• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI

LARUTAN PENYANGGA

Oleh ADE ROSALINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI

LARUTAN PENYANGGA

Oleh ADE ROSALINA

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga, Mendeskripsikan karakteristik LKS, mendeskripsikan respon guru dan respon siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga,. Mengetahui kendala-kendala dan faktor pendukung yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. Metode pe-nelitian yang digunakan adalah Pepe-nelitian dan Pengembangan yang terdiri dari tiga tahap yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan dan pengembangan, dan 3) evaluasi. Berdasarkan tanggapan Guru, LKS yang dikembangkan diperoleh data tentang aspek kesesuaian isi sebesar 85,00%, aspek keterbacaan sebesar 84,00% dan aspek kemenarikan sebesar 81,53% , sedangkan berdasarkan tanggapan siswa diperoleh data tentang aspek keterbacaan sebesar 87,46% dan aspek kemenarikan sebesar 85,13%. Hasil dari tanggapan Guru dan Siswa tersebut menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan memiliki kualitas sangat tinggi.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Definis Lembar Kerja Siswa ... 8

B.Fungsi, Tujuan dan Manfaat Lembar Kerja Siswa ... 8

C.Kriteria Lembar Kerja Siswa ... 10

D.Langkah-Langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa ... 14

E. Komponen Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 17

F. Representasi Kimia ... 19

G.Analisis Konsep ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 24

B.Subyek dan Lokasi Penelitian ... 26

C.Sumber Data ... 26

(7)

G. Teknik Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Studi Lapangan ... 40

B.Konstruksi dan desain LKS yang dikembangkan ... 42

C.Hasil Validasi Ahli ... 44

D.Hasil Tanggapan Guru dan Siswa ... 47

E. Hasil Wawancara Tanggapan Siswa ... 50

F. Karakteristik LKS yang Dikembangkan ... 51

G.Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan LKS ... 52

H.Faktor Pendukung Pengembangan LKS ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 54

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 60

2. Silabus ... 64

3. RPP 1 ... 69

4. RPP 2 ... 78

5. RPP 3 ... 85

6. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 94

7. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 99

8. Angket Validasi Kesesuaian Isi ... 103

9. Hasil Validasi Kesesuaian Isi... 108

10. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 113

11. Angket Validasi Keterbacaan ... 115

12. Hasil Validasi Keterbacaan ... 119

13. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Keterbacaan ... 123

14. Angket Validasi Konstruksi ... 125

15. Hasil Validasi Konstruksi ... 129

16. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Konstruksi ... 133

(8)

Pada guru ... 144 21. Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan Pada Guru ... 146 22. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan

Pada guru ... 150 23. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan

Pada Siswa ... 152 24. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Uji Coba Terbatas

Pada Siswa ... 153 25. Data Saran Siswa Terhadap Keterbacaan LKS ... 155 26. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan

Pada Siswa ... 158 27. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Uji Coba Terbatas

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pe-nilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksa-nanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada se-tiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat bagi peserta didik. Oleh karena itu, semua pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dapat menggunakan media pembelajaran yang mengacu pada standar proses. Pembelajaran yang mengacu pada standar proses dan berpusat pada po-tensi serta kepentingan peserta didik salah satunya adalah pembelajaran IPA.

(10)

memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap (BSNP, 2006).

Pada pembelajaran pokok larutan penyangga yang bersifat abstrak masih banyak mengalami kesulitan, sehingga penyampaian materi yang kurang tepat oleh guru dan sumber belajar dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Konsep yang abstrak ini seharusnya disam-paikan dengan pendekatan yang dapat menghubungkan hal yang abstrak dengan hal yang konkret sehingga konsep abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa . Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan konsep abstrak adalah representasi kimia.

Johnstone (Chittleborough, 2004) membagi kimia menjadi tiga level representasi, yaitu : (1) level makroskopis: adalah fenomena riil dan dapat diamati; (2) level submikroskopis: didasarkan pada pengamatan riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan penggunaan repre-sentasi dari model teori, dan; (3) level simbolis: dapat berupa rumus kimia, per-samaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik. Penggunaan ketiga rep-resentasi kimia ini sangat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep

kimia yang sebagian besar bersifat abstrak.

(11)

juga dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep. Salah satu media yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS).

Jika pada pembelajaran pokok bahasan larutan penyangga digunakan LKS yang berbasis representasi kimia, maka pada pembelajaran tersebut dapat memudahkan siswa dan guru. Siswa akan lebih paham karena mendapat gambaran dari pokok bahasan larutan penyangga yang bersifat abstrak. Guru dapat lebih mudah dalam mengarahkan siswa untuk menemukan konsep-konsep pada pokok bahasan laru-tan penyangga ini. Dengan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep me-ngenai larutan penyangga dengan menggunakan LKS dapat membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran di dalam kelas.

Berdasarkan hasil studi observasi yang dilakukan di lima SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Kotabumi menunjukkan bahwa guru yang menggunakan LKS kimia dalam pembelajaran pada materi larutan penyangga sebesar (50%). LKS yang digunakan oleh guru tidak didesain sendiri dan hanya berorientasi pada pro-duk (pengetahuan) saja. Hal ini terbukti dengan pertanyaan yang ada pada LKS terkesan untuk memindahkan jawaban atau sebagai alat siswa untuk berlatih soal-soal dan bukan untuk membangun konsep. Praktikum yang dirancang dalam LKS masih terdapat yang kurang sesuai dengan konteks materi serta dibuat untuk membuktikan konsep.

(12)

di-gunakan masih terlalu sederhana. Hal ini terbukti pada LKS yang didi-gunakan belum terdapat gambar-gambar (khususnya gambar submikroskopis) dan belum menggunakan perpaduan warna yang dapat menarik minat siswa. Berdasarkan hasil wawancara pula, didapatkan pula fakta bahwa sebagian besar guru belum menggunakan LKS dalam pembelajaran kimia dan juga belum mengetahui tentang pembelajaran berbasis representasi kimia.

