t/m2 HR = 1 m NO H Z eo Cc Cs sat o'I q o'qSc ScLayer (m) (m) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (t/m2) (m) (m) 1 1 0,5 2,15 0,03 0,002 1,44 0,220 1,000 1,90 2,120 0,001 0,001 2 1 1,5 2,15 0,03 0,002 1,44 0,660 1,000 1,90 2,560 0,000 0,001 3 1 2,5 2,15 0,03 0,002 1,44 1,100 1,000 1,90 3,000 0,000 0,001 4 1 3,5 2,15 0,03 0,002 1,44 1,540 1,000 1,90 3,440 0,000 0,001 5 1 4,5 2,15 0,03 0,002 1,44 1,980 1,000 1,90 3,880 0,000 0,001 6 1 5,5 1,35 0,04 0,006 1,52 2,860 0,980 1,86 4,722 0,001 0,002 7 1 6,5 1,35 0,04 0,006 1,52 3,380 0,960 1,82 5,204 0,000 0,002 8 1 7,5 1,35 0,04 0,006 1,52 3,900 0,950 1,81 5,705 0,000 0,003 9 1 8,5 1,35 0,04 0,006 1,52 4,420 0,940 1,79 6,206 0,000 0,003

Ulangi langkah diatas pada rencana HR (Tinggi Pelaksanaan) 2 m, 3 m, 4 m, 5 m sesuai rencana perkiraan tinggi timbunan pelaksanaan.

y = -0,1352x2+ 2,1632x - 0,6594 R² = 0,9999 0 2 4 6 0 1 2 3 4 Ti n gg i T imb u n an R en can a ( m)

Tinggi Timbunan Final (m)

Tinggi Timbunan Final vs Tinggi Timbunan Rencana Zona 1

(11)

Aedo Radewa N. 11 Tabel Tinggi Timbunan Akhir (Hf) vs Tinggi Timbunan Pelaksanaan (HR)

Zona 2. qakhir HR Settlement (Sc) Hf (t/m2) (m) (m) (m) 1,9 1,000 0,003 0,997 3,8 2,000 0,021 1,979 5,7 3,000 0,035 2,965 7,6 4,000 0,046 3,954 9,5 5,000 0,055 4,945

Gambar 2.8. Grafik Tinggi Timbunan Final (Hf) vs Tinggi Timbunan Rencana (H) Zona 2.

2.1.3. Perhitungan Tinggi Timbunan Tanah Preloading dan Penurunannya Volume Timbunan Tanah Preloading versi penulis dihitung berdasarkan persamaan baru yang telah didapatkan dari :

1. Grafik Tinggi Timbunan Embankment Vs Beban Lalu Lintas

y = 0,0039x2 - 0,0914x + 0,9609

ket :

x = tinggi timbunan embankment + tinggi perkerasan jalan (konstan) Persamaan ini digunakan untuk mendapatkan Tinggi Timbunan Preload akibat Beban Lalu Lintas, yang kemudian dibagi dengan dengan γ timbunan = 1,9 t/m3 . Jadi untuk menginput pada tabel nanti akan digunakan persamaan :

y = (0,0039𝑥 2 − 0,0914𝑥 + 0,9609) 𝑡/𝑚2 1,9 t/m3 y = -0,0016x2+ 1,0224x - 0,0174 R² = 1 0 2 4 6 0 1 2 3 4 5 6 Ti n gg i T imb u n an R en can a ( m)

Tinggi Timbunan Final (m)

Tinggi Timbunan Final vs Tinggi Timbunan Rencana Zona 2

(12)

Aedo Radewa N. 12 2. Grafik Tinggi Timbunan Akhir (Hf) vs Tinggi Timbunan

Pelaksanaan (H)

Zona 1 (KM. 10+300 s/d KM. 15+500) y = -0,1225x2 + 2,1251x - 0,6611

Zona 2 (KM. 15+500 s/d KM. 23+300) y = -0,0016x2 + 1,0224x - 0,0174 ket :

x = Hf (Tinggi timbunan final)

