• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih berfokus pada kualitas jasa/ produk yang dihasilkan telah mengalami pergeseran orientasi, yaitu mulai dimasukkannya program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai salah satu faktor yang akan ikut menentukan daya saing perusahaan (LaMontagne, et al., 2004). Alasan lain yang ikut mendorong mulai dimasukkannya program K3 dalam manajemen organisasi adalah terbitnya undang-undang dan aturan pemerintah tentang K3, tingginya angka kecelakaan kerja dapat mempengaruhi reputasi organisasi, komitmen manajemen puncak untuk memenuhi kesepakatan K3 (Occupational Health and Safety Act), dan meningkatnya kepedulian serta tanggung jawab perusahaan terhadap kesejahteraan pekerjanya (Abdullah, et al., 2009a).

Di negara maju, program K3 telah lama diterapkan diberbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan program K3 khususnya di rumah sakit (K3RS) sedikit tertinggal dikarenakan beberapa hal antara lain, program K3RS masih berfokus pada kegiatan kuratif bukan preventif, manajemen rumah sakit masih berfokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3RS masih terbatas, dan adanya anggapan bahwa rumah sakit merupakan unit perawatan kesehatan yang secara otomatis melindungi diri (pekerjanya) dalam bekerja (Departemen Kesehatan, 2010).

(2)

2 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 164 menyatakan “pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, serta pasal 165 menyatakan “pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal tersebut, pengelola rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya, salah satunya melalui upaya kesehatan dan keselamatan kerja (Departemen Kesehatan, 2010).

Laporan kecelakaan kerja di Amerika menyebutkan ada 5000 petugas kesehatan yang telah terinfeksi Hepatitis B dan ditemukan 600.000 – 1.000.000 kasus luka akibat tertusuk jarum setiap tahun (diperkirakan lebih dari 60% kasus tidak dilaporkan). National Institute for Occupational safety and Health (NIOSH) melaporkan beberapa jenis luka yang biasa terjadi pada pekerja rumah sakit, seperti akibat pekerjaan yang terlalu berat (overexertion) 39%; terpeleset, tersandung, dan terjatuh (Slip, Trip, and Fall) 25%; contact (14%); exposure (5%); violent events (4%); repetitive motion (2%); kebakaran/ ledakan (1%); lain-lain 10% (Bell, et al., 2010).

Kasus kecelakaan kerja di rumah sakit yang pernah dilaporkan di Indonesia antara lain ditemukan keluhan subjektif low back pain pada 83,3% pekerja rumah sakit, keluhan dermatitis kontak iritan kronik pada 65,4% petugas pembersih rumah sakit di Jakarta (tahun 2004), dan prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat akibat beban kerja (Departemen Kesehatan, 2010).

(3)

3 Kepmenkes No. 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen K3RS dan No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang standar K3 di rumah sakit telah mengklasifikasi bahaya potensial di rumah sakit menjadi bahaya fisika, kimia, biologi, ergonomi, psikososial dan stres (Departemen Kesehatan, 2010). Besarnya potensi bahaya dan biaya kompensasi yang harus dibayarkan apabila terjadi kecelakaan kerja mengharuskan adanya tindakan pencegahan terhadap bahaya tersebut. Mengingat potensi bahaya di rumah sakit bukan hanya mengancam orang yang bekerja di rumah sakit (workers safety), namun juga pasien (patient safety) dan pengunjung lain rumah sakit tersebut.

Paradigma positif-optimistik yang beranggapan kecelakaan dapat dikelola, mendorong munculnya beberapa teori yang bertujuan mencari dan mempelajari penyebab terjadinya kecelakan kerja. Gross mengenalkan teori faktor yang berkontribusi dalam terjadinya kecelakaan, disebutnya sebagai „multiple factor

theories‟, yaitu man, machine, media, dan management. Keempat faktor tersebut

dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Winarsunu, 2008).

Kecelakaan kerja sering pula dihubungkan dengan iklim K3 (safety

climate) yang kurang baik. Felknor, et al., (2000) menyebutkan adanya korelasi

yang berlawanan antara iklim K3 dengan kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena iklim merupakan gambaran subjektivitas kualitas lingkungan organisasi, maka iklim K3 pun dapat dikaji dari beberapa dimensi, seperti komitmen manajemen, area kerja, sistem pelaporan, sistem K3, umpan balik, tekanan kerja, dan penghargaan (Flin, et al., 2006). Selain dihubungkan dengan kecelakaan kerja,

(4)

4 iklim K3 juga dihubungkan dengan perilaku pekerja, kepatuhan terhadap kewaspadaan universal, kepatuhan terhadap prosedur K3, jumlah laporan kecelakaan kerja, praktik keselamatan, dan kepuasan K3 (safety satisfaction) (Flin, et al., 2006; Willems, 2007; Winarsunu, 2008).