Hasil studi lapangan juga diperkuat dengan hasil penelitian Ben-Zvi, Eylon, &

Silberstein, 1986 dalam (Wu, 2000) menyatakan siswa masih kesulitan dalam

mem-pelajari materi kimia pada level representasi simbolik dan representasi mikroskopis

sebab representasi ini bersifat kasat mata dan abstrak sedangkan pemahaman siswa

sangat bergantung pada informasi sensorik mereka. Hal yang serupa juga diung-kapkan oleh Saputra (2013) yang menyatakan bahwa guru membelajarkan materi dengan menggunakan LKS pelajaran kimia yang beredar dipasaran. LKS yang telah beredar dan digunakan oleh guru maupun siswa belum ditampilkan melalui representasi kimia.

(13)

pen-didikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa yang menye-babkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Untuk menunjang proses pembelajaran yang melibatkan ketiga level representasi kimia sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi maka dibutuhkan suatu LKS di mana materi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan standar isi dan disajikan melalui ketiga level representasi sehingga lebih mudah dipahami baik oleh guru maupun siswa. Terkait dengan hal itu, maka dilakukanlah pene-litian dengan judul: “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Representasi

Kimia pada materi Larutan Penyangga.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan?

2. Bagaimana respon Guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan?

3. Bagaimana respon siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan?

4. Apa sajakah kendala-kendala yang ditemui ketika mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga?

(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan

penyangga.

2. Mendeskripsikan karakteristik LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

5. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

6. Mengetahui faktor pendukung yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

D. Manfaat Penelitian

Dari pengembangan LKS berbasis representasi kimia yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi

1. Guru

Menambah media pembelajaran baru, yang diharapkan dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi lebih efektif dan konstruktif.

2. Siswa

(15)

abstrak. LKS berbasis representasi kimia diharapkan dapat menambah minat belajar siswa.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran kimia pada pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan LKS yang akan dilakukan merupakan upaya menyusun LKS yang berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga dan meng-evaluasi LKS hasil pengembangan.

2. Lembar kerja siswa berbasis representasi kimia merupakan media pembelajar-an berlpembelajar-andaskpembelajar-an tugas ypembelajar-ang disusun untuk merepresentasikpembelajar-an pokok bahaspembelajar-an larutan penyangga.

3. Representasi adalah suatu cara untuk mengekspresikan objek, kejadian, feno-mena atau konsep-konsep abstrak, representasi tersebut terdiri dari tiga level, yakni representasi makroskopis, representasi submikroskopis dan representasi simbolik.

4. Representasi makroskopis penelitian ini berupa tampilan hasil pengamatan pada percobaan materi larutan penyangga.

5. Representasi submikroskopis pada penelitian ini berupa disosiasi molekul-molekul pada materi larutan penyangga.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa adalah sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai (Senam, 2008). LKS merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui LKS ini akan me-mudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

B. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Lembar Kerja Siswa

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah :

1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

3. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

(17)

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dica-pai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), fungsi LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Penggunaan media LKS ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2005) antara lain yaitu :

1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan dapat meningkatkan hasil belajar.

(18)

mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus me- ngemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini, LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.

1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.

2. LKS non eksperimen

LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum (Perpustakaan Online Universitas Pendidikan Indonesia).

C. Kriteria Lembar Kerja Siswa

Menurut Endang Widjajanti (2010), aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS yang baik yaitu:

a. Pendekatan penulisan adalah penekanan keterampilan proses, hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan dan kemampuan meng-ajak siswa aktif dalam pembelajaran.

b. Kebenaran konsep adalah menyangkut kesesuaian antara konsep yang dijabarkan dalam LKS dengan pendapat ahli kimia dan kebenaran materi setiap materi pokok

c. Kedalaman Konsep terdiri dari muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta dan kedalaman materi sesuai dengan kompe-tensi siswa berdasarkan Kurikulum KTSP

(19)

e. Kejelasan kalimat adalah berhubungan dengan penggunaan kalimat yang tidak menimbulkan makna ganda serta mudah dipahami

f. Kebahasaan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan mampu mengajak siswa interaktif

g. Evaluasi belajar yang disusun dapat mengukur kemampuan kognitif, afek-tif, dan psikomotorik secara mendalam

h. Kegiatan siswa / percobaan kimia yang disusun dapat memberikan penga-laman langsung, mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta serta tingkat kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pokok Kurikulum KTSP.

i. Keterlaksanaan meliputi kesesuaian materi pokok dengan alokasi waktu di sekolah dan kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan.

j. Penampilan Fisik yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organi-sasi, dan daya tarik buku baik, kejelasan tulisan dan gambar dan dapat mendorong minat baca siswa.

Karakteristik LKS yang baik, menurut Sungkono (2009) adalah:

1. LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan yang harus siswa lakukan.

2. Merupakan bahan ajar cetak.

3. Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh siswa.

4. Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain - lain.

Widjajanti (2008) menjabarkan syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis di dalam penyusunan LKS yang baik.

Syarat – Syarat Didaktik Penyusunan LKS

LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

(20)

2. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

3. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP

4. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

5. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

Syarat Konstruksi Penyusunan LKS

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :

a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.

b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.

d. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan

mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

(21)

harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa.

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

h. Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.

i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

Syarat Teknis Penyusunan LKS a. Tulisan

(1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

(2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

(22)

b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

D. Langkah- langkah Penyusunan LKS

Berdasarkan Depdiknas dalam N. Syakrina (2012), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menulis LKS yaitu:

1) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang akan memerlukan bahan ajar LKS.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Urutan LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.

3) Menentukan Judul-Judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar-Kompetensi Dasar, materi pokok yang terdapat dalam kurikulum.

