• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Inspektur Utama, BPS RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Inspektur Utama, BPS RI"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Inspektorat Utama mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan BPS. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi; (i) perumusan kebijakan pengawasan fungsional di lingkungan BPS; (ii) pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk kepala badan; dan (iii) penyusunan laporan hasil pengawasan.

Salah satu upaya mewujudkan tujuan fungsi pengawasan tersebut yaitu Inspektorat Utama perlu melakukan pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang (PPAKB). Kegiatan pembinaan ini memerlukan partisipasi penuh seluruh satker di BPS. Tuntutan partisipasi penuh seluruh satker ini dilandasi dengan semangat untuk tetap mempertahan opini WTP.

Buku Pedoman Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang merupakan kompilasi berbagai materi yang menjelaskan pengelolaan administrasi keuangan seperti; pejabat perbendaharaan negara, revisi anggaran, SKPA, kerja sama, PNBP, rumah dinas, pajak, perjalanan dinas, dan pengadaan barang/jasa pemerintah. Sedangkan materi terkait barang yaitu barang milik negara (BMN) ditinjau dari pengelolaan BMN dan persediaan.

Buku pedoman ini masih bersifat sementara dan masih perlu perbaikan untuk disempurnakan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan sampai penerbitan buku pedoman ini kami ucapkan terima kasih. Kritik dan saran untuk perbaikan pedoman ini di masa datang sangat kami hargai.

Jakarta, Oktober 2013 Inspektur Utama, BPS RI

KATA PENGANTAR

(3)

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA... 1

A. Kuasa Pengguna Anggaran ... ... 1

B. Pejabat Pembuat Komitmen... 1

C. Pejabat Penandatangan SPM... 3

D. Bendahara Pengeluaran... 3

E. Bendahara Pengeluaran Pembantu... 4

F. Bendahara Penerimaan... 4

G. BPP Kerjasama... 4

H. Pejabat Pengelola Administrasi Belanja Pegawai... 5

BAB II BAGAN AKUN STANDAR... 7

BAB III REVISI ANGGARAN... 14

A. Peraturan Terkait Revisi Anggaran ... ... 16

B. Ruang Lingkup Revisi Anggaran... 16

C. Batasan Revisi Anggaran... 16

D. Dokumen Terkait Revisi Anggaran... 17

E. Revisi DIPA dan POK... 17

BAB IV SKPA... 18

A. Prinsip Dasar ... ... 18

B. Penerbitan dan Penatausahaan SKPA... 18

C. Pencairan Dana SKPA... 19

D. Pelaporan Keuangan dan Rekonsiliasi... 19

E. Pelaporan Pelaksanaan Pekerjaan... 19

DAFTAR ISI

(4)

BAB V KERJASAMA... 20

A. Hibah ... ... 20

B. PNBP... 25

C. Swakelola... 26

BAB VI PNBP DAN RUMAH DINAS... 28

A. Penggolongan PNBP ... ... 28

B. Jenis dan Tarif PNBP di BPS... 28

C. Pemungutan dan Penyetoran PNBP... 30

D. Pengelola PNBP... 32

E. Rekonsiliasi... 32

F. Input Data PNBP ke dalam SAI ... ... 33

G. Pelaporan PNBP... 33

H. Rumah Dinas... 33

BAB VII PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK... 28

A. Dasar Hukum ... ... 39

B. Kewajiban Perpajakan Untuk Bendahara... 39

C. Jenis Pajak... 40

BAB VIII RAPAT DAN KEGIATAN SEJENIS... 50

A. Definisi dan Istilah ... ... 50

B. Syarat dan Ketentuan... 51

BAB IX PERJALANAN DINAS... 56

A. Pengertian ... ... 56

B. Tujuan Perjalanan Dinas Jabatan... 56

C. Prosedur Perjalan Dinas Jabatan... 57

D. Komponen Biaya Perjanan Dinas... 57

E. Pembatalan Perjalanan Dinas... 58

(5)

BAB X PENGEDAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH... 61

BAB XI PENATAUSAHAAN KAS DAN PENYUSUNAN LPJ... 72

A. Pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Penerimaan... 72

B. Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi... 72

C. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara... 73

BAB XII BUKTI PENGELUARAN... 74

A. Bentuk dan Jenis Bukti Pengeluaran ... ... 74

B. Kelengkapan Bukti Pengeluaran... 74

BAB XIII LAPORAN KEUANGAN... 78

A. Gambaran Umum ... ... 78

B. Tahapan Penyusunan LK... 78

C. Penyusunan LK... 80

D. Sistematika Isi LK... 81 LAMPIRAN

(6)
(7)

A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan PMK No. 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, berikut ini akan diuraikan tugas dan kewenangan KPA, adalah : 1. Menyusun DIPA;

2. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara;

3. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan kepada negara dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;

4. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran/keuangan;

5. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;

6. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana;

7. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;

8. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

9. Melakukan pemeriksaan kas secara berkala dan sewaktu-waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Perdirjen Pb No. 47 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah no.45 tahun 2013.

KPA adalah Kepala Satuan Kerja. KPA mendapatkan delegasi dari Pengguna Anggaran (PA) untuk menunjuk dan menetapkan:

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK); 2. Pejabat Penguji/Penerbit SPM (PPSPM);

B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN. Tugas dan wewenang PPK adalah:

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA;

2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

BAB 1

PEJABAT

(8)

3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

4. Melaksanakan kegiatan swakelola;

5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang dilakukannya; 6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara; 8. Membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA (paling kurang memuat perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah ditandatangani, tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa, tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya, dan jangka waktu penyelesaian tagihan) ;

10. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan;

11. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; 12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPK menguji: 1. Kelengkapan dokumen tagihan;

2. Kebenaran perhitungan tagihan;

3. Kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN; 4. Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang

tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa;

5. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak;

6. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan

7. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak. PPK harus sudah mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang dan Jasa. Apabila pada satker berkenaan belum ada yang memiliki sertifikat tersebut, maka tugas dan tanggungjawab PPK dirangkap oleh KPA.

(9)

C. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)

PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas pemintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. Tugas dan wewenang PPSPM, antara lain:

1. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

3. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

4. Menerbitkan SPM (mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA; menandatangani SPM; memasukkan PIN PPSPM);

5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA; 7. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan

pengujian dan perintah pembayaran;

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPSM bertanggungjawab atas:

1. Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang dilakukannya;

2. Ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN. Di BPS Provinsi, KPA dapat menunujuk Kepala Bagian Tata Usaha sebagai PPSPM, sedangkan di BPS Kabupaten/Kota adalah Kepala Subbagian Tata Usaha.

PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.

D. Bendahara Pengeluaran

Bendahara adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada Kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. Tugas Bendahara Pengeluaran, adalah :

1. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

2. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;

3. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

4. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukannya;

(10)

6. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

7. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN;

Bendahara pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, atau PPSPM.

E. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayarankepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Tugas BPP adalah:

1. Menerima dan menyimpan UP;

2. Melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP;

3. Melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK;

4. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

5. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukannya;

6. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara; 7. Menatausahakan transaksi UP;

8. Menyelenggarakan pembukuan transaksi UP; 9. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

F. Bendahara Penerimaan (BPEN)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2013 Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada satuan kerja.

Bendahara Penerimaan bertugas:

1. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara

2. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara periodik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan negara di Satker 4. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara 5. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang pendapatan negara

6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.

(11)

Bendahara Kerjasama adalah Bendahara Pengeluaran Pembantu yang bertugas mengelola administrasi keuangan kerjasama hibah. BPP Kerjasama ditunjuk pada saat adanya kerjasama.

