• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS STRUKTUR KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPLANASI PEDAGOGIK DAN PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS STRUKTUR KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPLANASI PEDAGOGIK DAN PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

A.Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

E. Batasan Masalah 7

F. Definisi Operasional 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPLANASI PEDAGOGIK DAN PENGUASAN KONSEP

A. Pengembangan Model Pembelajaran 9

1. Model-Model Pembelajaran 9

2. Model Pembelajaran Berbasis Struktur Konten (PBSK) 10

a. Landasan Pengembangan Model PBSK 11

1) Landasan Filosofis 12

2) Landasan Psikologis 12

3) Landasan Sosiologis 13

b. Kerangka Konseptual Pengembangan Model PBSK 14

(2)

C. Konsep Belajar di Perguruan Tinggi 18

D.Totalitas Belajar Mengajar: tinjauan PCK 19

1. Interaksi Sosial 20

2. Interaksi Kognitif 20

E. Struktur Materi Subyek 24

F. Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogi 24

G.Penilaian Kemampuan Eksplanasi Pedagogik 28

H.Penguasaan Konsep 30

I. Materi Pedagogis Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 31

1. Persamaan Arrhenius 32

2. Energi Aktivasi dan Koordinat Reaksi 33

3. Teori Tumbukan 34

a. Faktor Sterik 36

b. Kompleks Teraktifkan 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian 39

B. Subyek Penelitian 40

C.Pelaksanaan Penelitian 40

D.Prosedur Penelitian 40

E. Instrumen Penelitian 42

1. Tes 42

2. Lembar Observasi 43

3. Angket 43

F. Analisis dan Pengolahan Data 44

1. Analisis 44

a. Validitas Butir Soal 44

(3)

c. Daya Pembeda 47

d. Reliabilitas 48

2. Pengolahan Data 49

a. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi 50

b. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi 50

c. Uji Normalitas Distribusi N-Gain 51

d. Uji Homogenitas Varian 52

e. Uji Signifikansi 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 54

1. Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 54

a. Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 54

b. Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 56

2. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep pada Mahasiswa Calon Guru 58

a. Hasil Pretes dan Postes 58

b. Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Kemampuan Eksplanasi

Pedagogik dan Penguasaan Konsep Mahasiswa 65

3. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep pada Guru 67

a. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir 67

b. Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Kemampuan Eksplanasi

(4)

B. Pembahasan 74

1. Model PBSK 74

a. Pengembangan Model PBSK

Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 74

b. Keterlaksanaan Model PBSK

Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 76

c. Tanggapan Mahasiswa terhadap Model PBSK

Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 76

2. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep pada Mahasiswa Calon Guru 77

3. Revisi Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 81

4. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep pada Guru 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 87

B. Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 89

(5)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Kerangka PCK 22

Tabel 3.1 Desain Penelitian 40

Tabel 3.2 Kategori, Skor, dan Kriteria Jawaban 43

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran 45

Tabel 3.4 Distribusi Data pada Kelompok Atas dan Kelompok Bawah 46

Tabel 3.5 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 47

Tabel 3.6 Kriteria daya pembeda 47

Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan

Penguasaan Konsep Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 48

Tabel 3.8 Kategori Reliabilitas Butir Soal 49

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat N-Gain 51

Tabel 4.1 Tahap-tahap Pembelajaran dalam Model PBSK

Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 57

Tabel 4.2 Persentase Jumlah Mahasiswa berdasarkan Kategori Jawaban per Item

Soal pada Pretes dan Postes 59

Tabel 4.3 Profil Kelompok Mahasiswa yang Mengalami Peningkatan Kemampuan

Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep 62

Tabel 4.4 Profil Kelompok Mahasiswa yang Tidak Mengalami Perubahan

Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep 63 Tabel 4.5 Profil Kelompok Mahasiswa yang Mengalami Penurunan

Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep 64

Tabel 4.6 Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Varian dan N-Gain Data Mahasiswa 66

Tabel 4.7 Pengujian Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi Distribusi N-Gain

Data Guru 66

Tabel 4.8 Persentase Jumlah Guru berdasarkan Kategori Jawaban per Item Soal

(6)

Hal

Tabel 4.9 Profil Perubahan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan

Konsep Guru 71

Tabel 4.10 Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Varian dan N-Gain Data Guru 73

Tabel 4.11 Pengujian Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi Distribusi N-Gain

Data Guru 73

Tabel 4.12 Perbandingan Fokus Perhatian Empat Rumpun Model Pembelajaran

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Kerangka Koseptual Pengembangan Model PBSK

Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi 15

Gambar 2.2 Persepsi tentang Arti Kuliah 19

Gambar 2.3 Antar Hubungan Komponen Pembelajaran 20

Gambar 2.4 Hubungan Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogi 25

Gambar 2.5 Ketergantungan Konstanta Laju pada Suhu 31

Gambar 2.6 Plot Arrhenius 32

Gambar 2.7 Diagram Energi Potensial 33

Gambar 2.8 Energi Aktivasi dan Keadaan Transisi 34

Gambar 2.9 Tumbukan Efektif dan Tidak Efektif 35

Gambar 2.10 Tahapan Reaksi Penyusunan Kembali Metil Isonitril 37

Gambar 2.11 Tumbukan dan Kompleks Teraktifkan 38

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 41

Gambar 4.1 Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 55

Gambar 4.2 Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 56 Gambar 4.3 Skor Rata-rata Pretes dan Postes Mahasiswa berdasarkan Konsep 58 Gambar 4.4 Skor Rata-rata berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi

Pedagogik Mahasiswa pada Pretes dan Postes 61

Gambar 4.5 Profil perubahan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan

konsep mahasiswa 62

Gambar 4.6 Perbandingan % N-Gain antara Pretes dan Postes Data Mahasiswa 65

Gambar 4.7 Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Guru berdasarkan Konsep 67 Gambar 4.8 Skor Rata-rata berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi

Pedagogik Guru pada Tes Awal dan Tes Akhir 70

(8)

Hal.