4) Penulisan LKS, meliputi:

a) Perumusan KD harus dikuasai

(23)

c) Penyusunan materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang ling-kup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sum-ber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu.

Setelah dilakukan penulisan LKS yang baik dan pencetakan, langkah selanjutnya yaitu melakukan penilaian terhadap LKS agar diketahui apakah LKS tersebut layak untuk digunakan. Penilaian secara obyektif terhadap aspek-aspek LKS yang dikatakan baik (Endang Widjajanti, 2010) yaitu :

a. Aspek Pendekatan Penulisan

1) Menekankan keterampilan proses

2) Menghubungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan 3) Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran

b. Aspek Kebenaran Konsep Kimia

1) Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli kimia 2) Kebenaran susunan materi tiap bab dan prasyarat yang digunakan c. Aspek Kedalaman Konsep

1) Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta 2) Kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan

Kurikulum KTSP d. Aspek Keluasan Konsep

(24)

2) Hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari

3) Informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman e. Aspek Kejelasan Kalimat

1) Kalimat tidak menimbulkan makna ganda 2) Kalimat yang digunakan mudah dipahami f. Aspek Kebahasaan

1) Bahasa yang digunakan mengajak siswa interaktif 2) Bahasa yang digunakan baku dan menarik

g. Aspek Penilaian Hasil Belajar

1) Mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik

2) Mengukur kemampuan siswa secara mendalam dan berdasarkan standar kompetensi yang ditentukan oleh Kurikulum KTSP

h. Aspek Kegiatan Siswa / Percobaan Kimia 1) Memberikan pengalaman langsung

2) Mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta

3) Kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pelajaran dalam Kurikulum KTSP

i. Aspek Keterlaksanaan

1) Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu di sekolah 2) Kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan j. Aspek Penampilan Fisik

1) Desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik buku baik

(25)

3) Penampilan fisik buku dapat mendorong minat baca siswa

E. Komponen Penilaian LKS

Komponen yang diungkapkan dalam Suyanto, dkk. (2011) antara lain yaitu seperti berikut:

1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan menggunakannya. Misalnya untuk kelas VIII, KD, 1 dan kegiatan 1, nomor LKS-nya adalah LKS VIII.1.1. Dengan nomor tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan kegiatannya.

2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Partikel Materi. 3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.

4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.

5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.

6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung. 7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.

(26)

a . Komponen kelayakan isi 1) Cakupan materi 2) Akurasi materi 3) Kemutakhiran

4) Mengandung wawasan produktivitas 5) Merangsang keingintahuan (curiosity)

6) Mengembangkan kecakapan hidup (life skills)

7) Mengembangkan wawasan kebinekaan (sense of diversity) 8) Mengandung wawasan kontekstual

b . Komponen Kebahasaan

1) Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik 2) Komunikatif

3) Dialogis dan interaktif 4) Lugas

5) Koherensi dan keruntutan alur pikir

6) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia 7) Penggunaan istilah dan simbol/ lambing c . Komponen Penyajian

1) Teknik Penyajian

(27)

F. Representasi Kimia

Menurut McKendree dkk. (Nakhleh, 2008), representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan. Representasi makroskopik ialah representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan di-persepsi oleh panca indra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari. Representasi mikroskopis yaitu representasi kimia yang menjelaskan mengenai stru-ktur dan proses pada level partikel (atom/molekular) terhadap fenomena makroskopik yang diamati. Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu rumus kimia, diagram, gambar, persamaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik (Johnstone et.al, 1993 dalam Scott &Livingstone, 2008:110).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ida farida, dkk. dalam Proceding The 4th international Seminar on Science Education (2010) yaitu:

The three levels of chemical representation are containing

inter-connectedness information. While the macroscopic observable chemical phenomena are the basis of chemistry, explanations of these phenomena usually rely on the symbolic and submicroscopic level of representations. Consequently, the ability of learners to understand the role of each level of chemical representation and the ability to transfer from one level to another is an important aspect of generating understandable explanations.

(28)

Gambar 2.1. Tiga level representasi kimia

Dalam proses pembelajaran kimia, penting untuk memulai dari level makroskopis dan simbolik sebab keduanya terlihat dan dapat dikonkritkan dengan contoh. Namun, Johnstone (2000) dalam Chittleborough (2004) mengatakan bahwa level submikroskopik merupakan level yang tersulit sebab menggambarkan level mole-kular suatu materi, termasuk partikel seperti elektron, atom, dan molekul.

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik).

Makroskopik

(29)

G. Analisis Konsep

Menurut Markle dan Tieman (dalam Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Oleh sebab itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

(30)

Label

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(31)

Basa lemah

mol basa konjugasi, pH , dan pOH.

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development /R&D). Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang di-gunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Adapun langkah-langkah penggunaan metode Research and Deve-lopment /R&D adalah sebagai berikut.

1. Potensi dan Masalah. Penelitian berasal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

(33)

3. Desain Produk. Desain prosuk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. 4. Validasi Desain. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

5. Perbaikan Desain. Perbaikan Desain. Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya selanjutnya melakukan perbaikan desain.

6.Uji Coba Produk. Uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas yang telah ditentukan.

7.Revisi Produk. Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada skala lebih luas terdapat kekurangan.

8.Uji Coba Pemakaian. Uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

9.Revisi Produk. Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan 10.Pembuatan Produk Massal. Bila produk telah dinyatakan efektif dalam

beberapa kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

(34)

perenca-naan desain modul, pembuatan desain modul, validasi, dan revisi dan 3) evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas, revisi setelah uji coba produk secara terbatas, uji coba pemakaian, revisi produk, dan pembuatan produk secara missal. Dalam penelitian dan pengembangan lembar kerja siswa berbasis rep-resentasi kimia ini dilakukan sampai tahap penyempurnaan produk setelah mela-kukan uji coba terbatas. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan ke-ahlian peneliti untuk melakukan tahap-tahap selanjutnya.

