• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cokelat Monggo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cokelat Monggo"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Cokelat Monggo: Semangat Wirausaha

Cokelat Monggo: Semangat Wirausaha

Berkelanjutan

Berkelanjutan

Mendengar kata Yogyakarta, orang akan lan

Mendengar kata Yogyakarta, orang akan langsung teringat akan gudeg dan bakpia Patuk.gsung teringat akan gudeg dan bakpia Patuk. Kedua makanan itu memang sudah sejak lama telah menjadi ci

Kedua makanan itu memang sudah sejak lama telah menjadi ci ri khas Yogyakarta. Bakpiari khas Yogyakarta. Bakpia adalah makanan tradisional yang berbahan baku utama kacang hijau. Makanan ini banyak adalah makanan tradisional yang berbahan baku utama kacang hijau. Makanan ini banyak diproduksi oleh pengusaha yang berlokasi di wilayah Patuk, Kot

diproduksi oleh pengusaha yang berlokasi di wilayah Patuk, Kot a Yogyakarta. Gudega Yogyakarta. Gudeg merupakan makanan khas yang berbahan baku utama

merupakan makanan khas yang berbahan baku utama buah nangka muda. Saking banyaknyabuah nangka muda. Saking banyaknya  penjual gudeg di Yogy

 penjual gudeg di Yogyakarta, baik itu berupa restoran besar maupun warung kecil di pingakarta, baik itu berupa restoran besar maupun warung kecil di pinggirgir  jalan, tidak salah jika kota ini dijuluki sebagai kota gudeg.

 jalan, tidak salah jika kota ini dijuluki sebagai kota gudeg.  Namun, belakangan ini, sebuah

 Namun, belakangan ini, sebuah nama baru muncul dan menjadi simbol baru, ynama baru muncul dan menjadi simbol baru, yaitu Cokelataitu Cokelat Monggo. Kehadiran Cokelat Monggo telah menjadikannya sebagai oleh-oleh

Monggo. Kehadiran Cokelat Monggo telah menjadikannya sebagai oleh-oleh baru khasbaru khas Yogyakarta. Berbeda dengan cokelat lain, Cokelat

Yogyakarta. Berbeda dengan cokelat lain, Cokelat Monggo adalah pionir yangMonggo adalah pionir yang

mengedepankan tradisi Jawa sebagai tema cokelatnya. Dalam hal kualitas, cokelat ini mengedepankan tradisi Jawa sebagai tema cokelatnya. Dalam hal kualitas, cokelat ini

diproduksi oleh ahli cokelat yang menjunjung tinggi tradisi dalam membuat cokelat. Semua diproduksi oleh ahli cokelat yang menjunjung tinggi tradisi dalam membuat cokelat. Semua  produk terbuat dari

 produk terbuat dari premium dark  premium dark  cokelat dengan 100% mentega kakao. Selain itu, Cokelat cokelat dengan 100% mentega kakao. Selain itu, Cokelat Monggo diolah dari biji kakao pilihan dari perkebunan di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Monggo diolah dari biji kakao pilihan dari perkebunan di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Keunikan yang ditawarkan adalah setiap varian produk memiliki cita rasa

Keunikan yang ditawarkan adalah setiap varian produk memiliki cita rasa asli bahan-bahanasli bahan-bahan Indonesia.

Indonesia.

Tidak salah jika Cokelat Monggo mengklaim dirinya sebagai “Pembuat Cokelat Pertama” di Tidak salah jika Cokelat Monggo mengklaim dirinya sebagai “Pembuat Cokelat Pertama” di Yogyakarta karena Cokelat Monggo adalah

Yogyakarta karena Cokelat Monggo adalah pioneer  pioneer  cokelat buatan rumahan ( cokelat buatan rumahan (homemadehomemade))  pertama. Kesuksesan perusahaan ini memicu munculnya perusahaan pembuat cokelat lokal  pertama. Kesuksesan perusahaan ini memicu munculnya perusahaan pembuat cokelat lokal

yang lain. Tak dipungkiri, banyak pemain baru

yang lain. Tak dipungkiri, banyak pemain baru yang masuk di industri ini, turut yang masuk di industri ini, turut menikmatimenikmati manisnya industri coklat ini. Perkembangan persaingan ini yang dirasakan oleh Thierry manisnya industri coklat ini. Perkembangan persaingan ini yang dirasakan oleh Thierry Detournay, pendiri dan pemilik Cokelat Monggo sebagai suatu tantangan tersendiri. Detournay, pendiri dan pemilik Cokelat Monggo sebagai suatu tantangan tersendiri. Persaingan bisnis menjadi semakin tinggi. Perusahaan tidak hanya berhadapan dengan Persaingan bisnis menjadi semakin tinggi. Perusahaan tidak hanya berhadapan dengan  pemain-pemain besar bermerek kuat seperti SilverQueen, Beng-Beng tetapi juga berbagai  pemain-pemain besar bermerek kuat seperti SilverQueen, Beng-Beng tetapi juga berbagai

merek lokal. merek lokal.

Menghadapi persaingan yang semakin tinggi, Cokelat

Menghadapi persaingan yang semakin tinggi, Cokelat Monggo terus berupaya melakukanMonggo terus berupaya melakukan ekspansi bisnisnya tidak hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri. Akan tetapi, menyadari ekspansi bisnisnya tidak hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri. Akan tetapi, menyadari  bahwa kekuatan bisnis ini pada proses prod

 bahwa kekuatan bisnis ini pada proses produksi cokelat yang dibuat secarauksi cokelat yang dibuat secara homemadehomemade,, tentunya perusahaan tidak dapat mengejar skala ekonomis seperti haln

tentunya perusahaan tidak dapat mengejar skala ekonomis seperti haln ya yang dilakukan olehya yang dilakukan oleh  perusahaan besar penguasa pangsa pasar. Perusahaan-perusahaan cokelat berskala besar

 perusahaan besar penguasa pangsa pasar. Perusahaan-perusahaan cokelat berskala besar umumnya dapat memproduksi produk dengan harga lebih murah karena s

umumnya dapat memproduksi produk dengan harga lebih murah karena s ebagian besarebagian besar  pengerjaan dilakukan oleh mesin dan bahan

 pengerjaan dilakukan oleh mesin dan bahan baku yang digunakbaku yang digunakan pun bukan bahan an pun bukan bahan bakubaku  premium. Dengan semakin tingginy

 premium. Dengan semakin tingginya persaingan di bisnis ini, mau tidak mau Thierry perlua persaingan di bisnis ini, mau tidak mau Thierry perlu mempertimbangkan rumusan strategi dan model bisnis yang tepat agar kesuksesan yang mempertimbangkan rumusan strategi dan model bisnis yang tepat agar kesuksesan yang sudah dinikmatinya tetap lenggang. Apakah strategi

sudah dinikmatinya tetap lenggang. Apakah strategi dan model bisnis dan model bisnis yang dijalankannyayang dijalankannya selama ini adalah terbaik untuk memenangkan persaingan? Karena jika ti

selama ini adalah terbaik untuk memenangkan persaingan? Karena jika ti dak melakukandak melakukan inovasi, bukan tidak mungkin manisnya cokelat Monggo buatannya hanya akan ti

inovasi, bukan tidak mungkin manisnya cokelat Monggo buatannya hanya akan ti nggalnggal kenangan.

kenangan.

KONDISI INDUSTRI COKELAT KONDISI INDUSTRI COKELAT Industri Cokelat Dunia

(2)

Kakao adalah salah satu tanaman perkebunan yang menjadi primadona di dunia. Setidaknya Kakao adalah salah satu tanaman perkebunan yang menjadi primadona di dunia. Setidaknya dua alasan kenapa perkebunan kakao menjadi bisnis menarik di banyak negara.

dua alasan kenapa perkebunan kakao menjadi bisnis menarik di banyak negara. Pertama, Pertama, harga kakao yang cenderung naik dari

harga kakao yang cenderung naik dari tahun ke tahun.tahun ke tahun. Kedua, Kedua,konsumsi produk turunankonsumsi produk turunan kakao yaitu Cokelat yang cenderung meningkat. Berdasarkan data yang dirilis oleh kakao yaitu Cokelat yang cenderung meningkat. Berdasarkan data yang dirilis oleh  International Cocoa Organization

 International Cocoa Organization, sebuah organisasi internasional yang membawahi negara-, sebuah organisasi internasional yang membawahi negara-negara produsen dan konsumen kakao dunia tahun 2012, harga kakao dunia

negara produsen dan konsumen kakao dunia tahun 2012, harga kakao dunia selama tujuhselama tujuh tahun terakhir (2005-2012) cenderung meningkat (lihat Peraga 1). Harga kakao terakhir pada tahun terakhir (2005-2012) cenderung meningkat (lihat Peraga 1). Harga kakao terakhir pada  bulan Maret 2012 adalah USD 2.3

 bulan Maret 2012 adalah USD 2.359,25 per ton dan pad59,25 per ton dan pada bulan April 2012 adalah USDa bulan April 2012 adalah USD 2.266,78 per ton. Harga kakao yang relatif tinggi ini menarik negara-negara penghasil kakao 2.266,78 per ton. Harga kakao yang relatif tinggi ini menarik negara-negara penghasil kakao untuk meningkatkan produksi mereka.

