• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA POKOK BAHASAN MEMBACA SISWA KELAS I MI NURUL HUDA KLANGON, KEC AMPEL, KAB BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN METODE SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA POKOK BAHASAN MEMBACA SISWA KELAS I MI NURUL HUDA KLANGON, KEC AMPEL, KAB BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE SUKU KATA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

POKOK BAHASAN MEMBACA SISWA KELAS I MI NURUL

HUDA KLANGON, KEC AMPEL, KAB BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

Ani Muslihah

NIM. 11511047

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,” (1) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (2) “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,” (3) “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam

(pena),” (4) “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (5) (QS. Al-Alaq: 1—5)

Persembahan

Karya ini penulis persembahkan untuk:

 Ayahanda (Suwardi ) dan Ibunda (Sumini) yang telah

membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan

pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a

restu sehingga aku bisa seperti sekarang.

 Bapak Saefudin Zuhri dan Ibu Satuf Rohul Hidayah yang telah

(7)

sekarang ini. Terimakasih atas bimbingan dan arahan yang

diberikan kepada saya.

 Adik-Adikku Afifuddin, Ali Mufid, Uswatun Khasanah,

Mutmainnah, Terimakasih atas do’anya.

 Seluruh keluarga Yayasan Al-Hijrah Bu Indariyah, Bu Latifah, Bu

Diyah, Bu Sum, Umi Sakur Bu Luluk terima kasih atas

pengalaman yang telah kalian berikan. Tak lupa teman-teman SD

Islam Kurma Pak Gani, Mr.Samsul, Miss. Anggi, Miss. Catra,

Miss. Roisa, Miss Ifa, Miss Riska, Mr Tantowi terimakasih atas

motivasinya.

 Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu

kepadaku dan terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

 Kepada bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku pembimbing dan

sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

 Ahmad Zainudin, Alfi, Awalia, Bilqis terima kasih atas

bantuannya, do’anya , motivasinya, dan perhatian kalian.

Terimakasih karena ke gokilan kalian semua terasa ringan, lucu,

(8)

 Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2011 wabil khusus

PGMI B yang telah memberikan kegembiraan, motivasi dan

semangat belajar.

 507, Nasida Ria, Sakha, BCL, Taylor Swift, SNSD yang selalu

menemani disela-sela mantengin Sekripsi.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala

hukum, tidak ada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Allah terakhir

dan sebagai penyempurna risalah sebelumnya.

Pada akhirnya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa

selesainya penulisan ini berkat bantuan dari orang- orang disekitarnya, tidak ada

kata yang patut diucapkan untuk beliau- beliau ini kecuali terima kasih. Terima

kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Peni Susapti, S.Si.,M.Si selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

3. Muh Hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi

4. Kepala Sekolah, guru dan siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon

Kecamatan Ampel yang membantu saya menyelesaikan sekripsi ini.

5. Kedua orang tuaku yang sangat saya sayangi dan saya jadikan panutan

bagiku.

6. Adik-adikku yang selalu menjadi motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Bapak Saefudin Zuhri dan Ibu SR. Hidayah yang selalu membimbing

(10)

8. Teman-teman seperjuangan PGMI 2011 dan khususnya PGMI B yang

banyak memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dan semua yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,

yang tidak bisa disebutkan secara terperinci karena kekurangan penulis.

Salatiga, 20 September

2015

Penulis

Ani Muslihah

(11)

ABSTRAK

Muslihah, Ani. 2015.Penerapan Metode Suku Kata Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Membaca Siswa Kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali menunjukkan banyak kendala yang salah satunya adalah hasil belajar siswa. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode suku kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca dikelas I MI Nurul Huda Klangon kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali tahun 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 13. Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi siswa dan soal-soal tertulis.

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dengan langkah-langkah Menyusun rencana, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi. Akhir refleksi pada siklus dua bahwa tujuan telah tercapai sehingga penelitian dihentikan pada siklus dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode suku kata MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2015. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 46,17% dari jumlah siswa, siklus II 92,31% . Siklus I sebesar 6 siswa dan siklus II sebesar 13 siswa siswa yang memenuhi KKM (70).

Penelitian ini bermanfaat untuk guru sebagai masukkan agar memperbaiki metode pembelajaran sehinggga hasil belajar siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2015 meningkat.

