• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN TEORI WISN DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN TEORI WISN DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA

BERDASARKAN TEORI WISN

DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG

TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Diploma (Amd, PK) dari Program Studi DIII RMIK

Oleh :

FEBRINA HAPSARI SETYANINGRUM

D22.2010.01036

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI

KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN

NUSWANTORO SEMARANG

2013

(2)

HALAMAN HAK CIPTA

©2013

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN TEORI WISN DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

Disusun Oleh :

FEBRINA HAPSARI SETYANINGRUM D22.2010.01036

Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Tanggal : Juli 2013

Pembimbing

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN TEORI WISN DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

TAHUN 2013

Disusun oleh :

FEBRINA HAPSARI SETYANINGRUM D22.2010.01036

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Semarang, Juli 2013

Tim Penguji

Ketua : dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes (...) Penguji I : Supriyono Asfawi, SE, M.Kes (...) Penguji II : Eni Mahawati, SKM, M.Kes (...)

Mengetahui, Dekan

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini secara khusus aku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menguatkan,

memberikanku kesabaran dan ketabahan.

Buat mamah papahku, yang tiada henti memberikanku doa, semangat,

dukungan dan kasih sayang. Engkaulah orangtua terhebatku.

Kakakku Vita Setyaningrum yang galak tapi bijak, makasih udah selalu

mendukung n kasih nasehat macem macem buat adekmu ini.

Buat mas Agus, Chika ponakanku terimut, eyang, pakdhe, budhe, om,

tante, dan semua keluarga yang mendoakan dan selalu memberi

semangat aku, thankyou so much.

Pembimbingku bu Eni Mahawati, terimakasih buk udah meluangkan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan penyusunan KTI ini.

My besties, mbem „galak‟ cewek terjutek terbaek terbesar seIndonesia,

makasih banget selalu ada buat sahabatmu ini.

Meike, mentari, riski, tyas, lina, bangkit, tama, lilik, tomi temen senasib

seperjuanganku seneng bareng susah bareng, love you all.

Meyta sama mas tony yang selalu bilang “kowe kudu semangat” makasih

kalian udah jadi penyemangatku.

Wahyu Adi yang menemani, selalu mengingatkan dan memberiku

semangat selama aku menyusun KTI ini.

Ria sama puput yang udah bantuin aku, saling sharing masalah KTI ini,

danang yg bantuin aku juga dan nggak lupa buat sinta yang udah ikut

riwa riwi nganterin aku kemana mana.

Buat temen temenku RMIK 2010 semua, makasih untuk kebersamaan

yang terjalin selama ini.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Febrina Hapsari Setyaningrum Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 27 Februari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katholik

Alamat : Perum Permai XII No.2 RT 05 RW 04 Garung Lor Kudus

Riwayat Pendidikan :

1. SD Cahaya Nur Kudus tahun 1998 - 2004 2. SMPN 1 Kudus tahun 2004 - 2007

3. SMAN 1 Kudus tahun 2007 – 2010

4. Program Studi DIII RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2010 – 1013

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Teori Wisn di Bagian Asembling RSUD Kota Semarang Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu tugas sebagai syarat dalam membuatTugas Akhir Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penelitibanyak menemukan kendala, menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka perkenankanlah peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

4. Eni Mahawati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah. 5. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes selaku ketua penguji dan dosen reviewer

Karya Tulis Ilmiah.

6. Supriyono Asfawi, SE, M.Kes selaku dosen penguji 1 Karya Tulis Ilmiah. 7. dr. Susi Herawati, M.Kes selaku Direktur RSUD Kota Semarang.

(8)

9. Nur Rochman Prasetyo, Amd PK, selaku Kepala Bagian Rekam Medis RSUD Kota Semarang.

10. Petugas asembling RSUD Kota Semarang.

11. Bapak, Ibu dan seluruh staf RSUD Kota Semarang.

12. Teman - teman RMIK 2010 yang saling kerjasama dan membantu menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang baik dan bersifat membangun agar penulisan ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Semarang, Juli 2013

(9)

Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

FEBRINA HAPSARI SETYANINGRUM

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN TEORI WISN DI BAGIAN ASEMBLING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

RSUD Kota Semarang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah tipe B dimana pada bagian rekam medis khususnya bagian asembling memiliki 3 petugas. Petugas asembling masih mengalami kesulitan dengan adanya penumpukkan DRM yang dapat berdampak pada pelayanan unit rekam medis yang lain. Untuk itu, kesesuaian antara beban kerja dengan banyaknya petugas harus diperhatikan sehingga dalam penelitian ini dapat diketahui kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja di bagian assembling RSUD Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah hasil perhitungan prediksi kunjungan tahun 2013 dan petugas assembling. Dengan analisa data menggunakan analisa secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian petugas asembling mengerjakan tugas pokoknya yaitu menerima DRM rawat inap dari bangsal, merakit dokumen, meneliti kelengkapan setiap formulirnya, dan menginput dokumen yang telah diasembling ke komputer. Jam kerja petugas asembling selama 1 tahun adalah 67680 menit/tahun, hari kerja efektif dalam 1 tahun 282 hari. Jumlah standar beban kerja petugas assembling selama 1 tahun adalah 6795,18. Kuantitas kegiatan pokok petugas assembling dalam 1 tahun adalah 15820. Dengan metode perhitungan WISN dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di bagian asembling tahun 2013 adalah 3 petugas. Akan tetapi petugas yang ada di RSUD Kota Semarang sudah terdapat 3 petugas sehingga tidak memerlukan penambahan maupun pengurangan.

Namun pada kenyataannya hasil pengamatan menunjukkan bahwa masih terdapat penumpukkan DRM di meja asembling. Hal ini tidak disebabkan oleh karena kurangnya petugas akan tetapi disebabkan oleh faktor – faktor lain di luar job description yaitu pola kedatangan DRM yang tidak tepat waktu, kelengkapan DRM, pola kerja, dan karakteristik petugas asembling itu sendiri. Sehingga yang perlu diperhatikan oleh bagian asembling RSUD Kota Semarang adalah mengingatkan bagian luar dari unit rekam medis agar mengembalikan DRM tepat pada waktunya, melengkapi pengisian setiap lembar formulir rekam medis, memperhatikan waktu kerja yang sudah ditetapkan sesuai dengan job description serta melakukan pelatihan atau orientasi kembali terhadap petugas tentang produktivitas kerja sehingga menghasilkan keserasian antara pekerja dan pekerjaannya.