Tugas BPP Kerjasama yaitu:

1. Menerima dan menyimpan dana kerjasama;

2. Melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari dana kerjasama;

3. Melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari dana kerjasama berdasarkan perintah PPK;

4. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan; 5. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang

dilakukannya;

6. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara; 7. Menatausahakan transaksi dana kerjasama;

8. Menyelenggarakan pembukuan transaksi dana kerjasama;

9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban belanja dana kerjasama; 10. Mengelola rekening tempat penyimpanan dana kerjasama;

H. Pejabat Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP)

PPABP adalah pembantu KPA yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai.

Tugas PPABP adalah :

1. Melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual yang berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan berkesinambungan;

2. Melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian dan dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada Satker yang bersangkutan secara tertib dan teratur;

3. Memproses pembuatan Daftar Gaji induk, Gaji Susulan, Kekurangan Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas, Terusan Penghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan, Honorarium, Vakasi, dan pembuatan Daftar Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya;

4. Memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP); 5. Memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan Untuk

Mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan susunan keluarga;

6. Menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada PPK;

7. Mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan

(12)

8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan anggaran belanja pegawai.

Catatan :

1. Para pejabat perbendaharaan negara ditetapkan dengan Surat Keputusan. 2. KPA ditetapkan oleh PA.

3. Berdasarkan SK pelimpahan wewenang dari PA, KPA menetapkan PPK, PPSPM. 4. Berdasarkan SK pendelegasian kewenangan dari Kepala BPS, maka Kepala BPS

Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota menetapkan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, BPP, PPABP, dan BPP Kerjasama.

5. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun yang lalu masih tetap berlaku.

(13)

Berdasarkan PMK No. 91/PMK.06/2007 BAS adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta pertanggunjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. Pengertian ini menitikberatkan BAS dari sisi klasifikasi ekonomi atau jenis belanja.

A. Penjelasan Penggunaan Kode Akun 1. Pendapatan

Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah yang berasal dari pajak dan bukan pajak (PP No. 71 Tahun 2010). Pada BPS pendapatan hanya berasal dari bukan pejabat (PNBP), antara lain:

a. Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/ Sitaan (42311)

1. Pendapatan Penjualan Informasi, Penerbitan, Film, Survey, Pemetaan dan Hasil Cetakan Lainnya (423116)

Digunakan untuk mencatat penjualan informasi dan publikasi dalam bentuk buku publikasi, softcopy data, raw data, dll.

2. Pendapatan Penjualan Dokumen-Dokumen Pelelangan (423117) Digunakan untuk mencatat penjualan dokumen-dokumen lelang. 3. Pendapatan Penjualan Lainnya (423119)

Digunakan untuk mencatat penjualan yang tidak termasuk penjualan-penjualan di atas.

b. Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN (42312)

1. Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan (423121) Digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan, tidak termasuk penjualan sewa beli rumah dinas,

2. Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin (423122)

Digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan Peralatan dan Mesin.

3. Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya (423129)

Digunakan untuk mencatat pendapatan dari pemindahtanganan BMN lainnya

c. Pendapatan dari Pemanfaatan BMN (42314)

1. Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan (423141)

Digunakan untuk mencatat penerimaan umum berupa pendapatan sewa rumah dinas.

2. Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya (423149)

BAB II

(14)

Digunakan untuk mencatat pendapatan dari pemanfaatan BMN lainnya. d. Pendapatan Jasa II (42322)

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro (423221)

Digunakan untuk mencatat pendapatan yang berasal dari bunga rekening giro pemerintah.

e. Pendapatan dari Penerimaan Kembali Tahun Anggaran Yang Lalu (42391) 1. Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL (423911)

2. Penerimaan Kembali Belanja Lainnya TAYL (423913)

2. Belanja

Belanja adalah pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

a. Belanja Pegawai

1. Belanja Gaji PNS (51111)

a) Belanja Gaji Pokok PNS (511111)

Pengeluaran untuk pembayaran gaji pokok Pegawai Negeri Sipil b) Belanja Pembulatan Gaji PNS (511119)

Pengeluaran untuk pembayaran pembulatan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil.

2. Belanja Tunjangan I PNS (51112)

a) Belanja Tunj. Suami/Istri PNS (511121)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan suami/istri PNS b) Belanja Tunj. Anak PNS (511122)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan anak PNS. c) Belanja Tunj. Struktural PNS (511123)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan struktural PNS. d) Belanja Tunj. Fungsional PNS (511124)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan fungsional PNS. e) Belanja Tunj. PPh PNS (511125)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan PPh PNS f) Belanja Tunj. Beras PNS (511126)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan beras berbentuk uang maupun natura.

g) Belanja Uang Makan PNS (511129)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan uang makan PNS. 3. Belanja Tunjangan-Tunjangan II PNS (51113)

a) Belanja Tunj. Daerah Terpencil/Sangat Terpencil PNS (511135) Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan daerah terpencil/sangat terpencil PNS.

(15)

b) Belanja Tunjangan Khusus Papua PNS (511138)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan khusus PNS Papua.

4. Belanja Tunjangan-Tunjangan III Pegawai Negeri/Staff di Luar Negeri (51114)

Belanja Tunj. Lain-lain termasuk uang duka PNS Dalam dan Luar Negeri (511147)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan Lain lain termasuk uang duka PNS dalam dan Luar Negeri.

5. Belanja Tunjangan-Tunjangan IV PNS (51115) Belanja Tunjangan Umum PNS (511151)

Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan umum/tambahan tunjangan umum PNS, termasuk PNS TNI/Polri sesuai Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2006

6. Belanja Lembur (51221) Belanja Uang Lembur (512211)

Pengeluaran untuk pembayaran uang lembur termasuk uang makan yang dibayarkan dalam rangka lembur.

7. Belanja Vakasi (51231) Belanja Vakasi (512311)

Pengeluaran untuk pembayaran imbalan untuk penguji atau pemeriksa kertas/ jawaban ujian.

b. Belanja Barang

1. Belanja Barang Operasional (52111) terdiri dari: a) Belanja Keperluan Perkantoran (521111)

Pengeluaran untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran yang secara langsung menunjang kegiatan operasional kementerian negara/ lembaga terdiri dari :

1) Satuan biaya yang dikaitkan dengan jumlah pegawai yaitu pengadaan barang yang habis dipakai antara lain pembelian alat-alat tulis, barang cetak, alat-alat-alat-alat rumah tangga, langganan surat kabar/berita/majalah, biaya minum/makanan kecil untuk rapat, biaya penerimaan tamu.

2) Satuan biaya yang tidak dikaitkan dengan jumlah pegawai antara lain biaya satpam/pengaman kantor, cleaning service, sopir, tenaga lepas (yang dipekerjakan secara kontraktual), telex, internet, komunikasi khusus diplomat, pengurusan penggantian sertifikat tanah yang hilang, pembayaran PBB.

3) Pengeluaran untuk membiayai pengadaan/ penggantian inventaris yang berhubungan dengan penyelenggaraan administrasi kantor/satker di bawah nilai kapitalisasi.

