• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN LEGUMINOSA HERBA. Effect of water stress on forage production of shrubs legume

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN LEGUMINOSA HERBA. Effect of water stress on forage production of shrubs legume"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PRODUKTIVITAS HIJAUAN PAKAN LEGUMINOSA HERBA

Effect of water stress on forage production of shrubs legume

Sajimin, B.Risdiono, E. Sutedi dan Oyo

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor

ABSTRACT

To complete the characteristic test of forage production of herbaceous legumes, research on the production stability and environmental stress tolerance were conducted. The objectives of the research were to study the effect of the water stress on the growth performance and production of some herbaceous legumes. The research activities were carried out at green house Balitnak Ciawi- Bogor from October 1996 to June 1997, use alluvial soil 10 kg/pot dry weight from East Java. The research used factorial randomized block design with 3 replication and 1 plant per pot. The treatments tested were watering interval (A) every 1 and 3 days with (100, 200, 300 and 300, 600, 900) cc of water. Numbers of forage tested were 7 species Centrosema pubescens, Centrosema pascuorum, Stylosanthes hamata, Macrocarpum atropurpureum, Aeshyomene sp, Clitoria ternate and Centrosema schotii. Parameter measured were plant height, production and performances of plant tolerance. The results showed that 6 month after that water stress, significantly affected the growth of the plants namely plant height and forage production on Aeshyomene sp, C. schotii dan C. pascuorum compared to other species. Water stress significantly affected the formation of production, growth, which likely to decrease a long with the increase of water stress. However production of M. atropurpureum, C. ternate dan C. pubescens after 120 – 180 days aplication were most likely to increase. Concluded that 3 species leguminous herbs were resisteant against water stress and possible for development in the dry agroclimatic areas.

Key words : water stress, forage, herbaceous legumes

ABSTRAK

Untuk melengkapi uji karakterisasi jenis hijauan pakan Leguminosa herba telah dilakukan penelitian aspek stabilitas produksi dan toleransi terhadap cekaman lingkungan.

Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh cekaman air terhadap keragaan pertumbuhan dan produksi hijauan pakan. Kegiatan penelitian dilakukan di rumah kaca Balitnak tahun 96/97 dengan menggunakan pot yang diisi tanah alluvial 10 kg berat kering dari Jawa Timur. Rancangan percobaan petak terpisah dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji meliputi 2 interval waktu pemberian air (A) terdiri atas 1 dan 3 hari dengan jumlah 5 tingkatan (100, 200, 300, 600 dan 900) cc setiap pemberian dan tujuh jenis leguminosa herba (N) yang terdiri Centrosema pubescens, Centrosema pascuorum, Stylosanthes hamata, Macrocarpum atropurpureum, Aeshyomene sp, Clitoria ternate dan Centrosema schotii. Pengamatan tinggi tanaman dan produktivitas setiap 40

(2)

hari. Ketahanan hidup dan produktivitas hijauan terhadap cekaman air. Hasil pengamatan pada umur 240 hari setelah perlakuan menunjukkan bahwa cekaman air dan waktu pemberian berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan. Aeshyomene sp, C. schotii dan C. pascuorum produksi hijauan sangat rendah dengan produksi rata-rata kurang dari 1,0 gr/tanaman dibandingkan jenis lainnya. Cekaman air berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi dengan kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan cekaman air. Namun terhadap produksi jenis M. atropurpureum, C. ternate dan C. pubescens pada umur 120 ke 180 hari, mulai ada peningkatan produksi serta jenis tersebut kematiannya juga rendah. Hasil ini dapat disimpulkan ada 3 jenis leguminosa herba yang lebih tahan terhadap cekaman air dan berpeluang untuk dikembangkan didaerah kering.

Kata Kunci : Cekaman Air, Hijauan Pakan, Leguminosa Herba.

PENDAHULUAN

Permasalahan umum pengembangan tanaman pakan adalah rendahnya produksi hijauan baik kualitas maupun kontinyuitasnya, serta belum diketahuinya karakteristik respon terhadap kondisi cekaman lingkungan secara menyeluruh. Padahal pengembangan tanaman pakan lebih diarahkan pada lahan-lahan marginal dengan keterbatasan sumber air.

Identifikasi terhadap faktor produksi dalam upaya memahami penyebab rendahnya produksi, memberi petunjuk bahwa faktor varitas unggul, teknih budidaya, kesesuaian agroklimat, sarana produksi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Nair et al (1979) dengan mengetahui identifikasi tanaman yang berpotensi produksi tinggi adalah sangat penting.

