• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

7

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD) a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD)

Perkembangan seseorang dimulai sejak dalam kandungan hingga akhir hayat. Menurut F.J. Monks, dkk. (Desmita, 2005: 4) menyatakan, “Perkembangan adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”. Budiman (2006: 7) mengemukakan, “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai perubahan sepanjang waktu baik sebagai pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun sebagai hasil latihan”. Dengan demikian, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan seseorang ke arah yang lebih sempurna dan permanen, berlangsung sepanjang waktu baik sebagai pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun hasil latihan. Perkembangan karakteristik anak usia sekolah dasar, berkisar antara 5 atau 6 sampai 12 atau 13 tahun (Budiman, 2006: 5).

a. Perkembangan fisik anak sekolah dasar

Perkembangan fisik anak usia sekolah dasar berlangsung lamban, tidak secepat pada masa bayi dan masa kanak-kanak atau masa remaja. Perkembangan fisik tersebut yaitu perkembangan kekuatan otot anak. Misalnya, anak usia 6 tahun telah mampu memasang paku, menggiling adonan, dan mengikat tali sepatu. Anak usia 7 tahun, tangan mereka sudah lebih kuat. Anak usia 8-10 tahun, kedua tangan lebih bebas digunakan dengan gerakan yang lebih mudah menulis sambung daripada menulis huruf cetak, tulisan menjadi lebih kecil dan rapi. Anak usia 10-12 tahun, tangan semakin lebih terampil, sehingga mampu melakukan kerja yang bersifat menipulatif seperti yang dilakukan orang dewasa. Santrock (Desmita, 2005: 155) juga berpendapat bahwa anak usia 10-12

(2)

tahun, mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bekualitas atau memainkan instrumen musik tertentu. b. Perkembangan emosional anak sekolah dasar

Perkembangan emosional anak sekolah dasar yaitu mulai bersosialisasi dengan sekitar (dapat membedakan teman laki-laki dan perempuan), mandiri (tidak memiliki rasa kecemasan karena terpisah dengan orang tuanya pada saat sekolah), dan mampu memberikan kasih sayang kepada teman sebayanya maupun kepada orang lain. c. Perkembangan moral dan sikap anak sekolah dasar

Perkembangan moral dan sikap anak sekolah dasar yaitu mulai memberontak pada aspek kedisiplinan yang diterapkan di rumah atau di sekolah, anak suka menirukan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain, dan sikap kemandiriannya meningkat seiring bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari orang dewasa, antara lain guru, orang tua, kakak maupun orang disekitarnya yang dapat memberikan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung.

d. Perkembangan intelektual anak sekolah dasar

Piaget (Yusuf, 2012: 6) berpendapat bahwa perkembangan intelektual (kognitif) seseorang meliputi empat tahap yaitu sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-6 tahun), operasional konkret (6-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun sampai dewasa). Berdasarkan tahap perkembangan intelektual tersebut, siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap ketiga yaitu tahap operasional konkret. Terdapat ciri-ciri perkembangan intelektual pada tahap operasional konkret yaitu berfikir logis (berfikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah dan masih terikat pada objek-objek yang bersifat konkret), kemampuan berfikir kritis atau kausalitas, sifat egoisnya berkurang, adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh, berkomunikasi lebih efektif, memandang sesuatu

(3)

dari berbagai macam segi, dan mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, siswa kelas V SD usianya berkisar antara 10-11 tahun. Karakteristik siswa usia 10-11 tahun yaitu: 1) tangan semakin lebih terampil, 2) mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bekualitas, 3) meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa; 4) kemampuan untuk berkomunikasi lebih efektif, 5) kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu, 6) kemampuan berfikir kritis dan kausalitas, 7) gemar membentuk kelompok sebaya, dan 8) mampu berfikir logis yaitu berfikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah dan masih terikat pada objek-objek yang bersifat konkret. Karakteristik siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen sama dengan karakteristik siswa kelas V SD pada umumnya. Berdasarkan karakteristik siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen tersebut, hendaknya siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran agar mendapatkan pengalaman langsung baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, guru harus bisa mengemas pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen. Penerapan model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri tepat digunakan pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri dapat memberikan pengalaman langsung baik secara individu maupun kelompok.

b. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang penting dalam proses pengajaran. Mengajar menjadi bermakna dengan ditandainya ketepatan guru dalam membimbing dan memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hamalik (2012: 36) mengemukakan, “Belajar

(4)

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Anita (Semiawan, 2000: 245) menyatakan, “Belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu”. Gagne (Sagala, 2014: 13) menyatakan, “Belajar adalah suatu prooses dimana suatu organisme berubah perilakunya”. Bloom (Sagala, 2014: 33) berpendapat bahwa belajar dimaknai sebagai perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor untuk meningkatkan taraf hidup sebagai individu, masyarakat, warga negara, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Domain kognitif mencakup enam kemampuan yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal), penerapan (kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analysis (kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami), sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu). Domain efektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima kemampuan yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri. Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik mengaitkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencangkup kognitif, afektif, dan psikomotor yang relatif permanen serta terjadi setelah mendapatkan pengalaman.

