• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai dan wajar. (Kemensos, 2011) Hambatan, kesulitan dan gangguantersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan atau keterpencilan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana. Dari 27 jenis penyandang masalah kesejateraan sosial, salah satunya ialah anak jalanan. Faktor yang mendasari munculnya anak jalanan dikarenakan faktor ekonomi (kemiskinan), masalah keluarga, broken home, perceraian orang tua atau keluarga sering cekcok, dalam diri anak itu sendiri dan lingkungan tempat tinggal1.

Berdasarkan Data Kementerian Sosial RI pada tahun 2009 terdapat 85.013 anak jalanan tersebar di berbagai pulau di Indonesia dan meningkat 11% menjadi 94.356 anak jalanan pada tahun 2010 kemudian pada tahun 2011 meningkat sebesar 44% menjadi 135.983 anak jalanan.

(2)

2

Gambar 1. 1 Sebaran Rata-Rata Jumlah Anak Jalanan di Indonesia Tahun 2009-2011

Sumber: Kemensos, diolah

Pulau Jawa merupakan pulau dengan rata-rata jumlah anak jalanan terbesar kedua dengan rata-rata jumlah anak jalanan 5.723,867. Sedangkan DIY merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan jumlah anak jalanan terkecil. Berdasarkan data Kementerian Sosial jumlah anak jalanan di DIY pada tahun 2009 sebanyak 1.200 anak jalanan, pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 448 anak jalanan dan pada tahun 2011 kembali menurun menjadi 312 anak jalanan. Provinsi DIY memiliki 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.

Sumatera 1622,048 Kalimantan 1029,675 Sulawesi 1598,283 Papua&Maluku 1614,25

Bali & Nusa Tenggara 11811,67 Jawa

(3)

3

Tabel 1. 1 Data Anak Jalanan Provinsi DI Yogyakarta (dalam Orang)

Tahun Kulon

Progo Bantul

Gunung

Kidul Sleman Yogyakarta DIY

2008 157 174 110 68 205 714 2009 189 232 127 257 395 1.200 2010 93 83 80 50 142 448 2011 76 78 54 19 85 312 2012 64 68 50 91 70 343 2013 21 58 52 19 54 204

Sumber : Dinas Sosial Provinsi DIY

Menurut data Dinas Sosial tahun 2008-2013Provinsi DI. Yogyakarta jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman fluktutif dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di Provinsi DI Yogyakarta. Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman naik sebanyak 186 anak jalanan, pada tahun 2010 terjadi penurunan hingga 81% menjadi 50 anak jalanan. Kemudian pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebanyak 31 anak jalanan. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 72 anak jalanan dan pada tahun 2013 jumlah anak jalanan menurun 79% menjadi 19 anak jalanan.

Anak Jalanan menjadi permasalahan sosial yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dari pemerintah dan masyarakat, karena anak harus mendapatkan perlindungan baik pendidikan, kesehatan, keamanan, bebas dari kekerasan dan eksploitasi dan lainnya.Keberadaan anak jalanan dianggap masalah bagi masyarakat, sehingga pemerintah dituntut agar dapat menangani anak jalanan. Anak jalanan dikenal memiliki watak dan perilaku yang kasar, keras dan kerap dianggap mengganggu ketertiban umum, perilaku ini terbentuk karena berada pada lingkungan yang kasar dan keras. Dalam mengatasi masalah anak jalanan, sudah

(4)

4 merupakan tugas pemerintah tentang pembinaan dan kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dampak dari anak jalanan adalah mengganggu ketertiban umum dan lalu lintas. Bagi anak jalanan dan komunitasnya rentan pada penyimpangan seksual (prostitusi) dan penyakit menular, tanpa identitas, perkawinan dini dan mengabaikan kelembagaan keluarga, pendidikan yang terputus, masa depan keluarga dan komunitas yang buruk2. Permasalahan ini memicu muncul berbagai kebijakan yang diciptakan pemerintah. Kebijakan dan aturan hukum yang melandasi berbagai program tentang anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak Pasal 2 ayat (3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan dan ayat (4) anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Penanganan anak jalanan semestinya bertujuan memenuhi hak-hak anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, menjamin atas hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan ataupun diskriminasi. Perlunya pendekatan keamanan dan ketertiban serta menjangkau pencegahan dan pelarangan apa dan siapa yang menjadi penyebab dan menyuburkan anak jalanan dan mengembalikan

2Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) Sleman, 2014, Workshop Penanganan Masalah Anak

(5)

5 mereka pada harkat dan martabat yang sejatinya sebagai seorang anak sesuai dengan Perda DIY No 11 Tahun 2011 Tentang Perlindungan Anak di Jalan3.

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial berupaya melakukan berbagai program penanangan anak jalanan mulai dari pemenuhan berbagai hak yang seharusnya mereka dapatkan hingga pengambilan anak jalanan ke keluarga masing-masing. Program menanggulangi anak jalanan pada tahun 2011-2015 pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) ialah Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial4. Program-program yang disusun dalam dokumen perencanaan setiap lima tahun sekali mengalami perubahan nama program namun memiliki target yang sama, sehingga kajian dari penelitian ini akan memperdalam program yang diadakan pemerintah untuk menanggulangi anak jalanan di Kabupaten Sleman.

Program ialah sebagai penentuan tindakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, sehingga program adalah suatu jenis rencana yang disusun lebih konkrit, di dalamnya terkandung sekumpulan kegiatan yang berbeda-beda akan tetapi menuju pada satu tujuan yang sama5.Program yang tertulis dalam dokumen perencanaan setiap lima tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) akan dijabarkan didalam Dokumen tahunan, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Didalam RKPD akan dijabarkan kegiatan apa saja yang dilakukan dinas tenaga kerja dan sosial dalam menanggulangi jumlah anak jalanan yang ada di Kabupaten Sleman. Sehingga dapat diketahui bagaimana

3Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) Sleman, 2014, Workshop Penanganan Masalah Anak

Jalanan.

