• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PEMBERITAAN MEDIA MASSA TENTANG KASUS PRITA MULYASARI TINJAUAN TEORI AGENDA SETTING Halimatusa diah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PEMBERITAAN MEDIA MASSA TENTANG KASUS PRITA MULYASARI TINJAUAN TEORI AGENDA SETTING Halimatusa diah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2086-6178 Vol 1 No. 2. September 2010

PERAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MODERNISASI Irwanto

ANALISA PEMBERITAAN MEDIA MASSA TENTANG KASUS PRITA MULYASARI TINJAUAN TEORI AGENDA SETTING

Halimatusa’diah

MENAKAR KOMUNIKASI POLITIK GUBERNUR DKI JAKARTA FAUZI BOWO Andika Hendra Mustaqim

PENERAPAN NILAI-NILAI DALAM MARKETING 3.0 MELALUI MEDIA BERBASIS NEW WAVE TEKNOLOGI

Akhmad Syafrudin Syahri

GAYA KOMUNIKASI POLITIK MEGAWATI DAN IKLAN POLITK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN PADA KAMPANYE TAHUN 2009

Anisti

PERANAN EKSPEKTASI EMPATI DAN INTERAKSI DALAM KOMUNIKASI

Fifit Fitriansyah

SINERGI KOMUNIKASI PASANGAN ETNIS CAMPURAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN EKONOMI RUMAH TANGGA

Santa Lorita

KAJIAN PEMBUATAN BUKU LITERATUR VISUAL PERMAINAN ANAK Supriyadi

(2)

JURNAL ILMU KOMUNIKASI

ISSN 2086-6178

VOLUME 1 NO. 2. SEPTEMBER 2010

Pelindung

Yayasan Bina Sarana Informatika

Penanggung Jawab Syamsul Bahri, MM, M.Kom

Staf Ahli Prof. Ahman Sya Dr. Purwadhi, M.Pd Dr. Iis Iskandar Pemimpin Redaksi Irwanto S.Sos Dewan Redaksi Halimatusa’diah, M.Si Anisti S. Sos I. Ketut Martana S.Sos

Alamat Penyunting dan Tata Usaha

Jl. Kayu Jati V No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur Telp : (021) 29385140

Fax : (021) 29385146 web: http://ejournal.bsi.ac.id email: jurnal.komunikasi@bsi.ac.id

Redaksi menerima kiriman tulisan yang belum pernah diterbitkan. Tulisan yang dikirim beru-pa soft copy dengan format seperti yang tercantum beru-pada halaman belakang jurnal ini. Tulisan yang diterima redaksi akan disunting sesuai dengan format serta tata cara yang ada dalam Jurnal Ilmu Komunikasi ini tanpa mengubah maksud dan artinya.

(3)

DAFTAR ISI

92-98

PERAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MODERNISASI Irwanto

99-104

ANALISA PEMBERITAAN MEDIA MASSA TENTANG KASUS PRITA MULYASARI TINJAUAN TEORI AGENDA SETTING

Halimatusa’diah 105-115

MENAKAR KOMUNIKASI POLITIK GUBERNUR DKI JAKARTA FAUZI BOWO Andika Hendra Mustaqim

106- 127

PENERAPAN NILAI-NILAI DALAM MARKETING 3.0 MELALUI MEDIA BERBASIS NEW WAVE TEKNOLOGI

Akhmad Syafrudin Syahri 128-135

GAYA KOMUNIKASI POLITIK MEGAWATI DAN IKLAN POLITK PARTAI DEMOKRASI INDONE-SIA PERJUANGAN PADA KAMPANYE TAHUN 2009

Anisti 136-143

PERANAN EKSPEKTASI EMPATI DAN INTERAKSI DALAM KOMUNIKASI Fifit Fitriansyah

144-154

SINERGI KOMUNIKASI PASANGAN ETNIS CAMPURAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN EKONOMI

RUMAH TANGGA Santa Lorita 155-160

KAJIAN PEMBUATAN BUKU LITERATUR VISUAL PERMAINAN ANAK Supriyadi

(4)

99

ANALISA PEMBERITAAN MEDIA MASSA TENTANG KASUS

PRITA MULYASARI TINJAUAN TEORI AGENDA SETTING

Halimatusa’diah

Akom BSI Jakarta

Jl. Kayu Jati V No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur halimatusadiah.hlm@bsi.ac.id

