• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU AJAR LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BERBASIS REPRESENTASI KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU AJAR LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BERBASIS REPRESENTASI KIMIA"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BUKU AJAR LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BERBASIS REPRESENTASI KIMIA

Oleh Anung Prasetya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU AJAR LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BERBASIS REPRESENTASI KIMIA

Oleh

ANUNG PRASETYA

Materi kimia meliputi konsep yang kompleks, akibatnya banyak siswa mengang-gap bahwa kimia itu sulit untuk dipahami, maka dilakukan pengembangan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia, serta mendeskripsikan karakteristik buku ajar, tanggapan guru dan respon siswa terhadap buku ajar, serta mengetahui kendala-kendala dan faktor pendukung yang ditemui ketika mengembangkan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (R&D). Dari hasil uji coba terbatas diperoleh data bahwa kesesuaian isi buku ajar dengan kurikulum sangat tinggi sebesar 91,67 %, aspek grafika/kemenarikan buku ajar sangat tinggi sebsar 94 % dan tingkat keterbacaan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia ini sangat tinggi sebesar 90,98 %. Siswa dan guru merespon baik buku ajar kimia yang dikembangkan.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Buku Ajar ... 9

1. Definisi Buku Ajar... 9

2. Fungsi Buku Ajar... 11

3. Prinsip-Prinsip Penulisan Buku Ajar... 12

4. Proses Penyusunan Buku Ajar... 13

5. Teknik Penulisan Buku Ajar... 15

6. Anatomi Buku Ajar... 15

7. Kaidah Penulisan Buku Ajar... 16

8. Metode Analisis Buku Ajar... 17

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Metode Penelitian ... 31

B. Subyek Penelitian... 33

C. Sumber Data ... 33

D. Alur Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Metode Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan……….53

1. Analisis Kebutuhan ... 53

2. Hasil Pengembanagn ………..56

3. Hasil Validasi Ahli ... 58

4. Hasil Uji Coba Terbatas ……… 62

B.

Pembahasan 1. Krakteristik Buku Ajar Hsil Pengembangan ... 77

2. Kendala-Kendala dalam Pengembangan Buku Ajar ... 78

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN

(8)

3. RPP ... 96

4. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 113

5. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 117

6. Hasil Validasi Aspek Konstruksi ... 122

7. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Konstruksi ... 125

8. Hasil Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 128

9. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 132

10. Hasil Validasi Aspek Keterbacaan ... 135

11. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Keterbacaan ... 142

12. Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Kesesuaian Isi ... 147

13. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Kesesuaian Isi ... 151

14. Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Grafika ... 154

15. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Grafika ... 157

16. Tabulasi Jawaban Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Keterbacaan ... 160

17. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Keterbacaan ... 164

18. Hasil Wawancara Uji Coba Terbatas Pada Guru ... 167

19. Hasil Wawancara Uji Coba Terbatas Pada Siswa ... 168

20. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 169

21. Surat Izin Penelitian ... 171

22. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 172

23. Daftar Hadir Seminar Hasil ………. 173

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah yang bermutu harus memenuhi standar minimal yang di tetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga pendidik, standar SKL, dan standar pembiayaan. Salah satu standar yang harus di penuhi oleh sekolah adalah standar proses.

(10)

Concise Dictionary of Science & Computers (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) mendefinisikan kimia sebagai cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan kompo- sisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi. Definisi tersebut memberi pengertian bahwa dalam mempelajari kimia siswa harus mempelajari dan memahami sifat materi serta sifat zat-zat yang meyusun materi. Oleh sebab itu, siswa akan menemukan konsep yang kompleks. Konsep-konsep yang kompleks tersebut menjadi salah satu hal yang mengakibatkan kimia sangat sulit untuk dimengerti oleh sebagian besar siswa (Wang dkk, 2007).

(11)

secara sistematis akan mempermudah siswa dalam mempelajari materi sehingga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

Muslich (2010), mengungkapkan bahwa banyaknya pengadaan buku ajar oleh pihak-pihak penerbit, menyebabkan guru kesulitan dan kebingungan dalam menentukan buku ajar yang akan digunakan. Pengadaan buku ajar yang disajikan oleh banyak penulis membuat kualitas buku ajar juga menjadi beragam. Ada buku ajar yang memiliki kualitas tinggi, kualitas sedang, dan ada pula buku ajar yang memiliki kualitas rendah.

Sejumlah kekurangan yang terlihat sebagai berikut : (1) Terdapat buku ajar yang tidak sesuai dengan pesan kurikulum. (2) Terdapat buku ajar yang berisi pokok-pokok materinya saja (semacam ringkasan). (3) Terdapat buku ajar yang uraian-nya sangat teknis. (4) Terdapat buku ajar yang tidak sesui dengan pesan pola pikir siswa. (5) Terdapat buku ajar yang kurang berlaku atau kurang layak(Mintowati, 2003).

(12)

submikroskopis seringkali diabaikan. Oleh sebab itu, menurut Chittleborough & Treagust (2007) dalam Farida dkk (2010) tidak diapresiasikannya representasi submikroskopis dalam pembelajaran merupakan salah satu penyebab siswa terhambat dalam upayanya meningkatkan kemampuan representasional dan memahami konsep kimia.

(13)

Padahal, siswa yang berhasil memecahkan soal matematis tetapi belum tentu memahami konsep kimianya.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pembelajaran kimia dan buku ajar yang berlangsung selama ini cenderung memprioritaskan pada representasi makros- kopis dan simbolis. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran kimia seharusnya dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. Karakteristiknya tersebut dengan meli-batkan representasi makroskopis, simbolik, dan submikroskopis. Berdasar- kan hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian dengan judul: Pengembangan Buku ajar Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Berbasis Representasi Kimia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang di kembangkan.

2. Bagaimana pandangan guru mengenai buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Bagaimana respon siswa mengenai aspek keterbacaan buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis repreentasi kimia.

2. Mendeskripsikan karakteristik dari buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan.

3. Mendeskripsikan pandangan guru mengenai aspek kesesuaian isi, penyajian materi, dan grafika dari buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan.

4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap aspek keterbacaan/bahasa dari buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan.

5. Mendeskripsikan kendala-kendala dan faktor pendukung yang dihadapi dalam proses pengembangan buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peserta didik

a. Sebagai bahan belajar siswa untuk lebih dapat memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

(15)

2. Manfaat bagi guru

a. Sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

b. Sebagai sumber referensi mengenai multipel representasi dalam pembela-jaran kimia, khususnya pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. 3. Manfaat bagi peneliti

a. Mengetahui cara mengembangkan buku ajar berbasis representasi kimia. b. Mengetahui karakteristik buku ajar kimia yang dikembangkan.