Berdasarkan pengertian belajar tersebut dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa kognitif

(5)

yang relatif tetap atau permanen serta terjadi setelah mendapatkan pengalaman.

c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial sering disingkat dengan IPS. IPS merupakan mata pelajaran yang diperoleh siswa pada saat belajar di sekolah tingkat dasar dan menengah yaitu SD, SMP, dan SMA, bahkan Perguruan Tinggi. Sapriya (2015: 7) mengatakan, “IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya”. Buchari Alma (Susanto, 2013: 141) menyatakan:

Pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi.

Susanto (2013: 138) menyatakan, “Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya”. Jadi, IPS adalah nama mata pelajaran yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, dan lainnya dengan mengembangkan konsep pemikiran berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa sehingga dapat mendidik dan membina siswa menjadi seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan sosial dan mengerti akan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran IPS diberikan di jenjang pendidikan sekolah dasar bertujuan untuk memberikan bekal kepada siswa baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor)

(6)

yang berguna untuk memenuhi kebutuhan sosial siswa baik sebagai diri sendiri, masyarakat, bangsa maupun negara serta untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Tujuan IPS yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006: 175).

Susanto (2013: 145) mengemukakan:

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sebagaimana Aziz (Wahab, 2009: 1.7) berpendapat bahwa tujuan IPS yaitu mempersiapkan peserta didik untuk study lanjut dibidang sosial science jika nantinya ia masuk ke perguruan tingi, mendidik kewarganegaraan yang baik, mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum, membina warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila dan UUD 1945, dan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS yaitu memberi bekal, membina, dan mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sehingga mempunyai sikap mental positif, rasional, dan peka terhadap masalah sosial baik yang menimpa dirinya maupun masyarakat. Selain itu, IPS

(7)

bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

3) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Pada dasarnya ruang lingkup IPS adalah bagaimana mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi. Ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek yaitu sebagai berikut.

a) Manusia, tempat, dan lingkungan. b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c) Sistem sosial dan budaya.

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006: 176).

Aziz (Wahab, 2009: 3.6) berpendapat bahwa ruang lingkup IPS yaitu berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dalam memenuhi aspek kebutuhan hidupnya. Selain itu, bagaimana cara manusia untuk memenuhi kebutuhan materinya, kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang terdapat di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan pemerintahannya, dan mempertahankan kehidupan masyarakat. Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam konteks sosial yaitu sangat luas dan banyak cakupannya dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, materi IPS disetiap jenjang pendidikan dibatasi. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan kematangan siswa untuk berpikir.

Pada jenjang pendidikan sekolah dasar khususnya kelas V semester I membahas tentang menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Semester II membahas tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(8)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi IPS kelas V semester II tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Materi tersebut diperinci lagi menjadi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

4) Materi Perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Lingkup standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran IPS yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pembelajaran IPS Kelas V Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiap-kan dan mempertahan-kan kemerdekaan Indonesia. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiap-kan kemerdekaan Indonesia. 2.2.1 Menceritakan BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.2.2 Menceritakan sidang

resmi pertama BPUPKI 2.2.3 Menceritakan sidang

resmi kedua BPUPKI 2.2.4 Menyebutkan tokoh-tokoh

BPUPKI dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia 2.2.5 Menceritakan peran dan

jasa Moh. Yamin 2.2.6 Menceritakan peran dan

jasa Soepomo

2.2.7 Menceritakan peran dan jasa Soekarno

2.2.8 Menceritakan PPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.2.9 Menceritakan sidang pertama PPKI 2.2.10 Menceritakan sidang kedua PPKI

(9)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 2.2.11 Menceritakan sidang ketiga PPKI 2.2.12 Menceritakan sidang keempat PPKI 2.2.13 Menyebutkan tokoh-tokoh PPKI dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia 2.2.14 Menceritakan peran dan

jasa Soekarno

2.2.15 Menceritakan peran dan jasa Moh. Hatta

2.2.16 Menceritakan peran dan jasa Wahid Hasyim 2.2.17 Menceritakan cara

menghargai tokoh-tokoh perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia (Sumber: Tim Pengembang KTSP SD Negeri 5 Kebumen (2006))

Peneliti menggunakan buku IPS kelas V dengan penulis Susilaningsih dan Limbong (2008: 157), Syamsiyah, S. dkk (2008: 90), serta Yuliati dan Munajat (2008: 123) sebagai bahan materi dalam penelitian ini. Berikut materi pembelajaran IPS.

a) Persiapan Kemerdekaan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

(1) Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

Perdana menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara sekutu akan disambut rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara merdeka. Pada tanggal 1 Maret 1945, Pemerintah Militer Jepang di Jawa, Kumakici Harada, mengumumkan pembentukan

Gambar 2.1 Pemetaan Konsep Materi IPS Kelas V Semester 2 tentang Perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(10)

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zumbi Coosakai. BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945.

(2) Sidang pertama BPUPKI

Sidang resmi pertama berlangsung lima hari, yaitu tanggal 28 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada masa sidang resmi pertama ini, membahas dasar negara. Terdapat beberapa hal perlunya perumusan dasar negara yaitu nilai-nilai kepribadian bangsa perlu dirumuskan secara resmi, negara memerlukan dasar untuk melangkah maju, dan negara membutuhkan dasar untuk melandasi semua kegiatan kenegaraan yang akan dibuatnya untuk melangkah maju.

