• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R USIA 4 HARI DENGAN BBLR DAN IKTERUS DI RUANG PERINATAL RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R USIA 4 HARI DENGAN BBLR DAN IKTERUS DI RUANG PERINATAL RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” USIA 4 HARI DENGAN BBLR DAN IKTERUS DI RUANG PERINATAL

RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

JAMILATUL BADRIYAH 1211010019

Subject : Berat Badan Lahir Rendah, Ikterus, Bayi Ny. “R” DESCRIPTION

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Masalah yang paling utama pada bayi BBLR adalah mempertahankan daya dan kualitas hidupnya sampai kondisi kesehatannya dianggap stabil. Ikterus adalah diskolorisasi kuning pada kulit bayi atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Ikterus patologis adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serumnya bisa menjurus ke arah terjadinya kern-ikterus bila kadar bilirubinnya tidak terkendali atau mencapai hiperbilirubinemia. Tujuan penelitian ini adalah melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. ”R” Usia 4 Hari Dengan BBLR Dan Ikterus Di Ruang Perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi kepustakaan, wawancara, pemeriksaaan fisik pada bayi, observasi dan studi dokumentasi. Penelitian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan BBLR dan Ikterus dilakukan pada tanggal 05 April 2015-08 April 2015 di ruang perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan ikterus selama 1x24 jam tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kenyataan dimana munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena fungsi hati belum matang. Bayi BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama daripada bayi yang cukup beratnya.

Bayi mulai ikterus semenjak 2 hari setelah dilahirkan dan ikterus menghilang setelah 4 hari. Tanda-tanda vital bayi stabil dan tidak mengalami perubahan yang berarti bayi dipulangkan setelah 7 hari di rawat di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan responden dapat mencari informasi dari berbagai media seperti media massa, media elektronik dan aktif bertanya pada petugas kesehatan tentang pencegahan dan penanganan BBLR dan Ikterus.

(2)

ABSTRACT

Low birth weight (LBW) is one indicator of the health of the newborn. The most important problem in babies of low birth weight is to maintain the power and quality of his life until his health condition was considered stable. If not able, newborns may experience complications of jaundice. Pathological jaundice is jaundice with serum bilirubin concentration can lead towards the kern-jaundice when bilirubin levels are not controlled or reach hyperbilirubinemia. The purpose of this research was to implement Midwifery Care in Mrs. "R" Baby Age Of 4 Days With Low Birth Weight And Jaundice In The Perinatal Room RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

The methods used in this case study were literature study, interview, physical examination in infants, observation and documentation study. Midwifery Care Research at Mrs. "R" baby with low birth weight and jaundice conducted on April 5 2015-08 April 2015 in the perinatal room RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

After Midwifery Care Mrs. "R" baby age of 4 days with low birth weight and jaundice during 1x24 hours not found the incompebility between theory and reality in which the appearance of a yellow color in the skin and the lining of the eye in newborns because of immature liver function. LBW infants become yellow earlier and longer than infants who weigh enough.

Babies begin jaundice since 2 days after birth and jaundice disappeared after 4 days. The baby's vital signs stable and did not experience any significant change baby is discharged after 7 days in hospital stay. Based on the results of the study it is expected respondent may seek information from various media such as mass media, electronic media and actively ask health care workers on the prevention and treatment of low birth weight and jaundice.

Keywords : Low Birth Weight, Jaundice, Mrs. "R" Baby. CONTRIBUTOR : 1. Dian Irawati, S.SiT., M.Kes

2. Dhonna Anggreni, SKM Date : 26 Juni 2015

Type Material : Laporan Penelitian Right : Open Document

SUMMARY Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Besar kecilnya berat badan lahir tergantung pertumbuhan janin intrauterin selama kehamilan. Bayi yang dilahirkan aterm (37 sampai 42 minggu) memiliki berat badan normal 2.500-4.000 gram. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1.500 gram dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Masalah yang paling utama pada bayi BBLR adalah mempertahankan daya dan kualitas hidupnya sampai kondisi kesehatannya dianggap stabil. Bayi yang

(3)

lahir dengan BBLR belum sempat mendapatkan antibodi karena antibodi baru ditransfer dari ibu di trimester ketiga. Pembentukan lemak tubuh juga belum sepenuhnya selesai di pada bayi BBLR. Infeksi dan hipotermia (penurunan suhu tubuh) merupakan musuh utama dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO pada tahun 2011 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (WHO, 2011). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, angka kematian bayi telah mengalami penurunan yang cukup tajam dari 112 perseribu kelahiran hidup pada tahun 1999 menjadi 52,5 perseribu kelahiran hidup pada tahun 2013, namun dibandingkan negara ASEAN lainnya Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata-rata Thailand 9,6% dan Vietnam 5,2%, (Subagyo, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan AKB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinkes, 2011). Diketahui bahwa jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Timur mencapai 3,32% yang diperoleh dari presentase 19.712 dari 594.461 bayi baru lahir yang di timbang, dan angka kematian neonatal dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu mencapai 38,03% di banding penyebab kematian neonatal lain. Berdasarkan data BPS, AKB Jawa Timur tahun 2005-2010 turun dari 36,65 (tahun 2005) menjadi 29,99 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2010). Angka tersebut masih jauh dari target kematian bayi di Jawa Timur dengan jumlah 249 bayi (Subagyo, 2014).

