• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat dibicarakan dalam masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Sejak dicetuskan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 28 c dan e, serta pasal 31, mengenai hak-hak hidup masyarakat dalam memperoleh pendidikan menjadi dasar pemerintah dalam melaksanakan program-program pemerataan pendidikan di Indonesia.

Disebutkan pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB III Pasal 4 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, merupakan jawaban dari semua pertanyaan mengenai masalah pemerataan pendidikan di Indonesia.

Berbeda pada kenyataan di lapangan, pendidikan Indonesia masih belum merata di seluruh daerah di Indonesia. Dilihat dari hasil Ujian Nasional SMP tahun 2011, diperoleh hasil bahwa 5 propinsi yang memiliki persentase siswa yang tidak lulus Ujian Nasional terbesar berada di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dan pusat pendidikan. Di pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lain di Indonesia yang berjarak jauh dengan Jakarta sebagai pusat pemerintahan lah yang mengalaminya.

(2)

Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) memiliki persentase siswa tidak lulus Ujian Nasional tertinggi. Tercatat 6,15% atau sama dengan 3.722 siswa yang tidak lulus Ujian Nasional 2011 dari 60.518 siswa yang mengikuti Ujian Nasional di Kalimantan Barat. Setelah Kalimantan Barat, Propinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang mencapai 3,32% menduduki peringkat kedua. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah siswa yang tidak lulus mencapai 2,61% atau sama dengan 1.919 siswa berada diposisi ketiga. Posisi keempat diduduki oleh Propinsi Bangka Belitung dengan 2,16%, dan posisi kelima oleh Propinsi Sumatera Barat dengan 1,85%. (http://psb-smpdki.org/ 04 juni 2011).

Pemerataan pendidikan di Indonesia yang tergambar dari hasil Ujian Nasional 2011 ini, menunjukkan bahwa kurangnya keberhasilan pemerintah dalam pemerataan pendidikan. Perlu adanya cara dan metode penyebaran pendidikan lebih baik lagi agar tercapai tujuan dan harapan pendidikan di Indonesia.

Bersamaan dengan usaha pemecahan masalah mengenai pemerataan pendidikan di Indonesia, seiring kemajuan zaman dan perkembangan teknologi informasi dalam fungsinya sebagai penunjang pembelajaran, beberapa tahun belakangan ini teknologi jaringan komputer berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perkembangan dan pemanfaatan teknologi jaringan komputer atau internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet dan pada tahun 1997 mulai berkembang pesat. Hingga saat ini internet semakin menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

(3)

Pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat ke empat di Asia, di bawah China, India, dan Jepang. Total sekitar 39,6 juta pengguna dengan penetrasi akses sekitar 16,1 persen. Persentasi ini menunjukkan perkembangan penggunaan internet yang cukup pesat di Indonesia. (www.internetworldstats.com/ 31 maret 2011). Perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber‐sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet.

Salah satu pemanfaatan internet dan juga teknologi informasi khususnya dalam pendidikan adalah pembelajaran berbasis web. Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu jawaban dari permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi mampu mengatasi kesenjangan pemerataan pendidikan yang menjadi salah satu penghambat peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.

Selain pemerataan pendidikan, perlu dikaji ulang mengenai mutu pendidikan di tiap-tiap Propinsi di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah pada Ujian Nasional 2011 kemarin, memiliki jumlah siswa yang tidak lulus paling besar dibanding Propinsi di Indonesia lainnya. Sebanyak 4.823 siswa dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa selain pemerataan pendidikan yang nyatanya masih kurang, kualitas pendidikan di Indonesia juga harus ditingkatkan. (http://psb-smpdki.org/ 04 juni 2011).

(4)

Beberapa wacana mengenai peningkatan kualitas pendidikan Indonesia haruslah dilaksanakan dengan benar dan optimal. Dalam pelajaran matematika khususnya, peningkatan prestasi belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia pada umumnya. Beberapa cara diusahakan agar peningkatan prestasi belajar siswa dapat tercapai. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa diharapkan mampu tercapai dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis siswa dan juga motivasi belajar siswa.

Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Sedangkan menurut Ellis (dalam Rosyada, 2004), keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari beberapa indikator umum yang meliputi kemampuan untuk membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai, membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan, menetapkan fakta yang akurat, menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas, mengidentifikasi logika-logika yang keliru dan beberapa indikator umum lainnya.

Keterampilan berpikir kritis matematis mampu diasah dan dibentuk dengan memberikan soal-soal olimpiade matematika yang merupakan kumpulan soal-soal kreatif dan inovatif untuk membantu siswa melatih kemampuan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis matematis. Pemanfaatan soal-soal olimpiade juga mampu mengarahkan siswa meningkatkan prestasi belajar di bidang Olimpiade Matematika Internasional (IMO).

(5)

Dalam Olimpiade Matematika Internasional (IMO) yang sejak pertama kali mengikuti pada tahun 1988 di Canberra Australia dan sampai tahun 2005, hanya mampu memperoleh 1 perak, 10 perunggu dan 16 Honorable Mentions (Muchlis, 2005).

Pada IMO 2010, yang diselenggarakan pada tanggal 2-14 Juli 2010, Indonesia hanya mampu memperoleh 1 perak, 4 perunggu, dan 1 Honorable Mensions. Akumulasi perolehan medali untuk Indonesia hingga IMO 2010 selesai berlangsung adalah 0 emas, 4 perak, 20 perunggu, dan 27 Honorable Mensions (website resmi IMO). Perolehan medali ini membawa Indonesia hanya berada pada posisi ke-30 dari sekitar 100 Negara peserta IMO.

Prestasi Indonesia di IMO jika dibandingkan dengan Singapura dan Thailand, terhitung masih dalam tingkatan rendah. Singapura pertama kali bergabung dengan IMO pada tahun yang sama dengan Indonesia. Hingga kini, Singapura mampu memperoleh 1 emas, 30 perak, 61 perunggu, dan 20 Honorable Mensions yang membawa mereka menduduki peringkat ke 22. Berbeda dengan Thailand, yang pertama kali mengikuti IMO pada tahun 1989, terhitung satu tahun lebih muda dari Indonesia. Hingga kini Thailand mampu menduduki posisi ke 5 dengan perolehan 7 medali emas, 32 medali perak, dan 39 medali perunggu, serta 21 Honorable Mensions.

Peningkatan keterampilan berpikir kritis matematis siswa secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dan meningkatkan

(6)

prestasi belajar matematika yang akan membawa Indonesia berada di peringkat atas dalam peringkat IMO dibandingkan Negara-Negara tetangga lain.

Selain keterampilan berpikir kritis matematis siswa, faktor motivasi siswa dalam belajar pun ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Motivasi merupakan motif yang aktif (Sadirman, 2004:73). Sedangkan yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (Purwanto, 2001:60). Kesenangan yang muncul dari seorang siswa terhadap suatu materi merupakan langkah awal untuk menarik perhatian siswa agar belajar lebih giat.

Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk mengikuti proses belajar (Sadirman, 2004: 74). Hal ini senada dengan pendapat Winkel (1987:27) bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai. Memberi motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Dengan motivasi yang tinggi dari siswa untuk belajar, peningkatan prestasi belajar pun akan segera tercapai.

Dalam lampiran Permendiknas no 22 th 2006 dijelaskan bahwa, salah satu pilar belajar adalah belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Ini merupakan dasar dalam pembelajaran guna mencapai tujuan seluruh warga Indonesia dan Departeman Pendidikan Nasional khususnya. Dengan acuan yang telah ditetapkan,

(7)

diharapkan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia mampu berjalan dengan baik dan cepat.

Merujuk bahasan sebelumnya, peningkatan keterampilan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa diduga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini perlu dipadankan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan juga harus tetap selaras dengan tujuan Dinas Pendidikan Indonesia.

Menurut Freudenthal (lampiran Permendiknas no 22 th 2006), mathematics as a human activity. Education should give students the “guided” opportunity to “re-invent” mathematics by doing it. Ini sesuai dengan pilar-pilar belajar yang ada dalam kurikulum pendidikan kita, salah satu pilar belajar adalah belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Untuk itu, pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran tersebut. Hal ini bisa terwujud dengan dilakukannya perubahan dalam model pembelajaran matematika di kelas. Perubahan model pembelajaran matematika yang berpusat pada guru, diubah menjadi berpusat pada siswa.

Pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis dan motivasi siswa menjadi salah satu solusi. Siswa dituntut untuk menemukan sesuatu yang baru dalam

(8)

diri siswa dengan bimbingan dari guru agar siswa tidak merasa kesulitan dan mendapat motivasi lebih untuk melanjutkan pembelajaran.

Pembelajaran dengan penemuan terbimbing, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan terbimbing, siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir kritis, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin, 1994).

Namun dalam proses penemuan terbimbing siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah, sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002).

Pemanfaatan penggunaan internet (pembelajaran berbasis web) dengan model penemuan terbimbing menjadi salah satu alternatif pembelajaran di sekolah, khususnya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Menyikapi hal tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan teknologi informasi berbasis web dalam pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa SMP”.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemasalahan penelitian di atas, maka masalah pada penelitian dirumuskan sebagai berikut ini.

1. Apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan model penemuan terbimbing berbasis web lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model penemuan terbimbing?

2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa yang mendapatkan model penemuan terbimbing berbasis web?

C. Batasan Masalah

Agar tidak membiaskan pembahasan, penulis membatasi permasalahan di atas dalam hal-hal berikut ini:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bandung. 2. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian adalah Dalil Pythagoras.

3. Website yang digunakan dalam penelitian adalah website untuk pembelajaran ( E-Learning berbasis website).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan model penemuan terbimbing berbasis web dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model penemuan terbimbing. 2. Mendapatkan gambaran tentang motivasi belajar siswa yang mendapatkan

(10)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam sifat praktis maupun teoritis.

1. Manfaat praktis

Meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika sehingga prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian dalam upaya mendalami proses kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap sekolah berkenaan dengan optimalisasi penggunaan media komputer (pemanfaatan internet dalam pembelajaran matematika).

F. Hipotesis

Atas anggapan dasar yang dikemukakan di atas, maka diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut :

Peningkatan keterampilan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model penemuan terbimbing berbasis web lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran model penemuan terbimbing.

(11)

G. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari proposal penelitian ini adalah:

1. Web adalah sebuah sistem program pada komputer yang menggunakan bahasa

pemrograman untuk memudahkan orang awam dalam membacanya.

2. Website adalah sekumpulan halaman web yang berisi gambar, video, tulisan, dan juga berbagai macam bentuk digital lain.

3. Model penemuan terbimbing adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu merumuskan, menyusun, memproses, mengorganisir, menganalisis data dan kemudian menyimpulkan hasil dari permasalahan yang ada dengan bimbingan guru.

4. Keterampilan berpikir kritis didefinisikan sebagai kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan, memberikan alasan, berhipotesis dan menggeneralisasi suatu pernyataan, serta mengaplikasikan konsep dan mempertimbangkan alternatif.

5. Motivasi belajar didefinisikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai

Referensi

Dokumen terkait

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

SEGMEN BERITA REPORTER A Kreasi 1000 Jilbab Pecahkan Muri Rina & Deska. CAREER DAY AMIKOM Adib & Imam Wisuda smik amikom Adib

pelajaran seperti apa yang ada pada pendidikan yang diselenggarakan oleh.. Karena pada tahun ini pondok pesantren sudah mulai.

Metode Jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi kali bagi tambah kurang/kabataku) matematika dengan menggunakan alat bantu jari. 34 Sepertinya halnya dalam

1) Rasio utangnya tidak lebih besar dari 50% atau dengan kata lain utang yang ada di dalam struktur pendanaan perusahaan jumlahnya tidak lebih besar dari jumlah modal

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah beberapa kesiapan guru madrasah aliyah dalam merencanakan pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan

Selanjutnya sebagai upaya untuk dapat memberikan pendidikan yang holistic (menyeluruh) maka perlu dikembangkan proses pendidikan yang mampu menfasilitasi dan

Kajian menunjukkan bahawa 100% responden mengatakan industri pembinaan mempunyai masalah dalam mendapatkan tenaga buruh tempatan, 100% responden menyatakan buruh