Gambar 4.10 Peta Konsep NA Sebelum dan Setelah Perkuliahan 79

Gambar 4.11 Peta Konsep LN Sebelum dan Setelah Perkuliahan 80

Gambar 4.12 Hasil Revisi Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 82

Gambar 4.13 Peta Konsep WR Sebelum dan Sesudah Pelatihan 85

Gambar 4.14 Peta Konsep NN Sebelum dan Sesudah Pelatihan 85

(9)

No. Judul Hal.

A Perangkat Pembelajaran 93

A.1 Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi 94

A.2 Bahan Ajar 95

A.3 Langkah-langkah Pembelajaran 99

B Instrumen Penelitian 100

B.1 Soal Pretes untuk Mahasiswa 101

B.2 Soal Postes untuk Mahasiswa 102

B.3 Tes untuk Guru 103

B.4 Kunci Jawaban 104

B.5.a Lembar Observasi 106

B.5.b Rekapan Hasil Observasi 107

B.6.a Deskripsi Angket untuk Mahasiswa 109

B.6.b Rekapan Hasil Angket Mahasiswa 110

C Analisis Soal Pretes 111

C.1 Analisis Indeks Kesukaran 112

C.2 Analisis Daya Pembeda 113

C.3 Analisis Reliabilitas 114

D Rekapitulasi Data 115

D.1 Rekapitulasi Data Pretes dan Postes Mahasiswa

D.1.a Rekapitulasi Nilai Pretes dan Postes 116

D.1.b Jumlah Mahasiswa berdasarkan Kategori Jawaban 117

D.1.c Analisis Gain Ternormalisasi 118

D.1.d Nilai Pretes, Postes dan N-Gain berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi Pedagogik 119 D.2 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Guru

D.2.a Rekapitulasi Nilai Tes Awal dan Tes akhir 122 D.2.b Jumlah Guru berdasarkan Kategori Jawaban 122

D.2.c Analisis Gain Ternormalisasi 122

D.2.d Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi Pedagogik 123

E Pengolahan Data 124

E.1 Uji Normalitas 125

E.2 Uji Homogenitas 126

E.3 Uji Signifikansi 127

F Surat Keterangan dan Daftar Hadir 128

F.1 Surat Ijin Penelitian 129

F.2 Surat Keterangan Telah Penelitian 130

F.3 Daftar Hadir Mahasiswa 134

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Berbagai upaya mereformasi program persiapan guru telah dikembangkan

dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan

diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen yang pada pasal 10 ayat 1 diuraikan bahwa guru wajib

memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dalam praktek

pembelajaran, upaya membangun profesionalisasi guru telah dikonseptualisasikan

oleh Shulman (1987), yang memfokuskan pada peranan pengetahuan materi

subyek dalam pengajaran melalui berbagai kategori dengan mengajukannya

sebagai basis pengetahuan untuk mengajar. Sumber lain, Thoren (dalam Farida,

2009) mengungkapkan empat basis pengetahuan untuk mengajar, yakni:

1) Pengetahuan materi subyek (subject-matter knowledge); 2) Pengetahuan

pedagogi umum (general pedagogical knowledge); 3) Pedagogi pengetahuan

konten (pedagogical content knowledge – PCK); dan 4) Pengetahuan terhadap

konteks (knowledge of context).

PCK merupakan hasil amalgansi pengetahuan materi subyek dengan

pengetahuan pedagogi umum, dan merupakan bentuk representasi dari materi

subyek (Shulman 1987). Sementara itu, De Miranda (2008) menggambarkan PCK

(11)

mengajar guru, yakni: 1) Pengetahuan materi subyek; 2) Pengetahuan pedagogi;

dan 3) Pengetahuan terhadap konteks. Jadi guru dituntut untuk mampu

mengorganisasi pengetahuan struktur konten materi subyeknya dan dapat

mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan pengetahuan konten pedagogi.

Interaksi kedua pengetahuan tersebut nampak dari cara guru menggunakan

representasi dalam memberikan eksplanasi (Dahar dan Siregar, 2000).

Salah satu bentuk keterampilan PCK adalah mentransformasi eksplanasi

(transforming explanation) yang menghubungkan pengetahuan pebelajar dengan

pengalaman sebelumnya. Transforming explanation pada pembelajaran kimia

dikategorikan ke dalam bentuk pedagogical chemical knowledge tingkat dua

(PChK-2). Bond-Robinson (2005) mendefinisikan bahwa:

“PChK-2 represents devising or generating transforming explanations connected to the students' knowledge and previous experiences. A 'transforming explanation' is defined as a discipline-specific illustration of how people in that discipline think about a disciplinary process, which is linked by the explanation to students' thinking about that same disciplinary-related process”.