Kunci : Beban Kerja, Tenaga Kerja, Asembling, WISN Kepustakaan : 12(1989-2008)

(10)

Diploma Programme of Medical Record and Health Information Health Faculty of Dian Nuswantoro University Semarang 2013 ABSTRACT

FEBRINA HAPSARI SETYANINGRUM

ANALYSIS OF THE WORKFORCE REQUIRMENT BASED ON WISN METHOD AT ASSEMBLING IN THE PUBLIC HOSPITAL of SEMARANG IN 2013

The public Hospital of Semarang is one of type B government hospitals where medical records especially for assembling, they have 3 officers. They are still having difficulties with the accumulation of MRD that can have an impact on services to another unit of medical records. Therefore, the correspondence between the workload with the number of officers should be noted that this study can be seen in the labor requirements based on the workload of assembling in The Public Hospital of Semarang.

This research uses descriptive research and observation research methods with cross sectional observation approach. The population in this study is the calculation of predicted visits in 2013 and the assembling officers. Then analyzing the data using a descriptive analysis

.

Based on the research results the assembling officers doing the main work that is received on the MRD inpatient ward, assemble documents, researching completeness of any forms, and input the assembled documents into the computer. Working hours assembling officer for 1 year is 67680 minutes / year, effective working days within 1 year of 282 days. The standards Amount of workload for assembling officers for 1 year is 6795,18. Principal activities of workers assembling quantity in 1 year is 15820. Using WISN calculation method can be known the amount of workforce requirement in 2013 are 3 officers. But in Public Hospital of Semarang already have 3 assembling officers so it doesn’t need addition or subtraction.

But in fact the results of observations show that there are still piling of MRD on the assembling table. It is not caused by a lack of workers but due to other factors beyond the job description, that is MRD arrival pattern is not timely, completeness MRD, working patterns, and the characteristics of the assembling officers. So as to be considered assembling officers of The Public Hospital of Semarang is reminding the outside of the unit medical record in order to restore MRD on time, complete filling each sheet of medical records, pay attention to the working time has been set in accordance with the job description and conduct training or reorientation towards officers of labor productivity resulting harmony between workers and jobs.

Keywords : Workload, Workforce, Asembling, WISN Reference : 12 (1989-2008)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Hak Cipta ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv Halaman Persembahan ... v Riwayat Hidup ... vi Kata Pengantar ... vi Abstrak ... ix Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Lingkup Penelitian ... 5 F. Keaslian Penelitian ... 6

(12)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis ... 8

B. URM Bagian Asembling ... 10

C. Mutu Pelayanan Kesehatan ... 14

D. Ergonomi ... 15

E. Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja ... 21

F. Time Series Data atau Trend Data ( Analisa Deret Berkala )... 22

G. Metode Sederhana untuk Menentukan Jumlah Pengamatan ... 23

H. Penetapan Waktu Longgar dan Waktu Baku ... 25

I. Prosedur Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan Menggunakan Metode WISN ( Work Load Indikator Staff Need / Kebutuhan SDM Kesehatan Indikator Beban Kerja ) ... 27

J. Kerangka Teori... 33

K. Kerangka Konsep ... 34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Variabel Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional ... 36

D. Populasi dan Sampel... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Pengumpulan Data ... 41

G. Pengolahan Data ... 42

(13)

BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit ... 44

B. Gambaran Umum Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit ... 48

C. Job Description ... 54

D. Hasil Pengamatan ... 55

E. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Asembling dengan Metode WISN... 56

F. Pembahasan ... 61 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 67 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian... 6

Tabel 2.1 Jumlah Pengamatan yang diperlukan ... 24

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 36

Tabel 3.2 Jumlah Pengamatan yang diperlukan ... 39

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan ... 54

Tabel 4.2 Jumlah Pasien Rawat Inap ... 56

Tabel 4.3 Perhitungan Trend dengan Metode Kuadrat Kecil ... 56

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 33 Gambar 2.2 Kerangka Konsep... 34

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan Sampel

2. Tabel Karakteristik Petugas

3. Tabel Waktu Kerja yang diperlukan Per Kegiatan 4. Surat Ijin Penelitian

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang sangat kompleks dalam berbagai jenis pelayanan kesehatan demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga rumah sakit dituntut untuk professional dalam melakukan berbagai jenis pelayanan kesehatan terhadap pasien agar pasien mendapat pelayanan yang memuaskan di rumah sakit tersebut. Salah satu unit yang ada di dalam rumah sakit yaitu unit rekam medis.

Berdasarkan Permenkes RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 Bab I, pasal 1, menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Salah satu bagian yang menunjang kelancaran pelayanan di bidang rekam medis adalah bagian assembling. [ 1 ]

Tugas dan fungsi assembling adalah (a) merakit kembali formulir-formulir DRM Rawat Jalan, Rawat Inap, Gawat Darurat menjadi urut/runtut sesuai dengan kronologi penyakit pasien yang bersangkutan, (b) meniliti kelengkapan data yang tercatat didalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (c) mengendalikan Dokumen Rekam Medis yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak lengkap, (d) mengendalikan penggunaan nomor rekam medis dan (e) mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.

(18)

Agar terlaksananya pelayanan rekam medis yang berkualitas serta menunjang ketepatan pelepasan informasi maka diperlukan jumlah petugas assembling yang sesuai dengan beban kerja yang ada. [ 2 ]

Tercapainya pelepasan informasi yang tepat secara waktu maupun tepat isinya maka di suatu rumah sakit haruslah memperhatikan aspek ergonominya. Aspek tercapai apabila petugas merasa nyaman dengan pekerjaannya serta tercapai tujuannya yaitu keefisiensian dan kesejahteraan yang berkaitan dengan produktifitas dan kepuasan kerja.