(12)

DAFTAR ISI

JUDUL……… i

LOGO………. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii

PENGESAHAN KELULUSAN………. iv

PERNYATAAN……….. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. vi

KATAPENGANTAR………. vii

ABSTRAK………... x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiv

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN………..……….... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan………. 6

E. Manfaat Penelitian………. 6

F. Definisi Operasional……… 8

(13)

H. Sistematika Penulisan……….. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode suku kata………. 17

B. Hasil Belajar………. 23

C. Penerapan metode suku kata untuk meningkatkan hasil belajar membaca……… 43

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 47

B. Subjek Penelitian……….. 54

C. Waktu Penelitian……….. 56

D. Pelaksanaan Penelitian……… 56

E. Deskripsi Penelitian……….. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 85

B. Saran………. 86 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data siswa MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016

Tabel 2 Data pendidik MI Nurul Huda Klangon Tahun pelajaran 2015/2016

Tabel 3 Susunan komite MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016

Tabel 4 Mata pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon

Tabel 5 Data siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016

Tabel 6 Lembar pengamatan siswa

Tabel 7 Nilai siswa pada siklus I

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tahap Penelitian

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II

Lampiran 3 Daftar Siswa kelas 1 MI Nurul Huda Klangon

Lampiran 4 Lembar pengamatan siswa siklus I

Lampiran 5 Lembar pengamatan siswa siklus II

Lampiran 6 Lembar Hasil Tes tertulis siswa siklus I

Lampiran 7 Lembar Hasil Tes tertulis siswa siklus II

Lampiran 8 Lembar performan membaca siswa

Lampiran 9 Lembar soal siklus I

Lampiran 10 Lembar soal siklus II

Lampiran 11 Lembar kerja siswa

Lampiran 12 Dokumentasi kegiatan siswa

Lampiran 13 Surat keterangan penelitian dari MI Nurul Huda Klangon

Lampiran 14 Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 15 Lembar konsultasi skripsi

Lampiran 16 Nilai SKK mahasiswa

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya mencerdaskan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 terkait pada beberapa aspek

diantaranya adalah bahasa. Karena bahasa merupakan alat yang penting bagi

kehidupan manusia, bahasa digunakan untuk mengadakan

hubungan-hubungan dengan manusia lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, selama dalam keadaan sadar manusia

menggunakan bahasa dalam berfikir, menyimak, berbicara, menulis, dan

membaca. Namun, kemampuan menggunakan bahasa itu tidaklah merupakan

kemampuan yang bersifat alamiah, seperti bernafas dan berjalan.

Kemampuan berbahasa tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan

sendirinya, melainkan harus dipelajari. Pada saat anak memasuki bangku

Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, ia telah siap menerima informasi

dalam bahasa yang dikuasainya, seperti bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Karaena kedua bahasa tersebut digunakan sebagai pengantar dalam kegiatan

belajar mengajar di SD/MI.

Berdasarkan standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah untuk

kelas 1 SD (2006:6) mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)

(18)

secara lisan maupun tulisan, (2) menghargai dan bangga menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3)

memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, (5)

menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai

khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Obyek kajian Bahasa Indonesia sangat banyak, maka perlulah seorang

guru harus lebih kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Namun pada

kenyataannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda

Klangon pada siswa kelas I Guru cenderung menggunakan metode eja dalam

proses pembelajarannya dan hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dalam

proses pembelajaran sehingga siswa kesulitan untuk membaca, mengingat

apa yang telah diajarkan oleh guru. Sementara itu hasil belajar atau nilai mata

pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda Klangon juga masih rendah,

rendahnya nilai ini dibuktikan dengan hasil nilai yang masih belum

memenuhi standar KKM MI Nurul Huda yaitu 70. Oleh sebab itu guru di MI

Nurul Huda Klangon harus lebih kreatif lagi dalam melaksanakan

pembelajaran. Apabila dalam proses belajar mengajar guru tidak

menggunakan teknik, model, metode, media, dan strategi pembelajaran,

(19)

disampaikan guru. Oleh sebab itu, pembinaan bahasa melalui jalur formal

adalah tugas semua guru. Dalam hal ini guru SD/MI harus mampu

membentuk dasar yang kuat berupa kesadaran sikap serta kemampuan

berbahasa Indonesia. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam memilih

metode pembelajaran agar memotivasi siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Karena peran guru kelas I SD/MI memegang peranan penting

dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca, karena

banyak anak kelas I sekarang yang belum mahir dalam membaca baik dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia ataupun Mata pelajaran yang lain. Tanpa

memiliki kemampuan membaca yang memadai sejaka dini maka siswa akan

mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Maka dari itu guru kelas I

harus pandai memilih metode baca yang mudah, menyenangkan, dan dapat

memotivasi siswa dalam hal membaca permulaan. Salah satunya adalah

dengan menggunakan metode suku kata.

Metode suku kata merupakan suatu metode yang memulai pengajaran

membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai

menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang

terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Metode suku kata ini mengajarkan

membaca siswa tanpa harus di eja satu persatu.