Kemampuan eksplanasi merupakan bagian penting dari PCK. De Jong,

et al (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa PCK calon guru

berkembang dan menjadi lebih terstruktur setelah mereka menganalisis dan

mendiskusikan bagian-bagian dari buku teks kimia. Calon guru memberi uraian

dengan mengusulkan suatu eksplanasi umum untuk berbagai kesulitan

pembelajaran. Pemikiran bersifat eksplanasi ini dapat mendorong suatu perluasan

(12)

3

Beberapa penelitian lain lebih fokus pada pengembangan materi dan

kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh guru. Sebagai contoh, Mulyono (2009)

menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi

pedagogik dan tingkat kompetensi profesional guru fisika SMP terhadap hasil

belajar siswa. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru merupakan

dua variabel penting dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa. Selanjutnya,

sejalan dengan pedagogi materi subyek, yaitu dalam mengembangkan materi,

guru menggunakan motif informing, eliciting, dan directing yang mempunyai

hubungan hierarkis dengan tindakan pedagogi dan keterampilan intelektual

(Derajat, 2000). Sementara yang berkaitan dengan pengembangan materi, Mahrun

(2000) mengemukakan bahwa struktur pengajaran guru melalui pengembangan

materi menunjukkan hasil yang cukup baik berdasarkan kriteria mudah dijangkau,

dan pengajaran guru berdampak meningkatkan hasil belajar siswa.

Meskipun demikian, untuk dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas

yang kondusif agar proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan tujuan

yang diharapkan, guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran

yang sesuai (Trianto, 2007). Selanjutnya, Trianto mengemukakan bahwa ada

enam model pembelajaran inovatif dan konstruktif, yakni: 1) model pengajaran

langsung, 2) pembelajaran kooperatif, 3) pengajaran berdasarkan masalah,

4) pengajaran dan pembelajaran kontekstual, 5) pembelajaran model diskusi, dan

6) model pembelajaran inkuiri.

Sumber lain mengemukakan bahwa model mengajar dapat dikelompokkan

(13)

personal, 3) model interaksi sosial, dan 4) model perilaku (Joyce, et al, 2009).

Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa:

ada begitu banyak model pengajaran, sebagian ada yang hanya bisa diterapkan untuk satu atau dua tujuan, sebagian lagi ada yang bisa diterapkan untuk tujuan yang lebih besar, dan sebagian lain ada yang benar-benar sesuai untuk tujuan-tujuan tertentu”.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa setiap model memiliki keunggulan

tersendiri dan tidak ada satu pun model pengajaran yang bisa menggantikan model

pengajaran lain pada satu waktu.

Keseluruhan kajian menunjukkan bahwa model pembelajaran lebih

berfokus pada aktivitas yang membina keterampilan serta isi pelajaran, hubungan

antar pribadi, energi kelompok, dan perubahan tingkah laku. Dalam hal ini, aspek

struktur konten materi dan pengembangan kemampuan eksplanasi pedagogik

masih belum menjadi fokus penelitian dan pengembangan pendidikan. Oleh

karena itu, penelitian tentang pengembangan model pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan eksplanasi pedagogik serta dapat meningkatkan

penguasaan konsep bagi guru dan mahasiswa calon guru perlu diinisiasi.

Dalam kurikulum pendidikan calon guru kimia, mata kuliah Kimia Fisika

II merupakan bagian dari bidang Kimia Fisika yang membahas tentang kinetika

yang melingkupi suatu reaksi kimia. Secara umum, pembelajaran Kimia Fisika II

bertujuan untuk membekali mahasiswa tentang konsep dan prinsip dasar

kinetika kimia termasuk di dalamnya interpretasi mekanisme reaksi kimia dan

katalis serta memiliki kemampuan untuk mempresentasikan dan

(14)

5

Sudiono (2007), mata kuliah ini bersifat dinamik dan interdisipliner. Dinamik

dalam arti bahwa konsep, metode, dan teknik yang digunakan dalam mengolah

dan mendapatkan data selalu berkembang dari waktu ke waktu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersifat interdisipliner dalam arti

kemajuan tentang ruang lingkup kinetika suatu reaksi kimia didukung oleh

perkembangan ilmu-ilmu lain, baik dalam lingkup Kimia, maupun bidang lain

seperti Fisika, Matematika, dan Komputer.

Salah satu pokok bahasan dalam Kinetika Kimia yang dalam penelitian ini

dijadikan sebagai materi kajian adalah pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

Pemilihan topik ini didasarkan atas beberapa pertimbangan; Pertama,

sebagaimana materi kimia pada umumnya, karakterisitik materi ini bersifat

abstrak dan kompleks, sehingga pembelajaran cenderung akan bersifat hafalan

jika dalam prosesnya hanya berdasarkan penjelasan ilmiah yang terdapat dalam

buku teks serta menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Kedua, materi ini

membutuhkan pemahaman yang sistematis tentang empirisme Arrhenius, teori

tumbukan, dan teori keadaan teraktifkan (Masel, 2001). Ketiga, topik ini

merupakan salah satu materi kimia yang diajarkan pada jenjang SMA atau yang

setara, sehingga perlu membekali mahasiswa sebagai calon guru dengan

kemampuan eksplanasi pedagogik.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka model pembelajaran

yang dikembangkan melalui penelitian ini diterapkan dalam mata kuliah Kinetika

(15)

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah model

pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi

pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada

guru dan mahasiswa calon guru kimia?".

Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dinyatakan dalam beberapa

pertanyaan berikut:

1. Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat mengembangkan kemampuan

eksplanasi pedagogik pada materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi?