Dalam menciptakan kondisi optimal bagi pekerja dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu mengurangi beban kerja. Beban kerja dapat diminimalkan dengan membagi pekerjaan, menyediakan alat yang dapat mempercepat pekerjaan, atau dengan menambah jumlah tenaga kerja. [ 2 ]

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Selasa, tanggal 18 Desember 2012, RSUD Kota Semarang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah tipe B dimana pada bagian rekam medisnya khususnya bagian asembling memiliki 3 petugas. Dengan hari kerja 6 hari yaitu Senin sampai Kamis dengan jam kerja 08.00 sampai dengan jam 14.00, hari Jumat jam 08.00 sampai dengan jam 11.00, dan hari Sabtu jam 08.00 sampai 12.00.

Menurut hasil wawancara pada salah satu petugas asembling, masih dibutuhkan penambahan petugas melihat bahwa masih terdapat penumpukan DRM di meja asembling. Dalam satu hari, petugas menyelesaikan dari ±3–4 bangsal DRM rawat inap dengan jumlah DRM rawat inap per bangsal ±10 DRM. Banyaknya tumpukan DRM rawat inap yang terdapat di meja asembling dapat berdampak pada bagian rekam

(19)

medis lain seperti di bagian koding yang DRMnya tidak bisa segera dikode, kemudian berdampak pada bagian analisa reporting yang laporannya tidak bisa tepat waktu dalam melepaskan informasinya serta berdampak pula bada bagian filing yang terlambat meyediakan DRM untuk kebutuhan pelayanan rekam medis.

Deskripsi pokok kegiatan assembling begitu banyak untuk itu metode yang baik digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode WISN karena metode ini dilaksanakan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata pada unit assembling. Dengan metode WISN peneliti dapat mudah mengoperasikan data secara komprehensif dan realistis .

Melihat akibat-akibat yang dimungkinkan apabila task demand di bagian assembling terlalu banyak dibandingkan work capacity, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Teori WISN di Bagian Assembling RSUD Kota Semarang Tahun 2013 ”.

B. Rumusan Masalah

Berapakah jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan teori WISN di bagian assembling RSUD Kota Semarang Tahun 2013 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui kebutuhan jumlah tenaga kerja berdasarkan teori WISN di bagian assembling RSUD Kota Semarang tahun 2013.

(20)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui job deskripsi kegiatan di bagian asembling RSUD Kota Semarang.

b. Mendeskripsikan kapasitas kerja (umur, pendidikan, jenis kelamin, dan lama kerja).

c. Menghitung volume kegiatan di bagian asembling RSUD Kota Semarang.

d. Menghitung hari kerja selama satu tahun untuk menghitung waktu kerja efektif di bagian asembling RSUD Kota Semarang.

e. Mengetahui jam kerja untuk menghitung jam kerja efektif dalam waktu satu tahun di bagian asembling RSUD Kota Semarang f. Menghitung waktu kerja per kegiatan dan PFD untuk menghitung

standar beban kerja per tahun di bagian asembling RSUD Kota Semarang.

g. Menghitung kebutuhan tenaga kerja dengan rumus WISN di bagian assembling RSUD Kota Semarang tahun 2013

D. Manfaat Penelitian

Dalam menjalankan proses dan memperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan diatas, diharpkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan mengenai perencanaan kebutuhan jumlah tenaga kerja.

(21)

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam ilmu ergonomi, khususnya tentang analisa kebutuhan tenaga kerja.

3. Bagi Akademik

Sebagai bahan masukan untuk referensi guna pengembangan rekam medis khususnya mengenai perhitungan kebutuhan tenaga kerja.

E. Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

2. Lingkup Materi

Lingkup materi penelitian ini adalah materi kebutuhan tenaga kerja di URM khususnya di bagian assembling.

3. Lingkup Lokasi

Lingkup lokasi pada penelitian ini adalah unit assembling RSUD Kota Semarang.

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.

5. Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah petugas dan beban kerja di bagian asembling RSUD Kota Semarang.

6. Lingkup Waktu

(22)

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Peneliti Metode dan Hasil 1 Petronela Novita Analisa Kebutuhan

Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja di Assembling RSUD Tugurejo Semarang Periode 2008-2012 Metode: observasi Hasil:

1. Prediksi penambahan beban kerja di assembling tahun 2008-2012

2. Perancangan protab yang ada. 2. Mandala Zaetunov Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja pada Bagian Assembling di RSUD Banjarnegara Tahun 2012

Metode : observasi Hasil :

Kebutuhan tenaga kerja dengan jam kerja per hari full 6 jam, kuantitas kegiatan pokok 17194 dan standar beban kerja 13670,73 diketahui kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1 petugas.

Perbedaan penelitian pertama dan kedua dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah sama yaitu periode waktu dan tempat yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Semarang tahun

(23)

2013. Pada penelitian yang pertama teori yang digunakan adalah teori FTE, sedangkan penelitian ini menggunakan teori WISN.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 Bab I, pasal 1, menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [ 1 ]

Sedangkan menurut Huffman Ek, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. [3]

Dengan demikian rekam medis adalah rekaman atau catatan tentang identitas pasien, riwayat penyakit, anamnesa, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan pada pasien pada sarana pelayanan kesehatan lainnya.

(25)

2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis a. Tujuan Rekam Medis

Tujuan dari pengelolaan sistem rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. [ 4 ]

b. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

1) Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya merupakan tindakan yang berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2) Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

3) Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk kepentingan peradilan.

(26)

4) Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena mengandung data atau informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan.

5) Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

6) Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran dibudang profesi si pemakai. 7) Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikandan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan RS. [ 4 ]

B. URM Bagian Assembling

Bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang mempunyai tugas pokok (a) merakit kembali formulir-formulir dalam DRM dari rawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap menjadi urut atau

(27)

runtut sesuai dengan kronologi penyakit pasien yang bersangkutan, (b) meneliti kelengkapan data yang tercatat di dalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (c) mengendalikan DRM yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak lengkap, (d) mengendalikan penggunaan nomor rekam medis, dan (e) mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.

