• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Aset

Aset menurut Siregar (2004) adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Selain itu, menurut Siregar (2004) menyatakan pengertian aset berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni ada tiga aspek pokok sebagai berikut.

1. Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.

3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai saran untuk dapat memanfaatkan sumber daya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), telah ditetapkan definisi yang tegas tentang aset dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, diuraikan dengan jelas tentang definisi aset. yaitu bahwa:

”Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh. baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Serta dapat diukur dalam satuan uang. termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya”.

               

(2)

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa aset adalah suatu barang maupun sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi, nilai tukar yang dimiliki oleh individu maupun suatu instansi yang memiliki potensi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian umum dari aset di atas adalah sesuatu yang memiliki nilai. Dua elemen dari definisi tersebut yaitu nilai dan umur manfaat merupakan hal yang penting jika suatu departemen atau organisasi mengidentifikasi dan mencatat seluruh aset.

2.2 Jenis Aset

Mengetahui jenis aset ini penting untuk penilaian aset dalam upaya pengoptimalan pengelolaannya, dengan diketahuinya jenis aset, pengelola akan tahu bagaimana cara mengelola aset tersebut, sehingga aset tersebut bisa digunakan secara efektif dan efisien. Aset bisa dilihat dari berbagai sisi untuk menentukan jenisnya. Aset bisa dilihat berdasarkan bentuknya, aset berdasarkan karakteristik, dan aset berdasarkan pandangan dari segi hukum. Maka dari itu perlu dijelaskan mengenai jenis aset, sehingga diketahui perbedaan dari masing-masing aset.

2.2.1 Aset Berdasarkan Bentuknya

Menurut Hermanto (2009), Aset berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Bentuk aset berwujud adalah bangunan, infrastruktur, mesin/peralatan dan fasilitas. Sedangkan bentuk aset yang tidak berwujud adalah Culture (Budaya), Capacity (Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian), Contract (Perjanjian), Goodwill (Nama Baik/Citra), Motivation (Motivasi), Patent (Hak Cipta), Quality (Kualitas), dan Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi).

Aset intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat di identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Sedangkan aset tangible (berwujud) adalah aset yang mempunyai masa manfaat lebih baik dari dua belas bulan untuk                

(3)

digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tangible (berwujud) meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Bentuk Aset

No Bentuk Aset Aset

1 Berwujud (Tangible)

Bangunan Infrastruktur Mesin/Peralatan Fasilitas

2 Tidak Berwujud (Intangible)

Culture (Budaya)

Capacity (Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian)

Contract (Perjanjian)

Goodwill (Nama Baik/Citra) Motivation (Motivasi) Patent (Hak Cipta) Quality (Kualitas)

Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi)

Sumber: Hermanto (2009).

2.2.2 Aset Berdasarkan Karakteristik

Menurut Sutrisno (2004), Aset berdasarkan karakteristiknya di bagi menjadi tiga jenis, antara lain tingkat kebutuhan, kepemilikan dan penggunaan. Tingkat kebutuhan dapat di lihat sebagai fungsi basic, important, supporting dan optional. Berdasarkan penggunaan aset kembali di bagi menjadi private, semi private atau semi public dan public. Berdasarkan kepemilikan aset di bagi menjadi own, partnership dan public.

Aset sebagai fungsi Basic (kebutuhan dasar) yaitu suatu aset harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan. Important (penting), yaitu sesuatu aset dimana keberadaannya dapat digunakan untuk memperlancar dalam pencapaian tujuan dengan hasil yang lebih optimal, serta keberadaannya sangat penting pada waktu-waktu tertentu. Supporting (mendukung), merupakan suatu aset yang dapat mendukung atau membuat lebih                

(4)

nyaman dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan Optional (pilihan), yaitu suatu aset yang bersifat pilihan, jika aset tersebut tidak ada pun tidak akan menghambat dalam mencapai suatu tujuan.

Aset berdasarkan Karakteristik penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi aset private, semi public/semi private, dan public. Aset private merupakan aset yang penggunaannya terbatas hanya oleh pemiliknya saja. Aset semi public/semi private, penggunanya yaitu kelompok organisasi yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menggunakan aset tersebut. Sedangkan aset public hanya digunakan oleh masyarakat umum.

Karakteristik aset berdasarkan kepemilikan dapat dikelompokkan berdasarkan own, partnership, dan public. Kepemilikan aset berdasarkan own, jika pemiliknya bersifat individual. Kepemilikan partnership, yaitu yang dimiliki oleh individu dan pemerintah. Sedangkan aset berdasarkan kepemilikan public, yaitu aset yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik aset dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2 Karakteristik Aset

No Karakteristik Aset Kategori

1 Tingkat Kebutuhan

Basic Important Supporting Optional

2 Penggunaan Private Semi Private atau Semi Public Public

3 Kepemilikan Own Partnership Public

Sumber: Sutrisno (2004).

2.2.3 Pandangan aset dari konsep hukum

Menurut Siregar (2004:182), Aset yang dipandang dari konsep hukum adalah properti. Istilah properti dapat berarti real estate atau personality. Dalam perkembangannya properti dikelompokkan menjadi empat jenis meliputi real                

(5)

property, personal property, business dan financial interest. Untuk itu perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai aset yang dipandang dari konsep hukum.

1. Real Property (Penguasaan dan Pemilikan Tanah dan Bangunan)

Real Property meliputi semua hak, hubungan-hubungan hukum dan manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan real estate. Sebaliknya, real estate meliputi tanah dan bangunan itu sendiri, segala benda yang keberadaannya secara alami di atas tanah yang bersangkutan, dan semua benda yang melekat dengan tanah itu, misalnya bangunan dan pengembangan tapak.

2. Personal property (Benda Bergerak)

Personal Property merujuk pada hak kepemilikan atas suatu benda bergerak di dalam bagian-bagian benda selain real estate (tanah atau bangunan secara fisik). Benda-benda tersebut dapat berwujud (tangible) atau tidak berwujud (intangible), misalnya utang-piutang, goodwill dan hak paten. Benda bergerak yang berwujud mewakili kepemilikan dari benda-benda yang tidak melekat secara permanen pada tanah dan bangunan atau yang ada pada umumnya bersifat dapat di pindah tangankan ke tempat lain (move ability).

3. Business (Kegiatan Usaha)

Business adalah setiap kegiatan di bidang komersial, industri, jasa atau investigasi yang menyelenggarakan aktivitas ekonomi. Bisnis pada umumnya dijalankan oleh badan usaha yang mencari untung yang kegiatan usahanya untuk memberikan produk barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan badan usaha adalah badan yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku. Suatu kegiatan usaha mungkin saja dalam bentuk badan hukum atau bukan. Badan usaha meliputi seluruh rentang kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, yang mencakup baik sektor swasta maupun sektor umum (Badan Usaha milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah). Kegiatan usaha mencakup antara lain manufaktur, pedagang grosir, pedagang eceran, kegiatan usaha penginapan, perawatan kesehatan dan jasa keuangan, hukum, pendidikan serta jasa sosial. Badan usaha yang memberikan jasa infrastruktur kepada masyarakat, yakni sebagai perusahaan (korporasi) yang dikendalikan, namun tidak dimiliki oleh pemerintah.                