2. Bagaimana model pembelajaran yang dikembangkan berperan terhadap

peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep

pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada mahasiswa setelah pembelajaran?

3. Bagaimana model pembelajaran yang dikembangkan berperan terhadap

peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep

pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada guru setelah pelatihan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, secara umum tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Memperoleh model pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan

(16)

7

2. Menganalisis dampak penerapan model pembelajaran terhadap kemampuan

eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju

reaksi pada mahasiswa calon guru kimia.

3. Menganalisis dampak penerapan model pembelajaran terhadap kemampuan

eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju

reaksi pada guru kimia.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat diantaranya:

1. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat menuntun mahasiswa sebagai

calon guru sehingga mampu melakukan eksplanasi pedagogik, dan diharapkan

dapat meningkatkan penguasaan konsepnya pada materi pengaruh suhu

terhadap laju reaksi.

2. Bagi dosen, sebagai bahan untuk memperoleh gambaran pengembangan model

pembelajaran pada materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan sebagai

bahan perbandingan pengembangan pembelajaran pada materi kimia lainnya.

3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi serta bahan perbandingan mengembangkan

proses pembelajaran pada materi kimia lainnya.

E.Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang

(17)

1. Model pembelajaran berbasis struktur materi dikembangkan berdasarkan pada

materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

2. Dampak penerapan model dalam pembelajaran diobservasi pada mahasiswa

calon guru tingkat dua (yang memprogram mata kuliah kinetika kimia).

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa hal berikut:

1. Kemampuan eksplanasi pedagogik merupakan kemampuan membuat

eksplanasi mengenai konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi dengan

menggunakan hukum, proposisi, dan teori yang diperuntukkan khusus dalam

pembelajaran.

2. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan eksplanasi

pedagogik meliputi kejelasan konsep, pemahaman mendalam, membangun

konten pada komponen kunci, membangun hubungan dan struktur, dan

pengetahuan strategi mengajar.

3. Kemampuan eksplanasi pedagogik dinilai berdasarkan lima kategori jawaban,

meliputi benar dan lengkap (skor 4), benar tetapi kurang lengkap (skor 3),

kurang lengkap (skor 2), sebagian besar salah (skor 1), dan tidak ada konsep

(skor 0).

4. Model pembelajaran berbasis struktur konten (PBSK) pengaruh suhu

terhadap laju reaksi adalah model pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan struktur materi yang berorientasi pada pengembangan kemampuan

(18)

9

reaksi, yang menunjukkan hubungan antara kontinum urutan pembelajaran

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan

model pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Ekawarna,

2007), yakni 4D-Models (Define, Design, Develop, and Disseminate). Keempat D

dalam 4D-Models merupakan tahap-tahap atau sintak dalam pengembangan

perangkat pembelajaran pada penelitian ini.

Tahapan define dilakukan untuk menyusun rancangan awal dan dilakukan

melalui studi literatur (studi literatur bahan kajian, studi literatur pengembangan

materi subyek, studi literatur tentang penguasaan konsep, dan studi literatur

kemampuan eksplanasi) dan analisis materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi,

serta analisis tentang hubungan pengembangan model pembelajaran, penguasaan

konsep, dan kemampuan eksplanasi pedagogik. Tahap design dilakukan dengan

cara merancang materi pembelajaran (pengembangan materi subyek pada konsep

pengaruh suhu terhadap laju reaksi) serta merancang model pembelajaran. Pada

tahap ini juga dilakukan penyusunan instrumen penelitian (pembuatan soal tes,

lembar observasi, dan angket), serta validasinya. Tahap develop dilakukan dengan

cara mengimplementasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang telah

divalidasi pada mahasiswa calon guru. Tahap Disseminate dilakukan untuk

menguji keampuhan model pembelajaran yang telah dihasilkan, dengan cara

(20)

40

Desain yang akan digunakan pada tahap develop dalam penelitian ini

adalah weak eksperimen dengan desain One-Groups Pretest-Posttest Design.

Desain dapat digambarkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Eksperimen O X O1

Keterangan:

O = Tes awal

O1 = Tes akhir setelah perlakuan

X = Perlakuan, berupa pembelajaran dengan model PBSK pengaruh suhu terhadap

laju reaksi.

B.Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Mahasiswa semester empat tahun ajaran 2010/2011, Jurusan Pendidikan Kimia

pada Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Pendidikan Indonesia, sebanyak

satu kelas yang berjumlah 50 orang.

2. Guru mata pelajaran kimia SMA dan MA di Kabupaten Majalengka Provinsi

Jawa Barat yang berasal dari empat sekolah sebanyak enam orang.

C.Pelaksanaan Penelitian

Studi literatur pengembangan model PBSK dilaksanakan sejak bulan

Maret 2010 sampai dengan Maret 2011. Pelaksanaan penerapan model PBSK

pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada mahasiswa berlangsung dari tanggal 22

Maret sampai dengan 5 April 2011, sedangkan pada guru-guru kimia dilaksanakan

tanggal 3 – 9 Mei 2011.

(21)

Muhammad Alim Marhida, 2011

Untuk memudahkan pelaksanaan, maka prosedur penelitian dibuat dalam

bentuk bagan alur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. Studi Pendahuluan

Soal Tes Angket dan Lembar Observasi

Uji Coba

Validasi Instrumen

Pretest

Pembelajaran dengan Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

Observasi Postest Angket

Analisis Data

Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi yang Tervalidasi

Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi yang Teruji

D Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

Tes Akhir

Analisis Data

(22)

42

E.Instrumen Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini digunakan

instrumen berupa tes penguasaan konsep dan kemampuan eksplanasi pedagogik,

lembar observasi, dan angket.