untuk meningkatkan produksi mereka. Peraga 1

Peraga 1

Harga Kakao Dunia dari Tahun 2005

Harga Kakao Dunia dari Tahun 2005 –  –  2012 2012 Sumber: International Cocoa Organization (2012). Sumber: International Cocoa Organization (2012). Lebih dari 70% kakao dunia diproduksi oleh

Lebih dari 70% kakao dunia diproduksi oleh negara-negara Afrika. Sisanya diproduksi olehnegara-negara Afrika. Sisanya diproduksi oleh negara-negara di Amerika dan Asia termasuk Indonesia (lihat Peraga 2). Negara produsen negara-negara di Amerika dan Asia termasuk Indonesia (lihat Peraga 2). Negara produsen kakao terbesar di dunia adalah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) dengan proyeksi produksi kakao kakao terbesar di dunia adalah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) dengan proyeksi produksi kakao di tahun 2011/2012 sebesar 1,35 juta ton. Negara produsen terbesar kedua adalah Ghana yang di tahun 2011/2012 sebesar 1,35 juta ton. Negara produsen terbesar kedua adalah Ghana yang diproyeksikan 970 ribu ton kakao pada tahun yang sama.

diproyeksikan 970 ribu ton kakao pada tahun yang sama. Fakta menarik menunjukkan bahwaFakta menarik menunjukkan bahwa sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia diproyeksikan

sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia diproyeksikan memproduksi kakao sebesar 500 ribu ton pada

memproduksi kakao sebesar 500 ribu ton pada tahun 2011/2012. Pada umumnya, negara-tahun 2011/2012. Pada umumnya, negara-negara penghasil kakao adalah negara-negara-negara-negara yang berdekatan dengan garis khatulistiwa. negara penghasil kakao adalah negara-negara yang berdekatan dengan garis khatulistiwa. Dengan demikian, tidak semua negara dapat menjadi produsen penghasil kakao. Kondisi ini Dengan demikian, tidak semua negara dapat menjadi produsen penghasil kakao. Kondisi ini memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi negara-negara produsen kakao.

memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi negara-negara produsen kakao.

Peraga 2 Peraga 2

Produksi Biji Kakao (dalam ribuan ton) Produksi Biji Kakao (dalam ribuan ton)

2009/2010 2009/2010 Estimasi Estimasi 2009/2010 2009/2010 Prediksi Prediksi 2011/2012 2011/2012 Afrika Afrika 2.483 2.483 68,4% 68,4% 3.223 3.223 74,9% 74,9% 2.839 2.839 71,7%71,7% Kamerun Kamerun 205 205 230 230 200200 Pantai

Pantai Gading Gading 1.242 1.242 1511 1511 13501350 Ghana Ghana 632 632 1025 1025 970970  Nigeria  Nigeria 235 235 240 240 210210 Lainnya Lainnya 168 168 217 217 109109 Amerika Amerika 516 516 14,2% 14,2% 544 544 12,7% 12,7% 529 529 13,4%13,4% Brazil Brazil 161 161 200 200 180180

(3)

Ekuador 150 145 150

Lainnya 205 200 199

Asia & Oceania 633 17,4% 537 12,5% 593 15,0%

Indonesia 550 450 500

Papua Nugini 39 47 48

Lainnya 44 40 45

Total Dunia 3.632 100,0% 4.304 100,0% 3.961 100,0% Sumber: International Cocoa Organization (2012).

Meningkatnya permintaan kakao dunia menyebabkan negara-negara produsen kakao

meningkatkan produksi kakaonya. Berdasarkan sebuah laporan yang dirilis oleh Food and  Agricultural Organization, pada tahun 2010 konsumsi kakao dunia mencapai 3,6 juta ton [1].

Konsumsi kakao paling banyak dilakukan oleh negara-negara maju, yaitu sekitar 64% dari total konsumsi kakao dunia pada tahun 2010, dan diproyeksi mengalami kenaikan tahunan sebesar 2,2%. Lebih khusus, konsumsi kakao di Eropa diproyeksikan tumbuh sebesar 1,7%  per tahun (1,4 juta ton). Eropa sepertinya akan terus menjadi wilayah dunia dengan konsumsi

kakao terbesar yaitu sebesar 40% dari total konsumsi tahun 2010. Amerika Utara sebagai area  pengkonsumsi kakao terbesar kedua di dunia mengalami kenaikan 3,6% per tahun dan

mencapai 703 ribu ton. Di negara bekas Uni Soviet, konsumsi kakao naik sebesar 0,8% menjadi 71 ribu ton. Di Jepang, konsumsi meningkat dari 48 ribu ton menjadi 56 ribu ton  pada tahun 2010.

Sementara itu, konsumsi kakao di negara-negara berkembang secara total mencapai 1,3 juta ton pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,8%. Afrika menjadi area  pengkonsumsi kakao terbesar di antara negara-negara berkembang yaitu sebesar 35%. Justru,

konsumsi kakao di negara-negara Amerika Latin dan Caribbean menurun dari 32% menjadi 28% dari total konsumsi negara-negara berkembang. Fakta menarik menunjukkan bahwa konsumsi di Far East, dimana Indonesia sebagai negara produsen terbesar, justru konsumsi kakao per kapita relatif masih sangat sedikit. Di Indonesia, konsumsi kakao hanya 34% dari total konsumsi negara-negara berkembang pada tahun 2010.

Tentu saja, industri kakao sangat berkaitan dengan cokelat sebagai produk turunan utamanya. Lalu, siapa perusahaan produsen utama coklat dunia? Candy Industry, sebuah media yang sejak tahun 1944 fokus mengamati industri confectionery, setiap tahun menerbitkan daftar 100 perusahaan yang bersaing di industri tersebut secara global. Peringkat berdasarkan pada  penjualan bersih. Peraga 3 menunjukkan daftar sepuluh besar perusahaan confectionery

global yang memproduksi beberapa bentuk cokelat dengan nilai penjualan bersih confectionery pada tahun 2011.

(4)

10 Perusahaan Cokelat Global

Perusahaan Penjualan Bersih 2011 (Juta

USD)

Kraft Foods Inc (USA) 19.965

Mars Inc (USA) 16.200

 Nestle SA (Switzerland) 12.808

Ferrero Group (Italy) 9.612

Hershey Foods Corp (USA) 6.112

Chocoladefabriken Lindt & Sprungli AG

(Switzerland) 2.796

August Storck KG (Germany) 2.205

Yildiz Holding (Turkey) 2.095

Meiji Co (Japan) 1.791

Arcor Group (Argentina) 1.716

Sumber: Candy Industry, Januari 2012 dalam International Cocoa Organization (2012).

Industri Cokelat di Indonesia

Laporan yang dirilis oleh Kemenperin (2007) mencatat tiga daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia berada di Pulau Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan (184 ribu ton-28,26%),

Sulawesi Tengah (137 ribu ton-21,04%), Sulawesi Tenggara (111 ribu ton-17,05%). Sisanya di beberapa daerah lain di Indonesia seperti Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Lampung dan lainnya. Menurut jenis usaha, perkebunan kakao Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan swasta. Sementara itu, luas  perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 1.651.539 ha yang terdiri dari  perkebunan rakyat (PR) seluas 1.555.596 ha, perkebunan besar negara (PBN) 50.104 ha, dan  perkebunan besar swasta (PBS) 45.939 ha.

Indocomercial edisi Februari 2011 melaporkan bahwa cuaca yang tidak bersahabat

menyebabkan kesulitan pada perkebunan kakao. Akibatnya, banyak pohon kakao yang tidak  berbuah. Kondisi ini berdampak pada penurunan produksi kakao dalam negeri. Pada tahun

2010, realisasi produksi kakao nasional sebesar 575.000 ton. Kemudian, produksi pada tahun 2011 menurun tajam menjadi hanya 450.000 ton. Pada tahun 2012, sepert i ditunjukkan pada Peraga 4, produksi kakao nasional ditargetkan sebesar 500.000 ton.

(5)

Peraga 4

Produksi Kakao Nasional, 2010 –  2012 (ribu ton) *) target

Sumber: Indocomercial (2012).