4. Manfaat bagi sekolah

a. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

b. Mengembalikan disiplin ilmu kimia ke bidang kajiannya sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai keberhasilan mengajar kimia di sekolah.

5. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengem-bangan buku ajar berbasis multipel representasi dalam pembelajaran kimia di SMA maupun tingkat satuan pendidikan lainnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

(16)

2. Langkah-langkah penelitian ini berdasarkan model penelitian dan pengemba-ngan menurut (Sugiyono , 2010), namun hanya dilakukan sampai revisi setelah uji coba produk secara terbatas.

3. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas pada penelitian ini adalah Mengidentifikasi sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.

4. Subyek penelitian dan pengembangan adalah buku ajar kimia yang berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

5. Buku ajar yang dikembangkan berupa buku ajar yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP yang mencakup kesesuaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

6. Representasi ilmu kimia dengan berbagai cara atau model representasi untuk merepresentasikan suatu fenomena kimia. Cara representasi tersebut adalah representasi makroskopis, representasi simbolik, dan representasi mikros-kopis.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Ajar

1. Definisi Buku Ajar

Salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah buku ajar. Menurut Suharjono ( 2001) buku ajar adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya disekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu progam pengajaran.

Definisi lain, menurut Mintowati (2003) buku ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses belajar mengajar. Buku ajar merupakan suatu kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta evaluasi. Buku ajar yang tersusun secara sistematis akan mempermudah peserta didik dalam materi sehin-gga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, buku ajar harus disusun secara sistematis, menarik, aspek keterbacaan tinggi, mudah dicerna, dan mematuhi aturan penulisan yang berlaku.

(18)

semua karya tulis tersebut termasuk buku pelajaran. Buku ajar adalah sebuah karya tulis yang berbentuk buku yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar (Lubis, 2004).

Berdasarkan definisi buku ajar di atas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud buku ajar adalah sebuah karya tulis yang berbentuk buku dalam bidang tertentu, yang merupakan buku standar yang digunakan guru dan siswa dalam proses bela-jar mengabela-jar untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh pemakai- nya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang progam pengajaran.

Unsur-unsur penting dalam pengertian buku ajar adalah sebagai berikut (1) buku ajar merupakan buku pelajaran yang ditunjukan bagi siswa pada jenjang tertentu. (2) Buku ajar selalu berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. (3) Buku ajar merupakan buku standar. (4) Buku ajar ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. (5) Buku ajar ditulis untuk menunjang suatu progam pengajaran tertentu.

(Arifin, 2009)

(19)

2. Fungsi Buku ajar

Buku ajar menyediakan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang penyajiaanya. Penggunaan buku ajar merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu tanda masyarakat maju. Dipan-dang dari proses pembelajaran, buku ajar mempunyai peranan penting. Jika tuju-an pembelajartuju-an adalah menjadiktuju-an siswa memiliki berbagai kompetensi, maka perancangan buku ajar harus memasukkan sejumlah prinsip yang dapat digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah perancangan sejumlah soal latian yang berba-sis multipel representasi (Khaeruddin, 2012)

Greene dan Petty (1981), merumuskan beberapa peranan dan kegunaan buku ajar sebagai berikut :

1)Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam bahan pengajaran yang disajikan.

2)Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang menye-rupai kehidupan yang sebenarnya.

3)Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keteram-pilan-keterampilan ekspresional.

(20)

5)Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi latihan dan tugas praktis.

6)Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

Buku ajar haruslah mempunyai sudut pandang yang jelas, terutama mengenai prinsip-prinsip yang digunakan, pendekatan yang dianut, metode yang digunakan serta teknik-teknik pengajaran yang digunakan. Buku ajar sebagai pengisi bahan haruslah menyajikan sumber bahan yang baik. Susunannya teratur, sistematis, bervariasi, dan kaya akan informasi. Di samping itu harus mempunyai daya tarik kuat karena akan mempengaruhi minat siswa terhadap buku tersebut. Oleh karena itu, buku ajar itu hendaknya menantang, merangsang, dan menunjang aktivitas dan kreativitas siswa (Sakri, 2008).

Tidak kalah pentingnya, buku ajar harus berfungsi sebagai penarik minat dan motivasi peserta didik dan pembacanya. Motivasi pembaca bisa timbul karena bahasa yang sederhana, mengalir dan mudah dipahami. Motivasi bisa timbul karena banyak gagasan dan ide-ide baru. Motivasi bisa timbul, karena buku ajar tersebut mengandung berbagai informasi yang relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik dan pembaca. Namun dalam penelitian ini tidak akan dibahas lebih jauh tentang ini tetapi difokuskan kepada kelayakan buku ajarnya saja.

3. Prinsip-Prinsip Penulisan Buku Ajar

(21)

1) Prinsip relevansi (keterkaitan). Materi buku ajar hendaknya relevan atau berkaitan dengan pencapaian kompetensi pendidik, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai kemampuan merancang kegiatan pembelajaran (RPP), maka isi buku harus berupa hal-hal yang berkaitan dengan perancangan kegiatan pembelajaran.

2) Prinsip konsistensi. Materi buku ajar hendaknya memuat bahan/pembahasan yang linier mulai dari awal hingga akhir.

3) Prinsip kecukupan. Materi yang ditulis pada buku ajar memadai (tidak terlalu sedikit dan tidak berlebihan) untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan kompetensi atau subkompetensi yang dipilih sebagai tema, baik komponen maupun uraia nya. Hal ini berkaitan dengan keluasan materi yang di identifi-kasi melalui peta konsep.

4) Sistematika. Buku ajar hendaknya merupakan satu kesatuan informasi yang utuh, yang terdiri atas komponen-komponen (bahasan-bahasan) yang saling terkait dan disusun secara runtut sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan buku ajar.

4. Proses Penyusunan Buku Ajar

Menurut (Achmadi, 2008) Proses penyusunan buku ajar sekolah tertentu akan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1) Telaah Kurikulum

(22)

2) Penyusunan Silabus

Tahap berikutnya adalah penyusunan silabus. Tahap ini berguna dalam mem-bantu perancangan umum sistematika setiap buku ajar. Adapun komponen yang harus dikembangkan dalam silabus adalah : Standar kompetensi, kompe-tensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu, dan sumber bahan.

3) Pengorganisasian Buku

Organisasi buku ajar tetap mengikuti struktur tata tulis pada umumnya, yakni di awali dengan pendahuluan, isi, dan penutup. Layaknya sebuah buku, buku merupakan suatu kesatuan yang bermakna.

