• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NHT DENGAN TPS

Oleh

Rina Meri M

Tujuan penelitian ini adalah ada tidaknya perbedaan nilai penguasaan konsep siswa

antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS dan menentukan nilai rata-rata

penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan TPS pada materi ikatan kimia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X semester ganjil SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan tahun

pel-ajaran 2012/2013 tersebar dalam 7 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelas

X3 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen II. Sampel

di-ambil menggunakan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini menggunakan

rancangan The Matching-Only Posttest-Only Group Design. Analisis data kuantitatif

hasil posttest dengan analisis statistik yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas

(3)

Rina Meri M

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan penguasaan konsep siswa

pada materi ikatan kimia antara yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan TPS dan (2) nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia

yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pada nilai rata-rata

penguasaan konsep siswa yang diberi NHT.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ………. 1

B.Rumusan Masalah ……… 5

C.Tujuan Penelitian ……….. 5

D.Manfaat Penelitian ……… 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ……… 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) …… 10

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ……… 15

D. Penguasaan Konsep ……… 17

E. Lembar Kerja Siswa ... 18

F. Kerangka Pikir ……… 20

G. Anggapan Dasar ……….. 23

H. Hipotesis ………. 24

(8)

B.Desain Penelitian dan Metode Penelitian………... 25

C.Jenis dan Variabel Penelitian ... 26

D.Instrumen Penelitian ………... 26

E. Pelaksanaan Penelitian ………. 29

F. Hipotesis Statistik ………. 32

G.Teknik Analisis Data ……… 33

1. Uji normalitas ………. 34

2. Uji homogenitas dua varians ………. 34

3. Uji kesamaan dua rata-rata ……… 35

4. Uji perdedaan dua rata-rata ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ……… 38

B.Pembahasan ………. 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ………. 50

B.Saran ……… 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 53

2. RPP Kelas Eksperimen 1 ... 57

3. RPP Kelas Eksperimen 2 ... 69

4. LKS Kelas Eksperimen 1 ... 83

5. LKS Kelas Eksperimen 2 ... 101

6. Lembar observasi guru mengajar kelas eksperimen I …… 120

7. Lembar observasi guru mengajar kelas eksperimen II …… 125

8. Lembar aktivitas siswa kelas eksperimen I ……….... 130

(9)

10.Kisi-Kisi Soal Posttest ... 149

11.Soal Posttest ... 152

12.Kunci Jawaban Soal Posttest ... 156

13.Daftar Nilai Posttest kedua Kelas Eksperimen ... 157

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

peng-alaman belajar. Hakekat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas

agar siswa belajar. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru diharapkan

mengupayakan cara-cara komunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan

sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mendorong siswa agar

mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Keberhasilan siswa tersebut ditandai

dengan meningkatnya kemampuan pemahaman konsep materi yang telah

di-ajarkan.

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan

per-ubahan materi, serta energi yang menyertai perper-ubahan materi. Ilmu kimia bukan

hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam

proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk men-dapatkan

peng-alaman langsung.

Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran kimia diperoleh

informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas Xdi SMA Tri

Sukses Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2012-2013 hasil mid semester

(11)

2

Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga materi kimia disampaikan dengan

pembel-ajaran konvensional, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, terjadi

passive learning, interaksi di antara siswa kurang, dan pada saat pembelajaran

siswa tidak dilibatkan dalam mengkonstruk konsep sehingga pembelajarannya

menjadi monoton. Belum tampak aktivitas lain seperti mengemukakan pendapat,

saling berbagi informasi dengan teman, mengajukan pertanyaan. Hal ini

me-nyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia, sehingga

aktivitas dan penguasaan konsep pada materi kimia di SMA Tri Sukses belum

maksimal.

Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Model

KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan mengacu pada Standar

Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan KTSP kegiatan

pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik standar

kompetensi, kompetensi dasar, potensi peserta didik, daerah dan lingkungan.

Berdasarkan kurikulum tersebut siswa harus memiliki standar kompetensi pada

setiap jenjang pendidikannya, standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk

kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa

kelas X semester ganjil adalah membandingkan proses pembentukan ikatan ion,

ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya

dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Materi pokok untuk kompetensi

(12)

3

Untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar tersebut, menuntut guru

ber-upaya memperbaiki pembelajaran kimia pada materi pokok ikatan kimia yaitu

dengan memilih model pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif

dalam menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari selama proses

pem-belajaran berlangsung. Suatu sistem pempem-belajaran yang melibatkan peran siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar

kimia di setiap jenjang pendidikan. Salah satunya model pembelajaran kooperatif,

yang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran kimia

khususnya pada materi ikatan kimia karena melalui model pembelajaran

ko-operatif siswa harus mampu menerapkan lima unsur penting, yaitu 1) saling

keter-gantungan positif, dimana sebuah tim membutuhkan saling keterketer-gantungan

dengan individu lain; 2) interaksi langsung, yaitu saling membantu dalam

me-mecahkan masalah dan memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota;

3) tanggung jawab individu dan kelompok, yaitu tanggung jawab seorang siswa

tidak boleh dilebihkan dari yang lain dan tidak ada siswa yang menumpang

atau-pun bermalas-malasan; 4) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dimana

hal ini dapat meningkatkan kerjasama tim, mengajarkan kepemimpinan,

peng-ambilan keputusan, mem-bangun kepercayaan, komunikasi, dan keterampilan, 5)

serta proses kerja kelompok, yaitu memberikan umpan balik kepada anggota

kelompok tentang partisipasi mereka dalam tim. Model pembelajaran kooperatif

juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan

(13)

4

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe pembelajaran. Sebagai

contoh, dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dibagi dalam kelompok

kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang yang terdiri dari 2 pasangan.