Lebih lanjut, Indocomercial melaporkan bahwa produksi kakao nasional selama ini sebagian diekspor ke sejumlah negar a[2]. Ekspor biji kakao nasional (di luar kulit dan sekam)

sepanjang tahun 2006-2011 cenderung berfluktuasi. Bila pada tahun 2006 ekspor biji kakao nasional telah mencapai 490.778 ton senilai USD 619.017 ribu, pada tahun berikutnya menurun 22,6% menjadi 379.829 ton dengan nilai yang justru meningkat menjadi USD

622.600 ribu. Dalam dua tahun berikutnya ekspor terus meningkat dan mencapai 439.305 ton  pada tahun 2010 dengan nilai USD 1.190.740 ribu. Sedangkan ekspor pada tahun 2011

hingga bulan juni lalu telah mencapai 118.447 ton senilai USD 351.894 ribu (lihat Peraga 5). Peraga 5

Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia 2006 –  2011 Tahun Volume (ton) Kenaikan (%) Nilai (USD

‘000) Kenaikan (%) 2006 490.778 619.017 2007 379.829 -22,60 622.600 0,60 2008 380.513 0,20 854.585 37,30 2009 439.305 15,45 1.087.485 27,25 2010 432.427 -1,57 1.190.740 9,49 2011* 118.447 351.894 *) Januari –  Juni Sumber: Indocomercial (2012)

Selama Januari-Juni 2011 lalu, ekspor biji kakao nasional terbesar ditujukan ke Mala ysia dengan pangsa pasar sebesar 74,27% atau sebesar 87.967 ton dengan nilai USD 259.607 ribu.

(6)

Kemudian disusul ke Singapura sebesar 11.044 ton (9,32%) senilai USD 33.510 ribu,

Amerika Serikat 6.884 ton (5,81%) senilai USD 20.789 ribu serta ke Cina sebesar 3.862 ton (3,26%) dengan nilai USD 12.425 ribu. Untuk negara tujuan lainn ya dapat dilihat pada Peraga 6.

Peraga 6

10 Negara Tujuan Utama Ekspor Biji Kakao Januari –  Juni 2011

Negara Tujuan Volume (kg) Pangsa Pasar (%) Nilai (USD)

Malaysia 87.967.319 74,27 259.603.727 Singapura 11.043.952 9,32 33.510.206 Amerika Serikat 6.884.435 5,81 20.789.439 China 3.861.992 3,26 12.425.358 Thailand 3.605.000 3,04 10.755.550 Kanada 2.750.000 2,32 7.644.294 India 2.060.000 1,74 6.116.655 Jerman 112.500 0,09 521.426 Italia 100.000 0,08 310.500 Sri Lanka 30.000 0,03 97.000

Sumber: Badan Pusat Statistik dalam Indocomercial (2011)

Meskipun Indonesia adalah negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia, konsumsi dalam negeri ternyata masih sangat sedikit. Kemenperin (2007) menyatakan bahwa produksi kakao Indonesia di tahun 2007 adalah 456 ribu ton biji kakao, dengan rincian 365 ribu ton (73,5%) diekspor dalam bentuk biji dan sisanya 121 ribu ton (26,5%) diolah di dalam negeri. Produksi cokelat olahan (96 ribu ton) meliputi cocoa butter  dan cocoa powder .

Menyikapi banyaknya jumlah biji kakao mentah yang diekspor keluar negeri, Pemerintah menerapkan dua strategi besar untuk mengoptimalkan pengolahan kakao dan meningkatkan konsumsi kakao dalam negeri. Pertama, dengan menerapkan bea keluar (BK). Indocomercial edisi April 2011 melaporkan bahwa sejak April 2010 pemerintah menerapkan bea keluar (BK) untuk biji kakao. Bea keluar ditujukan untuk mengurangi ekspor bahan baku dan mendongkrak kinerja industri pengolahan kakao di dalam negeri. Setahun semenjak bea keluar diterapkan, pemanfaatan kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat 20%. Sebagai dampaknya, volume ekspor kakao olahan Indonesia pada J anuari 2011 meningkat 71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penerapan Bea Keluar kakao akan menstimulasi industri pengolahan kakao di dalam negeri karena industri pengolahan  bisa mendapatkan pasokan bahan baku biji kakao dengan harga yang lebih murah

(7)

Kementerian Keuangan menegaskan bahwa kebijakan BK yang diterapkan pada produk kakao telah efektif mendorong hilirisasi industri di sektor tersebut[3]. Aturan itu dianggap mampu mendorong industrialisasi dari biji kakao menjadi produk kakao olahan yang

memiliki nilai tambah. Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), setelah BK diterapkan, industri dalam negeri berhasil menyerap 54% dari total produksi kakao nasional pada tahun 2011. Pada tahun 2012, AIKI memprediksikan dari total produksi biji kakao nasional sebesar 500 ribu ton, 76% diolah industri dalam negeri dan sisanya diekspor. Dengan pencapaian ini, maka nilai tambah kakao Indonesia akan lebih  banyak diterima oleh produsen dalam negeri karena harga produk olahan lebih tinggi

daripada produk mentah.

 Kedua, Pemerintah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Konsumsi Kakao dan Cokelat  Nasional.” Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan biji kakao –  yang

merupakan bahan baku cokelat –  adalah salah satu komoditas perkebunan yang strategis merupakan latar belakang gerakan ini[4]. Hal ini bisa dilihat dari devisa yang dihasilkan dan mampu menghidupi jutaan para petani dan keluarganya dari Sabang sampai Merauke. Nilai devisa kakao pada tahun 2010 mencapai USD 1.59 Milyar. Dari 550 ribu ton biji kakao yang diproduksi di Indonesia setiap tahunnya, sekitar 70% diekspor dalam bentuk biji kakao

mentah, sisanya diproses menjadi produk kakao olahan –  seperticocoa butter, cocoa liquor , dancocoa powder  –  yang diolah industri dalam negeri. Di negara pengimpor, biji kakao dan  produk kakao olahan diproses menjadi cokelat yang diekspor kembali ke Indonesia. Hingga

saat ini, masyarakat hanya mengetahui bahwa produsen cokelat adalah Eropa dan Amerika. Untuk menyikapi kondisi tersebutlah, pemerintah bersama para pemangku kepentingan kakao di Indonesia menyelenggarakan gerakan peningkatan konsumsi kakao. Pada dasarn ya,

gerakan ini bertujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan konsumsi kakao dan cokelat nasional, mempopulerkan komoditas agro kebanggaan nasional, dan mengawali eksposur  produksi cokelat nasional, serta rebranding  kakao dan cokelat nasional. Tujuan akhiryang

diharapkan, masyarakat Indonesia mencintai cokelat produksi dalam negeri sehingga

meningkatkan permintaan cokelat produksi dalam negeri. Strategi ini sejalan dengan strategi BK yang telah diterapkan sebelumnya.

Dari sisi konsumen, permintaan cokelat olahan di pasar dalam negeri sangat menjanjikan. Hal ini ditegaskan oleh Piter Jasman, Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia[5],

“Untukvalentine’s day itu (cokelat) rutin ada permintaan. Itu (permintaan Cokelat) juga menopang peningkatan di dalam negeri yang bisa mencapai 10% lebih tinggi dari tahun lalu. Sejalan dengan pendapatan per kapita orang Indonesia, misalnya, tahun 2011 mencapai USD 3.542 (Rp 31,8 juta) atau naik 17,7% dibandingkan tahun 2010 sebesar USD 3.010 (Rp 27  juta), permintaan cokelat olahan di dalam negeri meningkat cukup signifikan. Daya beli yang

meningkat karena pendapatan per kapita naik. Sekarang saja sudah beragam makanan yang menggunakan cokelat, seperti ice cream, wafer, biscuit, dan banyak lainnya”.

Semakin menjanjikannya industri cokelat nasional, semakin banyak pula pemain yang masuk di dalam industri ini. Asosiasi Industri Kakao Indonesia memperkirakan bahwa produksi kakao olahan dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai

(8)

196 ribu ton, naik 55,5% dari tahun lalu (126 ribu ton )[6]. Perusahaan asing diperkirakan menguasai 70% dari produksi kakao olahan nasional pada tahun 2011 yang ditargetkan mencapai 280 ribu ton. Lebih lanjut, menurut Sindra Wijaya, Direktur Eksekutif AIKI, tingginya penguasaan perusahaan asing itu dipengaruhi oleh besarnya permodalan untuk ekspansi dan ketersediaan pasokan bahan baku berupa biji kakao. Selain perusahaan besar dengan kapasitas produksi raksasa, banyak perusahaan-perusahaan kecil yang juga

memproduksi cokelat olahan. Salah satunya adalah cokelat Monggo yang berasal dari Yogyakarta.

Di samping untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, produksi kakao olahan Indonesia selama ini juga telah berhasil menembus pasar ekspor di berbagai negara. Bahkan selama tahun 2005-2010, secara keseluruhan ekspor produksi kakao cenderung meningkat.

Sepanjang periode tersebut, penurunan ekspor hanya terjadi di tahun 2007 dan 2009. Setelah sempat meningkat dari 89.977 ton menjadi 108.203 ton di tahun 2006 (senilai USD 219.299 ribu), ekspor pada tahun berikutnya menurun menjadi 105.648 ton dengan nilai yang justru melonjak tajam mencapai USD 277.914 ribu. Pada tahun 2008, eskpor kembali meningkat menjadi 120.153 ton (USD 387.949 ribu). Namun sayang, pada tahun 2009 ekspornya menurun tajam menjadi 82.596 ton menyusul menurunnya permintaan pasar ekspor akibat krisis ekonomi global. Akan tetapi, ekspor kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 103.156 ton dengan nilai USD 406.310 ribu (lihat Peraga 7).