Peran dan fungsi assembling dalam pelayanan rekam medis yaitu sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti kelengkapan data rekam medis, pengendali DRM tidak lengkap, pengendalian penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis.

1. Deskripsi Pokok Kegiatan Asembling a. Terhadap sensus harian yang diterima.

1) Menerima SHRJ, SHGD, SHRI beserta DRM rawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap setiap hari.

2) Mencocokan jumlah DRM dengan jumlah pasien yang tercatat pada sensus harian masing-masing.

3) Menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM.

4) Mengirimkan sensus harian tersebut ke fungsi Analising dan Reporting.

b. Terhadap DRM yang diterima

1) Merakit kembali formulir rekam medis bersamaan diterimadengan itu melakukan kegiatan penelitian terhadap kelengkapan data rekam medis pada setiap lembar formulir rekam medis sesuai dengan kasusnya.

(28)

2) Mencatat hasil penelitian tersebut ke dalam formulir

a) Kertas kecil untuk mencatat data yang tidak lengkap kemudian ditempelkan pada halaman depan folder DRM b) Kartu Kendali

3) Bila DRM telah lengkap, selanjutnya

a) Menyerahkan DRM dan KK ke bagian Koding/Indeksing b) Menyerahkan sensus harian ke bagian Analising/Reporting 4) Bila DRM tidak lengkap, selanjutnya:

a) Menempelkan kertas kecil pada halaman depan folder DRM.

b) Dengan menggunkan buku ekspedisi, menyerahkan DRM tidak lengkap kepada unit pencatat untuk diteruskan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isi data rekam medis yang bersangkutan untuk dilengkapinya.

c) Menyimpan Kartu Kendali berdasarkan tanggal penyerahan DRM tidak lengkap tersebut.

d) Mengambil kembali DRM tidak lengkap pada 2 x 24 jam setelah waktu penyerahan.

c. Terhadap penggunaan nomor dan formulir rekam medis :

1) Mengalokasikan nomor rekam medis agar tidak terjadi dupiikasi dalam penggunaan nomor rekam medis.

2) Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi dupiikasi dalam penggunaan nomor rekam medis.

(29)

3) Mendistribusikan formulir, catatan dan laporan rekam medis ke unit-unit yang memerlukan untuk proses pencatatan dan pelaporan rekam medis.

4) Mengendalikan penggunaan formulir, catatan dan laporan tersebut dengan menggunakan buku pengendalian penggunaan formulir rekam medis. [ 2 ]

2. Fungsi yang Terkait dengan Bagian Asembling :

a. Fungsi pencatat data di rawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

1) Pencatatan keiengkapan isi data rekam medis pada setiap formulir dalam folder DRM.

2) Penggunaan formulir yang digunakan untuk pelayanan klinis. 3) Penggunaan nomor rekam medis di kamar bersalin (VK) untuk

bayi baru lahir.

b. Fungsi pencatat data pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

1) Penggunaan formulir rekam medis untuk pelayanan pasien. 2) Penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi. c. Fungsi koding dan indeksing yang bertanggung jawab terhadap

pengkodean dan pengindeksan penyakit, operasi, sebab kematian dan indeks dokter.

d. Fungsi analising dan reporting yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan pengolahan data rekam medis untuk disusun laporan kegiatan pelayanan.

(30)

e. Formulir - formulir yang digunakan di asembling

1) Kertas kecil untuk mencatat data yang tidak lengkap kemudian ditempelkan pada halaman depan folder DRM. 2) Kartu Kendali (KK) untuk :

a) Pencatatan data rekam medis guna pengendalian DRM tidak lengkap dan pengkodean penyakit, operasi, sebab kematian dan kode dokter.

b) Mengendalikan DRM yang tidak lengkap yang dikembalikan ke unit pencatat data.

c) Melacak keberadaan DRM yang sedang dilengkapi. d) Menghitung angka IMR.

e) Buku catatan penggunaan nomor rekam medis. [ 2 ]

C. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya Aguilar, WHO, 1988). [ 5 ]

Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost (1987) membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu, yaitu :

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas

(31)

dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.

2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi kedokteran mutakhir dan/atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health financing), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan. [ 6 ]

D. Ergonomi

1. Pengertian Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan tekhnologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. [ 7 ]

(32)

2. Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.[ 7 ]

3. Produktivitas Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja secara umum yaitu: a. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan atau pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.

b. Kedisiplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.

(33)

c. Etos kerja

Etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

d. Keterampilan

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pecapaian produktivitas. Setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) terutama dalam perubahan tekhnologi mutakhir.

e. Pendidikan

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal karena setiap penggunaan tekhnologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal. [ 7 ]

4. Kapasitas Kerja

Untuk mencapai tujuan ergonomi, perlu adanya keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, pengetahuan, antropometri, status kesehatan dan nutrisi, kesegaran jasmani, kemampuan kerja fisik. [ 7 ]

(34)

5. Beban Kerja

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang dengan kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah : 1) Tugas - tugas itu sendiri

Tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti : stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat – angkut, beban yang diangkat – angkut, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk displai dan kontrol, alur kerja, dll. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti : kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dll.

2) Organisasi

Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja sepetri : lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, dll.

(35)

3) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang dapat memberika beban tambahan kepada pekerja adalah :

a) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat ( suhu udara ambient, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi ), intensitas penerangan, itensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.

b) Lingkungan kerja kimiawi seperti : debu, gas-gas pecemar udara, uap logam, fume dalam udara, dll. c) Lingkungan kerja biologis seperti : bakteri, virus dan

parasit, jamur, serangga, dll.

d) Lingkungan kerja psikologis seperti : pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada performasi kerja di tempat kerja. [ 7 ] b. Faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi :

1) Faktor somatis, meliputi : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi, dll.

2) Faktor psikis, meliputi : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dll. [ 7 ]

(36)

6. Waktu Kerja

Waktu kerja sangat menentukan efisiensi dan produktivitas seseorang. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam waktu kerja adalah :

a. Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik. b. Hubungan waktu kerja dengan istirahat.

c. Waktu kerja sehari menurut periode yang meliputi pagi, siang dan malam, Jam kerja tanpa istirahat untuk waktu kebutuhan Personal, Fatique and Delay (PFD) adalah 15% dari waktu normal.

