• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI JENIS JENIS TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT SUKU BADUY LUAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI JENIS JENIS TUMBUHAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT SUKU BADUY LUAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI JENIS–JENIS TUMBUHAN OBAT YANG

DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT SUKU BADUY LUAR

Widad Kuswardana 1), Triastinurmiatiningsih 2)dan Ismanto 3) 1),2),3)

Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan, Jl. Pakuan P.O. Box 452, Bogor

ABSTRAK

Masyarakat Suku Baduy memanfaatkan alam sekitar untuk kebutuhan pokok dan kesehatannya, yaitu memanfaatkan tumbuhans ebagai alternative pengobatan. Potensi tumbuhan obat menjadi rujukan yang baik untuk informasi dan pengetahuan bagi masyarakat sebagai dokumentasi ilmiah tentang tumbuhan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu ijenis–jenis tumbuhan obat dan pemanfaatannya yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar. Berdasarkanhasilpenelitian, terdapat 36 jenis tumbuhan obat yang termasuk kedalam 25 famili yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar. Terdapat 3 famili yang jenis tumbuhannya banyak digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, yaitu Asteraceae, Fabaceae, dan Zingiberaceae, serta terdapat 3 jenis tumbuhan yang menunjukkan angka presentase penggunaan tertinggi sebesar 99,6% yaitu suraung (Ocimum basilicum), jahe (Zingiber officinale), dan jambu batu(Psidium guajava).

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan tempat

keanekaragaman hayati tumbuhan obat, salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang sangat berharga dan perlu dilestarikan adalah sistem pengobatan tradisional. Obat tradisional Indonesia yang sudah sejak lama berkembang sampai sekarang diawali oleh pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan yang berasal dari sumberdaya alam asli Indonesia sendiri yang digunakan sebagai obat secara turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia(Gunarto, 2014).

Wardiah dkk (2015), menyatakan bahwa tumbuhan obata dalah tumbuhan yang mengandung komponen senyawa kimia. Umumnya tumbuhan yang memiliki khasiat obat yang bias menyembuhkan penyakit fisikmaupun penyakit dalam mudah ditemukan, karena tumbuh di pekarangan rumah, kebun, dan hutan, selain itu juga dapat dikonsumsi sebagai pelengkap nutrisi yaitu sayuran dan buah maupun pelengkap masakan (Yuniati dan Alwi, 2013).

Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan obat oleh berbagai suku bangsa atau

sekelompok masyarakat yang tinggal dipedalaman. Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui proses sosialisasi yang secara turun–temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya (Rahayu dkk, 2014).

Berbagai penelitian etnobotani yang dilakukan oleh LIPI telah diketahui, paling tidak ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit demam oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit kulit oleh 27 etnis (Zuhud, 2008).

Salah satu suku/etnis yang masih

memanfaatkan alam sekitar untuk

kebutuhan hidupnya adalah masyarakat suku Baduy. Masyarakat suku Baduy biasanya hidup dengan kesederhanaan dan merekamemanfaatkan alam sekitar untuk kebutuhan pokok dan kesehatannya, yaitu memanfaatkan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan. Pengobatan tradisional ini

(2)

dimanfaatkan secara turun temurun dan sampai sekarang ini banyak terbukti secara ilmiah berkhasiat obat. Sayangnya banyak kekayaan pengetahuan tentang tumbuhan sebagai obat tradisional telah hilang, sejalan dengan terkikisnya nilai–nilai budaya kita, cara–cara pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional tidak dicatat dengan baik karena teknik pengobatannya diajarkan secara lisan (Kurniawandkk, 2015).

Sejauh ini, belum ada penelitian mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar. Disamping itu mengingat Potensi tumbuhan obat tersebut menjadi rujukan

yang baik untuk informasi dan

pengetahuan bagi masyarakat sebagai dokumentasi ilmiah tentang tumbuhan obat. Maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis–jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis–jenis tumbuhan obat serta pemanfaatannya yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan serta informasi tentang jenis–jenis tumbuhan obat khususnya yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, kepada masyarakat luas dan dapat dikembangkan dalam ilmu pengobatan dan kesehatan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-bulan Februari 2016 di wilayah suku Baduy luar. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi,

Program Studi Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam

penelitianini adalah jenis–jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, yang ditemukan di wilayah suku Baduy. Alat-alat yang digunakan

antara lain kantong plastik, kertas koran, pisau, alat tulis, dan kamera.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu penentuan lokasi penelitian yang meliputi 6 perkampungan yaitu kampung Kaduketuk 1, Kaduketuk 2,

Kaduketuk 3, kampung Balimbing,

kampung Marengo, dan kampung Gajebo. Pengambilan sampel dilakukan dengan penjelajahan secara bebas dengan menyelusuri wilayah suku Baduy luar dan

hutan sekitar kawasan tersebut.