Tipe lain yang dapat digunakan selain TPS adalah Model pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2008). Tipe ini

memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

me-nimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe ini juga mendorong siswa

untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe NHT lebih banyak melibatkan

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk

me-ngecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran

kooperatif tipe NHT menggunakan empat struktur langkah utama yaitu 1)

Pe-nomoran, 2) Pengajuan pertanyaan, 3) Berfikir bersama, 4) Pemberian jawaban.

Telah dilakukan penelitian oleh Komariah (2011) tentang peningkatan aktivitas

dan penguasaan konsep melalui pembelajaran kooperatif tehnik NHT pada materi

ikatan kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana diperoleh hasil,

yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan aktivitas dan

penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia, tata nama senyawa dan

per-samaan reaksi sederhana dan oleh Septiani (2011) tentang upaya meningkatkan

aktivitas dan penguasaan konsep ikatan kimia dan tata nama senyawa melalui

pembelajaran kooperatif TPS diperoleh hasil yaitu pembelajaran kooperatif tipe

TPS mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada materi

ikatan kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana . Berdasarkan

(14)

5

akan lebih baik dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep

kimia.

Dengan latar belakang dan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul : ”Perbedaan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia antara Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT dengan TPS ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa antara pem-

belajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia ?

2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa manakah yang lebih tinggi antara

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan ada tidaknya perbedaan nilai penguasaan konsep siswa antara

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi ikatan kimia.

2. Menentukan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi antara

(15)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pem-

belajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran kimia, terutama pada

materi pokok Ikatan Kimia

2. Untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, terutama pada materi pokok

Ikatan Kimia

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini adalah :

1. Penguasaan konsep merupakan kemampuan menguasai materi konsep ikatan

kimia yang diukur melalui tes penguasaan konsep pada hasil tes akhir,

se-bagai hasil dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan model pembelajaran yang

me-miliki 4 struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan

per-tanyaan, berfikir bersama dan pemberian jawaban.

3. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi siswa kesempatan untuk

be-kerjasama dengan orang lain. Tipe ini bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Tahapan dalam

pem-belajaran kooperatif tipe TPS yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan),

sharing (berbagi).

4. LKS merupakan media pembelajaran atau alat bantu untuk menyampaikan

(16)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model

pembel-ajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu

kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas

yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003) :

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama.

Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008) yang menyatakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem

pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari keterampilan-

keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan

(17)

8

Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: a) menggunakan kesepakatan,

b) menghargai kontribusi, c) mengambil giliran dan berbagi tugas, d) berada

dalam kelompok, e) berada dalam tugas, f) mendorong partisipasi, g) mengundang

orang lain untuk berbicara, h) menyelesaikan tugas pada waktunya, dan i)

meng-hormati perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: a) menunjukkan

pengharga-an dpengharga-an simpati, b) mengungkapkpengharga-an ketidaksetujupengharga-an dengpengharga-an cara ypengharga-ang dapat

di-terima, c) mendengarkan dengan aktif, d) bertanya, e) membuat ringkasan, f)

nafsirkan, g) mengatur dan mengorganisir, h) menerima tanggung jawab, i)

me-ngurangi ketegangan.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: a) mengelaborasi, b) memeriksa

dengan cermat, c) menanyakan kebenaran, d) menetapkan tujuan, e)

ber-kompromi.

Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa belajar

dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya

me-ngandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas

kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus

me-nerapkan lima unsur menurut Lie (2008) yaitu 1) Saling ketergantungan positif, 2)

tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5)

evaluasi proses kelompok. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik,

maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal dan dapat

memberik-an semmemberik-angat belajar ymemberik-ang tinggi, sehinggga kemungkinmemberik-an hasil belajar pun akmemberik-an

(18)

9

Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut (Trianto, 2007) :

1) Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi.

2) Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa-siswa.

3) Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual.

Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil,

ber-beda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif menurut

(Arends, 1997) dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fase dalam model pembelajaran kooperatif.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar

Fase 6

Memberi Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

(19)

10

Menurut Johnson dan Johnson, 1989 (dalam Lie, 2008 ), suasana belajar

Co-operative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih

positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang

penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif

dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan hubungan

positif antar siswa satu sama lain sehingga me-nimbulkan sikap saling

meng-hormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian aktivitas siswa selama

proses pembelajaran akan meningkat sehingga penguasaan konsep yang dimiliki

siswa pun akan meningkat.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. Menurut Nurhadi,

(2004) TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk

mempe-ngaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang

dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa.

TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak

kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. TPS

dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa.

Prinsip kerja dari TPS adalah sebagai berikut :

1) Saling ketergantungan positif

Para siswa mampu belajar dari pasangan masing-masing

(20)

11

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan

di-paparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3) Kesempatan yang sama bagi tiap siswa

Masing-masing siswa mempunyai suatu kesempatan sama untuk

ber-bagi (mengemukakan pendapat) dengan pasangannya dan pada seluruh

kelas.