Masa sidang pertama BPUPKI dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila. Seluruh anggota BPUPKI yang berjumlah 62 orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpul dalam satu ruang sidang.

Terdapat tiga tokoh yang menawarkan konsep dasar negara, yaitu Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.

(a) Pada tanggal 29 Mei 1945, Moh. Yamin menawarkan lima asas dasar negara Republik Indonsia yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Krakyatan, dan Kesejahteraan yang berkebudayaan.

Gambar 2.1. Tiga tokoh yang mengusulkan dasar negara dalam sidang BPUPKI, yaitu Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno (Sumber: Susilaningsih dan Limbong, 2008: 165)

(11)

(b) Pada tanggal 31 Mei 1945, Supomo mengajukan dasar-dasar negara yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Keseimbangan lahir dan batin, Musyawarah, dan Keadilan rakyat.

(c) Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno selain mengusulkan konsep dasar negara, juga mengusulkan nama bagi dasar negara yaitu Pancasila. Lima dasar negara yang diusulkan oleh Soekarno yaitu Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, dan Keutuhan Yang Maha Esa.

Setelah sidang pada tanggal 1 Juni 1945, BPUPKI memasuki masa jeda. Sampai dengan saat itu belum ada rumusan dasar negara. Yang ada hanyalah usulan dasar negara Indonesia. Sebelum masa jeda itu telah terbentuk sebuah panitia kecil yang diketuai Soekarno dengan anggota Moh. Hatta, Sutarjo Kartohadikusumo, Wahid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, M. Yamin, dan A.A. Maramis. Panitia kecil ini bertugas menampung saran dari anggota BPUPKI. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI. Bung Karno menyebut pertemuan itu sebagai “rapat pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota BPUPKI.” Pertemuan itu menampung suara-suara dan usul-usul lisan dari anggota BPUPKI. Dalam pertemuan itu, juga dibentuk Panitia Kecil lain, yang beranggotakan sembilan orang. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan yaitu Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad Subarjo, A.A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Mereka menghasilkan suatu rumusan pembukaan UUD yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia Merdeka. Rumusan itu disepakati dan ditandatangani oleh anggota Panitia Sembilan. Rumusan

(12)

Panitia Sembilan itu kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.

Rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta yaitu:

(a) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

(b) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (c) Persatuan Indonesia.

(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

(e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (3) Sidang kedua BPUPKI

Sidang resmi kedua berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945. Sidang ini membahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Pada sidang resmi kedua, anggota BPUPKI dibagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia yang terbentuk antara lain Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai Abikusno Cokrosuyoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai Moh. Hatta).

Pada tanggal 10 Juli 1945, diadakan rapat dan membahas rancangan UUD termasuk pembukaan (preambule) oleh Panitia

Gambar 2.2. Anggota Panitia Sembilan

(13)

Perancang Undang-Undang Dasar. Rapat tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar menyetujui isi preambule yang diambil dari Piagam Jakarta. Panitia ini kemudian membentuk “Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar” yang diketuai oleh Soepomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, A.A. Maramis, R.P. Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil disempurnakan bahasanya oleh sebuah “Panitia Penghalus Bahasa” yang terdiri dari Husein Jayadiningrat, Agus Salim, dan Soepomo. Panitia ini bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan undang-undang dasar yang sudah dibahas.

(4) Tokoh-tokoh BPUPKI

BPUPKI terdiri dari 60 anggota. Tokoh-tokoh BPUPKI yaitu sebagai berikut.

SUSUNAN KEANGGOTAAN BPUPKI Ketua : Radjiman Wedyodiningrat

Ketua Muda : R.P. Suroso Ketua Muda : Itibangase Yosio Anggota: 1. Soekarno 2. Muh Yamin 3. R. Kusuma Atmaja 4. R. Abdulrahim Pratalykrama 5. M. Aris 6. Ki Hajar Dewantara 7. R.A.A. Wiranatakusuma 8. Munandar

9. Oei Tiang Tjoei 10. Moh. Hatta 11. R.M. Margono Joyohadikusumo 12. K.H. Abdul Halim 13. K.H. Masykur 14. R. Sudirman 15. P.A.H. Jayadiningrat 16. Ki Bagus Hadikusumo 17. Abikusno Cokrosuyoso 18. A.K. Muzakir 19. B.P.H. Puruboyo 20. R.M.T.A. Suryo 21. P.F. Dahler 22. K.R.M.T. Wongsonagoro 23. Sukiman 24. R. Rusian Wongsokusumo 25. Mr. Susanto 26. R.S.S. Sunarjo Mangunpespito 27. R. Buntaran Martoatmojo 28. Liem Kun Hian

29. J. Latuharhary 30. R. Hindromartono

31. R. Sukarjo Wiryopranoto 32. Haji Ah. Sanusi

33. A.M. Dasaad 34. Tan Eng Hoa 35. Oei Tjong Hauw 36. H. Agus Salim

37. M. Sutarjo Kartohadikusumo 38. B.P.H. Bintoro

(14)

(5) Peran dan Jasa Moh. Yamin

Muhammad Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat tanggal 24 Agustus 1903. Beliau merupakan seorang ahli hukum, tokoh pegerakan kemerdekaan, penyair angkatan Pujangga Baru, dan penggali sejarah Indonesia. Menjelang kemerdekaan Indonesia, beliau terpilih menjadi anggota BPUPKI. Beliau salah seorang yang mengajukan usul dasar negara dalam rapat BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Beliau juga menjadi anggota Panitia Kecil yang merumuskan Piagam Jakarta. Beliau wafat di Jakarta tanggal 17 Oktober 1962.

