PENGEMBANGAN BUKU AJAR PARTIKEL MATERI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA
Oleh
Agung Widi Utomo
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
▸ Baca selengkapnya: rpp partikel materi kelas 9
(2)ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU AJAR PARTIKEL MATERI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA
Oleh
AGUNG WIDI UTOMO
Pembelajaran IPA meliputi konsep kimia tentang partikel dasar penyusun materi
yang tidak dapat dilihat secara langsung atau bersifat abstrak, akibatnya banyak
siswa menganggap bahwa IPA itu sulit untuk dipahami, maka peneliti melakukan
pengembangan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar partikel materi berbasis
represen-tasi kimia, serta mendeskripsikan karakteristik, tanggapan guru, respon siswa
terhadap buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia, dan mengetahui
kendala-kendala yang ditemui ketika mengembangkan buku ajar partikel materi
berbasis representasi kimia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
Penelitian dan Pengembangan (R&D). Dari hasil tanggapan guru dan siswa
diperoleh data bahwa kesesuaian isi buku ajar dengan kurikulum sangat tinggi
sebesar 95%, aspek grafika/kemenarikan buku ajar sangat tinggi sebsar 94% dan
tingkat keterbacaan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia ini
sangat tinggi sebesar 93,04%. Siswa dan guru merespon baik buku ajar IPA yang
dikembangkan.
vi DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Buku Ajar ... 7
B. Peranan,Tujuan, dan Fungsi Bahan Ajar (Buku Ajar) ... 8
C. Kriteria Buku Ajar yang Baik ... 10
D. Pengembangan Buku Ajar ... 12
E. Metode Analisis Bahan Ajar (Buku Ajar) ... 15
F. Representasi Kimia ... 18
G.Kompetensi ... 20
H. Konsep ... 21
vii
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 31
D. Instrumen Penelitian ... 33
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 34
F. Teknik Pengolahan Data ... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Analisis Kebutuhan ... 38
B. Hasil Pengembangan Buku Ajar Partikel Materi Berbasis Representasi Kimia ... 41
C. Hasil Validasi Ahli ... 45
D. Hasil Pendapat Guru dan Siswa Terhadap Buku Ajar yang Dikembangkan ... 48
E. Faktor Pendukung dalam Pengembangan Buku Ajar ... 60
F. Kendala-Kendala dalam Pengembangan Buku Ajar ... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 66
2. Silabus ... 78
3. RPP ... 89
viii
7. Angket validasi kesesuaian isi dan materi ... 135
8. Angket validasi aspek keterbacaan ... 140
9. Angket uji coba terbatas guru aspek kesesuaian isi dengan kurikulum .. 149
10. Angket uji coba terbatas guru aspek grafika/kemenarikan ... 154
11. Angket uji coba terbatas siswa aspe keterbacaan... 160
12. Pedoman wawancara uji coba terbatas untuk guru ... 166
13. Pedoman wawancara uji coba terbatas untuk siswa ... 167
14. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 168
15. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 172
16. Hasil Validasi Aspek Konstruksi ... 177
17. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Konstruksi ... 179
18. Hasil Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 181
19. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 183
20. Hasil Validasi Aspek Keterbacaan ... 185
21. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Aspek Keterbacaan... 189
22. Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Kesesuaian Isi ... 193
23. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Kesesuaian Isi ... 195
24. Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Grafika ... 197
25. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Grafika ... 199
26. Hasil Wawancara Uji Coba Terbatas Pada Guru ... 202
27. Tabulasi Jawaban Hasil Uji Coba Terbatas Aspek Keterbacaan ... 203
ix
30. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 210
31. Surat Izin Penelitian ... 211
32. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 212
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi,
pendidi-kan berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan
iptek dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan
berkesi-nambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah. Pembelajaran yang berpusat pada potensi dan kepentingan
peserta didik salah satunya adalah pembelajaran IPA.
Menurut BSNP (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
pengua-saan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prin-sip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses
pembe-lajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
mene-rapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemberian materi IPA
kepada siswa SMP diharapkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkem-bangan serta karakteristik siswa. Pemberian materi pada siswa juga harus
Sebagian besar konsep-konsep IPA khususnya pada pokok bahasan partikel
mate-ri bersifat abstrak, sehingga penyampaian matemate-ri yang kurang tepat oleh guru dan
sumber belajar dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya. Konsep yang abstrak ini seharusnya disampaikan
dengan pendekatan yang dapat menghubungkan hal yang abstrak dengan hal yang
konkret sehingga konsep abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan konsep abstrak
adalah representasi kimia.
Johnstone (1982;1983) dalam Chitleborough (2004) membagi representasi ilmu
kimia ke dalam tiga level, yaitu level makroskopik, level submikroskopik, dan
level simbolik. Dalam proses pembelajaran kimia, penting untuk memulai dari
level makroskopis dan simbolik sebab keduanya dapat terlihat secara kasat mata
dan dapat dikonkretkan dengan contoh. Namun untuk level submikroskopik
merupakan level yang paling sulit sebab menggambarkan teori atom suatu materi,
termasuk partikel seperti elektron, atom, dan molekul yang biasanya termasuk
sebagai level molekular. Penggunaan ketiga representasi kimia dalam proses
pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA yang
sebagian besar bersifat abstrak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada dua belas SMP Negeri yang ada
di Kabupaten Pringsewu menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
menggunakan buku pelajaran yang beredar di pasaran. Buku-buku yang beredar
di pasaran dan digunakan oleh guru dan siswa sebagian besar lebih menekankan
represen-tasi makroskopik masih sangat jarang digunakan. Seharusnya sangat penting
untuk dimulai dari level makroskopis dimana pada level ini dapat terlihat dan
dikonkretkan dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
informasi yang diberikan oleh buku pelajaran yang selama ini digunakan tidak
sesuai baik dari segi keluasan isi materi maupun cara penyampaian materi yang
sulit dipahami oleh siswa SMP. Ketidaksesuaian sumber belajar ini menyebabkan
siswa kurang terarah dalam mengembangkan kemampuannya untuk menemukan
sesuatu.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Chairunnisa (2013) yang menyatakan
bahwa guru membelajarkan materi dengan menggunakan buku pelajaran kimia
yang beredar di pasaran. Buku-buku pelajaran yang telah beredar dan digunakan
oleh guru maupun siswa belum ditampilkan melalui multipel representasi. Selain
itu, respon yang positif datang dari guru mitra dan kepala sekolah serta siswa
ter-hadap pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel representasi.