4) Interaksi bersama

Siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan

se-hingga menciptakan interaksi tingkat tinggi.

Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan TPS pada proses pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1) Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan

yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta

untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan se-cara mandiri.

2) Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk men-

diskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Interaksi selama periode

ini diharapkan siswa dapat berbagi jawaban atau berbagi ide dengan

pasangannya untuk kemudian didiskusikan.

3) Sharing (berbagi)

Pada tahap ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif

(21)

di-12

lanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat

ke-sempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5

O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10

O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

Gambar 1. Pembagian kelompok diskusi dengan tipe TPS

Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

antara lain sebagai berikut :

1) Pendahuluan

a) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut.

b) Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau

ingatan.

2) Kegiatan inti

a) Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan

ke-mampuan akademik.

b) Guru membagi LKS dengan tipe yang berbeda (A dan B).

c) Guru membagi anggota masing-masing kelompok mejadi 2 pasang,

(22)

13

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5

A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B

kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10

A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B

Gambar 2. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Thinking

d) Guru meminta siswa untuk bertukar pasangan dalam kelompok

masing-masing.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5

A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B

kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B

Gambar 3. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Pairing

e) Guru meminta siswa kembali berkumpul dengan seluruh anggota

kelompoknya.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5

A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10

A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B

(23)

14

f) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

me-ngerjakan tugas mereka dalam LKS.

g) Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi

mereka.

h) Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi.

i) Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi.

j) Guru bersama siswa membahas soal.

3) Penutup

Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan

kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.

Prosedur pelaksaan TPS tersebut dapat membatasi aktivitas siswa yang tidak

relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan atau

terampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan

ke-mampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan

mem-berikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui

ke-terampilan berkomunikasi.

Kelebihan dan kekurangan tipe TPS menurut Lie (2008) adalah :

1) meningkatkan partisipasi, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak

ke-sempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih

mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Sedangkan ke-kurangan tipe

TPS adalah : 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih

(24)

15

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe

pembel-ajaran, salah satunya adalah tipe NHT. Model ini dikembangkan oleh Spencer

Kagan (Lie, 2008). Tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe

ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe ini bisa

digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

ter-cakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut. Sebagai ganti guru mengajukan pertanyaan atau tugas kepada

seluruh kelas guru menggunakan empat struktur langkah utama yaitu:

1) Penomoran

Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atau tim yang

beranggo-takan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap

siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.

2) Pengajuan Pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan atau memberikan tugas dan masing-masing

kelompok mengerjakannya.

3) Berfikir Bersama

Setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

me-mastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui

jawabannya.

(25)

16

Guru memanggil satu nomor tertentu dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan dan menyampaikan jawaban kepada

seluruh kelas secara bergiliran. Setelah semua siswa dari tiap kelompok

memberikan jawabannya dan saling menanggapi, guru kemudian menuntun siswa

untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Gambar 5. Ilustrasi kelompok NHT

Kelebihan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

siswa dapat lebih mengembangkan potensi dirinya, rasa harga diri lebih tinggi dan

memiliki pemahaman yang lebih mendalam,meningkatkan toleransi terhadap

teman. Sedangkan kelemahannya adalah komunikasi antar anggota kurang efektif

dikarenakan dalam satu kelompok mengerjakan soal yang berbeda berdasarkan

nomor masing-masing,saling ketergantungan antar anggota juga tidak terlalu PAPAN TULIS

GURUMITRA

GURU

☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ KEL. 4 KEL. 3 KEL 2 KEL. 1 ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ ☻1

5 2 ☻ ☻

4 3 ☻ ☻ KEL 7 KEL 6 KEL 8 KEL. 5

(26)

17

besar, dan dalam melaksanakan pembelajaran ini guru memerlukan waktu yang

relative lama sehingga ada beberapa nomor yang tidak disebut untuk

mengeluarkan pendapat.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil

ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak

pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi

dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga

dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep

tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil

hanya dengan bantuan konsep proses belajar me-ngajar dapat ditingkatkan lebih

maksimal.

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,

kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang

sama (Dahar, 1998 ). Dalam pelajaran kimia banyak sekali konsep yang harus

di-tanamkan pada siswa. Hal ini sangat penting sebab bila gagal dalam memahami

dan menguasai konsep kimia maka dikatakan gagal dalam belajar ilmu kimia.

Konsep kimia adalah gagasan mengenai materi, sebuah atau dua kata konsep

kimia akan mempunyai arti yang sama dengan gagasan kimia itu seluruhnya.

Penguasaan konsep pada materi ikatan kimia bearti kemampuan menguasai pokok

utama yang mendari keseluruhan dari materi ikatan kimia yang diukur melalui

(27)

18

Penguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah (domain) kognitif dari

tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah

laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan

menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari

itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat

di-namis.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu

proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau

mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini

di-dukung oleh Djamarah dan Zain, A (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi

oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru

da-lam kelas. Dada-lam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus

dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk me-ningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan

terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar

karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini berupa LKS. Pada

proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk

me-nuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok

(28)

19

mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini

LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992), LKS adalah salah satu bentuk program yang

berlandas-kan atas tugas yang harus diselesaiberlandas-kan dan berfungsi sebagai alat untuk

meng-alihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat

tumbuh-nya minat siswa dalam me-ngikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2000), fungsi LKS adalah : a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang

efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mem-punyai nilai tinggi.