(6) Peran dan Jasa Soepomo

Soepomo lahir di Sukoharjo, tanggal 22 Januari 1903. Beliau berperan sebagai anggota BPUPKI. Beliau berjasa dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 31 Mei

Anggota:

39. R.M.P.Surahman Cokroadisuryo 40. Ny. Mr. Maria Ulfah Santoso 41. K.R.M.T.H. Wuryaningrat 42. Mr. Achmad Subarjo 43. Asikin Wijayakusuma 44. Parada Harahap 45. R. M. Sartono 46. K.H.M. Mansur 47. K.R.M.A. Sosrodiningrat 48. R. Rooseno 49. Suwandi

50. K.H.A. Wahid Hasyim

51. R.A.A. Sumitro Kolopaking Purbonegoro 52. R. Oto Iskandardinata 53. A. Baswedan 54. Abdul Kadir 55. Samsi 56. A.A. Maramis 57. R. Samsudin 58. R. Sastromulyono 59. Supomo 60. R. Singgih

Gambar 2.3. Moh. Yamin (Sumber: Adam, 2014)

(15)

1945, menyampaikan usul dasar-dasar negara dalam sidang BPUPKI. Beliau meninggal di Jakarta, tanggal 12 September 1958.

(7) Peran dan Jasa Soekarno

Soekarno dilahirkan tanggal 6 Juni 1901. Beliau berperan sebagai anggota BPUPKI dan berjasa dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 1 Juni 1945 beliau menyampaikan usul dasar-dasar negara dalam sidang BPUPKI. Beliau juga mengusulkan nama Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pada tanggal 21 Juni 1970 beliau wafat di rumah sakit Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta setelah menderita sakit ginjal agak lama. Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

b) Persiapan Kemerdekaan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

(1) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoensia (PPKI)

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru. PPKI beranggotakan 21

Gambar 2.4. Soepomo (Sumber: Wikipedia, 2015)

Gambar 2.5. Soekarno (Sumber: Wikipedia, 2016)

(16)

orang. Soekarno ditunjuk sebagai ketua dan wakil ketuanya adalah Moh. Hatta. Penasihat adalah Ahmad Subarjo. Anggota PPKI ditambah lagi sejumalah 6 orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Kusuma sumantri, dan Ahmad Subarjo. Semenjak dibentuknya PPKI sampai diadakan sidang pertama PPKI terjadi peristiwa penting yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu dan 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa proklamasi kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo berhasil menyusun naskah proklamasi yang kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno didampingi Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

(2) Sidang pertama PPKI

Sidang pertama PPKI, dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Kesenian Jakarta. Sebelum sidang pertama PPKI dilaksanakan, pada tanggal 17 Agustus 1945 sore, seorang opsir angkatan laut Jepang menemui Moh. Hatta untuk menyampaikan keberatan masyarakat Indonesia Timur atas kata-kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Pada tanggal 18 Agustus 1945, sebelum rapat PPKI, Moh. Hatta dan Soekarno meminta empat tokoh Islam, yakni Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Moh. Hasan untuk membicarakan hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari perdebatan panjang dalam rapat PPKI. Akhirnya mereka sepakat mengubah kata-kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at-syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa.”

(17)

Pancasila, Dasar Negara yang resmi adalah rumusan yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan itu berbunyi, sebagai berikut:

(a) Ketuhanan Yang Maha Esa.

(b) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (c) Persatuan Indonesia.

(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

(e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Hasil keputusan sidang pertama PPKI yaitu:

(a) mengesahkan UUD 1945 setelah mendapatkan beberapa perubahan pada pembukaannya,

(b) memilih presiden dan wakil presiden, yakni Soekarno dan Moh. Hatta,

(c) memutuskan bahwa tugas Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh Komite Nasional.

(3) Sidang kedua PPKI

Sidang kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang ini menghasilkan keputusan yaitu:

(a) membentuk 12 departemen dan sekaligus menunjuk pemimpinya (menteri),

Gambar 2.6. Empat tokoh Islam yakni Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, dan Mr. Teuku Moh. Hassan.

(18)

(b) menetapkan pembagian wilayah negara Republik Indonesia menjadi delapan provinsi dan sekaligus menunjuk gubernurnya,

(c) memutuskan agar tentara kebangsaan segera dibentuk. (4) Sidang ketiga PPKI

Sidang ketiga dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1945 dan membahas tentang Badan Penolong Keluarga Korban Perang. Sidang ketiga menghasilkan keputusan delapan pasal ketentuan. Salah satu pasalnya, yakni pasal 2 berisi tentang pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

(5) Sidang keempat PPKI

Sidang keempat diaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1945 dan membahas tentang:

(a) Komite Nasional (b) Partai Nasional

(c) Badan Keamanan Rakyat

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno dalam pidatonya menyatakan berdirinya tiga badan baru, yaitu Komite Nasional (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Sejak dibentuknya lembaga-lembaga kenegaraan tersebut, berakhirlah tugas PPKI.