Identifikasi dilakukan pada tumbuhan yang belum teridentifikasi pada saat sampling. Wawancara dilakukan secara langsung

kepada responden terpilih untuk

mendapatkan data dan dari hasil wawancara dilakukan analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumbuhan Obat yang digunakan Oleh Masyarakat Suku Baduy Luar

Inventarisasi tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, berdasarkan hasil eksplorasi terdapat 36 jenis tumbuhan, yang termasuk kedalam 25 famili. Jenis–jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar ditunjukkan pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1, terdapat 3 famili yang jenis tumbuhannya banyak digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, yaitu Asteraceae, Fabaceae, dan Zingiberaceae. Jenis–jenis tumbuhan yang terdapat pada famili tersebut banyak digunakan oleh masyarakat, karena sering ditemukan disekitar tempat tinggal mereka dan mudah didapatkan. Serta dari 36 jenis tumbuhan ini semuanya digunakan sebagai obat alami dan sampai sekarang ini masih dikonsumsi untuk pengobatan.

(3)

Tabel 1. Hasil inventarisasi tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar.

No Nama Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Pengobatan Bagian yang digunakan 1 Acanthaceae Strobilanthes crispus Pecah Beling Diabetes dan ambeien Daun

Andrographis paniculata Samiloto Tifus dan diare Daun 2 Annonaceae Annona muriciata Nangka Walanda Demam Daun 3 Apiaceae Cantela asiatica Antanan Menghentikan pendarahan dan

demam

Daun

4 Arecaceae Areca catechu Jebug Menguatkan gigi dan cacingan Akar Ageratum conyzoides Babadotan Masuk angin dan meriang Daun Blumea balsamifera Capeu Penambah nafsu makan Daun

5 Asteraceae Chromolaena odorata Babanjaran Penyembuh luka Daun & Batang 6 Campanulaceae Isotoma longiflora Kikorejat Mata rabun dan sakit kepala Bunga 7 Caricaceae Carica papaya Gedang Gandul Rematik dan Encok Akar & Bunga 8 Convolvulaceae Lepistemon

binectariferum

Areuy Palumpung Diare,sakit perut,dan demam Daun & Getah

9 Compositae Mikunia cordata Areuy Caputuher Luka, sakit perut dan lever Daun, Batang, & Akar

10 Euphorbiaceae Tinospora crispa Martawali Lever Daun & Batang 11 Fabaceae Cassia alata Ketepeng Gatal dan penyakit kulit Daun

Erythrina lithosperma Dadap Demam dan sakit perut Daun & Kulit Kayu Abrus precatorius Saga Sariawan dan batuk Daun & Akar 12 Lamiaceae Orthosiphon stamineus Kumis Kucing Masuk angin Daun

Ocimum basilicum Suraung Pegalinu dan sakit kepala Daun 13 Liliaceae Cordiline frusticosa Hanjuang Wasir dan batuk Rimpang &

Daun 14 Malvaceae Ceiba pentandra Randu Demam tinggi Daun 15 Meliaceae Swietenia mahagoni Mahoni Diabetes Biji

Sandoricum koetjape Kecapi Demam dan diare Daun & Kulit Kayu 16 Menispermaceae Arcangelisia flava Areuy Kikoneng Diare, diabetes dan rematik Akar

17 Moraceae Ficus hispida Bisoro Diare Daun

18 Myrtaceae Psidium guajava Jambu Batu Diabetes dan diare Daun & Buah 19 Palmae Arenga pinnata Kaung Sembelit dan batu ginjal Akar 20 Piperaceae Piper betle Sereh Menguatkan gigi dan sariawan Daun 21 Poaceae Imperata cylindrica Eurih Panas dalam Akar 22 Rubiaceae Gardenia augusta Kaca Piring Diabetes dan demam Daun Morinda citrifolia Mengkudu Lever, tumor, dan kangker Buah 23 Solanaceae Physalis minima Cecenet Demem dan cacingan Akar 24 Verbenaceae Clerodendrum serratum Singugu Asma, batuk dan cacingan Daun