B.Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di lima SMA Negeri dan satu SMA Swasta yang ada di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara yang dilakukan pada saat studi lapangan, dan di salah satu SMA Negeri yang ada di Kotabumi yang dilakukan pada saat uji coba terbatas. Subyek penelitian ini adalah lembar kerja siswa berbasis represen-tasi kimia pada materi larutan penyangga. Subyek uji coba pada penelitian ini adalah guru mata pelajaran kimia dan siswa-siswi kelas XI SMA Negeri yang ada di Kotabumi yang telah mempelajari materi larutan penyangga.

C. Sumber Data

(35)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket analisis kebutuhan, instrumen validasi ahli, instrumen uji kelayakan LKS, dan instrumen uji keterlaksanaan.

1. Angket Analisis Kebutuhan

Angket analisis kebutuhan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai LKS yang digunakan oleh beberapa sekolah yang bersang-kutan. Angket analisis kebutuhan ini juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kekurangan-kekurangan yang ada di LKS, sehingga menjadi referensi bagi kami untuk mengembangkan LKS berbasis representasi kimia.

2. Instrumen Uji Validitas

Instrumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi materi pada LKS berbasis representasi kimia (yang terdiri-dari kesesuaian isi materi dengan SK-KD dan kesesuaian isi materi dengan representasi kimia) , konstruksi (yang terdiri-dari konstruksi sesuai format LKS yang ideal dan konstruksi sesuai dengan problem solving) dan yang terakhir untuk menguji terhadap aspek keterbacaan LKS berbasis representasi kimia hasil pengembangan terhadap penilaian validator.

3. Instrumen Uji Kelayakan LKS

(36)

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Pengembangan LKS berbasis representasi kimia

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

- Analisis SK dan KD - Pengembangan Silabus - Pembuatan Analisis Konsep - Pembuatan RPP

- Wawancara guru dan siswa di 6 SMA di Kotabumi mengenai penggunaan LKS dalam proses pembelajaran.

- Analisis LKS yang digunakan oleh guru dan siswa.

Studi Kepustakaan/Literatur Studi Lapangan Analisis Kebutuhan

Perancangan LKS

Pembuatan/ Pengembangan LKS berbasis representasi kimia

Revisi pertama LKS berbasis representasi kimia Desain LKS

Validasi LKS oleh Pakar

LKS berbasis representasi kimia Revisi Produk (LKS)

Uji Coba Terbatas

Analisis Kebutuhan

Perencanaan dan Pengembangan

(37)

1. Studi Pendahuluan

Tahap pertama dari penelitian ini adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tujuan dari studi penda-huluan adalah menghimpun data tentang susunan dan kondisi LKS yang ada sebagai bahan perbandingan atau bahan referensi untuk produk yang

dikembangkan. Studi pendahuluan terdiri dari:

a. Studi Kepustakaan/Literatur

Studi ini dilakukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah menganalisis materi SMA tentang larutan penyangga dengan cara mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Silabus kimia SMA tentang materi asam basa yaitu, Standar Isi (SI), yang meliputi Standar Kom-petensi (SK) dan KomKom-petensi Dasar (KD) yang terdapat pada KTSP.

Selanjutnya, menganalisis LKS kimia tentang materi larutan penyangga, analisis yang dilakukan meliputi identifikasi kelebihan dan kekurangan LKS kimia tersebut. Hal ini menjadi acuan untuk mengembangkan LKS kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

b. Studi Lapangan

(38)

Wawancara dilakukan terhadap satu orang guru bidang studi khususnya kimia yang mengajar di kelas XI dan tiga orang siswa, perwakilan dari masing-masing sekolah tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui LKS seperti apa yang digunakan yang mendukung proses pembelajaran. Setelah itu, mengidentifikasi LKS kimia pada materi pokok larutan penyangga yang di-gunakan di SMA Negeri tersebut. Sama halnya seperti studi kepustakaan, yang diidentifikasi adalah kelebihan dan kekurangan yang ada di LKS kimia tersebut.

2. Perencanaan dan Pengembangan Produk

a. Penyusunan LKS kimia.

Acuan dalam perencanaan dan pengembangan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga adalah hasil dari analisis kebutuhan yang telah di-lakukan. Penyusunan LKS ini berdasarkan panduan penyusunan LKS yang akan diajarkan pada materi larutan penyangga berbasis representasi kimia. Hal yang dilakukan dalam perencanaan dan pengembangan produk ini adalah:

1) Menganalisi materi atau standar kompetensi yang akan dijadikan bahan pengembangan LKS berbasis representasi kimia.

2) Mengumpulkan bahan yang dapat digunakan sebagai referensi pengembangan LKS berbasis berbasis representasi kimia.

(39)

4) Menyusun LKS yang berisikan konsep-konsep yang akan dipelajari. Konsep - konsep kimia disusun berbasis berbasis representasi kimia.

5) Selain itu, LKS disusun menjadi beberapa kegiatan. Dalam setiap kegiatan, berisi identifikasi masalah, merumuskan masalah, mencari keterangan sementara, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan terakhir kesimpulan.

b. Validasi produk dan revisi produk

Setelah selesai dilakukan penyusunan LKS kimia berbasis berbasis representasi kimia, kemudian LKS tersebut divalidasi oleh validator ahli. Validasi ini merupakan proses penilaian kesesuaian LKS terhadap standar isi, kompetensi dasar dan indikator-indikator untuk mengetahui apakah LKS yang disusun telah memenuhi kategori LKS yang baik, serta untuk mengetahui apakah LKS yang disusun telah sesuai dengan kebutuhan sekolah berdasarkan hasil studi

pendahuluan.

Setelah divalidasi ahli, kemudian rancangan atau desain produk tersebut direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator ahli tersebut, kemudian meng-konsultasikan hasil revisi produk LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga, setelah itu produk hasil revisi tersebut dapat diuji cobakan secara terbatas.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah sebagai berikut:

(a) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.