(6)

4. Financial Interest (Hak Kepemilikan Secara Finansial)

Hak kepemilikan secara finansial di dalam property berasal dari pembagian hukum atas hak kepemilikan saham dalam kegiatan bisnis dan hak atas penguasaan tanah dan bangunan (real property) dari perjanjian. Dalam perjanjian diberikan suatu hak pilihan untuk membeli atau menjual property (misalnya hak tanah dan bangunan, saham atau instrumen finansial lainnya) dengan harga yang disebutkan di dalam jangka waktu yang telah di tentukan, atau dari penciptaan instrumen investasi yang dijamin oleh sekelompok aset-aset real estate.

Hak kepemilikan secara finansial yang berupa aktiva tak berwujud dapat mencakup hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis, hak yang memberikan suatu pilihan dan hak atas suatu penerbitan surat berharga. Hak-hak yang melekat pada kepemilikan suatu kegiatan bisnis atau pada tanah hak dan bangunan (property), misalnya untuk menggunakan, menempati, menjual, menyewakan atau mengelola. Hak-hak yang melekat dalam sebuah perjanjian (kontrak) yang memberikan suatu pilihan untuk membeli atau sewa-menyewa misalnya untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Hak-hak yang melekat pada kepemilikan atas suatu penerbitan surat berharga, misalnya untuk mempertahankan atau untuk melepaskannya.

2.3 Siklus Hidup Aset

Menurut Hariyono (2007), siklus hidup dari suatu aset memiliki tiga fase, meliputi: pengadaan (acquisition), operasi (operation), dan penghapusan (disposal). Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu fase perencanaan, yang merupakan suatu proses lanjutan, dimana output dari setiap fase digunakan sebagai input untuk perencanaan.

Suatu aset memiliki siklus hidup agar dapat membedakan tanggung jawab dari setiap fase penanganannya. Secara khusus, tanggung jawab untuk keputusan pengadaan suatu aset dalam suatu organisasi berbeda dengan tanggung jawab untuk operasi dan pemeliharaan aset maupun dengan tanggung jawab untuk                

(7)

penghapusan suatu aset. Siklus hidup aset menurut Hariyono (2007), dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Sumber: Hariyono (2007)

Gambar 2.1 Siklus Hidup Aset

Fase-fase yang dilalui suatu aset selama siklus hidupnya antara lain:

1. Fase perencanaan, yaitu ketika adanya kebutuhan permintaan terhadap suatu aset untuk direncanakan dan dibuat,

2. Fase pengadaan, yaitu ketika suatu aset dibeli, dibangun, atau dibuat,

3. Fase pengoperasian dan pemeliharaan, yaitu ketika suatu aset digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Fase ini mungkin diselingi dengan pembaharuan atau perbaikan besar-besaran secara periodik, penggantian atas aset yang rusak dalam periode penggunaannya, dan

4. Fase penghapusan, yaitu ketika umur ekonomis suatu aset telah habis atau ketika kebutuhan atas pelayanan yang disediakan oleh aset bersangkutan telah hilang. Pengadaan (Acquisition) Operasi (Operation) Penghapusan (Disposal) Perencanaan (Planning)                

(8)

2.4 Definisi Manajemen Aset

Berdasarkan pendapat Hariyono (2007) dalam Modul Prinsip dan Teknis Manajemen Kekayaan Negara menyatakan bahwa :

”Manajemen aset mencakup proses perencanaan sampai dengan penghapusan dan perlu adanya monitoring terhadap aset-aset tersebut selama umur penggunaannya oleh suatu organisasi atau Kementerian/Lembaga”. Sedangkan berdasarkan Permendagri No.17 Tahun 2007 menyatakan bahwa :

”Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi, perencanaan kebutuhan dan penganggaran, penerimaan penyimpanan dan penyaluran, dan penganggaran, pengadaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan dan, tuntutan ganti rugi” (Pasal 4 ayat 2).

Hariyono (2007) dalam Modul Prinsip dan Teknis Manajemen Kekayaan Negara menyatakan bahwa tujuan utama dari manajemen aset adalah membantu suatu entitas (organisasi) dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien.

Siregar (2004) berpendapat bahwa terdapat lima (5) tahapan kerja manajemen aset yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, dan pengembangan sistem informasi manajemen aset. Untuk lebih jelasnya, gambar 2.2 adalah gambar tahapan kerja manajemen aset.

Sumber : Siregar (2004:518)

Gambar 2.2

Tahapan Kerja Manajemen Aset 4.Optimalisasi Aset 3.Penilaian Aset 2.Legal Audit 1.Inventarisasi Aset Sistem Informasi Manajemen Aset                

(9)

Tahapan kerja dalam manajemen aset meliputi : 1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk , luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek legal terdiri dari status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan dalam inventarisasi adalah pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

2. Legal Audit

Legal audit merupakan lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Contoh permasalahan legal yang sering terjadi antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor.

3. Penilaian Aset

Penilaian aset merupakan melakukan kegiatan penilaian atas aset yang dikuasai. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi dalam penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah, volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Apabila dalam aset milik Pemda diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dioptimalkan untuk pengembangan ekonomi nasional baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang namun harus transparan dalam segi pengelolaannya. Selain itu, aset yang tidak dapat dioptimalkan harus diidentifikasi faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik,                

(10)

nilai ekonomi yang rendah maupun faktor yang lainnya. Hasil akhir tahapan ini adalah rekomendasi berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.

5. Pengawasan dan Pengendalian

Sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja pengawasan dan pengendalian adalah pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). Melalui SIMA, transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin karena setiap penanganan suatu aset termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya, sehingga dapat meminimalkan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).

Sedangkan berdasarkan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan aset, sebagai berikut;

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran. 2. Pengadaan.

3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran. 4. Penggunaan.

5. Penatausahaan (meliputi inventarisasi). 6. Pemanfaatan.

7. Pengamanan dan pemeliharaan. 8. Penilaian.

9. Penghapusan. 10. Pemindahtanganan.

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 12. Pembiayaan.

13. Tuntutan ganti rugi.

Sedangkan menurut Hariyono (2007) dalam Modul 1 Eselon 3 Manajemen Aset menyatakan bahwa terdapat sembilan (9) tahap manajemen aset, yaitu sebagai berikut.                

(11)

2. Pengadaan (Procurement)

3. Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution) 4. Pengendalian (Controlling)

5. Pemeliharaan (Maintenance) 6. Pengamanan (Safety)

7. Pemanfaatan Penggunaan (Utilities) 8. Penghapusan (Disposal)

9. Inventarisasi (Inventarization)

2.5 Optimasi Aset

Optimasi aset merupakan proses kerja dalam penggunaan dan pemanfaatan aset. Aset yang belum optimal dan tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor penyebabnya, apakah faktor dari aspek legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini merupakan rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai. 2.5.1 Pengertian Optimasi Aset

Sutrisno (2010) menyatakan bahwa optimasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset. Dalam tahap ini aset-aset yang dimiliki negara diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan potensi dari aset tersebut. Sedangkan menurut Sugiama (2010), Optimizing the utilization of assets in terms of service benefit and financial returns. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa optimasi adalah pengoptimalan pemanfaatan potensi aset yang dapat menghasilkan manfaat yang lebih atau juga mendatangkan pendapatan.

Menurut Siregar (2004), untuk mengoptimalkan suatu aset harus dibuat sebuah formulasi strategi untuk meminimalisir atau menghilangkan ancaman dari faktor lingkungan, dan untuk aset yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari                

(12)

penyebabnya. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari penyebabnya mengapa aset tersebut menjadi idle capacity.