Abstract

The effects of mass media is a picture of the strong influence in shaping public opinion. Any in -cidents or issues presented by the mass media have enormous power in determining what topics will be

discussed by the community at that time. Media giving attention to certain issues will have an influ

-ence on public opinion. Agenda setting is the theory that discusses process of media impact on the pub

-lic communication is. This theory describes the forces that influence the mass media give strong against the formation of public opinion. Thus, the agenda setting function will influence cognitive change among

individuals. This research method literature, research by annalyzing books of literature, legislation, maga-zine, results of seminars and other resources related. The data obtained will be analyzed in a qualitative analysis is conducted by understanding and assemble the data that has been collected and arranged

sys-tematically, and conclusions drawn. One of the cases raised by the media and managed to influence the

audience thinking that makes attention is the case RS Mulyasari Prita Omni International. The results

showed that the Prita Mulyasari case became one of the media agenda that influence public agenda.

Keywords: agenda setting, media’s agenda, public agenda

Abstraksi

Efek media massa merupakan gambaran pengaruh yang kuat dalam membentuk opini publik. Setiap kejadian atau isu yang disajikan oleh media massa memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menentukan topik apa yang akan dibahas oleh masyarakat pada saat itu. Media memberikan perhatian pada isu tertentu yang berpengaruh pada opini publik. Agenda setting adalah teori yang membahas proses dampak media komu-nikasi publik, teori ini menjelaskan kekuatan yang mempengaruhi media terhadap pembentukan opini publik. Hal ini akan mempengaruhi perubahan kognitif. Penelitian dilakukan dengan analisa literatur, undang-un-dang, majalah, hasil seminar dan sumber daya lain yang berkaitan. Data yang diperoleh akan dianalisis dalam analisis kualitatif dilakukan dengan pemahaman dan merakit data yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis, dan ditarik kesimpulan. Salah satu kasus yang diangkat oleh media dan berhasil mempengaruhi pemikiran khalayak yakni kasus RS Omni Internasional dengan Prita Mulyasari. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa kasus ini menjadi salah satu agenda media yang berimenunjuk-kan pengaruh terhadap agenda publik.

Kata kunci : agenda setting, agenda media, agenda publik

I. PENDAHULUAN

Masih segar dalam ingatan kita tentang kasus Prita Mulyasari yang dituduh mencemarkan OMNI yang menjadi headline di beberapa media cetak na-sional beberapa waktu lalu. Tidak hanya media cetak, media elektronik seperti radio dan televisi juga ramai memberitakan kasus Prita, bahkan ”pro” dan ”kon-tra” akan kasus prita juga ramai diberitakan di me-dia-media massa. Berita tersebut pun menjadi topik

hangat yang diperbincangkan oleh hampir setiap orang, dikantor, kampus, bahkan di dalam kendaraan umum. Hampir tidak ada orang yang tidak tahu ten-tang masalah ini. Pro dan kontra pun muncul dalam masyarakat. Fenomena ini merupakan gambaran dari betapa kuatnya pengaruh media massa dalam pembentukan opini masyarakat. Media Massa mem-punya kemampuan untuk memilih dan menekankan

(5)

topik tertentu yang dianggapnya penting (menetap-kan ‘agenda’ / agenda media) sehingga membuat pub-lik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting dan menjadi agenda publik.

Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selek-tif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bah-kan wartawan sendiri menentubah-kan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Se-tiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang). Misalnya berita tebrunuhnya gembong teroris Noor-din M. Top yang terus menerus disiarkan dalam waktu rata-rata 30 menit dalam televisi dan disajikan pada surat kabar dengan mengisi hampir setengah halaman muka, berarti Noordin M. Top sedang ditonjolkan se-bagai gembong teroris yang terbunuh atau pencapa-ian prestasi jajaran polisi membunuh teroris nomor wahid di Indonesia itu. Demikian juga halnya dengan kasus Prita Mulyasari yang sejak Juni 2009. Prita Di-tahan akibat tuduhan mencemarkan nama baik Rumah Sakit Omni International (www.detiknews.com, Rabu, 3 Juni 2009) efek dari pemberitaan tersebut kemudi-an menimbulkkemudi-an berbagai macam opini, tkemudi-anggapkemudi-an maupun dukungan terhadap Prita Mulyasari. Dalam teori agenda setting, Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi mela-lui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikir-kan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (community salience). Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pemberitaan kasus Prita Mulyasari vs RS. OMNI menggunakan teori Agenda Setting. II. KAJIAN LITERATUR

2.1. Teori Agenda Setting

Dari beberapa asumsi mengenai efek komu-nikasi massa, serta yang bertahan dan yang berkem-bang dewasa ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum, orang akan cenderung

mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberi-kan media massa terhadap isu-isu yang berbeda.

Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang ditujukan pada penelitian komunikasi massa yang menganggap media massa memiliki efek yang san-gat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar. Bukan dengan perubahan sikap atau pendapat. Studi empiris terhadap komunikasi massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cenderung terjadi adalah dalam hal informasi.

Teori agenda setting, menurut Sendjaja (1994:199) menawarkan suatu cara untuk menghu-bungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang ditawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa. Orang belajar mengenai isu-isu apa, dan ba-gaiman isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.

Para pakar telah lama mengenal bahwa me-dia mempunyai potensi untuk menyusun isu-isu publik. Salah seorang dari para penulis awal yang merumuskan ide ini adalah Walter Lippman, seorang wartawan terkemuka di Amerika. Lippman dikenal dengan tulisan jurnalistiknya, pidato-pidatonya, dan komentar sosialnya. Lippman berpandangan bahwa publik menanggapi sesuatu tidak pada peristiwa-per-istiwa aktual di lingkungannya, melainkan pada suatu pseudoenvironment atau sebagaimana digambarkan-nya, “gambaran di kepala”. (Littlejohn, 1992:295) Teori agenda setting yang dikemukakan oleh Max-well Mc Combs dan Donald Shaw adalah salah satu teori tentang proses dampak media atau efek komu-nikasi massa terhadap masyarakat dan budaya.

Teori ini termasuk dalam Phase three dari The Primes Of Media Effect yakni Powerful Media Re-discovered. Meskipun biasanya lebih dirujuk sebagai fungsi belajar media massa dari pada sebagai teori. Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. ”… media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa ter-hadap isu-isu yang berbeda”(Sendjaja : 199)

Fungsi Agenda Setting sendiri menurut Shaw dan McCombs (1977) seperti dikutip oleh Winarso (2005:103) adalah kemampuannya untuk mempen-garuhi perubahan kognitif di antara individu-individu, untuk menyusun pemikiran mereka. Disini mungkin terletak sebagian besar pengaruh yang penting dari 100

(6)

101 komunikasi massa, kemampuannya untuk secara

men-tal menata dan mengorganisasikan dunia kita untuk kita. Ringkasnya, media massa mungkin tidak berha-sil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan secara mendalam. Dengan kata lain, agenda setting mengembangkan isu-isu atau citra-citra yang mencolok dalam pikiran publik.

Sementara itu, Winarso (2005: 103) berpenda-pat bahwa Agenda-setting terjadi karena pers harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita, se-bagai penjaga gerbang informasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu, apa yang diketahui pub-lik mengenai keadaan pokok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas merupakan produk dari penjagaan gerbang media.

Rogers dan Dearing dalam Anderson (1988: 555-593) menyatakan bahwa fungsi Agenda-Setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian : Pertama, Agenda media itu sendiri harus disusun. Proses ini memunculkan isu-isu mengenai bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang perta-ma. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mem-pengaruhi agenda publik, atau naluri terhadap publik terhadap pentingnya isu. Proses ini memunculkan pertanyaan bagaimana kekuasaan di mana media mempengaruhi agenda publik dan bagaimana media melakukannya. Ketiga, Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuatan kebijakan publik dan privat penting. Dalam versinya yang paling sederhana dan paling langsung, teori Agenda Setting meramal-kan bahwa agenda media mempengaruhi agenda pub-lik dan pada gilirannya, agenda pubpub-lik mempengaruhi agenda kebijakan.( Winarso, 2001:104)

Mengikuti pendapat Chaffe dan Ber-ger (1997) seperti dikemukakan oleh Nurud-din (2007:197) ada beberapa catatan yang per-lu dikemukakan untuk memperjelas teori ini. 1. Teori ini mempunyai kekuatan penjelas

untuk menerangkan mengapa orang sa-ma-sama menganggap penting suatu isu. 2. Teori ini mempunyai kekuatan memprediksi-kan sebab memprediksi bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media yang sama, mer-eka akan merasa isu yang sama tersebut penting. 3. Teori ini dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempu-nyai kesamaan bahwa isu media itu penting. Sementara itu, Littlejohn (1992: 234 ) men-gatakan bahwa Agenda Setting ini berop-erasi dalam tiga bagian sebagai berikut :

