BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kreativitas
Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu budaya bergantung padacara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat (peserta didik).Yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengembangkan sikap dan kemampuan anak didiknya yang dapat membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif dan inovatif.
Menurut Munandar (2004: 12) kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.
2. Ciri-ciri pribadi kreatif
Biasanya anak kreatif ingin selalu tahu, memiliki minat yang luas, menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada orang lain, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka sangat berarti, penting dan disukai mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka (Munandar, 2004:35).
Dengan memperhatikan ciri-ciri anak yang kreatif tersebut paling tidak kita dapat mengukur bahwa sesungguhnya ciri anak kreatif dan tidak kreatif baik dari cara berfikir, kepribadian, dan kebiasaannya.
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri pribadi kreatif adalah secara kasat mata sangat berbeda dengan anak pada umumnya.Hal inilah yang menyebabkan mereka sering disebut anak nakal, banyak ulah, atau anak aneh. Sebaliknya anak-anak yang pendiam, pasif, penurut malah cenderung dianggap baik dan disayang.Untuk itulah orang tua perlu mengetahui ciri-ciri dari pribadi anak yang kreatif, agar orang tua dapat menemukan potensi kreatif yang ada dalam diri anak sejak dini, sehingga mampu memberikan dorongan dan stimulasi untuk pengembangan potensi tersebut secara optimal.
3. Strategi 4 P dalam pengembangan kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong atau press, proses,dan produk (4P dari kreativitas).
a. Pribadi
pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya. b. Pendorong (press)
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.
Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.
c. Proses
perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal itu akan datang dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima, dan menghargai.
d. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (“press”) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif.
Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif, dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Hendaknya pendidik menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
4. Pengertian Motorik
Pada dasarnya anak usia dini merupakan usia yang masih dalam tahap pertumbuhan yang sangat pesat oleh karena itu pendidikan pada
PAUD ini lebih menekankan pada proses pembelajaran melalui bermain sambil belajar, karena dengan bermain anak dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik melalui gerakan-gerakan pada saat mereka bermain
Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut
Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanik yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah
kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses motorik.
Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikatakan
dengan gerak dan di dalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu
diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksud di sini bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai)
melalui alat gerak tubuh (otot dan rangka). Tetapi gerak yang di dalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.
(Samsudin, 2008 : 10-11)
a. Dasar-dasar Perkembangan Motorik Anak Prasekolah 1) Pengertian perkembangan motorik anak prasekolah
Perubahan kemampuan dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku
dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lainnya.
2) Prinsip perkembangan motorik anak prasekolah
gizi, status kesehatan dan perlakuan motorik yang sesuai dengan
masa perkembangan.
3) Nilai-nilai dalam perkembangan motorik
Nilai-nilai yang didapat dari perkembangan motorik pada anak prasekolah antara lain mendapatkan pengalaman yang berarti, hak dan kesempatan berkreativitas, keseimbangan jiwa dan raga, serta
mampu berperan menjadi diri sendiri. (Samsudin, 2008 : 11) b. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik
Penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik
yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik
yang dilakukan efektif dan efisien. (Samsudin, 2008 : 11) c. Perkembangan motorik hubungan dengan kognitif
Menurut Piaget (dalam Samsudin, 2008 : 12-13) Piaget telah
menemukan bahwa anak mampu berkreativitas dalam merespon pengaruh lingkungan secara bertahap sejak lahir hingga dewasa.
Hasil temuannya itu sekarang dikenal sebagai Metode Klimis dan Piaget, suatu sistem pengumpulan data melalui tanya jawab yang sempurna untuk memahami proses berfikir. Akhirnya Piaget dapat
Sensorimotorik : lahir s / d 2 tahun
Preoperasional : 2 tahun s / d 8 tahun Konkret operasional : 8 tahun s / d 11 tahun
Formal operasional : 11 tahun s / d 12 tahun
Empat tahap perkembangan kognitif yang berkaitan dengan perkembangan motorik pada anak :
1) Tahap Sensorimotor dan perkembangan Motorik anak
Pada tahap sensorimotor Piaget menggambarkan seperti “berfikir
melalui gerak tubuh.” Dengan kata lain, kemampuan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari perilaku gerak dan konsekuensinya.
Menurut Piaget, gerak selalu berhubungan dengan proses berfikir pada tahap sensorimotor, pengetahuan, dan berfikir muncul
sebagai hasil atau akibat dari perilaku yang terjadi melalui gerak tubuh. Pada masa ini anak prasekolah tengah beradaptasi dengan lingkungan dengan banyaknya menggunakan gerak refleks
seperti menggerakan jari tengah, menendang kaki, menangis, dan bentuk aktivitas refleks lainnya.