(16)

4) Pembelian buku cek/buku giro bilyet. 5) Pembelian meterai.

b) Belanja Pengadaan Bahan Makanan (521112) Pengeluaran untuk pengadaan bahan makanan. c) Belanja Penambah Daya Tahan Tubuh (521113)

Pengeluaran untuk membiayai pengadaan bahan makanan / minuman / obat-obatan yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan operasional kepada pegawai.

d) BelanjaPengiriman Surat Dinas Pos Pusat (521114)

Pengeluaran untuk membiayai Pengiriman surat menyurat dalam rangka kedinasan yang dibayarkan oleh Kementerian Negara/lembaga. e) Belanja Honor Operasional Satuan Kerja (521115)

Honor Operasional Satuan Kerja merupakan honor yang menunjang kegiatan operasional yang bersangkutan dan pembayaran honornya dilakukan secara terus menerus dari awal sampai dengan akhir tahun anggaran. Honor tidak tetap yang digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan operasional kegiatan satuan kerja seperti:

1) Honor Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, Honor Pejabat Pembuat Komitmen, Honor Pejabat Penguji SPP dan Penanda Tangan SPM, Honor Bendahara Pengeluaran/Pemegang Uang Muka, Honor Staf Pengelola Keuangan.

2) Honor Pengelola PNBP (honor atasan langsung. bendahara dan sekretariat)

3) Honor Pengelola Satuan Kerja (yang mengelola gaji pada Kementerian Pertahanan)

4) Honor Tim SAI (Pengelola SAK dan SIMAK BMN) f) Belanja Barang Operasional Lainnya (521119)

Pengeluaran untuk membiayai pengadaan barang yang tidak dapat ditampung dalam mata anggaran 521111, 521112, 521113, 521114, dan 521115 dalam rangka kegiatan operasional.

Belanja Barang Operasional Lainnya dapat digunakan untuk belanja bantuan transport dalam kota. Dalam rangka kegiatan operasional satker.

2. Belanja Barang Non Operasional (52121) Terdiri dari: a) Belanja Bahan (521211)

Pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai) seperti alat tulis kantor (ATK), konsumsi/bahan makanan, bahan cetakan, dokumentasi, spanduk, biaya fotokopi yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non operasional seperti dies natalis, pameran, seminar, sosialisasi,

(17)

rapat, diseminasi dan lain lain yang terkait langsung dengan output suatu kegiatan.

b) BelanjaHonor Output Kegiatan (521213)

Honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output seperti:

1) Honor untuk Pelaksana Kegiatan Penelitian. 2) Honor penyuluh non PNS.

3) Honor Tim Pelaksana Kegiatan (pengarah, penanggung jawab, koordinator, ketua, sekretaris, anggota dan staf sekretariat). 4) Honor Pejabat Pengadaan Barang/Jasa, Honor Panitia Pengadaan

Barang/Jasa, Honor Panitia Pemeriksa Penerima Barang/Jasa, untuk pengadaan yang tidak menghasilkan Aset Tetap/Aset Lainnya.

Honor Output Kegiatan dapat digunakan untuk biaya honor yang timbul sehubungan dengan/dalam rangka penyerahan barang kepada masyarakat

Honor Output Kegiatan merupakan honor yang dibayarkan atas pelaksanaan kegiatan yang insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus menerus dalam satu tahun.

c) Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219)

Digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat ditampung dalam akun 521211 dan 521213.

Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat digunakan untuk: 1) Belanja bantuan transport dalam kota dalam rangka kegiatan non

operasional satker

2) Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat digunakan untuk biaya-biaya Crash Program.

3) Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat digunakan untuk pemberian beasiswa kepada pegawai dilingkup K/L atau di luar lingkup satker.

3. Belanja Langganan Daya dan Jasa (52211) a) Belanja Langganan Listrik (522111)

Belanja langganan listrik, termasuk belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan listrik.

b) Belanja Langganan Telepon (522112)

Belanja langganan telepon, termasuk belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan telepon.

c) Belanja Langganan Air (522113)

Belanja langganan air, termasuk belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan air.

(18)

d) Belanja Langganan Daya dan Jasa Lainnya (522119)

Belanja langganan daya dan jasa lainnya, termasuk belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan daya dan jasa lainnya.

4. Belanja Jasa Pos dan Giro (52212) Belanja Jasa Pos dan Giro (522121)

Digunakan untuk pembayaran jasa perbendaharaan yang telah dilaksanakan oleh kantor pos diseluruh Indonesia.

5. Belanja Jasa Konsultan (52213) BelanjaJasa Konsultan (522131)

Digunakan untuk pembayaran jasa konsultan secara kontraktual termasuk jasa pengacara yang outputnya tidak menghasilkan aset lainnya.

6. Belanja Jasa Sewa (52214) Belanja Jasa Sewa (522141)

Digunakan untuk pembayaran sewa (misalnya sewa kantor/gedung/ruangan, atau sewa lainnya).

7. Belanja Jasa Profesi (52215) Belanja Jasa Profesi (522151)

Belanja untuk pembayaran honorarium narasumber yang diberikan kepada pegawai negeri/non-pegawai negeri sebagai narasumber, pembicara, praktisi, pakar yang memberikan informasi/pengetahuan kepada pegawai negeri lainnya/masyarakat.

Honorarium narasumber pegawai negeri dapat diberikan dengan ketentuan:

a) Berasal dari luar lingkup unit eselon I penyelenggara;

b) Berasal dari lingkup unit eselon I penyelenggara sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit eselon I berkenaan/masyarakat

8. Belanja Pemeliharaan (52311)

a) Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan (523111)

Pengeluaran pemeliharaan/perbaikan yang dilaksanakan sesuai dengan Standar Biaya Umum. Dalam rangka mempertahankan gedung dan bangunan kantor dengan tingkat kerusakan kurang dari atau sampai dengan 2%; dan pemeliharaan/perawatan halaman/taman gedung/kantor agar berada dalam kondisi normal (tidak memenuhi syarat kapitalisasi aset tetap gedung dan bangunan).

b) Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523121)

Pengeluaran untuk pemeliharaan/perbaikan untuk mempertahankan peralatan dan mesin agar berada dalam kondisi normal yang tidak memenuhi syarat kriteria kapitalisasi aset tetap peralatan dan mesin.

(19)

9. Belanja Perjalanan Dalam Negeri (52411) a) Belanja Perjalanan Biasa (524111)

b) Pengeluaran untuk perjalanan dinas melewati batas kota/kabupaten, perjalanan dinas dalam kota/kabupaten lebih dari 8 jam dan perjalanan dinas pindah sesuai dengan PMK yang mengatur mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.

c) Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113)

d) Pengeluaran untuk perjalanan dinas yang dilaksanakan di dalam kota sampai dengan 8 jam sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenaiperjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri danpegawai tidak tetap.

e) Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114)

f) Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di dalam kota satker penyelenggara dan dibiayai seluruhnya oleh satker penyelenggara, serta yang dilaksanakan di dalam kota satker peserta dengan biaya perjalanan dinas yang ditanggung oleh satker peserta.

g) Biaya Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119)

h) Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di luar kota satker penyelenggara dan dibiayai seluruhnya oleh satker penyelenggara, serta yang dilaksanakan di luar kota satker peserta dengan biaya perjalanan dinas yang ditanggung oleh satker peserta.

c. Belanja Modal

1. Belanja Modal Tanah (53111) a) Belanja Modal Tanah (531111)

Seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan penyelesaian, balik nama, pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembualan sertifikat tanah serta pengeluaran - pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/ pakai (swakelola/kontraktual).

b) Belanja Modal Pembayaran Honor Tim Tanah (531113)

Pengeluaran untuk pembayaran upah tenaga kerja dan honor pengelola teknis pada saat pengadaan/pembelian tanah secara swakelola sampai dengan tanah tersebut siap digunakan/dipakai (swakelola).