Berdasarkan observasi, dalam proses pembelajaran sebagian besar guru belum
mengetahui tentang pembelajaran berbasis representasi kimia. Setelah dijelaskan,
dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan representasi
submikroskopis dan representasi simbolik saja. .
Untuk menunjang proses pembelajaran yang melibatkan ketiga level representasi
kimia sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi maka dibutuhkan
suatu buku ajar dimana materi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan
stan-dar isi dan disajikan melalui ketiga level representasi sehingga lebih mudah
dilakukan-lah penelitian dengan judul: “Pengembangan Buku Ajar Partikel Materi Berbasis
Representasi Kimia.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia
yang dikembangkan?
2. Bagaimana tanggapan guru terhadap buku ajar partikel materi berbasis
repre-sentasi kimia yang dikembangkan?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap buku ajar partikel materi berbasis
repre-sentasi kimia yang dikembangkan?
4. Apa kendala-kendala yang dihadapi selama proses pengembangan buku ajar
partikel materi berbasis representasi kimia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia.
2. Mendeskripsikan karakteristik buku ajar partikel materi berbasis representasi
kimia.
3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap buku ajar partikel materi berbasis
representasi kimia.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap buku ajar partikel materi berbasis
5. Mendeskripsikan faktor pendukung maupun kendala dalam proses
pengem-bangan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada pembelajaran
kimia, khususnya pada pokok bahasan partikel materi.
2. Menambah referensi siswa dalam belajar.
3. Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu pendidikan dan
pembela-jaran.
4. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan bahan
ajar kimia berbasis representasi kimia dalam pembelajaran kimia di SMP
maupun tingkat satuan pendidikan lainnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Pringsewu.
2. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi :
a) Menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul
b) Menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia
sehari-hari
c) Membandingkan molekul unsur dan molekul senyawa
3. Buku ajar yang dikembangkan ini memuat pokok bahasan partikel materi
4. Representasi kimia yang disajikan dalam bahan ajar yang dikembangkan
adalah representasi kimia menurut Johnstone 1982;1983 (Chittleborough,
2004) yaitu level makroskopik , level submikroskopik, dan level simbolik.
5. Level makroskopik dalam bahan ajar yang dikembangkan yaitu fenomena
nyata yang dapat dilihat, contohnya benda-benda di sekitar kelas dan produk
kimia sehari-hari yang dapat ditemukan secara langsung.
6. Level submikroskopik dalam bahan ajar yang dikembangkan yaitu level
molekular yang menggambarkan atom, atau molekul yang tidak bisa dilihat.
Level ini diekspresikan melalui gambar dua dimensi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Buku Ajar
Menurut Arifin dan Kusrianto (2009), buku ajar adalah jenis buku yang digunakan
dalam aktivitas belajar dan mengajar. Buku ajar disusun dengan alur dan logika
sesuai dengan rencana pembelajaran. Buku ajar disusun sesuai kebutuhan belajar
siswa atau mahasiswa. Buku ajar disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran
atau kompetensi tertentu.
Menurut Kurniawan dalam handout Mata Kuliah Menulis Buku Ajar Ilmiah, buku
ajar adalah jenis buku yang diperuntukkan bagi siswa sebagai bekal pengetahuan
dasar dan digunakan sebagai sarana belajar serta dipakai untuk menyertai proses
pembelajaran. Alih bahasa buku teks menjadi textbook tidak cocok untuk
menamakan jenis buku semacam ini, sebab seluruh buku untuk dibaca isinya
adalah teks. Oleh karena itu, istilah buku ajar dipakai sebagai padanan atas istilah
textbook.
Untuk menyempurnakan pengertian tentang buku ajar yang dimaksudkan yaitu
dengan Kepmen No: 36/D/O/2001, Pasal 5, ayat 9 (a); “Buku ajar adalah buku
terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan
disebarluaskan”.