Menurut Siregar (2004), bahwa optimasi pengelolaan aset itu harus memaksimalkan ketersediaan aset (maximize asset availability), memaksimalkan penggunaan aset (maximize asset utilization) dan meminimalkan biaya kepemilikan (minimize cost of ownership). Hal tersebut bisa dilakukan dengan meminimalisir atau mungkin menghilangkan hambatan atau ancaman atas pengelolaan aset-aset tersebut. Sehingga optimasi dari suatu aset yang berstatus idle capacity bisa dilakukan.

2.5.2 Tujuan Optimasi Aset

Siregar (2004:776), menyebutkan bahwa tujuan optimasi aset secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan inventarisasi semua aset meliputi bentuk, ukuran, fisik, legal, sekaligus mengetahui nilai pasar atas masing-masing aset tersebut yang mencerminkan manfaat ekonomisnya.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan aset, apakah aset tersebut telah sesuai dengan peruntukkannya atau tidak.

3. Terciptanya suatu sitem informasi dan administrasi sehingga tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan aset.

Optimasi aset bertujuan untuk mengidentifikasi aset, sehingga akan diketahui aset yang perlu di optimalkan dan bagaimana cara mengoptimalkan aset tersebut. Hasil akhir optimasi aset ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.

               

(13)

2.5.3 Prosedur Optimasi Aset

Menurut Siregar (2004:777), dalam mencapai tujuan optimasi aset, ada beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Identifikasi aset, inventarisasi fisik & legal

Melakukan pendataan terhadap semua aset yang dimiliki yang mencakup ukuran, fisik, legal status dan kondisi aset. Melakukan identifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen legalnya dan analisis yuridis atas aset bermasalah yang pada akhirnya dapat memberikan legal opinion.

2. Penilaian aset tetap

Melakukan kegiatan penilaian untuk mengetahui nilai pasar (market value) atas obyek properti dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan metode penilaian yang lazim digunakan dalam pekerjaan penilaian, yaitu:

a. Pendekatan data pasar (market data approach) dengan metode perbandingan langsung (direct comparison).

b. Pendekatan biaya (cost approach) dengan metode biaya pengganti baru yang disusutkan (depreciated replacement cost).

c. Pendekatan pendapatan (income approach) dengan metode arus kas terdiskonto (discounted cash flow).

d. Pendekatan pengembangan tanah (land development approach) dengan land residual method.

3. Analisis optimasi pemanfaatan adalah untuk mengidentifikasi dan memilah aset yang masuk dalam aset operasional atau aset non operasional. Untuk aset operasional kemudian dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui apakah aset operasional tersebut sudah optimal pemanfaatannya atau belum, apabila belum optimal dilakukan studi optimasi. Studi optimasi ini dilakukan berdasar tolok ukur kebutuhan akan aset tersebut dikaitkan dengan kegiatan usahanya. Untuk aset non operasional, analisis dilakukan terhadap kondisi aset saat ini, untuk mengetahui apakah pemanfaatan aset ini sudah optimal atau belum dilihat dari penggunaan tanah dalam bangunan dan fungsional bangunannya dari aspek ekonomis. Analisis ini akan mencakup regulasi, peruntukkan dan pengembangan kawasan sekitar.

               

(14)

4. Sistem informasi manajemen aset (SIMA)

Obyek pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA), sebagai alat untuk optimasi dan efisiensi pengelolaan aset. Sedangkan SIMA adalah suatu konsep yang memadukan beberapa disiplin keahlian. Dengan memadukan berbagai disiplin keahlian akan dapat menunjang pemanfatan terbaik dari aset yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa ada 5 tahapan atau langkah-langkah yang harus dilewati dalam melakukan optimasi aset. Langkah langkah tersebut yaitu Identifikasi aset, Inventarisasi fisik dan legal, Penilaian aset tetap, Analisis optimasi pemanfaatan fixed asset dan sistem informasi manajemen aset (SIMA).

2.5.4 Pemanfaatan Aset

Pemanfaatan adalah salah satu bentuk dari optimalisasi yang dilakukan. Pemanfaatan yang dilakukan harus sesuai dengan peruntukkannya sama halnya dengan penggunaan. Pemanfaatan yang dilakukan tidak boleh keluar dari peruntukkan yang telah ditetapkan (harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007, pemanfaatan bisa dilakukan dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan bangun serah guna atau bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk pemanfaatan aset.

1. Sewa

Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan berupa uang tunai. Penyewaan Barang Milik Negara dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan. 2. Pinjam Pakai                

(15)

Pinjam pakai Barang Milik Negara adalah penyerahan penggunaan Barang Milik Negara antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir, Barang Milik Negara tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat. Barang Milik Negara yang dapat dipinjam pakaikan adalah tanah dan/atau bangunan, serta Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan.

3. Kerjasama Pemanfaatan

Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan pendapatan dan sumber pembiayaan lainnya. Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara yang belum/tidak dipergunakan, meningkatkan penerimaan negara dan mengamankan Barang Milik Negara.

4. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna

Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian di dayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang setelah berakhirnya jangka waktu yang telah disepakati. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di gambarkan melalui bagan mengenai bentuk pemanfaatan aset, sebagai berikut:

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2007 Bentuk Pemanfaatan Aset Sewa Pinjam Pakai Kerjasama Pemanfaatan

Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guma                

(16)

Gambar 2.3

Bentuk Pemanfaatan Aset

Dalam menunjang penggunaan dan pemanfaatan aset yang optimal, harus dilakukan pemeliharan terhadap aset tersebut. Dalam pemeliharaan ini ditentukan mengenai sumber dana pemeliharaan, metode pemeliharaan dan biaya pemeliharaan. Sumber dana yang digunakan dari pemeliharaan ini harus jelas, apakah dari perusahaan sudah dianggarkan mengenai dana untuk pemeliharaan atau dana pemeliharaan berasal dari pendapatan atas pengelolaan aset tersebut. Setelah itu ditentukan, dapat dipilih mengenai metode pemeliharaan yang akan dilakukan atau digunakan. Sebelum melakukan pemanfaatan, pengelola harus melakukan Analisa rencana Pemanfaatan Aset/Barang. Dalam melakukan analisa dan menyusun rencana pemanfaatan untuk masing-masing unit barang/aset yang dimiliki dan atau dikelola, sebaiknya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut, (Djumara:2007) :

1. Menyusun Data Barang/aset tentang; a. Data Teknis dari barang/asset.

b. Data Lingkungan dimana aset berada. c. Data Legal dari aset.

d. Data Ekonomis dari aset. e. Data Sosial.

2. Meneliti potensi peluang yang dimiliki oleh barang/aset untuk dioptimalkan dari segi:

a. Potensi Teknis yang dimiliki dari aset. b. Potensi Lingkungan tempat aset berada. c. Potensi Legal dari aset.

d. Potensi peluang Ekonomis dari aset. e. Potensi Sosial.

3. Menganalisa Potensi/kemampuan dari aset-aset yang memungkinkan untuk dioptimalisasikan dari segi:

a. Kemampuan dari aset tersebut untuk dipasarkan (marketability).                

(17)

b. Kemampuan dari aset tersebut untuk menghasilkan uang atau keuntungan (profitability) jika dioptimalisasikan.

c. Sejauh mana Kemampuan Teknis dari aset itu sendiri (technical viability), bagaimana dukungan lingkungan guna optimalisasi aset itu sendiri.

d. Landasan Legal untuk optimalisasi aset yang memungkinkan apakah cukup kuat dan menunjang.

4. Menyusun Rancangan Program Optimalisasi Pemanfaatan Barang/Aset yang meliputi:

a. Menyusun Rancangan program optimalisasi pemanfaatan untuk masing-masing aset yang mungkin untuk dioptimalisasikan.

b. Menyusun perkiraan/estimasi penerimaan pendapatan (jumlah dan lama masanya) bagi aset yang mempunyai kemungkinan untuk dioptimalisasikan tersebut.

c. Menyusun Rancangan pengelolanya/pelaksananya apakah akan dilaksanakan oleh pihak ketiga atau swakelola.