(40)

3. Evaluasi Produk

Evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas dan revisi setelah uji coba produk secara terbatas.

a. Uji Coba Produk Secara Terbatas

Setelah dihasilkan LKS berbasis representasi kimia yang telah divalidasi oleh ahli dan telah dilakukan revisi, maka dilakukan uji coba produk secara terbatas di salah satu SMA Negeri di Kotabumi untuk mengetahui kelayakan bahan ajar, selain itu juga bertujuan bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, ke-benaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Selain itu digunakan untuk mengevaluasi desain produk, kualitas produk, kemenarikan, keterbacaan dan efektivitas visual siswa atau pembaca.

LKS berbasis berbasis representasi kimia diuji cobakan pada siswa kelas XI IPA dan satu orang guru di salah satu SMA Negeri di Kotabumi. Teknik uji ini menggunakan lembar angket penilaian guru dan angket respon siswa. dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

1) Pengujian kesesuaian isi materi LKS berbasis representasi kimia dengan SK-KD oleh guru (Tanggapan Guru) :

(a) Memperlihatkan produk hasil pengembangan LKS berbasis representasi kimia kepada guru.

(41)

ke-sesuaian isi LKS dengan SK-KD yang ada untuk mengetahui tanggapan guru mengenai kesesuaian isi LKS tersebut.

(c) Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek konstruksi untuk mengetahui tanggapan guru mengenai konstruksi LKS tersebut. (d) Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek keterbacaan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai keterbacaan LKS tersebut.

2) Pengujian keterbacaan dan kemenarikan LKS berbasis representasi kimia pada siswa (Respon Siswa) :

(a) Memperlihatkan produk hasil pengembangan LKS berbasis berbasis representasi kimia kepada siswa.

(b) Siswa membaca dan mempelajari LKS berbasis representasi kimia. (c) Siswa mengisi angket tentang aspek keterbacaan, kemenarikan dan keterlaksanaan LKS berbasis representasi kimia yang dikembangkan. (d) Siswa mengisi kritik maupun saran terkait LKS berbasis representasi

kimia hasil pengembangan.

b. Revisi Produk Setelah Uji Coba Terbatas

(42)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dan angket (kuisioner). Menurut Sugiyono (2008), kuisoner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Observasi secara sempit diartikan sebagai kegiatan memperhatikan sesuatu dengan mata. Di dalam ngetian secara luas, observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pe-muatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera. Menurut Arikunto (2010), wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

Pada penelitian pengembangan ini, wawancara dilakukan pada studi lapangan dan pada uji terbatas. Pada studi lapangan, wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran kimia dan siswa pada enam SMAN di Kotabumi. Wawancara dila-kukan dengan mewancarai guru dan siswa sesuai dengan pedoman wawancara. Seperti yang dijelaskan sebelumnya wawancara dilakukan untuk mendapatkan masukan dalam pengembangan LKS berbasis representasi kimia. Sedangkan pada uji terbatas, wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia yang telah dikembangkan.

(43)

Pada validasi kesesuaian urutan dan isi LKS oleh pakar pendidikan, pengumpulan data dilakukan dengan menunjukan LKS berbasis representasi kimia yang di-kembangkan, kemudian meminta validator pakar pendidikan untuk mengisi angket validasi kesuaian urutan dan isi LKS yang dikembangkan. Pada validasi kelayakan dan keterbacaan LKS oleh pakar LKS, pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan LKS hasil pengembangan, kemudian meminta validator pakar pendidikan untuk mengisi angket validasi kelayakan dan keterbacaan LKSyang telah disediakan. Pada uji terbatas, pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan LKS, kemudian meminta guru dan siswa mengisi angket yang telah disediakan.

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Hasil Wawancara

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data wawancara dilakukan dengan cara : a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan

pertanyaan wawancara.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.

c. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket.

(44)

dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:

% 100

% 

N J

Jin i (Sudjana (2005) dalam Surya, 2010)

Keterangan : %Jin= Persentase pilihan jawaban-i pada LKS berbasis

representasi kimia

Ji= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i

N = Jumlah seluruh responden

2. Teknik Analisis Data Angket

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kelayakan,dan keterbacaan LKS berbasis representasi kimia.

(a) Teknik analisis data angket uji keterbacaan dan kelayakan LKS berbasis representasi kimia menggunakan cara sebagai berikut:

(1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

(45)

(4) Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert.

Tabel 3.1 Penskoran pada angket uji kelayakan dan uji keterbacaan untuk pertanyaan positif.

NO Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (ST) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak setuju (TS) 2

5 Sangat tidak setuju (STS) 1

(5) Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut :

a. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 x jumlah responden

b. Skor untuk pernyataan Setuju (S) Skor = 4 x jumlah responden c. Skor untuk pernyataan Ragu (RG)

Skor = 3 x jumlah responden

d. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden

e. Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden

(6) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

% 

maks in

S S

(46)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis

representasi kimia pada materi larutan penyangga

S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

(7) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaan pada LKS berbasis representasi kimia dengan rumus sebagai berikut:

n X

Xi in

 %

% (Sudjana (2005) dalam Surya, 2010)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i pada LKS berbasis

representasi kimia pada larutan penyangga.

%Xin= Jumlah persentase angket-i pada LKS berbasis

representasi kimia pada larutan penyangga. n = Jumlah butir soal

(8) Memvesualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

(9) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997

Tabel 3.2 Tafsiran persentase angket

Persentase Kriteria

80,1%-100% Sangat tinggi

(47)

40,1%-60% Sedang

20,1%-40% Rendah

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil disimpulkan sebagai berikut :

1. LKS berbasis representasi kimia pada materi pokok larutan penyangga hasil pengembangan telah sesuai dengan SK dan KD yang terdiri dari bagian pembuka, bagian inti (terdiri dari 3 kegiatan), dan bagian akhir LKS( terdiri dari evaluasi, daftar pustaka, dan halaman belakang).

2. LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga memiliki karakteristik yaitu :, 1) Memiliki tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran problem solving, 2) Disertai dengan kegiatan eksperimen dan non eksperimen, 3) memiliki representasi makroskopis, submikroskopis dan simbolik.

3. LKS berbasis representasi kimia memiliki memiliki tingkat kesesuaian isi yang yaitu sebesar 82,00%, tingkat keterbacaan sebesar 81,46%, dan tingkat kesesuaian konstruksi sebesar 82,00% yang semuanya termasuk dalam katagori sangat tinggi.

(49)

5. Tanggapan siswa terhadap LKS kimia berbasis representasi kimia yang dikembangkan adalah sudah sangat baik dengan persentase nilai rata-rata aspek keterbacaan sebesar 87,46%, dan kemenarikan sebesar 85,13%.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar :

1. LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dikem-bangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut berupa uji coba lapangan, untuk menguji efektifitasnya secara luas.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Taktik Edisi Revisi. 2010. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta. Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and

London. Longman Inc.

BSNP, 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Chittleborough, G.D. et al. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena.

Thesis. Science and Mathematics Education Centre. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2008. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Ditjen Dikti. Jakarta.

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif. Jakarta:Rineka Cipta

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Farida, I. dkk. 2010. Representasional Competence’s Profile of Pre-Service Chemistry Teachers in Chemical Problem Solving. Seminar Proceeding of The Fourth International Seminar on Science Education., 30 October 2010. Bandung. C2-1-7.

(51)

Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Huddle, P.A. White, M.A. & Rogers, F. 2000. Using a Teaching Model to Correct Known Misconception in Electrochemistry. Journal of Chemical

Education, Vol 77 (1): 104-110.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review., 227, No. 64. p. 377-379.

Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

Nessinta, Nina. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Asam Basa. Bandar Lampung: Universitas Lampung

OECD. 2007. Executive Summary PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World. [Online]. Tersedia:http://www.eric.ed.gov /ERIC Docs/data/ericdocs2sql/contentstorage01/0000019b/80/43/23/b9.pdf . [26 November 2012]

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Saputra, A. 2013. Pengembangan LKS laju reaksi berbasis ketrampilan proses

sains. Universitas Lampung : BandarLampung.

Senam, Arianingrum, R., Permanasari, R., L., dan Suharto. (2008). Efektivitas Pembelajaran Kimia untukSiswa SMA Kelas XI denganMenggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill.Diakses 08 November 2012 dari

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9308280290.pdf

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfhabeta

Sukmadinata, N. S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(52)

Suyanto, S., Paidi, dan Wilujeng I. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS). Disampaikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tanggal 26 Nopember-6 Desember 2011. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-insih-wilujeng-mpd/LEMBAR%20KERJA%20SISWA.docx

Syakrina, N. 2012. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Masalah Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Untuk Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi. UNY. Yogyakarta

Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan penyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Pendidikan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

__________. 2010. Penilaian Lembar Kerja Siswa Materi Konsep Atom, Ion dan Molekul. Makalah disajikan pada Kegiatan Pelatihan Penilaian Lembar Kerja Siswa Bagi Guru Mata Pelajaran Kimia. Di akses dari

http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-dr/ppm-lks2.pdf

(53)

Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/Genap

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tingkat

Lingkup Alokasi Waktu

1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga.

2. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga asam.

3. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga basa.

4. Menghitung pH larutan penyangga. 5. Menghitung pH larutan penyangga setelah

ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air 6. Menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga.

7. Menjelaskan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

Proses:

1. Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga. 2. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada

indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan yang diamati. 3. Mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya

dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

4. Membandingkan pH mula-mula larutan yang diuji dengan pH larutan setelah ditambahkan dengan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

(54)

6. Menggolongkan larutan yang d uji berdasarkan perubahan harga pH ke dalam larutan penyangga dan larutan bukan penyangga.

7. Menyimpulkan pengertian larutan penyangga dan bukan larutan penyangga.

8. Membedakan larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa berdasarkan komponen penyusunnya. 9. Menyimpulkan komponen penyusun larutan

penyangga asam.

10. Menyimpulkan komponen penyusun larutan penyangga basa.

11. Menuliskan reaksi kesetimbangan komponen larutan penyangga asam dan komponen larutan penyangga basa.

12. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Ka dengan konsentrasi ion H+.

13. Merumuskan konsentrasi ion H+ berdasarkan jumlah mol larutan yang diamati karena volume yang digunakan sama.

14. Menentukan harga pH larutan penyangga asam berdasarkan konsentrasi ion H+.

15. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Kb dengan konsentrasi ion OH-.

16. Merumuskan konsentrasi ion OH- berdasarkan jumlah mol larutan yang diamati karena volume yang

digunakan sama.

17. Menentukan harga pH larutan penyangga basa berdasarkan konsentrasi ion OH-.

18. Menentukan harga pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

(55)

21. Mengkomunikasikan prinsip kerja larutan penyangga.

22. Mencari informasi mengenai fungsi larutan

penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

23. Mendiskusikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

24. Mengkomunikasikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

B. Afektif  Karakter

1. Rasa ingin tahu 2. Komunikatif 3. Tanggung jawab 4. Kejujuran 5. Teliti

 Keterampilan sosial 1. Bertanya

2. Mengemukakan pendapat 3. Pendengar yang baik 4. Berkomunikasi 5. Kerjasama C. Psikomotor

1. Kerapihan mengatur alat dan bahan. 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes. 3. Keterampilan mengamati perubahan warna

dengan indikator universal

4. Keterampilan mencocokan perubahan warna

(56)

alat dan bahan.

(57)

Nama Sekolah : SMA Negeri Kotabumi Kelas/Semester : XI IPA/Genap

Mata Pelajaran : Kimia

Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya.