1. Tes

Tes ini akan dikonstruksi dalam bentuk tes esai. Tes ini dilakukan dua kali,

yaitu pretes pada saat sebelum konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi

diajarkan, dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal mahasiswa terhadap

konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi, dan postes setelah pembelajaran

pengaruh suhu terhadap laju reaksi dilaksanakan, yang bertujuan untuk mengukur

kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep mahasiswa sebagai

hasil implementasi model PBSK.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan eksplanasi

pedagogik meliputi; kejelasan konsep, pemahaman mendalam, membangun

konten pada komponen kunci, membangun hubungan dan struktur, dan

pengetahuan strategi mengajar. Lembar tes untuk mahasiswa dapat dilihat pada

Lampiran B.1 (untuk pretes), dan Lampiran B.2 (untuk postes), sedangkan tes

untuk guru pada Lampiran B.3.

Pemberian skor terhadap jawaban tes tersebut dikaitkan dengan kategori

(23)

Tabel 3.2 Kategori, skor dan kriteria jawaban

No Kategori jawaban Skor Kriteria

1 Benar dan lengkap 4 jika jawaban yang diberikan secara substansi benar

dan lengkap.

2 Benar tetapi kurang

lengkap

3 jika jawaban yang diberikan benar tetapi

mengandung satu kesalahan signifikan.

3 Kurang lengkap 2 jika jawaban sebagian benar dengan lebih dari satu

kesalahan signifikan.

4 Sebagian besar

salah

1 jika jawaban sebagian besar tidak lengkap dengan

hanya satu argumen yang benar.

5 Tidak ada konsep 0 jika secara keseluruhan jawaban tidak benar atau

tidak memberikan jawaban.

Hasil tes ini dihitung gain ternormalisasinya dan digunakan untuk

melihat peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep

pengaruh suhu terhadap laju reaksi sebagai efek penggunaan model PBSK.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan dalam melakukan observasi

terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa. Observasi digunakan untuk

mengetahui keterlaksanaan model PBSK dalam proses pembelajaran konsep

pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Lembar observasi yang digunakan dalam

penelitian ini disajikan pada Lampiran B.5.a. Hasil observasi ini dihitung

persentase item-item yang terlaksanakan dan yang tidak terlaksanakan dalam

tahapan model PBSK.

(24)

44

Angket digunakan pada tahap develop untuk mengetahui

tanggapan mahasiswa terhadap model PBSK, termasuk kesulitan-kesulitan

yang dialami mahasiswa. Setiap mahasiswa diminta untuk menjawab pernyataan

dengan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS), seperti disajikan pada Lampiran B.6.a. Seluruh item angket dalam

penelitian ini merupakan pernyataan positif, sehingga pemberian skor dikaitkan

dengan nilai, SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1(Ruseffendi, 1998).

F. Analisis dan Pengolahan Data 1. Analisis

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes

yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya

pembeda yang baik, dan indeks kesukaran yang layak. Untuk mengetahui

karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan

validasi, analisis indeks kesukaran soal, daya pembeda, dan reliabilitas. Analisis

setiap bagian dijabarkan sebagai berikut:

a. Validitas Butir Soal

Validitas instrumen adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes

mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2008). Jadi validitas digunakan

untuk mengetahui ketepatan apa yang hendak diukur dari tes yang telah dibuat.

Validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan

materi (Sugiyono, 2010). Selain itu, dilakukan pula validasi dengan

(25)

dikembangkan. Validasi dilakukan oleh dua orang dosen pembimbing, dan

instrumen dinyatakan valid untuk mengukur kemampuan eksplanasi pedagogik

dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

b. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang menunjukkan sukar

dan mudahnya sesuatu soal (Arikunto, 2003). Besarnya indeks kesukaran antara

0,00 sampai dengan 1,0. Semakin kecil indeks kesukaran, maka soal tersebut

semakin sukar. Indeks kesukaran diberi simbol "P".

Besarnya indeks kesukaran soal berbentuk uraian atau esai, menggunakan

rumus (Karno To, 1996):

𝑃 =𝑆 +𝑆

𝐼 +𝐼 X 100% … … … …(3.1)

Keterangan:

P = indeks kesukaran butir soal SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah IA = jumlah skor ideal kelompok atas IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Ketentuan kriteria indeks kesukaran butir soal sebagaimana tercantum

dalam Tabel 3.3 (Karno To, 1996).