Peraga 7

Perkembangan Ekspor Kakao Olahan Indonesia 2005 –  2011

Tahun Volume (ton) Kenaikan (%) Nilai

(USD’000) Kenaikan (%) 2005 89.977 186.459 2006 108.304 20,4 219.299 17,6 2007 105.648 -2,5 277.914 26,7 2008 120.153 13,7 387.949 39,6 2009 82.596 -31,3 295.712 -23,8 2010 103.156 24,9 406.310 37,4 2011* 154.451 49,73 605.977 49,14

*) prediksi berdasarkan data hingga bulan Oktober

(9)

Sementara jika dilihat negara tujuannya, ekspor terbesar pada t ahun 2010 ditujukan ke Amerika Serikat (pangsa pasar 23,0% dari total ekspor kakao olahan Indonesia atau sebes ar 23.676 ton senilai USD 112,92 juta). Disusul ke Philipina sebesar 10.367 ton (10,1%) senilai USD 29,80 juta, dan Spanyol 8.070 ton (7,8 %) senilai USD 24,82 juta. Lebih lengkap

negara-negara tujuan ekspor ditunjukkan pada Peraga 8. Peraga 8

Ekspor Kakao Olahan Menurut Negara Tujuan 2010

Negara Tujuan Volume (kg) Pangsa Pasar (%) Nilai (USD) Amerika Serikat 23.675.880 23,0 112.922.316 Filipina 10.367.506 10,1 29.804.676 Spanyol 8.069.815 7,8 24.823.321 Australia 6.774.677 6,6 34.283.752 Jerman 6.322.850 6,1 23.185.094 China 5.766.601 5,6 18.432.701 Perancis 5.600.000 5,4 29.257.429

Uni Emirat Arab 3.633.464 3,5 20.413.159

Russia 3.336.574 3,2 10.480.478

Belanda 2.660.124 2,6 13.393.654

Sumber: Badan Pusat Statistik dalam Indocomercial (2011)

Pasar Cokelat Dalam Negeri

Asia Food Journal menyebutkan bahwa pasar kembang gula (confectionery) di Indonesia  bernilai USD 275,5 juta pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan 2,2% per tahun[7]

(lihat Peraga 9).

Peraga 9

Pasar Kembang Gula (Confectionery ) di Indonesia (USD Juta)

Kategori 2000 2006 2007 2010 Pertumbuhan Per

Tahun

Sereal 5,4 6,6 6,7 7,4 3,2%

Cokelat 89,8 105,5 107,9 115,0 2,5%

(10)

Sugar

Confectionery 103,8 116,2 118.2 125,7 1,9%

Total 221,3 253,5 258.3 275,5 2,2%

Sumber: Asia Food Journal  (2006)

Kategori sugar confectionery dan cokelat adalah penyumpang terbesar dari total pasar confectionery di Indonesia pada tahun 2010. Untuk industri cokelat sendiri, total pasar pada tahun itu sebesar USD 115 juta. Total pasar sebesar itu diperebutkan oleh banyak merek cokelat. Berikut ini adalah pangsa pasar untuk merek-merek cokelat yang bersaing di Indonesia pada tahun 2011 (lihat Peraga 10).

Peraga 10

Pangsa Pasar Cokelat di Indonesia 2011

Merek  Pangsa Pasar

SilverQueen 30,30%

Beng Beng 12,40%

Delfi Top 10,50%

Delfi Cha Cha 8,10%

Cadbury 4,20%

 Nestle Kit Kat 2,30%

Delfi Gift box and others 2,30% Delfi Pops, Take-it,

Windmolen, Jago 2,30%

Toblerone 1,90%

Vanhouten 1,90%

Merci, GuyLian, Rittersport 1,70%

Fonnut 1,50%

Chic Choc 1,20%

Lainnya 19,40%

Source: Remisiers.Org (2012)

SilverQueen adalah merek cokelat yang menguasai 30,30% pasar cokelat Indonesia.

Pemegang pangsa pasar kedua adalah Beng Beng dengan pangsa pasar 12,40%. Selanjutnya adalah Delfi Top sebesar 10,50% dan Delfi Cha Cha sebesar 8,10%. Merek lainnya, selain merek cokelat nasional, menguasai pasar sebesar 19,40%. Selain merek-merek cokelat

nasional yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan cokelat besar, Indonesia juga memiliki merek-merek cokelat lokal yang diproduksi oleh perusahaan kecil. Mereka bia sanya

(11)

dengan perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan ini biasanya menawarkan keunikan dan nilai lokal daerah asal (lihat Peraga 11).

Peraga 11

Beberapa Perusahaan Cokelat Lokal di Indonesia PT Anugerah Mulia Indobel

Merek Cokelat Monggo

Alamat Jalan Dalem KG III / 978 RT 043 RW 10 Kel. Purbayan Kotagede 55173 Yogyakarta

Cakupan Pasar Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera

Keunikan

 –  Menawarkan produk cokelat premium (100% cocoa butter)  –  Memiliki banyak ragam produk inovatif

 –  Memiliki sertifikasi POM dan Halal

 –  Peduli terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ketenagakerjaan Cokelat Roso

Merek Cokelat Roso

Alamat Jalan Sultan Agung no. 46 dan Jalan Kaliurang Kilometer 5.6 Yogyakarta

Cakupan Pasar Yogyakarta

Keunikan

 –  Mengedepankan tradisi Yogyakarta (Cokelat Roso Jejamuan: gula asem, kunyit, dan beras kencur)

 –  Pengemasan unik dengan gentong mini (Cokelat Roso Butong –  Buah Gentong)

PT Tama Cokelat Indonesia Merek

Chocodot, Gagechoco, Cokelat Van Java, Rangichoc, OLGA Choco, Cokelat Dogar, CoffeChoc, Chokor, Chocodot Nutz, Dijebred’s, Chocolate Update

Alamat Jalan Raya Samarang No 100 Garut , Jawa Barat Cakupan Pasar Beberapa kota di Pulau Jawa, Bali, Batam

Keunikan

 –  Menyediakan kombinasi cokelat dengan produk lain (dodol, kopi, dll) yang sangat banyak

 –  Menjual keunikan merek seperti Chocolate Update (Cokelat

Gawat Darurat, Cokelat Sesuwatu Banget, Cokelat Anti Galau, Cokelat Badai Tsunami, Cokelat Tolak Miskin, Cokelat Rasa Sayang, Cokelat Enteng Jodoh, Cokelat Obat Stress, Cokelat Cegah Alay, Cokelat High Quality Jomblo)

 –  Menjual keunikan Garut. PT Vanessa

(12)

Merek Vanssa Chocolate Alamat Gresik Jawa Timur

Cakupan Pasar Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Arab Saudi, Malaysia Keunikan

 –  Penggunaan 80 persen cokelat alami

 –  Desain warna kemasan yang sangat cerah dan berwarna-warni Al Madad

Merek Cokelat Al Madad

Alamat Counter “Chocolate Lover” Carefour A. Yani Serang –  Banten –  Indonesia

Cakupan Pasar Banten, dan beberapa kota di Pulau Jawa (Bandung, Semarang, Yogyakarta)

Keunikan

 –  Menjual konsep “Cokelat Asli Banten”

 –  Tampilan produk yang menarik anak-anak (cokelat stick  berbentuk boneka)

 –  Varian produk cokelat berbagai warna (cerah) Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

SEJARAH DAN LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Sejarah Coklat Monggo

Cerita Cokelat Monggo dimulai dari tahun 2001. Adalah Thierry Detournay, seorang pria  berkebangsaan Belgia yang pada waktu itu berusia 35 tahun, datang ke Yogyakarta. Tinggal

di Indonesia, sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, dia m erasa kecewa dengan kualitas cokelat yang dijual di toko-toko. Dia kesulitan untuk menemukan cokelat yang sesuai dengan seleranya. Thierr y kemudian memutuskan untuk membuat beberapa

 produk cokelat cita rasa Belgia sendiri dengan sumber daya yang terbatas. Cokelat “truffle”

yang dibuatnya pertama kali diberikan kepada teman-teman Indonesianya dan langsung

mendapatkan tanggapan: “Anda harus membuatnya lagi!” kata mereka yang merasakan

nikmatnya cokelat tersebut dan ketagihan.

Alhasil Thierry membuat cokelat lebih banyak lagi. Dengan memanfaatkan vespa tua  berwarna merah muda miliknya sebagai tempat jualan, setiap minggu Thierry berjualan di

daerah kampus Universitas Gadjah Mada dan Gereja Kota Baru. Awaln ya hanya untuk kesenangan pribadi dan menaksir minat serta reaksi mas yarakat, bukan untuk mencari keuntungan.