(20)

c) Belanja Modal Pembuatan Sertifikat Tanah (531114)

Pengeluaran yang dilakukan untuk pembuatan sertifikat tanah pada saat pengadaan/pembelian tanah secara swakelola sampai dengan tanah tersebut siap digunakan/dipakai (swakelola).

d) Belanja Modal Pengurukan dan Pematangan Tanah (531115)

Pengeluaran yang dilakukan untuk pengurukan/penimbunan, perataan dan pematangan tanah pada saat pengadaan/pembelian tanah secara swakelola sampai dengan tanah tersebut siap digunakan/dipakai (swakelola).

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin (53211) Belanja Modal Peralatan dan Mesin (532111)

Pengeluaran unluk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan (53311)

Belanja Modal Gedung dan Bangunan (533111)

Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya kontruksi. termasuk biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak (kontraktual).

4. Belanja Modal Jaringan (53413) Belanja Modal Jaringan (534131)

Pengeluaran untuk memperoleh jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jaringan tersebut siap pakai.

5. Belanja Modal Lainnya (53611) Belanja Modal Lainnya (536111)

a) Pengeluaran untuk memperoleh Aset Tetap Lainnya dan Aset Lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan.

b) Pengeluaran untuk memperoleh Aset Tetap Lainnya dan Aset Lainnya sampai dengan siap digunakan.

c) Belanja Modal Lainnya dapat digunakan untuk pengadaan software, pengembangan website, pengadaan lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik secara swakelola maupun dikontrakkan kepada Pihak Ketiga

d) Belanja Modal Lainnya dapat digunakan untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan pernerintah pusat. Untuk Aset Tetap Renovasi yang

(21)

nantinya akan diserahkan kepada entitas lain berupa Gedung dan Bangunan mengikuti ketentuan batasan minimal kapitalisasi.

e) Termasuk dalam belanja modal lainnya: pengadaan/pembelian barang-barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.

(22)

A. Peraturan terkait Revisi Anggaran

Peraturan yang digunakan terkait pelaksanaan Revisi Anggaran meliputi:

1. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 32/PMK.02/2013 Tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013

2. Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor PER-12/PB/2013 Tentang Petunjuk Teknis Revisi Anggaran Yang Menjadi Bidang Tugas Direktorat Jendral Perbendaharaan Tahun Anggaran 2013

Peraturan ini tetap berlaku sepanjang belum diterbitkannya peraturan baru yang mengatur tatacara revisi anggaran Tahun Anggaran 2013. Peraturan mengenai revisi anggaran ini mengalami perubahan setiap tahun anggaran.

B. Ruang Lingkup Revisi Anggaran

Revisi Anggaran terdiri atas:

1. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya;

2. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap dan/atau

3. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi, yang meliputi:

a. Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama;

b. Ralat kode KPPN;

c. perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau Satker sepanjang kode tetap;

d. Ralat kode nomor register PI-ILN/PHDN e. Ralat kode kewenangan

f. Ralat kode lokasi; dan/atau g. Ralat cara penarikan PHLN/PHDN

C. Batasan Revisi Anggaran

Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap:

1. Kebutuhan Biaya Operasional Satker kecuali untuk memenuhi Biaya Operasional pada Satker lain dan dalam peruntukan yang sarna;

2. Pembayaran berbagai tunggakan (tercantum dalam Lembar IV DIPA);

3. Rupiah Murni Pendamping (RMP) sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going); dan/atau

BAB III

(23)

4. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga menjadi minus.

D. Dokumen terkait Revisi Anggaran

Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa:

1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi);

2. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan bermeterai; dan 3. ADK RKA-K/L DIPA Revisi.

E. Revisi DIPA dan Revisi POK

1. Revisi DIPA

Merupakan kewenangan Kementerian Keuangan melalui Kanwil DJPB. Revisi DIPA dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Kanwil DJPB setempat. Setelah mendapatkan persetujuan Revisi DIPA, KPA menerbitkan revisi POK sesuai persetujuan revisi DIPA tersebut.

Revisi DIPA yang diajukan ke Kanwil DJPB harus diusulkan oleh KPA masing-masing Satker.

2. Revisi POK

Merupakan kewenangan KPA masing-masing Satker. Revisi POK dapat dilakukan sepanjang tidak berakibat pada perubahan POK (volume keluaran, total biaya per output/kegiatan, total biaya menurut kategori belanja barang dan belanja modal).

Revisi POK diajukan oleh Penanggungjawab Kegiatan kepada KPA. Selanjutnya KPA membuat persetujuan/penolakan usulan revisi tersebut. Jika usulan revisi POK disetujui maka ADK RKAKL harus disesuaikan, dan dikirimkan ke KPPN setempat sebagai acuan penerbitan SP2D.

Khusus BPS Kabupaten/Kota, sebelum menyetujui usulan revisi POK dari penanggungjawab kegiatan, diminta agar melakukan konsultasi terlebih dahulu ke BPS Provinsi, hal ini untuk menghindari adanya perbedaan aktivitas dari setiap BPS Kabupaten/Kota.

(24)

SKPA adalah dokumen pemberian kuasa dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tertentu kepada KPA lainnya untuk menggunakan sebagian kredit anggaran dalam rangka melaksanakan sebagian/seluruh paket pekerjaan yang telah ditentukan. Peraturan terkait SKPA yaitu Perdirjen Nomor PER-20/PB/2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Melalui Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran dan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE- 41/ PB/ 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Dan Konsolidasi Laporan Keuangan Atas Realisasi Dana Surat Kuasa Pengguna Anggaran.

A. Prinsip dasar

1. SKPA diterbitkan dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembayaran antar wilayah dan dilakukan untuk menunjang pencapaian keluaran (output) KPA penerbit.

2. Output SKPA penerima harus sesuai dengan rencana output penerbit.

3. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi kepada KPA unit eselon yang lebih rendah dalam satu unit eselon 1 yang sama pada suatu Kementerian Negara/Lembaga.

4. KPA Penerima tidak dapat menerbitkan SKPA lagi kepada KPA Penerima lainnya atas SKPA yang diterimanya.

5. KPA Penerbit bertanggungjawab atas Indeks Kinerja Kegiatan dan keluaran (output) dari pekerjaan yang diterbitkan SKPA-nya.

6. KPA Penerima bertanggungjawab atas pencapaian paket pekerjaan dan penggunaan anggaran yang diterbitkan SKPA-nya

7. Penerbitan SKPA tidak berakibat pada pemindahan pagu DIPA/dari KPA penerbit kepada KPA penerima.

B. Penerbitan dan Penatausahaan SKPA

1. SKPA diterbitkan sesuai fungsi, subfungsi, program, kegiatan, output, akun sebagaimana tercantum dalam DIPA KPA penerbit.

2. SKPA diterbitkan dengan kode satuan kerja KPA penerbit, kode lokasi KPA penerbit dan kode kantor bayar KPPN penerima.

3. SKPA diterbitkan per jenis belanja dan berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran. 4. KPA penerbit menerbitkan SKPA untuk digunakan sebagai dasar penggunaan

anggaran oleh KPA penerima.

5. SKPA diterbitkan melalui aplikasi SPM dengan format sebagaimana telah diatur dalam peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB IV

SURAT KUASA PENGGUNA

ANGGARAN (SKPA)

(25)

6. SKPA disampaikan kepada KPPN penerbit rangkap 8 (delapan) dengan dilampiri ADK SKPA untuk mendapatkan pengesahan.

7. Jika terdapat revisi POK, KPA penerbit juga harus menyampaikan ADK revisi POK kepada KPPN penerbit.

8. KPPN penerbit akan melakukan pengujian SKPA sebelum disahkan.

9. KPA penerbit mengirimkan SKPA yang telah disahkan kepada KPA penerima rangkap 2 (dua) dengan disertai ADK SKPA untuk dijadikan sebagai dasar penggunaan anggaran, dan menyimpan 1 lembar untuk pertinggal.