Peronema canescens Kisaberang Menambah kesuburan pada wanita

Daun

25 Zingiberaceae Alpinia purpurata Laja Goah Panu dan kurap Rimpang Zingiber officinale Jahe Pereda demam dan masuk

angin

Rimpang

Zingiber zerumbet Lempuyang Penambah nafsu makan dan diare

Rimpang

Pengobatan menggunakan obat alami ini diajarkan secara turun–temurun oleh para leluhurnya, kepada anak, dan cucu–cucunya yang perlu dilestarikan sebagai budaya yang sangat bermanfaat karena sudah banyak bukti khasiatnya hingga sekarang ini.

Hasil Wawancara Kepada Masyarakat Suku Baduy Luar

Berdasarkan hasil wawancara

diperoleh hasil tentang pemanfaatan,

bagian yang digunakan dan cara

penggunaan tumbuhan obat oleh

masyarakat suku Baduy luar. Jenis-jenis

tumbuhan obat berdasarkan

pemanfaatannya, terdapat 9 jenis tumbuhan untuk mengobati demam. Dalam pemanfaatannya tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk mengobati demam ini, mempunyai kandungan bahan aktif yang sebagaian besar sama.

Berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan terdapat 24 jenis tumbuhan digunakan bagian daunnya. Dalam bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan ini, merupakan bagian tumbuhan yang paling mudah diperoleh dan mudah dalam proses pengolahannya.

Menurut cara penggunaannya,

terdapat 26 jenis tumbuhan dengan cara diminumkan. Penggunaan dengan cara

(4)

diminum adalah cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Suku Baduy luar dan sudah secara umum dilakukan dalam proses pengobatan.

Dari 36 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, terdapat 25 jenis tumbuhan sebagai jamu, dan masyarakat suku Baduy luar menyebutnya sebagai jamu godogan. Menurut masyarakat suku Baduy, jamu ini berisi banyak macam jenis tumbuhan yang digunakan setiap hari untuk menambah stamina, dengan cara tumbuhan dijemur sampai kering kemudian direbus dengan

air sampai mendidih dan selanjutnya diminum. Kebiasaan ini sudah sekian lama dipergunakan dan dibudayakan oleh masyarakat disana, sebagai pengetahuan dalam bidang pengobatan dan sudah turun temurun diajarkan. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai.

Frekuensi Sitasi Jenis–Jenis Tumbuhan Obat

Hasil presentase frekuensi sitasi ini didapatkan dari hasil wawancara kepada masyarakat suku Baduy luar yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Presentase Frekuensi Sitasi Jenis – Jenis Tumbuhan Obat

No Jenis Tumbuhan Obat Kampung Lokasi Penelitian Total Kadu-ketuk 1 Kadu-ketuk 2 Kadu-ketuk 3

Balimbing Marengo Gajebo

1 Pecah Beling (Strobilanthes crispus) 11,6 13,3 11,6 11,6 13,3 13,3 74,7 2 Samiloto (Andrographis paniculata) 13,3 11,6 15 13,3 15 15 83,2 3 Nangka Walanda (Annona muriciata) 11,6 13,3 13,3 13,3 15 15 81,5 4 Antanan (Cantela asiatica) 13,3 13,3 15 13,3 15 15 84,9 5 Jebug (Areca catechu) 11,6 13,3 13,3 13,3 13,3 13,3 78,1 6 Babadotan (Ageratum conyzoides) 13,3 11,6 11,6 13,3 13,3 15 78,1 7 Capeu (Blumea balsamifera) 11,6 11,6 11,6 11,6 13,3 13,3 73 8 Babanjaran (Chromolaena odorata) 13,3 15 15 15 15 16,6 89,9 9 Kikorejat (Isotoma longiflora) 13,3 13,3 13,3 15 13,3 15 83,2 10 Gedang Gandul (Carica papaya) 11,6 13,3 13,3 13,3 15 13,3 79,8 11 Areuy Palumpung (Lepistemon binectariferum) 13,3 15 15 15 13,3 15 86,6 12 Areuy Caputuher (Mikunia cordata) 13,3 15 15 15 15 15 88,3 13 Martawali (Tinospora crispa) 13,3 13,3 13,3 15 13,3 15 83,2 14 Ketepeng (cassia alata) 13,3 13,3 15 13,3 13,3 15 83,2 15 Dadap (Erythrina lithosperma) 11,6 13,3 11,6 11,6 11,6 13,3 73 16 Saga (Abrus precatorius) 11,6 13,3 11,6 11,6 11,6 15 74,7 17 Kumis Kucing (Orthosipon stamineus) 11,6 13,3 15 13,3 15 13,3 81,5 18 Suraung (Ocimum basilicum) 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 99,6 19 Hanjuang (Cordiline frusticosa) 11,6 11,6 13,3 11,6 11,6 13,3 73 20 Randu (Ceiba pentandra) 13,3 11,6 13,3 13,3 11,6 13,3 76,4