2.6 Manajemen Strategi

Strategi sangat penting dalam melakukan pengelolaan atas suatu aset, baik itu aset negara, aset negara yang dipisahkan dan aset swasta atau individu. Strategi yang tepat akan aset yang dimiliki dapat menghasilkan pemasukan sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan pada saat perencanaan aset tersebut. Strategi digunakan untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang terjadi dan memanfaatkan peluang yang ada.

Menurut Pearce & Richard (2005) strategi adalah kerangka kerja (frame work), teknik dan rencana yang bersifat spesifik atau khusus. Sedangkan Wheelen (2010), mendefinisikan strategi sebagai rencana induk yang komprehensif yang menyatakan bagaimana korporasi akan mencapai misi dan tujuan-tujuannya. Berdasarkan pada pendapat mengenai strategi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah sebuah rencana induk yang bersifat spesifik yang menyatakan bagaimana sebuah perusahaaan atau korporasi akan mencapai misi dan tujuan yang telah di tetapkan.

               

(18)

Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Dalam membuat sebuah formulasi strategi dibutuhkan suatu manajemen strategi yang baik, sehingga strategi yang dirumuskan akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Hunger&Wheelen (2010), manajemen strategi adalah suatu proses yang berkaitan dengan kemampuan internal organisasi dalam menghadapi tuntutan lingkungan eksternal organisasi yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya secara efektif. Sedangkan menurut David (2007), Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan tindakan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan manajerial demi tercapainya suatu tujuan organisasi.

Terdapat empat elemen dasar dalam kegiatan manajemen strategi yaitu pemindaian lingkungan, perumusan strategi, implimentasi strategi, dan evaluasi dan pengendalian. Elemen dasar tersebut kemudian diuraikan menjadi sebuah permodelan manajemen strategis yang dapat dilihat pada gambar 2.3.

Sumber : Hunger & Wheelen (2010).

Gambar 2.4                

(19)

Model Manajemen Strategis

2.6.1 Pemindaian Lingkungan

Tahap pertama dalam manajemen strategi adalah pemindaian lingkungan. Menurut Hunger dan Wheelen (2010), pemindaian lingkungan merupakan kegiatan pemantauan, pengidentifikasian, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal dan internal kepada orang-orang kunci pada korporasi. Tujuan dilakukannya pemindaian lingkungan ini adalah untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan. Hal ini dilakukan karena faktor-faktor yang berada di dalam maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wheelen (2010), lingkungan bisnis (business environment) atau lingkungan organisasi, dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal seperti tertera dalam gambar 2.5.

Sumber: Hunger & Wheelen (2003) Gambar 2.5 Task Environment (Industry) Structure Culture Resources Societal Environment Political- Legal Forces Economic Forces Socio- Cultural Forces Techno- logical Forces Share holders Government Special Interest Groups Customer Creditors Communities Suppliers Employees/ Labor Unions Competitors Trade- Association Internal Environment Environmental Variables                

(20)

Environmental Variables

2.6.1.1 Lingkungan Eksternal

Menurut Hunger&Wheelen (2010), lingkungan eksternal yaitu variabel yang berada diluar organisasi dan tidak selalu sama dalam pengendalian jangka pendek dari manajer puncak. Beberapa variabel ini dilatar belakangi oleh keberadaan organisasi itu sendiri dan kekuatannya secara umum serta kecenderungannya dalam lingkungan sosial atau faktor yang spesifik bekerja dalam lingkungan tugas khusus organisasi. Wheelen (2010) mengelompokan lingkungan eksternal organisasi kedalam dua kelompok yaitu lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja.

1. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat, termasuk ke dalam kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat mempengaruhi keputusan jangka panjang. Menurut Hunger&Whelen (2010), lingkungan masyarakat terdiri dari:

a. Politik-Hukum

Kekuatan politik-hukum merupakan pengaruh ideologi dan aturan-aturan yang diakui masyarakat. Pemerintah merupakan pihak yang mengalokasikan kekuasaan dan menyediakan pemaksaan dan perlindungan hukum dan aturan-aturan membuat kerangka hukum yang mengatur operasional perusahaan dan organisasi lainnya. Politik-hukum mencakup undang anti monopoli, undang perlindungan lingkungan, undang-undang perpajakan, insentiif khusus, peraturan perdagangan luar negeri, sikap terhadap perusahaan asing, undang-undang ketenagakerjaan, dan stabilitas pemerintahan (Wheelen, 2010).

b. Sosial Budaya

Kekuatan sosial budaya merupakan kekuatan yang mengatur nilai-nilai, adat istiadat dan kebiasaan lingkungan masyarakat yang berbeda-beda, meliputi: perubahan gaya hidup, harapan karir, aktivitas konsumen, tingkat formasi                

(21)

keluarga, pertumbuhan tingkat pupulasi, distribusi umur pupulasi, pergeseran wilayah regional dalam populasi, tingkat harapan hidup, tingkat kelahiran (Wheelen, 2010).

c. Ekonomi

Kondisi ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terhadap biaya operasional organisasi, mengatur pertukaran material, uang, energi dan informasi. Faktor-faktor tersebut antara lain pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, persediaan uang, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, pengendalian harga/upah, devaluasi/revaluasi, ketersediaan energi dan biaya, pendapatan disposable dan discretionary (Wheelen, 2010).

d. Teknologi

Kekuatan teknologi merupakan kemampuan ilmiah dan sistematis untuk menyelesaikan masalah kebutuhan masyarakat. Dengan semakin majunya perkembangan teknologi menyebabkan perubahan secara dramatis lingkungan dunia usaha maupun organisasi terutama dalam menghasilkan penemuan pemecahan masalah. Teknologi terdiri dari pengeluaran negara untuk litbang, pengeluaran industri untuk litbang, fokus pada pengembangan teknologi, perlindungan paten, produk baru, pengembangan perubahan teknologi dari lab ke pasar, perbaikan produktivitas melalui otomatisasi (Wheelen, 2010).

2. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja termasuk elemen-elemen atau kelompok yang berpengaruh langsung pada korporasi (Stakeholders) dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh korporasi. Kelompok ini terdiri dari pemasok yang merupakan pihak yang menyediakan kebutuhan barang dan jasa, pesaing merupakan pihak yang menyediakan produk barang dan jasa sejenis, pelanggan/konsumen merupakan pihak yang menerima manfaat secara langsung baik barang maupun jasa, kelompok pemerhati khusus merupakan suatu kelompok yang mempunyai kepedulian terhadap organisasi, dan                

(22)

pemerintah merupakan pihak yang mempunyai wewenang menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.6.1.2 Lingkungan Internal

Hunger & Wheelen (2010), menyatakan bahwa lingkungan internal yaitu variabel yang berada di dalam organisasi yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer puncak. Unsur-unsur lingkungan internal meliputi struktur (structure), budaya (culture), dan sumber daya (resources).