(6) Tokoh-tokoh PPKI

PPKI terdiri dari 28 anggota. Ketua PPKI adalah Soekarno. Wakil ketua PPKI adalah Moh. Hatta. Soekarno dan Hatta mengangkat 9 anggota baru, yaitu R.A.A. Wiranatakusuma, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sajuti Melik, Iwa Kusuema Sumantri, Achmad Subarjo, Sukarni, Khaerul Saleh, Adam Malik. Berikut tokoh-tokoh PPPKI.

(19)

Panitian Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Ketua : Ir. Soekarno

Wakil : Drs. Moh. Hatta Anggota: 1. Supomo 2. Radjiman 3. Suroso 4. Sutarjo 5. W. Hasyim 6. Ki Bagus Hadikusumo 7. Oto Iskandardinata 8. Abdoel Kadir 9. Suryohamijoyo 10. Puruboyo 11. Yap Tjwan Bing 12. Latuharhary 13. Dr. Amir 14. Abd. Abbas 15. Muh. Hassan 16. Hamidhan 17. Ratulangie 18. Andipangeran 19. I Gusti Ketut Pudja

Atas wewenang dan tanggung jawab sendiri sebagai proklamator, Soekarno dan Hatta mengangkat 9 anggota baru, yaitu:

1. R.A.A. Wiranatakusuma 2. Ki Hadjar Dewantara 3. Mr. Kasman Singodimejo 4. Sajuti Melik

5. Iwa Kusuema Sumantri 6. Achmad Subarjo 7. Sukarni

8. Khaerul Saleh 9. Adam Malik

Namun, Sukarni, Khaerul Saleh, dan Adam Malik menolak pengangkatan itu karena PPKI dianggap sebagai buatan Jepang.

(7) Peran dan Jasa Soekarno

Beliau menjadi tokoh penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Beliau berperan sebagai ketua PPKI. Pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari, Soekarno bersama Moh. Hatta, dan Ahmad Soebarjo menyusun naskah Proklamasi. Bersama dengan Bung Hatta, sebagai wakil rakyat Indonesia beliau

(20)

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menandatangani teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.

(8) Peran dan Jasa Moh. Hatta

Mohammad Hatta lahir di Bukit Tinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980. Beliau berperan sebagai anggota PPKI. Bersama dengan Soekarno dan Ahmad Soebarjo menyusun naskah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari. Beliau mendampingi Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indoensia dan menandatangai teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.

(9) Peran dan Jasa Wahid Hasyim

Wahid Hasyim lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 1 Juni 1949 dan meninggal di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 19 April 1953. Beliau merupakan anggota PPKI. Wahid Hasyim merupakan tokoh Islam. Bersama tiga tokoh Islam lainnya, beliau merubah kata-kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal tersebut atas perintah Moh. Hatta dan Soekarno.

Gambar 2.8. Wahid Hasyim (Sumber: Dihya, 2010) Gambar 2.7. Moh. Hatta (Sumber: Admin, 2011)

(21)

c) Cara Menghargai Tokoh Perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus menghargai usaha pahlawan bangsa Indonesia yang telah berjuang melawan penjajah. Berkat usaha pahlawan bangsa Indonesia, kita bisa menikmati hidup di negara Indonesia yang merdeka. Bentuk menghargai usaha mereka yaitu dengan cara:

(1) berziarah ke makam mereka dan berdoa untuk mereka, (2) meneruskan perjuangan mereka dengan cara rajin belajar, (3) rela berjuang demi bangsa dan negara,

(4) berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain, (5) bersikap dan berbuat adil terhadap sesama manusia,

(6) disiplin dalam melaksanakan pekerjaan, meniru semangat juangnya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD)

Peningkatan hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V sekolah dasar adalah kemampuan yang diperoleh siswa dengan adanya perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor yang relatif tetap atau permanen serta terjadi setelah siswa yang mempunyai karakteristik berpikir konkret tersebut mendapatkan pengalaman tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia. Pengalaman tersebut bertujuan untuk mendidik dan membina siswa menjadi seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan sosial dan mengerti akan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pembelajaran IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia terdapat pada silabus IPS kelas V semester 2. Standar kompetensi materi tersebut yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasarnya yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh

(22)

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Di kompetensi dasar tersebut, peneliti menguraikannya menjadi 16 indikator. Indikator pada kompetensi dasar yang peneliti gunakan yaitu menceritakan BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menceritakan sidang resmi pertama BPUPKI, menceritakan sidang resmi kedua BPUPKI, menyebutkan tokoh-tokoh BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menceritakan peran dan jasa Moh. Yamin, menceritakan peran dan jasa Soepomo, menceritakan peran dan jasa Soekarno, menceritakan PPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menceritakan sidang pertama PPKI, menceritakan sidang kedua PPKI, menceritakan sidang ketiga PPKI, menceritakan sidang keempat PPKI, menyebutkan tokoh-tokoh PPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menceritakan peran dan jasa Soekarno, menceritakan peran dan jasa Moh. Hatta, menceritakan peran dan jasa Wahid Hasyim, dan menceritakan cara menghargai tokoh-tokoh perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia.

2. Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Gambar Seri a. Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik, peserta didik, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan kerangka pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran.

Model pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Winataputra (2001) menyatakan:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2008: 7).

(23)

Joice berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Ahmadi, Amri & Elisah, 2011: 13-14). Aunurrahman (2014: 146) menyatakan, “Model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau ditempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran”. Brady (1987) menyatakan, “Model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran” (Aunurrahman, 2014: 146).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan guru sebagai pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapailah tujuan yang telah ditentukan.

b. Mind Mapping

1) Pengertian Mind Mapping

Silberman (Shoimin, 2014: 105) menyatakan, “Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk mengahasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru”. Tony Buzan (Huda, 2014: 307) berpendapat bahwa untuk memulai membuat mind map, seseorang biasanya menulis gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah ia bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian mind mapping adalah cara kreatif pembelajar untuk mencatat suatu informasi yang diperoleh dengan cara meletakkan gagasan utama di tengah halaman kertas kemudian

(24)

membentangkannya ke segala arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, maupun gambar-gambar.

2) Cara Membuat Mind Mapping

Terdapat beberapa cara membuat mind mapping yaitu sebagai berikut.

a) Meletakkan gagasan/tema/poin utama di tengah-tengah kertas dalam posisi kertas terbentang (landscape).

b) Melingkupi gagasan/tema/poin utama dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.

c) Menambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Caranya menggunakan garis, tanda panah, dan warna yang berbeda-beda untuk menunjukkan hubungan antara tema utama dan gagasan-gagasan pendukung lain.

d) Menghindari sikap latah, lebih menekankan karya bagus daripada konten didalamnya.

e) Menggunakan warna-warna yang berbeda untuk mensimbolisasi sesuatu yang berbeda pula.

f) Membiarkan beberapa ruang kosong dalam kertas (Huda, 2014: 308-309).

Menurut Br. Ginting (2013) pada penelitiannya langkah-langkah mind mapping berdasarkan Tony Buzan yaitu sebagai berikut.

a) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

b) Gunakan gambar atau foto unuk ide sentral. c) Gunakan warna.

d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

e) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

g) Gunakan gambar agar lebih bermakna.

Berdasarkan pendapat mengenai cara membuat mind mapping tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa cara membuat mind mapping yaitu:

a. Meletakkan gagasan/tema/poin utama di tengah-tengah kertas dalam posisi kerta terbentang (landscape).

(25)

b. Melingkupi gagasan utama dengan berbagai macam bentuk. c. Menambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap

poin dengan garis, tanda panah, dan warna yang berbeda-beda serta menggunakan warna.

d. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. 3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping

Huda (2014: 307) memaparkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam menerapkan model pembelajaran mind mapping, yaitu: a) mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci-kata kunci dari ceramah tersebut; b) menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi diantara berbagai poin/gagasan/kata kunci terkait dengan materi pelajaran; c) membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik tersebut; d) merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas; e) menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja; f) menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan topik bahasan; dan g) mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.

Shoimin (2014: 106-107) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran mind mapping yaitu sebagai berikut.

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

c) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok dengan jumlah anggota 2-4 anak.

d) Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan yang lainnya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lain.

e) Seluruh siswa bergantian menyampaikan hasil wawancaranya.

f) Guru mengulangi kembali materi yang belum dimengerti oleh siswa.

(26)

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran mind mapping yaitu sebagai berikut.

a) Penyampaian tujuan pembelajaran.

b) Penyajian materi dengan gambar dan pencatatan .

c) Pembentukan kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-5 anak). d) Penentuan ide sentral.

e) Penentuan poin-poin atau gagasan yang berhubungan dengan ide sentral.

f) Penghubungan ide sentral dengan gagasan atau poin-poin. g) Presentasi hasil diskusi kelompok.

h) Penguatan dan kesimpulan hasil diskusi. i) Penutup.

4) Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping

Semua model pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut dapat diatasi oleh guru dengan cara selektif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa serta materi yang akan diberikan. Berikut adalah kelebihan model pembelajaran mind mapping, yaitu:

a) cara tipe mind mapping cepat,

b) teknik yang digunakan dapat mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran,

c) selama menggambar diagaram, bisa memunculkan ide-ide yang lain,

d) diagram yang telah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis (Shoimin, 2014: 107).

Mind mapping dapat digunakan untuk membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep, memvisualisasikan, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan (Huda, 2014: 307).

(27)

Model pembelajaran mind mapping, selain memiliki kelebihan, juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut kelemahan model pembelajaran mind mapping yaitu:

a) tidak semua siswa belajar,

b) hanya siswa yang aktif yang terlibat,

c) jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan (Shoimin, 2014: 107).

Berdasarkan uraian kelebihan dan kelemahan tersebut, maka kelebihan mind mapping dapat diterapkan secara maksimal dengan meminimalkan kelemahannya.