(5)

21 Mahoni (Swietenia mahagoni) 11,6 13,3 15 13,3 13,3 13,3 79,8 22 Kecapi (Sandoricum koetjape) 11,6 13,3 11,6 13,3 11,6 11,6 73 23 Areuy Kikoneng (Arcangelisia flava) 13,3 15 15 15 13,3 15 86,6 24 Bisoro (Ficus hispida) 11,6 11,6 13,3 11,6 11,6 13,3 73 25 Jambu Batu (Psidium guajava) 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 99,6 26 Kaung (Arenga pinnata) 11,6 13,3 13,3 13,3 13,3 15 79,8 27 Sereh (Piper betle) 11,6 13,3 13,3 13,3 13,3 15 79,8 28 Eurih (Imperata cylindrica) 11,6 11,6 11,6 13,3 13,3 13,3 74,7 29 Kaca Piring (Gardenia augusta) 11,6 13,3 13,3 11,6 13,3 13,3 76,4 30 Mengkudu (Morinda citrifolia) 13,3 11,6 15 15 13,3 15 83,2 31 Cecenet (Physalis minima) 10 11,6 11,6 11,6 11,6 13,3 69,7 32 Singugu (Clerodendrum serratum) 13,3 15 15 13,3 13,3 15 84,9 33 Kisaberang (Peronema canescens) 11,6 13,3 13,3 13,3 13,3 15 79,8 34 Laja Goah (Alpinia purpurata) 13.3 13,3 15 16,6 16,6 16,6 91,4 35 Jahe (Zingiber officinale) 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 16,6 99,6 36 Lempuyang (Zingiber zerumbet) 11,6 11,6 13,3 11,6 15 15 78,1

Hasil presentase frekuensi sitasi, menunjukkan bahwa masyarakat suku Baduy luar sangat dominan menggunakan 36 jenis tumbuhan sebagai alternatif pengobatan, karena dilihat dari nilai frekuensinya lebih dari 50 % untuk setiap jenisnya. Terdapat 3 jenis tumbuhan yang menunjukkan angka presentase tertinggi, sebesar 99,6% yaitu suraung (Ocimum basilicum), jahe (Zingiber officinale), dan jambu batu (Psidium guajava), yang mana tumbuh–tumbuhan ini tentunya yang paling banyak digunakan sebagai obat alami oleh masyarakat suku Baduy luar. Suraung digunakan sebagai obat pegalinu dan hidangan lalaban untuk makan sehari-harinya. Jahe sering digunakan sebagai obat masuk angin oleh masyarakat suku Baduy luar, selain itu juga sebagai bahan pangan untuk dikonsumsi dalam minuman atau makanan sehari-hari. Sedangkan jambu batu dikonsumsi pucuk daunnya untuk mengobati diare, dan pohonnya banyak ditanam di sekitar rumah dan wilayah sekitar masyarakat suku Baduy

luar. Tumbuhan yang menunjukkan

presentase terendah, sebesar 69,7 % yaitu cecenet (Physalis minima), karena cecenet

hanya digunakan untuk mengobati

cacingan pada anak – anak kecil saja.Menurut Nulfitriani dkk 2013,

berbagai jenis tumbuhan yang

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari– hari, baik sebagai bahan pangan, ramuan , serta bahan industri, juga sudah sejak lama digunakan sebagai tumbuhan obat dalam menyembuhkan berbagai penyakit.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Terdapat 36 jenis tumbuhan obat yang termasu kedalam 25 famili yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar. Terdapat 3 jenis tumbuhan obat yang digunakan dengan presentase tertinggi, sebesar 99,6% yaitu suraung (Ocimum basilicum), jahe (Zingibe rofficinale), dan jambu batu (Psidium guajava).