= tinggi embankment + tinggi perkerasan + tinggi akibat beban lalu lintas

Persamaan ini digunakan untuk mendapatkan Tinggi Timbunan Pelaksanaan (HR) dan Besarnya Penurunan Tanah. Berikut ini contoh perhitungannya, diambil contoh perencanaan perhitungan di STA yang dipakai untuk Trial dan penelitian yaitu STA 3+825, STA 3+875, STA 3+925 :

Tabel Tinggi Timbunan Pelaksanaan (Hf) & Estimasi Penurunan Tanah

STA KM EMBANKMENT TEBAL

TINGGI EKIVALEN BEBAN PRELOAD

TINGGI TIMBUNAN AKHIR TINGGI TIMBUNAN PELAKSANAAN (= Hinitial) ESTIMASI PENURUN AN TANAH (m)

(m) (m) (m) ASPAL BEBAN LALU LINTAS JUMLAH (m) (m) (m)

A A F = E - C (KONSTAN) G (PERSAMAAN) I = G + H H J = F + I K (PERSAMAAN) L = K - J 3+800 14+100 0,568 0,64 0,45 1,09 1,657 2,280 0,623 3+825 14+125 0,403 0,64 0,46 1,10 1,500 2,051 0,551 3+850 14+150 0,567 0,64 0,45 1,09 1,657 2,280 0,623 3+875 14+175 0,481 0,64 0,45 1,09 1,574 2,160 0,586 3+900 14+200 0,461 0,64 0,46 1,09 1,556 2,133 0,577 3+925 14+225 0,513 0,64 0,45 1,09 1,605 2,204 0,599 3+950 14+250 0,686 0,64 0,45 1,08 1,771 2,445 0,674

(13)

Aedo Radewa N. 13 2.2. Hasil Realisasi Di Lapangan Terhadap Rencana Timbunan Preloading

Setelah dilakukan perencanaan timbunan preloading, selanjutnya yaitu melakukan tinjauan atau penelitian langsung dilapangan (trial) untuk mengetahui apakah perencanaan yang dilakukan telah memenuhi atau sesuai realisasi di lapangan. Untuk pemantauan (trial) sendiri yang akan digunakan sebagai lokasi trial yaitu di 3 STA yang ada alat instrumen geoteknik berupa settlement plate sebagai pemantau terjadinya penurunan tanah pada area tersebut. Berikut ini lokasi dan jumlah settlement plate yang akan dipakai sebagai trial :

Pada perhitungan volume timbunan tanah preloading dibutuhkan data-data lapangan khususnya data tanah untuk menghitung kebutuhan volume timbunan preloading dalam proses konsolidasi tanah. Adapun data – data yang digunakan pada perhitungan volume timbunan preloading ini yaitu :

A. STA. 3+825 atau KM. 14+125 dipasang 3 Settlement Plate (SP) di timbunan preloading yaitu di posisi kiri, kanan dan tengah dengan penamaan SP.08 , SP.09, dan SP.10

Gambar 2.9. Alat Instrumen Geoteknik (Settlement Plate) Pemantau Penurunan Tanah STA 3+825.

(14)

Aedo Radewa N. 14 B. STA. 3+875 atau KM. 14+175 dipasang 7 Settlement Plate (SP) di timbunan

preloading yaitu di posisi kiri, kanan, tengah timbunan, kiri kaki timbunan, kanan kaki timbunan, dan samping timbunan dengan penamaan SP.01 , SP.02, dan SP.03, SP.04, SP.05, SP.06, dan SP 07.

Gambar 2.10. Alat Instrumen Geoteknik (Settlement Plate) Pemantau Penurunan Tanah STA 3+875.

C. STA. 3+925 atau KM. 14+225 dipasang 3 Settlement Plate (SP) di timbunan preloading yaitu di posisi kiri, kanan dan tengah dengan penamaan SP.11 , SP.12, dan SP.13

Gambar 2.11. Alat Instrumen Geoteknik (Settlement Plate) Pemantau Penurunan Tanah STA 3+925.