Inventarisasi jenis-jenis tanaman pakan pada penelitian sebelumnya telah ditemukan beberapa jenis tanaman pakan yang berpotensi sebagai calon unggulan untuk beberapa daerah kering. Jenis-jenis tersebut diantaranya leguminosa herba C. pubecsens, C. schotii, C. pascuoarum, M. atropurpureum, S. hamata, C. ternate dan Ashyomene sp di NTT Sulawesi dan Jawa Barat yang tumbuh baik (Nulik dkk ,1986, Salam dan Jacobson, 1986, Yuhaeni dkk .1986 dan Ivory et al 1986). Namun untuk dapat menentukannya masih dibutuhkan berbagai uji penelitian.

Data yang mengemukakan menganai kebutuhan air tanaman pakan belum ada padahal tanaman pakan memerlukan iklim tertentu yang sesuai untuk pertumbuhannya.

Air merupakan komponen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air sangat berperan dalam proses metabolisme tanaman (Kramer, 1969) dan pada kondisi kekurangan air dapat mempengaruhi aspek pertumbuhan tanaman baik secara anatomi, morfologi, fisiologi dan biokimia, hal ini disebut sebagai aspek ganda dari cekaman air (Wiroatmodjo et. al. 1995)

Pertumbuhan tanaman merupakan komponen utama untuk mencapai produksi dan hasil suatu proses pertumbuhan. Produksi pada tanaman di pengaruhi oleh hasil akhir dari aktivitas fisiologis dan lingkungan. Cekaman air beserta aspek lingkungan yang menyertainya diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan, pembungaan dan produksi tanaman. Dengan uji selang waktu pemberian air dan uji toleransi beberapa jenis leguminosa herba terhadap kondisi lingkungan, diharapkan dapat diperoleh informasi yang lebih jelas mengenai respon tanaman pakan terhadap cekaman lingkungan, sehingga dapat dikembangkan pada daerah kering.

(3)

MATERI DAN METODE

Percobaan dilaksanakan dirumah kaca Balitnak tinggi tempat 500 m dari muka laut percobaan pada tahun Oktober 1996 – Juni 1997. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tanaman leguminosa herba 7 jenis yaitu Centrosema pubescens, Centrosema pascuorum, Stylosanthes hamata, Macrocarpum atropurpureum, Aeshyomene sp, Clitoria ternate dan Centrosema schotii.

Media tanam tanah podsolit dengan tekstur liat berdebu, pH 8,5 dan C/N ratio 14,5. Tanah dari Pasuruan Jawa Timur 10 kg kering tanpa penambahan pupuk. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah: Interval pemberian air setiap hari (100, 200, 300) cc dan 3 hari sekali (300, 600, 900) cc per pot. Parameter yang diamati meliputi komponen produksi setiap pemotongan berat segar, berat kering dan tinggi tanaman serta ketahanan tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman

Pertumbuhan tanaman pada umur 8 bulan setelah aplikasi dipengaruhi oleh cekaman air (Tabel 1).

Tabel I. Rataan tinggi beberapa tanaman leguminosa herba denga perlakuan cekaman air P e r l a k u a n Species A (100 cc/ hari) B (200 cc/ hari) C (300 cc/ hari) D (300 cc/3 hari) E (600 cc/3 hari) F (900 cc/3 hari) C. pascuorum 117,0 123, 3 3,0 11 98,3 101,0 128,7 C. pubescens 139,0 171, 0 19 1,0 154,3 143,3 169,0 C. schotii 104,7 60,0 61, 3 59,7 72,7 86,7 C.ternate 93,3 149, 0 5,7 11 146,7 116,7 187,3 S.hamata 47,3 48,7 50, 3 47,3 54,0 51,3 M. atropurpureum 127,3 146,0 3,0 16 146,0 152,0 125,6

(4)

Aeshyomene sp 82,7 97,7 10

5,0 79,0 89,7 104,3

Pada Tabel 1 diatas terlihat bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi secara nyata oleh air yang diberikan untuk pertumbuhannya. Dari berbagai perlakuan maka dengan pemberian air setiap hari dan selang waktu 3 hari tidak banyak berbeda pengaruhnya terhadap tanaman. Dimana tinggi tanaman yang merata pada jenis C. pubescens, kemudian M. atropurpureum, C. ternate, C. pascuorum, Aeshyomene sp, C. schotii dan S. hamata.

Pertumbuhan 7 jenis leguminosa tersebut dengan perlakuan pemberian air setiap hari dan 3 hari terendah dengan pemberian 100 mm/hari (A) dan 300 mm/3 hari (D) sedangkan yang pertumbuhan tertinggi pada perlakuan 300/hari (perlakuan C) dan 900 mm/3 hari (perlakuan F). Dari data tersebut nampaknya kebutuhan air juga terefleksi pada produksi hijauan dari pemotongan pertama sampai keempat (Tabel 3).