4) Pemilihan Materi

Pemilihan materi yang dibahas pada setiap bab buku ajar perlu disesuaikan dengan ukuran-ukuran standar berikut ini : Pemilihan materi standar sesuai dengan kurikulum, tujuan pendidikan, keilmuaan, dan relavansinya dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

5) Penyajian Materi

Penyajian mater merupakan panduan terhadap cara menyajikan materi yang terdapat di dalam buku ajar. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya adalah : Tujuan pembelajaran, pentahapan pembelajaran, menarik minat dan perhatian siswa, kemudahan dipahami, keaktifan siswa, hubungan bahan, norma, soal dan latihan.

6) Penggunaan Bahasa dan Keterbacaan

(23)

5. Teknik Penulisan Buku Ajar

Menurut (Bendor, 2007). Penulisan buku ajar dapat dilakukan dengan beberapa teknik, secara umum terdapat 3 (tiga) teknik penulisan buku ajar, yakni : 1) Menulis sendiri, penulis menyusun buku ajar berdasarkan gagasan dan

pengalaman sendiri.

2) Mengemas ulang informasi, Penulis tidak menyusun sendiri buku ajar dari awal melainkan memanfaatkan buku-buku, textbook, paper, informasi lain yang sudah ada.

3) Menghimpun tulisan dari berbagai sumber yang terkait dan relevan dengan tema.

Penulis buku ajar dapat menggunakan salah satu dari ketiga teknik penulisan buku ajar di atas dengan mengedepanka orisinalitas.

6. Anatomi Buku Ajar

Menurut (Rachmawati, 2004), pada umumnya, buku ajar memiliki anatomi buku yang terdiri dari :

1) Halaman pendahuluan terdiri dari halaman judul, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, kata pengantar, dan pakarta.

(a) Halaman Judul adalah halaman yang memuat judul buku, pengarang, nomor penerbitan (edisi) atau nomor jilid, nama dan tempat penerbitan, dan tahun penerbitan.

(24)

(c) Daftar gambar dan daftar tabel memumat informasi tentang keberadaan gambar dan tabel yang disajikan dalam isi buku ajar.

(d) Kata pengantar, adalah penjelasan yang ditulis orang lain atas permintaan penulis atau penerbit untuk memperkenalkan penulis atau subyek yang ditulis. (e) Kata sambutan, adalah penjelasan yang ditulis oleh penulis yang biasanya

memuat : alasan ,mengapa penulis tergugah menulis buku, isi buku, susunanya, tujuan penulis, ucapan terimakasih dan harapan penulis. 2) Halaman Inti

Halaman inti terdiri atas uraian rincian setiap bab, subbab disertai dengan contoh latihan dan soal-soal yang harus diselesaikan peserta didik. 3) Halaman Penutup

Halaman penutup terdiri dari lampiran, pustaka, kunci jawaban, dan takarir (glossary).

6. Kaidah Penulisan Buku Ajar

Berdasarkan pedoman penulisan buku ajar (BPSDMP-PMP, 2012). Kaidah penulisan buku ajar merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan oleh penulis buku ajar. Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tampilan buku menarik, menggerakkan siswa untuk membacanya; 2) Menggunakan baha indonesi yang baku dan mudah di pahami;

3) Struktur buku : judul singkat, tata letak menarik, urutan isi runtut, ada daftar isi, dan struktur kognitif jelas;

(25)

5) Terbaca, Menggunakan jenis dan ukuran huruf yang standar tidak terlalu kecil atau terlalu besar dan enak dibaca, kalimat dan alinea tersusun dalam struktur yang mudah dipahami;

6) Etika penulisan, Memenuhi kaidah dan etika karyta ilmiah, tidak melakukan penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikanya seolah karangan dan pendapat sendiri (plagiat), karena sapat dianggap sebagai tindakan pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Penulis buku ajar harus mencantumkan sumber tulisan yang dikutip sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah;

8. Metode Analisis Buku ajar

Buku ajar disebut juga dengan materi pembelajaran. Kriteria pokok dalam pemilihan materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang dipilih hendaknya berisi materi pembelajaran yang benar-benar menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan materi pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi (Darmiyati, 2003)

(26)

1) Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mrncapai tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional, kesesuaian dengan kekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan siswa (BSNP, 2006).

Perkembangan kurikulum akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran termasuk pola dan susunan materi pembelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Materi yang disusun dalam sebuah buku ajar harus sesuai dengan standar kom- petensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, sehingga indikator keberhasilan siswa dapat tercapai secara maksimal. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek kebutuhan kompe- tensi yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.

Pengembangan materi pembelajaran dalam sebuah buku ajar harus relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam sebuah

kurikulum. Selain itu konsistensi dan kecakupan materi yang dikembangkan baik dalam sebuah buku teks siswa maupun buku ajar lainnya dapat memberikan dukungan terhadap berhasilnya pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai siswa.

(27)

hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran. 2) Penyajian Materi

Penyajian materi merupakan cara atau sistem yang ditempuh agar buku yang disusun menarik perhatian, mudah dipahami, dan dapat membangkitkan semangat siswa. Aspek penyajian materi ini merupakan aspek tersendiri yang harus

diperhatikan dalam buku pelajaran yang diantaranya berkenaan dengan tujuan pembelajaran, latihan, soal, dan materi pengayaan (Mudzakir A.S, 2010).

Penyajian buku ajar merupakan aspek penting untuk dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih ataupun membuat buku ajar berstandar nasional. Aspek-aspek yang perlu mendapat pertimbangan adalah :

(a) Penyajian konsep disajikan secara runtun mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang dikenal sampai yang belum dikenal.

(b) Terdapat uraian tentang apa yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari bab tersebut dalam upaya membangkitkan motivasi belajar. (c) Terdapat contoh-contoh soal yang dapat membantu menguatkan pemahaman

konsep yang ada dalam materi.

(d) Soal-soal yang dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam bab sebagai umpan balik disajikan pada setiap akhir bab.

(28)

(f)Pesan atau materi yang disajikan dalam satu bab/subbab/alinea harus mencer-minkan kesatuan tema.

3) Grafika

Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang berkenaan dengan fisik buku, meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf, warna, dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya (Eddy Wibowo, 2005).