Jatuh cinta pada pandangan pertama. Frase klasik itulah yang menggambarkan sosok kecintaan Thierry pada budaya Jawa khususnya Yogyakarta. Kelekatan tradisi ketimuran yang termanifestasikan dalam kesantunan dan ketekunan manusianya menjadi daya pemikat

(13)

 bagi Thierry untuk menginisiasi usaha yang mampu melibatkan masyarakat lokal. Pilihan lokasi di kota para raja Mataram tempo dulu, kawasan yang dikenal sebagai Kotagede, menjadi penambah spirit atas niat tersebut. Sosok perempuan Jawa yang distereotipkan sebagai perempuan yang pasrah atas nasib dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk menjadi ibu rumah tangga, namun pada sisi lain menyimpan potensi ketekunan, kecermatan dan keteguhan. Potensi tersebut kemudian diadopsi dalam rantai proses usaha cokelat yang  berbasis pada peran serta masyarakat (kususnya kaum perempuan) sekitar. Hal ini sesuai,

karena proses membuat cokelat dengan teknik handmade, dalam beberapa hal mirip dengan  proses membuat kain Batik khas Jawa, yang membutuhkan proses berjenjang dan

mengharuskan kedisiplinan dan ketelatenan.

Untuk mewujudkan impiannya sebagai pembuat cokelat pertama di Yogyakarta, Thierry menggabungkan sumber daya dan modal terbatas yang dimilikinya. Ide awalnya adalah

membuka sebuah toko, namun mengalami kegagalan. Tidak terlalu lama, dia bertemu dengan Edward Riando Picasauw. Pada tahun 2005, mereka sepakat untuk mendirikan Anugerah Mulia. Pada waktu itu, modal awal perusahaan ini hanya sebesar Rp 150 juta.

Kegiatan produksi dilakukan di sebuah rumah kontrakan kecil di Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Thierry dibantu lima orang karyawan yang bekerja secara serabutan. Setiap hari mereka hanya mengolah lima kilogram bahan cokelat. Perusahaan ini meluncurkan

 produk pertamanya yaitu cokelat praline bermerek “Cacaomania” yang ditujukan untuk anak  -anak muda.

Pada perjalanannya, perusahaan baru itu meninggalkan merek “Cacaomania” karena ternyata sudah ada perusahaan lain yang menggunakan nama yang hampir sama. Dalam pencarian nama baru, Thierry mendapatkan ide untuk menciptakan produk cinderamata dari cokelat khusus untuk Yogyakarta. Design dan jenis packaging sudah te rpilih, kertas daur ulang dengan design sederhana yang merupakan representatif dari kota Yogyakarta. Dalam brain storming dengan rekannya, Thierry mengarah kepada istilah-istilah bahasa Jawa. Akhirnya, mereka menemukan kata yang pas yaitu “Monggo.” Monggo adalah sebuah kata dalam  bahasa Jawa yang berarti “silakan” yang selalu digunakan oleh orang-orang Yogyakarta

sambil mengacungkan ibu jari ataupun ketika kita lewat di depan orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke rumah atau meninggalkan rumah seseorang. Tidak hanya orang Yogyakarta, kata ini sebenarnya juga digunakan secara luas. Secara khusus, nama “Monggo” sangat menggambarkan budaya Jawa dan kota Yogyakarta.

Sejak awal berdirinya, Thierry mengajak masyarakat di sekitarnya untuk mengembangkan usaha. Thierry tidak semata-mata menggagas usaha untuk mencari keuntungan tetapi

memberikan media dan lahan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Harapannya kesejahteraan masyarakat meningkat dan pola hidup serta kesadaran pentingnya sumber daya alam bangsa  juga meningkat.

Akhirnya, sudah sebelas tahun, Thierry berpetualang di bisnis coklat ini, meskipun awalnya tanpa sebuah perencanaan yang pasti. Thierry menghadirkan coklat monggo sebagai

 pemenuhan keinginan akan cokelat berkualitas internasional di tengah kota budaya, yang dikombinasikan dengan niat tulus memberdayakan masyarakat sekitar di kawasan Kotagede Yogyakarta. Coklat Monggo menawarkan produk premium yang diproduksi secara

homemade. Kesuksesan Cokelat Monggo telah memacu munculnya produsen cokelat lokal homemade.

(14)

Proses Produksi Cokelat Monggo

Konsep proses produksi didesain untuk memastikan minimalisasi dampak negatif pada lingkungan dan optimalisasi sumber daya alam dan sosial secara bertanggung-jawab.

Pemaduan tersebut menghasilkan tidak saja produk berkualitas prima berstandar internasional namun proses berkualitas yang menyertakan kearifan lokal dari pembuatnya dengan konsep handmade dan homemade.

Secara rinci, proses pembuatan Cokelat Monggo tersaji di Peraga 12. Beberapa proses utama  pembuatan cokelat secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.  Pohon dan Biji Kakao

Biji kakao berasal dari pohon kakao. Pohon kakao biasanya hidup pada iklim tropis, berudara  panas dan hujan. Oleh karena itu, perkebunan kakao sebaiknya berada di daerah yang tidak

lebih dari 20 derajat di utara atau selatan khatulistiwa. Awalnya pohon tersebut hanya tumbuh di daerah Amerika Tengah dan Selatan selanjutnya menyebar ke daerah Afrika dan Asia. Pada tahun 1778 orang-orang Belanda membawa biji kakao dari Filipina ke Jakarta. Mereka membangun sebuah fasilitas perkebunan yang di masa sekarang ini menjadi pusat produksi yang besar.

Walaupun buah kakao dapat dipetik sepanjang tahun, akan tetapi panen buah kakao terbesar  berada di musim tertentu. Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu Criollo, Forastero, dan

Trinitario. Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah. Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk memanjat dan

memanen buah kakao tersebut. Buah-buah kakao tersebut dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir ladang untuk dikupas. Antara 20-50 biji kakao

 berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Biji kakao dapat berubah warna menjadi lavender atau ungu karena perbedaan tekanan udara.

2.  Fermentasi dan Pengeringan

Proses fermentasi dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan memperkuat rasa cokelat. Fermentasi dilakukan dengan cara meletakkan biji kakao basah dalam keranja ng dan ditutup daun pisang. Setelah fermentasi, biji kakao menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur di luar selama beberapa hari tergantung kondisi cuaca. Selama proses pengeringan, biji kakao akan kehilangan

kelembabannya dan berukuran lebih dari setengah berat biji basah. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang sudah dikeringkan akan menghasilkan berat tidak lebih dari 55g. Untuk membuat 450g cokelat biasanya dibutuhkan 400 buah kakao.

3.  Pemanggangan dan Pengilinggan

Setelah kualitas biji kakao diteliti oleh pembeli maka tiba saatnya untuk mengolah biji kakao tersebut. Langkah pertama dari pengolahan adalah pembersihan dengan memasukkan biji kakao kedalam mesin pembersih yang akan memisahkan sisa daging dan kulit buah kakao. Ketika biji sudah dibersihkan secara keseluruhan, selanjutnya ditimbang dan dihaluskan sesuai dengan ukuran dan standar dari perusahaan. Untuk mendapatkan cita rasa yang kuat

(15)

dari biji kakao, biji dipanggang di dalam sebuah tabung silinder yang besar dan berputar. Proses ini dapat berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam tergantung keinginan pembeli. Setelah pemanggangan, biji didinginkan dan dikupas kulit luarnya yang gosong akibat proses  pemanggangan.

4. Cokelat yang dapat dimakan

Pada saat pembuatan bubuk cokelat, lemak nabati dari biji kakao bernama mentega kakao akan dihilangkan. Namun, untuk membuat cokelat yang dapat dimakan, le mak nabati yang ada justru ditambahkan. Cokelat batangan berkualitas tinggi memiliki kadar minimal 25% mentega kakao dari berat cokelat. Adanya kandungan mentega kakao, cokelat akan lebih  bercita rasa dan lebih lunak. Proses selanjutnya adalah proses “conching” yaitu mencampur

kakao massa, mentega kakao, gula dan perasa sehingga menghasilkan pasta cokelat yang halus. Proses ini berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam sampai dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut diproses dengan

dipanaskan, didinginkan, dan dipanaskan kembali (tempering process) sesuai dengan  pengaturan suhu.

Selanjutnya, campuran cokelat yang sudah diproses dimasukkan ke dalam cetakan dan dibentuk sesuai keinginan. Cokelat yang sudah dicet ak dimasukkan ke tempat pendinginan dengan suhu yang stabil untuk menjaga cita rasa cokelat tersebut. Setelah i tu, cokelat

dilepaskan dari cetakan dan dikemas yang kemudian dipasarkan pada distributor dan konsumen.