1. Struktur

Struktur organisasi adalah sebuah sistem formal dari aturan dan tugas serta hubungan yang mengawasi bagaimana organisasi bekerja sama dan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi yang tersusun sangat berguna dalam perumusan strategi. Struktur organisasi dapat memberikan daya saing, membantu kemampuan organisasi untuk mempersatukan, meningkatkan kemampuan organisasi untuk mengelola keanekaragaman, meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan barang dan jasa, memberikan organisasi ke arah yang lebih baik, mengintegrasikan dan memotivasi fungsi-fungsi dan anggotanya, serta membantu organisasi untuk mengembangkan implementasi strategi. Apabila struktur organisasi tersebut cocok dengan perubahan strategi yang diusulkan, maka struktur organisasi tersebut menjadi kekuatan bagi organisasi. Namun jika struktur tidak sesuai dengan strategi maka akan menjadi kelemahan pada organisasi tersebut.

2. Budaya

Budaya organisasi adalah pola kepercayaan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi (Hunger dan Wheelen, 2003). Budaya menimbulkan ciri khas organisasi melalui kepercayaan, harapan dan nilai-nilai yang diterapkan bagi seluruh anggota. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai pendiri dan misi organisasi tersebut. Budaya membentuk perilaku manusia dalam organisasi karena budaya sangat kuat                

(23)

pengaruhnya, maka budaya juga sangat mempengaruhi organisasi untuk mengubah arah strateginya.

3. Sumber Daya

Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi yang meliputi keahlian orang, kemampuan dan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas organisasi (Hunger dan Wheelen, 2003). Sumber daya yang dimiliki oleh setiap organisasi yang tidak hanya melibatkan sumber daya manusia, sumber daya peralatan atau fasilitas serta sumber keuangan. Berikut adalah sumber daya yang ada di perusahaan.

1) Pemasaran

Pemasaran adalah kemampuan organisasi dalam mempengaruhi tingkat, waktu, dan karakter permintaan dalam suatu cara yang akan membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Yang perlu diperhatikan dalam pemasaran yaitu analisis posisi pasar, bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) dan daur hidup produk.

2) Keuangan

Merupakan kemampuan dalam pengelolaan dana, meliputi sumber dana dan penggunaan dana, serta pengalokasian dana dan pendapatan yang diterima dari masing-masing bisnis yang dijalankan, sehingga dapat secara efektif dan efisien mengembangkan produk atau aset yang dimiliki atau dikelola mengendalikan penggunaannya.

3) Penelitian dan Pengembangan

Pengembangan perusahaan membantu menentukan posisi pasar dan jenis persaingan yang dihadapi. Maka perlu dilakukan kajian penelitian dan pengembangan terhadap sumber daya yang dimiliki.

4) Operasi

Pengembangan dan pengoperasian sebuah sistem akan menghasilkan jumlah produk dan jasa yang dibutuhkan dengan kuliatas tertentu, pada harga yang sudah ditentukan, dalam waktu yang sudah ditentukan. Organisasi yang berorientasi pada jasa perlu memperhatikan fasilitas                

(24)

jasa, jenis sistem operasi, umur dan jenis peralatan pendukung, tingkat dan peran otomasi dan atau penggunaan alat-alat komunikasi massal, kapasitas dan rata-rata penggunaan fasilitas, nilai efisiensi personil profesional/jasa, dan ketersediaan serta jenis transportasi untuk mengantar staf jasa dan klien bersama-sama.

5) Sumber Daya Manusia (SDM)

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting bagi perusahaan. Organisasi harus memiliki strategi yang baik agar sumber daya manusia yang dipekerjakannya memiliki ketrampilan yang memadai untuk melakukan tugas-tugasnya atau pekerjaan-pekerjaan harus dirancang untuk mengakomodasi pekerja yang ada. Analisis jabatan digunakan untuk mendapatkan informasi deskripsi pekerjaan mengenai apa yang harus dicapai oleh setiap pekerjaan dari segi kualitas dan kuantitas. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain : langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, kompetensi/keterampilan, produktivitas, dan sistem imbalan.

6) Sistem Informasi

Di dalam organisasi aliran informasi dirancang dan dikelola dengan cara-cara yang dapat meningkatkan produktivitas dan pengambilan keputusan. Informasi harus dikumpulkan, disimpan, dan digabungkan dalam suatu metode tertentu sehingga nantinya dapat menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan operasional dan strategis. Tujuan sistem informasi:

a) Memberikan sinyal peringatan masalah-masalah yang berasal baik dari luar maupun dari dalam.

b) Mengotomatisasi operasi-operasi klerikal (penggajian, laporan persediaan, dan catatan-catatan lain dapat diperoleh secara otomatis dari data base dan selanjutnya mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja pengarsipan).

c) Membantu para pimpinan dari berbagai hierarki untuk membuat keputusan-keputusan rutin (terprogram)

               

(25)

d) Menyediakan informasi yang perlu bagi manajemen untuk membuat suatu keputusan strategis (tidak terprogram).

2.6.2 Pendekatan Analisis

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam merancang strategi dibutuhkan analisis mengenai lingkungan. Analisis eksternal dan internal dilakukan dengan menggunakan matriks EFAS dan IFAS dilanjutkan dengan matriks alternatif strategi SWOT.

2.6.2.1 Matrik External Factors Analysis Summary (EFAS)

Setelah kondisi eksternal dan lingkungan kerja diteliti serta didentifikasi faktor-faktor strategis bagi perusahaan hasilnya dirangkum dalam bentuk Tabel EFAS (External Factors Analysis Summary) seperti pada Tabel 2.3. Tabel ini membantu pengelola mengorganisir faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima secara umum mengenai peluang dan ancaman.

Hunger dan Wheelen (2010), menyatakan bahwa External Factors Analysis Summary adalah analisis dalam manajemen organisasi terhadap faktor-faktor strategis eksternal utama berdasarkan pembobotan. Dalam mengoperasikan matriks EFAS ini terlebih dahulu kita mengidentifikasi kondisi eksternal dan lingkungan kerja yang menjadi faktor-faktor strategis suatu organisasi atau perusahaan. Kemudian faktor-faktor tersebut diberi bobot berdasarkan pengaruhnya terhadap posisi strategis organisasi saat ini, di mana bobot maksimum adalah 1.0 dengan interpretasi paling penting dan minimum adalah 0.0 dengan interpretasi tidak penting. Setelah itu barulah ditentukan peringkat (rating) untuk setiap faktor berdasarkan tingkat respon manajemen terhadap masing-masing faktor strategis eksternal.

Selanjutnya untuk memperoleh nilai dari faktor hasi pembobotan, dilakukan dengan cara mengalikan bobot dari masing-masing faktor dengan peringkatnya masing-masing. Untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan, jumlahkan skor pembobotan tersebut. Setelah itu berikan komentar                

(26)

atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. Untuk lebih jelasnya seperti yang ditampilkan tabel matrik EFAS pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

External Factors Analysis Summary (EFAS)

Sumber: Hunger & Wheelen (2010).

Tabel EFAS juga merupakan alat dalam analisis untuk mengukur seberapa baik manajemen (rating) menanggapi faktor tertentu dalam hal tingkat pentingnya (bobot) faktor tersebut bagi perusahaan, dapat dilihat pada Gambar 2.6.

5 4 3 2 1

Sangat Baik Di atas rata-rata Rata-rata Di bawah rata-rata Sangat Buruk Sumber : Hunger & Wheelen (2010).