Tabel 3.3 Kriteria indeks kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Indeks Kesukaran

0,00 - 0,15 Sangat sukar, sebaiknya dibuang

0,16 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Sedang

0,71 - 0,85 Mudah

(26)

46

Data yang digunakan untuk keperluan analisis indeks kesukaran dan daya

pembeda ditunjukkan dengan distribusi data dalam kelompok atas dan kelompok

bawah, seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Distribusi data pada kelompok atas dan kelompok bawah

No

Kelompok Atas Kelompok Bawah

No. Soal No. Soal

Berdasarkan Tabel 3.4, maka indeks kesukaran dapat dihitung dengan

menggunakan Rumus 3.1. Berikut diuraikan contoh perhitungan indeks kesukaran

pada butir soal nomor satu:

Diketahui:

(27)

𝑃 =36 + 17

56 + 56 = 0,473

Dengan cara yang sama, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal dan

hasilnya dirangkum pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil analisis indeks kesukaran butir soal kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi

No. Soal P Kriteria Keterangan

1 a. 0,473 sedang dipakai

b. 0,286 sukar dipakai

2 0,429 sedang dipakai

3 0,509 sedang dipakai

4 0,295 sukar dipakai

5 0,402 sedang dipakai

6 0,250 sukar dipakai

7 0,295 sukar dipakai

c. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu butir soal untuk

membedakan antara mahasiswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

mahasiswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda diberi simbol "D".

Daya pembeda untuk soal esai, menggunakan rumus: (Karno To, 1996)

𝐷 = 𝑆 −𝐼 𝑆 X 100% ………... (3.2)

Keterangan:

D = daya pembeda butir soal tertentu

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

(28)

48

Tabel 3.6 Kriteria daya pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif < 0,09 Sangat buruk, harus dibuang

0,10 - 0,19 Buruk, sebaiknya dibuang

0,20 - 0,29 Agak baik atau cukup

0,30 - 0,49 Baik

0,50 - ke atas Sangat baik

Berdasarkan Tabel 3.3 dan Rumus 3.2, maka harga D butir soal

kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu

terhadap laju reaksi dapat dihitung. Contoh perhitungan untuk butir soal nomor

satu sebagai berikut:

𝐷 =36 −17

56 = 0,339

Selanjutnya nilai D untuk butir soal lainnya dirangkum pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Hasil analisis daya pembeda soal kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi

No. Soal Daya Pembeda Kriteria

1 a. 0,339 baik

Untuk mengetahui keterandalan (keajegan) atau ketetapan dari tes yang

telah dibuat dilakukan penghitungan reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel, jika

mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur

(29)

Reliabilitas soal dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

Varian skor tiap butir soal dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2003)

𝛴𝜎𝑖2 =

𝛴 𝑖2−(𝛴 𝑖) 2 𝑁

𝑁 … … … …. .… … … (3.4)

Sedangkan varian total dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2003)

𝜎𝑖2 =

𝛴 2(𝛴 )2 𝑁

𝑁 … … … (3.5)

Kriteria tingkat reliabilitas ditunjukkan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kategori reliabilitas butir soal

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas tes r11

sebesar 0,849 termasuk kategori sangat tinggi. Dengan demikian, instrumen

penelitian ini reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.

(30)

50

2. Pengolahan Data

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan cara statistik. Data

primer hasil tes mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran akan dianalisis

serta membandingkan skor pretes dan postes. Hal yang sama dilakukan pada data

primer hasil tes guru sebelum dan sesudah pelatihan.

Pengolahan dan analisis data penelitian akan menggunakan uji statistik

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi

Untuk menghitung skor rata-rata dan standar deviasi digunakan rumus

rata-rata:

̄̄

= 𝛴𝘟

𝘕 …….………... (3.6)

Sedangkan rumus standar deviasi:

S = ∑( 𝑖− )²

𝑁−1 ………..………. (3.7)

Keterangan:

= nilai rata-rata xi = skor item ke-i

N = jumlah subjek sampel

b. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi

Peningkatan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan

kemampuan eksplanasi mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran yang

(31)

terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor

(N-Gain) yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:

= 𝑆𝑆 −𝑆

𝑎𝑘 −𝑆 ………..………… (3.8)

Keterangan:

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Kriteria tingkat N-Gain ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kriteria tingkat N-Gain

Rentang Kriteria

g ≥ 0,7 tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

c. Uji Normalitas Distribusi N-Gain

Untuk menguji normalitas sampel digunakan rumus (Sugiyono, 2010):

𝜒² = ( − )

2

𝑘

𝑖=1

… … … ….. (3.9)

Keterangan:

fo = frekuensi dari data

fe = frekuensi yang diharapkan k = banyak kelas

Distribusi dengan Rumus 3.9 adalah distribusi χ² (chi-kuadrat) dengan

(32)

52

kebebasan (k-1), akan diperoleh nilai χ²tabel tertentu. Selanjutnya dengan

menggunakan perhitungan berdasarkan rumus 3.9, diperoleh χ²hitung sebesar 2,73.

Sedangkan χ²tabel dengan α = 0,05 dan df = 5 adalah 11,07. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E. Dengan demikian χ²tabel > χ²hitung

maka dapat disimpulkan bahwa sampel data berdistribusi normal (Minium, et al,

1993).

d. Uji Homogenitas Varian

Untuk menguji homogenitas varian digunakan rumus (Sudjana, 2002):

𝐹 =𝑆1

2

𝑆22 ……….……..…

(3.10)

Keterangan:

S12 = varian terbesar S22 = varian terkecil

Jika F Fα Вdf1, df2Г dengan FαВdf1, df2Г didapat dari daftar distribusi F

dengan peluang α dan derajat kebebasan df1 untuk pembilang dan df2 untuk

penyebut dalam Rumus 3.10, maka tolak Ho dan diterima H1 (Sudjana, 2002).