Rata-rata lama bekerja seseorang dalam sehari adalah 6-8 jam dan selebihnya adalah istirahat ataupun dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Jadi dalam seminggu seseorang dapat bekerja dengan baik selama 36-48 jam. [ 8 ]

7. Kelelahan Kerja a. Definisi kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. [ 7 ]

b. Penyebab kelelahan

Penyebab terjadinya kelelahan antara lain : 1) Aktivitas kerja fisik

2) Aktivitas kerja mental

3) Atasiun kerja tidak ergonomis 4) Sikap paksa

(37)

6) Kerja bersifat monotoni 7) Lingkungan kerja ekstrim 8) Psikologis

9) Kebutuhan kalori kurang

10) Waktu kerja istirahat tidak tepat 11) dan lain-lain [ 7 ]

c. Resiko kelelahan

Resiko yang ditimbulkan akibat dari kelelahan antara lain : 1) Motivasi kerja turun

2) Performansi rendah 3) Kualitas kerja rendah 4) Benyak terjadi kesalahan 5) Stess akibat kerja

6) Penyakit akibat kerja 7) Cedera

8) Terjadi kecelakaan akibat kerja [ 7 ]

E. Cara Pengukuran dan Pencatatan waktu Kerja

Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stop-watch), yaitu :

1. Pengukuran waktu secara terus menerus (continous timing)

Pada pengukuran waktu secara terus menerus pengamat kerja akan menekan tombol stop-watch pada saat elemen kerja pertama kali dimulai dan membiarkan jarum petunjuk stop-watch berjalan secara terus-menerus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung.

(38)

2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)

Pada pengukuran waktu secara berulang-ulang jarum stop-watch akan selalu dikembalikan lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerja diukur kemudian tombol ditekan lagi dan segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya.

3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)

Pada Pengukuran waktu secara penjumlahan menggunakan dua atau lebih watch. Apabila watch pertama dijalankan, maka stop-watch nomor dua berhenti, apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas ditekan agar menghentikan gerakan jarum dari stop-watch pertama dan menggerakkan stop-watch kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya,selanjutnya pengamat bisa mencatat data waktu yang diukur oleh stop-watch pertama.[ 9 ]

F. Time Series Data atau Trend Data ( Analisa Deret Berkala )

Analisa deret berkala adalah variasi variabel dari waktu ke waktu dalam bentuk angka-angka indeks. Dalam analisa deret berkala, metode yang paling sering digunakan untuk menentukan persamaan trend adalah metode kuadrat terkecil.

Persamaan garis berbentuk y = a+bx, dimana : y : nilai variabel y pada suatu waktu tertentu

a : pemotongan antara garis trend dengan sumbu tegak (y)

(39)

b : kemiringan garis trend, besarnya perubahan variabel y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel x

x : periode waktu deret berkala

Pada metode kuadrat terkecil, langkah-langkah yang dipergunakan adalah : a. Menysun dta sesuai dengan urutan tahunnya.

b. Menentukan tahun yang terlettak ditengah-tengah tahun. c. Hitung nilai xy dan x2, lalu cari jumlah y, jumlah xy dan jumlah x2 d. Mencari harga a dengan rumus :

a =

dan harga b dengan rumus :

b =

e. Memasukkan nilai a dan b dalam persamaan trend y = a+bx

f. Untuk meramalkan pada tahun yang akan datang, maka dilanjutukan bilangan atau kode tahun yang telah dibuat sampai pada kode tahun yang akan diramalkan. [ 10 ]

G. Metode Sederhana untuk Menentukan Jumlah Pengamatan

Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan, The Maytag Company telah memperkenalkan prosedur sebagai berikut :

1. Laksanakan pengamatan atau pengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sbb :

a. 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau kurang.

(40)

b. 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari 2 menit.

2. Tentukan nilai range (R), yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dan niai terkecil (L) dari hasil pengamatan yang diperoleh.

3. Tentukan harga rata-rata (average) yaitu X yang merupakan jumlah hasil waktu (data) pengamatan yang diperoleh dibagi dengan benyaknya pengamatan (N) yang telah dilaksanakan, harga N disini seperti yang telah ditetapkan, berkisar antara 1/10 kali pengamatan. Harga rata-rata tersebut secara kasar bisa didekati dengan cara menjumlahkan nilai data yang tertinggi dan data terendah dan dibagi dengan 2 atau dengan forrmulasi (HL)/2.

4. Tentukan nilai dari range dibagi dengan harga rata-rata. Nilai tersebut bisa diformilasikan sebagai (R/X).

5. Tentukan jumlah pengamatan yang doperlukan atau seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan table berikut ( 95% convidence level dan 5% degree accuracy untuk 90% convidence level dan 10% degree accuracy, maka N ditemukan dibagi 4 ).

6. Apabila harga (R/X) tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang tertera di dalam tabel, maka diambil data yang paling mendekati. [ 9 ]

(41)

Tabel 2.1 jumlah pengamatan yang diperlukan (N’)

untuk 95 % convidence level dan 5 % degree of accuracy (precision) R/X Data dari sampel R/X Data dari sampel R/X Data dari sampel 5 10 5 10 5 10 0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.26 0.28 0.30 0.32 0.34 0.36 0.38 0.40 3 4 6 8 10 12 14 17 20 23 27 30 34 38 43 47 2 2 3 4 6 7 8 10 11 13 15 17 20 22 24 27 0.42 0.44 0.46 0.48 0.50 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 0.72 52 57 63 68 74 80 86 93 100 107 114 121 129 137 145 153 30 33 36 39 42 46 49 53 57 61 65 69 74 78 83 88 0.74 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 0.96 0.98 1.00 162 171 180 190 199 209 218 229 239 250 261 273 284 296 93 98 103 108 113 119 125 131 138 143 149 156 162 169

H. Penetapan Waktu Loggar dan Waktu Baku

Waktu normal semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Tapi kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat melepas lelah dan alasan-alasan lain yang di luar kontrolnya. Waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan waktu longgar. Waktu longgar yang dibutuhkan bisa diklasifikasikan menjadi :

1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal (Personal allowance) Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditetapkan dengan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Personal allowance untuk pekerjaan yang relatif ringan berkisar 2 - 5%, sedangkan untuk pekerjaan yang

(42)

berat dan kondisi kerja yang tidak enak personal allowancenya lebih dari 5%.