Menurut Sriyono (1992) LKS dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu :

a) LKS Fakta, LKS ini merupakan tugas yang sifatnya hanya me-ngarahkan siswa untuk mencari fakta atau hal-hal yang berhubung-an dengan bahan yang akan diajarkan.

b) LKS Pengkajian, LKS ini merupakan penggalian pengertian tentang bahan ke arah pemahaman, dapat berupa tugas, baik untuk bereksperimen

maupun untuk mengamati.

c) LKS Pemantapan/Kesimpulan, LKS ini sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulannya telah ditemukan dan diterima oleh semua peserta diskusi, dapat berupa tugas untuk mengarang, me-rangkum, membuat paper menyusun bagan yang dikerjakan secara individual.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

(29)

20

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembel-ajaran.

f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang di-pelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

LKS yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran adalalah berupa LKS eksperimen dan LKS non eksperimen.

a) LKS eksperimen

LKS eksperimen adalah LKS yang berisi tujuan percobaan, alat, bahan,

langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan

kesimpulan akhir dari percobaan yang dilakukan pada materi pokok yang

bersangkutan.

b) LKS non eksperimen

Dalam materi ikatan kimia, tidak dilakukan eksperimen. Oleh karena itu,

untuk memudahkan siswa memahami teori tersebut dapat digunakan

media berupa LKS non eksperimen. LKS non eksperimen dirancang

se-bagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan

yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat

menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan

soal-soal yang dituliskan dalam LKS non eksperimen tersebut.

F. Kerangka Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran

(30)

21

melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian

tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran.

Ke-mampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat

akan menentukan tingkat penguasaan konsep dalam proses pembelajaran. Dalam

penelitian ini akan diteliti bagaimana perbedaan penguasaan konsep ikatan kimia

antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT dengan

siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya

adalah penguasaan konsep siswa (Y). Siswa yang model pembelajarannya

Ko-operatif tipe NHT (X3), dan siswa yang menggunakan model pembelajaran

Ko-operatif tipe TPS (X5). Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep

siswa yang menggunakan pembelajaran dengan kooperatif tipe NHT (Y1), dan

penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran dengan kooperatif

TPS (Y2).

Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diberi

perlakuan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajarannya kooperatif

tipe NHT, sedangkan pada kelas eksperimen II diberi perlakuan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kedua proses pembelajaran di atas

mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah siswa dapat lebih mengembangkan

(31)

22

mendalam, meningkatkan toleransi terhadap teman. Sedangkan kelemahannya

adalah komunikasi antar anggota kurang efektif dikarenakan dalam satu kelompok

mengerjakan soal yang berbeda berdasarkan nomor masing-masing, saling

keter-gantungan antar anggota juga tidak terlalu besar, dan dalam melaksanakan

pem-belajaran ini guru memerlukan waktu yang relatif lama sehingga ada beberapa

nomor yang tidak disebut untuk mengeluarkan pendapat.

Kelemahan dan kelebihan model kooperatif tipe TPS adalah memotivasi siswa

untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, menghindari adanya kesenjangan

antar siswa karena semuanya saling berinteraksi satu sama lain, komunikasi antar

anggota lebih terjaga, saling ketergantungan positif anggota besar, tanggung

jawab perseorangan juga lebih besar karena satu orang bertanggung jawab untuk

membuat pasangan kelompoknya memahami pembelajaran, sedangkan

kelemahannya, tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat

berpikir dan mudah dipahami siswa, waktu sering banyak terbuang, terutama

apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai 2 atau 3 orang.

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan kedua pembelajaran tersebut, penguasaan

konsep siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih

memungkin-kan amemungkin-kan lebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih cenderung bahwa pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan memberikan penguasaan konsep

yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(32)

23

X1 Y1

Y2 > Y1

[image:32.595.137.386.105.184.2]

X2 Y2

Gambar 6. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan:

X1 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

X2 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Y1 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Y2 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X SMA Tri Sukses Natar semester ganjil tahun pelajaran

2012/2013 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar

yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep ikatan kimia siswa

kelas X SMA Tri Sukses Natar semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013

(33)

24

H. Hipotesis Umun

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan

kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran

kooperatif tipe TPS.

2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan

pembelajaran kooperatif TPS lebih tinggi dari pada pembelajaran kooperatif

(34)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester ganjil SMA

Tri Sukses Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

246 siswa dan tersebar dalam 7 kelas. Sampel penelitian diambil menggunakan

teknik purposive sampling. Artinya sampel diambil dari populasi dengan sengaja

berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu atas dasar perbedaan jenis kelamin dan

kemampuan awal siswa yang hampir sama. Kelas X3 sebagai kelas eksperimen I

yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe NHT dan kelas X5

se-bagai kelas eksperimen II yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe

TPS.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dimodifikasi dari

Fraenkel dan Wallen (2006) yaitu The Matching-Only Posttest-Only Group

Design. Desain ini menggunakan teknik perbedaan nilai rata-rata posttest

kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Desian penelitian yang

[image:34.595.127.508.691.757.2]

akan dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Desain Penelitian

Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen I M1 O

(35)

26

Dengan keterangan O adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan.