(15)

Aedo Radewa N. 15 2.2.1. Hasil Pemantauan Penurunan Settlemet Plate di lokasi Trial

A. STA. 3+825 atau KM. 14+125

Berikut ini hasil pemantauan penurunan tanah menggunakan settlement SP.08, SP.09, SP.10

Keterangan :

1 = SP.08, 2 = SP.09, 3 = SP.10

Tabel Konsolidasi Tanah STA 3+825

Tanggal Hari

Ke

Tinggi Timbunan (m) Penurunan (mm)

SP 8 SP 9 SP 10 SP 8 SP 9 SP 10 4 Jun 16 0 0 0 0 0 0 0 4 Jul 16 30 0,758 0,713 0,648 -65 -72 -61 3 Agu 16 60 1,061 1,049 1,002 -112 -133 -116 2 Sep 16 90 1,766 1,8 1,675 -221 -294 -255 2 Okt 16 120 2,042 2,124 2,096 -340 -447 -373 1 Nov 16 150 2,018 2,111 2,043 -395 -514 -431 1 Des 16 180 2,022 2,114 2,03 -419 -549 -468

Dari grafik penurunan SP diatas diambil sampel salah satu (SP.09) / SP Tengah untuk memastikan apakah perhitungan perencanaan dapat optimal dilaksanakan di realisasi pekerjaan. Berikut ini grafik penurunan SP 09 yang diambil dari dimulainya hari top preload tercapai : -393 -519 -431 -580 -560 -540 -520 -500 -480 -460 -440 -420 -400 -380 -360 -340 -320 -300 -280 -260 -240 -220 -200 -180 -160 -140 -120 -100-80 -60 -40 -200

0

Pola Konsolidasi Tanah STA 3+825

1 2 3 4

4 Jun 16 4 Jul 16 3 Agu 16 2 Sep 16 2 Okt 16 1 Nov 16 1 Des 16

(16)

Aedo Radewa N. 16 Keterangan :

- Top Timbunan dimulai pada hari ke 98

- Pada hari ke 98 terjadi penurunan sebesar -0,364 m

- Rencana Penurunan = -0,551 m, jadi sisa penurunan yang dibutuhkan = 0,551 m – 0,364 m

y = 0,187 m

Dari grafik diatas didapatkan persamaan baru yang dipake untuk memprediksi konsolidasi 90% dapat tercapai atau tidak pada batas waktu 6 bulan (180 hari) yaitu y = 0,0231x2 - 8,5752x – 251,05

Dengan persamaan diatas, diketahui :

y = Penurunan , dan x = hari, sehingga dengan cara trial & error untuk y = 0,187 m , x = 35 hari

Jadi konsolidasi 90% dapat tercapai selama : U90% = (98 + 35) hari

= 133 hari < 180 hari (terpenuhi)

y = 0,0231x2- 8,5752x + 251,05 R² = 0,9946 -600 -550 -500 -450 -400 -350 -300 80 100 120 140 160 180 200 PEN URUN AN HARI KE G RA FI K MO NI TO RI NG SP - 9 (STA 3 +8 2 5 ) SP 9 Poly. (SP 9)

(17)

Aedo Radewa N. 17 B. STA. 3+875 atau KM. 14+175

Berikut ini hasil pemantauan penurunan tanah menggunakan settlement SP.01, SP.02, SP.03, SP.04, SP.05, SP.06, dan SP.07

Keterangan :

1 = SP.01, 2 = SP.02, 3 = SP.03, 4 = SP.04, 5 = SP.05, 6 = SP.06, dan 7 = SP. 07

Tabel Konsolidasi Tanah STA 3+875

Tanggal Hari Ke

Tinggi Timbunan (m) Penurunan (mm)

SP 1 SP 2 SP 3 SP 4 SP 1 SP 2 SP 3 SP 4 4 Jun 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Jul 16 30 0,866 0,977 0,991 0,961 -42 -56 -73 -69 3 Agu 16 60 1,219 1,381 1,455 1,359 -72 -119 -155 -136 2 Sep 16 90 1,764 2,001 2,126 2,113 -118 -243 -329 -270 2 Okt 16 120 1,651 1,907 2,088 2,068 -156 -314 -422 -340 1 Nov 16 150 1,604 1,909 2,078 2,056 -180 -347 -469 -381 1 Des 16 180 1,617 1,904 2,092 2,061 -199 -378 -509 -416 Tanggal Hari Ke

Tinggi Timbunan (m) Penurunan (mm)