1. Agenda media itu sendiri harus diformat. Pros-es ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali. 2. Agenda media dalam banyak hal mempengar-uhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya. 3. Agenda publik mempengaruhi atau berinter-aksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda ke-bijakan adalah pembuatan keke-bijakan pub-lik yang dianggap penting bagi individu. Dengan demikian, agenda setting ini memprediksikan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, dan agenda publik sendiri pada akhirnya mempengar-uhi agenda kebijakan. Untuk lebih memperjelas tiga agenda (agenda media, agenda khalayak, dan agenda kebijakan) dalam teori agenda setting ini, ada bebera-pa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim dalam Nurudin (2007:198) sebagai berikut :

1) Agenda media terdiri dari dimensi- dimensi ber-ikut :

a) Visibility (Visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

b) Audience Salience ( tingkat menonjol bagi kha-layak), yakni relevansi isi berita dengan kebu-tuhan khalayak.

c) Valence (Valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2) Agenda khalayak, terdiri dari dimensi-dimensi berikut :

a) Familiarty (keakraban), yakni derajat kesa-daran khalayak akan topik tertentu.

b) Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.

c) Favorability ( kesenangan), yakni pertimban-gan senang atau tidak senang akan topik beri-ta.

3) Agenda kebijakan terdiri dari dimensi-dimensi berikut :

a) Support (dukungan), yakni kegiatan meny-enangkan bagi posisi suatu berita tertentu. b) Likelihood of action (kemungkinan kegiatan),

yakni kemungkinan pemerintah akan melak-sanakan apa yang diibaratkan.

c) Freedom of action (kebebasan bertindak), yak-ni yak-nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pe-merintah.

(7)

102

awareness of issues and attribution of significance. As an extension, effects on public policy may occur.”

Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan sebagai media-tor antara “the world outside and the pictures in our

heads”. McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda pub-lik.

McCombs dan Shaw dalam Griffin (2003:393) percaya bahwa fungsi agenda setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi priori-tas juga bagi publik atau masyarakat. Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang san-gat kuat dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya pent-ing (menetapkan ‘agenda’ / agenda media) sehpent-ingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih me-dia itu penting dan menjadi agenda publik. Menurut teori Agenda Setting ada 3 proses agenda setting yak-ni media agenda, public agenda dan policy agenda, berikut analisa isu tersebut menurut proses terjadinya agenda setting.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, penelitian dilakukan dengan cara meng-umpulkan data yang terdapat dalam buku-buku litera-tur, koran, majalah, dan sumber lain yang terkait den-gan masalah yang diteliti. Dalam penulisan ini data sekunder dikumpulkan dengan cara melakukan studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang berdasar-kan pada buku-buku literatur, sedangberdasar-kan data primer didapat dari jurnal maupun penelitian-penelitian yang ditulis oleh peneliti sebelumnya yang terkait dengan obyek penelitian guna menghindari duplikasi peneli-tian.

Penulis menggunakan metode penelitian tersebut karena bermanfaat untuk hal-hal berikut: Pertama, menggali teori-teori dan konsep yang te-lah diketemukan oleh para ahli terdahulu. Kedua, mengikuti perkembangan penelitian dalam bi-dang. yang akan diteliti. Ketiga, memperoleh ori-entasi yang lebih luas mengenai topik yang dipi-lih. Keempat, memanfaatkan data sekunder. Kelima, menghindari duplikasi penelitian. Keenam, menam-bah keterampilan bagaimana cara mengungkapkan buah pikiran secara sistematis kritis dan ekonomis.

data yang diperoleh akan dipahami, dirangkai dan dianalisa secara kualitatif serta disusun secara sistematis, kemudian ditarik kesimpulan. kesimpulan diambil dengan menggunakan cara berfikir deduk-tif yaitu cara berfikir yang mendasar kepada hal-hal yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpu-lan yang bersifat khusus.

IV. PEMBAHASAN

4.1 Berita Kasus Prita Mulyasari VS RS. Omni In-ternasional

Email curhat soal RS OMNI Internasional yang dikirim Prita ke teman-temannya menyebar di dunia maya tanpa bisa dicegah. Pihak OMNI merasa dirugikan dan karena merasa tak digubris, menggugat prita secara perdata dan pidana atas perbuatan pence-maran nama baik terhadap rumah sakit dan terhadap dua dokter di rumah sakit tersebut.