Produksi hijauan

Cekaman air berpengaruh nyata terhadap aktifitas pembentukan/pertumbuhan tanaman. Pola respon produksi hijauan yang dihasilkan setiap jenis terhadap cekaman air tersebut sama dengan pola respon pada tinggi tanaman yakni mengalami penurunan seiring dengan peningkatan cekaman air (perlakuan A.B. C).

Hasil pengamatan produksi berat segar per tanaman menunjukkan bahwa diantara jenis-jenis tanaman rata-rata tertinggi adalah C. ternate (6,35 gr) kemudian diikuti C. pascuorum (6,23 gr), M atropurpureum (5,57 gr), S. hamata (5,46 gr), Aeshyomene sp (5,53 gr), C. pubescens (4,29 gr) dan C.schotii (1,62 gr). Perbedaan produksi juga disebabkan oleh morfologi tanaman yang berbeda sehingga ketahanan berlainan. Hal tersebut terlihat pada Tabel 3 dimana penurunan produksi dari pemotongan pertama sampai keempat sangat besar, bahkan ada beberapa jenis ada yang sampai mati. Hasil serupa juga dilaporkan Rahardjo dkk (1999) pada tanaman Centella asiatica L semakin besar cekaman air yang diberikan semakin menurun komponen pertumbuhan dan produksi bobot segar/kering daun.

Peningkatan cekaman air dari 100 – 300 mm/hari menjadi 300 mm – 900 mm/3 hari, berpengaruh terhadap produksi hijauan. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan status faktur eksternal (seperti hara tersedia, air dan lain-lain) sebagai akibat dari peningkatan cekaman air yang berpengaruh pada penyusunan jaringan tanaman. Menurut Pittok (1993) bahwa faktor penting yang membatasi pertumbuhan tanaman adalah kelembaban tanah dan iklim yang ekstrem.

Tabel 2. Rata-rata produksi berat kering (gr/tanaman) beberapa jenis leguminosa herba dengan perlakuan cekaman air.

(5)

P e r l a k u a n Species A (100 cc/hari) B (200 cc/hari) C (300 cc/hari) D (300 cc/3hari) E (600 cc/3har i) F (900 cc/3hari) C. pascuorum 5,67a 7 ,19b 7,03 b 4,70a 5 ,78a 7,0 b C. pubescens 4,22b 4 ,82b 5,38 b 3,30a 3 ,56a 4,46a C. schotii 2,07a 1 ,44a 1,40 a 0,76a 1 ,74a 2,28 a C.ternate 3,99a 8 ,69b 6,93 b 3,85a 5 ,86b 8,77 b S.hamata 3,16a 5 ,69b 6,36 b 3,63a 6 ,84b 7,08 b M. atropurpureum 3,67a 5 ,10a 9,34 b 4,28a 5 ,27a 5,78 a Aeshyomene sp 3,72a 5 ,70b 6,06 b 3,49a 6 ,83b 4,20 a

Keterangan : superskrip huruf sama pada kolom sama tidak bedanyata taraf (P<0,05) Tabel 3. Rata-rata produksi berat kering (gr/tanaman) tiap pemotongan leguminosa herba dengan cekaman air.

Pemotongan ke Species I II III IV C. pascuorum 16,9 5,15 2,27 0,61 C. pubescens 9,42 2,91 1,91 2,58 C. schotii 4,05 1,10 0,90 0,40 C.ternate 13,70 5,29 2,95 3,30 S.hamata 9,36 7,70 3,03 1,75 M. atropurpureum 10,43 5,33 2,97 3,57 Aeshyomene sp 15,23 4,16 0,54 0,08

(6)

Pada Tabel 3 diatas terlihat bahwa pemotongan pertama sampai ke 4 tiap jenis legum herba menunjukkan penurunan produksi yang sangat besar. Penurunan yang besar disebabkan tanaman ada yang sampai mati yaitu C. pascuorum (Perlakuan A), C. schotii (D) dan Aeshyomene sp ( A, C, E dan F). Sedangkan tanaman yang tidak mati namun produksinya cenderung menurun seiring dengan peningkatan cekaman air. Rendahnya produksi ini dipengaruhi oleh cekaman air yang menghambat pertumbuhan tanaman dimana pada volume air tersebut merupakan batas kristis untuk tanaman.