SP 5 SP 6 SP 7 SP 5 SP 6 SP 7 4 Jun 16 0 0 2 0 0 0 0 4 Jul 16 30 0,854 0 0 -42 -4 -3 3 Agu 16 60 0,778 0 0 -75 -14 -7 2 Sep 16 90 0,778 0 0 -138 -15 -12 2 Okt 16 120 0,778 0 0 -185 -32 -20 1 Nov 16 150 0,475 0 0 -191 -26 -18 1 Des 16 180 0,295 0 0 -218 -26 -18 -199 -379 -509 -402 -218 -26 -18 -540 -520 -500 -480 -460 -440 -420 -400 -380 -360 -340 -320 -300 -280 -260 -240 -220 -200 -180 -160 -140 -120 -100-80 -60 -40 -200

0 1 2Pola Konsolidasi Tanah STA 3+8753 4 5 6 7 8

4 Jun 16 4 Jul 16 3 Agu 16 2 Sep 16 2 Okt 16 1 Nov 16 3 Des 16

(18)

Aedo Radewa N. 18 Dari grafik penurunan SP diatas diambil sampel salah satu (SP.03) / SP Tengah untuk memastikan apakah perhitungan perencanaan dapat optimal dilaksanakan di realisasi pekerjaan. Berikut ini grafik penurunan SP 03 yang diambil dari dimulainya hari top preload tercapai :

Keterangan :

- Top Timbunan dimulai pada hari ke 76

- Pada hari ke 76 terjadi penurunan sebesar -0,229 m

- Rencana Penurunan = -0,586 m, jadi sisa penurunan yang dibutuhkan = 0,586 m – 0,229 m

y = 0,357 m

Dari grafik diatas didapatkan persamaan baru yang dipake untuk memprediksi konsolidasi 90% dapat tercapai atau tidak pada batas waktu 6 bulan (180 hari) yaitu y = 0,0237x2 – 8,3054x + 233,87

Dengan persamaan diatas, diketahui :

y = Penurunan , dan x = hari, sehingga dengan cara trial & error untuk y = 0,357 m , x = 100 hari

Jadi konsolidasi 90% dapat tercapai selama : U90% = (76 + 100) hari

= 176 hari < 180 hari (terpenuhi)

y = 0,0237x2- 8,3054x + 233,87 R² = 0,9771 -550 -500 -450 -400 -350 -300 -250 -200 60 80 100 120 140 160 180 200 PEN URUN AN HARI KE G RA F I K MO N I TO RI N G SP - 3 (STA 3 + 8 7 5 ) SP 3 Poly. (SP 3)

(19)

Aedo Radewa N. 19 C. STA. 3+925 atau KM. 14+225

Keterangan :

1 = SP.11, 2 = SP.12, 3 = SP.13

Tabel Konsolidasi Tanah STA 3+925

Tanggal Hari Ke

Tinggi Timbunan (m) Penurunan (mm)

SP 11 SP 12 SP 13 SP 11 SP 12 SP 13 4 Jun 16 0 0 0 0 0 0 0 4 Jul 16 30 0,972 0,942 1,009 -76 -98 -113 3 Agu 16 60 1,232 1,435 1,559 -143 -198 -210 2 Sep 16 90 1,786 1,959 1,995 -247 -364 -348 2 Okt 16 120 1,802 1,965 2,085 -307 -444 -424 1 Nov 16 150 1,806 1,979 2,046 -348 -496 -470 1 Des 16 180 1,767 2,048 2,048 -372 -532 -505

Dari grafik penurunan SP diatas diambil sampel salah satu (SP.12) / SP Tengah untuk memastikan apakah perhitungan perencanaan dapat optimal dilaksanakan di realisasi pekerjaan. Berikut ini grafik penurunan SP 12 yang diambil dari dimulainya hari top preload tercapai : -372 -532 -505 -580 -560 -540 -520 -500 -480 -460 -440 -420 -400 -380 -360 -340 -320 -300 -280 -260 -240 -220 -200 -180 -160 -140 -120 -100-80 -60 -40 -200 0 1 2 3 4

Pola Konsolidasi Tanah STA 3+925

4 Jun 16 4 Jul 16 3 Agu 16 2 Sep 16 2 Okt 16 1 Nov 16 1 Des 16

(20)

Aedo Radewa N. 20 Keterangan :