Menurut Achmadi (2012), buku ajar memiliki beberapa cirri khas yaitu berupa :
Pemasaran
Pasar buku ajar tidak sama dengan pemasaran barang lain
Mahasiswa tidak memilih buku ; jadi, harga bukan faktor penentu = industri farmasi; obat dijual ke dokter, bukan kepada pasien Penerbit buku ajar yang baik jumlahnya sedikit, agak monopolistik Campus buyback
Jika suatu buku ajar digunakan oleh dosen pada semester berikut toko buku kampus akan membeli-kembali harga sesuai denga kondisi buku
Rental programs
Buku ajar bisa disewakan dapat menghemat biaya pembelian buku Open textbooks
Tren akhir-akhir ini, penulis menawarkan gratis bukunya secara online Mudah dibaca lewat iPad
Boleh dicetak dengan permintaan Pendidikan tinggi
Buku ajar dipilih oleh dosen yang mengajar mata kuliah atau oleh program studi
Mahasiswa harus memilikinya (beli, sewa, pinjam)
B. Peranan, Tujuan, dan Fungsi Bahan Ajar (Buku Ajar)
Adapun tujuan dan fungsi bahan ajar sebagai berikut:
1. Tujuan bahan ajar
a. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu
Segala informasi yang didapat dari sumber belajar kemudian disusun dalam
bentuk bahan ajar. Hal ini kemudian membuka wacana dan wahana baru bagi
peserta didik, karena materi ajar yang disampaikan adalah sesuatu yang baru
dan menarik.
Pilihan bahan ajar yang dimaksud tidak terpaku oleh satu sumber saja,
melainkan dari berbagai sumber belajar yang dapat dijadikan suatu acuan
dalam penyusunan bahan ajar.
c. Memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran akan termudahkan
karena bahan ajar disusun sendiri dan disampaikan dengan cara yang
bervariatif.
d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
Dengan berbagai jenis bahan ajar yang bervariatif diharapkan kegiatan
pembelajaran tidak monoton hanya terpaku oleh satu sumber buku atau di
dalam kelas saja.
2. Peranan Bahan Ajar
Greene dan Petty (1981), merumuskan beberapa peranan sebagai berikut :
1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam bahan pengajaran yang disajikan.
2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya. 3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional.
4. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang
mendampinginya) metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.
5. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi latihan dan tugas praktis.
3. Fungsi Bahan Ajar
Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007), fungsi bahan ajar
dijabarkan sebagai berikut :
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi yang seharusnya diajarkan
ke-pada siswa.
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
pro-ses pembelajaran sekaligus substansi kompetensi yang seharusnya dikuasai.
c. Alat evaluasi pencapaian dan penguasaaan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan.
C. Kriteria Buku Ajar yang Baik
Greene dan Petty yang dikutip oleh Tarigan (1986), menetapkan 10 (sepuluh)
kriteria buku ajar yang baik sebagai berikut :
1. Buku ajar itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang memakainya.
2. Buku ajar itu haruslah memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3. Buku ajar itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.
4. Buku ajar seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya. 5. Isi buku ajar haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran
lainnya, lebih baik lagi kalau dapat didukung dengan perencanaan, sehinga semuanya merupakan kebulatan yang utuh dan terpadu. 6. Buku ajar haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas
pribadi para siswa yang mempergunakannya.
8. Buku ajar harus mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia.
9. Buku ajar harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10. Buku ajar harus dapat menghargai pribadi-pribadi para siswa.
Sedangkan Arifin dan Kusrianto (2009), memberikan tolok ukur buku ajar yang
baik sebagai berikut :
1. Format buku sesuai dengan format ketentuan UNESCO, yaitu ukuran kertas A4 (21x29,7 cm).
2. Memiliki ISBN (International Standard Book Number). 3. Dengan gaya bahasa semi formal.
4. Struktur kalimat minimal SPOK.
5. Mencantumkan TIU, TIK dan Kompetensi. 6. Disusun sesuai dengan Rencana Pembelajaran.
7. Menyertakan pendapat atau mengutip hasil penelitian pakar. 8. Menggunakan catatan kaki/catatan akhir/daftar pustaka dan jika
mungkin menyertakan indek.
9. Mengakomodasi hal-hal/ide-ide baru. 10. Diterbitkan oleh penerbit yang kredibel. 11. Tidak menyimpang dari falsafah NKRI.
Dengan merujuk UNESCO, Kemendiknas (2007) merumuskan syarat bahan ajar
yang baik dan berkualitas yaitu (1) bahan ajar memiliki peran penting untuk
mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi, (2) bahan ajar
merupakan produk dari proses yang lebih besar dari pengembangan kurikulum,
(3) isi bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi manusia,
mengintegrasi-kan proses pedagogis yang mengajarmengintegrasi-kan secara damai terhadap penyelesaian
konflik, kesetaraan gender, nondiskriminasi, praktik-praktik dan sikap-sikap lain
yang selaras dengan kebutuhan untuk belajar hidup bersama, (4) bahan ajar
memfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-hasil spesifik yang dapat
modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), (5) memperhitungkan
level konseptual, lingkungan linguistik, latar belakang dan kebutuhan pebelajar di
dalam membentuk isi dan mendesain model pembelajaran, (6) bahan ajar
memfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi dan pengalaman
secara merata dan setara oleh semua pebelajar yang terlibat dalam proses
pembelajaran, dan (7) bahan ajar dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya
tahan lama, dan dapat diakses oleh semua pebelajar.
D. Pengembangan Buku Ajar
Menurut Suroso (2004). penyampaian materi dalam buku ajar berlangsung melalui
komunikasi searah karena pembaca tidak ada di sekitar penulis. Berkomunikasi
dalam menulis buku ajar lebih kompleks bila dibandingkan dengan ceramah.
Buku ajar disusun dengan alur dan logika sesuai dengan rencana pembelajaran,
disusun sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, serta disusun untuk mencapai
tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.
Menurut Salimah dan Azizah (2009) dalam Prosiding Seminar Nasional Kimia
menyatakan:
Buku ajar yang disusun juga mengacu pada kriteria-kriteria penyusunan buku yang dikeluarkan Pusat yang telah dirumuskan, materi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir, kegiatan/eksperimen/percoba-an, sesuai dengan materi dan kompetensi dasar yang dikembangkkegiatan/eksperimen/percoba-an, serta memperhatikan keterkaitan sains, teknologi dan masyarakat.
keruntutan-bahasa atau ketertautan antar bab,sub-bab, paragraph, dan kalimat.