C. Pencairan dana SKPA

1. KPA penerima menyampaikan 1 lembar SKPA kepada KPPN penerima sebelum pengajuan SPM pertama kali.

2. KPPN penerima akan menguji SKPA yang telah diserahkan KPA penerima dengan data SKPA dari KPPN penerbit.

3. KPA penerima membukukan pengeluaran yang berasal dari SKPA secara

terpisah dengan dana yang berasal dari DIPA.

D. Pelaporan Keuangan dan Rekonsiliasi.

1. KPA penerima menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan Laporan Keuangan (LK) atas pelaksanaan SKPA secara terpisah dengan penyelenggaraan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan atas dana DIPA yang dikelolanya.

2. KPA penerima melakukan rekonsiliasi atas realisasi dana SKPA dengan KPPN penerima setiap bulan, dan menyusun LK atas realisasi dana SKPA setiap triwulan

3. LK SKPA yang dibuat oleh KPA penerima, disampaikan kepada KPA penerbit disertai dengan ADK beserta copy Berita Acara Rekonsiliasi paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum penyampaian LK oleh KPA penerbit SKPA.

4. KPA penerbit melakukan konsolidasi atas LK SKPA yang diterima dari KPA penerima dengan LK atas dana DIPA.

E. Pelaporan pelaksanaan pekerjaan

1. Setelah pelaksanaan pembayaran berakhir atau berakhirnya tahun anggaran, KPA penerima wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada KPA penerbit.

2. Laporan pelaksanaan pekerjaan tersebut menggunakan format yang telah ditentukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 20 Tahun 2011.

3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan SKPA menghasilkan BMN maka KPA 4.

5. penerbit melakukan pemindahtanganan BMN kepada KPA penerima. 6. KPA penerima BMN mencatat BMN tersebut kedalam SIMAK-BMN.

(26)

Kerja sama pada BPS adalah kesepakatan antara unit kerja pada BPS dan mitra kerja sama dari dalam maupun dari luar negeri untuk kegiatan statistik, teknologi informasi, dan/atau pengembangan sumber daya manusia dimana masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang jelas berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dalam kerangka Sistem Statistik Nasional. (Perka BPS No. 37 Tahun 2012).

Jenis Kerjasama di BPS terdiri dari: A. Hibah

B. PNBP C. Swakelola

Semua jenis kerjasama yang dilakukan oleh satker harus diungkapan ke dalam Laporan Keuangan (CaLK).

A. Hibah

Hibah adalah pendapatan/belanja pemerintah pusat yang berasal dari/untuk badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar/diterima kembali, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus (PMK No. 191 Tahun 2011).

Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian.

Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.

Berdasarkan mekanisme pencairannya hibah dibagi menjadi: 1. Hibah Terencana

2. Hibah Tidak Terencana

Berdasarkan sumbernya hibah dibagi menjadi: 1. Bersumber dari dalam negeri

2. Bersumber dari luar negeri

Berdasarkan bentuknya hibah dibagi menjadi: 1. Barang/Jasa

2. Uang

a. Uang tunai

b. Uang untuk membiayai kegiatan

BAB V

(27)

3. Surat Berharga

Mekanisme Pelaksanaan Hibah Langsung

1. Penandatanganan MOU atau dokumen yang dipersamakan

a. Pemberi hibah dan penerima hibah membuat ikatan kerjasama atau perjanjian tentang hibah.

b. Berdasarkan naskah perjanjian hibah tersebut penerima hibah bersama-sama pemberi hibah membuat Disbursement Plan, dan Grant Summary dan mengirim ke Biro Keuangan sebagai dasar pembuatan surat permintaan nomor register ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan.

2. Registrasi

a. Mengajukan Surat Permohonan Nomor Register Hibah ke DJPU yang ditandatangani oleh Sekretaris Utama (Sestama) dengan melampirkan: 1) Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan.

2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung yang dibuat oleh subject matter/ satker penerima hibah.

3) Surat Permohonan nomor register kepada Sestama dari subject matter satker penerima hibah.

4) Ringkasan Perjanjian Hibah (Grant Summary) 5) Rencana Penarikan Dana (Disbursement Plan)

b. DJPU akan mengeluarkan nomor register dan dikirim ke Sestama cq. Biro Keuangan.

c. Biro Keuangan akan menerima nomor register dan kemudian menyampaikan ke subject matter/ satker penerima hibah, sebagai dasar untuk revisi DIPA. 3. Pembukaan rekening

a. Mengajukan izin pembukaan rekening lainnya ke Direktorat Jenderal Perbendaharan (DJPB) yang ditandatangani oleh Sestama dengan melampirkan:

1) Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan 2) Grant Summary

3) Disbursement Plan 4) Nomor Register Hibah

b. DJPB mengeluarkan surat persetujuan pembukaan rekening

c. Dengan Surat Persetujuan tersebut subject matter Penerima Hibah dapat membuka rekeningnya pada bank yang ditunjuk

d. Donor dapat mentransfer dana hibah ke rekening lainnya.

e. Atas dasar nomor rekening bank yang diterima, subject matter membuat surat laporan pembukuan rekening ditujukan ke Sestama.

(28)

f. Sestama menandatangani surat pernyataan penggunaan rekening beserta penyampaian nomor rekening yang telah dibuka dan surat tersebut ditujukan ke DJPB.

Dana hibah dapat ditampung sementara dalam rekening Bendahara Pengeluaran sebelum persetujuan pembukaan rekening hibah disahkan, hal ini merujuk pada Surat Edaran DJPBN Nomor SE-2/PB/2012 tentang Petunjuk Lebih Lanjut Pengelolaan Hibah Langsung Baik Dalam Bentuk Uang Maupun Barang/Jasa/Surat Berharga Tahun 2011, Huruf E Romawi II nomor 3 dan 4. 4. Revisi Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)

a. Untuk Satker Sestama subject matter mengajukan revisi DIPA ke Biro Bina Program.

b. Untuk Satker BPS Propinsi/Kabupaten/Kota mengajukan revisi DIPA ke Kantor Wilayah (Kanwil) DJPB setempat.

c. Pengajukan revisi DIPA dilampiri dengan: 1) MOU

2) Grant Summary 3) Disbursement Plan 4) Nomor Register dari DJPU

5) Surat pernyataan pengalokasian dana dalam DIPA

d. Biro Bina Program mengajukan surat permohonan ijin revisi DIPA ke DJA melalui Sestama. Sestama mengajukan surat ijin Revisi DIPA ke DJA. Untuk Satker BPS Propinsi/Kabupaten/Kota mengajukan revisi DIPA ke Kanwil DJPB setempat.

e. Penyesuaian pagu belanja dilakukan melalui revisi DIPA yang diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB untuk disahkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran.

f. Penyesuaian pagu belanja sebagaimana dimaksud adalah sebesar yang direncanakan akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.

g. Subject matter/ satker dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA (hibah dalam bentuk uang tunai).