Dari hasil pengamatan sampai pemotongan ke empat akibat cekaman air pada tanaman C. pubescens, C. ternate dan M. atropurpureum tidak menunjukkan perbedaan dan penurunan produksi yang nyata . Bahkan ketiga jenis tersebut memperlihatkan pertumbuhan yang stabil setelah pemotongan ke II - IV. Dengan adanya beberapa jenis tanaman yang produksinya stabil serta tidak ada yang mati memperlihatkan bahwa tanaman tersebut dapat dikembangkan pada daerah-daerah kering yang terbatas ketersediaan air.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cekaman air berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan produksi hijauan 7 jenis leguminosa herba. Produksi hijauan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan cekaman air. Diantara jenis leguminosa herba C. pubescens, C. ternate dan M. atropurpureum, menunjukkan lebih tahan dan tidak ada tanaman yang mati. Ketiga jenis leguminosa herba tersebut mempunyai persamaan sifat-sifat fisik morfologi daun, batang dan sistem perakaran.

Saran

Untuk pengembangan tanaman pakan leguminosa herba didaerah kering/keterbatasan sumber air disarankan 3 jenis tersebut, karena lebih tahan kering yang dapat meningkatkan kualias hijauan.

DAFTAR PUSTAKA

Kramer. P.J 1969. Plant and soil water realtionship. A. Modern Synthesis. Mc. Grow Hill. New York. 482p.

Nair, M.K., E.V.V. Baskara Rao., K.K.V. Nambiar, M.C. Nambiar. 1979. Cashew monograph on Plantation Crops. I. Central Palntation Crops Research Institute. Kasarogot. Kerala. India. 169p.

(7)

Nulik, J., C.N. Jacobsen and A. Andrews. 1986. Evaluation of herbaceous legumes for Nusa Tenggara. Annual Report Forage Research Project. Blitnak Ciawi-Bogor.

Pittok, A.B. 1993. A. climate change perspective on grasslands. Grassland for our World. Sir. Publishing. New Zealand. 388 – 395.

Rahardjo, M., Rosita SMD, R. Fathan dan Sudiarto. 1999. Pengaruh cekaman air terhadap mutu simplisia pegagan (Centella asiatica L). Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol.5(3). P 92 – 97.

Salam, R and C.N. Jacobsen. 1986. Evaluation of herbaceous legumes for Sulawesi. Annual Report Forage Research Project. Balitnak Ciawi-Bogor.

Yuhaeni, S., M.E. Siregar and D.A. Ivory. 1986. Evaluation of herbaceous legumes for lowland areas of West Java. Annual Report Forage Research Project. Balitnak Ciawi-Bogor. Wiroatmojo. J.E. Sulistiyono dan D.E. Puspita. 1995. Pengaruh stress air pada fase pemindahan

bibit jambu mente yang telah mendapat perlakuan pupuk kandang. Kusting dan TSP. Bulletin PERAGI. Nopember 1995.3(1-2).

Shelton, H.M. 1980. Dry season legume forage to follow paddy rice in N.E. Thailand. Species evaluation and effectiveness of native rhizobium for nitrogen fixation. Axpl. Agric. Vol.16.

Wilson, G.P.M., R. M. Jones and B.G. Cook. 1982. Persistence of joint vetch (Aeschynomene falcata) in experimental sowing in the Australian Subtropics. Tropical Grasslands. Vol. 16. No.3.

Gambar

Tabel I. Rataan tinggi beberapa tanaman leguminosa herba denga perlakuan cekaman air
Tabel 2. Rata-rata produksi berat kering (gr/tanaman) beberapa jenis leguminosa herba dengan  perlakuan cekaman air
Tabel 3. Rata-rata produksi berat kering (gr/tanaman) tiap pemotongan leguminosa herba                dengan cekaman air

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan monitoring berbasis notifikasi E-mail administrator tidak perlu selalu mengecek secara berkala untuk mengetahui terjadi perubahan aktifitas

1.4 Batasan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini penulis membatasi masalah bilangan dominasi dan sisi tak sensitif pada dominasi graf lintasan kabur yang dimulai dari graf

direncanakan tersebut dengan membawa uang sebesar Rp25 juta, dikhawatirkan terjadi tindak kejahatan dalam perjalanan dari kantor satker ke toko yang bersangkutan,

Berdasarkan hasil temuan penelitian, analisis data, dan refleksi setiap siklus, disimpulkan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar belajar matematika materi

WaKtu mengambang adalah sel1s1h waKtu antara waKtu yang diperluKan oleh jalur .Kritis dengan jalur lain. mengamlnl Keputusan apal-:ah suatu Keg.1atan ltu mempunyai

Lalu si wali menyukai harta dan kecantikannya, maka timbullah niat untuk mengawininya tanpa berlaku adil dalam maskawinnya; selanjutnya ia memberinya maskawin dengan jumlah yang