2) Tahap Preoperasional dan Perkembangan Motorik anak
Pada tahap ini, Piaget memberikan penekanan berupa batasan yang mana anak tersebut masih belum memiliki kemampuan
a) Prekonseptual yaitu anak yang berusia antara 2 tahun s/d 4
tahun.
b) Intuitif adalah pada anak yang berusia antara 2 tahun s/d 4
tahun.
Pada tahap ini anak prasekolah sudah mulai dengan melakukan berbagai bentuk gerak dasar yang dibutuhkan seperti berjalan,
berlari, melempar, menendang dan sebagainya.
3) Tahap Konkret Operasional dan Perkembangan Motorik anak.
Banyak ahli yang meyakini bahwa seorang anak mencapai tahapan konkret operasional karena anak tersebut telah bertambah kemampuannya. Karakteristik umum dari tahapan
konkret operasional adalah bertambahnya kemampuan dalam pemecahan masalah. Kemampuan ini dapat mempengaruhi
perkembangan motorik anak. Pada masa ini anak sudah tidak tergolong prasekolah lagi dan anak sudah memasuki masa kanak-kanak dan memasuki dunia sekolah. Dari segi perkembangan
motorik, anak berada pada periode transisi dari aspek motorik. Adapun motorik yang dapat dikembangkan pada periode ini
sudah mengarah pada peningkatan keterampilan gerak yang lebih kompleks.
4) Formal Operasional dan Perkembangan Motorik anak
berfikir yang bersifat abstrak. Namun menurut Piaget, banyak
individu tidak mencapai tahap seperti ini, terutama anak yang memiliki inteligensi rendah. Pada tahap ini, motorik yang
dikembangkan sikap cabang olah raga apa yang akan ditekuni untuk hobi dan masa depannya.
d. Tahapan Belajar Motorik Anak TK
1) Tahap Verbal Kognitif
Tahap belajar motorik uraian lisan atau penjelasan dengan
maksud agar anak memahami gerak yang akan dilakukan. 2) Tahap Asosiatif
Pada tahap ini perkembangan anak TK sedang memasuki masa
pemahaman dari gerak-gerak yang sedang dipelajari. 3) Tahap Automatisasi
Pada tahap ini anak TK sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan. (Samsudin, 2008 : 15-16)
5. Bermain Edukatif Sentra Balok
a. Bermain Edukatif
1) Pengertian bermain edukatif
Metode pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan anak
usia dini yaitu dengan metode bermain sambil belajar karena bermain merupakan aktivitas yang membantu anak mencapai
Bermain dalam tatanan sekolah digambarkan sebagai suatu
rentang rangkaian kesatuan yang berjudul pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan
diarahkan. Dalam bermain bebas didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melaksanakan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih
bagaimana menggunakan alat-alat tersebut. Sedangkan kegiatan bermain dalam bimbingan guru, memilih alat permainan dan
diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep (pengertian) tertentu.
Bermain dari segi pendidikan adalah permainan yang
memberi peluang kepada anak untuk bersuakarya, untuk melakukan dan menciptakan sesuatu dari permainan itu dengan
tenaganya sendiri. (Ismail, 2005:35)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa bermain edukatif merupakan bentuk kegiatan belajar yang
kreatif, menyenangkan dan bersifat mendidik. Dengan demikian anak tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran
dijenjang pendidikan berikutnya. Permainan merupakan sesuatu yang dilakukan dengan menggunakan peralatan atau benda yang bermuatan mendidik (sebagai alat bermain) berisi kesenangan
keterampilan kognitif, sosial dan afektif dapat berkembang secara
maksimal.
2) Manfaat bermain bagi anak TK
Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak, bermain dapat mengembangkan beberapa aspek antara lain:
a) Perkembangan fisik.
Melalui bermain anak dapat menyalurkan energi yang
berlebihan sehingga anak tidak merasa gelisah. b) Perkembangan aspek motorik halus dan kasar.
Melalui aktifitas bermain anak berkesempatan berlatih untuk
menggunakan otot kasar seperti menangkap bola, berkejaran dan sebagainya. Selain itu juga anak dapat berlatih
memanfaatkan otot halus seperti menggambar membuat garis lurus dan lengkung. Ketrampilan seperti itu akan sangat bermanfaat bagi kehidupan anak selanjutnya.
c) Perkembangan aspek sosial.
Melalui bermain anak dapat berlatih dalam kehidupan
bersosial seperti keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Melalui bermain anak dapat memuaskan kebutuhan dan
dorongan diri dalam dirinya, dengan demikian anak akan menjadi lega dan rileks serta bebas dari ketegangan.
e) Perkembangan aspek kognisi.
Banyak konsep dasar dan pengetahuan yang diperoleh anak prasekolah melalui bermain seperti warna, ukuran, bentuk dan
pengetahuan lainnya. Pengetahuan konsepdasar tersebut akan mudah dipelajari anak melalui aktivitas bermain.
f) Perkembangan ketajaman indera.
Indra yang kita miliki itu perlu diasah ketajamannya sehingga lebih tanggap terhadap lingkungan yang kita hadapi,
pengasahan indra tersebut akan menjadikan anak aktif, kritis, kreatif, tanggapterhadap rangsangan yang diterimanya.
3) Karakteristik bermain anak TK.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh smit, dkk (dalam Mayke S, 2001:16-17) Ciri-ciri kegiatan bermain yaitu sebagai
berikut :
a) Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul
berdasarkan keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri. b) Perasaan yang telibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh
emosi yang positif.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dari pada
hasil akhir, saat bermain perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung dibandingkan tujuan yang dicapai.
e) Bebas memilih dari cara ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil.
f) Mempunyai kualitas pura-pura, kegiatan bermain mempunyai
kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata sehari-hari, kerangka ini berlaku terhadap semua bentuk
kegiatan bermain peran, menyusun balok, menyusun kepingan gambar dan lain-lain.
b. Sentra balok.
Pembelajaran pada anak usia dini diterapkan melalui area atau sentra yang memiliki ciri atau fungsi yang berbeda-beda, hal ini
bertujuan untuk dapat mengembangkan kemampuan anak secara optimal karena masing-masing anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.Sehingga pengembangan beberapa aspek perkembangan
pada anak akan dapat menunjukan dengan baik.
Menurut Mayke, S (2001:56-57) Sentra balok adalah ruang yang
berfungsi sebagai tempat kegiatan anak untuk bermain dengan berbagai bentuk balok untuk mengembangkan kemampuan anak untuk berdaya cipta (kreatif), melatih ketrampilan motorik halus, melatih
orang lain) yang akan meningkatkan motivasi anak terus mengulang
untuk menghasilkan lebih banyak lagi. 1) Fungsi sentra balok.
Pembelajaran dalam pendidikan harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap anak
akan maju dan berkembang sesuai dengan kapasitas kemampuannya masing-masing, sehingga ruangan kelas
dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil yang disebut ruangan atau sentra-sentra yang terdiri atas satu bidang pengembangan.
Sentra balok memiliki beberapa fungsi untuk mengembangkan
beberapa aspek (Rustika, 2007:67) yaitu :
a) Kognitif: klasifikasi, arah, urutan, perbandingan, simbol, berfikir
divergen dan logis.
b) Matematika: area, ukuran, ruang, bentuk, angka, peta, pola, estimasi, penambahan dan serasi.
c) Sains : berat, tinggi, gaya gravitasi, simetri, keseimbangan, tekstur, sebab-akibat, visual spasial.
d) Keaksaraan : memberi nama, kosa kata, bercerita, struktur kalimat, membuat dan menggunakan tanda, menulis dan membaca buku.
f) Sosial emosi : percaya diri, keberhasilan, inisiatif, kerja sama,
negosiasi, kompromi, respon, kepemimpinan, dan ekspresi emosi.
g) Kreativitas : pemecah masalah, menemukan solusi baru dan eksplorasi sensori.
2) Tahap-tahap bermain dalam sentra balok
Soemaranti, (2003:110) menyatakan bahwa balok-balok kayu atau plastik merupakan alat pemainan yang sangat sesuai sebagai
alat untuk membuat berbagai konstruksi sehingga ada beberapa tahapan cara memakainya yaitu :
a) Tahap pertama, anak sambil berjalan membawa balok
ditangannya.
b) Tahap kedua, balok akan diletakkan dalam susunan ke atas
seperti menara, kadang mereka menyusun balok secara memanjang, balok-balok, tersebut diletakan saling berdampingan atau berjejer.
c) Tahap ketiga, anak akan mulai membuat jembatan yaitu dengan meletakan kedua balok secara sedikit terpisah,
kemudian meletakan satu balok lagi di antara kedua balok tersebut, setelah tahapan ini anak-anak mulai mampu menyususn balok dengan variasi, membuat pola, mereka
d) Tahapan yang terakhir anak-anak menggunakan balok-balok
dan membuat bangunan sesuai dengan dunia realitas. Misalnya: bangunan sekolah, kota dengan jalan-jalan,
lapangan terbang dan bangunan lain yang pernah dilihatnya. Dari beberapa tahapan cara bermain di atas dengan bermain sentra balok inilah anak bisa belajar untuk mengenal berbagai
macam ukuran dan bentuk. Dari bentuk dan ukuran yang bermacam-macam ini bisa digunakan untuk membangun suatu
bentuk tertentu yang sangat disukai oleh anak-anak. Dalam permainan ini anak dapat merasakan pengalaman berekplorasi dan menemukan ide sendiri. Hal inilah yang melahirkan kepuasan batin
dan berbagai pengertian yang terbentuk melalui pengulangan-pengulangan saat bermain.