Risiko bayi BBLR disebabkan beberapa faktor medis antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, jarak kehamilan yang terlalu pendek dari kehamilan sebelumnya, tidak optimalnya kenaikan berat badan ibu, hipertensi, hipotensi, perdarahan pada trimester pertama atau kedua, adanya bakteri dalam urin, atau cairan ketuban yang terlalu banyak atau sedikit, faktor risiko demografik bisa dipengaruhi oleh usia ibu yang terlalu muda yakni kurang dari 16 tahun atau usianya terlalu tua, lebih dari 35 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah serta kondisi sosial-ekonomi yang menjadi salah satu tolok ukur penentu status gizi anak, faktor risiko fasilitas kesehatan meliputi perawatan kehamilan yang tidak rutin atau tidak dilakukan sama sekali, faktor risiko perilaku dan lingkungan dipengaruhi pada saat masa kehamilan terpapar asap rokok, ibu mengkonsumsi alkohol dan asupan nutrisi yang buruk. Dampak dari BBLR bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermi, apneu, sepsis, asfiksia dan ikterus (Harianti, 2013).

(4)

Salah satu tujuan akhir kehamilan adalah melahirkan bayi dengan berat badan normal. Apabila bayi dilahirkan dengan berat badan yang rendah maka berbagai masalah akan dialami selama kehidupannya bahkan dapat menyebabkan kematian. Kelahiran bayi BBLR disebabkan karena defisiensi bahan nutrien oleh ibu selama hamil yang menyebabkan terganggunya sirkulasi foeto maternal dan berdampak buruk terhadap tumbuh kembang setelah diluar kandungan, dimana bayi yang bertahan hidup memiliki insiden lebih tinggi mengalami penyakit infeksi, kekurangan gizi dan keterbelakangan dalam perkembangan kognitif yang ditandai dengan menurunnya Intelligence Quotient (IQ) poin sehingga memberi ancaman terhadap kualitas Sumber Daya Manusia pada masa yang akan datang (Soetjiningsih, 2014).

Perhatian dan pelayanan atau perawatan bayi BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin. Upaya tenaga kesehatan harus bertindak cepat dan tepat untuk dapat melakukan asuhan pada bayi baru lahir dengan BBLR dan ibu hamil lebih teratur melakukan antenatal care 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III sehingga bisa mengantisipasi terjadinya BBLR dan tenaga kesehatan lebih aktif memberikan penyuluhan tentang pentingnya teknik penanganan bayi BBLR yaitu dengan metode kanguru, skin to skin contact, resusitasi, bagging, diberikan antibiotika profilaksis, dilakukan foto kemoterapy serta memperbaiki manajemen perawatan bayi baru lahir. Program pemerintah tentang pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil dengan Krisis Energi Kronik (KEK) diharapkan lebih optimal untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada ibu hamil (Harianti, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” usia 4 hari di Ruang perinatal RSU dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokero

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah teknik 5 langkah manajemen kebidanan yaitu pengkajian data Asuhan Kebidanan, penentuan diagnosa kebidanan, perencanaan Asuhan Kebidanan, pelaksanaan Asuhan Kebidanan, mengevaluasi Asuhan Kebidanan, dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Pengumpulan data klien menggunakan teknik pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatal RSU dr.Wahidin Sudiro Husodo pada tahun 2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi (Neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan <2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat, 2005). Ikterus adalah peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil (Mitayani, 2009).

Dari hasil penerapan Asuhan Kebidanan dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosis dan masalah kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus yang dilaksanakan pada tanggal 05 April 2015 dengan menggunakan berbagai pertimbangan ilmu dan menentukan kasus secara nyata, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

(5)

Pada pengkajian bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh dari hasil wawancara pada ibu pasien, dimana keluhan utama adalah ibu pasien mengatakan Bayinya usia 4 hari dengan berat badan lahir 2300 gram dan warna kulit kuning mulai hari kedua. Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu tonus otot lemah, gerak lemah, bayi menangis lemah, sklera ikterus, warna kulit kuning pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (kramer IV), tampak pucat, tangis bayi kuat, daya hisap lemah, denyut jantung 124 x/menit, suhu 36,7 oC, pernafasan 64 x/menit, berat badan lahir 2300 gram, Rooting refleks lemah, Sucking

refleks lemah, swallowing refleks lemah. Antara fakta dan teori data subyektif dan obyektif terdapat kesesuaian mengenai bayi BBLR dengan Ikterus patologis. Peneliti tidak mengalami hambatan dalam melakukan penelitian.