Gambar 2.6

Rating Pada EFAS dan IFAS

2.6.2.2 Matrik Internal Strategic Factors Summary (IFAS)

Setelah mengamati lingkungan internal organisasi dan mengidentifikasi faktor-faktor strategi bagi perusahaan, manajer strategis dapat meringkas analisis mereka dalam suatu bentuk yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 yang dikenal dengan Internal Strategic Factors Summary (IFAS). IFAS membantu para manajer untuk mengatur faktor-faktor strategis ke dalam kategori-kategori kekuatan dan

Faktor-faktor Strategis Eksternal

Bobot Rating Skor yang

dibobotkan Keterangan 1 2 3 4 5 Peluang Ancaman Total 1.00                

(27)

disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis yang kemudian diberi bobot dari 1.0 (paling penting) hingga 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perusahaan di mana jumlah total bobot tidak boleh lebih dari 1.0 (< 1.0). Selanjutnya beri peringkat untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Tahap selanjutnya, mengalikan bobot dengan peringkat dari masing-masing faktor untuk mengetahui atau memperoleh faktor pembobotan yang berupa skor pembobotan yang selanjutnya dijumlahkan untuk mengetahui skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan, tidak lupa juga memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4

Internal Strategic Factors Summary (IFAS)

Sumber: Hunger & Wheelen (2010).

2.6.2.3 Matriks Strategic Faktor Analysis Summary (SFAS)

Setelah menyelesaikan analisis faktor internal dan eksternal, untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis perusahaan tersebut adalah dengan mengkombinasikan faktor strategis eksternal (EFAS) dengan faktor strategis internal (IFAS) ke dalam sebuah ringkasan analisis faktor-faktor strategi (SFAS) seperti tabel 2.5. Jumlah faktor-faktor pada tabel EFAS dan IFAS terlalu banyak bagi manajemen untuk digunakan secara efektif dalam merumuskan strategi. SFAS mengharuskan para pengelola untuk memadatkan faktor-faktor strategi

Faktor-faktor Strategis

Internal

Bobot Rating Skor yang

dibobotkan Keterangan 1 2 3 4 5 Kekuatan Kelemahan Total 1.00                

(28)

tersebut sehingga menjadi kurang dari 10 faktor. Berdasarkan Rangkuti (2006), penggunaan bentuk SFAS meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Daftarkan pada kolom 1 (kolom faktor strategis kunci), item-item IFAS dan EFAS yang paling penting, tunjukkan yang mana yang merupakan kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T).

2. Tinjaulah bobot yang diberikan untuk faktor-faktor dalam tabel EFAS dan IFAS tersebut, dan sesuaikan jika perlu sehingga jumlah total pada kolom bobot EFAS dan IFAS mencapai angka 1,00.

3. Masukan pada kolom peringkat, peringkat yang diberikan manajemen perusahaan terhadap faktor dari tabel EFAS dan IFAS.

4. Kalikan bobot dengan peringkat untuk memastikan jumlah pada kolom skor berbobot.

5. Berikan tanda (X) dalam kolom durasi untuk menunjukkan apakah suatu faktor memiliki horizon waktu jangka pendek ( < 1 tahun), jangka menengah (1-3 tahun), jangka panjang ( > 3 tahun).

6. Berikan keterangan untuk masing-masing faktor dari tabel EFAS dan IFAS. SFAS yang dihasilkan meringkas faktor-faktor strategis eksternal dan internal perusahaan dalam satu bentuk. SFAS hanya berisi faktor-faktor yang paling penting dan juga menyediakan basis bagi perumusan strategi. Apabila menganalisis setiap manajemen perusahaan yang menggunakan EFAS dan IFAS yang dikombinasikan ke dalam bentuk SFAS, maka dapat dibuat peringkat manajemen perusahaan dalam industri tersebut, berdasarkan manajemen mereka terhadap setiap faktor strategis perusahaan.

Tabel 2.5

Contoh Cara Mengisi Matrik SFAS

Faktor Strategi B o b P o e t rS ik no Durasi gr k aB t o bKomentar o t                

(29)

Kunci Pend ek Menen gah Pan jang Peluang (O) : Ancaman (T) : Kekuatan (S) : Kelemahan (W) : Total 1,00

Sumber : Hunger & Wheelen, (2010).

2.6.2.4 Alternatif Strategi Matriks TWOS

SWOT adalah singkatan dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan kekuatan (strength) sedangkan TWOS adalah singkatan dari ancaman (treaths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan kekuatan (strength), di mana keduanya mengacu pada hal yang sama. Analisis SWOT atau TWOS digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan atau merumuskan strategi. Alternatif strategi SWOT atau TWOS digunakan karena memberikan set alternatif strategi yang membantu perusahaan untuk memilih sesuai dengan strategi perusahaan yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia.

Matriks SWOT merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk membantu merumuskan strategi organisasi dengan memadukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Penting bagi para penentu strategi organisasi untuk menyadari bahwa ancaman bagi satu unit dapat berupa peluang bagi unit yang lain. Begitu pula pada faktor kekuatan dan kelemahan yang sifatnya kritikal berperan sangat penting dalam membatasi usaha pencaharian berbagai alternatif dan pilihan strategi yang digunakan. Disebut juga matriks TWOS, dengan pemahaman dalam merumuskan strategi bagi perusahaan, ancaman (treaths) dan kelemahan (weakness) (TW) menjadi prioritas utama untuk dibuat strategi. Maka dapat disimpulkan bahwa matrik SWOT (dikenal juga dengan matrik TWOS) merupakan suatu alat yang dipakai untuk men-scaning perubahan lingkungan dengan cara mencocokkan                

(30)

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi dengan kekuatan dan kelemahan internal untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif.

Dengan menggunakan matriks SWOT ini, dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategi seperti yang terlihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6

Format Matriks TWOS

Sumber: Sumber: Hunger & Wheelen, (2010).

a. Strategi TW (Treaths and Weaknesses)/Avoid or close the GAP

Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

b. Strategi OW (Opportunities and Weaknesses)/Close the capability GAP Strategi ini diterapkan dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada.

c. Strategi TS (Treaths and Strength)/Counter

Merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman-ancaman.

d. Strategi SO (Opportunities and Strength)/Exploit (be creative)

Strategi ini merupakan strategi menggali kekuatan dan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2.6.2 Perumusan Strategi FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL (EFAS) FAKTOR- FAKTOR INTERNAL (IFAS) TREATHS (T) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal. OPPORTUNITIES (O) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal WEAKNESSES (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal

Avoid or close the GAP Close the capability GAP

STRENGTHS (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal

Counter Exploit (be creative)

               

(31)

Perumusan strategi sering diistilahkan dengan perencanaan strategis atau pengembangan rencana jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003). Hal-hal yang berhubungan langsung dengan perumusan strategi adalah misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi.

2.6.2.3 Misi

Misi merupakan suatu alasan berdirinya organisasi. Thompson dan Gamble (2006) menyatakan ”a company mission statement usually deals with a company’s present business scope and purpose “who we are, what we do, and why we are here”. Pernyataan misi memuat konsep dasar pencapaian visi dengan memahami siapa kita (peranan), apa yang kita lakukan (fungsi), dan mengapa kita, yang mendasari tujuan organisasi secara keseluruhan.

Berdasarkan cakupan kegiatan dan tujuan organisasi, pernyataan misi dapat berbentuk misi sempit dan misi luas. Misi sempit mendeskripsikan landasan tujuan organisasi terhadap kegiatan dan tujuan yang spesifik. Sedangkan misi luas menggambarkan landasan tujuan organisasi terhadap kegiatan dan tujuan organisasi secara global. Dengan pemahaman misi, seluruh anggota akan menyadari tugas pokok dan fungsi dalam setiap kegiatan cakupan sempit dan luas. Konsep inilah yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain.