Dalam (BSNP, 2006) komponen kegrafikan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut :

(a) Ukuran/format buku;

(b) Desain bagian kulit atau luar buku;

(c) Desain bagian isi yang berhubungan dengan tipografi tulisan, seperti pemisahan antar paragraf, ukuran tulisan, penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, gambar, keterangan gambar, nomor halaman), warna yang digunakan, serta penggunaan variasi huruf (tebal, miring, kapital);

(d) Kualitas kertas; (e) Kualitas cetakan; (f) Dan kualitas jilidan.

4) Keterbacaan

(29)

(a) Kemudahan, membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yaitu tata huruf (tipografi) seperti besar huruf, lebar spasi, serta kejelasan tulisan (bentuk dan ukuran tulisan).

(b) Kemenarikan, berhubungan denga minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan, yang berkaitan dengan aspek penyajian materi.

(c) Keterpahaman, berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kali-mat, dan susunan paragraf. Hal ini berhubungan dengan bahasa. (Sakri, 2008)

Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana), bentuk tulisan atau tipografi, lebar spasi, serta aspek-aspek grafika lainnya. Buku teks pelajaran hendaknya mampu

menyampaikan buku ajar dalam bahasa yang baik dan benar (Depdiknas, 2003).

B. Representasi Kimia

(30)

Ainsworth (1999), membuktikan bahwa banyak representasi dapat memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi; kedua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu representasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi representasi dapat bekerja bersama mem-bantu siswa menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari. Konsep representasi adalah salah satu pondasi praktik ilmiah, karena para ahli menggunakan representasi sebagai cara utama berkomu-nikasi dan memecahkan masalah.

Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain karena ilmu kimia dapa menjelaskan secara mikro (molekular) terhadap fenomena makro. Disamping itu, ilmu kimia memberi kontribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan, dan peri-kanan serta teknologi (Depdiknas, 2005).

Aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta kongkritnya (makroskopis), dan sebagian aspek yang lain “tidak kasat mata” (invisible),

artinya tidak bisa dibuat fakta kongkritnya (sub-mikroskopis). Namun demikian, aspek kimia yang tidak “kasat mata” masih bersifat “kasat logika”, artinya

(31)

Makroskopis

(cirinya dapat dilihat, dicium, didengar atau dirasakan)

Simbolis

Sub-mikroskopis

(representasi menggunakan (tingkat partikel dari materi) berbagai macam bentuk)

Gambar 1. Representasi Ilmu Kimia (Chittleborough, 2004)

Johnstone, (1982) dalam Chittleborough, (2004) membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan (dimensi) seperti yang terlihat pada gambar 1, yaitu : 1. Dimensi pertama adalah makroskopis yang bersifat nyata dan kasat mata.

Dimensi ini menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium menjadi bentuk makro yang dapat diamati.

2. Dimensi kedua adalah mikroskopis juga nyata tetapi tidak kasat mata. Dimensi makroskopis menjelaskan dan menerangkan fenomena yang dapat diamati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini terdiri dari tingkat partikulat yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom. Dimensi makroskopis dan mikroskopis memiliki keterkaitan satu sama lain.

(32)

kan hasil pengamatan. Dimensi ini terdiri dari berbagai jenis representasi gambar, aljabar dan bentuk komputasi representasi mikroskopis.

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan (Tasker dkk, 2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses perubahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopis atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat mikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik).

Pemaparan mengenai ketiga dimensi representasi tersebut sudah sangat jelas. Namun beberapa kimiawan dan pengajar masih berselisih dalam mendefinisikan dimensi sub-mikroskopis. Menurut para kimiawan, dimensi sub-mikroskopik merupakan suatu hal yang nyata, akan tetapi pengajar mempunyai pandangan berbeda dan menyatakan bahwa dimensi submikroskopis merupakan representasi. Johnstone, (1982) dalam Chittleborough, (2004) menjelaskan bahwa dimensi sub-mikroskopis merupakan satu hal yang nyata sama seperti dimensi makroskopis. Kedua dimensi ini haya dibedakan oleh skala ukuran. Pada kenyataannya dimensi sub-mikroskopis sangat sulit diamati karena ukurannya yang sangat kecil

(33)

Representasi konsep-konsep kimia yang memang merupakan konsep ilmiah, secara inheren melibatkan multimodal, yaitu melibatkan kombinasi lebih dari satu modus representasi. Dengan demikian, keberhasilan pembelajaran kimia meliputi konstruksi asosiasi mental diantara dimensi makroskopis, mikroskopis, dan sim-bolik dari representasi fenomena kimia dengan menggunakan modus representasi yang berbeda (Cheng & Gilbert, 2009).

Pembelajaran kimia menghendaki adanya jalinan konseptual antara representasi makroskopis, sub-mikroskopis, dan simbolis. Beberapa kajian empiris menunjuk-kan bahwa mempelajari representasi sub-mikroskopis dan simbolis kimia merupa-kan hal yang sulit bagi siswa. Kesulitan siswa diantaranya disebabmerupa-kan oleh adanya ketidaksesuaian antara pengetahuan yang didapatkannya di sekolah dengan penga-laman dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa cenderung hanya mengha-falkan representasi sub-mikroskopis dan simbolik yang bersifat abstrak, sehingga ilmu kimia cenderung dianggap sebagai ilmu yang untuk dipelajari. Di sisi lain, banyak informasi kimia dapat diperoleh siswa dari lingkungannya merupakan gambaran kimia makroskopis konkrit (Wu, 2004).

(34)

konsep-konsep kimia yang abstrak dan menghadirkan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri.

C. Konsep

Herron et al (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada defi-nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam (Fadiawati,2011) mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et a, (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu

(35)

ANALISIS KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Atribut Posisi Konsep

Contoh Larutan Campuran homogen

yang terdiri dari dua zat atau lebih, dimana salah satunya

(36)
(37)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Larutan NaCl Air susu

(38)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Larutan HCl Air suling

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development /R&D) menurut Sugiyono, (2010). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Berikut ini merupakan langkah-langkah penggunaan metode Research and Development (R&D).

1. Potensi dan Masalah. Penelitian dapat berangkat dari potensi atau masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih terbaru. 2. Mengumpulkan Informasi. Selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informa-

si yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

3. Desain Produk. Desain prosuk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. 4. Validasi Desain. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

(40)

produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai disain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. 5. Perbaikan Desain. Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya, selan-jutnya melakukan perbaikan desain.