Dalam diagnosa kasus ini telah ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus. Masalah yang timbul pada bayi Ny. “R” berat badan lahir 2300 gram dengan kehamilan aterm dan hasil dari pemeriksaan laboratorium diketahui jumlah billirubin mencapai 12,12 mg/dl.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi (Neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan <2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat, 2005). Ikterus Patologik dianggap hiperbillirubinemia apabila ikterus terjadi pada 24 jam pertama, menetap sesudah 2 minggu pertama, konsentrasi billirubin serum sewaktu 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau 10 mg% pada neonatus kurang bulan, peningkatan konsentrasi billirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam, kadar billirubin direct melebihi 1 mg%, ikterus disertai dengan proses hemolisis (inkompabilitas darah, difisiensi G6PD dan sepsis) (Muslihatun, 2010). Diagnosa Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus sesuai antara fakta dan teori karena berat badan lahir sebesar 2300 gram termasuk dalam kategori BBLR, usia kehamilan cukup bulan dengan warna kulit kuning sejak hari kedua disertai kadar billirubin 12,12 mg/dl termasuk kategori ikterus patologis.

Perencanaan pada kasus bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus antara lain lakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan keluarganya, cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan, lakukan observasi tanda-tanda vital, jaga kehangatan tubuh bayi, lakukan pemenuhan nutrisi bayi, timbang berat badan bayi setiap hari, kaji reflek menghisap dan menelan, lakukan

personal hygine dengan memandikan bayi, merawat tali pusat, mengganti pakaian bayi, mengganti popok setelah bayi BAK/BAB, lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A dalam pemberian terapi thermoregulasi, phototherapy dan ubah posisi bayi dengan sering. Sehingga perencanaan pada bayi BBLR dengan Ikterus patologis sudah sesuai antara fakta dan teori. Langkah-langkahnya pun sudah sesuai.

Langkah pelaksanaan pada bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan ikterus meliputi melakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan keluarganya dengan cara senyum, salam, sapa, sopan, santun, mencuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan air mengalir, melakukan observasi tanda-tanda vital, Denyut Jantung : 124 x/menit, Suhu : 36,7 o

C, Frekuensi Nafas : 64 x/menit, tonus otot cukup, BAB/BAK +/+, 1 popok tidak penuh, menjaga kehangatan tubuh bayi dengan cara menggedong dan meletakkan bayi dalam incubator, melakukan pemenuhan nutrisi bayi dengan cara memberikan ASI/PASI secara bergantian tiap 2 jam sekali sebanyak 8x45 cc/speen

(6)

per hari atau pada saat bayi menangis dan tidak gumoh, mengkaji reflek menghisap dan menelan seperti bayi mempunyai reflek menghisap dan menelan yang lemah, melakukan personal hygine dengan cara memandikan bayi 2 x/hari (pagi dan sore), merawat tali pusat dengan cara membersihkan dan mengeringkan dengan kassa kering setelah mandi atau 2 x/hari, mengganti pakaian setelah mandi atau 2 x/hari, mengganti popok stelah bayi BAK/BAB, melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A dalm pemberian terapi yaitu thermoregulasi dengan meletakkan bayi dalam incubator, phototherapy 1x24 jam/terus lanjut I. jam 05.00-11.00 WIB, II. jam 04.00-10.15 WIB, III. jam 10.15-16.30 WIB, IV. jam 16.30-22.30 WIB, merubah posisi bayi dengan sering sudah dilakukan seperti terlentang, miring kiri, miring kanan, dan tengkurap.

Menurut Kurniawati (2009), pastikan bayi tetap hangat dan tejadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu, ganti alas yang basah atau kotor, bungkus bayi dengan selimut dan pastikan kepala tertutup untuk mencegah keluarnya panas tubuh, pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi tiap 15 menit jika teraba dingin periksa suhu Axila, jika <36,5 oC segera hangatkan, kontak dini dengan ibu, doronglah ibu untuk menyusui apabila bayi telah siap (rooting reflek

+). Memberikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam. Dilahan praktek ditemukan ketidaksesuaian pada tahap menyusui bayi. Ibu tidak menyusui bayinya secara langsung melainkan memompa ASI dan memberikan ASInya per speen.