Peraga 12

Contoh Proses Produksi Coklat Monggo

1. Kacang mete hampir siap untuk dipanggang

2. Tempering: pelelehan dan  pendinginan

3. Mengisi cetakan dengan Cokelat 4. Menaburkan kacang

5. Melapisi kacang dengan Cokelat 6. Mengisi cetakan dan meratakan Cokelat

7. Setelah proses pendinginan 8. Pengawasan produk pada proses  produksi

9. Pengemasan dengan alumunium foil 10. Proses pengepakan dengan kertas daur ulang

(16)

Peraga 12 di atas menunjukkan contoh proses pembuatan salah satu produk Cokelat Monggo, yaitu cokelat mete. Awalnya, kacang mete dikupas, dipotong dan kemudian dipanggang. Selanjutnya, para karyawan melakukan proses tempering  yaitu melelehkan dan mendinginkan cokelat. Cokelat cair dimasukkan kedalam cetakan menutupi separuh ketinggian cetakan. Mete yang telah disiapkan sebelumnya ditaburkan ke dalam cetakan tersebut dan setelah merata, cokelat cair ditambahkan lagi untuk menutupi mete. Pekerja kemudian meratakan cokelat cair tersebut untuk memastikan bahwa mete benar-benar telah tertutup. Setelah itu, cokelat didinginkan. Saat proses ini, pekerja terus melakukan pengecekan terhadap kualitas cokelat. Cokelat yang telah memadat dikeluarkan dari cetakan dan siap dib ungkus dengan alumunium foil. Bungkus luar ditambahkan agar lebih menarik konsumen. Cokelat Monggo  pun telah siap untuk dipasarkan.

Produk Cokelat Monggo

Sebagai perusahaan yang menawarkan “nilai” kepada konsumen, Cokelat Monggo benar- benar memberikan kualitas terbaik di setiap produknya. Bahkan perusahaan berani

menjanjikan “ Extra Fine Chocolate”. Jelas, kualitas cokelat terbaik hanya bisa diproduksi oleh mereka yang benar-benar ahli, chocolatier , dan Thierry adalah ahli cokelat Belgia yang memang memiliki keahlian untuk itu. Secara formal, dia pernah mengikuti kursus membuat cokelat dari seorang ahli di negara asaln ya. Semua produk Cokelat Monggo terbuat dari  premium dark chocolate dengan 100 persen mentega kakao. Kakao tersebut diolah dari biji

kakao pilihan yang berasal dari perkebunan di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi sehingga dapat dikatakan Cokelat Monggo memiliki cita rasa asli bahan Indonesia.

Saat ini Cokelat Monggo memiliki banyak varian produk. Secara umum, ada produk yang diproduksi secara masal (pasar konsumen) dan ada produk yang diproduksi untuk pesanan khusus atau ditujukan untuk pasar bisnis. Secara kategori, produk yang ditujukan untuk pasar konsumen termasuk dalam kategori Bars (40 gr), Tablets (80 gr), Bar (100 gr), Produk Oleh-oleh, Produk Event (Seasonal), dan Pralines sedangkan produk dalam kategori Monggo Hotel dan Restoran ditujukan untuk konsumen bisnis. Berikut i ni adalah ragam produk Cokelat Monggo di setiap kategori produk di atas. Gambar produk-produk Cokelat Monggo dapat dilihat pada Peraga 13.

 Bar  (40 gr):

 Praline –  Krim Kacang Mete, terbuat dari kacang mete, cokelat susu, dan creamer

serta dibalut dengan dark cokelat 58% kakao.

 Caramello –  Krim Karamel, terbuat dari caramel, ekstrak jahe, dan dark cokelat.  Dark –  58% Kakao, terbuat dari bahan alami dan mentega kakao 100%.

 Stroberi, terbuat dari pasta stroberi terbaik dibalut dengan dark cokelat 58% kakao.  Durian, terbuat dari pasta durian dan dark cokelat 58% kakao.

(17)

 Cokelat Susu –  41% Kakao, merupakan perpaduan susu dengan cokelat dengan

kandungan kakao yang tinggi.

 Mangga, merupakan dark cokelat yang diisi dengan pasta mangga.

 Marzipan, merupakan perpaduan antara dark cokelat dengan Marzipan (adonan yang

 bahan utamanya terbuat dari gula dan cacahan kacang almond).

 Kurma, merupakan perpaduan dark cokelat dengan potongan kurma (sa at event

Lebaran)

Tablet (80 gr):

 Orange Peel, perpaduan antara dark cokelat dengan olahan kulit jeruk sunkis asli.  Macadamia, perpaduan antara dark cokelat 58% kakao dengan kacang Macadamia

segar yang ditumbuk kasar.

 Jahe, perpaduan antara dark cokelat 58% kakao dengan manisan jahe.

 Dark Cokelat 58% kakao, mengandung bahan alami (58% kakao) dan mentega kakao

100%.

 Dark Cokelat 69% kakao, mengandung 69% kakao.

 Milk Cokelat –  41% Kakao, perpaduan antara susu dengan cokelat dengan kandungan

kakao tinggi.

 Mangga, merupakan perpaduan antara manisan buah mangga dengan dark cokelat.  Red Chili, perpaduan antara dark cokelat 58% kakao dengan cabai renyah.

Tablet (100 gr):

 Borobudur –  Perpaduan antara dark cokelat 58% kakao dengan jahe.

 Petruk –  Dark 58% kakao, mengandung kakao 58% dengan bahan alami dan mentega

kakao 100%.

 Semar –  Kismis dan Kacang Mete, perpaduan antara kismis, kacang mete , dan dark

cokelat 58% kakao.

 Gareng –  Praline, terbuat dari kacang mete, cokelat susu, dan creamer yang dibalut

dengan dark cokelat 58% kakao.

 Becak –  Kacang Mete, terbuat dari kacang mete dan cokelat murni terbaik dengan

100% mentega kakao tanpa sedikitpun tambahan lemak lain.

 Mulatani-Dark Cokelat dengan paduan cabai renyah.

 Kurma – Mete, paduan dark cokelat dengan cacahan mete dan kurma (saat e vent

(18)

Oleh-Oleh

 Boks Souvenir of Java, terdiri dari tiga cokelat tablet 100 gr dan ikon budaya Jawa

yaitu Becak (dark cokelat 58% kakao dengan kacang mete panggang), Petruk (dark cokelat 58% kakao), dan Borobudur (dark cokelat 58% kakao dengan manisan jahe).

 Box Wayang, satu box berisi cokelat pralin dengan isian adonan krim kacang mete

 berbentuk karakter Punakawan : Semar, Petruk, Gareng, Bagong, dan Gunungan.

 Stupa, dark cokelat 58 % kakao berbentuk stupa.

 Box Punakawan, terdiri dari 24 mini tablet dark cokelat 58% kakao.  Lucky Cat, dark cokelat berbentuk kucing.

 Gift Box, box berisi 10 bar cokelat 40 gram dengan 9 varian.

ProdukSeasonal :

Produk ini khusus dibuat untuk menyambut perayaan hari spesial. Beberapa produk seasonal yang diproduksi oleh Cokelat Monggo adalah:

 Valentine Day 2011, cokelat praline yang merupakan perpaduan antara Cokelat Hitam

dan kacang mete dan dikemas dalam kotak yang elegan serta diberi mini ballotin.

 Christmas Box, Cokelat berbentuk Santa Claus yang dikemas secara elegan yang

menggambarkan suasana Natal.

 Easter, cokelat berbentuk telur Paskah yang dikemas secara el egan.  Imlek, cokelat special yang berbentuk seperti kue moci.

 Ied Mubharak 2011, merupakan cokelat yang diisi dengan kurma dengan kemasan

 bernuansa lebaran.

 Halloween 2011, cokelat yang diisi dengan gummy candy yang dikemas dengan

kemasan bernuansa Halloween.

 Christmas 2011, merupakan satu paket hadiah Natal yang terdiri dari cokelat Santa

 berukuran besat dan medium, kartu ucapan Natal, cokelat berbentuk orang salju, dan  praline Marzipan.

 Chinese New Year 2012, cokelat hitam yang berbentuk kucing Neko.

Pesanan Khusus

Produk ini dibuat untuk melayani pesanan khusus oleh konsumen untuk acara pribadi seperti ulang tahun atau wedding gifts.

(19)

Monggo Hotel dan Restoran

 Side Coffee Dark Cokelat 69% kakao, dark cokelat yang dapat dipadukan dengan

kopi atau minuman lain.

 Side Coffee Dark Cokelat 58% kakao, dark cokelat yang dapat dipadukan dengan

kopi atau minuman lain.

 Side Coffee Milk Cokelat 41% kakao, yang dapat dipadukan dengan kopi atau

minuman lain.

 Couverture 69% kakao, kepingan cokelat dengan kandungan kakao 69%.  Couverture 58% kakao, kepingan cokelat dengan kandungan kakao 58%.

Produk-produk di atas dikemas dalam kemasan dengan desain dengan sangat khas. Cokelat Monggo percaya bahwa harga tidak jadi masalah ketika produk yang dijual memiliki kualitas dan tampilan menarik. Awalnya, desain kemasan Cokelat Monggo konsisten mengusung tema-tema yang berkaitan dengan ikon budaya Jawa tetapi setelah pasarn ya meluas, desain kemasan juga lebih variatif dan modern untuk mengikuti selera konsumen. Kemasan ini pun dibedakan berdasarkan pasar yang dibidik yaitu pasar ritel (konsumen), pariwisata, dan kegiatan khusus bersifat musiman.