Berdasarkan data penelitian diperoleh varian terbesar (S²pretes) sebesar

12,82 dan varian terkecil (S²postes) sebesar 8,12, sehingga:

Fhitung = 12,8

8,12 = 1,58

Nilai ini dibandingkan dengan Ftabel, yaitu F0,05 В49, 49Г yang diperoleh dari hasil

(33)

penerimaan Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa varian pretes dan postes tidak

berbeda atau homogen.

e. Uji Signifikansi

Hasil uji menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen.

Sehingga untuk mencari perbedaan yang signifikan antara peningkatan N-gain,

digunakan statistik parametrik (uji–t) dengan rumus (Sudjana, 2002):

= ̄̄̄̄̄1− ̄2 1

1+ 1

2

… … … …. .. (3.11)

dengan 2= 1−1 12 + 2−1 22 1 + 2− 2

Keterangan:

x̄1 = skor rata-rata postes x̄2 = skor rata-rata pretes; s1 = standar deviasi postes s2 = standar deviasi pretes

n1= banyaknya sampel pada postes n2= banyaknya sampel pada pretes

Kriteria pengujian adalah didapat dari daftar distribusi t-Student dengan

df = n1 + n2 – 2 dan peluang (1- α), dimana tolak H1 jika t < t1-α, dan terima H1

(34)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Model PBSK adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

struktur materi yang berorientasi pada pengembangan kemampuan eksplanasi

pedagogik dan penguasaan konsep, yang didalamnya terdapat hubungan antara

kontinum urutan pembelajaran dengan kontinum hierarki materi.

2. Penerapan model PBSK pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam pembelajaran

secara umum dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi pedagogik dan

penguasaan konsep bagi mahasiswa. Kemampuan eksplanasi pedagogik

mahasiswa meningkat pada semua indikator, dengan peningkatan tertinggi pada

indikator kejelasan konsep, dan terendah pada indikator pengetahuan strategi

mengajar.

3. Penerapan model PBSK pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam pelatihan pada

guru-guru menunjukkan peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan

penguasaan konsep bagi guru kimia secara keseluruhan. Kemampuan eksplanasi

(35)

pada indikator pemahaman mendalam dan peningkatan terendah pada indikator

pengetahuan strategi mengajar.

B.Saran

Berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini, maka terdapat beberapa

hal yang dapat disarankan, yaitu:

1. Bila pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan kemampuan eksplanasi

pedagogik dan penguasaan konsep, maka disarankan untuk merancang

pembelajaran berdasarkan pada model PBSK.

2. Pembelajaran dengan model PBSK sebaiknya diterapkan pada mahasiswa tingkat

tiga ke atas atau yang telah mempelajari materi-materi pendidikan, khususnya

mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia (PPK) agar dapat melihat

dampaknya terhadap pengetahuan strategi mengajar mahasiswa calon guru.

3. Model PBSK perlu dikembangkan pada konsep lain dan/atau pembelajaran materi

lain dalam kurikulum pendidikan calon guru.

4. Pelatihan penerapan model PBSK pada guru-guru kimia perlu dilakukan dalam

upaya penyegaran konsep serta menambah wawasan guru mengenai

strategi-strategi mengajar.

5. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang implikasi model PBSK terhadap

pembelajaran bagi calon guru serta pelatihan bagi guru-guru secara longitudinal.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara.

Bell, D. L., et al., 2007. Content Knowledge for Teaching. Journal of Teacher Education: August 15.

Bond-Robinson, J., 2005. Identifying Pedagogical Content Knowledge (PCK) in Chemistry Laboratory. Chemistry Education Research and Practice, 2005. 6 (2), 83-103.

Bucat, R., 2005. Implications of Chemistry Education Research for Teaching Practice: Pedagogical Content Knowledge as A Way Forward. Chemical Education International, Vol. 6, No. 1, 2005.

Budiningsih, A., 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chang, R., 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti: Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Chick, H.L., dan Harris, K., 2007. Pedagogical Content Knowledge and the Use of Examples for Teaching Ratio. AARE, Fremantle. <h.chick@unimelb.edu.au>.

Dahar, R.W., 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Dahar, R.W., & Siregar, N., 2000. Pedagogi Materi Subyek. Dasar-Dasar Pengembangan PBM. Bandung. Sekolah Pascasarjana UPI.

Dahlan, M.D., 1984. Model-Model Mengajar. Bandung. Cv. Diponegoro.

De Jong, O., Van Driel, J.H., dan Verloop, N., 2005. Preservice Teachers’ Pedagogical Content Knowledge of Using Practicle Models in Teaching Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, vol. 42, No. 8, pp. 947-964 (2005).

De Miranda, M.A., 2008. Pedagogical Content Knowledge and Technology Teacher Education: Issues for thought. Journal of the Japanese Society of Technology Education, 50 (1) 17-26.

(37)

Derajat, D. W., 2000. Analisis Keterampilan Pedagogi Guru dalam Mengajarkan Topik Reaksi Reduksi Oksidasi: Studi Kasus di Sebuah Madrasah Aliyah Negeri. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Dogra, S.K. dan Dogra, S., 2008. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta. UI-Press.

Ekawarna, 2007. Mengembangkan Bahan Ajar Mata Kuliah Permodalan Koperasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa. MAKARA, Sosial Humaniora, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 90-47.

Farida, I., 2009. Peranan Pedagogi Materi Subyek dalam Mengembangkan Pengetahuan Konten Guru Sains. [Online]. Tersedia: Versi HTML.

cns!E89AC5FF21631CE2!184.entry.htm. 18 November.

Garritz, A., 2010. Pedagogical Content Knowledge and the Affective domain of Scholarship of Teaching and Learning. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning Vol. 4, No. 2 (July 2010).

Hake, R. R., 1999. Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. (Download: 2 Desember 2008).

Hasibuan, J.J., dan Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Herlanti, Y., 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Science Education Research. Bogor.

Houston, P.L., 2001. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics. New York: McGraw-Hill Companies,Inc.

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun., E., 2009. Models of Teaching. Edisi Kedelapan (Edisi Bahasa Indonesia). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Karli, H., dan Hutabarat, O.R., 2007. Implementasi KTSP dalam Model-Model Pembelajaran. Generasi Info Media.

Karno To, 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengenalan Ke Program Komputer ANATEA). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. FIP IKIP Bandung.

Kneller, G.F., 1971. Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.

(38)

91

Loughran, J., et al, 2006. Understanding and Developing Science Teachers’ Pedagogical Content Knowledge. Rotterdam: Sense Publisher.

Mahrun, J., 2000. Dampak Pengajaran Guru terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Keterampilan Intelektual Siswa pada Topik Suhu dan Kalor. (Studi Kasus pada Siswa Kelas I SMU Negeri Lembang Kabupaten Bandung). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Marhaeni, A.A.I.N., 2007. Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Otentik dalam Rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Produktif. Makalah pada Lokakarya Pengusunan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas Udayana, Denpasar.

Masel, R.I., 2001. Chemical Kinetics and Catalysis. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Menteri Hukum dan HAM RI, 2005. Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kementerian Hukum dan HAM RI

Minium, E.W., et al, 1993. Statistical Reasoning in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Mulyono, G., 2009. Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika SMP di Jayapura serta Hubungannya dengan Hasil Belajar Fisika Siswa. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Niaz, M., 2005. How to Facilitate Students’ Conceptual Understanding of Chemistry? –A History and Philosophy of Science Perspective. Chemical Education International, Vol. 6, No. 1.

Ramdani, Y., 2004. Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMU Melalui Penyusunan Peta Konsep. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rolka, K., 2007. The Role of Cognitive Conflict in Belief Change. Proceedings of the 31st Conference of the International Group for the Philosophy of Mathematics Education, Vol. 4, pp. 121-128.

Ruseffendi, 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sadulloh, U., 2007. Filsafat Pendidikan. Bandung: Cipta Utama.

(39)

Sanjaya, W., 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setiabudi, A., 2008. Materi Mata Kuliah Kinetika Kimia. http//fpmipa.upi.edu/kuliahonline.

Shulman, L.S., (1987). Knowledge and Teaching: Foundations of the New Reform.

Harvard Educational Review. 57, 1–22.

Sudiono, S., 2007. Rencana Program Pembelajaran Semester: Kimia Fisik II. Jogyakarta. Jurusan Kimia FMIPA UGM.

Sudjana. N., 2002. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, M., 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

__________, 2006. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suwardjono, 2009. Revolusi Paradigma Pembelajaran Perguruan Tinggi: dari Penguliahan ke Pembelajaran. Makalah Pembekalan. Suwardjono@ugm.ac.id. (Download: 25 Januari 2010).

Thompson, J., 2006. Assesing Mathematical Reasoning: an Action Researh Project. [Online]. Tersedia: http//www.msu.edu/~thomp603/assess%20reasoning.pdf.

(Download: 14 Maret 2011).

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Triyono, 1996. Kimia Fisik: Dasar-Dasar Kinetika dan Katalisis. Jakarta. Departemen Pendidikan Dan kebudayaan, Dirjen DIKTI, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Whitten, K.W., et al., 1997. General Chemistry. Harcourt College Pub. ISBN-13: 97880030242878. ISSN-10: 0030242878.

(40)

93

Gambar

Tabel 4.11 Pengujian Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi Distribusi N-Gain Data Guru
Gambar 4.15 Peta Konsep IR SSebelum dan Sesudah Pelatihan
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan untuk mengukur warna atau kecerahan pada gula kristal putih menggunakan 2 sampel yang berbeda yaitu menggunakan Gulaku dan gula

15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan tindak Pidana Terorisme memberikan pengertian tindak pidana terorisme adalah setiap tindakan dari seseorang yang dengan sengaja

(3) Pada model pembelajaran TTW berbasis Assessment for Learning (AfL) melalui penilaian teman sejawat, TTW maupun model pembelajaran konvensional, siswa dengan

*DPLILNDVL PHUXSDNDQ JDPH HGXNDVL \DQJ PHPEHULNDQ SHQJDUXK NHSDGD SHPDNDLQ\D DJDU ELVD PHQGDSDWNDQ QLODL SHQGLGLNDQ GDQ SHUPDLQDQ *DPLILNDVL VHEDJDL DOWHUQDWLI XQWXN PHQDULN XVHU

Peningkatan prestasi guru bukanlah merupakan hal yang mudah, karena itu tidak timbul dengan sendirinya malainkan harus dibentuk melalui suatu proses pembiasaan

Khususnya untuk mencegah dan memberantas pencucian uang di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan suatu keputusan berkenaan dengan upaya pencegahan

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) persepsi wisatawan mengenai daya tarik Pantai Tirtayasa tidak menarik dibandingkan dengan obyek wisata lain yang ada di Teluk

Dari kombinasi 18 model proses bisnis PPDB dengan ketersediaan atribut data masukan dan keluaran web service setiap model, repositori FUSION Semantic Registry dapat