6. Uji Coba Produk. Uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas yang telah ditentukan.

7. Revisi Produk. Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada skala lebih luas terdapat kekurangan.

8. Uji Coba Pemakaian. Uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

9. Revisi Produk. Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan 10. Pembuatan Produk Massal. Bila produk telah dinyatakan efektif dalam

beberapa kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

(41)

pengembangan hanya dilaksanakan sampai tahap penyempurnaan produk hasil uji coba terbatas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan keahlian peneliti untuk melakukan tahap-tahap selanjutnya.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang dilakukan adalah pembuatan media pembelajaran berupa buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kimia untuk SMA/MA. Sasaran pengembangan program adalah materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Subyek uji coba terdiri atas satu orang ahli bidang isi atau materi dan desain grafis (grafika), salah satu guru SMA Negeri di Bandar Lampung, serta uji coba kelompok kecil.

Uji ahli materi dan grafika dilakukan oleh ahli bidang isi untuk mengevaluasi isi materi buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dan mengevaluasi aspek grafika buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Kemudian, uji kelompok kecil dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang bahasa dan keter-bacaan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Uji kelompok kecil dilakukan pada kelas X di salah satu SMA Negeri di Bandar Lampung.

C. Sumber Data

(42)

SMA Negeri di Bandar Lampung.Sedangkan, pada tahap uji coba terbatas, pene-liti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya disebut responden atau orang yang merespon pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan. Sumber data pada tahap uji coba terbatas ini terdiri dari guru mata pelajaran Kimia dan siswa-siswi SMA negeri di Bandar Lampung yang telah mempelajari materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

D. Alur Penelitian

Berikut ini rancangan alur penelitian yang digunakan :

- Analisis SK dan KD - Pengembangan Silabus - Pembuatan Analisis Konsep - Pembuatan RPP

- Literatur Buku ajar

- Kriteria Buku ajar yang Baik

- Wawancara guru dan siswa di 6 SMA Negeri di B. Lampung mengenai penggunaan buku ajar dalam proses pembelajaran. - Analisis buku ajar yang

digunakan oleh guru dan siswa. Studi Kepustakaan/Literatur Studi Lapangan

Analisis Kebutuhan

Pengembangan Buku ajar

Penyusunan Rancangan Buku ajar Kimia Berbasis Representasi kimia

Buku ajar Kimia Berbasis Representasi kimia Hasil Revisi Validasi Ahli

Revisi Buku ajar Hasil Validasi

Buku ajar Berbasis Representasi Kimia Revisi Buku ajar Hasil Uji Coba Terbatas

(43)

Gambar 2. Alur penelitian pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Tahap pertama dari penelitian ini adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tujuan dari studi penda-huluan adalah menghimpun data tentang kondisi yang ada sebagai bahan perban-dingan atau bahan dasar untuk produk yang dikembangkan. Studi pendahuluan terdiri dari:

a) Studi Kepustakaan/Literatur

Studi ini dtunjukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah menganalisis materi SMA tentang larutan elektrolit dan non elektrolit dengan cara mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan Kuri-kulum Satuan Pendidikan KTSP. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Silabus kimia SMA tentang materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu, Standar Isi (SI), yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada KTSP.

(44)

b) Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan analisis kebutuhan belajar siswa berupa sumber belajar terkait sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Studi lapa-ngan dilakukan di enam SMA Negeri di Bandar Lampung. Instrumen yang digu-nakan adalah lembar wawancara.

Wawancara dilakukan terhadap satu orang guru bidang studi khususnya kimia yang mengajar di kelas X dan enam orang siswa, perwakilan dari masing-masing sekolah tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui buku ajar seperti apa yang digunakan yang mendukung proses pembelajaran. Setelah itu, mengidentifikasi buku ajar kimia pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit yang digunakan di SMA Negeri tersebut. Sama halnya seperti studi kepustakaan, yang diidentifikasi adalah kelebihan dan kekurangan yang ada di buku ajar kimia tersebut.

2. Perencanaan dan Pengembangan Produk a) Penyusunan buku ajar kimia.

(45)

1) Menganalisis materi atau standar kompetensi yang akan dijadikan bahan penulisan buku ajar.

2) Mengumpulkan bahan referensi.

3) Menulis buku ajar. hal yang pertama dilakukan yaitu mendesain cover luar buku ajar yang dapat menarik minat pembaca untuk melihat dan membaca- nya. Desain cover disertai gambar-gambar yang mengacu pada materi yang akan dipelajarai.

4) Menyusun buku ajar yang berisikan konsep-konsep yang akan dipelajari. Konsep - konsep kimia disusun berbasis representasi kimia meliputi represen-tasi makroskopis berupa gambar yang menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di labora-torium menjadi bentuk makro yang dapat diamati (bersifat nyata dan kasat mata) . Representasi simbolis yang berupa persamaan reaksi, grafik, dan kurva dari suatu reaksi. Dan representasi submikroskopis berupa gambar molekul atau partikel yang menjelaskan dan menerangkan fenomena yang dapat diamati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami.

5) Selain itu, buku ajar disusun menjadi beberapa kegiatan. Dalam setiap kegia-tan belajar, berisi pengantar, uraian materi, contoh soal, tugas, tes formatif, kunci jawaban tes formatif, pedoman penskoran, umpan balik dan tindak lanjut.

b) Validasi produk dan revisi produk

(46)

kompe-tensi dasar dan indikator-indikator untuk mengetahui apakah buku ajar yang disusun telah memenuhi kategori buku ajar yang baik, serta untuk mengetahui apakah buku ajar yang disusun telah sesuai dengan kebutuhan sekolah berdasarkan hasil studi pendahuluan.

Setelah divalidasi ahli, kemudian rancangan atau desain produk tersebut direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli pendidikan kimia tersebut, kemudian mengkonsultasikan hasil revisi produk buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, setelah itu produk hasil revisi tersebut dapat diuji cobakan secara terbatas.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah sebagai berikut:

(a) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.

(b) Melakukan perbaikan/revisi berdasarkan analisis hasil uji ahli. (c) Mengkonsultasikan hasil perbaikan.

3. Evaluasi Produk

Evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas dan revisi setelah uji coba produk secara terbatas.

a) Uji Coba Produk Secara Terbatas

(47)

berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Juga untuk mengevaluasi desain produk, kualitas produk, kemenarikan, keterbacaan dan efektivitas visual siswa atau pembaca.

Buku ajar diujicobakan pada siswa kelas X dan satu orang guru di salah satu SMA Negeri di Bandar Lampung. Teknik uji ini menggunakan lembar

wawancara penilaian guru, angket respon siswa, dan lembar wawancara siswa dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

(1) Pengujian kesesuaian isi materi buku ajar dengan kurikulum dan aspek grafika oleh guru (Tanggapan Guru) :

(a) Memperlihatkan produk hasil pengembangan buku ajar yang telah dilakukan kepada guru.