M1 adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan M2 perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

C. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif, yaitu data hasil tes

setelah pembelajaran diterapkan (posttest).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :

a. Model pembelajaran tipe NHT

b. Model pembelajaran tipe TPS

2) Variabel terikat

Variabel terikatnya berupa nilai tes penguasaan konsep siswa pada

materi ikatan kimia kalas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan :

1. Silabus, RPP, LKS pada materi ikatan kimia.

2. Lembar observasi kinerja guru, Lembar aktivitas siswa.

3. Soal-soal posttest

Dalam pelaksanaannya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal

(36)

27

tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif

penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran tipe NHT dan model

pem-belajaran tipe TPS.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan maka

instrumen yang digunakan harus dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya

pem-beda, dan tingkat kesukaran. Soal posttest yang digunakan dalam penelitian ini

sudah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

oleh Wirasta Utami di SMA Negeri 12 Bandar Lampung tahun 2010/2011.

Tabel 3. Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest

No soal

Indeks

validitas Makna validitas

Indeks reliabilitas

Makna reliabilitas

1 0,475 Valid 0,899 Tinggi

2 0,434 Valid 0,900 Sangat tinggi

3 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi

4 0,808 Valid 0,890 Tinggi

5 0,474 Valid 0,899 Tinggi

6 0,532 Valid 0,897 Tinggi

7 0,594 Valid 0,896 Tinggi

8 0,700 Valid 0,893 Tinggi

9 0,740 Valid 0,892 Tinggi

10 0,532 Valid 0,897 Tinggi

11 0,452 Valid 0,900 Sangat tinggi

12 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi

13 0,384 Valid 0,901 Sangat tinggi

14 0,452 Valid 0,899 Tinggi

15 0,421 Valid 0,900 Sangat tinggi

16 0,369 Valid ,902 Sangat tinggi

(37)

28

Lanjutan. Tabel 3. Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest

No soal

Indeks

validitas Makna validitas

Indeks reliabilitas

Makna reliabilitas

18 0,430 Valid 0,900 Sangat tinggi

19 0,732 Valid 0,892 Tinggi

[image:37.595.111.515.113.220.2]

20 0,688 Valid 0,893 Tinggi

Tabel 4. Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal posttest

No Analisis soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran

Indeks pembeda Kategori Indeks kesukaran Kategori

1 0,5 Baik 0,7 Sedang

2 0,5 Baik 0,7 Sedang

3 0,6 Baik 0,5 Sedang

4 0,6 Baik 0,6 Sedang

5 0,8 Baik 0,5 Sedang

6 0,4 Cukup 0,4 Sedang

7 0,4 Cukup 0,4 Sedang

8 0,8 Baik 0,4 Sedang

9 0,6 Baik 0,4 Sedang

10 0,5 Baik 0,4 Sedang

11 0,6 Baik 0,5 Sedang

12 0,5 Baik 0,4 Sedang

13 0,5 Baik 0,4 Sedang

14 0,5 Baik 0,2 Sukar

15 0,6 Baik 0,3 Sukar

16 0,4 Cukup 0,4 Sedang

17 0,3 Cukup 0,4 Sedang

18 0,5 Baik 0,5 Sedang

19 0,7 Baik 0,5 Sedang

(38)

29

Berdasarkan data hasil uji validitas dan reliabilitas soal posttest di atas, dua puluh

butir soal posttest tersebut telah sahih atau valid dan reliabel karena harga r

hitungnya lebih besar dari r tabel (0,362). Pada soal posttest, reliabilitas soal

nomor 2, 3, 11-16, dan 18 bermakna sangat tinggi dan reliabilitas soal nomor 1,

4-10, 14-17, 19, dan 20 bermakna tinggi. Pada soal posttest, daya pembeda soal

nomor 6, 7, 16, dan 17 berkategori cukup dan soal nomor 1-5, 8-15, 18, 19, dan

20 berkategori baik. Untuk tingkat kesukarannya, soal posttest nomor 14 dan 15

berkategori sukar dan selain kedua nomor soal tesebut berkategori sedang. Oleh

karena seluruh butir soal hasil analisis telah valid dan reliabel, maka soal tersebut

tidak perlu direvisi sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk kedua kelas

sampel. (Utami, 2011)

E. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah:

1. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah,

serta sarana prasarana di sekolah,

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas X SMA Tri Sukses Natar

Lampung Selatan.

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan

(39)

30

4. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan

pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen I menggunakan

pembelajaran NHT dan kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran

TPS.

5. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.

6. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian.

7. Menarik kesimpulan

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

[image:39.595.112.514.295.639.2]

A.

Gambar 7. Alur Penelitian

Kelas Eksperimen II

Pembelajaran NHT

Posttest

Pembelajaran TPS

Analisis Data

Validasi Instrumen

Kesimpulan Menentukan Populasi dan

Sampel

Kelas Eksperimen I

(40)

31

Kegiatan yang dilaksanakan pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah

[image:40.595.115.504.164.235.2]

ini.