Sistematika buku ajar menurut Suroso (2004) adalah sebagai berikut:
1. Halaman Pendahuluan
Halaman judul Daftar isi Daftar Gambar Daftar Tabel
Pengantar (foreword) Biasanya ditulis atas permintaan penulis atau penerbit
Prakata (preface) (ditulis penulis mengapa ia menulius buku, siapa pembacanya,Sasarannya, bagaimana susunannya).
Sanwacana (Acknowledgement) ucapan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak dalam penyelesaian buku
2. Halaman nas (batang tubuh buku)
Pendahuluan Bab 1 , Bab 2, dst Penutup
3. Halaman Penyudah
Catatan Lampiran Pustaka
Penjurus (Indeks)
Menurut Steffen-Peter Ballstaedt dalam panduan pengembangan bahan ajar
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa bahan ajar cetak harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).
Dalam penyusunan bahan ajar khususnya buku ajar, tentunya dibutuhkan
sumber-sumber yang relevan. Beberapa sumber-sumber-sumber-sumber bahan ajar yang dapat digunakan
menurut Depdiknas (2006) yaitu :
1. Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit.
2. Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh
para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang
aktual atau mutakhir.
3. Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal
terse-but berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di
bidang-nya masing-masing yang telah dikaji kebenaranbidang-nya
4. Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar
yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar,
ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
5. Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu.
6. Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena
berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi
bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi.
7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan yang banyak
8. Internet yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan
satuan pelajaran harian untuk berbagai mata pelajaran dapat kita peroleh
melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau diperbanyak.
9. Berbagai jenis media audio visual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai
jenis mata pelajaran.
10. Lingkungan ( alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi).
E. Metode Analisis Bahan Ajar (Buku Ajar)
Menurut Suhartanto (2008) aspek yang dinilai pada bahan ajar meliputi kelayakan
isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikaan.
1. Aspek kesesuaian isi dengan kurikulum
Materi pelajaran merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam buku pelajaran.
Buku pelajaran yang baik memperhatikan relevansi, adekuasi, keakuratan, dan
proporsionalitas dalam penyajian materinya.
a. Relevansi
Buku pelajaran yang baik memuat materi yang relevan dengan tuntutan kurikulum
yang berlaku, relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan tingkat
pendidikan tertentu, serta relevan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik
siswa yang akan menggunakan buku pelajaran tersebut.
b. Adekuasi/kecukupan
Kecukupan mengandung arti bahwa buku tersebut memuat materi yang memadai
c. Keakuratan
Keakuratan mengandung arti bahwa isi materi yang disajikan dalam buku
benar-benar secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kehidupan, dan pengemasan
materi sesuai dengan hakikat pengetahuan.
d. Proporsionalitas
Wibowo (2005), mengatakan bahwa proporsionalitas berati uraian materi buku
memenuhi keseimbangan kelengkapan, kedalaman, dan keseimbangan antara
materi pokok dengan materi pendukung.
2. Aspek penyajian materi
Menurut Wibowo (2005), bahan ajar yang baik menyajikan bahan secara lengkap,
sistematis, sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan
cara penyajian yang membuat enak dibaca dan dipelajari. Berikut adalah point
khusus dalam penyajian materi :
a. Penyajian konsep disajikan secara runtun mulai dari yang mudah ke sukar,
dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang dikenal sampai yang belum dikenal.
b. Terdapat uraian tentang apa yang akan dicapai peserta didik setelah
mem-pelajari bab tersebut dalam upaya membangkitkan motivasi belajar.
c. Terdapat contoh-contoh soal yang dapat membantu menguatkan
pemaha-man konsep yang ada dalam materi.
d. Soal-soal yang dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan
kon-sep yang berkaitan dengan materi dalam bab sebagai umpan balik disajikan
e. Penyampaian pesan antara subbab yang berdekatan mencerminkan
keruntu-tan dan keterkaikeruntu-tan isi.
f. Pesan atau materi yang disajikan dalam satu bab/subbab/alinea harus
men-cerminkan kesatuan tema.
3. Aspek grafika
Menurut Wibowo (2005), grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang
berkenaan dengan fisik buku, meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran
huruf, warna, dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas
dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya.
4. Aspek Keterbacaan
Menurut Ambruster dan Anderson dalam Widodo (1993) bahwa keterbacaan buku
pelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menyelidiki beberapa aspek
bahan tertulis yang mengacu pada tingkat kesukaran pemahaman bahan bacaan
tersebut. Bahan ajar tertulis yang sukar dipahami oleh pembaca (siswa)
menye-babkan rasa malas, tidak tertarik, atau bahkan terjadi frustasi. Hal ini dikarenakan
pembaca mengalami kesulitan dalam penelaahan kata dan kalimat untuk
menda-patkan kesamaan konsep yang paling benar (Harrison dalam Widodo, 1993).