- Top Timbunan dimulai pada hari ke 98

- Pada hari ke 98 terjadi penurunan sebesar -0,390 m

- Rencana Penurunan = -0,599 m, jadi sisa penurunan yang dibutuhkan = 0,599 m – 0,390 m

y = 0,209 m

Dari grafik diatas didapatkan persamaan baru yang dipake untuk memprediksi konsolidasi 90% dapat tercapai atau tidak pada batas waktu 6 bulan (180 hari) yaitu y = 0,0112x2 – 4,7748x + 33,572

Dengan persamaan diatas, diketahui :

y = Penurunan , dan x = hari, sehingga dengan cara trial & error untuk y = 0,209 m , x = 41 hari

Jadi konsolidasi 90% dapat tercapai selama : U90% = (98 + 41) hari

= 139 hari < 180 hari (terpenuhi)

y = 0,0112x2- 4,7748x - 33,572 R² = 0,9955 -550 -530 -510 -490 -470 -450 -430 -410 -390 -370 80 100 120 140 160 180 200 PEN URUN AN HARI KE G RA F I K MO NI TO RI NG SP - 1 2 (STA 3 + 9 2 5 ) SP 12 Poly. (SP 12)

(21)

Aedo Radewa N. 21

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Perhitungan tinggi timbunan tanah preloading dan penurunan tanah antara perencanaan dan realisasi dilapangan hasilnya sebagai berikut :

No

Lokasi Rencana Realisasi

Keterangan (Rencana > Realisasi) STA KM Tinggi Timbunan Pelaksanaan Penur unan Tanah Rencana Waktu Total Settlem ent dari Start Top Timbun an Preload Tercapai hari ke- Hasil Perhitungan Sisa Hari Settlement Final Tercapai Total Kebutuhan Hari Settlement Final Tercapai

m m Hari Hari Hari Hari

1 3+825 14+125 2,051 0,551 180 98 35 133 Tercapai

2 3+875 14+175 2,16 0,586 180 76 100 176 Tercapai

3 3+925 14+225 2,204 0,599 180 98 41 139 Tercapai

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa metode preloading tanah untuk konsolidasi penurunan tanah (ground improvement) memenuhi dan cocok untuk diterapkan di kondisi area kerja di proyek. Hal ini terlihat dari hasil realisasi di pekerjaan, konsolidasi mencapai 90% pada waktu < 180 hari (waktu perencanaan). Syarat minimal konsolidasi mencapai 90% ini sesuai dengan peraturan “Kriteria konsolidasi untuk analisa penurunan timbunan badan jalan Kelas I menurut Buku Panduan 4 : Disain dan Konstruksi Timbunan Jalan pada Tanah Lunak.

Gambar

Gambar 1.1. Lokasi Proyek
Tabel Data Tanah Zona 1 (Hasil Lab)
Gambar 2.1.  Grafik Kedalaman vs  N-SPT  Zona 1.
Gambar 2.4.  Distribusi beban lalu lintas pada tanah timbunan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk Tugas Akhir ini akan menganalisis mengenai besarnya penurunan dan lamanya waktu yang diperlukan pada proses konsolidasi

Manakala kegiatan pengadaan tanah tersebut dilakukan melalui metode konsolidasi tanah, maka hak prioritas pemerintah ini menjadi jaminan bagi pemilik tanah yang dikonsolidasi,

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode perbaikan tanah menggunakan material Prefabricated Vertical Drained (PVD) dengan pemberian beban preloading dari

Geotekstil digunakan sebagai perkuatan tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar di bawah timbunan Dalam perencanaan ini. daya dukung tanah dasar di

penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan penurunan tanah dasar dibawah timbunan baru dengan mengunakan PVD ,sehinga pada saat konstruksi jalan berdiri

Mendapatkan hasil penurunan (settlement) dan waktu penurunan tanah pada permukaan tanah dan pengaruh metode Preloading yang digabung dengan PVD dalam perbaikan

Berdasarkan hasil Analisa penurunan yang terjadi adalah 0,835 m dengan lama waktu untuk perbaikan tanah menggunakan metode Preloading dan vertical drain adalah 120

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN METODE PRELOADING MENGGUNAKAN PREFABRICATED VERTICAL DRAIN PVD PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL PADANG – LUBUK ALUNG – SICINCIN STA 3+550 –