(b) Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum, lalu memberi kritik dan saran mengenai kesesuaian isi buku ajar dengan kurikulum yang ada untuk mengetahui tanggapan guru mengenai kesesuaian isi buku ajar tersebut.

(c) Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek grafika untuk mengetahui tanggapan guru mengenai kecocokan desain buku ajar tersebut.

(d) Guru diwawancarai untuk mengetahui tanggapan guru yang tak terako-modasi oleh pertanyaan pada angket seperti kesan guru serta keunggulan dan kelemahan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

(2) Pengujian keterbacaan buku ajar kimia pada siswa (Respon Siswa) : (a) Memperlihatkan produk hasil pengembangan buku ajar yang telah

(48)

(b) Siswa membaca dan mempelajari buku ajar.

(c) Siswa mengisi angket tentang aspek keterbacaan buku ajar yang dikem-bangkan.

(d) Siswa mengisi sejumlah kata atau kalimat yang kurang dipahami. (e) Siswa juga dilakukan wawancara untuk mengetahui respon siswa yang

tak terakomodasi oleh pertanyaan pada angket seperti kesan siswa terha-dap desain dan kemenarikan buku ajar, serta keunggulan dan kelemahan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

b) Revisi Produk Setelah Uji Coba Terbatas

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan, maka tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan buku ajar kimia berbasis represen-tasi kimia. Revisi dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil uji coba terbatas, yaitu uji kesesuaian isi dengan kurikulum, dan uji aspek grafika oleh guru, serta uji aspek keterbacaan sebagai respon siswa terhadap buku ajar kimia yang dikembangkan.

E. Instrumen Penelitian

(49)

halnya dengan buku ajar, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Berdasarkan pada tujuan penelitian, dirancang dan disusun 6 jenis instrumen sebagai berikut:

1. Instrumen Pada Studi Pendahuluan Instrumen pada studi pendahuluan berupa : a) Instrumen analisis kebutuhan untuk guru.

Instrumen ini berbentuk lembar wawancara terhadap guru yang disusun untuk mengetahui buku ajar seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ber-fungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.

b) Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa.

Instrumen ini berbentuk lembar wawancara terhadap siswa yang disusun untuk mengetahui bahan belajar seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.

2. Instrumen Untuk Validasi Ahli Instrumen untuk validasi ahli berupa : a) Instrumen validasi aspek konstruksi.

(50)

mengetahui penyusunan buku ajar apakah sesuai dengan penyusunan buku ajar yang baik dan layak digunakan serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.

b) Instrumen validasi aspek kesesuaian isi materi dengan kurikulum.

Instrumen ini berbentuk angket validasi aspek kesesuaian isi materi dengan kuri-kulum yang disusun untuk mengetahui apakah isi buku ajar telah sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan dalam se-buah kurikulum serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.

c) Instrumen validasi aspek keterbacaan.

Instrumen ini berbentuk angket validasi aspek keterbacaan yang disusun untuk mengetahui keterbacaan buku ajar kimia yang berkaitan dengan kemudahan, kemenarikan dan keterpahaman, serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan buku ajar kimia berbasis representasi kimia.

3. Instrumen Untuk Uji Coba Terbatas

(51)

b) Instrumen uji aspek grafika untuk guru.

Instrumen ini berbentuk angket uji aspek grafika yang disusun untuk mengetahui aspek grafika meliputi aspek desain luar buku (ukuran huruf pada judul, gambar, warna gambar, dan huruf yang digunakan), dan aspek desain isi buku (pemisahan antar paragraf, penempatan unsur tata letak, gambar dan keterangan gambar, penggunaan variasi huruf “tebal, miring, kapital”, ukuran huruf dan warna yang digunakan). Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aspek grafika buku siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

c) Instrumen wawancara tanggapan guru.

Instrumen ini berbentuk lembar wawancara guru yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru yang tidak terakomodasi oleh angket terhadap buku ajar kimia berbasis representasi kimia yang sudah dikembangkan.

d) Instrumen uji aspek keterbacaan untuk siswa.

Instrumen ini berbentuk angket uji aspek keterbacaan yang disusun untuk menge-tahui tingkat kepemahaman siswa, daya tarik siswa untuk membacanya, tingkat kemudahan isi paragraf menurut siswa (sangat mudah dipahami, mudah dipahami, sulit dipahami, dan sangat sulit dipahami), dan siswa harus menuliskan kosakata atau kalimat yang sulit dipahami. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aspek keterbacaan buku ajar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

e) Instrumen wawancara respon siswa.

(52)

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid dan bersifat reliabel. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Dalam konteks pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara penilaian, dan pengujian empirik.

Karena berbagai hal dan keterbatasan peneliti, maka tim ahli, dalam hal ini dosen pembimbing, merekomendasikan pengukuran validitas instrumen saja. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah ins-trumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Dalam hal ini pengujian dila-kukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

F. Metode Pengumpulan Data

(53)

dilakukan pada saat melakukan studi lapangan dan pada uji terbatas. Pada studi lapangan, wawancara dilakukan terhadap satu guru mata pelajaran kimia dan tiga siswa di enam SMA negeri di Bandar Lampung. Sedangkan pada uji terbatas, wawancara dilakukan kepada satu guru dan beberapa siswa untuk mengetahui pandangan guru dan respon siswa terhadap buku ajar kimia yang telah

dikembangan.

Kuisioner dilakukan pada validasi ahli dan pada uji coba terbatas buku ajar kimia berbasis representasi kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Validasi buku ajar kimia terdiri dari validasi isi materi, konstruksi, dan keterbacaan oleh pakar pendidikan. Pada uji terbatas, pengumpulan data dilakukan dengan memba-gikan buku ajar kimia yang dikembangkan, kemudian meminta guru dan siswa mengisi angket yang telah disediakan dan setelah itu mewawancarai guru dan siswa sebagai respon terhadap penilaian buku ajar yang dikembangkan.

Kuisoner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk ditanggapi. Pada penelitian ini, ang-ket yang digunakan berupa angang-ket dengan jawaban tertutup yaitu jawaban sangat setuju (SS), setuju (ST), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom yang sudah tersedia.

Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut : 1. Validasi Aspek Konstruksi

(54)

a) Ahli mencocokkan susunan buku ajar apakah sudah sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat dalam panduan penyusunan buku ajar.

b) Ahli mencocokkan isi buku ajar yang dikembangkan apakah sudah sesuai dengan tujuan penyusunan pengembangan buku ajar.

c) Ahli mencocokkan isi buku ajar yang dikembangkan apakah sudah dibagi ke dalam unit-unit kecil (beberapa kegiatan belajar).