Faktor penyebab kesukaran bacaan yaitu kalimat (panjang pendek, sederhana
kompleks) dan perbendaharaan kata (kata tunggal majemuk, bersuku kata banyak,
kata-kata abstrak, dan tata konseptual) (Auckerman dalam Widodo, 1993). Kata
yang tepat serta dikenal oleh pembaca dapat membantu pemahaman pembaca.
membaca. Faktor cetakan, garis bawah, cetak miring, kepadatan kata, tata letak,
dan masalah kekompakan serta bahasa dapat mempengaruhi pemahaman bacaan
(Knutton dalam Widodo, 1993). Hal tersebut dapat memperjelas dan menegaskan
isi buku yang dianggap penting. Sebab dengan adanya faktor tersebut
menyebab-kan timbulnya perbedaan penafsiran dan perbedaan persepsi dari masing-masing
pembaca. Widodo (1993) menyimpulkan bahwa keterbacaan bahan ajar berkaitan
dengan tiga hal, yaitu kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman.
a. Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yaitu tata huruf
(tipografi) seperti besar huruf, lebar spasi, serta kejelasan tulisan (bentuk dan
ukuran tulisan.
b. Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca , kepadatan ide pada
bacaan, dan keindahan gaya tulisan yang berkaitan dengan aspek penyajian
materi.
c. Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti
panjang-pendeknya, bangun kalimat dan susunan paragraf. (Suherli, dkk
2006).
F. Representasi Kimia
Menurut The Australian Concise Oxford Dictionary (Chittleborough, 2004),
representasi adalah sesuatu yang dapat menggambarkan yang lain. McKendree
dkk. (Nakhleh, 2008), representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu: suatu
kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram
Johnstone 1982;1983 (Chittleborough, 2004) membagi representasi ilmu kimia ke
dalam tiga level, yaitu :
1. Level makroskopik yaitu diperoleh melalui fenomena nyata yang mungkin
langsung atau tidak langsung menjadi bagian pengalaman siswa sehari-hari,
yang dapat dilihat atau dipersepsi panca indra. Contohnya barang kebutuhan
sehari-hari, perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan
endapan yang dapat diobservasi keti-ka suatu reaksi kimia berlangsung.
2. Level sub mikroskopik terdiri dari fenomena kimia yang nyata, yang
menun-jukkan tingkat partikular sehingga tidak bisa dilihat. Representasi sub
mik-roskopik sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi penjelasan
level partikel. Model representasi pada level ini diekspresikan secara
sim-bolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer,
yaitu dengan kata-kata, gambar dua dimensi, dan gambar tiga dimensi baik
diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi.
3. Level simbolik terdiri dari macam gambar representasi, aljabar dan bentuk
komputerisasi.
Johnstone (1982) dalam Chittleborough (2004) menganjurkan untuk
mengguna-kan berbagai macam representasi, menggunamengguna-kan ketiga level secara serempak
sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang penting dari apa yang telah
di-hasilkan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ida farida, dkk. dalam Proceding The 4th
international Seminar on Science Education (2010) yaitu:
The three levels of chemical representation are containing
phenomena are the basis of chemistry, explanations of these phenomena usually rely on the symbolic and submicroscopic level of representations.
Consequently, the ability of learners to understand the role of each level of chemical representation and the ability to transfer from one level to another is an important aspect of generating understandable explanations.
Ketiga level representasi kimia tersebut dapat dihubungkan dalam gambar sebagai
berikut :
Gambar 1. Tiga level representasi kimia
Dalam proses pembelajaran kimia, penting untuk memulai dari level makroskopis
dan simbolik sebab keduanya terlihat dan dapat dikonkritkan dengan contoh.
Namun, Johnstone (2000) dalam Chittleborough (2004) mengatakan bahwa level
submikroskopik merupakan level yang tersulit sebab menggambarkan level
mole-kular suatu materi, termasuk partikel seperti elektron, atom, dan molekul.
G. Kompetensi
Kompetensi dasar menurut Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (2006)
di-definisikan sebagai, “Sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator
kompetensi.” Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada pokok bahasan
partikel materi adalah (1) Menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, (2) Makroskopik
Menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia
sehari-hari, (3) Membandingkan molekul unsur dan molekul senyawa.
H. Konsep
Menurut Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep
sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi
yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Oleh sebab itu diperlukan suatu
analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus
menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis
konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur
ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.
Terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan dalam membuat analisis konsep,
yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut
ANALISIS KONSEP PARTIKEL MATERI Label konsep Definisi konsep Jenis konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh NonContoh
Kritis Variabel Super-ordinat
Koordinat Sub-ordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Materi Benda yang menempati ruang, memiliki masa, dan tersusun dari partikel-partikel materi Konsep Konkret Benda Massa Ruang Partikel materi Jenis materi
- - Partikel
materi Pensil, meja, Kursi, suara Partikel materi Bagian terkecil dari materi yang masih mempunyai sifat sama dengan materi tersebut, dapat berupa
abstrak Bagian terkecil Atom Ion molekul Jenis partikel materi
materi - Atom
Ion molekul Besi(Fe), alumunium (Al), gula (C12H22O11), Air(H2O),
atom, ion, dan molekul. Atom Partikel
terkecil suatu unsur yang masih memiliki sifat yang sama dengan unsur itu, tersusun atas proton, elektron dan neutron.
abstrak Proton Elektron Neutron Jenis atom Partikel materi ion molekul Proton Elektron Neutron Besi(Fe), alumunium(Al), emas(Au), perak (Ag) Gula (C12H22O11), air(H2O), karbondioksi da(CO2), garam
dapur(NaCl), oksigen(O2).