5. Pengesahan Hibah Langsung

a. PA/KPA mengajukan Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL) atas seluruh Pendapatan Hibah Langsung yang bersumber dari dalam negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah diterima dan belanja yang bersumber

(29)

dari hibah langsung yang bersumber dari dalam negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra kerjanya. b. Atas Pendapatan Hibah Langsung bentuk uang dan/atau belanja yang

bersumber dari hibah langsung, PA/KPA membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN dengan dilampiri:

1) copy Rekening atas Rekening Hibah;

2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL); 3) SPTJM; dan

4) Copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama kali.

c. Atas dasar SP2HL, KPPN membukukan Pendapatan Hibah Langsung dan belanja yang bersumber dari hibah langsung serta saldo kas di K/L dari hibah. d. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, DJPU membukukan Pendapatan

Hibah Langsung.

e. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, PA/KPA membukukan belanja yang bersumber dari hibah langsung dan saldo kas di K/L dari hibah ke dalam Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

f. Setiap bulan PA/KPA melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dan kedua belah pihak menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi.

6. Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Uang (Jika Ada Pengembalian).

a. Sisa uang yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang, dapat dikembalikan melalui mekanisme disetor ke kas negara/ daerah atau dikembalikan langsung ke rekening Pemberi Hibah sesuai perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.

b. Atas pengembalian pendapatan hibah langsung PA/KPA mengajukan Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung (SP4HL) kepada KPPN mitra kerjanya dalam hal hibah berasal dari dalam negeri. c. Atas pengembalian Pendapatan Hibah Langsung bentuk uang, PA/KPA

membuat dan menyampaikan Surat Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung (SP4HL) ke KPPN dengan dilampiri:

1) copy rekening atas Rekening Hibah;

2) copy bukti pengiriman/transfer kepada Pemberi Hibah; 3) SPTJM.

d. Atas dasar SP4HL, KPPN menerbitkan SP3HL dalam rangkap 3 (tiga) dengan e. Atas dasar SP3HL, KPPN membukukan pengembalian Pendapatan Hibah

Langsung dan mengurangi saldo kas di K/L dari hibah.

f. Atas dasar SP3HL yang diterima dari KPPN untuk pendapatan hibah tahun berjalan, DJPU membukukan pengembalian Pendapatan Hibah Langsung sebagai pengurang realisasi pendapatan hibah.

(30)

g. Atas dasar SP3HL yang diterima dari KPPN untuk pendapatan hibah tahun yang lalu, DJPU tidak melakukan pencatatan, namun diungkapkan dalam CaLK.

h. Atas dasar SP3HL yang diterima dari KPPN, PA/KPA membukukan pengurangan saldo kas di K/L dari hibah.

i. Saldo kas di K/L dari hibah tidak boleh bernilai negatif. 7. Penutupan Rekening

a. Sebelum batas akhir penarikan dana subject matter/ satker dapat melakukan perpanjangan atau penutupan rekening.

b. Jika subject matter/ satker memperpanjang penggunaan rekening hibah, maka Biro Keuangan akan membuat surat pelaporan penggunaan rekening hibah yang ditandatangani oleh Sestama dan kemudian mengirim ke DJPB

c. Jika subject matter/ satker akan melakukan penutupan rekening, Biro Keuangan membuat surat pemberitahuan penutupan rekening yang ditandatangani oleh Sestama dan mengirim ke DJPB dengan dilampiri: 1) Surat permohonan penutupan rekening hibah

2) Grant Summary 3) Disbursement Plan 4) Rekening Koran

8. Pertanggungjawaban Penerima Hibah (Permendagri No.32 Tahun 2011 Pasal 19 yang mengacu pada PP No 10 Tahun 2011).

Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang diterimanya. Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi:

a. Laporan penggunaan hibah;

b. Surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai Dokumen Perjanjian Hibah; dan

c. Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah berupa barang/jasa.

d. Bukti Pertanggungjawaban disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan.

(31)

Mekanisme Pelaksanaan Hibah Tidak Langsung

Proses yang membedakan antara hibah langsung dan tidak langsung adalah pembukaan rekening khusus, penerbitan peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan dan proses pembayaran dana hibah. Mekanisme ini terdapat pada BPS Pusat.

B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan (Perka BPS No. 37 Tahun 2012).

Mekanisme Pelaksanaan PNBP

1. Mitra kerja sama dan satker membuat perjanjian kerja sama.

2. Naskah perjanjian kerja sama yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak dikirim ke Biro Keuangan dan Biro Bina Program untuk dilakukan revisi POK. Untuk satker yang belum memiliki PAGU anggaran penerimaan maka terlebih dahulu mengajukan usulan revisi DIPA ke BPS Pusat (Biro Bina Program). 3. Satker menginformasikan nama dan nomor rekening bendahara penerimaan ke

mitra kerja sama.

4. Mitra kerja sama mentransfer sejumlah dana terkait dengan penjualan jasa ke rekening atas nama bendahara penerimaan.

5. Bendahara penerimaan menyetor dana PNBP ke Kas Negara.

6. Subject matter/satker sudah bisa menggunakan pagu PNBP dengan izin penggunaan PNBP berdasarkan kontrak kerja sama dengan pihak lain paling tinggi sebesar 98,26%, sehingga terjadi perbedaan antara nilai Mou dengan RAB.

(32)

7. Subject matter/satker harus membukukan seluruh penerimaan dan pengeluaran PNBP berdasarkan bukti pungutan dan setoran.

8. Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Swakelola

Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri.

Mekanisme Pelaksanaan Swakelola

1. Mitra kerja sama dan satker membuat perjanjian kerjasama swakelola.

2. Naskah perjanjian kerjasama swakelola yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak beserta POK nya dikirim ke Biro Keuangan.

(33)

3. Berdasarkan perjanjian kerjasama tersebut, Satker membuat surat permohonan pembukaan rekening penampung dana swakelola yang ditandatangani oleh Sestama dan dikirim ke DJPB.

4. Setelah mendapat persetujuan dari DJPB, Satker membuat rekening penampung dana swakelola.

5. Satker menyampaikan informasi nomor rekening atas nama proyek swakelola ke mitra kerja sama dan subject matter.

6. Subject matter melakukan pekerjaan sesuai kontrak kerjasama.

7. Mitra kerja sama mentransfer sejumlah dana untuk keperluan operasional proyek. 8. Subject matter secara berkala menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan dan

penggunaan uang ke mitra kerja sama.

9. Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(34)

PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan pajak (UU No. 20 Tahun 1997 pasal 1, PMK No.190/PMK.05/2012 pasal 1).

A. Penggolongan PNBP:

1. Penerimaan Umum:

Pendapatan yang biasa dilakukan oleh seluruh instansi pemerintah dan tidak bisa ditarik/digunakan.

2. Penerimaan Fungsional:

Pendapatan yang berasal dari instansi yang bersangkutan karena menjalankan tupoksinya dan bisa ditarik/digunakan kembali.

B. Jenis dan Tarif PNBP di BPS

Penerimaan umum di BPS meliputi: 1. Penjualan dokumen pelelangan, 2. Penjualan lainnya,

3. Penjualan kendaraan bermotor, 4. Penjualan asset yang berlebih/dihapus, 5. Sewa rumah dinas/negeri,

6. Pendapatan jasa lembaga keuangan (jasa giro bendaharawan), 7. Denda keterlambatan pekerjaan,

8. Penerimaan kembali belanja pegawai pusat tahun anggaran yang lalu, 9. Penerimaan kembali belanja lainnya RM tahun anggaran yang lalu, 10. Penerimaan kembali/ganti rugi yang diderita oleh Negara.