2. Validasi/Uji Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Pengumpulan data pada aspek kesesuaian isi dengan kurikulum dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Guru/ahli mencocokkan isi buku ajar apakah terdapat kejelasan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) telah sesuai.

b) Guru/ahli mencocokkan isi buku ajar apakah indikator dirumuskan secara jelas dan dapat diukur.

c) Guru/ahli mencocokkan isi buku ajar apakah materi yang disampaikan dalam buku ajar sudah dirancang untuk mencapai indikator kompetensi.

d) Guru/ahli mencocokkan isi buku ajar apakah materi yang disampaikan sudah berbasis representasi kimia.

3. Uji Grafika

Pengumpulan data pada aspek grafika dilakukan dengan cara guru menilai aspek berikut ini:

a) Desain luar buku

(55)

(3) Kesesuaian dan kemenarikan warna gambar pada judul desain terluar. (4) Kejelasan huruf yang digunakan.

b) Desain isi buku

(1) Kejelasan pemisahan antar paragraf.

(2) Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, gambar, keterangan gambar, nomor halaman) apakah sudah proporsional atau belum. (3) Aspek gambar dan keterangan gambar yang terdapat pada semua

hala-man apakah mampu memperjelas penyajian materi atau tidak.

(4) Penggunaan variasi huruf (tebal, miring, kapital) apakah berlebihan atau tidak.

(5) Ukuran huruf yang digunakan apakah proporsional atau tidak. (6) Warna yang digunakan apakah menarik atau tidak.

(7) Kombinasi warna yang dipilih apakah serasi atau tidak.

4. Uji Keterbacaan

Pengumpulan data pada aspek keterbacaan dilakukan oleh siswa dengan cara sebagai berikut:

a) Siswa menentukan tingkat kemudahan isi paragraf (sangat mudah dipahami; mudah dipahami; sulit dipahami; dan sangat sulit dipahami).

b) Siswa menuliskan kosakata dan kalimat yang tidak dipahami serta mengung-kapkan alasannya.

(56)

serta keunggulan dan kelemahan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

G. Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Data Hasil Wawancara

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data wawancara dilakukan dengan cara : a) Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan

pertanyaan wawancara.

b) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.

c) Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi ten-tang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap perta-nyaan angket.

d) Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat besarnya per-sentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persen-tase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:

%

100

%

N

J

J

in i Sudjana, (2005) dalam Surya,(2010)

Keterangan : %Jin= Persentase pilihan jawaban-i pada buku ajar kimia berbasis

representasi kimia

Ji= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i

(57)

e) Menafsirkan persentase jawaban responden

Presentase jawaban responden diinterpretasikan dengan menggunakan tafsiran presentase berdasarkan Koentjaraningrat dalam Fazri (2012), yaitu:

Tabel 3. Tafsiran Presentase Jawaban Responden Wawancara. Persentase Persentase

0% Tidak ada 1% - 25% Sebagian kecil 26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya 51% - 75% Sebagian besar 76% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

f) Menjelaskan hasil penafsiran presentasi jawaban responden dalam bentuk deskriptif naratif.

2. Teknik Analisis Data Angket

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kesesuaian dan kemenarikan media animasi berbasis representasi kimia dilakukan dengan cara :

(58)

b) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c) Memberi skor jawaban responden.

Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert.

Tabel 3. Penskoran pada angket uji kesesuaian dan uji kemenarikan untuk pertanyaan positif.

No Pilihan Jawaban Skor 1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (ST) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak setuju (TS) 2 5 Sangat tidak setuju (STS) 1

d) Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket adalah sebagai berikut :

(1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 x jumlah responden

(2) Skor untuk pernyataan Setuju (S) Skor = 4 x jumlah responden (3) Skor untuk pernyataan Ragu (RG)

Skor = 3 x jumlah responden

(4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden

(59)

e) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%

X Sudjana, (2005) dalam Surya, (2010)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban angket-i pada buku ajar kimia

berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

S= Jumlah skor jawaban

Sm aks = Skor maksimum yang diharapkan

f) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan kemenarikan media animasi berbasis representasi kimia dengan rumus sebagai berikut:

n X Xi % in

% Sudjana, (2005) dalam Surya, (2010)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i pada buku ajar kimia

berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

in

X

% = Jumlah persentase angket-i pada buku ajar kimia

berbasis mutipel representasi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

n = Jumlah animasi.

(60)

dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

h) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997 : 155) :

Tabel 4. Tafsiran persentase angket Persentase Kriteria 80,1%-100% Sangat tinggi 60,1%-80% Tinggi 40,1%-60% Sedang 20,1%-40% Rendah 0,0%-20% Sangat rendah

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia yang dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Buku ajar dirancang dan ditulis untuk siswa agar siswa dapat mandiri, berfikir kritis dan kreatif.

b. Isi buku ajar mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. c. Materi yang disajikan dalam buku ajar bersifat lengkap/detail.

d. Materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan belajar.

e. Buku ajar disusun secara sistematis dan menarik, sehingga menimbulkan minat membaca pada siswa.

f. Struktur buku ajar ini terdiri dari bagian preliminary, pendahuluan, isi buku ajar, dan penutup. Buku ajar disertai contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

g. Bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatif, sesuai dengan level SMA/MA.

(62)

i. Merangsang siswa untuk berlatih karena buku ajar disertai tugas, tes for-matif dan evaluasi untuk mangetahui kemampuan siswa.

j. Buku ajar disertai pedoman penskoran (instrumen penilaian) yang mem-bantu siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment).

k. Buku ajar disusun dengan berdasarkan pada konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal

menguasai materi yang disajikan dalam buku ajar ini. Prinsip ini mengan-dung konsekuensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 80% dari materi tersebut.

l. Pada buku ajar terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi.

m. Materi yang disajikan dalam buku ajar yang dikembangkan, dijelaskan melalui representasi kimia .

2. Tanggapan guru terhadap buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan sudah baik ditinjau dari aspek-aspek :

a. Kesesuaian isi materi dengan kurikulum, karena materi yang dijelaskan dalam buku ajar sudah dirancang untuk mencapai indikator kompetensi, indikator yang dikembangkan telah sesuai dengan SK-KD, dan materi dijelaskan melalui representasi kimia, dengan rata-rata persentase penilaian sebesar 91,67 % dengan kriteria sangat tinggi.

(63)

variasi huruf, pemisah antar paragraf, perpaduan warna, kualitas gambar, kertas, cetakan dan penjilidan sangat baik, dengan rata-rata persentase penilaian sebesar 94,00 % dengan kriteria sangat tinggi.