2.6.2.4 Tujuan

Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai melalui perencanaan. Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian misi. Istilah sasaran (goal) berbeda dengan istilah tujuan (objective). Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi satu harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai dan tidak ada kejelasan waktu penyelsaiannya. Menurut Thompson dan Gamble (2006) maksud manajerial menetapkan suatu tujuan adalah untuk mengubah visi strategis menjadi target kinerja yang spesifik, yang kemudian tujuan-tujuan tersebut akan menjadi tolak ukur kemajuan perusahaan. Pernyataan ini menunjukkan adanya perbedaan                

(32)

definisi tujuan (objective) dengan sasaran (target/goal) organisasi yang tidak mengidentifikasi jangka waktu pencapaian dan pengukuran kinerja atas pencapaian.

2.6.2.5 Strategi

Strategi adalah rumusan perencanaan komprehensif untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Secara lebih rinci strategi merupakan ”management’s game plan for growing the business, staking out a market position, attracting and pleasing customers, competing succesfully, conducting operations, and achieving targeted objectives” (Thompson dan Gamble, 2006). Dalam gambar 2.9, strategi dijabarkan dalam strategi korporat (corporate strategy), strategi bisnis (business strategy), dan strategi fungsional (functional strategy). Top Manager Kantor Pusat Perusahaan Middle Manager Unit Bisnis Strategis 1 Middle Manager Unit Bisnis Strategis 1 Middle Manager Unit Bisnis Strategis 1 Low Manager Unit Fungsional 4 Low Manager Unit Fungsional 1 Low Manager Unit Fungsional 3 Low Manager Unit Fungsional 2 Low Manager Unit Fungsional 5 STRATEGI KORPORAT STRATEGI BISNIS STRATEGI FUNGSIONAL Sumber : Hunger dan Wheelen (2003)

Gambar 2.7 Hirarki Strategi

Dalam merumuskan suatu strategi, ada beberapa tingkatan dari strategi yang bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau organisasi. Level dari strategi tersebut antara lain strategi korporasi (corporate strategy), strategi fungsional (functional strategy) dan strategi unit bisnis (business strategy). Untuk lebih jelasnya mengenai level dari strategi dapat dilihat berikut ini.

1. Strategi Korporasi (Corporate Strategy)                

(33)

Menurut Hunger dan Wheleen (2010), strategi korporasi adalah strategi yang disusun dalam suatu bisnis, dimana perusahaan akan bersaing dengan cara mengubah distinctive competence menjadi competitive advantage. Pada strategi korporasi ini ada dua hal yang akan menjadi perhatian diantaranya:

1. Kegiatan bisnis apa yang diunggulkan untuk dapat bersaing?

2. Bagaimana masing-masing kegiatan bisnis tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi?

Sedangkan Menurut Siagian (2004), dalam strategi korporasi ini ada tiga isu utama yang dihadapi oleh perusahaan atau organisasi antara lain: 1. Orientasi perusahaan, apakah ke arah pertumbuhan, stabilitas atau

pengurangan, (directional strategy).

2. Industri atau pasar dimana perusahaan berkompetisi melalui produk-produk dan unit bisnisnya, (portfolio strategy).

3. Cara-cara manajemen mengoordinasikan kegiatan dan mentransfer sumber daya serta mengembangkan kapabilitas di antara product lines dan unit bisnis, (parenting strategy).

Strategi pada tingkat korporasi ini merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan strategi-strategi di tingkat yang lebih rendah (strategi unit bisnis dan strategi fungsional). Dengan demikian, strategi yang telah disusun di ketiga tingkatan strategi (korporasi, unit bisnis dan fungsional) merupakan satu kesatuan strategi yang saling mendukung dan terkait untuk menciptakan sinergi bagi performansi perusahaan.

2. Strategi Bisnis Unit (Unit Business Strategy)

Perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk, akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan demikian strategi bisnisnya dapat ditekankan pada strategic business unit (SBU). Menurut Pearce & Richard (2005), pada prinsipnya strategi bisnis unit memiliki karakteristik sebagai berikut:                

(34)

1. Memiliki misi dan strategi

2. Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi 3. Menghasilkan produk atau jasa yang spesifik

4. Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.

Strategi unit bisnis menekankan pada peningkatan competitive position perusahaan atau barang/jasa yang dihasilkan unit bisnis di dalam suatu

industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani oleh perusahaan atau unit

bisnis, (David: 2006). Competitive position tersebut mencakup kompetitif (melawan semua pesaing) atau kooperatif (bekerja sama dengan satu atau lebih pesaing untuk mengungguli pesaing lain). Dalam memilih atau menentukan suatu strategi bisnis, manajemen harus menilai kelayakannya dari segi sumber daya dan kapabilitas perusahaan atau unit bisnis serta memperhatikan konsep dinamis dan pengembangan perencanaan strategis untuk merebut peluang dengan menggunakan kompetensi inti.

3. Strategi Fungsional (Functional Strategy)

Menurut Hunger dan Wheleen (2010), strategi fungsional adalah strategi yang memaksimalkan porduktivitas sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Strategi yang akan di bahas dalam strategi fungsional antara lain strategi pemasaran, strategi keuangan, strategi pengembangan, strategi operasional, strategi informasi dan strategi manajemen sumber daya manusia. Strategi fungsional ini lebih bersifat operasional karena akan langsung di implementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang ada di bawah tanggung jawabnya.

2.6.2.6 Kebijakan

Kebijakan adalah pedoman umum bagi pengambilan keputusan. Sebagai hasil akhir dari tahap perumusan strategi, kebijakan menghubungkan perumusan dengan implementasi strategi. Strategi yang dihasilkan belum mendeskripsikan pedoman pelaksanaannya untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi. Pihak manajemen memerlukan arahan strategi yang jelas dalam pengambilan keputusan.                

(35)

Untuk itu disusun kebijakan yang harus disepakati bersama oleh seluruh anggota organisasi sebagai komitmen untuk ke arah implementasi strategi.

2.6.3 Implementasi Strategi

Menurut Hunger & Wheelen (2010) implementasi strategi adalah proses mewujudkan strategi dan kebijakan kedalam tindakan melalui pembuatan program, anggaran dan prosedur. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai tindakan dalam implementasi strategi;

1) Program

Pernyataan tentang kegiatan-kegiatan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk suatu single-use-plan, membuat strategi menjadi action-oriented untuk mencapai maksud-maksud strategis.

2) Anggaran

Pernyataan tentang sebuah program dalam terminologi finansial 3) Prosedur

Sebuah sistem yang berisi langkah-langkah berurutan atau teknik-teknik yang menguraikan secara rinci bagaimana melakukan suatu tugas atau pekerjaan tertentu.

2.6.4 Tujuan Manajemen Strategi

Menurut Pearce & Richard (2005), tujuan dari manajemen strategi adalah membuat rencana jangka panjang yang secara efektif dapat merespon peluang dan ancaman dari lingkungan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Strickland (2001), tujuan manajemen strategi adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan peluang serta ancaman yang berasal dari lingkungan luar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen strategi adalah sebagai berikut:

1. Merespon ancaman dan peluang yang berasal dari luar organisasi berdasarkan pada kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.

2. Membuat perencanaan jangka panjang.                

(36)

3. Pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan cara melakukan pemindaian lingkungan.

2.7 Strategi Manajemen Aset

Kerangka strategi manajemen aset termasuk beberapa perubahan signifikan untuk kebijakan dan praktek yang saat ini, tanpa terlalu memperbaiki laporan unit atau bagian yang diperlukan atau prosedur birokrasi. Perubahan-perubahan yang dari kebijakan dan praktek tersebut adalah:

1) Strategic Asset Plan

Strategic Asset Plan akan dihubungkan dengan keberadaan yang diperlukan untuk unit atau bagian yang memberikan capital investment plans dan asset disposal plans dan termasuk suatu pelaporan yang diperlukan untuk menjaga pengeluaran. Gambar 2.10 merupakan asset planning process yang diadaptasi dari buku bahan ajar strategi pengelolaan aset, Priyatiningsih (2012).