Promosi Cokelat Monggo

Cokelat Monggo adalah perusahaan yang lebih mengedepankan kualitas produknya,

dibandingkan dengan melulu belanja iklan dalam jumlah besar. Produk yang bagus, merek yang kuat, mendukung penjualan yang semakin meningkat. Menurut Thierry, terdapat  beberapa hal lain yang mendukung hal itu antara lain : [8]. Pertama, Cokelat Monggo

memiliki jangkauan penjualan yang luas bahkan menembus pasar modern. Kedua, harga  produknya tergolong premium. Satu potong Cokelat Monggo ukuran 40 gram dijual seharga

Rp 12 ribu dan ukuran besar dengan kemasan unik bahkan bisa mencapai Rp 400 ribu. Produk ini jelas tidak laku jika dijual di toko-toko kecil.

Ketiga, kegiatan promosi lebih banyak dijalankan melalui pameran dan program bagi-bagi sampel cokelat gratis di gerai-gerai tertentu. Theirry mengatakan bahwa program ini sangat efektif untuk menjaring konsumen dan mendongkrak pasar. Untuk mendukung program  pemasaran dan promosi seperti itu, Cokelat Monggo menganggarkan 10 –  15 persen dari

omset per tahun. Keempat, perusahaan rajin memanfaatkan event seper ti Valentine, Lebaran,  Natal, dan Halloween dengan membuat produk khusus.

Kelima, penggunaan media online. Manajemen Cokelat Monggo rajin memanfaatkan website www.chocolatemonggo.com dan http://www.chocolatemonggo.co.id untuk memperkenalkan  produknya dan menginformasikan adanya event atau produk baru. Selain itu, kesadaran

konsumen terhadap merek Cokelat Monggo juga dikuatkan oleh pembicaraan dan diskusi di  jejaring sosial. Alasannya, Cokelat Monggo memiliki keunikan dan produk inovatif dan pasar

menyukai sesuatu yang terkesan unik dan belum pernah ada. Inilah yang menyebabkan

Cokelat Monggo dibicarakan di komunitas jejaring sosial seperti Facebook : cokelatmonggo, Facebook Page : cokelatmonggo, dan Twitter : @cokelatmonggo.

(20)

Cokelat Monggo juga menyadari bahwa media massa adalah salah satu bentuk promosi yang efektif. Banyak media seperti televisi, radio, media cetak, internet datang meliput Cokelat Monggo. Thierry mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengundang media tersebut tetapi mereka datang dengan sendirinya.

Keenam, proses produksi berlangsung terbuka dan tergolong masih manual. Artinya,

konsumen bisa melihat secara langsung proses produksi yang berpusat di Kotagede. Thierry mengatakan bahwa tempat ini menjadi tujuan wisata khusus untuk melihat proses produksi cokelat. Setiap hari ada saja pengunjung yang data ke factory. Keberadaan lokasi factory Cokelat Monggo di Kotagede, yang notabene adalah kawasan wisata Kerajaan Mataram Kuno sebagai disinyalir juga mendukung pengembangan merek Monggo itu sendiri.

Distribusi Cokelat Monggo

 Produk Cokelat Monggo awalnya hanya dipasarkan di gerai dan toko oleh-oleh sekitar Yogyakarta. Saat ini, Cokelat Monggo sudah mendistribusikan produknya secara nasional. Produk Cokelat Monggo dapat dibeli diantaranya di Carefour, Hypermart, Superindo, Hero dan Circle K sedangkan untuk pasar oleh-oleh, tidak hanya bisa diperoleh di Yogyakarta tetapi juga Jakarta dan Bali. Secara khusus, untuk pasar Bali, Cokelat Monggo memiliki kemasan sendiri dengan ciri khas mengenakan desain penari Bali.

Saat ini produk Cokelat Monggo didistribusikan kepada konsumen melalui showroom, sales  point, dan distributor. Untuk showroom Jogja beralamat di Kotagede dan Tirtodipuran. Pada

awal tahun 2013, Cokelat Monggo mengembangkan sayap dengan membuka showroom di Cokelat Monggo di Paris Van Java Mall (PVJ) Bandung. Sales point Cokelat Monggo telah tersebar di wilayah Jawa, Bali, dan Lampung. Beberapa sales point tersebut antara lain; Yogyakarta (100 sales point), Jakarta (102 sales point), Surabaya (27 sales point), Solo (25 sales point), Semarang (33 sales point), Bandung (10 sales point), Magelang (8 sales point), Lampung (1 sales point), Bali (distributor).

Praktik Bisnis Cokelat Monggo

Sejak awal berdiri, tujuan Cokelat Monggo tidak hanya memproduksi cokelat yang lezat namun bertanggung jawab terhadap dampak-dampak yang timbul pada mas yarakat dan lingkungan sekitar dengan menghormati budaya yang unik dari negeri yang indah Indonesia. Hal ini adalah bentuk nyata dari Visi dan Misi perusahaan yang terangkum dalam value Monggo yaitu CUEGS : Care, Unique, Educate, Genuine, Share.

 Care ; Cokelat Monggo sangat peduli terhadap kualitas produk, dengan hanya

menggunakan bahan baku kualitas tinggi tanpa bahan pengawet buatan. Sel ain itu kepedulian juga diwujudkan kepada internal perusahaan kar yawan, lingkungan, dan eksternal perusahaan.

(21)

 Unique; Cokelat Monggo adalah akulturasi dua budaya yaitu Belgia dan Indonesia.

Perpaduan pengetahuan akan pengolahan cokelat dari ahli chocolatier Belgia dengan  penggunaan bahan baku dari Indonesia. Perpaduan budaya yang kaya ini juga

tercermin pada produk Cokelat Monggo yang memiliki beraneka ragam varian.

  Educate; Orientasi Cokelat Monggo tidak hanya pada penjualan, namun mengedukasi

masyarakat tentang pengetahuan cokelat lebih mendalam. Membagi pengetahuan tentang kualitas cokelat yang baik, tentang manfaat mengkonsumsi cokelat bagi kesehatan, juga tentang semangat cinta lingkungan yang benar-benar diterapkan saat  produksi.

 Genuine; Cokelat Monggo adalah produk authentic 100% cocoa butter  dengan kadar

kakao yang tinggi. Asli berbahan bahan baku 100% Indonesia yang berasal dari  perkebunan kakao di Jawa, Sumatera, Sulawesi.

 Share, semangat Cokelat Monggo untuk selalu berbagi dengan tulus hati dalam segala

hal. Semangat ini juga tercermin pada kecintaan terhadap cokelat yang sering

diwujudkan dengan membagikan produk Cokelat Monggo secara gratis kepada semua kalangan.

Dalam melakukannya Cokelat Monggo melakukan gebrakan baru dalam bis nis cokelat di Indonesia dengan mengembangkan panduan sendiri dan konsisten bekerja untuk

memperbaiki dampak-dampak sosial dan lingkungan. Cokelat Monggo berpendapat bahwa lingkungan Indonesia menyediakan sumber daya untuk cokelat yang mereka produksi. Dengan demikian, mereka bertekad untuk merawat sumber daya dan lingkungan tersebut secara berkelanjutan. Berbagai upaya yang perusahaan lakukan dalam menerapkan konsep keberlanjutan ( sustainability) tersebut adalah:

 Air . Air adalah salah satu komponen vital dalam proses produksi cokelat. Penggunanan air

yang berlebihan dan pengabaian terhadap upaya menjaga kualitas dan kuantitas air akan  berdampak serius bagi industri maupun masyarakat di masa mendatang. Maka Cokelat

Monggo menyadari hal tersebut dengan upaya penghematan air. Salah satu implementasinya, Cokelat Monggo hanya menggunakan pemanas air tenaga surya selama proses produksi dan  berusaha mengurangi penggunaan air selama proses produksi.

Energi. Sebagai produk cokelat rumahan (

homemade), cokelat produksi Cokelat Monggo sebagian besar dibuat secara manual. Hal inilah yang membuatnya unik. Mereka mengklaim sebagai “Cokelat Jawa terbaik yang sesungguhnya, Cokelat Indonesia!” Proses ini secar a langsung mengurangi konsumsi energi. Penggunaan mesin sebisa mungkin dikurangi dan sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Area produksi Cokelat Monggo terisolasi dengan baik untuk menjaga penggunaan AC a gar tetap rendah. Akan tetapi, pengurangan penggunaan mesin tidak sepenuhnya dapat dilakukan dengan alas an kualitas produk.

Umumnya perusahaan cokelat menggunakan mesin yang cukup intensif seh ingga berpotensi  besar menyumbang emisi terhadap lingkungan sekitar. Membedakan diri dengan pesaing- pesaingnya, cokelat Monggo menginisiasi dengan menggunakan mesin yang beremisi sangat

(22)

minimal dan lebih banyak menggunakan handmade dalam proses pembuatan cokelat. Hal ini konsisten dengan konsep ramah lingkungan untuk meminimalisasi polusi baik air, tanah, suara maupun udara. Industri cokelat bukan merupakan industri yang bebas dari emisi. Fakta menunjukkan bahwa produsen cokelat yang paling terkendal berada di Eropa khususnya Belgia dan Swiss. Fakta juga menunjukkan bahwa kakao, bahan baku cokelat, tumbuh di daerah khatulistiwa. Alhasil, bahan baku cokelat harus dikirim atau diterbangkan ke negara -negara ini sebelum proses produksi dimulai. Ini akan menghasilkan emisi yang besar

terutama dalam proses transportasi. Sementara itu, Cokelat Monggo berada di Indonesia dan  bahan bakunya juga berasal dari lokasi yang sama. Ini memungkinkan Cokelat Monggo

untuk dapat menjaga emisi karbondioksida (CO2) yang rendah untuk setiap kilogram cokelatnya.