Tabel 5. Rancangan kegiatan kedua kelas eksperimen

No. Pertemuan Ke- Kegiatan

1 1 Pretest

2 2,3,4, 5 dan 6 Pelaksanaan pembelajaran

3 7 Posttest

Berdasarkan pada program semester yang dimiliki guru mata pelajaran kimia

kelas X tercantum jumlah jam pelajaran yang dialokasikan untuk materi ikatan

kimia sebanyak 14 jam pelajaran. Pada penelitian ini akan dialokasikan 4 jam

pelajaran untuk tes (2 jam pelajaran untuk pretest dan 2 jam pelajaran untuk

(posttest). Artinya ada 10 jam pelajaran yang akan digunakan sebagai tahap

per-lakuan. Dari 10 jam pelajaran tersebut dibagi menjadi 5 kali pertemuan

meng-ingat dalam satu minggu terdapat 2 jam pelajaran kimia di kelas X. Secara

sistematis jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 6. Jadwal kegiatan pembelajaran

No Hari, Tanggal dan

jumlah jam pelajaran Materi pembelajaran Keterangan 1 Selasa, 23 Oktober 2012

(2jp)

Peranan elektron dalam

pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I

Kelas

eksperimen I

2 Kamis, 25 Oktober 2012 (2jp)

Peranan elektron dalam

pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I

Kelas

eksperimen II

3 Selasa, 30 Oktober 2013 (2jp)

Peranan elektron dalam

pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I

Kelas

eksperimen I

4 Kamis, 1 November 2012 (2jp)

Peranan elektron dalam

pembentukan ikatan dan ikatan ion LKS I

Kelas

eksperimen II

5 Selasa, 6 November 2012 (2jp)

Ikatan ion LKS 2 Kelas

eksperimen I 6 Kamis, 6 November

2012 (2jp)

Ikatan ion LKS 2 Kelas

[image:40.595.118.512.494.752.2]
(41)

32

Lanjutan. Tabel 6. Jadwal kegiatan pembelajaran

No Hari, Tanggal dan

jumlah jam pelajaran Materi pembelajaran Keterangan 7 Selasa,13 November

2012 (2jp)

Kepolaran dan ikatan kovalen koordinasi LKS 3

Kelas

eksperimen I 8 Selasa, 20November

2012 (2jp)

Ikatan logam dan sifat-sifat ikatan ion, kovalen LKS 4

Kelas

eksperimen I 9 Kamis, 22 November

2012 (2jp)

Kepolaran dan ikatan kovalen koordinasi LKS 3

Kelas

eksperimen II 10 Selasa, 27 November

2012 (2jp)

Posttest Kelas

eksperimen I 11 Kamis, 29 November

2012 (2jp)

Ikatan logam dan sifat-sifat ikatan ion, kovalen LKS 4

Kelas

eksperimen II 12 Kamis, 6 Desember

2012 (2jp)

Posttest Kelas

eksperimen II

F. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis

dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif

(H1).

Hipotesis pertama :

H0 : tidak ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi

ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada

siswa kelas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

H0 : µ1 = µ2

H1 : ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan

kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada siswa

kelas X SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

(42)

33

Jika dalam pengujian statistik ternyata terima Ho, maka pengujian dilanjutkan

dengan hipotesis berikut:

Hipotesis kedua:

H0 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah atau sama dengan TPS.

H0 : µ1≤ µ2

H1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada TPS.

H0 : µ1 > µ2

Keterangan:

µ1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

µ2 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia dengan

pembelajaran kooperatif tipe TPS.

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai posttest dirumuskan sebagai berikut:

(43)

34

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas dua varians.

1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal

H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

χ2

=

e e o

f f

f )2

(

Keterangan : χ2 = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika χ2 hitung  χ2 tabel

2. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat

(44)

35

F= 2 2 2 1 s s

Keterangan : F = Kesamaan dua varians 2

1

s = varians kelas eksperimen II

2 2

s = varians kelas eksperimen I

Kriteria : Pada taraf 0.05, terima Ho jika F hitung < F table

3. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan

penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia antara pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

a) Rumusan hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada

materi ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

H1 : Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada

materi ikatan kimia antara pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

b) Statistik yang digunakan untuk uji ini berdasarkan Sudjana (2002),

adalah: 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung  

 , dengan

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan :

(45)

36

2 2

s = varians kelas eksperimen 1

X1= Nilai rata-rata kelas eksperimen 2 n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen 2

X2 = Nilai rata-rata kelas eksperimen 1 n2 = Jumlah siswa kelas eksperimen 1

2 1

s = varians kelas eksperimen 2

Menurut Sudjana (2002), kriteria ujinya adalah Terima H0 jika thitungttabel

dan tolak H0 jika sebaliknya dengan dk = (n1n22).

4. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan penguasaan konsep

siswa pada materi ikatan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan TPS siswa SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

Langkah-langkah pengujian perbedaan dua rata-rata sebagai berikut:

a) Pengujian perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji-t (t student) pada

tingkat kepercayaan 95 persen pada derajat kebebasan df = n1+n2-2

H0 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia

yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah

di-bandingkan dengan TPS SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan.

H1 : Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia

yang diberi pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi

di-bandingkan dengan TPS siswa SMA Tri Sukses Natar Lampung

(46)

37

Menghitung statistik t yang akan digunakan yang mengacu pada Riyanto

(1996) :                    

2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1

2 n n

n n X X X X t Keterangan : 1

X = Rata-rata kelas eksperimen II

2

X = Rata-rata kelas eksperimen I ∑X2

= jumlah deviasi pangkat dua

n = jumlah kasus pada setiap sampel

b) Menentukan level signifikan, yaitu 0,05.

c) Menentukan daerah penolakan hipotesis

Apabila :

t hitung > t tabel : Ho ditolak dan H1 diterima thitung < ttabel : Ho diterima dan H1 ditolak

Mencari harga t tabel pada tabel distribusi student dengan level signifikan

0,05 dan df = n1+n2-2.