4Bappeda Sleman, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015, hal VII-9 5Bappeda Sleman, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2010, hlm 109

(6)

6 program pemerintah dalam menanggulangi anak jalanan berjalan. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pelaksana fungsi eksekutif yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan program pemerintahan berjalan dengan baik6. Dalam rangka memberikan pelayanan kesejahteraan sosial khususnya terhadap anak jalanan maka diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, organisasi sosial, organisasi masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kegiatannya berkaitan erat dengan pengelolaan penyandang masalah kesejahteraan khususnya usaha-usaha kesejahteraan sosial7. Sehingga dapat dikaji lebih mendalam bagaimana proses penyusunan program, hambatan yang terjadi dalam program tersebut dan upaya penanganannya oleh pemerintah.

Penyusunan program penanganan anak jalanan erat kaitannya dengan anggaran yang diperlukan. Jumlah anggaran yang diusulkandalam proses penyusunan program tersebut digunakan sebagai pelaksana kegiatan dalam menangani anak jalanan . Anggaran yang di usulkan untuk program penanganan anak jalanan tiap tahun berbeda-beda walaupun nama program yang digunakan tetap sama. Sehingga diperlukannya kajian hubungan antara anggaran pengadaan program tersebut dengan dampak jumlah anak jalanan yang ada di Kabupaten Sleman.

Jumlah dana yang dianggarakan untuk melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial untuk menangani anak jalanan yang berada di Sleman dapat diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut apakah

6Satuan Kerja Perangkat Daerah

7Fridrik Librata Damanik, Interaksi Aktor Dalam Implementasi Program Penanganan Anak Jalanan Berbasis

(7)

7 berpengaruh besar atau tidak sehingga penelitian ini juga akan membahas hubungan antara jumlah anggaran yang di keluarkan dengan jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah seperti berikut:

1. Bagaimana hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan?

2. Bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman?

3. Apa saja hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya?

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan adalah:

1. Mengetahui hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan.

2. Mengetahui bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya.

(8)

8

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Mahasiswa

a. Mengembangkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anaka jalanan di Kabupaten Sleman.

b. Menambah wawasan mahasiswa secara non-teori tentang keadaan nyata dalam dunia kerja.

2. Bagi Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi

a. Meningkatkan mutu kegiatan perguruan tinggi dalam dunia kerja. 3. Bagi Instansi Terkait

a. Membangun relasi dengan perguruan tinggi maupun dengan mahasiswa. b. Dapat memanfaatkan Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu sumber

informasi terkait dengan tempat praktek tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk meminimalisir kendala.

(9)

9

1.5 Kerangka Penulisan

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. 2Kerangka Penulisan

1. Anak jalanan merupakan salah satu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 2. Jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat dari tahun 2009-2011.

3. Pulau Jawa merupakan pulau dengan rata-rata jumlah anak jalanan terbesar kedua. 4. Provinsi DIY termasuk dalam salah satu provinsi yang ada di pulau jawa dengan jumlah

anak jalanan terkecil.

5. Kabupaten sleman merupakan salah satu kabuapten dengan jumlah anak jalanan yang fluktuatif.

6. Pada penelitian ini akan di uji tentang hubungan antara anggaran dana pemerintah dengan jumlah anak jalanan dan akan menjelaskan proses penyusunan program kemudian hambatan serta upaya yang dilakukan.

1. Bagaimana hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan?

2. Bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman?

3. Apa saja hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya?

1. Mengetahui hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan. 2. Mengetahui bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah

anak jalanan di Kabupaten Sleman.

3. Mengetahui hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya

Alat analisis : Korelasi Pearson dan Deskriptif

Gambar

Gambar 1. 1 Sebaran Rata-Rata Jumlah Anak Jalanan di Indonesia  Tahun 2009-2011
Tabel 1. 1 Data Anak Jalanan Provinsi DI Yogyakarta (dalam Orang)  Tahun  Kulon

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi yang diberikan NALCO untuk pemakaian bahan kimia adalah sebanyak 1,7 ton NaOH hingga 4 ton, sehingga dapat dilihat bahwa hanya dengan pemakaian 1,7

Anamnesis pada sakit perut berulang meliputi usia, jenis kelamin, rasa sakit (lokalisasi, sifat dan faktor yang menambah atau mengurangi rasa sakit tersebut, lama sakit, dan

Dari hasil pengolahan data didapatkan coverage area sistem jaringan sensor yang optimal menggunakan metode simulasi Algoritma Genetika.. Berdasarkan pemodelan jaringan sensor

Hal ini juga terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, meskipun secara umum mereka mempersepsikan mutunya lebih buruk, sehingga dimungkinkan akan berpengaruh pada

Gambar 3.5 Contoh indeks kelangkaan energi dari PLTS di Norwegia pada tahun 1980-1985 Indeks ini juga digunakan dalam hal gabungan seluruh sumber energi untuk mengetahui waktu

Jamur mampu menghasilkan senyawa yang berpotensi yang diaplikasikan dalam dunia kesehatan dan telah di buktikan memiliki banyak sumber metabolit sekunder aktif yang unik secara

Aplikasi ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi Pendidikan Lingkungan Hidup tentang bencana alam dengan menonjolkan objek gambar, suara, animasi

Salah satu media pembelajaran yang bisa dimanfaat adalah aplikasi Videoscribe dan aplikasi pemodelan 3 dimensi.Videoscribe adalah aplikasi untuk membuat media