Hasil evaluasi selama 24 jam keadaan umum cukup, gerak aktif, tonus otot kuat, menangis kuat, daya hisap kuat, sklera ikterus, warna kulit kekuningan pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (kramer IV), turgor kulit elastis, denyut jantung 138 x/menit, suhu 36,4 oC, frekuensi nafas 56 x/menit, BB sekarang 2410 gram, minum ASI/PASI secara bergantian tiap 2 jam sekali sebanyak 8x50 cc/speen per hari, tali pusat basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi, refleks positif (+), kuat. Diagnosa Bayi baru lahir usia 5 hari dengan BBLR dan Ikterus. Perencanaan berupa observasi TTV, pemenuhan nutrusi, termoregulasi, fototerapi. Kriteria hasil keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, asupan nutrisi bayi terpenuhi, berat badan bayi bertambah, kulit lembab, kadar billirubin berkurang (kulit kemerahan), (McCloskey & Bulechek, 2012).

SIMPULAN

Hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Melakukan pengkajian studi kasus pada Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan

BBLR dan ikterus diperoleh data subyektif yaitu pada keluhan utama Ibu bayi mengatakan bayinya usia 4 hari dengan berat badan lahir 2300 gram dan warna kulit kuning mulai hari kedua. Data obyektif tonus otot lemah, gerak lemah, daya hisap lemah, berat badan lahir 2300 gram, sklera ikterus, integumen warna kulit kekuningan pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (Kramer IV) dan turgor kulit elastis, denyut jantung 124 x/menit, suhu 36,7 oC, pernafasan 64 x/menit.

2. Dalam diagnosa menyimpulkan bayi baru lahir usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus.

3. Dalam intervensi lakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan keluarganya, cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan, lakukan observasi tanda-tanda vital, jaga kehangatan tubuh bayi, lakukan

(7)

pemenuhan nutrisi bayi, timbang berat badan bayi setiap hari, kaji reflek menghisap dan menelan, lakukan personal hygine dengan memandikan bayi, merawat tali pusat, mengganti pakaian bayi, mengganti popok setelah bayi BAK/BAB, lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A dalam pemberian terapi

thermoregulasi, phototherapy, dan ubah posisi bayi dengan sering.

4. Melakukan pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus sesuai perencanaan.

5. Mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus hasil Keadaan umum cukup, gerak aktif, tonus otot kuat, menangis kuat, daya hisap kuat, integumen warna kulit kekuningan pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (Kramer IV) dan turgor kulit elastis, denyut jantung 138 x/menit, suhu 36,4 oC, frekuensi nafas 56 x/menit, BB sekarang 2410 gram, minum ASI/PASI sebanyak 8x50 cc/speen per hari, tali pusat basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi, refleks positif (+), kuat. Diagnosa Bayi baru lahir usia 5 hari dengan BBLR dan Ikterus. Perencanaan berupa observasi TTV, pemenuhan nutrusi, termoregulasi, fototerapi.

6. Mendokumentasikan hasil Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus dalam bentuk SOAP.

REKOMENDASI 1. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat mencari informasi dari berbagai media seperti media massa, media elektronik dan aktif bertanya pada petugas kesehatan tentang pencegahan dan penanganan BBLR dan Ikterus.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pemantauan sebaik mungkin untuk mencegah komplikasi pada bayi BBLR dan Ikterus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lain yang berhubungan dengan BBLR dan Ikterus.

Alamat Corresspondensi :

Nama : Jamilatul Badriyah

Alamat : Dsn. Tunggulasi RT/RW 002/001 Ds. Malasan Wetan Kec. Tegalsiwalan Kab. Probolinggo

Email : jamilatul_b@yahoo.com Telepon : 082-232372374

Referensi

Dokumen terkait

Sumber energi yang digunakan pada desain microgrid ini adalah sumber energi baru terbarukan (EBT) dengan teknologi PV, maka diperlukan data:.. a) data iradiasi sinar

Kerjasama yang telah terjalin di antara kedua-dua pihak kesihatan dan pendidikan seharusnya diucapkan syabas kerana segala aktiviti yang dijalankan telah membantu meningkatkan

The evaluation of business domains includes strategic match analysis, competitive advantage, competitive response, management information systems, and organizational project

Data-data tersebut diambil dari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan peneliti, adapun cara yang digunakan untuk

Peningkatan tingkat kompetensi siswa yang belajar menggunakan internet dalam pembelajaran berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) lebih tinggi dari pada peningkatan

The classroom action research in this study is an effort to improve students ’ motivation in learning English through the implementation of ice

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Observasi ini dikukan di Laboratorium ICT Terpadu, Unit 7 Lantai 4, Universitas Budi Luhur. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin yang