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber

Kognitif Afektif Psikomotor

1 2 3 4 5 6 7 8 9

25. Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga.

26. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan yang diuji.

27. Mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya dalam bentuk tabel hasil

Afektif Karakter

6. Rasa ingin tahu

(58)

bukan

diuji dengan pH larutan setelah ditambahkan dengan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

29. Mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH. 30. Menggolongkan

larutan-larutan yang diuji berdasarkan perubahan harga pH ke dalam larutan penyangga dan larutan bukan penyangga.

31. Menyimpulkan pengertian larutan penyangga dan bukan larutan penyangga.

data

12. Keterampila n membereskan dan

membersihkan alat dan bahan

 Komponen

1. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga asam. 2. Menjelaskan komponen

penyusun larutan penyangga basa. Proses

1. Membedakan larutan penyangga asam dan

(59)

2. Menyimpulkan komponen penyusun larutan

penyangga asam.

3. Menyimpulkan komponen penyusun larutan

penyangga basa.

3. Pendengar 5. Keterampilan

mengolah data. 6. Keterampilan

membereskan dan

membersihkan alat dan bahan  Prinsip

1. Menghitung pH larutan penyangga

2. Menghitung pH larutan penyangga setelah

ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air 3. Menjelaskan prinsip kerja

larutan penyangga.

4. Menjelaskan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

Proses

1. Menuliskan reaksi

(60)

sehari-hari konsentrasi ion H+. 3. Merumuskan konsentrasi

ion H+ berdasarkan jumlah mol larutan yang diuji karena volume yang digunakan sama. 4. Menentukan harga pH

larutan penyangga asam berdasarkan konsentrasi ion H+.

5. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Kb dengan

konsentrasi ion OH-. 6. Merumuskan konsentrasi

ion OH- berdasarkan jumlah mol larutan yang diuji karena volume yang digunakan sama.

7. Menentukan harga pH larutan penyangga basa berdasarkan konsentrasi ion OH-.

8. Menentukan harga pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, basa, dan air.

9. Mencari informasi mengenai prinsip kerja larutan penyangga.

6. Keterampilan membereskan dan

membersihkan alat dan bahan

(61)

prinsip kerja larutan penyangga.

12. Mencari informasi mengenai fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

13. Mendiskusikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari. 14. Mengkomunikasikan

fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

(62)

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Materi Pembelajaran : Larutan Penyangga

Sub Materi : Pengertian Larutan Penyangga

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

II. Kompetensi Dasar

4.4 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

III. Indikator Pencapaian Kompetensi 2. Kognitif

Produk

Menjelaskan pengertian larutan penyangga.

Proses

8. Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga.

(63)

11. Membandingkan pH mula-mula larutan yang diuji dengan pH larutan setelah ditambahakn sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

12. Mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH.

13. Menggolongkan larutan yang di uji berdasarkan perubahan harga pH ke dalam larutan penyangga dan larutan bukan penyangga.

14. Menyimpulkan pengertian larutan penyangga dan bukan larutan penyangga.

3. Afektif a. Karakter

1. Keterampilan sosial 11. Rasa ingin tahu 12. Komunikatif 13. Tanggung jawab 14. Kejujuran 15. Teliti

 Keterampilan sosial 11. Bertanya

12. Mengemukakan pendapat 13. Pendengar yang baik 14. Berkomunikasi 15. Kerjasama

4. Psikomotor

1. Kerapihan mengatur alat dan bahan 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes

3. Keterampilan mengamati perubahan warna dengan indikator uniersal

4. Keterampilan mencocokan perubahan warna kertas lakmus dengan indikator univrsal 5. Keterampilan mengolah data.

(64)

- Produk

Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan penyangga

- Proses

o Dilakukan percobaan larutan penyangga, siswa dapat mengamati perubahan warna yang

terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan penyangga.

o Siswa dapat mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya dalam bentuk tabel hasil

pengamatan.

o Berdasarkan instruksi guru, siswa dapat membandingkan pH mula-mula larutan yang diuji

dengan pH larutan setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

o Siswa dapat mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan

penyangga berdasarkan harga pH.

o Siswa dapat menggolongkan larutan ke dalam larutan penyangga dan bukan penyangga. o Siswa dapat menyimpulkan pengertian larutan penyangga berdasarkan percobaan yang

dilakukan dan mengkomunikasikannya kepada teman-temannya.

2. Afektif a. Karakter:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan karakter rasa ingin tahu, komunikatif, tanggung jawab, kejujuran, dan teliti.

b. Keterampilan sosial:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan prilaku keterampilan sosial bertanya, mengemukakan pendapat, pendengar yang baik, berkomunikasi, dan kerjasama.

3. Psikomotor:

 Dengan memperhatikan instruksi guru, siswa terampil mengatur alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum serta dapat terampil menggunakan pipet tetes.

(65)

 Membersihkan dan merapikan alat dan bahan percobaan dengan maksud agar alat percobaan menjadi terawat dan laboratorium tetap tertata rapi dan bersih.

V. Materi Pembelajaran

Larutan penyangga merupakan larutan yang mampu mempertahankan harga pH atau mampu mempertahankan perubahan harga pH ketika ditambahkan dengan sedikit asam, sedikit basa, dan sedikit air. Larutan penyangga disebut juga dengan larutan buffer. Larutan penyangga sangat penting dalam sistem kimia dan biologi. pH dalam tubuh manusia sangat beragam dari satu cairan ke cairan lainnya, misalnya pH darah adalah sekitar 7,4, sementara pH cairan lambung sekitar 1,5. Harga-harga pH ini sangat penting bagi tubuh. Agar enzim dapat bekerja dengan benar dan agar tekanan osmotik tetap seimbang, maka dalam banyak kasus dipertahankan oleh larutan penyangga (buffer).