Abdullah et al. (2009a) dalam penelitiannya menunjukkan adanya korelasi (signifikan) positif antara dimensi iklim K3, meliputi pelaporan keselamatan, kesalahan dan kecelakan, komitmen manajemen, tekanan kerja, peran supervisor, aturan keselamatan, dan gaya kepemimpinan dengan kepuasan keselamatan (safety satisfaction). Lebih lanjut Lin dan Mills (2001) menunjukkan tingginya angka kecelakaan kerja diakibatkan kerena ketidakpuasan terhadap sistem K3.

Neal dan Griffin (2002) mengenalkan model hubungan antara iklim keselamatan (safety climate) dengan perilaku keselamatan (safety behavior). Penelitian keduanya menyebutkan perilaku keselamatan berupa kepatuhan dan partisipasi pekerja dalam K3 dipengaruhi oleh iklim keselamatan berupa

supportive leadership dan conscientiousness. Lebih jauh mereka menemukan

perilaku aman perkerja berhubungan dengan rendahnya angka kecelakaan kerja. Swain menjelaskan sangat sulit memperoleh data kejadian riil kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan tidak semua jenis kecelakaan kerja dilaporkan, kejadiannya sudah lama, dan ada kecenderungan membuat laporan kecelakaan kerja yang tidak sesuai (Winarsunu 2008). Oleh karena itu, terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja berisiko tinggi (termasuk rumah sakit) mulai dihubungkan dengan beberapa teori yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu akibat dari buruknya iklim K3, ketidakpuasan dan perilaku tidak aman pekerjanya. Ketika

(5)

5 telah diketahui faktor dominan penyebab kecelakaan kerja di tempat kerja, manajemen puncak akan lebih mudah menyusun kebijakan dan program peningkatan kinerja K3 organisasi secara berkelanjutan (Neal dan Griffin, 2002).

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta yang telah mendapat akreditasi tingkat lengkap (enam belas pelayanan), termasuk diantaranya pelayanan K3. Sebagai bentuk upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja di rumah sakit ini telah dibentuk tim K3 yang bertugas merumuskan kebijakan, aturan, dan prosedur terkait bidang K3, membuat program K3, dan memberikan rekomendasi kepada direksi berkenaan dengan bidang K3. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di rumah sakit ini, ditemukan indikasi kesadaran pegawai untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja masih rendah. Akibatnya data kecelakaan kerja tidak banyak yang terdokumentasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mengetahui iklim K3, kepuasan K3, dan perilaku aman pekerja serta hubungannya dengan kejadian kecelakaan kerja di unit berisiko.

Adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi kepada manajemen rumah sakit terhadap potensi bahaya (Cooper dan Phillips, 2004) dan mengidentifikasi karakteristik atau faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga kejadian kecelakaan kerja dapat dikelola atau bahkan dicegah (Lugah, et al., 2010; Prasad dan Reghunath, 2010).

(6)

6

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 (safety climate) yang meliputi komitmen manajemen, keterlibatan, tekanan kerja, tujuan, aturan dan pelaporan, gaya kepemimpinan, komunikasi, peran atasan, serta pelatihan dan kompetensi terhadap kepuasan K3 (safety satisfaction) pekerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Apakah ada hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 terhadap perilaku aman (safety behavior) pekerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

3. Apakah ada hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 terhadap kejadian kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 4. Apakah ada hubungan dan pengaruh kepuasan K3 terhadap kejadian

kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 5. Apakah ada hubungan dan pengaruh perilaku aman pekerja terhadap

kejadian kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 (safety climate)

yang meliputi komitmen manajemen, keterlibatan, tekanan kerja, tujuan, aturan dan pelaporan, gaya kepemimpinan, komunikasi, peran atasan, serta

(7)

7 pelatihan dan kompetensi terhadap kepuasan K3 (safety satisfaction) pekerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Mengetahui hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 terhadap perilaku aman (safety behavior) pekerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

3. Mengetahui hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 terhadap kejadian kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 4. Mengetahui hubungan dan pengaruh kepuasan K3 terhadap kejadian

kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 5. Mengetahui hubungan dan pengaruh perilaku aman pekerja terhadap

kejadian kecelakaan kerja di unit berisiko RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis kecelakaan kerja dan potensi bahaya di rumah sakit, khususnya unit berisiko tinggi, serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan kerja tersebut.

2. Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat menghasilkan kajian persepsi pegawai terhadap manajemen, iklim K3, dan perilaku aman di tempat kerja, yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator K3 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu data yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan

(8)

8 informasi tentang keadaan K3 khususnya pada masing-masing unit berisiko tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi program K3, masukan untuk tindakan pencegahan kecelakaan kerja, serta masukan untuk melaksanakan peningkatan K3 secara berkelanjutan (continuous improvement) oleh manajemen rumah sakti.