Molekul Partikel netral yang terdiri dari dua Atom atau lebih, baik atom yang sejenis maupun atom yang berbeda jenis, dapat nerupa
molekul unsur dan molekul senyawa. Molekul Unsur Molekul yang tersusun atas unsur yang sejenis, dapat berupa molekul diatomik dan poliatomik.
abstrak Molekul diatomik Molekul poliatom ik Jenis molekul unsur
Molekul Molekul senyawa
Molekul diatomi Molekul
poliatomik
N2, H2, P4, S8. H2O, NH3, CH4, C12H22O11, CO2. Molekul Senyawa Molekul yang tersusun atas unsur yang berbeda jenis.
abstrak - - molekul Molekul
unsur
- H2O, NH3, CH4,
C12H22O11, CO2.
N2, H2, P4, S8.
Ion Partikel (Atom atau molekul) yang bermuatan
abstrak Kation anion Muatan ion, jenis atom Partikel materi Atom molekul Kation anion garam dapur(NaCl), KBr. Gula
listrik yang dihasilkan atau terbentuk dengan penghila-ngan atau penamba-han elektron.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode dan Subyek Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
dan pengembangan. Menurut Sugiyono (2010), metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk. Secara singkat, langkah-langkah
penggunaan metode penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (1989)
[image:35.595.114.511.448.650.2]dalam Sukmadinata (2011) digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D) Menurut Sugiyono (2010)
Penelitian hanya dilakukan sampai uji coba terbatas. Subyek penelitian yaitu
siswa SMP dan guru mata pelajaran IPA Terpadu di Kabupaten Pringsewu. Potensi dan
masalah
Pengumpulan data
Desain produk Validasi desain
Revisi desain Uji coba
produk Revisi produk
Uji coba pemakaian
Revisi produk Uji coba pemakaian
B.Alur Penelitian
Alur penelitian adalah sebagai berikut :
[image:36.595.110.519.157.724.2]
Gambar 3. Alur Penelitian
Rancangan Buku ajar Partikel Materi Berbasis Representasi kimia Analisis Kebutuhan
Studi Kepustakaan/Literatur Studi Lapangan
- Analisis SK dan KD - Pengembangan Silabus - Pembuatan Analisis Konsep
- Pembuatan RPP
- Literatur tentang bahan ajar
- Wawancara guru dan siswa di dua belas SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu mengenai penggunaan bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. - Analisis bahan ajar yang
digunakan oleh guru dan siswa.
Pengembangan Buku ajar
Penyusunan Rancangan Buku Ajar Partikel Materi
Uji Coba Terbatas
Revisi
Hasil Revisi Berdasarkan Hasil Uji Coba Terbatas
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan Validasi Ahli
Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan.
Tuju-an dari Tuju-analisis kebutuhTuju-an adalah memperoleh informasi tentTuju-ang kondisi yTuju-ang ada
sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk produk yang dikembangkan.
Analisis kebutuhan terdiri dari:
a) Studi Kepustakaan/Literatur
Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan
teoritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini
dilakukan pembuatan analisis konsep, RPP, dan mencari literatur tentang bahan
ajar dan buku ajar. Dalam tahap ini juga dilakukan analisis terhadap Standar Isi
(SI), yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan partikel materi yang terdapat pada
KTSP.
Selanjutnya, menganalisis bahan ajar kimia yang beredar di pasaran maupun yang
digunakan oleh para guru dan siswa untuk pokok bahasan partikel materi, analisis
yang dilakukan meliputi aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, aspek penyajian
materi, aspek grafika, aspek keterbacaan, identifikasi kelebihan dan kekurangan
bahan ajar tersebut.
b) Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan mewawancarai tiga belas guru IPA Terpadu
kelas VIII dan tujuh puluh dua siswa kelas VIII yang tersebar pada dua belas
dengan menggunakan representasi kimia. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman wawancara.
2. Pengembangan Produk
a) Penyusunan Produk Awal
1. Penyusunan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia
Penyusunan buku ajar dilakukan dengan mengacu pada referensi yang terkait
dengan pengembangan buku ajar serta hasil dari analisis kebutuhan yang telah
dilakukan. Setelah selesai dilakukan penyusunan buku ajar partikel materi
berbasis representasi kimia, selanjutnya buku ajar tersebut divalidasi oleh satu
orang ahli atau pakar di bidang kimia. Validasi ini dilakukan untuk menilai aspek
kostruksi, aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, aspek penyajian materi, dan
aspek grafika.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah
seba-gai berikut:
a) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.
b) Melakukan perbaikan/revisi berdasarkan analisis hasil uji ahli.
c) Mengkonsultasikan hasil perbaikan.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang disusun meliputi angket uji aspek kesesuaian dengan
kurikulum, penyajian materi dan grafika untuk guru, serta angket uji keterbacaan
untuk siswa. Sama halnya dengan buku ajar yang telah dikembangkan, instrumen
untuk mengetahui kesesuaian instrumen penelitian dengan rumusan masalah
pene-litian.
b) Uji Coba Terbatas
Setelah dihasilkan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia yang telah
divalidasi oleh ahli, dilakukan uji coba terbatas pada satu guru SMP kelas VIII
dan 15 siswa SMP kelas VIII di SMP Neger 2 Pringsewu di Kabupaten Pringsewu
untuk mengetahui kelayakan bahan ajar, melalui uji aspek kesesuaian isi dengan
kurikulum, penyajian materi, grafika dan keterbacaan.
c) Revisi Buku ajar
Tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan
buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia. Revisi dilakukan
ber-dasarkan hasil uji coba terbatas, yaitu uji aspek kesesuaian isi dengan kurikulum,
uji aspek penyajian materi, uji aspek grafika, dan uji aspek keterbacaan buku ajar
yang telah dikembangkan.
C.Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap persiapan
a. Menganalisis kurikulum
b. Menyusun analisis konsep, silabus, pemetaan dan rpp partikel materi
c. Mempelajari beberapa literatur terkait buku ajar
d. Menganalisis buku-buku pelajaran yang telah beredar di pasaran dan beberapa
buku pelajaran kimia yang sering digunakan di pasaran
e. Menganalisis bahan ajar yang telah dibuat oleh guru-guru di sekolah
g. Menentukan buku teks sumber yaitu textbook kimia yang berjudul Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti karangan Raymond Chang (2004) dengan penerbit
Erlang-ga serta textbook kimia yang berjudul Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Terapan
karagan Ralph H.Petrucci-Suminar (1987) dengan penerbit Erlangga
h. Menentukan submateri pokok yang terdapat pada pokok bahasan partikel
materi
i. Mengembangan buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia yang
sudah disesuaikan dengan kurikulum
j. Menyusun instrumen validasi ahli untuk mengukur aspek kostruksi, kesesuaian
isi dengan kurikulum, penyajian materi dan grafika
k. Menyusun instrumen penelitian untuk guru untuk mengukur aspek kesesuaian
isi dengan kurikulum, aspek penyajian materi, dan aspek grafika
l. Menyusun instrumen untuk siswa untuk mengukur aspek keterbacaan
m.Memvalidasi instumen yang telah disusun
n. Memperbaiki instrumen penelitian yang telah divalidasi oleh pembimbing
o. Memvalidasi buku ajar yang telah disusun
p. Memperbaiki buku ajar.
2. Tahap pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengujian aspek kesesuaian isi dengan kurikulum melalui pengisian angket uji
kesesuaian isi dengan kurikulum oleh guru.
b. Pengujian aspek penyajian materi melalui pengisian angket uji penyajian
materi dengan kurikulum oleh guru.
d. Pengujian aspek keterbacaan dilakukan melalui pengisian angket uji
keterbacaan oleh siswa.
3. Tahap akhir
a. Menganalisis hasil penelitian mengenai aspek kesesuaian isi dengan kurikulum,
penyajian materi, grafika, keterbacaan.
b. Merevisi buku ajar
c. Mengambil kesimpulan
d. Menyusun skripsi
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Kesesuaian isi dengan kurikulum
Instrumen kesesuaian isi dengan kurikulum ini berupa angket yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan terkait dengan relevansi buku ajar yang disusun terhadap
kurikulum yang berlaku, kecukupan materi yang terkandung dalam buku ajar
dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan, keakuratan materi yang
disajikan, dan lain sebagainya. Instrumen ini dilengkapi kolom saran.
2. Aspek penyajian materi
Instrumen aspek penyajian materi berupa angket yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan tentang kesesuaian materi dalam buku ajar dengan tujuan
3. Aspek grafika
Instrumen aspek grafika berupa angket yang terdiri dari pernyataan-pernyataan
yang berhubungan dengan bentuk fisik buku ajar seperti font, desain, warna huruf,
dan besar spasi. Instrumen ini juga dilengkapi dengan kolom saran.
4. Aspek keterbacaan bahan ajar
Instrumen aspek keterbacaan buku ajar berupa angket yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan terkait dengan tingkat keterbacaan siswa berupa
kemudahan bahasa untuk dipahami, kemenarikan buku ajar, dan sebagainya.
E.Prosedur Pengumpulan Data
1. Aspek kesesuaian isi dengan kurikulum
Pengumpulan data aspek kesesuaian isi dengan kurikulum dilakukan dengan cara
guru diminta untuk menilai aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kesesuaian materi pada buku ajar dengan SK dan KD
b. Kemampuan indikator produk menguraikan semua kompetensi yang ada dalam
KD
c. Indikator dapat diukur
d. Kesesuaian materi dengan indikator
2. Aspek penyajian materi
Untuk memperoleh data aspek penyajian materi dilakukan dengan cara guru
meni-lai aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kesesuaian soal-soal dengan materi
c. Kesesuaian representasi simbolik, makroskopik dan sub mikroskopik dalam
setiap kegiatan pembelajaran
3. Aspek grafika
Pengumpulan data aspek grafika dilakukan dengan cara guru diminta untuk
me-nilai aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keproporsionalan ukuran font yang digunakan
b. Kemudahan huruf yang digunakan untuk dibaca
c. Kemenarikan warna yang digunakan
d. Keserasian warna yang digunakan
e. Kejelasan pemisah antar paragraf
f. Penempatan tata letak judul, subjudul, teks, dan nomor halaman
g. Penggunaan variasi huruf
4. Aspek keterbacaan
Pengumpulan data dari uji keterbacaan dilakukan dengan cara siswa diminta
un-tuk menilai aspek-aspek sebagai berikut :
a. Kesesuaian ukuran dan warna tulisan yang digunakan
b. Kesesuaian variasi dan jenis huruf yang digunakan
c. Kesesuaian ukuran gambar yang digunakan
d. Kemenarikan buku ajar untuk dibaca
e. Kemudahan gambar /tabel dalam mendukung pemahaman materi dalam buku
ajar
f. Kebenaran bahasa yang digunakan
h. Penggunaan contoh soal yang baik
i. Kemudahan konsep, teori dan aplikasi konsep kehidupan untuk dipelajari.
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah menganalisis angket dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemberian skor
Angket dibuat menggunakan pernyataan positif dengan rentang Skala Likert
[image:44.595.112.508.341.435.2]seperti tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 2. Skor Angket Berdasarkan Skala Likert
Pernyataan Skor
SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
KS (Kurang
Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak
Setuju)
Positif 5 4 3 2 1
b. Mengolah skor
Pengolahan skor angket adalah sebagai berikut :
1) Menentukan batas skor
Skor = bobot jawaban x jumlah responden
a)Batas skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden
b)Batas skor untuk pernyataan Setuju (S)
Skor = 4 x jumlah responden
c)Batas skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)
d)Batas skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)
Skor = 2 x jumlah responden
e)Batas skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor = 1 x jumlah responden
2) Menghitung persentase respon
3) Kriteria interpretasi skor
Setelah mendapatkan persentase respon, maka dapat ditentukan kategori aspek
yang diukur dengan menggunakan kriteria interpretasi skor menurut Arikunto
[image:45.595.169.367.444.605.2](1997 : 155) sebagai berikut :
Tabel 3. Tafsiran persentase angket
Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi
60,1%-80% Tinggi
40,1%-60% Sedang
20,1%-40% Rendah
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Simpulan penelitian ini adalah dihasilkan produk pengembangan berupa buku ajar
partikel materi berbasis representasi kimia. Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia yang
di-kembangkan adalah sebagai berikut : buku ajar mengacu pada SK dan KD,
materi dikemas dalam unit-unit kegiatan belajar, disusun secara sistematis
dan menarik, disertai contoh dan ilustrasi yang mendukung materi, bahasa
yang digunakan sederhana dan komunikatif, disertai petunjuk penggunaan
buku ajar, dan materi yang disajikan dijelaskan melalui representasi kimia.
2. Tanggapan guru terhadap buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia
yang dikembangkan sudah baik ditinjau dari aspek-aspek :
a. Kesesuaian isi materi dengan kurikulum sudah sangat baik dengan rata-rata
persentase penilaian sebesar 95%, kriteria sangat tinggi.
b. Grafika, desain buku ajar sangat baik sehingga menambah minat untuk
membaca dan mempelajari buku ajar, ukuran huruf, penggunaan variasi
huruf, pemisah antar paragraf, perpaduan warna, kualitas gambar, kertas ,
cetakan dan penjilidan sangat baik, dengan rata-rata persentase penilaian
3. Tanggapan siswa buku ajar partikel materi berbasis representasi kimia yang
dikembangkan sudah sangat baik ditinjau dari aspek-aspek: bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
komu-nikatif, mudah dipahami, tidak menimbulkan makna ganda, menggunakan
kalimat efektif dan efisien, gambar submikroskopis dan representasi simbolik
dapat terlihat dan terbaca dengan jelas serta mudah dipahami, dengan rata-rata
persentase penilaian sebesar 93,04% dengan kriteria sangat tinggi.
4. Kendala-kendala yang dihadapi selama pengembangan produk adalah
terba-tasnya faktor finansial dalam pengadaan buku ajar partikel materi berbasis
representasi kimia saat uji coba terbatas oleh siswa dan guru.
B.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka diajukan saran yaitu :
1. Pada penelitian ini hanya dilakukan pengembangan produk, maka perlu
dilakukan uji coba secara terbatas dan luas buku ajar partikel materi berbasis
representasi kimia ini.
2. Perlu dikembangkan penelitian sejenis dengan materi yang berbeda dan
menyertakan lebih banyak konsep-konsep kehidupan terkait dengan materi
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S.S. 2012. Anatomi dan Struktur Buku Ajar. Disampaikan pada Pelatihan Buku Ajar Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah). Tersedia di: http://kopertis6.or.id/data/kelembagaan/Materi%20Pelatihan%20Buku%20 Ajar/Prof.%20Dr.%20Sunandar/Anatomi%20dan%20Struktur%20Buku% Ajar.ppt. Diakses Tanggal: 19 Juni 2013 pukul 13:49:28 WIB.
Arifin, S. dan A. Kusrianto. 2009. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi Teknik dan Strategi Menjadikan Tulisan Anda Layak Diterbitkan. Grasindo. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.
Chairunnisa. 2013. Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis Multipel Representasi. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 37, 55 pp. [Tidak diterbitkan]
Chittleborough, G. D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing students’ Metal Models of Chemical Phenomena. Curtin University of Technology.
Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Jakarta.
Farida, I., Liliasari, D.H. Widyantoro, dan W. Sopandi. 2010. Representational competence’s profile of pre-service chemistry teachers in chemical problem solving. Seminar Proceding the Fourth International Seminar on Science Education. 30 October 2010. Bandung. C2-2.
Greene dan Petty. 1981. Developing Language Skill in the Elementary Schools. Alyn and Bacon Inc. Boston.
Kurniawan, K. Handout Mata Kuliah menulis Buku Ajar Ilmiah. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_I
Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.
Salimah, L. dan U. Azizah. 2009. Pengembangan Buku Ajar Kimia Berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Materi Pokok Reaksi Redoks Sebagai Penunjang Pembelajaran Bilingual di SMA Khadijah Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2009. 2009. Bandung.
Suhartanto, H. 2008. Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran.
http://hsuhartanto.wordpress.com/standar-penilaian-buku-teks-pelajaran-ppt.html - 8 Oktober 2009.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”. Alfabeta. Bandung.
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Suroso. 2004. Penulisan Buku Ajar Perguruan tinggi. Disampaikan pada
Pelatihan Penulisan Buku Sekolah Alkitab Baptis. 29 Nov-1 Des 2004. STBI.
Tarigan. 1986. Telaah Buku teks Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung.
Wibowo,E., Mungin. 2005. Hati-hati Menggunakan Buku Pelajaran. (online) http://www.suaramerdeka.com/harian/0508/09/opi04.htm - 19 Juni 2012.