Masyarakat suku Baduy luar

(6)

demam, diare, diabetes, masuk angin, batuk, cacingan, rematik, lever, sariawan, sakit perut, penyakit kulit, menguatkan gigi, penambah nafsu makan, ambeien, sembelit, encok, tifus, rabun mata, pegalinu, pendarahan, meriang, tumor dan kesuburan wanita. Sedangkan bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, akar, rimpang, batang, buah, bunga, dan bijinya. Serta cara penggunaannya dengan diminum, dibalur, dimakan, ditempel, ditetes, dikunyah dan disatukan kedalam bahan masakan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara klinis tentang pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar, agar bisa dikembangkan lebih lanjut terutama dalam bidang Pengobatan dan Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarto, Anton. 2014. Perencanaan

Lanskap Kebun Agromedika

Hambaro (Kamaro) Sebagai

Objek Wisata Tanaman Obat. Jurnal Lanskap Indonesia Vol. 3. No. 1.

Kurniawan, Erwin danNurul, Jadid. 2015.

NilaiGunaTanamanSebagaiObatT radisionalOlehMasyarakatTengge r di DesaNgadisariKecamatanITS. Vol. 4.No. 1.

Nulfitriani, Ramadanil. Pitopang, Eny. Yuniati. 2013. Pemanfaatan

Tumbuhan Sebagai Obat

Tradisional Pada Suku Tolitoli Di Desa Pinjan Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes Vol. 7. No. 2. Rahayu. Mulyati, Siti. Sunarti, Diah.

Sulistiarini, Suhardjono.

Prawiroatmodjo. 2014.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Secara Tradisional Oleh

Masyarakat Lokal Di Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. Jurnal Biodiversitas Vol. 7. N0. 3.

Wardiah, Hasanuddin, dan

Mutmainnah. 2015. Etnobotani Medis Kemukiman Pulo Bereuh Selatan Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Edubio Tropika Vol. 3. No. 1. Yuniati, Eny dan Alwi, Muhammad.

2013. Etnobotani

Keanekaragaman Jenis

Tumbuhan Obat Tradisional Dari Hutan Di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Dunggala

Sulawesi Tengah. Jurnal

Biocelebes Vol. 4. No. 1.

Zuhud, E . AM. 2008. Potensi Hutan

Tropika Indonesia Sebagai

Penyangga Bahan Obat Alam

Untuk Kesehatan Bangsa.

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Hasil inventarisasi tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Baduy luar
Tabel 2. Presentase Frekuensi Sitasi Jenis – Jenis Tumbuhan Obat

Referensi

Dokumen terkait

Warna yang akan diterapakan pada perancangan Perpustakaan Kota Yogyakarta ini putih, light brown, dark brown, beige, kuning, hijau, dan abu-abu. Skema warna

Karena kombinasi yang mungkin terjadi sangat banyak dan dapat menyebabkan ukuran basis pengetahuan meningkat pesat, maka dikembangkanlah metode Multiple

Adapun hal yang penghambat dalam pelaksanaan lelang barang jaminan gadai (rahn) bermasalah dikarenakan adanya modifikasi dalam aturan yang dibuat oleh pihak bank

Data tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba short term discretionary accrual , karena dengan mayoritas pendanaan

Hasil penilaian media validasi oleh ahli materi dan dan media serta uji coba yang dilakukan pada guru dan siswa multimedia yang dikembangkan sangat layak digunakan

Hasil elektroforesis daging tikus setelah di PCR (Polymerase Chain Reaction) menggunakan primer ND1 terlihat pita yang muncul pada bakso sapi yang tidak berlogo MUI yaitu sampel

Dalam paparannya, Wamendag menaruh harapan penuh dan sedianya pelaku pasar binaan Bappebti di bidang perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang

Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh pemberian pupuk organik cair dari urin sapi yang difermentasi dan dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk anorganik