5) Contoh Mind Mapping

c. Pengertian Gambar Seri

1) Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yaitu bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar suatu sumber pesan dengan penerima pesan. Gelach dan Ely (Hamdani, 2011: 243) mengemukakan, “Media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Secara lebih khusus, pengertian media dalam pembelajaran cenderung Gambar 2.9. Contoh Mind Mapping

BPUPKI

Sidang I Sidang II

3 tokoh yang merumuskan dasar negara

(28)

diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Secara garis besar, media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu media visual, audio, dan audio visual (Hamdani, 2011: 248-249). Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat melalui indra penglihatan. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar). Sedangkan media audio visual adalah media yang mengkombinasikan antara media audio dan visual. Media audio viual dalam batas-batas tertentu merupakan media yang lengkap dan menarik bagi siswa, bahkan peran dan tugas guru dapat tergantikan oleh media ini dan berpindah menjadi fasilitator bagi siswa. Gagne dan Briggs (Arsyad, 2015: 4) menyatakan, “Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer”. Dengan demikian, media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang berupa audio, visual, atau audio visual serta mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi, berupa audio, visual, maupun audio visual tentang isi materi pembelajaran.

2) Pengertian Gambar Seri

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu media visual, audio, dan audio visual. Media pembelajaran yang termasuk media visual yaitu grafis. Media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan melalui indra penglihatan (Hamdani, 2011: 250). Banyak jenis media grafis, salah satunya yaitu gambar atau foto. Gambar merupakan media yang

(29)

paling umum dipakai. Gambar merupakan media sudah dikenal oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan gambar sebagai media untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.

Menurut Depdiknas (2014: 409), gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil pada kertas dan sebagainya. Seri adalah rangkaian yang berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa media gambar seri adalah suatu alat pembelajaran yang berupa tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang berturut-turut baik berupa peristiwa maupun cerita.

3) Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Seri

Langkah-langkah penggunaan media gambar seri yaitu sebagai berikut.

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mengurutkan gambar sesuai dengan penjelasan guru. c) Siswa menjelaskan gambar yang telah diurutkan.

4) Kelebihan dan Kelemahan Gambar Seri

Semua media pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Begitu pula media gambar seri. Sebagaimana dikatakan oleh Hamdani (2011: 250-251) bahwa kelebihan media gambar seri yaitu: a) sifatnya konkret, b) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, c) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, d) dapat memperjelas suatu masalah, e) harga murah dan mudah didapat, f) mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus, dan g) siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan melalui gambar seri.

Kelemahan gambar seri yaitu gambar hanya menekankan persepsi indra penglihatan, gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan siswa yang kurang

(30)

memperhatikan penjelasan guru, pasti mengalami kesulitan dalam mengurutkan gambar (Hamdani, 2011: 251).

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan gambar seri tersebut, peneliti akan memaksimalkan kelebihan tersebut dengan meminimalkan kelemahan gambar seri yaitu menggunakan media gambar seri dengan tepat.

5) Contoh Media Gambar Seri

Contoh media gambar seri tentang BPUPKI.

d. Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Gambar Seri

Model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri adalah suatu pola atau strategi belajar mengajar yang diarahkan oleh guru untuk menyelesaikan suatu masalah atau tugas dengan cara mencatat suatu

1 2

3

4

Gambar 2.10. Contoh Gambar Seri 5

(31)

informasi yang diperoleh kemudian meletakkan gagasan utama di tengah halaman kertas dan membentangkannya ke segala arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, maupun gambar-gambar serta menggunakan gambar rangkaian/seri.

Langkah-langkah model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri yaitu: 1) penyampaian tujuan pembelajaran, 2) penyajian materi dengan gambar dan pencatatan, 3) pembentukan kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-5 anak), 4) penentuan ide sentral dengan gambar, 5) penentuan gagasan atau poin-poin yang berhubungan dengan ide sentral dibantu dengan gambar, 6) penghubungan ide sentral dengan gagasan atau poin-poin dengan bantuan gambar berupa garis penghubung, 7) presentasi hasil diskusi kelompok, 8) penguatan dan kesimpulan hasil diskusi, dan 9) penutup. Gambar 2.11. merupakan contoh mind mapping dengan gambar seri.

Gambar 2.11. Contoh Mind Mapping dengan Gambar Seri

Hasil sidang II BPUPKI Hasil sidang I BPUPKI

3 2

4 5

1

Rumusan dasar negara oleh Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno

Hasil rumusan panitia sembilan (Piagam Jakarta)

Pembentukan BPUPKI

(32)

3. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rejeki (2013) yang berjudul “Penggunaan Model Mind Map dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Kelas IV SD”. Kesimpulannya, hasil pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran mind map dapat meningkatkan hasil belajar. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa meningkat yaitu 35%. Siklus II dan III meningkat menjadi 70% dan 90% yaitu sebanyak 14 siswa dan 18 siswa dari 20 siswa yang tuntas. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada variabel bebas, penggunaan model mind mapp. Selain itu, mata pelajaran yang dipilih yaitu IPS. Perbedaannya terletak pada variabel terikat yaitu peningkatan pembelajaran IPS. Selain itu, subjek yang akan diteliti yaitu siswa kelas IV SD.

Hasil penelitian oleh Radix dan Abdool (2013) yang berjudul “Using Mind Maps For The Measurement and Improvement of Learning Quality”. Dalam penelitian tersebut, penggunaan mind mapping dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Cathy-Ann Radix dan Azim Abdool dengan penelitian ini yaitu penggunaan mind mapping. Perbedaannya terletak pada subjek yaitu pelajar di sekolah tinggi dan materi yang diteliti yaitu komunikasi.