(47)
(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia

antara yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang diberi

TPS.

2. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia yang diberi

model pembelajarankooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pada nilai rata-rata

penguasaan konsep siswa yang diberi NHT .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

Dalam pembelajaran baik menggunakan model kooperatif tipe NHT maupun tipe

TPS sebaiknya diperlukan observer yang lebih banyak dalam mengobservasi

ke-giatan pembelajaran untuk mengefesiensikan waktu, karena dalam pelaksanaan

pem-belajaran dengan menggunakan kedua model ini membutuhkan waktu yang lebih

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, E. 2010. Perbedaan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Thinks Pair Share) Dengan Tipe TGT (Team Game Tournament) Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon.

(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc. Graw Hill Companies. USA

Arikunto. S. 2001. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta. Dahar, R. W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah dan Zain Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Febrian, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Thinks Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas On Task dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Fraenkel, J.R dan Wallen, N.E. 2006. How to Design and Evaluate Research in Education. The McGraw-Hill Companies. New York.

Harmoko dan Prianto.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Ibrahim, M, dkk. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

(50)

52

Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Nurhadi,. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. UM Press. Malang

Sofyan, A. 2012. Perbedaan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Thinks Pair Share) Dengan Tipe TGT (Team Game Tournament). (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Utami, W. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia Antara

Pembelajaran Tipe STAD Berbasis Keterampilan Generik Sains Dengan Pembelajaran Konvensional. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

(51)

SILABUS 1 Nama Sekolah : SMA Tri Sukses Natar

Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1

Standar Kompetensi : 1. Mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Alokasi Waktu : 7 x 40 menit

Kompetensi Dasar Materi Pelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

waktu Sumber/ bahan / alat Jenis Tagihan Bentuk Instrum en Contoh Instrumen 1.1 Membandingkan Proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam, serta

hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Ikatan kimia Susunan elektron valensi (struktur Lewis

 Melakukan diskusi untuk menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai

kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.

 Melakukan diskusi untuk

menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) atom gas mulia (duplet & oktet).

 Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai

kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.

 Menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis) Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis

Berapa elektron yang dilepas atau diterima unsur-unsur berikut untuk mencapai kesatibalannya: a. 9F c. 8O

b. 19K d. 15P

e. 7N

(52)

Ikatan ion

 Melakukan diskusi tentang proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya

 Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.

Tes tertulis

Tentukan rumus kumia dan senyawa yang terbentuk antara: a.P dengan Cl, b.N dengan Cl c.Na dengan F Serta gambarkan proses pembentukan ikatannya  Ikatan kovalen

 Melakkan diskusi untuk contoh unsur yang membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, rangkap tiga serta menjelaskan proses terjadinya ikatan tersebut berdasarkan pemakanian bersama pasangan elektron.  Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga serta contoh senyawanya. Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis

Tentukan ikatan yang terbentuk dari molekul: a.KNO3

b.NH4OH

c.NaOH d.NH3

Bila nomor atom H=1, N=7, O=8, Na=11, K=19

 Senyawa polar dan nonpolar

 Diskusi kelompok mengerjakan contoh beberapa senyawa polar dan nonpolar untuk menyimpulkan penyebab kepolaran senyawa  Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegati fan Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis

Bila harga keelektronegatifa n dari: H= 2,1, C = 2,5, N=3,0, Cl= 3,0, F = 4,0 Tentukan kepolaran senyawa berikut:

(53)

(perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul).

a. H2O b. CHCl3

c. NH3

d. HF

 Ikatan kovalen koordinasi

 Diskusi kelompok untuk beberapa contoh ikatan kovalen koordinasi dan menjelaskan proses terjadinya ikatan tersebut berdasarkan sumbangan pasangan elektron dari salah satu unsur yang berikatan  Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa contoh senyawa sederhana Tes tertulis

Tentukan ikatan yang terjadi dalam molekul: a. NH4Cl

b. H2SO4

c. Na2SO4

Bila nomor atom: H=1, N=7, Cl=17, S=16, Na=11, O=8

Ikatan logam

 Melakukan diskusi mengemukakan sifat fisis logam yaitu dapat

menghantar listrik dan panas, mudah ditempa, dan mudah dibengkokkan serta hubungannya dengan ikatan logam.

 Menjelaskan teori yang menerangkan proses terbentukknya ikatan logam.  Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisis logam Tugas individu (LKS) Ulangan harian Tes tertulis

Tentukan jenis ikatan kimia pada unsur atau senyawa berikut apakah ikatan logan, ikatan ion atau ikatan kovalen a.Br2 d. N2O5

b.Al e. F c.KCl

(54)

 Melakukan diskusi untuk menentukan jenis ikatan berbagai senyawa berdasarkan nomor atom dan jenis unsur serta membandingkan sifat fisisnya.  (Kecakapan hidup:

mengolah data, menghubungkan variabel)

 Memprediksikan jenis ikatan yang terjadi pada berbagai senyawa dan

membandingkan sifat fisisnya

Tugas individu

Ulangan harian

Tes tertulis

Tentukan jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa berikut: a.KNO3

b.NH4OH

c.NaOH d.KOH

Bila nomor atom: K=19, N=7, O=8, Na=11, H=1

(55)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP KELAS EKSPERIMEN I )

Nama Sekolah : SMA Tri Sukses Natar

Kelas : X

Semester : Ganjil

Tahun Pelajaran : 2012-2013 Materi Pokok : Ikatan Kimia Alokasi Waktu : 4 X 40 Menit

Standar Kompetensi :

Mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya.