Frekuensi pemberitaan kasus Prita vs OMNI di berbagai media baik cetak nasional seperti Media Indonesia, Kompas, Suara Pembaruan dan Koran Tempo sejak bulan Mei cukup sering. Begitu pula dengan media elektronik televisi. Hampir di semua program acara berita stasiun televisi seperti RCTI, SCTV,METRO TV, ANTV, INDOSIAR DAN TR-ANSTV memberikan liputan kasus Prita, baik berupa tanggapan dan bantahan dari RS. OMNI maupun dari tanggapan berbagai pihak yang prihatin atas kejadi-an tersebut .Tidak hkejadi-anya itu sampai dengkejadi-an saat ini, 17 Juni 2009, di situs pencari Google sudah terdapat 618.000 informasi tentang kasus Prita Mulyasari vs RS. OMNI. Berita ini pun menghiasi berbagai situs berita seperti Detik.com, Tempointeraktif.com, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, menurut teori agenda setting terjadi proses media agenda dimana pemberitaan tentang kasus Prita Mulyasari vs RS. OMNI Interna-sional ramai didiskusikan oleh berbagai media ham-pir setiap hari untuk beberapa lama. Hamham-pir tidak ada media massa yang tidak memberitakan isu tersebut. Bahkan berita tersebut menjadi headline dan tajuk rencana di beberapa surat kabar seperti Kompas, Ko-ran Tempo, dan lain-lain.

Setelah isu tersebut ramai diberitakan oleh berbagai media Khalayak pun terkena terpaan media sehingga dampaknya berita tersebut menjadi akrab ditelinga khalayak dan juga didiskusikan atau dibahas oleh masyarakat hampir dari semua kalangan, seperti dosen, mahasiswa, pelajar, masyarakat umum. Hampir di setiap tempat, entah itu di kantor, kampus, maupun di tempat umum berita tersebut menjadi bahan pem

(8)

103 bicaran publik.

Ketika saya berada di bus men-ju kampus duduk seorang bapak yang membaca surat kabar harian ibokota lalu kemudian si bapak menjadikan topik tersebut sebagai bahan pembicaraan dengan orang yang duduk disebe-lahnya yang nampaknya seorang mahasiswa. Artinya berita atau isu tentang kasus Prita yang diagendakan media akhirnya menjadi agenda publik. Berita terse-but “cukup santer” diperbincangkan masyarakat. Ra-ta-rata menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap penahanan Prita di Lembaga pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei karena terjerat pasal UU in-formasi dan transaksi elektronik, dengan tudingan mencemarkan nama baik rumah sakit itu lewat inter-net. Selain itu masyarakat juga menyatakan ketidak-setujuannya atas apa yang dilakukan oleh RS. OMNI dinilai berlebihan dalam menangapi kasus ini, kasus Prita seperti disamakan dengan tindakan kriminal. Gencarnya pemberitaan tersebut di berbagai media juga mempengaruhi beberapa komponen masyarakat untuk menanggapi kasus tersebut misalnya dengan partisipa-si mereka ”Para Blogger” untuk menghadiri jalannya persidangan Prita.(Koran Tempo, Kamis 4 Juni 2009)

4.2. Analisis Peran Media Dalam Menyampaikan Pesan Kasus Prita

Dalam beberapa kasus, benturan kepent-ingan, perbedaan nilai, perbedaan pandangan, dan diskomunikasi makin memperuncing konflik. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam situasi seperti itu, me-dium paling ampuh dalam penyebaran informasi tentang konflik adalah media. Bagi media, konf-lik adalah ramuan utama untuk membuat berita.

Media cetak, karena sifatnya yang harus terbit secara teratur pada waktu tertentu, memiliki kelebi-han waktu untuk bisa mengumpulkan informasi se-banyak mungkin, kemudian mempublikasikan in-formasi tentang konflik tersebut dalam bentuk lebih investigatif, lebih komprehensif dengan berbagai sisi. Sementara itu, radio dan televisi, terlebih lagi internet, dengan karakternya yang bisa menampilkan

stop press atau breaking news kapan saja, meman-faatkan waktu untuk sesegera mungkin menyebar-kan informasi, terutama dengan ramuan konflik yang kontroversial serta mengaduk-aduk emosi publik.