Hasil penelitian oleh Batdi (2015) yang berjudul “A Meta-Analysis Study of Mind Mapping Techniques and Traditional Learning Methods”. Dalam penelitian tersebut, penggunaan teknik mind mapping dapat memberikan dampak positif dalam hasil belajar, sikap, dan ingatan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Veti dengan penelitian ini adalah penggunaan mind mapping. Perbedaannya terletak pada dampak pembelajaran penggunaan mind mapping yaitu hasil belajar, sikap, dan ingatan.

Hasil penelitian oleh Sukerti (2013) yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Negeri 3 Dencarik Kecamatan Banjar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Kesimpulan

(33)

penelitian tersebut yaitu hasil pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan manulis. Pada siklus I dan siklus II ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 64% dan 72,5% dari 16 siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dari kriteria sedang menjadi tinggi. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu penggunaan media gambar berseri dan subjek yang diteliti, siswa kelas V SD. Perbedaannya terletak pada penerapan metodenya yaitu metode demonstrasi dan materi yang digunakan, keterampilan menulis narasi.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPS rendah dikarenakan pembelajaran yang tidak kondusif. Guru kurang memaksimalkan penggunaan media dan belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, menarik, dan sesuai dengan karakteristik siswa. Hal tersebut berdampak pada siswa cepat bosan dan mencari kesibukan lain serta hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia masih rendah yaitu 70% dari 27 siswa belum mencapai nilai KKM (70). Oleh karena itu, diperlukan model dan media pembelajaran yang inovatif, menarik, dan sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yaitu siswa berpikir logis, terikat pada objek-objek yang bersifat konkret, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Penerapan model dan media pembelajaran tersebut diharapkan siswa aktif dalam pembelajaran.

Huda (2014: 307) berpendapat bahwa model pembelajaran mind mapping dapat digunakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan membantu penulisan tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran mind mapping merupakan cara kreatif siswa untuk menghasilkan gagasan dan mencatat apa yang dipelajari yang terdiri dari kata kunci, frasa, konsep, fakta, maupun gambar. Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Rejeki (2013) tentang penggunaan mind mapp pada pembelajaran IPS memberi dampak pada siswa yaitu hasil belajar IPS 90% dari 20 siswa mencapai nilai KKM.

(34)

Hamdani (2011: 250-251) berpendapat bahwa media gambar seri merupakan media yang sifatnya konkret, dapat memperjelas suatu masalah, mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus, dan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Sukerti (2013) tentang penggunaan media gambar beseri pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis narasi berdampak pada peningkatan hasil belajar menulis narasi, 72,5% dari 16 siswa mencapai nilai KKM.

Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen tahun ajaran 2015/2016. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: 1) penyampaian tujuan pembelajaran, 2) penyajian materi dengan gambar dan pencatatan, 3) pembentukan kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-5 anak), 4) penentuan ide sentral dengan gambar, 5) penentuan gagasan atau poin-poin yang berhubungan dengan ide sentral dibantu dengan gambar, 6) penghubungan ide sentral dengan gagasan atau poin-poin dengan bantuan gambar berupa garis penghubung, 7) presentasi hasil diskusi kelompok, 8) penguatan dan kesimpulan hasil diskusi, dan 9) penutup. Penerapan model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen tahun ajaran 2015/2016 dikemas melalui rencana pelaksanaan pembelajaran atau skenario pembelajaran yang runtut dan tepat agar terjadi peningkatan hasil belajar IPS yaitu 80% dari 27 siswa mendapatkan nilai hasil belajar IPS sama atau lebih dari nilai KKM.

(35)

KONDISI AWAL

Siswa cepat bosan, mencari kesibukan lain, dan hasil belajar IPS tentang

Perjuangan Persiapan Kemerdekaan

Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen masih rendah

Guru kurang

memaksimalkan penggunaan media pembelajaran dan pembelajaran yang

dilaksanakan masih bersifat konvensional (kurang inovatif) serta belum sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD

Guru menerapkan model pembelajaran mind mapping dengan

gambar seri untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V

TINDAKAN

Hasil belajar IPS tentang perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia, 80% siswa kelas V mencapai nilai KKM yaitu 70

Gambar 2.12. Bagan Kerangka Berpikir

Siswa tertarik, senang, dan aktif dalam pembelajaran KONDISI

(36)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, penelitian relevan, dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu “Jika penerapan model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri diterapkan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, maka hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kebumen tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat”.

Gambar

Tabel  2.1.  Standar  Kompetensi,  Kompetensi  Dasar,  dan  Indikator  Pembelajaran IPS Kelas V Semester II
Gambar 2.1 Pemetaan Konsep Materi IPS Kelas V Semester 2 tentang  Perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Gambar 2.2.  Anggota Panitia Sembilan
Gambar 2.6. Empat  tokoh  Islam  yakni  Ki  Bagus  Hadikusumo,  Mr.  Kasman  Singodimejo,  Wahid  Hasyim,  dan  Mr
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pendapat Stein (dalam Yuniarti 2002) kehidupan lajang adalah kehidupan pria dan wanita yang belum menikah, yang tidak terlibat dalam hubungan homoseksual

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Japanese Music and Musical

PENDIRIAN SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI.. PRESIDEN

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman