ABSTRAK
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT DENGAN TPS
Oleh
Rina Meri M
Tujuan penelitian ini adalah ada tidaknya perbedaan nilai penguasaan konsep siswa
antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS dan menentukan nilai rata-rata
penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan TPS pada materi ikatan kimia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X semester ganjil SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan tahun
pel-ajaran 2012/2013 tersebar dalam 7 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelas
X3 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen II. Sampel
di-ambil menggunakan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini menggunakan
rancangan The Matching-Only Posttest-Only Group Design. Analisis data kuantitatif
hasil posttest dengan analisis statistik yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas
Rina Meri M
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan penguasaan konsep siswa
pada materi ikatan kimia antara yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan TPS dan (2) nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia
yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
penguasaan konsep siswa yang diberi NHT.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ………. 1
B.Rumusan Masalah ……… 5
C.Tujuan Penelitian ……….. 5
D.Manfaat Penelitian ……… 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ……… 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 7
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) …… 10
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ……… 15
D. Penguasaan Konsep ……… 17
E. Lembar Kerja Siswa ... 18
F. Kerangka Pikir ……… 20
G. Anggapan Dasar ……….. 23
H. Hipotesis ………. 24
B.Desain Penelitian dan Metode Penelitian………... 25
C.Jenis dan Variabel Penelitian ... 26
D.Instrumen Penelitian ………... 26
E. Pelaksanaan Penelitian ………. 29
F. Hipotesis Statistik ………. 32
G.Teknik Analisis Data ……… 33
1. Uji normalitas ………. 34
2. Uji homogenitas dua varians ………. 34
3. Uji kesamaan dua rata-rata ……… 35
4. Uji perdedaan dua rata-rata ... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ……… 38
B.Pembahasan ………. 41
V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ………. 50
B.Saran ……… 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 53
2. RPP Kelas Eksperimen 1 ... 57
3. RPP Kelas Eksperimen 2 ... 69
4. LKS Kelas Eksperimen 1 ... 83
5. LKS Kelas Eksperimen 2 ... 101
6. Lembar observasi guru mengajar kelas eksperimen I …… 120
7. Lembar observasi guru mengajar kelas eksperimen II …… 125
8. Lembar aktivitas siswa kelas eksperimen I ……….... 130
10.Kisi-Kisi Soal Posttest ... 149
11.Soal Posttest ... 152
12.Kunci Jawaban Soal Posttest ... 156
13.Daftar Nilai Posttest kedua Kelas Eksperimen ... 157
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai
peng-alaman belajar. Hakekat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas
agar siswa belajar. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru diharapkan
mengupayakan cara-cara komunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mendorong siswa agar
mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Keberhasilan siswa tersebut ditandai
dengan meningkatnya kemampuan pemahaman konsep materi yang telah
di-ajarkan.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan
per-ubahan materi, serta energi yang menyertai perper-ubahan materi. Ilmu kimia bukan
hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam
proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk men-dapatkan
peng-alaman langsung.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran kimia diperoleh
informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas Xdi SMA Tri
Sukses Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2012-2013 hasil mid semester
2
Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga materi kimia disampaikan dengan
pembel-ajaran konvensional, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, terjadi
passive learning, interaksi di antara siswa kurang, dan pada saat pembelajaran
siswa tidak dilibatkan dalam mengkonstruk konsep sehingga pembelajarannya
menjadi monoton. Belum tampak aktivitas lain seperti mengemukakan pendapat,
saling berbagi informasi dengan teman, mengajukan pertanyaan. Hal ini
me-nyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia, sehingga
aktivitas dan penguasaan konsep pada materi kimia di SMA Tri Sukses belum
maksimal.
Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Model
KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan mengacu pada Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan KTSP kegiatan
pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik standar
kompetensi, kompetensi dasar, potensi peserta didik, daerah dan lingkungan.
Berdasarkan kurikulum tersebut siswa harus memiliki standar kompetensi pada
setiap jenjang pendidikannya, standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk
kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa
kelas X semester ganjil adalah membandingkan proses pembentukan ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya
dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Materi pokok untuk kompetensi
3
Untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar tersebut, menuntut guru
ber-upaya memperbaiki pembelajaran kimia pada materi pokok ikatan kimia yaitu
dengan memilih model pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif
dalam menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari selama proses
pem-belajaran berlangsung. Suatu sistem pempem-belajaran yang melibatkan peran siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar
kimia di setiap jenjang pendidikan. Salah satunya model pembelajaran kooperatif,
yang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran kimia
khususnya pada materi ikatan kimia karena melalui model pembelajaran
ko-operatif siswa harus mampu menerapkan lima unsur penting, yaitu 1) saling
keter-gantungan positif, dimana sebuah tim membutuhkan saling keterketer-gantungan
dengan individu lain; 2) interaksi langsung, yaitu saling membantu dalam
me-mecahkan masalah dan memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota;
3) tanggung jawab individu dan kelompok, yaitu tanggung jawab seorang siswa
tidak boleh dilebihkan dari yang lain dan tidak ada siswa yang menumpang
atau-pun bermalas-malasan; 4) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dimana
hal ini dapat meningkatkan kerjasama tim, mengajarkan kepemimpinan,
peng-ambilan keputusan, mem-bangun kepercayaan, komunikasi, dan keterampilan, 5)
serta proses kerja kelompok, yaitu memberikan umpan balik kepada anggota
kelompok tentang partisipasi mereka dalam tim. Model pembelajaran kooperatif
juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan
4
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe pembelajaran. Sebagai
contoh, dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dibagi dalam kelompok
kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang yang terdiri dari 2 pasangan.
Tipe lain yang dapat digunakan selain TPS adalah Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2008). Tipe ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
me-nimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe ini juga mendorong siswa
untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe NHT lebih banyak melibatkan
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk
me-ngecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT menggunakan empat struktur langkah utama yaitu 1)
Pe-nomoran, 2) Pengajuan pertanyaan, 3) Berfikir bersama, 4) Pemberian jawaban.
Telah dilakukan penelitian oleh Komariah (2011) tentang peningkatan aktivitas
dan penguasaan konsep melalui pembelajaran kooperatif tehnik NHT pada materi
ikatan kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana diperoleh hasil,
yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan aktivitas dan
penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia, tata nama senyawa dan
per-samaan reaksi sederhana dan oleh Septiani (2011) tentang upaya meningkatkan
aktivitas dan penguasaan konsep ikatan kimia dan tata nama senyawa melalui
pembelajaran kooperatif TPS diperoleh hasil yaitu pembelajaran kooperatif tipe
TPS mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada materi
ikatan kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana . Berdasarkan
5
akan lebih baik dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep
kimia.
Dengan latar belakang dan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul : ”Perbedaan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia antara Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT dengan TPS ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa antara pem-
belajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia ?
2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa manakah yang lebih tinggi antara
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan ada tidaknya perbedaan nilai penguasaan konsep siswa antara
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia.
2. Menentukan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi antara
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pem-
belajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran kimia, terutama pada
materi pokok Ikatan Kimia
2. Untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, terutama pada materi pokok
Ikatan Kimia
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini adalah :
1. Penguasaan konsep merupakan kemampuan menguasai materi konsep ikatan
kimia yang diukur melalui tes penguasaan konsep pada hasil tes akhir,
se-bagai hasil dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan model pembelajaran yang
me-miliki 4 struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan
per-tanyaan, berfikir bersama dan pemberian jawaban.
3. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi siswa kesempatan untuk
be-kerjasama dengan orang lain. Tipe ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Tahapan dalam
pem-belajaran kooperatif tipe TPS yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan),
sharing (berbagi).
4. LKS merupakan media pembelajaran atau alat bantu untuk menyampaikan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir
secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model
pembel-ajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu
kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas
yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.
Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003) :
Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama.
Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008) yang menyatakan bahwa :
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari keterampilan-
keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
8
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: a) menggunakan kesepakatan,
b) menghargai kontribusi, c) mengambil giliran dan berbagi tugas, d) berada
dalam kelompok, e) berada dalam tugas, f) mendorong partisipasi, g) mengundang
orang lain untuk berbicara, h) menyelesaikan tugas pada waktunya, dan i)
meng-hormati perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: a) menunjukkan
pengharga-an dpengharga-an simpati, b) mengungkapkpengharga-an ketidaksetujupengharga-an dengpengharga-an cara ypengharga-ang dapat
di-terima, c) mendengarkan dengan aktif, d) bertanya, e) membuat ringkasan, f)
nafsirkan, g) mengatur dan mengorganisir, h) menerima tanggung jawab, i)
me-ngurangi ketegangan.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: a) mengelaborasi, b) memeriksa
dengan cermat, c) menanyakan kebenaran, d) menetapkan tujuan, e)
ber-kompromi.
Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa belajar
dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya
me-ngandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas
kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus
me-nerapkan lima unsur menurut Lie (2008) yaitu 1) Saling ketergantungan positif, 2)
tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5)
evaluasi proses kelompok. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik,
maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal dan dapat
memberik-an semmemberik-angat belajar ymemberik-ang tinggi, sehinggga kemungkinmemberik-an hasil belajar pun akmemberik-an
9
Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Trianto, 2007) :
1) Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi.
2) Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa-siswa.
3) Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual.
Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil,
ber-beda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif menurut
(Arends, 1997) dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Fase dalam model pembelajaran kooperatif.
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar
Fase 6
Memberi Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
10
Menurut Johnson dan Johnson, 1989 (dalam Lie, 2008 ), suasana belajar
Co-operative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang
penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif
dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan hubungan
positif antar siswa satu sama lain sehingga me-nimbulkan sikap saling
meng-hormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian aktivitas siswa selama
proses pembelajaran akan meningkat sehingga penguasaan konsep yang dimiliki
siswa pun akan meningkat.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. Menurut Nurhadi,
(2004) TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk
mempe-ngaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa.
TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak
kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. TPS
dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa.
Prinsip kerja dari TPS adalah sebagai berikut :
1) Saling ketergantungan positif
Para siswa mampu belajar dari pasangan masing-masing
11
Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan
di-paparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.
3) Kesempatan yang sama bagi tiap siswa
Masing-masing siswa mempunyai suatu kesempatan sama untuk
ber-bagi (mengemukakan pendapat) dengan pasangannya dan pada seluruh
kelas.
4) Interaksi bersama
Siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan
se-hingga menciptakan interaksi tingkat tinggi.
Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan TPS pada proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Thinking (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan
yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta
untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan se-cara mandiri.
2) Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk men-
diskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Interaksi selama periode
ini diharapkan siswa dapat berbagi jawaban atau berbagi ide dengan
pasangannya untuk kemudian didiskusikan.
3) Sharing (berbagi)
Pada tahap ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif
di-12
lanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat
ke-sempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya.
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
Gambar 1. Pembagian kelompok diskusi dengan tipe TPS
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
antara lain sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut.
b) Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau
ingatan.
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan
ke-mampuan akademik.
b) Guru membagi LKS dengan tipe yang berbeda (A dan B).
c) Guru membagi anggota masing-masing kelompok mejadi 2 pasang,
13
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5
A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B
kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10
A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B
Gambar 2. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Thinking
d) Guru meminta siswa untuk bertukar pasangan dalam kelompok
masing-masing.
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5
A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B
kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B
Gambar 3. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Pairing
e) Guru meminta siswa kembali berkumpul dengan seluruh anggota
kelompoknya.
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5
A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10
A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B
14
f) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
me-ngerjakan tugas mereka dalam LKS.
g) Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi
mereka.
h) Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi.
i) Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi.
j) Guru bersama siswa membahas soal.
3) Penutup
Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan
kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.
Prosedur pelaksaan TPS tersebut dapat membatasi aktivitas siswa yang tidak
relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan atau
terampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan
ke-mampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan
mem-berikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui
ke-terampilan berkomunikasi.
Kelebihan dan kekurangan tipe TPS menurut Lie (2008) adalah :
1) meningkatkan partisipasi, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak
ke-sempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih
mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Sedangkan ke-kurangan tipe
TPS adalah : 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih
15
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe
pembel-ajaran, salah satunya adalah tipe NHT. Model ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan (Lie, 2008). Tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe
ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
ter-cakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Sebagai ganti guru mengajukan pertanyaan atau tugas kepada
seluruh kelas guru menggunakan empat struktur langkah utama yaitu:
1) Penomoran
Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atau tim yang
beranggo-takan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap
siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
2) Pengajuan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan atau memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.
3) Berfikir Bersama
Setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
me-mastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya.
16
Guru memanggil satu nomor tertentu dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyampaikan jawaban kepada
seluruh kelas secara bergiliran. Setelah semua siswa dari tiap kelompok
memberikan jawabannya dan saling menanggapi, guru kemudian menuntun siswa
untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Gambar 5. Ilustrasi kelompok NHT
Kelebihan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
siswa dapat lebih mengembangkan potensi dirinya, rasa harga diri lebih tinggi dan
memiliki pemahaman yang lebih mendalam,meningkatkan toleransi terhadap
teman. Sedangkan kelemahannya adalah komunikasi antar anggota kurang efektif
dikarenakan dalam satu kelompok mengerjakan soal yang berbeda berdasarkan
nomor masing-masing,saling ketergantungan antar anggota juga tidak terlalu PAPAN TULIS
GURUMITRA
GURU
☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ KEL. 4 KEL. 3 KEL 2 KEL. 1 ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ ☻1
5 2 ☻ ☻
4 3 ☻ ☻ KEL 7 KEL 6 KEL 8 KEL. 5
17
besar, dan dalam melaksanakan pembelajaran ini guru memerlukan waktu yang
relative lama sehingga ada beberapa nomor yang tidak disebut untuk
mengeluarkan pendapat.
D. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak
pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi
dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga
dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep
tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil
hanya dengan bantuan konsep proses belajar me-ngajar dapat ditingkatkan lebih
maksimal.
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang
sama (Dahar, 1998 ). Dalam pelajaran kimia banyak sekali konsep yang harus
di-tanamkan pada siswa. Hal ini sangat penting sebab bila gagal dalam memahami
dan menguasai konsep kimia maka dikatakan gagal dalam belajar ilmu kimia.
Konsep kimia adalah gagasan mengenai materi, sebuah atau dua kata konsep
kimia akan mempunyai arti yang sama dengan gagasan kimia itu seluruhnya.
Penguasaan konsep pada materi ikatan kimia bearti kemampuan menguasai pokok
utama yang mendari keseluruhan dari materi ikatan kimia yang diukur melalui
18
Penguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif dari
tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah
laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan
menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari
itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat
di-namis.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
di-dukung oleh Djamarah dan Zain, A (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru
da-lam kelas. Dada-lam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus
dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk me-ningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan
terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar
karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.
E. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini berupa LKS. Pada
proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk
me-nuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok
19
mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini
LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Sriyono (1992), LKS adalah salah satu bentuk program yang
berlandas-kan atas tugas yang harus diselesaiberlandas-kan dan berfungsi sebagai alat untuk
meng-alihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat
tumbuh-nya minat siswa dalam me-ngikuti proses pembelajaran.
Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2000), fungsi LKS adalah : a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif.
b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada
siswa.
f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mem-punyai nilai tinggi.
Menurut Sriyono (1992) LKS dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu :
a) LKS Fakta, LKS ini merupakan tugas yang sifatnya hanya me-ngarahkan siswa untuk mencari fakta atau hal-hal yang berhubung-an dengan bahan yang akan diajarkan.
b) LKS Pengkajian, LKS ini merupakan penggalian pengertian tentang bahan ke arah pemahaman, dapat berupa tugas, baik untuk bereksperimen
maupun untuk mengamati.
c) LKS Pemantapan/Kesimpulan, LKS ini sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulannya telah ditemukan dan diterima oleh semua peserta diskusi, dapat berupa tugas untuk mengarang, me-rangkum, membuat paper menyusun bagan yang dikerjakan secara individual.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
20
c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembel-ajaran.
f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang di-pelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
LKS yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran adalalah berupa LKS eksperimen dan LKS non eksperimen.
a) LKS eksperimen
LKS eksperimen adalah LKS yang berisi tujuan percobaan, alat, bahan,
langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan
kesimpulan akhir dari percobaan yang dilakukan pada materi pokok yang
bersangkutan.
b) LKS non eksperimen
Dalam materi ikatan kimia, tidak dilakukan eksperimen. Oleh karena itu,
untuk memudahkan siswa memahami teori tersebut dapat digunakan
media berupa LKS non eksperimen. LKS non eksperimen dirancang
se-bagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan
yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat
menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan
soal-soal yang dituliskan dalam LKS non eksperimen tersebut.
F. Kerangka Pikir
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran
21
melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran.
Ke-mampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat
akan menentukan tingkat penguasaan konsep dalam proses pembelajaran. Dalam
penelitian ini akan diteliti bagaimana perbedaan penguasaan konsep ikatan kimia
antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT dengan
siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya
adalah penguasaan konsep siswa (Y). Siswa yang model pembelajarannya
Ko-operatif tipe NHT (X3), dan siswa yang menggunakan model pembelajaran
Ko-operatif tipe TPS (X5). Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep
siswa yang menggunakan pembelajaran dengan kooperatif tipe NHT (Y1), dan
penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran dengan kooperatif
TPS (Y2).
Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diberi
perlakuan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajarannya kooperatif
tipe NHT, sedangkan pada kelas eksperimen II diberi perlakuan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kedua proses pembelajaran di atas
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah siswa dapat lebih mengembangkan
22
mendalam, meningkatkan toleransi terhadap teman. Sedangkan kelemahannya
adalah komunikasi antar anggota kurang efektif dikarenakan dalam satu kelompok
mengerjakan soal yang berbeda berdasarkan nomor masing-masing, saling
keter-gantungan antar anggota juga tidak terlalu besar, dan dalam melaksanakan
pem-belajaran ini guru memerlukan waktu yang relatif lama sehingga ada beberapa
nomor yang tidak disebut untuk mengeluarkan pendapat.
Kelemahan dan kelebihan model kooperatif tipe TPS adalah memotivasi siswa
untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, menghindari adanya kesenjangan
antar siswa karena semuanya saling berinteraksi satu sama lain, komunikasi antar
anggota lebih terjaga, saling ketergantungan positif anggota besar, tanggung
jawab perseorangan juga lebih besar karena satu orang bertanggung jawab untuk
membuat pasangan kelompoknya memahami pembelajaran, sedangkan
kelemahannya, tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa, waktu sering banyak terbuang, terutama
apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai 2 atau 3 orang.
Berdasarkan kelemahan dan kelebihan kedua pembelajaran tersebut, penguasaan
konsep siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih
memungkin-kan amemungkin-kan lebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih cenderung bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan memberikan penguasaan konsep
yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
23
X1 Y1
Y2 > Y1
[image:32.595.137.386.105.184.2]X2 Y2
Gambar 6. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat
Keterangan:
X1 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
X2 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Y1 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Y2 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas X SMA Tri Sukses Natar semester ganjil tahun pelajaran
2012/2013 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar
yang sama dalam penguasaan konsep kimia.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep ikatan kimia siswa
kelas X SMA Tri Sukses Natar semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013
24
H. Hipotesis Umun
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan
kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS.
2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan
pembelajaran kooperatif TPS lebih tinggi dari pada pembelajaran kooperatif
25
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester ganjil SMA
Tri Sukses Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah
246 siswa dan tersebar dalam 7 kelas. Sampel penelitian diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Artinya sampel diambil dari populasi dengan sengaja
berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu atas dasar perbedaan jenis kelamin dan
kemampuan awal siswa yang hampir sama. Kelas X3 sebagai kelas eksperimen I
yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe NHT dan kelas X5
se-bagai kelas eksperimen II yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe
TPS.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dimodifikasi dari
Fraenkel dan Wallen (2006) yaitu The Matching-Only Posttest-Only Group
Design. Desain ini menggunakan teknik perbedaan nilai rata-rata posttest
kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Desian penelitian yang
[image:34.595.127.508.691.757.2]akan dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Desain Penelitian
Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen I M1 O
26
Dengan keterangan O adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan.
M1 adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dan M2 perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
C. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif, yaitu data hasil tes
setelah pembelajaran diterapkan (posttest).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :
a. Model pembelajaran tipe NHT
b. Model pembelajaran tipe TPS
2) Variabel terikat
Variabel terikatnya berupa nilai tes penguasaan konsep siswa pada
materi ikatan kimia kalas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan :
1. Silabus, RPP, LKS pada materi ikatan kimia.
2. Lembar observasi kinerja guru, Lembar aktivitas siswa.
3. Soal-soal posttest
Dalam pelaksanaannya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal
27
tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif
penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran tipe NHT dan model
pem-belajaran tipe TPS.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan maka
instrumen yang digunakan harus dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya
pem-beda, dan tingkat kesukaran. Soal posttest yang digunakan dalam penelitian ini
sudah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
oleh Wirasta Utami di SMA Negeri 12 Bandar Lampung tahun 2010/2011.
Tabel 3. Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest
No soal
Indeks
validitas Makna validitas
Indeks reliabilitas
Makna reliabilitas
1 0,475 Valid 0,899 Tinggi
2 0,434 Valid 0,900 Sangat tinggi
3 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi
4 0,808 Valid 0,890 Tinggi
5 0,474 Valid 0,899 Tinggi
6 0,532 Valid 0,897 Tinggi
7 0,594 Valid 0,896 Tinggi
8 0,700 Valid 0,893 Tinggi
9 0,740 Valid 0,892 Tinggi
10 0,532 Valid 0,897 Tinggi
11 0,452 Valid 0,900 Sangat tinggi
12 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi
13 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi
14 0,452 Valid 0,899 Tinggi
15 0,421 Valid 0,900 Sangat tinggi
16 0,369 Valid ,902 Sangat tinggi
28
Lanjutan. Tabel 3. Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest
No soal
Indeks
validitas Makna validitas
Indeks reliabilitas
Makna reliabilitas
18 0,430 Valid 0,900 Sangat tinggi
19 0,732 Valid 0,892 Tinggi
[image:37.595.111.515.113.220.2]20 0,688 Valid 0,893 Tinggi
Tabel 4. Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal posttest
No Analisis soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Indeks pembeda Kategori Indeks kesukaran Kategori
1 0,5 Baik 0,7 Sedang
2 0,5 Baik 0,7 Sedang
3 0,6 Baik 0,5 Sedang
4 0,6 Baik 0,6 Sedang
5 0,8 Baik 0,5 Sedang
6 0,4 Cukup 0,4 Sedang
7 0,4 Cukup 0,4 Sedang
8 0,8 Baik 0,4 Sedang
9 0,6 Baik 0,4 Sedang
10 0,5 Baik 0,4 Sedang
11 0,6 Baik 0,5 Sedang
12 0,5 Baik 0,4 Sedang
13 0,5 Baik 0,4 Sedang
14 0,5 Baik 0,2 Sukar
15 0,6 Baik 0,3 Sukar
16 0,4 Cukup 0,4 Sedang
17 0,3 Cukup 0,4 Sedang
18 0,5 Baik 0,5 Sedang
19 0,7 Baik 0,5 Sedang
29
Berdasarkan data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest di atas, dua puluh
butir soal posttest tersebut telah sahih atau valid dan reliabel karena harga r
hitungnya lebih besar dari r tabel (0,362). Pada soal posttest, reliabilitas soal
nomor 2, 3, 11-16, dan 18 bermakna sangat tinggi dan reliabilitas soal nomor 1,
4-10, 14-17, 19, dan 20 bermakna tinggi. Pada soal posttest, daya pembeda soal
nomor 6, 7, 16, dan 17 berkategori cukup dan soal nomor 1-5, 8-15, 18, 19, dan
20 berkategori baik. Untuk tingkat kesukarannya, soal posttest nomor 14 dan 15
berkategori sukar dan selain kedua nomor soal tesebut berkategori sedang. Oleh
karena seluruh butir soal hasil analisis telah valid dan reliabel, maka soal tersebut
tidak perlu direvisi sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk kedua kelas
sampel. (Utami, 2011)
E. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah:
1. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah,
serta sarana prasarana di sekolah,
2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X SMA Tri Sukses Natar
Lampung Selatan.
3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan
30
4. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan
pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen I menggunakan
pembelajaran NHT dan kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran
TPS.
5. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.
6. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian.
7. Menarik kesimpulan
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :
[image:39.595.112.514.295.639.2]A.
Gambar 7. Alur Penelitian
Kelas Eksperimen II
Pembelajaran NHT
Posttest
Pembelajaran TPS
Analisis Data
Validasi Instrumen
Kesimpulan Menentukan Populasi dan
Sampel
Kelas Eksperimen I
31
Kegiatan yang dilaksanakan pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah
[image:40.595.115.504.164.235.2]ini.
Tabel 5. Rancangan kegiatan kedua kelas eksperimen
No. Pertemuan Ke- Kegiatan
1 1 Pretest
2 2,3,4, 5 dan 6 Pelaksanaan pembelajaran
3 7 Posttest
Berdasarkan pada program semester yang dimiliki guru mata pelajaran kimia
kelas X tercantum jumlah jam pelajaran yang dialokasikan untuk materi ikatan
kimia sebanyak 14 jam pelajaran. Pada penelitian ini akan dialokasikan 4 jam
pelajaran untuk tes (2 jam pelajaran untuk pretest dan 2 jam pelajaran untuk
(posttest). Artinya ada 10 jam pelajaran yang akan digunakan sebagai tahap
per-lakuan. Dari 10 jam pelajaran tersebut dibagi menjadi 5 kali pertemuan
meng-ingat dalam satu minggu terdapat 2 jam pelajaran kimia di kelas X. Secara
sistematis jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 6. Jadwal kegiatan pembelajaran
No Hari, Tanggal dan
jumlah jam pelajaran Materi pembelajaran Keterangan 1 Selasa, 23 Oktober 2012
(2jp)
Peranan elektron dalam
pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I
Kelas
eksperimen I
2 Kamis, 25 Oktober 2012 (2jp)
Peranan elektron dalam
pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I
Kelas
eksperimen II
3 Selasa, 30 Oktober 2013 (2jp)
Peranan elektron dalam
pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I
Kelas
eksperimen I
4 Kamis, 1 November 2012 (2jp)
Peranan elektron dalam
pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I
Kelas
eksperimen II
5 Selasa, 6 November 2012 (2jp)
Ikatan ion LKS 2 Kelas
eksperimen I 6 Kamis, 6 November
2012 (2jp)
Ikatan ion LKS 2 Kelas
[image:40.595.118.512.494.752.2]32
Lanjutan. Tabel 6. Jadwal kegiatan pembelajaran
No Hari, Tanggal dan
jumlah jam pelajaran Materi pembelajaran Keterangan 7 Selasa,13 November
2012 (2jp)
Kepolaran dan ikatan kovalen koordinasi LKS 3
Kelas
eksperimen I 8 Selasa, 20November
2012 (2jp)
Ikatan logam dan sifat-sifat ikatan ion, kovalen LKS 4
Kelas
eksperimen I 9 Kamis, 22 November
2012 (2jp)
Kepolaran dan ikatan kovalen koordinasi LKS 3
Kelas
eksperimen II 10 Selasa, 27 November
2012 (2jp)
Posttest Kelas
eksperimen I 11 Kamis, 29 November
2012 (2jp)
Ikatan logam dan sifat-sifat ikatan ion, kovalen LKS 4
Kelas
eksperimen II 12 Kamis, 6 Desember
2012 (2jp)
Posttest Kelas
eksperimen II
F. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1).
Hipotesis pertama :
H0 : tidak ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi
ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada
siswa kelas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
H0 : µ1 = µ2
H1 : ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan
kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada siswa
kelas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
33
Jika dalam pengujian statistik ternyata terima Ho, maka pengujian dilanjutkan
dengan hipotesis berikut:
Hipotesis kedua:
H0 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah atau sama dengan TPS.
H0 : µ1≤ µ2
H1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada TPS.
H0 : µ1 > µ2
Keterangan:
µ1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
µ2 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Nilai posttest dirumuskan sebagai berikut:
34
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji
homogenitas dua varians.
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis untuk uji normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :
χ2
=
e e o
f f
f )2
(
Keterangan : χ2 = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan
Kriteria : Terima Ho jika χ2 hitung χ2 tabel
2. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat
35
F= 2 2 2 1 s s
Keterangan : F = Kesamaan dua varians 2
1
s = varians kelas eksperimen II
2 2
s = varians kelas eksperimen I
Kriteria : Pada taraf 0.05, terima Ho jika F hitung < F table
3. Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan
penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
a) Rumusan hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada
materi ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
H1 : Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada
materi ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
b) Statistik yang digunakan untuk uji ini berdasarkan Sudjana (2002),
adalah: 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung
, dengan
2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s Keterangan :
36
2 2
s = varians kelas eksperimen 1
X1= Nilai rata-rata kelas eksperimen 2 n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen 2
X2 = Nilai rata-rata kelas eksperimen 1 n2 = Jumlah siswa kelas eksperimen 1
2 1
s = varians kelas eksperimen 2
Menurut Sudjana (2002), kriteria ujinya adalah Terima H0 jika thitungttabel
dan tolak H0 jika sebaliknya dengan dk = (n1n22).
4. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan penguasaan konsep
siswa pada materi ikatan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan TPS siswa SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
Langkah-langkah pengujian perbedaan dua rata-rata sebagai berikut:
a) Pengujian perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji-t (t student) pada
tingkat kepercayaan 95 persen pada derajat kebebasan df = n1+n2-2
H0 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia
yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah
di-bandingkan dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.
H1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia
yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi
di-bandingkan dengan TPS siswa SMA Tri Sukses Natar Lampung
37
Menghitung statistik t yang akan digunakan yang mengacu pada Riyanto
(1996) :
2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 12 n n
n n X X X X t Keterangan : 1
X = Rata-rata kelas eksperimen II
2
X = Rata-rata kelas eksperimen I ∑X2
= jumlah deviasi pangkat dua
n = jumlah kasus pada setiap sampel
b) Menentukan level signifikan, yaitu 0,05.
c) Menentukan daerah penolakan hipotesis
Apabila :
t hitung > t tabel : Ho ditolak dan H1 diterima thitung < ttabel : Ho diterima dan H1 ditolak
Mencari harga t tabel pada tabel distribusi student dengan level signifikan
0,05 dan df = n1+n2-2.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia
antara yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang diberi
TPS.
2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia yang diberi
model pembelajarankooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
penguasaan konsep siswa yang diberi NHT .
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
Dalam pembelajaran baik menggunakan model kooperatif tipe NHT maupun tipe
TPS sebaiknya diperlukan observer yang lebih banyak dalam mengobservasi
ke-giatan pembelajaran untuk mengefesiensikan waktu, karena dalam pelaksanaan
pem-belajaran dengan menggunakan kedua model ini membutuhkan waktu yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, E. 2010. Perbedaan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Thinks Pair Share) Dengan Tipe TGT (Team Game Tournament) Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon.
(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc. Graw Hill Companies. USA
Arikunto. S. 2001. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta. Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah dan Zain Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Febrian, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Thinks Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas On Task dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Fraenkel, J.R dan Wallen, N.E. 2006. How to Design and Evaluate Research in Education. The McGraw-Hill Companies. New York.
Harmoko dan Prianto.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Ibrahim, M, dkk. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
52
Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Nurhadi,. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. UM Press. Malang
Sofyan, A. 2012. Perbedaan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Thinks Pair Share) Dengan Tipe TGT (Team Game Tournament). (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Utami, W. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia Antara
Pembelajaran Tipe STAD Berbasis Keterampilan Generik Sains Dengan Pembelajaran Konvensional. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
SILABUS 1 Nama Sekolah : SMA Tri Sukses Natar
Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : 1. Mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Alokasi Waktu : 7 x 40 menit
Kompetensi Dasar Materi Pelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
waktu Sumber/ bahan / alat Jenis Tagihan Bentuk Instrum en Contoh Instrumen 1.1 Membandingkan Proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam, serta
hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Ikatan kimia Susunan elektron valensi (struktur Lewis
Melakukan diskusi untuk menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.
Melakukan diskusi untuk
menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) atom gas mulia (duplet & oktet).
Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.
Menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis) Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis
Berapa elektron yang dilepas atau diterima unsur-unsur berikut untuk mencapai kesatibalannya: a. 9F c. 8O
b. 19K d. 15P
e. 7N
Ikatan ion
Melakukan diskusi tentang proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya
Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.
Tes tertulis
Tentukan rumus kumia dan senyawa yang terbentuk antara: a.P dengan Cl, b.N dengan Cl c.Na dengan F Serta gambarkan proses pembentukan ikatannya Ikatan kovalen
Melakkan diskusi untuk contoh unsur yang membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, rangkap tiga serta menjelaskan proses terjadinya ikatan tersebut berdasarkan pemakanian bersama pasangan elektron. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga serta contoh senyawanya. Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis
Tentukan ikatan yang terbentuk dari molekul: a.KNO3
b.NH4OH
c.NaOH d.NH3
Bila nomor atom H=1, N=7, O=8, Na=11, K=19
Senyawa polar dan nonpolar
Diskusi kelompok mengerjakan contoh beberapa senyawa polar dan nonpolar untuk menyimpulkan penyebab kepolaran senyawa Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegati fan Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis
Bila harga keelektronegatifa n dari: H= 2,1, C = 2,5, N=3,0, Cl= 3,0, F = 4,0 Tentukan kepolaran senyawa berikut:
(perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul).
a. H2O b. CHCl3
c. NH3
d. HF
Ikatan kovalen koordinasi
Diskusi kelompok untuk beberapa contoh ikatan kovalen koordinasi dan menjelaskan proses terjadinya ikatan tersebut berdasarkan sumbangan pasangan elektron dari salah satu unsur yang berikatan Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa contoh senyawa sederhana Tes tertulis
Tentukan ikatan yang terjadi dalam molekul: a. NH4Cl
b. H2SO4
c. Na2SO4
Bila nomor atom: H=1, N=7, Cl=17, S=16, Na=11, O=8
Ikatan logam
Melakukan diskusi mengemukakan sifat fisis logam yaitu dapat
menghantar listrik dan panas, mudah ditempa, dan mudah dibengkokkan serta hubungannya dengan ikatan logam.
Menjelaskan teori yang menerangkan proses terbentukknya ikatan logam. Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisis logam Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis
Tentukan jenis ikatan kimia pada unsur atau senyawa berikut apakah ikatan logan, ikatan ion atau ikatan kovalen a.Br2 d. N2O5
b.Al e. F c.KCl
Melakukan diskusi untuk menentukan jenis ikatan berbagai senyawa berdasarkan nomor atom dan jenis unsur serta membandingkan sifat fisisnya. (Kecakapan hidup:
mengolah data, menghubungkan variabel)
Memprediksikan jenis ikatan yang terjadi pada berbagai senyawa dan
membandingkan sifat fisisnya
Tugas individu
Ulangan harian
Tes tertulis
Tentukan jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa berikut: a.KNO3
b.NH4OH
c.NaOH d.KOH
Bila nomor atom: K=19, N=7, O=8, Na=11, H=1
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP KELAS EKSPERIMEN I )
Nama Sekolah : SMA Tri Sukses Natar
Kelas : X
Semester : Ganjil
Tahun Pelajaran : 2012-2013 Materi Pokok : Ikatan Kimia Alokasi Waktu : 4 X 40 Menit
Standar Kompetensi :
Mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya.
Kompetensi Dasar :
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
Indikator :
1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan dengan cara berikatan dengan unsur lain.
2. Menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) unsur gas mulia (duplet atau oktet) dan bukan gas mulia.
3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion, dan contoh senyawanya. 4. Menjelaskan pengertian ikatan ion.
5. Menjelaskan penertian ikatan kovalen.
6. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga serta contoh senyawanya.
58
8. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan.
9. Siswa mampu menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi.
10.Siswa mampu menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan.
11.Menjelaskan proses pembentukan ikatan ikatan logam
12.Membandingkan sifat-sifat fisis dari senyawa ion, kovalen dan logam
Tujuan Pembelajaran
Diakhir pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menjelaskan konfigurasi duplet dan oktet.
2. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan.
3. Mampu menggambarkan struktur lewis dari unsur gas mulia dan bukan gas mulia. 4. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion, dan contoh senyawanya.
5. Menjelaskan pengertian ikatan ion. 6. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen.
7. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga serta contoh senyawanya.
8. Siswa mampu menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi. 9. Siswa mampu menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan
keelektronegatifan.
10.Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam
11.Membandingkan sifat-sifat fisis dari senyawa ion, kovalen dan logam
Materi Pembelajaran
(mem-59
punyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali Helium dengan konfigurasi duplet ( dua elektron pada kulit luar).
Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan jalan membentuk ikatan. Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan aturan oktet. Konfigurasi oktet dapat dicapai dengan cara serah terima atau pemasangan elektron.
Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terbentuk antar atom logam dan non logam. Logam mempunyai daya tarik elektron yang lemah dan lebih mudah melepaskan elektron se-hingga membentuk ion positif. Sedangkan atom nonlogam mempunyai daya tarik elektron yang besar dan lebih mudah menerima elektron sehingga memebentuk ion negatif.
Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga masing-masing mempunyai susunan elektron gas mulia. Dalam me-lukiskan ikatan kovalen mengggunakan rumus lewis yang biasanya berupa tanda titik dan tanda silang.
60
kedua atom sama besar, biasanya atom non logam yang berikatan dengan sesamanya dan membentuk molekul diatomik. Contoh: H2, Cl2, N2.
Pada ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang digunakan bersama dengan atom lain berasal dari masing-masing atom unsur yang berikatan. Akan tetapi, ada ikatan kovalen dimana pasangan elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen demikian disebut ikatan kovalen koordinasi, yaitu ikatan kovalen dimana elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Unsur logam memiliki sedikit elektron valensi. Oleh karena itu, kulit terluar unsur logam relatif longgar sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom logam. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antara ion-ion positif dan elektron-elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam yang berarti semakin banyak jumlah elektron bebasnya, maka semakin besar kekuatan ikatan logam.
Kegiatan Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe TPS 2. Pendekatan : Kontruktivisme 3. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
Kegiatan guru Kegiatan Siswa waktu
A. Pendahuluan
Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran
Guru menggali pengetahauan awal siswa dan mengaitkan dengan materi pembelajaran.
Siswa mendengar indikator dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
Siswa mendengar dan mem-perhatikan pertanyaan guru
61
Lanjutan.
Kegiatan guru Kegiatan Siswa waktu
Contoh: Mengapa gas mulia seperti He, Ar dan Ne tidak dapat
bersenyawa dengan unsur lain? Bagaimanakah konfigurasi elek