2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatique Allowance) Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak dan kerja fisik. Waktu yang diperlukan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, interval waktu dan siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya. Yang sering dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari, lama waktunya berkisar antara 5 sampai 15 menit.

3. Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan (Dellay Allowance)

Keterlambatan-keterlambatan yang terjadi dari saat ke saat umumnya disebabkan oleh mesin, operator, ataupun hal-hal lain yang diluar kontrol. Macam dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh ataupun bisa juga dengan kegiatan sampling kerja.

Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus sbb : [ 9 ]

Standar time = Normal Time + ( Normal Time × % Allowance ) atau

Standar Time = Normal Time × 100 %

(43)

I. Prosedur Penghitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan Menggunakan Metode WISN (Work Load Indikator Staff Need / Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan Indikator Beban Kerja) 1. Metode perhitungan kebutuhan SDM dengan metode WISN

Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.

Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini, yaitu :

a. Menetapkan waktu kerja tersedia

b. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM c. Menyusun standar beban kerja

d. Menyusun standar kelonggaran

e. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja. [ 11 ] 2. Rata-rata waktu

Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM. Agar diperoleh data rata-rata

(44)

waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik. [ 11 ]

3. Standar beban kerja

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut : a. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS sebagaimana

hasil yang telah ditetapkan pada langkah kedua.

b. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di RS.

c. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk melaksanakan/menyelesaikan berbagai pelayanan RS.

d. Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja RS. Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah meliputi :

a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.

b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.

(45)

c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:[ 11 ]

4. Kegiatan pokok

Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan kompetensi tertentu. [ 11 ]

5. Menetapkan waktu kerja tersedia

Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.

Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut :

a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)

b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun. (B)

c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi / profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk

(46)

mengikuti pelatihan / kursus / seminar / lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)

d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)

e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin. (E)

f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut : [ 11 ]

Keterangan :

A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja

6. Standar kelonggaran

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya factor kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

(47)

Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang :

a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, misalnya ; rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun kebutuhan obat/bahan habis pakai.

b. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan c. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah menyusun Standar Kelonggaran dengan melakukan perhitungan berdasarkan rumus: [ 11 ]

7. Kuantitas Kegiatan Pokok

Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi Rawat Jalan dapat diperoleh dari laporan kegiatan RS (SP2RS), untuk mendapatkan data kegiatan tindakan medik yang dilaksanakan di tiap poli rawat jalan perlu dilengkapi data dari Buku Register yang tersedia disetiap poli rawat jalan. [ 11 ]

Standar Kelonggaran =𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑟 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎

(48)

8. Perhitungan Kebutuhan SDM di Rumah Sakit

Data kegiatan yang telah diperoleh, standar beban kerja dan standar kelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan SDM di setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut : [ 11 ]

Kebutuhan SDM

=

𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘

(49)

J. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Sumber : 5, 6, 7, 11

Kebutuhan Tenaga Kerja

Kelelahan Produktivitas

Mutu Pelayanan Kuantitas kegiatan per tahun :

- Job description - Volume kegiatan - Jumlah hari kerja per

Tahun

Standar beban kerja : - Jam kerja per tahun - Waktu kerja per

Kegiatan - PFD Kapasitas kerja : - Umur - Jenis Kelamin - Pendidikan - Pengetahuan - Lama Kerja - Antropometri - Status Kesehatan dan Nutrisi - Kesegaran Jasmani - Kemampuan Kerja Fisik

(50)

K. Kerangka Konsep Gambar 2.2 Sumber : 7, 11 Kebutuhan Tenaga Kerja Kapasitas Kerja - Umur - Pendidikan - Jenis Kelamin

Kuantitas Kegiatan Pokok per Tahun

- Job Description - Volume Kegiatan

- Jumlah hari kerja per Tahun Standar Beban Kerja per Tahun

- Jam kerja per Tahun - Waktu Kerja per Kegiatan - PFD

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Metode yang digunakan peneliti adalah observasi, dengan pendekatan cross sectional yaitu mengukur standar untuk pekerjaan yang dilakukan petugas assembling. [ 12 ]

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Kebutuhan tenaga kerja bagian asembling RSUD Kota Semarang tahun 2013. 2. Variabel Terikat a. Kapasitas kerja - Umur - Pendidikan - Jenis Kelamin - Lama Kerja

b. Standar beban kerja per tahun - Jam kerja per tahun - Waktu kerja per kegiatan - PFD

(52)

- Job description - Volume kegiatan

- Jumlah hari kerja per tahun

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1 Kapasitas kerja

Karakteristik petugas yang meliputi :

a. Umur, yaitu berapa lama seseorang hidup dalam satuan tahun dihitung dari dia lahir sampai hari ini.

b. Pendidikan, yaitu pendidikan terakhir yang telah ditempuh seseorang.

c. Jenis kelamin, yaitu yang membedakan seseorang secara biologis, yaitu laki – laki dan perempuan.

d. Lama kerja, yaitu berapa lama seseorang bekerja dihitung dari dia mulai bekerja sampai saat ini.

2

Kuantitas kegiatan pokok per tahun

Jumlah kegiatan pokok yang dilakukan oleh petugas dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Volume kegiatan, yaitu beban kerja di asembling.

b. Hari kerja efektif per tahun, yaitu jumlah hari kerja selama satu tahun dikurangi dengan cuti per tahun, pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, dan ketidakhadiran kerja. 3 Standar beban Standar pelayanan petugas dengan perhitungan sebagai berikut :

(53)

kerja per tahun

a. Jam kerja efektif per tahun, yaitu hari kerja efektif dalam satu tahun dikali dengan jam kerja per hari.

b. Waktu kerja per kegiatan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

c. PFD, yaitu kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal untuk melepas lelah dan untuk keterlambatan – keterlambatan.

4

Kebutuhan tenaga kerja

Prediksi kebutuhan tenaga kerja yang diperoleh dengan rumus :

a. Kuantitas kegiatan pokok per tahun, yaitu beban kerja petugas asembling dalam satu tahun.

b. Standar beban kerja per tahun, yaitu beban kerja dalam satu tahun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di bagian asembling.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah hasil perhitungan prediksi kunjungan tahun 2013 dan petugas asembling RSUD Kota Semarang sebanyak 3 orang.

(54)

2. Sampel

Metode penentuan jumlah sampel yaitu sebagai berikut :

The Maytag Company telah memperkenalkan metode penentuan jumlah sampel, yaitu sebagai berikut :

a. Laksanakan pengamatan atau pengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sbb :

i. 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau kurang.

ii. 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari 2 menit.

b. Tentukan nilai range (R), yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dan niai terkecil (L) dari hasil pengamatan yang diperoleh.

c. Tentukan harga rata-rata (average) yaitu X yang merupakan jumlah hasil waktu (data) pengamatan yang diperoleh dibagi dengan benyaknya pengamatan (N) yang telah dilaksanakan, harga N disini seperti yang telah ditetapkan, berkisar antara 1/10 kali pengamatan. Harga rata-rata tersebut secara kasar bisa didekati dengan cara menjumlahkan nilai data yang tertinggi dan data terendah dan dibagi dengan 2 atau dengan forrmulasi (HL)/2.

d. Tentukan nilai dari range dibagi dengan harga rata-rata. Nilai tersebut bisa diformilasikan sebagai (R/X).

e. Tentukan jumlah pengamatan yang doperlukan atau seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan table berikut ( 95% convidence level dan 5% degree accuracy untuk 90% convidence level dan 10% degree accuracy, maka N ditemukan dibagi 4 ).

(55)

f. Apabila harga (R/X) tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang tertera di dalam tabel, maka diambil data yang paling mendekati. [ ]

Tabel 3.2 jumlah pengamatan yang diperlukan (N’)

untuk 95 % convidence level dan 5 % degree of accuracy (precision) R/X Data dari sampel R/X Data dari sampel R/X Data dari sampel 5 10 5 10 5 10 0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20 0.22 0.24 0.26 0.28 0.30 0.32 0.34 0.36 0.38 0.40 3 4 6 8 10 12 14 17 20 23 27 30 34 38 43 47 2 2 3 4 6 7 8 10 11 13 15 17 20 22 24 27 0.42 0.44 0.46 0.48 0.50 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 0.72 52 57 63 68 74 80 86 93 100 107 114 121 129 137 145 153 30 33 36 39 42 46 49 53 57 61 65 69 74 78 83 88 0.74 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 0.96 0.98 1.00 162 171 180 190 199 209 218 229 239 250 261 273 284 296 93 98 103 108 113 119 125 131 138 143 149 156 162 169

Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah sbb :

1) Untuk menerima DRM rawat inap dari bangsal, kemudian mengecek pengembalian dokumen rekam medis rawat inap dibutuhkan 8 sampel dari hasil perhitungan.

2) Untuk membuka dokumen rekam medis satu persatu dan kemudian diurutkan kembali sesuai urutannya dibutuhkan 43 sampel dari hasil perhitungan.

3) Untuk meneliti kelengkapan dokumen rekam medis pada tiap lembar formulir membutuhkan 4 sampel dari hasil perhitungan.

(56)

4) Untuk menginput data yang telah diselesaikan ke dalam komputer dibutuhkan 8 sampel dari hasil perhitungan.

E. Instrumen Penelitian

1. Tabel Penelitian

Tabel digunakan untuk memasukkan data dalam perhitungan beban kerja (jumlah dokumen yang harus ditangani) dan pengamatan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaannya.

2. Stop Watch

Stop watch digunakan untuk menghitung lamanya petugas menyelesaikan pekerjaannya.

3. Kalkulator

Kalkulator digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja.

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Pengumpulan data dengan cara observasi yaitu meneliti, mengamati, dan mengukur waktu yang digunakan petugas assembling untuk melakukan tugasnya secara langsung dengan menggunakan stop watch.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh lewat pihak peneliti dari subjek penelitian. Dalam

(57)

penelitian ini adalah laporan jumlah pengunjung tahun 2012 dan kebijakan rumah sakit tentang jam kerja, hari kerja, dan cuti pertahun.

Langkah – langkah analisa kebutuhan tenaga kerja sebagai berikut :

1. Mengambil data / melakukan penelitian mengenai jumlah beban kerja per hari, misalnya dalam satu hari rata – rata menyelesaikan 90 berkas.

2. Melakukan pengambilan data / penelitian mengenai pekerjaan – pekerjaan apa saja yang dilakukan di bagian assembling.

3. Melakukan pengambilan data / penelitian untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu rangkaian pekerjaan di bagian assembling.

4. Menghitung jumlah hari kerja tidak efektif berdasarkan kebijakan rumah sakit untuk menentukan hari kerja efektif selama satu tahun. 5. Menghitung jumlah jam kerja per tahun dengan mengalikan jumlah hari

kerja efektif selama 1 tahun dengan jumlah jam kerja per hari. 6. Menghitung waktu kerja per kegiatan.

7. Menghitung PFD.

8. Menghitung volume kegiatan per hari.

9. Menghitung kuantitas kegiatan pokok per tahun. 10. Menghitung standar beban kerja per tahun. 11. Menghitung kebutuhan tenaga kerja.

(58)

G. Pengolahan Data

1. Editing

Suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara meneliti atau mengoreksi data dan memperbaikinya jika ada kekeliruan, pengisisan tidak lengkap, dan sehingga data yang dihasilkan dapat memberi informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dengan sesuai kebutuhan.

2. Tabulasi

Memasukkan dan menyusun hasil penelitian ke dalam bentuk tabel supaya lebih mudah untuk disajikan. Sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang jelas mana yang lebih efektif.

3. Penyajian data

Setelah data diproses dengan langkah-langkah diatas maka data telah siap disajikan dalam bentuk yang lebih informatif.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu menganalisa hasil penelitian berdasarkan teori yang dikemukakan dalam tinjauan pustaka, agar diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang kebutuhan tenaga kerja berdasarkan teori WISN.

(59)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Sejarah Singkat Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang adalah Rumah Sakit Umum yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 13 januari 1991 dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II Semarang.

Konsep pemikiran didirikannya Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang diprakarsai oleh dr. H.Imam Soebakti, MPH yang mengatasi data pasien rumah sakit dr. Kariadi yang sebagian besar adalah warga kota semarang, maka untuk mengurangi beban rumah sakit dr. Kariadi dan mensejahterakan masyarakat dibidang kesehatan khususnya masyarakat Kota Semarang, maka dr. H. imam soebakti, MPH bermaksud mendirikan rumah sakit umum kelas C.

Pemerintah Kotamadya Tingkat II Semarang, akhirnya pada tahun 1989 bertekad mendirikan bangunan pertama ( poliklinik ) diatas tanah bengkok Kelurahan Sendang Mulyo sebagai awal dibangunnya Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang diresmikan penggunaannya pda tanggal 13 januari 1991 oleh Walikotamadya Tingkat II Semarang.

Pada tahun 1990 / 1991 telah terealisasi bangunan fisik berupa gedung poliklinik, administrasi, gedung gawat darurat, gedung perawatan dan gedung persalinan yang masing- masing dibangun

(60)

sejajar. Pada tahun 1992 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang menambah sebuah gedung perawatan dengan kapasitas 20 tempat tidur. Bulan juli 1999 Rumah Sakit Kodya Semarang berubah menjadi Rumah Sakit Umum Kota Semarang.

2. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang terletak dijalan ketileng raya no.1 semarang, tepatnya di Kelurahan Sendang Mulyo, Kecamatan Tembalang. Bangunan fisik terdiri diatas tanah seluas ± 9,2 hektar dikelilingi persawahan. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang sangat jauh dari hiruk pikuknya aktifitas perkotaan sehingga menjadi Rumah Sakit yang nyaman dan menunjang proses penyembuhan penyakit pasien. Lokasi Rumah Sakit terletak di Semarang Selatan sehingga dapat mencakup masyarakat dibagian Timur dan Selatan.

3. Status Kepemilikan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang adalah Rumah Sakit milik pemerintah yang dipimpin oleh seorang direktur yang secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada Walikotamadya kepala daerah. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan ( kuratif ), pemulihan ( rehabilitative ), yang dilaksanakan secara terpadu . upaya peningkatan ( promotif ) serta melaksanakan upaya rujukan.

(61)

Untuk melaksankan tugas pokok, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan medis

b. Penyelenggaraan pelayan dan asuhan keperawatan c. Penyelenggaraan pelayan rujukan

d. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan e. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan f. Penyelenggaraan administarsi umum dan keuangan

g. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Walikotamadya kepala daerah

4. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

a. a. Visi :

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang menjadi Rumah Sakit kepercayaan publik.

b. b. Misi :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang profesional dan terjangkau

2) Meningkatkan pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia

3) Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan unggulan

c. Motto :

(62)

5. Jenis Pelayanan Kesehatan di RSUD Kota Semarang a. Bagian pengolahan

1. Assembling

a) Menerima berkas rekam medis rawat inap dari ruang perawatan.

b) Merakit dokumen rawat inap sesuai urutan nomor formuli. c) Menganalisa kelengkapan isi rekam medis rawat inap. d) Merancang desain formulir.

2. Koding/Indeksing

a) Menetapkan diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10. b) Menetapkan diagnosa tindakan berdasarkan ICD-9 CM. c) Menganalisa dokumen rekam medis untuk menentukan

kode penyakit dan kode tindakan yang paling tepat.

d) Memasukkan kode diagnosa penyakit kedalam program SIM RS (Medifirst2000).

3. Analising/Reporting

a) Dokter wajib membuat laporan Visum Et Repertum secara tertulis dan lengkap.

b) Pencatatan laporan Visum Et Repertum dalam bentuk buku.

c) Visum Et Repertum dilakikan oleh dokter.

d) Waktu pembuatan Visum Et Repertum 7 hari setelah menerima disposisi surat permintaan visum dari Direktur. e) Yang berhak meminta visum adalah kepolisian atau

Gambar

Tabel 1.1  Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 jumlah pengamatan yang diperlukan (N’)
Gambar 2.1  Sumber : 5, 6, 7, 11
Tabel 3.2 jumlah pengamatan yang diperlukan (N’)
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

RSUD Tugurejo merupakan salah satu rumah sakit umum daerah tipe B dimana pada unit rekam medis khususnya TPPRJ memiliki 6 loket dimana 4 loket melayani pasien BPJS dan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tugas pokok dan fungsi petugas assembling di lapangan sudah sesuai dengan teori yaitu menerima pengembalian dokumen rekam

Jumlah tenaga medis pada Puskesmas tersebut ada yang belum sesuai dengan standar serta adanya petugas kesehatan yang tugas pokoknya tidak sesuai dengan latar

jumlah yang tercatat didalam sensus harian. 6) Meneliti kelengkapan isi dokumen rekam medis dan mencatat identitas pasien ke dalam kartu kendali. Sambil meneliti

Dari hasil perhitungan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan penambahan 1 orang lagi di unit rekam medis Klinik Medika Tanjungsari agar tercapainya pelayanan

B. Sebaiknya terdapat petugas khusus koding rawat inap sehingga petugas koding rawat inap tidak merangkap tugas sebagai kepala rekam medis. Berdasarkan hasil perhitungan

RSUD Tugurejo merupakan salah satu rumah sakit umum daerah tipe B dimana pada unit rekam medis khususnya TPPRJ memiliki 6 loket dimana 4 loket melayani pasien BPJS dan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tugas pokok dan fungsi petugas assembling di lapangan sudah sesuai dengan teori yaitu menerima pengembalian dokumen rekam