Penerimaan fungsional Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2009 dijelaskan bahwa jenis PNBP yang berlaku pada Badan Pusat Statistik meliputi penerimaan dari :

1. Penjualan publikasi cetakan;

2. Penjualan publikasi elektronik/softcopy; 3. Penjualan data mentah;

4. Penjualan peta digital wilayah;

5. Penyeleksian calon mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

6. Jasa pendidikan pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik bagi pegawai tugas belajar non-Badan Pusat Statistik;

7. Jasa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional; 8. Jasa sewa sarana dan prasarana Badan Pusat Statistik;

BAB VI

(35)

9. Jasa pelayanan kegiatan statistik dan teknologi informasi berdasarkan kontrak kerja sama dengan pihak lain.

Penetapan tarif untuk masing-masing jenis PNBP tersebut sebagai berikut:

1. Tarif atas jenis PNBP no.1-8 dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2009 dalam bentuk satuan rupiah.

2. Tarif untuk jenis PNBP no.9 adalah sebesar nilai nominal yang tercantum dalam kontrak kerjasama dan dalam bentuk satuan rupiah, dollar Amerika, yen, atau euro.

3. Tarif atas jenis PNBP no.1-4 tidak termasuk biaya pengiriman dan jasa perbankan. Biaya pengiriman dan jasa perbankan dibebankan kepada Wajib Bayar.

4. Tarif atas jenis PNBP no. 5 tidak termasuk biaya tes kesehatan, konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi. Biaya tes kesehatan, konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi dibebankan kepada Wajib Bayar.

5. Tarif atas jenis PNBP no. 6 tidak termasuk biaya buku, literature, seragam, atribut, masa integrasi pendidikan kampus, asuransi, konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi. Biaya buku, literature, seragam, atribut, masa integrasi pendidikan kampus, asuransi, konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi dibebankan kepada Wajib Bayar.

6. Tarif atas jenis PNBP no. 7 tidak termasuk biaya konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi. Biaya konsumsi, transportasi, dan/atau akomodasi dibebankan kepada Wajib Bayar.

7. Terhadap pihak tertentu, untuk penjualan atas jenis PNBP no.1-4 dapat dikenakan tarif sebesar Rp.0,00 (nol rupiah). Pihak tertentu tersebut terdiri atas:

a. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, b. Lembaga Negara,

c. Perwakilan Negara Asing, d. Lembaga Internasional.

Pengenaan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah) terhadap pihak tertentu diberikan untuk layanan sebagai berikut:

a. Publikasi cetakan sebanyak 1 (satu) eksemplar publikasi cetakan,

b. Publikasi elektronik/softcopy sebanyak 1 (satu) keping publikasi elektronik, c. Data mentah sampai dengan 5 MB (lima Mega Bytes),

d. Peta digital wilayah sebanyak 1 (satu) peta. Catatan:

a. Instansi pemerintah pusat dan daerah serta lembaga negara yang melaksanakan kegiatan terkait tugas perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan negara, pengawasan dan pemeriksaan keuangan dan pembangunan, dan/atau penanggulangan bencana yang bersifat nasional dan lintas sektor

(36)

dapat diberikan publikasi cetakan, publikasi elektronik/softcopy, data mentah, dan/atau peta digital wilayah lebih banyak dari satuan yang ditetapkan di atas. b. Khusus untuk kegiatan pendidikan dan penelitian nonkomersial di lingkungan institusi pendidikan, dapat diberikan pengenaan tarif sebesar Rp0,00 (Nol Rupiah) dimana pelaksanaan pengenaan tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) tersebut dilakukan melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Badan Pusat Statistik dengan instansi pemerintah yang berwenang di bidang pendidikan.

C. Pemungutan dan Penyetoran PNBP

1. Pemungutan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN dan PMK No. 3 Tahun 2012 mengenai Tata Cara penyetoran PNBP menyatakan bahwa:

1) Orang atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaan pada akhir hari kerja melalui Bank Umum atau badan lainnya yang ditunjuk oleh Kementerian Keuangan.

2) Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP diterima dapat dilakukan dalam hal:

a) PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan

b) Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat kedudukan Bendahara Penerimaan tidak tersedia

c) Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos persepsi yang sekota dengan tempat kedudukan bendahara penerimaan, sepanjang memenuhi kondisi:

 Kondisi geografis satker yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap hari;

 Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat kedudukan bendahara melampaui waktu 2 jam, dan/atau;

 Biaya yang dibutuhkan untuk penyetoran PNBP lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.

3) Penyetoran penerimaan negara yang dilakukan melampaui waktu yang ditetapkan akan dikenakan sanksi adminstrasi berupa denda. Pengenaan denda tidak berlaku terhadap keterlambatan penyetoran yang diakibatkan oleh keadaan kahar.

4) Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang dalam penguasaannya pada rekening pribadi.

(37)

b. Berdasarkan Peraturan Kepala BPS No. 28 Tahun 2012, dinyatakan bahwa: 1) Setiap surat perjanjian kerjasama atau dokumen PNBP lainnya yang dibuat

unit kerja harus difotokopi dan disampaikan kepada Bendahara Penerimaan.

2) Penerimaan setoran uang tunai PNBP:

a) Bendahara Penerimaan menerima uang tunai dari wajib bayar dan/atau kasir/petugas layanan perpustakaan dan membuat kuitansi tanda terima. Uang tunai dari kasir/petugas layanan disertai kuitansi prenumbered lembar kedua.

b) Bendahara Penerimaan melakukan pemeriksaan silang (crosscheck) dengan dokumen PNBP dari unit kerja yang bersangkutan.

c) Bendahara Penerimaan membukukan uang tunai yang diterima. 3) Penerimaan setoran melalui transfer:

a) Bendahara Penerimaan menerima bukti transfer beserta kuitansi prenumbered dari kasir untuk penjualan publikasi, data mentah, dan peta digital wilayah.

b) Bendahara Penerimaan menerima bukti transfer dari unit kerja pengelola kerjasama.

c) Bendahara Penerimaan melakukan pengecekan ke bank persepsi setiap kali menerima bukti transfer baik dari kasir maupun dari unit kerja. d) Bendahara Penerimaan membukukan dana yang diterima melalui

transfer bank.

e) Bendahara Penerimaan membuat rekapitulasi setoran yang sejenis (misal Penyeleksian Calon Mahasiswa Baru STIS).

2. Penyetoran ke Kas Negara a. Setoran tunai ke Kas Negara

Tugas Bendahara Penerimaan: 1) Menelaah kode MAP PNBP 2) Melakukan penomoran SSBP

3) Membuat/mengetik setoran dengan SSBP 4) Membayar setoran penerimaan ke kantor pos

5) Menyampaikan tembusan SSBP (7 lembar) yang sudah mendapat NTPN ke WB/subject matter dan unit terkait.

b. Setoran dari rekening Bendahara Penerimaan Tugas Bendahara Penerimaan:

1) Menelaah kode MAP PNBP 2) Melakukan penomoran SSBP

3) Membuat/mengetik setoran dengan SSBP

4) Melakukan konfirmasi ke bank persepsi untuk pemblokiran jumlah PNBP yang akan disetor.

(38)

5) Meminta Pejabat Pemungut PNBP menandatangani cek atas dana PNBP yang masuk ke rekening.

6) Menyetorkan cek atas dana PNBP tersebut ke bank persepsi (proses pemindahbukuan)

7) Menyampaikan tembusan SSBP (7 lembar) yang sudah mendapat NTPN ke wajib bayar dan unit kerja terkait.

D. Pengelola PNBP

1. Pengelola PNBP di BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota adalah Kepala Satker dan Bendahara Penerimaan. Bendahara Penerimaan ditetapkan dengan SK KPA (Kepala Satker).

Selain itu, yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan PNBP, adalah: a. Kepala Bidang BPS Provinsi/Kepala Seksi BPS Kabupaten/Kota b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

c. Kabag Tata Usaha/Kasubag Tata Usaha. d. Bendahara Pengeluaran/BP Pembantu. e. Kasir/Petugas Layanan Perpustakaan.