Dalam tradisi studi komunikasi massa, me-dia memiliki fungsi kontrol sosial. Dalam men-jalankan fungsinya ini, media massa ibarat seba-gai watchdog (anjing penjaga) demokrasi; dengan laporan peristiwa dan opininya, media massa

memberikan peringatan kepada publik mengenai ses-uatu yang salah yang terjadi pada masyarakat.

Media massa (konvensional) sendiri tidak memiliki otoritas untuk melakukan penindakan kar-ena itu wewkar-enang lembaga lain. Yang dilakukan oleh media massa adalah mengungkap fakta-fakta yang ada dalam rangka membangunkan publik (ter-masuk lembaga dan pejabat publik) yang bisa jadi sedang dininabobokan oleh kondisi yang mapan.

Dalam teori Agenda Setting, ketika media massa mengangkat isu-isu tertentu baik melalui pem-beritaan maupun tulisan opini, ia sedang membangun apa yang disebut sebagai agenda media. Lebih lanjut teori ini mengatakan bahwa agenda media pada gil-irannya akan menjadi agenda publik—di mana isu-isu yang semula “hanya” dilansir oleh media massa kemudian menjadi bahan diskusi publik.

Memang media massa mungkin tidak lagi memiliki kekuatan kuat untuk mempengaruhi pikiran (penda-pat) publik mengenai suatu isu. Namun, ia masih memiliki kekuatan cukup besar untuk mempengar-uhi publik mengenai isu apa yang penting untuk dipikirkan. Salah satu ungkapan yang sangat dikenal dalam teori Agenda Setting adalah the media aren’t always successful at telling us what to think, but they are quite successful at telling us what to think about

(media tidak selalu berhasil mengarahkan kita untuk berpikir tapi cukup berhasil untuk mengarahkan kita berpikir tentang apa).

V. PENUTUP

Dari beberapa asumsi mengenai efek ko-munikasi massa, Menurut teori agenda setting, me-dia massa dapat mempengaruhi agenda publik atau masyarakat. Dari berbagai topik yang dimuat di media massa , topik yang mendapat perhatian lebih banyak dari medialah yang akan menjadi lebih akrab bagi masyarakat dan dianggap penting pada peri-ode tertentu. Hal ini terbukti pada kasus pemberi-taan kasus Prita Mulyasari vs OMNI Internasional. DAFTAR PUSTAKA

Dominick, Joseph. R, 1996, The Dynamics of Mass Communication, Sixth Edition, International Edition, Mc Graw-Hill College.

Griffin, Emory A, 2003, A First Look at Communication

Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill. Mc Quail, Dennis, Teori Komunikasi Massa : Suatu

Pengantar, 1987, edisi kedua, Jakarta, Erlangga. Moss Sylvia Stewart L. Tubbs, 1974, Human Com-munication, New-York, Random House.

(9)

104

Nasution, Zulkarnain, Perkembangan Teknologi ko-munikasi, Buku Materi Pokok SKOM 4322/3 sks/Modul 1-9, Jakarta, Universitas Terbuka. Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa.

Jakar-ta : PT Raja Grafindo Persada

Rakhmat, Jalaludin, 1996, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Karya.

Sendjaja S. Djuarsa, Ph.D., dkk, Teori Komunika-si : Materi Pokok IKOM 4230/3 sks/Modul 1-9,Universitas Terbuka, Jakarta.

Winarso, Heru Puji. 2005, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta : Prestasi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah hasil observasi perkembangan anak dianalis, diperoleh hasil rata-rata prosentase peningkatan perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 55,88%, sudah

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yaitu pembuatan perangkat keras, program aplikasi mikrokontroler dan program aplikasi komputer dalam sistem

Selaku ketua Program Studi Magister Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang amat berguna bagi penulis.. Albertus

1) Penjatuhan tindakan disiplin dilaksanakan seketika dan langsung pada saat diketahuinya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik

Berkenaan dengan telah dilaksanakannya monitoring Kegiata n /Output/ Akun atas.. penelaahan RKA-KiL Pagu Anggaran Tahun 2012 (Pagu Definitif) dan

Memang benar, Kanselir Angela Merkel dan negaranya melibatkan negara lain untuk menghadapi krisis-krisis tersebut, misalnya dengan Perancis dan Polandia dalam krisis tentang

Tidak pernah menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial. Mengerjakan tugas-tugas