3. Bagi peneliti

Memperoleh gambaran hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3, kepuasan keselamatan, dan perilaku aman pegawai terhadap kejadian kecelakaan kerja di rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

Berikut adalah beberapa judul penelitian yang memiliki topik yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun perbandingannya disajikan pada Tabel 1.

1. Felknor, et al., (2000) dalam penelitiannya yang berjudul „Safety Climate

and its Association With Injuries and Safety Practices in Public Hospitals in Costa Rica‟.

2. Yoga (2005) dalam tesisnya yang berjudul „Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pegawai Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kecelakaan Kerja di Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Barat‟.

3. Salawati (2009) dalam tesisnya yang berjudul „Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya

(9)

9 Kecelakaan Kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009‟.

4. Abdullah, et al. (2009b) dalam penelitiannya yang berjudul „Assessing

Employees’ Perception on Health and Safety Management in Public Hospitals‟.

Tabel 1. Perbandingan Beberapa Penelitian Tentang Iklim K3, Kepuasan K3, Perilaku Aman, dan Kecelakaan Kerja yang Pernah Dilakukan

Peneliti Variabel yang diteliti Hasil penelitian Persamaan dengan

penelitian yang dilakukan

Perbedaaan dengan penelitian yang dilakukan Felknor, et al., 2000 Dimensi iklim K3 (komitmen manajemen, lingkup kerja, praktik tidak aman, dan pelaporan K3) dengan outcome pengukuran berupa kejadian kecelakaan kerja dan praktik keselamatan.

Adanya hubungan yang tidak searah antara iklim K3 dengan kecelakaan kerja dan adanya hubungan positif antara iklim K3 dengan praktik keselamatan.

Penelitian ini melihat adanya hubungan iklim K3 dan kecelakaan kerja serta hubungan iklim K3 dan praktik keselamatan.

a. Lokasi penelitian dilakukan pada sepuluh rumah sakit di Costa Rica.

b. Jumlah responden penelitian sebanyak 878 pekerja. c. Tidak melihat hubungan iklim

K3 dengan kepuasan keselamatan.

d. Tidak melihat hubungan perilaku aman dengan kecelakaan kerja.

Yoga, 2005 Umur, masa kerja,

pengetahuan, sikap, perilaku, dan kecelakaan kerja.

Secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara umur, masa kerja,

pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kecelakaan kerja (R2 = 0,298; p = 0,016)

Penelitian ini melihat hubungan dan pengaruh perilaku K3 pegawai terhadap kejadian kecelakaan kerja.

a. Tempat penelitian di balai laboratorium kesehatan propinsi sumatera barat. b. Responden terbatas pada 44

orang.

c. Tidak melihat hubungan iklim K3 terhadap perilaku aman pekerja. Salawati, 2009 Perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), manajemen K3 (pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan), dan kecelakaan kerja.

Ada korelasi (signifikan) antara variabel pengetahuan, sikap, tindakan, promosi K3, dan pelatihan (p < 0,05) dengan kecelakaan kerja.

Penelitian ini melihat hubungan perilaku pekerja dan menajemen K3 secara individu terhadap kecelakaan kerja.

a. Tempat penelitian di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh. b. Responden penelitian sebanyak

23 orang.

c. Tidak melihat hubungan iklim K3 dengan kecelakaan kerja. Abdullah, et al., 2009b Iklim K3 (dimensi komunikasi keselamatan, keterlibatan dalam keselamatan, pelatihan dan kompetensi, pelaporan keselamatan, komitmen manajemen, tekanan kerja, tujuan keselamatan, peran supervisor, dan gaya kepemimpinan) dan kepuasan keselamatan. a. Ada korelasi (signifikan) positif antara kepuasan keselamatan (safety satisfaction) dengan dimensi manajeman K3 yang diteliti. b. Seluruh dimensi iklim K3 dapat menjelaskan variabel kepuasan sebesar 54,5 % (F = 54,226; p = 0,000).

Penelitian ini melihat hubungan dan pengaruh dimensi iklim K3 terhadap kepuasan keselamatan.

a. Tempat penelitian di 3 rumah sakit pemerintah Malaysia. b. Responden penelitian sebanyak

418 pekerja (melibatkan dokter, perawat, management

officer, management support staff, medical officer, dan medical support staff).

c. Tidak melihat hubungan iklim K3 dengan perilaku aman pekerja.

d. Tidak melihat hubungan kepuasan dengan kecelakaan kerja.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Beberapa Penelitian Tentang Iklim K3, Kepuasan K3,  Perilaku Aman, dan Kecelakaan Kerja yang Pernah Dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

Dalam konstruksi berkelanjutan tidak cukup hanya tiga aspek tersebut, namun harus dipikirkan pula aspek lain yaitu sumberdaya yang digunakan dalam proyek konstruksi, emisi