K emasan.

Cokelat Monggo menggunakan kemasan recycle paper dan kemasan bersertifikat FSC ( Forest Stewardship Council , sebuah organisasi independen, non-governmental, dan non  profit yang didirikan untuk mendorong pengelolaan tanggung jawab terhadap hutan

dunia). Sedangkan kemasan dalam yang membungkus cokelat dibuat dari kertas aluminium yang mudah didaur ulang dan tidak berbahaya bagi bahan cokelat apapun. Di setiap kemasan,  pelanggan dapat menemukan tips untuk gaya hidup lebih ramah lingkungan, yang dapat

memberikan kontribusi positif atas kesadaran terhadap keseluruhan masalah lingkungan.

 Alam.

 Cokelat Monggo sangat peduli terhadap lingkungan. Perusahaan sel alu berpikir tentang ide-ide bagaimana mengembalikan apa yang telah diberikan oleh alam. Kepedulian lingkungan ini diimplementasikan Cokelat Monggo dalam bentuk program nyata Corporate Social Responsibility (CSR) seperti penanaman pohon, pembersihan sungai, program

 pembuatan tempat-tempat sampah, yang telah dilaksanakan dan terus dijadikan agenda  berkelanjutan. Kesadaran akan cinta lingkungan juga ingin disebarkan Cokelat Monggo

kepada konsumennya. Pada kemasan produk Cokelat Monggo mencantumkan petunjuk bagi  pelanggan untuk membuang kemasan cokelat di tempat pembuangan sampah, seperti tong

sampah dan kotak sampah. Dengan melihat gambar orang Jawa membuang kemasan ke tempat sampah, diharapkan dapat mengajak konsumen untuk melakukan hal yang sama.

K aryawan.

Situasi ekonomi Cokelat Monggo tergantung pada fluktuasi permi ntaan seperti terjadi pada setiap industri. Namun perusahaan selalu memperhatikan karyawannya.

Karyawan Cokelat Monggo datang dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang yang berbeda. Karyawan menemukan pekerjaan yang aman di Cokelat Monggo. Sejak dulu hingga sekarang perusahaan tidak pernah memberhentikan karyawan karena alasan fluktuasi dan mereka akan mencoba untuk terus melakukannya hingga nanti.

Salah satu keprihatinan utama Cokelat Monggo adalah hak asasi manusia. Perusahaan memperhatikan setiap karyawannya dengan memberikan tempat yang aman dan

 berkelanjutan. Diskriminasi tidak akan ditolerir di perusahaan tersebut. Untuk menjaga tempat kerja seaman mungkin perusahaan melakukan beberapa pelatihan tentang keamanan tempat kerja, misalnya latihan kebakaran yang dilakukan secara berkala tiap tahun.

(23)

layanan kesehatan. Perusahaan memberikan pelatihan pertolongan pertama secara berkala tiap tahun karena manajemen Cokelat Monggo yakin hanya karyawan bahagia dan sehat dapat membantu perusahaan untuk menghasilkan cokelat berkualitas. Sampai hari ini tidak  pernah terjadi insiden kekerasan di tempat Cokelat Monggo karena adanya rasa saling

menghormati.

Praktik K etenagakerjaan dan Pekerjaan yang Layak.

Selain kepedulian perusahaan untuk mempekerjakan karyawan lokal, kebijakan anti diskriminasi, dan layanan perawatan

kesehatan yang memadai, perusahaan juga melaksanakan pelatihan reguler dan peningkatan keterampilan, mengajarkan strategi manajemen terkini yang relevan serta melakukan

 penelitian internal. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan staf perusahaan terhadap  perubahan bisnis yang cepat, di dalam maupun di luar industri cokelat. Cokelat Monggo yakin bahwa dengan apa yang dilakukan perusahaan akan mengubah masyarakat menjadi individu yang lebih fleksibel dan mudah beradaptasi. Hal ini bukanlah harapan yang  berlebihan. “Efek menetes ke bawah kemudian membantu semua orang di seluruh  perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari pengetahuan dan keahlian dalam bisnis

cokelat”, ujar Thierry.

Tanggung Jawab atas Produk. Cokelat Monggo sangat bertanggung jawab pada semua

 produknya. Oleh karena itu, perusahaan memproduksi dengan standar MD nasional untuk

semua produk cokelatnya, dan pengerjaannya diakreditasi oleh Departemen Kesehatan. Selain itu, seluruh produk yang dihasilkan sesuai dengan peraturan Badan Pemeriksaan Obat Makanan (BPOM) dan bersetifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain standar higienis, perusahaan juga ingin produknya memuaskan dalam rasa dan masalah kesehatan. Inilah mengapa perusahaan menggunakan mentega kakao 100%, bahan-bahan alami, dan kakao terbaik. Untuk meningkatkan manfaat kesehatan dari cokelat yang diproduksi, Cokelat Monggo sangat ingin mengembangkan cokelat yang mengandung bahan organik. Cokelat Monggo menjamin keamanan dan kualitas produknya. Bentuk tanggung jawab ini dibuktikan dengan kepatuhan perusahaan pada regulasi industr i makanan di Indonesia. Cokelat Monggo telah mendapatkan Piagam Bintang Keamanan Pangan (Bintang Satu) oleh Badan

Pemeriksaan Obat Makanan (BPOM). Ini menandakan bahwa perusahaan telah menerapkan  prinsip dasar keamanan pangan yang meliputi hygiene karyawan, penanganan dan

 penyimpanan pangan, pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan. Cokelat Monggo  juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi

Yogyakarta. Artinya, produk-produk Cokelat Monggo adalah halal berdasarkan s yariat Islam. Kedua sertifikasi tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa produk yang dijual adalah  produk yang aman dan halal bagi masyarakat. Tidak semua produk makanan yang berada di  pasaran memiliki kedua sertifikasi ini karena memang persyaratannya cukup berat.

Agenda Ke depan

Saat ini, Cokelat Monggo sudah berkembang dengan sangat pesat. Sejak perusahaan

didirikan pada tahun 2005, Cokelat Monggo telah berkembang dengan memiliki hampir 100 karyawan yang bekerja di kantor di Yogyakarta dan Jakarta. Produk-produk cokelat

(24)

diproduksi dari pabrik yang berlokasi di Kotagede Yogyakarta dan didistribusikan ke kota-kota di seluruh Jawa, Bali, Lampung. Saat ini perusahaan juga merencanakan untuk

memperluas jaringan penjualan melalui showroom dan sales point di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Thierry dan manajemennya pun bercita-cita untuk dapat memperkenalkan cokelat khas Indonesia ke luar negeri.

Di belakang meja yang dinaungi gebyog bambu di samping pabrik cokelat Monggo, pikiran Thierry menerawang seakan memutar arah jarum jam antara ke masa lalu ataukah ke masa depan. Menghadapi pesaing pendatang baru yang juga menawarkan otensitas Jawa dalam  produk cokelatnya dan cokelat asing yang kian mudah tersedia di berbagai outlet, Thierry

mempunyai pertanyaan strategik: Apakah strategi dan model bisnis Cokelat Monggo harus  berubah untuk mengimbangi tuntutan persaingan maupun upaya ekspansi secara massif baik

di pasar domestik maupun internasional. Thierry dan manajemen Cokelat Monggo masih terngiang janji untuk selalu ‘berintegrasi dan berinteraksi” dengan masyarakat seperti kutipan di awal.

Referensi

Dokumen terkait

Kadar isoflavon diukur menggunakan metode Graham (1999) yang sebelumnya dilakukan optimasi enzim NADH oksidase diperoleh panjang gelombang optimum pada 327 nm pada suhu

(6) Sekretaris Fakultas mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kerjasama dan pengembangan,

3.3.7 Menunjukkan huruf vokal dalam suatu kata yang terkait dengan merawat tubuhku 3.3.8 Menunjukkan huruf konsonan dalam suatu kata yang terkait dengan merawat tubuhku 3.3.9

Pada hasil simulasi resistan (Gambar 12) terlihat bahwa: RI,4, R1z4 dan Rl04 dari analisis menunjukkan kecendrungan keluaran grafik yang mendapatkan aliran yang berasal

Penelitian ini memiliki empat rumusan masalah, antara lain: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penge- tahuan pencemaran lingkungan dengan environmental

Perasaan berkewajiban dipandang tidak semata merupakan bentuk dampak secara langsung dari iklim kerja dalam organisasi, tetapi sebagaimana penelitian terdahulu yang

(12) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dipasang pada peti atau usungan jenazah Presiden atau

Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah