• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1 ARTIKEL ILMIAH

STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI

KELAS VIII SMPN 5 KOTA JAMBI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 2 STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG

DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMPN 5 KOTA JAMBI

Oleh : Dwi Lestari

(Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) Dosen Pembimbing I: Drs. H. Zaimi Effendi, M.Pd

Dosen Pembimbing II: Drs.Sufri, M. Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kota Jambi kelas VIII semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang diteliti sebanyak 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Instrument berbentuk soal uraian sebanyak tujuh soal. Instrument diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas diuji dengan rumus korelasi product momen dan di dapat tujuh soal valid. Uji reliabilitas diuji dengan rumus Alpha Cronbach di dapat rhitung = 0,743 > 0,349 dengan n = 32 maka dinyatakan soal reliabel.

Uji normalitas menggunakan uji liliefors. Untuk kelas eksperimen di dapat LHitung = 0,128 < 0,161 sedangkan kelas kontrol didapat LHitung = 0,1266< 0,161, maka

dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Uji homogenitas diuji dengan Uji Fisher diperoleh Fhitung<Ftabel = ( 1,31 < 1,8583) dapat disimpulkan kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen didapat 72,77 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol didapat 69,23. Pengujian hipotesis dihitung dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% didapat thitung = 2,7018 dan ttabel = 1,6723 = thitung >

ttabel. Maka hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

Kata Kunci :Hasil Belajar, Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Konvensional

(3)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 3 STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG

DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMPN 5 KOTA JAMBI

Oleh : Dwi Lestari

(Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) Dosen Pembimbing I: Drs. H. Zaimi Effendi, M.Pd

Dosen Pembimbing II: Drs.Sufri, M. Si

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu Negara. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian dan kreativitas.

Sebagaimana tercantum di salam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, tentang sistem pendidikan nasional yaitu “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memuliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Sekolah sebagai lembaga Pendidikan formal merupakan tempat yang sangat strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga pendidikan formal diharapkan mampu

memberikan kontribusi bagi

pengembangan sumber daya manusia melalui mata pelajaran yang di ajarkan. Model pembelajaran yang tepat akan membantu meningkatkan hasil belajara siswa, terlebih lagi dengan mata pelajaran yang kurang diminati siswa yaitu

matematika. Pembelajaran matematika selama ini masih dianggap sebagai pembelajaran yang sulit. Padahal, matematika merupakan hal yang begitu nikmat untuk diselami lebih dalam. Karena itulah, peran guru sangat penting dalam memberikan nuansa ceria, riang dan menggembirakan pada saat pembelajaran itu berlangsung, (Sastrawati : 2011).

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak di bandingkan pelajaran lain. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan perguruan tinggi. Dengan kegiatan di dalam kelas yang membuat siswa lebih aktif dan mendominasi maka daya tangkap siswa terhadap pelajaran matematika lebih besar dan memungkinkan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi diperoleh informasi bahwa pada proses pembelajaran matematika cenderung masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang lebih berpusat pada guru dan masih sering menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran.Padahal, Terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu

(4)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 4 sehingga siswa dianggap sabagai wadah

yang akan diisi ilmu oleh guru. Semua itu akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar Siswa, (Sastrawati:2011)

Berdasarkan informasi yang penulis dapati dari Guru Bidang Studi terkait dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII pada Ujian Semester Ganjil terlihat dari rata-rata nilai matematika dan persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada tabel 1.1 berikut:

Kelas Nilai Siswa dalam %

Belum Tuntas <70 Tuntas 70

VIII C 78,125 % 21,875 % VIIID 43,33 % 56,67 % VIIIE 56,25 % 43,75% VIIIF 73,33 % 26,67 % VIII G 66,67 % 33,33 % VIII H 55,88 % 44,12 % VIII 1 60 % 40 %

Sumber: Guru Bidang Studi Matematika SMP Negeri 5 Kota Jambi

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika diketahui Standar Ketuntasan Minimal untuk mata Pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 dan syarat ketuntasan kelas adalah 75% siswa yang tuntas mencapai SKM. Dari tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII masih dibawah SKM dan memiliki persentase ketuntasan yang sangat rendah jauh dari syarat ketuntasan kelas. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran matematika masih perlu diperbaiki, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar matematika siswa ikut meningkat.

Jika pembelajaran matematika dapat dirancang dengan model pembelajran yang baik maka akan menghasilkan suasana menyenangkan pada siswa untuk belajara, dan merekapun akan semangat untuk mempelajarinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran problem based learning.

Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat memperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Peserta didik belajar secara aktif dengan sajian materi yang relevan dengan keadaan sebenernya yang sering disebut student centered.

Dalam materi implementasi kurikulum 2013 di jelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning pada pelaksanaan pembelajaran menjadi salah satu model pembelajaran yang bisa di terapkan. Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Model

PembelajaranProblem Based

Learningmembuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan, memfasilitasi diskusi dan membantu siswa untuk lebih sadar akan proses pembelajaran.

Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut di atas, maka menjadi perhatian peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Studi Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi

(5)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 5 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.

Penelitian diadakan di SMP N5 Kota Jambi yang merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan post-test only control group design dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning dan kelompok kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional.

Populasi penelitian ini siswa kelas VIII SMP tahun ajaran 2013/2014, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan pada masing-masing kelas sampel.

Rancangan penelitian penelitian ini meliputi tiga tahap; 1) tahap awal penelitian; 2) tahap persiapan peneltian; 3) tahap akhir penelitian.

Tahap awal penelitian, dilakukan kegiatan antara lain : menentukan kelas yang akan dijadikan sampel, menentukan jadwal penelitian, membuat RPP untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti memberikan arahan dan petunjuk teknis pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional. Peneliti menyusun agenda pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan, 5 kali pertemuan untuk membahas materi pelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar matematika. Satu kali pertemuan yang dimaksud adalah 2 sampai 3 jam pelajaran. Satu jam pelajaran berlangsung selama 40 menit.

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan pembelajaran dengan model

pembelajaran problem based learning pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.

Tahap akhir penelitian dilakukan analisis terhadap data hasil belajar matematika siswa. Sebelum dianalisis akan diadakan uji prasyarat yaitu uji normalitas, yaitu uji Liliefors dan uji homogenitas varians, yaitu menggunakan Uji F untuk memastikan bahwa data telah memenuhi syarat untuk melakukan pengujian hipotesis.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005:238). Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji dua pihak. Sedangkan hipotesis secara statistik dirumuskan sebagai berikut: H0 :

H1 :

Keterangan:

: rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen (menggunakan model problem Based Learning)

: rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol (menggunakan model pembelajaran konvensional)

Ho: rata-rata hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sama dengan rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional

H1: rata-rata hasil belajar matematika

siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning tidak sama dengan rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional

(6)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 6 HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 2 kelas sampel. Deskripsinya adalah kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas variansi dan uji kesamaan rata-rata terhadap seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi. Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogeny dan memiliki rata-rata populasi sama dan langkah selanjutnya adalah menentukan kelas sampel. Kelas sampel tersebut terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan dengan tekhnik kombinasi dari 7 kelas disusun menjadi (VIII C, VIII D) (VIII C, VIII E) (VIII C, VIII F) (VIII C, VIII G) (VIII C, VIII H) (VIII C, VIII I), (VIII D, VIII E) (VIII D, VIII F) (VIII D, VIII G) (VIII D, VIII H) (VIII D, VIII I) (VIII E, VIII F), (VIII E, VIII G) (VIII E, VIII H) (VIII E, VIII I) (VIII F, VIII G) (VIII F, VIII H) (VIII F, VIII I), (VIII G, VIII H) (VIII G, VIII I) (VIII H, VIII I). Dari pengambilan secara acak terhadap 21 kelompok sampel tersebut diperoleh satu kelompok sampel yaitu (VIII D, VIII F). Kemudian dilakukan kembali pengambilan secara acak. Nama kelas yang terambil pertama sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII D dan terambil kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII F.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen ini peneliti membagi siswa ke dalam kelompok. Pembagian kelompok di lihat berdasarkan nilai matematika yang di peroleh siswa dalam ujian semester ganjil untuk mengelompokkan siswa secara heterogen. Membentuk kelompok berdasarkan nilai ujian semester ini dilakukan agar dapat terhindar dari terbentuknya kelompok yang hanya terdiri dari siswa yang lebih pandai saja. Dengan kemampuan

heterogen pada masing-masing kelompok, diharapkan kerjasama antar siswa dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Pada akhir penelitian, untuk mengetahui hasil belajar siswa maka masing-masing kelas sampel di beri tes akhir (post-test) yang terdiri dari 7 soal. Soal-soal yang peneliti gunakan pada post-test ini sebelumnya di ujicobakan di luar kelas sampel. Setelah diperoleh data hasil uji coba, maka ditentukan validitas dari soal-soal ujicoba post tes yang hasilnya dapat dilihat pada tabel

Tabel Analisis Validitas Butir-butir Hasil Uji Coba Post-test Harga rxy Kriteria pengukuran Nomor soal 0,736 Validitas tinggi 1 0,636 Validitas tinggi 2 0,664 Validitas tinggi 3 0,534 Validitas cukup 4 0,710 Validitas tinggi 5 0,597 Validitas cukup 6 0,660 Validitas tinggi 7

Tabel Analisis indeks kesukaran Hasil Uji Coba Post-test Harga P Kriteria Pengukuran Nomor Soal 0,59 Sedang (diterima) 1 0,54 Sedang (diterima) 2 0,36 Sedang (diterima) 3 0,79 Mudah (diterima) 4 0,37 Sedang (diterima) 5 0,31 Sedang (diterima) 6 0,24 Sukar (direvisi) 7

Tabel Analisis Daya Beda Hasil Uji Coba Post-test Harga D Kriteria Pengukuran Nomor Soal 0,24 Cukup (diterima) 1 0,23 Cukup (diterima) 2 0,23 Cukup (diterima) 3 0,30 Cukup (diterima) 4 0,33 Cukup (diterima) 5 0,12 Jelek (direvisi) 6 0,24 Cukup (diterima) 7

(7)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 7 Berdasarkan perhitungan

reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach di peroleh r11 = 0,743. Hal ini

menunjukkan bahwa reliabilitas tes hasil belajar yang dijadikan instrument dalam penelitian tinggi.

Post-test diberikan kepada kedua kelas sampel. Setelah diperoleh data hasil post-test selanjutnya data tersebut dianalisis. Perhitungan rata-rata dan simpangan baku masing-masing kelas sampel seperti table berikut:

Tabel 4.4 Rata-rata dan simpangan baku hasil post-test Kelas Jumlah peserta tes Rata-rata Simpangan Baku Eksperimen 30 72,77 5,393 Kontrol 30 69,23 4,710

Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors

Berdasarkan Uji Liliefors pada lampiran.. diperoleh hasil seperti terlihat pada table 4.5 berikut:

Kelas Jumlah peserta tes Lo Lt Ket Eksperimen 30 0,128 0,161 Normal Kontrol 30 0,126 0,161 Normal Dari table di atas terlihat bahwa Lo < Ltabel. Berdasarkan hal tersebut maka

disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal.

Uji homogenitas dengan menggunakan uji F

Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Diperoleh Fhitung = 1,31 dan F table =

1,867, dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel .

Sehingga dapat disimpulkan data kedua kelas tersebut homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Setelah didapat hasil belajar pada kelompok sampel normal dan homogeny

pada taraf kepercayaan 95%, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Dari hasil perhitungan diperoleh: thitung =

2,7018 dan ttabel = 2,664 dengan dk = 58

dan = 0,05, jadi thitung > ttabel berarti

hipotesis pertama ditolak sehingga didapat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbeda dari hasil belajar matematika siswa kelas kontrol. Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi pada materi keliling dan luas lingkaran. Dalam penelitian ini terdapat satu kelas eksperimen (kelas VIII D) yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan satu kelas kontrol (VIII F) yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 34 hari dengan intensitas pertemuan sebanyak enam kali di kelas eksperimen dan enam kali di kelas kontrol. Kedua kelas sampel diajar dengan materi yang sama tetapi berbeda pada penggunaan model pembelajaran yang diterapkan. Pada akhir penelitian kedua kelas sama-sama diberikan post-test untuk melihat hasil yang dicapai setelah pemberian perlakuan.

Berdasarkan post-test yang telah dilaksanakan terlihat bahwa kedua kelas menunjukkan hasil yang berbeda. Pada kelas eksperimen terlihatt nilai rata-rata hasil belajar yang telah di capai sebesar 72,77 dan pada kelas kontrol terlihat nilai rata-rata hasil belajar sebesar 69,23. Dari hasil yang didapat maka terlihat bahwa hasil belajar yang dicapai memiliki perbedaan. Kelas VIII D merupakan kelas sampel yang dijadikan sebagai kelas ekperimen dengan diterapkan model pembelajaran problem based learning dan kelas VIII F merupakan kelas sampel yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

(8)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 8 Berdasarkan hasil perhitungan

didapat kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata lebih besar dari kelas kontrol. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya pada kelas ekperimen siswa yang diajarkan terlihat lebih aktif dan berperan besar dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan nya model pembelajaran problem based learning diawali dengan pemberian rangsangan berpikir terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran terkait dengan materi yang akan dipelajari dan masalah yang diberikan berkaitan dengan kehidupan siswa, dengan demikian siswa tidak terlalu mengalami kesulitan untuk mengimajinasikan masalah yang diberikan. Kemudian hal tersebut dapat memancing rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang diberikan.

Dalam Kemendikbud tahun 2013 dijelaskan pula bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Kemudian dijelaskan pula bahwa dalam pelaksanaan model pembelajaran problem based learning siswa diberikan rangsangan berpikir berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan penyelesaian oleh peserta didik. Hal tersebut diharapkan mampu menambah keterampilan peserta didik sehingga pada akhirnya memacu semangat siswa dalam belajar.

Pada pelaksanaan model pembelajaran problem based learning melalui lima fase pembelajaran diantaranya: Fase 1 mengorientasikan siswa pada masalah, fase 2 mengorganisasikan siswa untuk belajar, fase 3 membimbing penyelidikan individu dan kelompok, fase 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kemudian fase 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada fase 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah. Dalam kegiatan ini

guru memulai pembelajaran dengan

memberikan salam pembuka,

mengingatkan siswa pada materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan pada pertemuan awal guru memberikan penjelasan mengenai model pembelajaran yang akan dijalani. Pada kegiatan ini guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu keliling dan luas lingkaran. Selain itu guru juga meminta siswa untuk mempelajari masalah tersebut dan menyelesaikannya secara berkelompok. Dalam pelaksanaan nya yang di jalani oleh peneliti bahwa itulah yang terjadi, pada pertemuan awal disaat penulis memberikan penjelasan mengenai model pembelajaran yang akan dijalani siswa terlihat masih bingung, ditandai dengan banyak sekali siswa yang bertanya tentang model pembelajaran problem based learning karena model pembelajaran ini pertama kali diterapkan dikelas mereka. Namun, hal tersebut ditanggapi dengan baik oleh peneliti mengingat agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pada fase 2 yaitu

mengorganisasikan siswa untuk belajar. Dalam tahap ini, siswa sudah duduk di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam pembagian kelompok peneliti menggunakan prinsip pembelajaran kooperatif dimana kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang baik kemudian adanya tutor sebaya. Pembagian kelompok peneliti lakukan sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini bertujuan agar tidak memancing kegaduhan siswa dalam membentuk kelompok, selain itu hal ini bertujuan agar tidak banyak waktu yang terbuang dikarenakan harus membentuk kelompok terlebih dahulu ketika telah masuk ke dalam waktu pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti menyampaikan kepada siswa untuk memahami permasalahan yang ada pada lembar kerja

(9)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 9 dan menanyakan hal-hal yang sekiranya

kurang dimengerti oleh siswa terhadap permasalahan yang ada di dalam lembar kerja.

Pada fase 3 yaitu membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini siswa melakukan penyelidikan secara bebas bersama teman-teman dalam kelompoknya. Peneliti memberikan dorongan kepada siswa untuk mengumpulkan data-data terkait dengan pemecahan masalah yang ada di lembar kerja. Seperti misalnya, peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan masalah yang ada dilembar kerja diantaranya “ apa yang diketahui dari masalah tersebut, apa yang ditanya dalam masalah tersebut, kemudian variabel apa yang digunakan, kemudian coba substitusikan kedalam petunjuk ataupun rumus yang digunakan”. Dalam pelaksanaan nya masing-masing kelompok sibuk dengan masalah pada lembar kerja yang mereka hadapi. Peneliti memantau setiap kelompok untuk melihat sejauh mana hasil yang mereka dapatkan. Dalam tahap ini peneliti menyampaikan kepada setiap kelompok bahwa permasalahan pada lembar kerja yang telah mereka selesaikan merupakan tanggung jawab pada masing-masing individu. Mereka menyelesaikan secara berkelompok tetapi masing-masing individu bertanggung jawab untuk bisa mengerti dan memahami. Sesaat kemudian suasana hening, tampak pada setiap kelompok sibuk dengan pekerjaan mereka. Dalam setiap kelompok terlihat beberapa siswa yang aktif menjelaskan langkah pengerjaan dan penyelesaian masalah kepada anggota kelompok. Disini terlihat bahwa tanpa disengaja mereka telah menjadi tutor sebaya untuk teman-teman dalam kelompoknya. Tetapi kebanyakan setiap siswa aktif berdiskusi dalam kelompoknya dan terkadang terlihat adanya perdebatan kecil terkait dengan rumus yang akan digunakan. Dalam tahap ini juga peneliti memberikan semangat kepada setiap

kelompok untuk menyajikan hasil yang terbaik dan memuaskan kemudian setiap kelompok berhak untuk menjadi kelompok yang terbaik sesuai dengan usaha yang mereka upayakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lembar tugas. Sehingga, dengan hal tersebut memacu peserta didik untuk memaksimalkan pekerjaan kelompok mereka.

Fase 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini adalah penyajian dari hasil pekerjaan kelompok yang telah siswa kerjakan. Dalam penyajian hasil kerja kelompok, peneliti menunjuk salah satu kelompok untuk menyajikan hasil kerja mereka. Pada saat peneliti menanyakan kelompok mana yang akan maju ke depan, semua kelompok mengacungkan tangan sambil terdengar riuh gaduh suara dari mereka, semua kelompok berharap kelompok merekalah yang ditunjuk. Setiap kelompok berebut sambil mengacungkan tangan agar kelompok mereka yang terpilih. Namun peneliti harus menunjuk salah satu dari mereka. Akhirnya majulah salah satu perwakilan kelompok untuk menuliskan hasil yang telah mereka dapatkan. Sembari menunggu salah satu siswa mengerjakan di papan tulis, peneliti mengingatkan pada sietiap kelompok untuk membuat salinan rapi dari hasil kerja kelompok mereka.

Fase 5 yaitu analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini peneliti membantu siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah yang telah dikerjakan. Dalam tahap inilah peneliti memancing siswa untuk memberikan tanggapan terkait dengan hasil kerja yang telah ditulis perwakilan kelompok di papan tulis. Pada mulanya siswa bertingkah biasa saja, namun kemudian pada titik-titik tertentu ketika menemukan kesalahan terhadap hasil kerja temannya mereka langsung menanggapi bahkan ada beberapa siswa yang menawarkan diri untuk membenarkan. Terlihat sekali setiap

(10)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 10 siswa ingin terlibat aktif dalam

pembelajaran. Hal ini di tanggapi secara baik oleh penulis. Kemudian setelah selesai peneliti memberikan umpan balik berupa pemberian kesimpulan, tetapi sebelum peneliti memberikan umpan balik peneliti mempersilahkan kepada siswa untuk memberikan kesimpulan ataupun memberikan tanggapan terhadap materi yang telah mereka pelajari. Selanjutnya, peneliti bertindak untuk meluruskan apabila kesimpulan akhir yang disampaikan sedikit kurang lengkap. Kemudian peneliti memberikan tugas rumah terkait dengan materi yang telah mereka pelajari dan memerintahkan untuk mempelajari materi pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya pembelajaran diakhiri dengan do’a.

Itulah hal-hal yang di alami peneliti selama melaksanakan penelitian di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran problem based learning. Kesulitan yang dihadapi ketika mengajar biasanya mengendalikan suara gaduh ataupun siswa yang ribut dan biasanya itu mereka lakukan untuk mencari perhatian.

Pada tahap mengajar di kelas kontroll peneliti merasakan suasana yang berbeda dari kelas eksperimen. Hal ini disebabkan cara belajar dan model pembelajaran yang diterapkan sudah berbeda. Pada kelas kontrol pembelajaran didominasi oleh peran guru, peneliti melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran konvensional. Pada awal pembelajaran peneliti membuka pembelajaran dengan do’a, kemudian mendeskripsikan tentang topik pembelajaran yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada tahap selanjutnya peneliti memaparkan materi pelajaran didepan kelas mulai dari konsep hingga ke contoh soal beserta penyelesaiannya. Terlihat sekali siswa hanya duduk diam dan bahkan terkadang tidak peduli dengan apa yang disampaikan oleh peneliti. Disela pembelajaran berlangsung peneliti mencoba untuk

memberikan pertanyaan terkait dengan materi, siswa hanya mendengarkan saja dan jarang sekali menanggapi apa yang ditanyakan oleh peneliti. Bahkan hal tersebut sama saja ketika peneliti mempersilahkan siswa untuk bertanya. Selanjutnya, dikarenakan siswa hanya diam dan mengangguk-ngangguk saja ketika di tanya, peneliti merasa jenuh dengan kondisi siswa yang pasif. Dalam hal ini disadari oleh peneliti bahwa siswa pun merasa bosan jika pembelajaran berlangsung dengan suasana yang sama seperti biasanya. Kemudian peneliti memberkan latihan soal kepada siswa, mencoba melihat hasil kerja siswa. Ketika peneliti melihat hasil kerja banyak sekali siswa yang asal-asalan dalam menyelesaikan tugas. Terlihat ketika di kelas siswa tidak aktif bertanya dengan peneliti dan teman-temannya. Suasana seperti ini penulis alami selama mengajar dikelas kontrol. Kesulitan yang sering peneliti alami ketika di kelas kontrol diantaranya, suara gaduh dari iswa yang terkadang sulit dikendalikan, sikap pasif siswa dalam belajar, jug sikap kurang peduli dengan teman. Melihat kondisi seperti ini memang perlu diadakan perubahan dari segi peranan guru dalam belajar, guru harus mencoba memberikan suasana baru dalam belajar sehingga siswa tidak merasa bosan dan malas untuk belajar.

Dalam pelaksanaan nya pula penulis didampingi oleh guru bidang studi matematika baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Dalam hal ini pula penulis mengharapkan ketika pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen guru bidang studi dapat melihat proses jalan nya pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning sehingga dapat diaplikasikan pada pembelajaran selanjutnya, karena ketika kurikulum 2013 telah diaplikasikan pembelajaran tak lagi sepenuhnya berpusat pada guru dan model pembelajaran problem based learning ini

(11)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 11 merupakan salah satu model pembelajaran

yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Selain itu penulis juga melakukan analisis penelitian terhadap ketuntasan hasil postes siswa pada kelas-kelas sampel. Berikut ini adalah table persentase ketuntasan hasil post-test siswa pada kelas ekperimen dan kelas control.

Table Persentase ketuntasan hasil post-test siswa kelas sampel

Kelas Nilai siswa dalam %

Belum tuntas Tuntas

Eksperimen 23,38 % 76,67%

Kontrol 40 % 60 %

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kelas memiliki ketuntasan hasil belajar tertinggi adalah kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol memiliki ketuntasan belajar yang lebih rendah dari kelas eksperimen.

Demikianlah pembahasan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran problem based learning berbeda dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan keliling dan luas lingkaran kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi dengan rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning adalah 72,77 dan rata-rata hasil belajar kelompok siswa

menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 69,23.

Saran

1) Sejalan dengan akan di terapkannya kurikulum 2013 Guru diharapkan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning dalam proses

pembelajaran matematika di sekolah. Karena Model Problem

Based Learning dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik

dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu Model Pembelajaran yang menjadi salah satu pilihan Model Pembelajaran yang sesuai dapat diterapkan dalam implementasi kurikulum 2013. 2) Peneliti hanya melakukan

penelitian pada satu pokok bahasan, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dilakukan pada pokok bahasan lainnya dan dapat membandingkan dengan model pembelajaran lain.

3) Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap hasil belajar ranah kognitif saja, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian tidak hanya melihat hasil belajar ranah kognitif saja, tetapi juga melihat hasil belajar dalam ranah afektif dan ranah psikomotorik.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta

(12)

Dwi Lestari : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 12 Hamzah B. Uno. 2012. Model

Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07 /model-pembelajaran-konvensional.html. Diakses 12 September 2013. http://statistikapendidikan.com. Diakses 15 Februari 2014

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008. diakses tanggal 30

September 2013.

http//www.google.com/pendidi kan.html.

Ngalimun. 2014. Strategi Dan Model Pembelajaran. Jogjakarta : Aswaja

Ni Made Suci. Diakses tanggal 22 Oktober 2013. Penerapan Model

Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar. http//www.google.com/pendidi kan.html.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta: Pustaka Belajar Rizema Putra. Sitiatava. 2013. Desain

Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Diva Press

Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Satrawati. E. Muhammad Rusdi, Syamsurizal. Problem Based Learning, Strategi Metakognisi dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Journal Tekno Pedagogi Universitas Negeri

Jambi. Volume 1 Tahun 2011 ISSN 2088 205X

Sigit. 2013. Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta:@kademia

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, Kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta Sukino.2006. Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga

Surapranata, S. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Jambi: FKIP Universitas Jambi

Widiada, Made Candiasa, Nyoman

Natajaya. Pengaruh

Implementasi Model

Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 4 Tahun 2013.

Gambar

Tabel Analisis Validitas Butir-butir Hasil Uji  Coba Post-test  Harga r xy  Kriteria  pengukuran  Nomor soal  0,736  Validitas tinggi  1  0,636  Validitas tinggi  2  0,664  Validitas tinggi  3  0,534  Validitas cukup  4  0,710  Validitas tinggi  5  0,597  Validitas cukup  6  0,660  Validitas tinggi  7
Tabel 4.4 Rata-rata dan simpangan baku hasil  post-test  Kelas  Jumlah  peserta  tes  Rata-rata  Simpangan Baku  Eksperimen  30  72,77  5,393  Kontrol  30  69,23  4,710

Referensi

Dokumen terkait

Saya memperakui bahawa:  tesis ini adalah hasil kerja saya yang asli;  setiap petikan, kutipan dan ilustrasi telah dinyatakan sumbernya dengan jelas;  tesis ini tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya dan faktor pendukung serta penghambat keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam Dalam Rangka Meningkatkan Pengamalan

[r]

Walaupun tidak ditemukan perbedaan signifikan antara Average Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman buy back, namun hal tersebut dapat berdampak

Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel kinerja karyawan sebesar 50,7 % dipengaruhi oleh variabel Sikap Kerja dan

Berdasarkan uraian tersebut, maka telah dilakukan penelitian yang Pengaruh Perlakuan Sodium Tripolyphosphate (STPP) pada Pati Sagu Termodifikasi terhadap Ketebalan,

Adanya bentuk kolaborasi yang terjadi antara Pemerintah Kota Serang dan Ormas Islam belum berjalan dengan baik karena ada beberapa kendala dalam kolaborasi ini

Pimpinan Pesantren dibantu oleh 5 (lima) biro yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kinerja organisasi guna mengoptimalkan proses pendidikan dan