Proses perencanaan aset pada gambar 2.10 terdiri dari dua tahapan pokok yaitu perencanaan dan pengimplementasian. Pada tahapan perencanaan hasilnya adalah formulasi strategic asset planning yang terbentuk karena adanya analisis kesenjangan (Gap Analysis) dari review of existing asset dengan ideal asset mix. Kondisi kesenjangan muncul ditunjukkan melalui demonstrasi dari aset phisik dalam proses perencanaan bisnis dengan mempertimbangkan non asset solution. 2) Maintenance Plan

Perhatian yang besar diberikan pada isu pengeluaran pemeliharaan dalam pengembangan anggaran tahunan, unit atau bagian akan memerlukan informasi termasuk pada pengeluaran pemeliharaan dalam strategic asset plan

               

(37)

(Sumber : Department of Treasury and Finance- Western Australia-2005 dalam Buku Bahan Ajar Strategi Pengelolaan Aset, Priyatiningsih, 2012)

Gambar 2.8

Asset Planning Process

Demonstrated need for physical assets from business planning processs

Undertake gap analysis Planning

Formulate strategic asset plan

Review exsisting asset

Depelovment of a

maintenance plan capital investment Depelovment of a Depelovment of an asset disposal plan Consideration of non

asset solution

Review and optimizw capacity, performance, and condition of existing

asset

Implementation

Identify ideal asset mix                

(38)

3) Asset Condition Assesment

Memberi unit atau bagian data-data yang diperlukan guna mengevaluasi kinerja aset dan mengembangkan rencana pemeliharaan yang di teliti.

4) Project Deffinition Plans

Sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan ketelitian dalam proses investasi modal.

5) Asset Disposal

Penghapusan properti yang nyata akan dikoordinasikan melalui administrasi clearing house dengan departemen dari perencanaan dan infrastruktur.

Pembentukan strategi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan aset. Seperti yang dikemukakan oleh Bernardz (2004), dalam majalah Maintenance Technology, bahwa Strategic Asset Management (SAM) adalah suatu model baru untuk mengekstraksi nilai dari aset-aset produksi. Konsep dasar SAM adalah penggunaan sumber daya secara total untuk keunggulan berkompetisi. SAM mencakup prediksi penjualan sampai pada perencanaan produksi, dan berakhir pada serahan produk ke pelanggan. SAM juga meliputi pengelolaan investasi kapital terhadap program peningkatan ROA (Return On Assets) jangka panjang.

Siklus pengembangan SAM terbagi dalam 5 tahap utama yang merupakan dasar dari kinerja yang dikembangkan diantaranya adalah:

1. Planned Maintenance, bertujuan untuk meningkatkan pengendalian kerja dan meminimalkan biaya perawatan. Biasanya direferensikan sebagai perencanaan dan penjadwalan untuk memaksimalkan efektifitas penggunaan waktu pekerja/teknisi. Stabilisasi dan penggunaan suatu sistem terintegrasi di semua unit sangat membutuhkan otoritas pusat.

2. Proactive Maintenance, bertujuan untuk menghilangkan mode kegagalan yang umum atau biasa terjadi dan pengaruh-pengaruh antar fasilitas, sehingga biaya perbaikan dan biaya waktu tunggu akibat terjadinya kegagalan dapat dikurangi. Akusisi biaya dari pemonitoran kondisi peralatan harus dievaluasi dengan seksama untuk mendapatkan penerapan                

(39)

dan nilai yang terbaik. Keputusan-keputusan ini dibuat antar fungsi, dan dieksekusi secara terpusat.

3. Organizational Excellence, menangani aktivitas operasional pada Asset Health Care yang tersisa. Dimana pada tahap 1, operator menyiapkan peralatan untuk dirawat; dan pada tahap 2, operator dibantu untuk mengidentifikasi dan mendiagnosa permasalahan-permasalahan kronik. Pada tahap 3, operator mulai untuk diberi tanggung jawab terhadap kondisi peralatan. Bagian dari tanggung jawab ini adalah untuk melakukan aktivitas Basic Care, termasuk lubrikasi, penyesuaian, observasi, dan mencatat parameter operasional. Karena perawatan peralatan telah dapat dikendalikan, dimana manajemen proses telah jelas diidentifikasikan, direncanakan, dijadwalkan, dipastikan bekerja dengan semestinya, dan kebanyakan kegagalan umum telah dieliminasi dengan perawatan proaktif, sehingga pada tahap ini lebih difokuskan pada pelatihan, dan pembelajaran pekerja terhadap peralatan. Teknisi masih tetap melakukan perawatan dalam jumlah kecil, namun tugas lebih diarahkan sebagai fasilitator dan pelatih, dengan spesialisasi terhadap peralatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Organisasi telah berubah dari manajemen terpusat menjadi terdistribusi.

4. Engineered Reliability, berbasis unit, menghilangkan efek pada sistem secara khusus, lebih dari pada mode kegagalan umum. Bila peralatan memiliki unit cukup banyak, maka tahap ini akan membutuhkan kolaborasi berbasis unit lebih lanjut. Saat pada tahap sebelumnya sumber daya telah dikelola secara terdistribusi, selanjutnya dibutuhkan seorang manajer pusat yang dapat melihat keseluruhan sistem. Pada tahap ini merupakan saat yang tepat me-review untuk melakukan outsourcing pada fungsi-fungsi tertentu. 5. Operational Excellence, menambahkan suatu dimensi yang diarahkan

berdasarkan tujuan bisnis dan menentukan semua usaha-usaha perawatan dan reliabilitas. Saat ini akan dilakukan optimalisasi yang sebenarnya, dan tugas tim berbasis shift akan meningkat, karena memiliki tanggung jawab memonitor dan merawat kesehatan aset, selain juga mengoptimalkan                

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Aset
Tabel 2.2  Karakteristik Aset
Gambar 2.1  Siklus Hidup Aset
Gambar 2.5 Task  Environment (Industry) Structure Culture Resources Societal Environment Political- Legal  Forces  Economic Forces Socio- Cultural Forces Techno- logical Forces Share holders Government Special Interest Groups Customer Creditors Communities
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Perjanjian Kerja Sama antara BPJS Ketenagakerjaan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang sedang berjalan tetap berlaku

Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Septiyanti (2017), bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan perawat tentang perawatan luka diabetes menggunakan

Buah dari bunga betina yang diserbuki polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 memiliki diameter buah, tebal daging buah minimum, bobot buah utuh, bobot daging buah, bobot kulit

Pada kondisi pengendalian kecepatan referensi yang variasi, kecepatan yang dihasilkan kendali JST lebih cepat menyesuaikan dan lebih stabil bila dibandingkan dengan dengan kendali

(Anggareni, 2006) menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan,

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, Terminal Rajabasa memiliki tingkat pelayanan yang cukup baik dan belum optimal pemanfaatannya berdasarkan persepsi masyarakat

Berbeda dengan aplikasi “Marketeers”, aplikasi Kalam merupakan aplikasi dengan konsep perpustakaan audio islami, yang mana materi yang ditampilkan berupa audio kajian

Pemeriksaan tanda-tanda infeksi sebelum insersi IUD tidak benar Observasi terhadap 50 kasus 10% kasus tidak dilakukan pemeriksaan tanda infeksi &gt;5%, penyebab masalah