VI. Strategi Pembelajaran

6.1 Model Pembelajaran : Problem Solving

6.2 Metode : Diskusi kelompok dan eksperimen

VII. Langkah – langkah pembelajaran

Aktivitas Siswa/Guru Penilaian oleh Pengamat

1 2 3 4

Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah. Guru :

Orientasi masalah kecil :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kognitif, afektif, psikomotor, karakter dan kerampilan sosial.

b. Guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tesebut

(66)

larutan lain. Lalu bagaimana jika kita membutuhkan suatu

larutan di mana pH relatif tetap? Adakah larutan yang

dapat memeprtahankan harga pH?

a. Guru melakukan demonstrasi untuk menentukan pH air laut awal, pH air laut setelah ditambah sedikit asam, pH air laut setelah ditambah sedikit basa dan pH air laut setelah ditambah sedikit air.

I II III IV

I : air laut mula-mula

II : air laut ditambahkan sedikit asam III : air laut ditambahkan sedikit basa

IV : air laut ditambahkan sedikit air

b. Guru meminta salah satu siswa untuk mengukur pH keempat sampel diatas.

c. Guru meminta siswa untuk mengobservasi permalasahan diatas.

d. Guru membagikan LKS.

e. Guru meminta siswa untuk merumuskan masalah dari fenomena yang terdapat dalam LKS.

Siswa :

a. Mendengarkan dengan baik dan memberikan komentar terhadap masalah yang diajukan.

b. Menyumbang ide atau berpendapat serta berkomunikasi dalam memberikan penjelasan sederhana dan menyebutkan contoh.

Fakta:

(67)

dari 8,2 menjadi 7,6.

Masalah :

Mengapa bisa terjadi demikian? Apakah suatu larutan dapat mempertahankan harga pH-nya?

Fase 2 : Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Guru :

1. Menjelaskan hubungan permasalahan yang diajukan dengan materi pembelajaran

2. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri 4-5 orang setiap kelompok dan membagi LKS. 3. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi

sebanyak – banyaknya untuk mendapatkan penjelasan dari permasalahan yang diajukan

Siswa :

1. Siswa mencari informasi sebanyak – banyaknya dari berbagai literatur seperti buku, internet dan koran tentang masalah yang diajukan

2. Siswa mendengarkan dengan baik arahan yang diberikan oleh guru.

Fase 3 : Menetapkan jawaban sementara dari masalah Guru :

Meminta siswa untuk memberikan hipotesis terhadap jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan

Siswa

(68)

Fase 4 : Menguji kebenaran jawaban sementara Guru

1. Memantau kegiatan siswa dalam kelompoknya. 2. Mendorong siswa bekerja sama dalam melakukan

percobaan untuk mendapatkan data untuk menguji kebenaran jawaban sementara.

3. Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS.

4. Meminta siswa untuk mengamati perubahan warna yang terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk mengukur pH larutan yang diamati. 5. Meminta siswa pada setiap kelompok untuk menyusun hasil

diskusi dan pengamatannya secara sistematis.

6. Meminta perwakilan siswa dari masing – masing kelompok untuk menyajikan hasil karyanya di depan kelas (presentasi kelompok)

7. Memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam diskusi kelompoknya mengerjakan LKS tentang larutan yang dapat mempertahankan harga pH (larutan penyangga).

8. Menilai keaktifan siswa dalam kelompoknya.

Siswa :

1. Siswa mendengarkan dengan baik arahan yang diberikan oleh guru sebelum melakukan percobaan.

2. Siswa mengembangkan rasa ingin tahunya dengan melakukan percobaan tentang larutan penyangga dan berkerja sama pada saat melakukan percobaan. 3. Siswa mengamati perubahan warna yang terjadi pada

(69)

berdasarkan harga pH dan menggolongkan larutan yang diuji ke dalam larutan penyangga dan bukan penyangga

berdasarkan harga pH yang didapat.

5. Perwakilan siswa mempresentasikan dengan

mengkomunikasikan hasil karyanya di depan kelas 6. Menanggapi hasil percobaan yang dipresentasikan oleh

kelompok lain.

7. Memberikan alasan terhadap jawaban dari permasalahan yang diajukan.

Fase 5 : Menarik Kesimpulan

Guru dan siswa membuat simpulan tentang hasil dari pemecahan masalah yang diajukan

1. Melakukan tanya jawab untuk mengetahui tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri dan tugas studi kepustakaan untuk pertemuan berikutnya.

VIII. Media Pembelajaran

Referensi : Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta :

Erlangga.

Bahan ajar : Lembar kerja siswa

Media/Alat : LKS berbasis problem solving, alat dan bahan percobaan

IX. Penilaian

Gambar

Tabel 5. Analisis Konsep Larutan Penyangga
Gambar 3.1 Alur Pengembangan LKS berbasis representasi kimia
Tabel 3.1  Penskoran pada angket uji kelayakan  dan uji keterbacaan untuk pertanyaan positif
gambar dan pertanyaan-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa modul kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan teruji valid dan efektif dalam

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar. d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran. e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan

Kon- sep - konsep kimia disusun berbasis representasi kimia meliputi representasi makroskopis berupa gambar yang menunjukkan fenomena-fenomena yang ter- jadi dalam

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tanggapan guru, tanggapan siswa dan keterlaksanaan e-book interaktif dalam pembelajaran tersebut, maka e-book interaktif

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan guru terhadap media animasi yang dikembangkan pada aspek kesesuaian isi adalah 80,00% dengan kriteria tinggi dan pada

LKS ini juga memuat tiga level representasi kimia yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, (2) Hasil validasi ahli terhadap LKS yang dikembangkan memiliki

Tanggapan siswa buku ajar berbasis representasi kimia pada materi laru- tan penyangga yang dikembangkan sudah sangat baik ditinjau dari aspek-aspek: bahasa yang

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tanggapan guru, tanggapan siswa dan keterlaksanaan e-book interaktif dalam pembelajaran tersebut, maka e-book interaktif