Kompetensi Dasar :

Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.

Indikator :

1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan dengan cara berikatan dengan unsur lain.

2. Menggambarkan susunan elektron valensi (struktur Lewis) unsur gas mulia (duplet atau oktet) dan bukan gas mulia.

3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion, dan contoh senyawanya. 4. Menjelaskan pengertian ikatan ion.

5. Menjelaskan penertian ikatan kovalen.

6. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga serta contoh senyawanya.

(56)

58

8. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan.

9. Siswa mampu menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi.

10.Siswa mampu menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan.

11.Menjelaskan proses pembentukan ikatan ikatan logam

12.Membandingkan sifat-sifat fisis dari senyawa ion, kovalen dan logam

Tujuan Pembelajaran

Diakhir pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menjelaskan konfigurasi duplet dan oktet.

2. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilan.

3. Mampu menggambarkan struktur lewis dari unsur gas mulia dan bukan gas mulia. 4. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion, dan contoh senyawanya.

5. Menjelaskan pengertian ikatan ion. 6. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen.

7. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga serta contoh senyawanya.

8. Siswa mampu menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi. 9. Siswa mampu menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan

keelektronegatifan.

10.Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam

11.Membandingkan sifat-sifat fisis dari senyawa ion, kovalen dan logam

Materi Pembelajaran

(57)

(mem-59

punyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali Helium dengan konfigurasi duplet ( dua elektron pada kulit luar).

Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan jalan membentuk ikatan. Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan aturan oktet. Konfigurasi oktet dapat dicapai dengan cara serah terima atau pemasangan elektron.

Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk karena adanya gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terbentuk antar atom logam dan non logam. Logam mempunyai daya tarik elektron yang lemah dan lebih mudah melepaskan elektron se-hingga membentuk ion positif. Sedangkan atom nonlogam mempunyai daya tarik elektron yang besar dan lebih mudah menerima elektron sehingga memebentuk ion negatif.

Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga masing-masing mempunyai susunan elektron gas mulia. Dalam me-lukiskan ikatan kovalen mengggunakan rumus lewis yang biasanya berupa tanda titik dan tanda silang.

(58)

60

kedua atom sama besar, biasanya atom non logam yang berikatan dengan sesamanya dan membentuk molekul diatomik. Contoh: H2, Cl2, N2.

Pada ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang digunakan bersama dengan atom lain berasal dari masing-masing atom unsur yang berikatan. Akan tetapi, ada ikatan kovalen dimana pasangan elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen demikian disebut ikatan kovalen koordinasi, yaitu ikatan kovalen dimana elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.

Unsur logam memiliki sedikit elektron valensi. Oleh karena itu, kulit terluar unsur logam relatif longgar sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom logam. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antara ion-ion positif dan elektron-elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam yang berarti semakin banyak jumlah elektron bebasnya, maka semakin besar kekuatan ikatan logam.

Kegiatan Pembelajaran

1. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe TPS 2. Pendekatan : Kontruktivisme 3. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan 1 dan 2

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

Kegiatan guru Kegiatan Siswa waktu

A. Pendahuluan

 Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran

 Guru menggali pengetahauan awal siswa dan mengaitkan dengan materi pembelajaran.

 Siswa mendengar indikator dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

 Siswa mendengar dan mem-perhatikan pertanyaan guru

(59)

61

Lanjutan.

Kegiatan guru Kegiatan Siswa waktu

Contoh: Mengapa gas mulia seperti He, Ar dan Ne tidak dapat

bersenyawa dengan unsur lain? Bagaimanakah konfigurasi elek

Gambar

Tabel 1.  Fase dalam model pembelajaran kooperatif.
Gambar 1.  Pembagian kelompok diskusi dengan tipe TPS
Gambar 2.  Pembagian kelompok diskusi pada tahap Thinking
Gambar 5. Ilustrasi kelompok NHT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelit- ian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna dari perawatan metode kanguru terhadap respons fisiologis bayi prematur seperti pe- ningkatan suhu tubuh ke

Di sisi lain, adanya acuan tersebut menyebabkan proses perencanaan yang dilakukan oleh BNNP DKI Jakarta memiliki beberapa kelemahan seperti penggunaan data dalam proses

Gambar 4.2 Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 56 Gambar 4.3 Skor Rata-rata Pretes dan Postes Mahasiswa berdasarkan Konsep 58 Gambar 4.4 Skor Rata-rata

Jika dilihat dari derajat kristalinitas dan ukuran partikel, nanosilika yang dihasilkan pada kondisi suhu 150 o C dan waktu 4 jam serta suhu 180 o C dan waktu 6 jam tidak

Subyek kedua wanita berinisial “ Y ” dengan status pekerjaan karyawatipackaging pada pabrik CV “X” berumur 20 tahun, mengatakan bahwa dirinya merasa tidak

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok yang secara kultural terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat kecamatan Serengan merasakan kebutuhannya terpenuhi terhadap berita dalam surat kabar Solopos pada kategori identitas pribadi,

Dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran perlu pemantauan dan evaluasi agar apa yang dilaksanakan oleh dosen menjadi lebih terarah dan sesuai dengan standar yang