2. Unit Kerja Pengelola PNBP di BPS Provinsi/ Kabupaten/ Kota adalah sebagai berikut:

a. Penjualan publikasi cetakan, publikasi elektronik/softcopy, data mentah, dan peta digital wilayah dilaksanakan oleh Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) di BPS Provinsi, dan Seksi IPDS di BPS Kabupaten/Kota.

b. Jasa pelayanan kegiatan statistik dan teknologi informasi berdasarkan kontrak kerja sama dengan pihak lain oleh BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota.

E. Rekonsiliasi

Dalam Perka BPS No. 28 Tahun 2012 disebutkan: Penerimaan:

1. Bendahara Penerimaan wajib melakukan rekonsiliasi tiap bulan dengan unit kerja penghasil PNBP (misalnya Subdit Layanan dan Promosi Statistik atau Bidang IPDS) dan mambuat Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) internal.

2. Rekonsiliasi dengan staf pengelola keuangan untuk input SAI dan membuat BAR internal.

3. Rekonsiliasi Pengelola SAI dengan KPPN setempat di BPS Provinsi atau BPS Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam BAR.

Penggunaan:

Unit kerja penghasil kegiatan PNBP wajib:

1. Menyampaikan realisasi fisik kegiatan PNBP bulan sebelumnya ke Biro Keuangan.

(39)

2. Melakukan rekonsiliasi dengan Bagian Perbendaharaan, Biro Keuangan atas daya serap anggaran kegiatan tersebut (realisasi keuangan).

3. Mengajukan rencana penggunaan dana PNBP bulan berikutnya.

F. Input data PNBP ke dalam SAI

SAI Kabupaten/Kota dikompilasi menjadi SAI Wilayah dan kemudian dikompilasi menjadi SAI Pusat + Daerah.

SAI Kabupaten/Kota —> SAI Wilayah —> SAI Pusat + Daerah

Penerimaan umum PNBP diinput ke dalam SAI di masing-masing satker sedangkan penerimaan fungsional diinput ke dalam SAI di BPS Pusat. Satker hanya mengirimkan bukti setor ke Bendahara penerima di BPS Pusat.

G. Pelaporan PNBP

1. Bendahara penerimaan wajib membuat laporan PNBP secara berkala baik bulanan maupun triwulanan.

2. Laporan dikirim ke BPS Pusat u.p Bagian Akuntansi selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berjalan.

3. Laporan PNBP Propinsi (wilayah) merupakan akumulasi dari seluruh PNBP Prop + Kabupaten + Kota dari Propinsi ybs.

Alur pelaporan PNBP:

Laporan Realisasi PNBP BPS tingkat Kabupaten/Kota —> Laporan Realisasi PNBP BPS tingkat Wilayah (Prop + Kab + Kota) —> Laporan Realisasi PNBP BPS tingkat Pusat —> DJ PNBP

H. Rumah Dinas

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. menyatakan bahwa Kegiatan pengintensifan penerimaan Negara termasuk melakukan pemungutan Sewa atas pemanfaatan BMN. Besarnya tarif dan prosedur pemungutan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

1. Pejabat/pegawai yang menempati rumah dinas agar diterbitkan surat keputusan penunjukan penempatan rumah dinas.

2. Sewa rumah dinas tersebut agar dipungut atau dipotong melalui gaji yang bersangkutan.

3. Biaya langganan daya dan jasa rumah dinas yang ditempati pejabat/pegawai tidak dapat dibebankan pada APBN.

4. Biaya pemeliharaan rumah dinas yang ditempati pejabat/pegawai tidak dapat dibebankan pada APBN.

(40)

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 082 Tahun 2002

tentang Pemberian Kuasa Penetapan Penghunian dan Pencabutan Penghunian Rumah Negara Golongan I (Rumah Jabatan) Milik Badan Pusat Statistik

dinyatakan bahwa untuk kelancaran tugas Penunjukan dan Pencabutan Hak Penghunian Rumah Negara milik BPS, maka pihak yang diberikan kuasa untuk menerbitkan Surat Izin Penghunian dan Pencabutan Hak Penghunian Rumah Negara Golongan I (Rumah Jabatan) adalah:

1. Sekretaris Utama Sekretariat Utama diberikan kuasa untuk Menerbitkan Surat Izin Penghunian dan Pencabutan Hak Penghunian Rumah Negara di BPS yang dihuni oleh Kepala BPS Provinsi, dan Rumah Negara yang berlokasi di Jakarta, kecuali Rumah Negara milik BPS Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Kepala BPS Provinsi diberikan kuasa untuk Menerbitkan Surat Izin Penghunian

dan Pencabutan Hak Penghunian Rumah Negara yang dihuni oleh Pejabat Struktural di bawahnya, yang berada di wilayahnya masing-masing.

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.373/KPTS/2001 tentang Sewa Rumah Negara pasal 3, dinyatakan bahwa: 1. Perhitungan sewa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II

dilakukan oleh Bendaharawan Gaji pada Kantor/Satuan Kerja penghuni Rumah Negara yang bersangkutan.

2. Perhitungan sewa Rumah Negara Golongan III dilakukan oleh:

a. Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman, atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, wilayah yang berbatasan Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi.

b. Kepala Dinas yang membidangi urusan Rumah Negara Propinsi/Dinas yang membidangi urusan Rumah Negara Kabupaten/Kota untuk daerah lainnya.

Berdasarkan Surat Edaran No. 22/A/2002:

1. Rumus perhitungan sewa rumah negara Gol. I/II merujuk kepada lampiran Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.373/KPTS/M/2001yang dituangkan dalam Surat Ijin Penghunian (SIP) yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIP masing-masing Kantor/Satuan Kerja.

2. Pelaksanaan pemungutan sewa rumah negara Gol. I/II dilakukan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dengan menerbitkan Surat Penagihan (SPn) berdasarkan SIP yang diterbitkan oleh Kantor/Satuan Kerja, dan dipungut langsung dari gaji masing-masing Kantor/Satuan Kerja. Pelaksanaan pemungutan sewa rumah negara gol.III disetor ke rekening kas negara oleh masing-masing wajib bayar dan ditatausahakan oleh KPPN sebagai PNBP).

3. Pengawasan atas pelaksanaan pemungutan sewa rumah negara Gol. I/II dilakukan oleh Pembina Barang Inventaris Instansi bersangkutan bersama-sama Direktorat Jenderal Anggaran, dalam hal ini di daerah yang dilakukan oleh Kantor Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

2) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar

Dari beberapa penelitian-peneltian yang telah disebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaporan atau pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan masih dianggap

1 Terdapat calon-calon pemimpin potensial di dalam komunitas petani yang memberi perhatian terhadap kondisi irigasi 1 2 3 4 2 Para anggota di dalam komunitas petani

1) Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota

Penerapan kebijakan yang berupa KTSP yang diberlakukan oleh MTs.N Muara Enim ini juga disesuaikan terhadap keputusan pemerintah yakni berdasarkan pada dasar hukum

Skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas VII Menginterpretasi Data Infografis Covid-19 Melalui Problem Based Learning Pada Materi Statistika” disusun untuk memenuhi

Hal yang menjadi dasar alasan penulis dalam melakukan penelitian tentang makna penggambaran naga dalam iklan susu Bear Brand ini, tidak hanya meneliti

Dalam percobaan ini logam magnesium dan kalsium yang merupakan logam Dalam percobaan ini logam magnesium dan kalsium yang merupakan logam alkali tanah direaksikan dengan akuades