6. Anak TK.
a. Pengertian anak TK atau anak prasekolah.
Rentan usia antara 4 sampai dengan 6 tahun merupakan tahapan yang disebut sebagai usia prasekolah. Pada usia ini biasanya lebih
dikenal dengan istiah golden age (periode emas). Lembaga pendidikan prasekolah merupakan lembaga pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar formal. Dari teori Piaget (dalam soemiaranti, 2003:19) mengemukakan
perkembangan tahapan sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7
tahun), operasional formal (12-15 tahun) maka perkembangan kognitif anak masa prasekolah berada pada tahap praoperasional.
Dari teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak TK atau anak prasekolah merupakan awal masa anak-anak yang berlangsung dari 2 sampai 6 tahun, oleh orangtua disebut sebgai usia yang problematis,
menyulitkan atau mainan, oleh para pendidikan dinamakan sebagai usia prasekolah, oleh ahli psikologis sebagai pra kelompok, penjelajah
atau usia bertanya.
b. Ciri anak TK atau anak pra sekolah menurut Snowman.
Snowman, (1993:32-35) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah
(3-6 tahun yang biasanya ada di TK. Ciri yang dikemukakan maliputi aspek fisik dan kognitif anak.
1) Ciri fisik anak prasekolah atau TK.
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada pada tahapan yang sebelumnya.
a) Anak prasekolah umumnya sangat aktif mereka telah memiliki penguasaan kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
terhadap kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan anak untuk lari, memanjat dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan anak membutuhkan
istirahat yang cukup. Seringkali anak tidak menyadari harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan
anak.
c) Otot-otot besar pada anak usia prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh kerena itu biasanya
anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti, misalnya mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi mata dan tangannya yang
masih kurang sempurna.
2) Ciri kognitif anak usia prasekolah atau TK.
a) Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya.
b) Kompetisi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Dari beberapa ciri-ciri anak praseklah atau anak TK di atas peneliti menyimpulkan bahwa ciri anak prasekolah atau anak TK adalah anak yang berada pada tahapan praoperasional, kemampuan
dan melakukan seriasi (urutan, berdasarkan ukuran, nuansa, warna
atau suara). Anak pada tahapan ini dapat memahami konsep lebih besar, sama atau lebih kecil apabila mereka dihadapkan dengan
benda yang dapat dilihat dan anak dapat menyentuh dan membandingkannya satu dengan yang lainnya.
B. Kerangka Berfikir
Setiap anak menginginkan menjadi anak yang pintar, cerdas, dan kreatif. Setiap manusia (individu) mempunyai potensi (kepandaian) sejak lahir, hampir setiap anak menyukai permainan karena dunia anak adalah
dunia bermain (permainan edukatif sentra balok) yang tepat dan benar akan memberikan stimulus (rangsangan) pada anak untuk dapat mengembangkan
potensi kreativitasnya agar lebih maksimal melalui permainan yang menyenangkan, bermain yang mempunyai nilai edukatif yang tinggi maka akan dapat mengembangkan kreativitas yang anak miliki secara optimal.
Permainan yang edukatif dan menyenangkan akan membuat anak menjadi termotivasi dalam belajar, sehingga anak menjadi senang dalam
mengikuti pembelajaran yang guru berikan di dalam kelas. Melalui permainan sentra balok ini anak-anak dapat berimajinasi dan mengembangkan kreativitasnya dengan membentuk bangunan-bangunan
yang mereka susun dengan bentuk sesuai dengan keinginan dan kreasinya dengan menggunakan balok-balok. Di dalam permainan ini juga anak akan
dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka melalui
balok-balok yang mereka susun sehingga anak menjadi lebih terasah kekreativitasannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa dengan permainan edukatif sentra balok ini akan sangat membantu anak dalam mengembangkan kreativitas motorik yang mereka miliki.
Untuk mempermudah pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan ini, maka dibuat kerangka berfikir sebagai berikut ;
Kondisi awal
Input Tindakan kelas pembelajaran menyenangkan siklus I dan II
Output
Proses pembelajaran - Penggunaan metode - Minat belajar anak
meningkat
- Kreativitas motorik anak semakin baik - Anak merasa
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah kreativitas motorik anak dapat ditingkatkan melalui permainan edukatif sentra