3. Tanggapan siswa buku ajar berbasis representasi kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan sudah sangat baik ditinjau dari aspek-aspek: bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, komunikatif, mudah dipahami, tidak menimbulkan makna ganda, menggunakan kalimat efektif dan efisien, gambar submikroskopis dan representasi simbolik dapat terlihat dan terbaca dengan jelas serta mudah dipahami, dengan rata-rata persentase penilaian sebesar 90,98 % dengan kriteria sangat tinggi.

4. Kendala-kendala yang dihadapi selama pengembangan produk adalah :

Kurangnya referensi mengenai pengembangan buku ajar berbasis representasi kimia, terbatasnya faktor finansial dalam pengembangan buku ajar berbasis representasi kimia, keterbatasan waktu dalam pengembangan buku ajar berbasis representasi kimia.

(64)

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka diajukan saran yaitu : 1. Perlu dikembangkan penelitian sejenis dengan cakupan materi lebih diperba-

nyak dalam buku ajar yang dikembangkan.

2. Perlu dikembangkan penelitian efektifitas pembelajaran menggunakan buku ajar larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis representasi kimia ini.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi SS, 2008, Tata Saji Buku Ajar, Pelatihan Penulisan Buku Ajar : Jakarta Ainsworth. 1999. The Functions of Multiple Representations. Computers &

Education. 33, p. 131 – 152.

Arifin, Mulyati dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI : Bandung

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara.

Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Bendor J , 2007. Self editing and Revisions, Bahan Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Internasional, DP2M : Jakarta

Borg, W.R. and M. D. Gall. 2003. Educational Research. Allyn and Bacon. United States of America.

BPSDMP-PMP, 2012. Pedoman Penulisan Buku Ajar Peningkatan Kompetensi Pendidik. BPSDMP-PMP : Jakarta

Cheng, M., & Gilbert, J. K. 2009. Towards a Better Utilization of Diagram in Research into the Use of Representative Levels in Chemical Education.

Model and Modeling in Science Education, Multipelple Representations in Chemical education. Springer Science+Business Media B.V. p.55–73. Chittleborough, G.D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.

Depdiknas . 2003. UUNomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS : Jakarta Depdiknas. 2005. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran: Penjelasan Standar Mutu

(66)

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Depdiknas : Jakarta

Depdiknas. 2007. Standar Proses . Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Depdiknas : Jakarta

Depdiknas. 2008. Pengembangan Buku teks pelajaran. Depdiknas : Jakarta Donovan, W. & Nakhleh, M. 2007. Student use of web-based tutorial materials

and understanding chemistry concepts. Journal Comp. Math. And Sci. Tech. 26, (4), 291-327

Eddy Wibowo, Mungin. 2005. Hati-hati Menggunakan Buku Pelajaran. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur

Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Farida, I. Liliasari, Widiyanto, D.H. & Sopandi, W. 2010. Representasional

Competence’s Profile of Pre-Service Chemistry Teachers in Chemical Problem Solving. Seminar Proceeding of The Fourth International Seminar on Science Education., 30 October 2010. Bandung. C2-1-7. Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui

Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Greene, H.A & Petty, W.T. 1991. Developing Language Skill In The

Elementary School, Needham Heights : Allyn and Bacon, inc

Heuvelen, V. and Zou. X.L. 2001. Multiple Representations of Work-energy Processes. American Journal of Physics. 69, No 2. p 184.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review.,

227, No. 64. p. 377-379.

Lubis S.2004. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. e-USU Repository : Bandung

Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Students’ Problem-Solving Performance and Representational Format. American Journal of Physics.73. No.5. p.463.

Mintowati. 2003. Panduan Penulisan Buku Ajar. Depdikbud : Jakarta

(67)

Muslich, Mansur. 2010. Textbook Writing: Dasar-dasar Pemahaman Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Ar-ruzzmedia : Malang

Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

Pusat Perbukuan Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains.

Depdiknas : Jakarta

Pusat Perbukuan. 2005. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sakri, Adjat. 2008. Cara Menulis Buku Ajar. ITB : Bandung Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (edisi revisi). Alfabeta : Bandung

Suhardjono, dkk., 2001. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Ketiga. FK UI, Jakarta.

Suherli, dkk. 2006. Laporan Keterbacaan Buku Teks Pelajaran Sekolah Dasar. Pusat Perbukuan, Depdiknas : Jakarta

Sukmadinata, N. S. 2005. Metode penelitian pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sunyono, dkk. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan Generik Sains pada Siswa SMA di Propinsi Lampung.

Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Supriadi, Dedi. 2000. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. AdiCita : Yogyakarta Surya, Bambang. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS

Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tarigan, D dan H. G. Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia edisi revisi. Depdikbud UT : Jakarta

(68)

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

TIMSS. 2007. Average mathematics scores of fourth- and eighth-grade students, by country: 2007.

Treagust, D. F. 2008. The Role of Multiple Representations in Learning Science: Enhancing Students’ Conceptual Understanding and Motivation. In Yew-Jin And Aik-Ling (Eds).Science Education At The Nexus Of Theory And Practice. Sense Publishers. p. 7-23. Rotterdam – Taipei.

Weerawardhana, Brian Ferry & Christine Brown 2006. Use of Visualization software to support understanding of chemical equilibrium: the importance of appropriate teaching strategies. Proceedings of the 23rd Annual

Gambar

Gambar 1. Representasi Ilmu Kimia (Chittleborough, 2004)
Tabel 3.  Tafsiran Presentase Jawaban Responden Wawancara.
Tabel 3.  Penskoran pada angket uji kesesuaian dan uji kemenarikan untuk pertanyaan positif
Tabel 4. Tafsiran persentase angket

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pekerjaan : Pengawasan Penanganan Jalan Sumber Dana Alokasi Khusus ( DAK) Reguler Sarana dan Prasarana Penunjang Jalan 1 maka dengan ini kami: POKJA Dinas

[r]

Koordinat awal dari setiap subjek dapat diperoleh melalui cara yang sama seperti metode MDS metrik dengan asumsi bahwa meskipun data bukan jarak informasi yang

Uji Perbedaan Rerata N-Gain Koneksi Siswa Kategori KAM tinggi Independent Samples Test. Levene's Test for

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tentang cara penanganan dental

Pendayagunaan perpustakaan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara, merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan secara

Satu isolat bakteri yang menghasilkan zone hambatan paling besar dan satu isolat bakteri yang paling tinggi kemampuannya menekan populasi BDB dalam media cair

Hasil pengamatan terhadap konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 menunjukkan bahwa tebal irisan sadap rata-rata yang dihasilkan