Keterampilan membaca dan menulis khususnya harus dikuasai oleh

siswa SD/MI. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar disekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan

(20)

tentang pentingnya membaca dalam Alqur’an surat Al’alaq ayat 1-5 yang

Artinya: “1) Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang

menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, 4) Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, 5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”

Dari ayat Al-Qur’andiatas Allah menyuruh membaca bukan hanya

membaca Al-Qur’ansaja, melainkan sumber ilmu yang lain juga. Oleh sebab

itu jika siswa mengalami kesulitan dalam membaca, maka siswa akan

mengalami kesulitan juga dalam semua mata pelajaran. Hal ini menyebabkan

siswa tersebut akan lamban dalam menyerap apa yang disampaikan guru

ataupun materi yang ada dalam buku pegangan siswa.

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya

usaha yang harus dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan

proses yang rumit dibanding komunikasi langsung secara lisan. Hal tersebut

menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi pembelajaran. Seperti

yang terjadi pada MI Nurul Huda dimana semua siswa belum lancar dalam

(21)

Oleh karena itu usaha awal yang harus ditempuh oleh seorang guru

yaitu memilih metode yang tepat untuk kegiatan belajar membaca, sehingga

metode tersebut dapat membuahkan hasil belajar membaca yang memuaskan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian

tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan metode suku

kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa kelas 1 MI Nurul

Huda Klangon.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut berjudul “ Penerapan

Metode Suku Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Pokok Bahasan Membaca Siswa Kelas I MI Nurul Huda Klangon ,

Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah metode suku kata dapat meningkatkan

hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca siswa kelas I di MI

Nurul Huda Klangon, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran

2015/2016? ”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan diatas tujuan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan metode suku kata

dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca

siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon, Ampel, Boyolali tahun pelajaran

(22)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode suku kata dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca

siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon, Kec. Ampel, Kab Boyolali Tahun

pelajaran 2015/2016.

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan metode suku kata dikatakan berhasil apabila

indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang

dirumuskan peneliti adalah:

a. Secara Individu

Siswa diharapkan dapat mencapai skor≥ 70pada materi membaca

b. Secara Klasikal

Presentase 80% sebanyak dari total siswa dalam satu kelas

mendapat nilai≥ 70.

c. Siswa lebih aktif dengan pembelajaran menggunakan metode suku

kata.

d. Ada perubahan kemampuan membaca siswa secara berkelanjutan

(continue).

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru

(23)

kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia, terutama dalam hal meningkatkan hasil belajar Bahasa

Indonesia kelas I pokok bahasan membaca.

Apabila siswa termotivasi untuk belajar membaca, maka

kemampuan membaca dapat meningkat sehingga dapat tercipta sumber

daya manusia yang handal dan dapat dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat menyesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman.

Hasil penelitian ini juga dapat menambah khasanah keilmuan pendidikan

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), khususnya mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Guru

Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi

oleh guru dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

b. Manfaat bagi Siswa

1. Proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda

Klangon menjadi menarik dan menyenangkan.

2. Dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa

3. Meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar.

4. Meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat, ide,

(24)

c. Manfaat bagi sekolah

1. Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Sekolah dapat berkembang karena memiliki guru-guru yang kreatif,

inovatif dan professional.

d. Manfaat bagi Pendidikan

1. Dapat menemukan kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran

sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya

pemahaman siswa akan meningkat.

2. Dunia pendidikan akan semakin maju karena guru semakin

profesional dan kreatif dalam meningkatkan pembelajaran.

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis memberikan definisi

operasional terhadap istilah-istilah yang ada. Dengan harapan agar tidak ada

kesalahpahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat. Adapun

istilah- istilah tersebut adalah:

1. Metode suku kata

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau tehnik

yang akan digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2012:148).

Metode suku kata adalah metode yang memulai pengajaran

(25)

menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata

dan yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat (Musta’in, 2012: 15).

2. Hasil belajar Bahasa Indonesia

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau

pengalaman yang diperoleh (Sams, 2010: 33).

Hasil belajar Bahasa Indonesia adalah tingkat kemampuan yang

dimiliki siswa melalui usaha yang diperoleh dalam proses belajar Bahasa

Indonesia. ( Ahmad Susanto, 2013: 241).

G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian tindakan

kelas, istilah dalam bahasa inggrisnya adalahClassroom Action Research

yang berartiaction research(penelitian dengan tindakan) yang dilakukan

di kelas. Menurut Kemmis dan Carr ( 1986:26 ) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan

bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini

serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan. Sedangkan pendapat lain

mengemukakan PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

(26)

Arikunto dalam bukunya mengungkapkan Penelitian tindakan

kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Arikunto,

2006:58). Jadi secara garis besarnya penelitian tindakan kelas adalah

jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas untuk memecahkan

masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dilakukan secara

bertahap dan terus menerus.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas

karena melalui penelitian ini seorang peneliti terjun langsung dan ikut

berperan langsung dalam proses penelitian. Adapun gambaran tahap

penelitian (Arikunto, 2006:16) adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Tahap Penelitian

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Perecanaan

Pengamatan

(27)

2. Subyek penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadika subyek penelitian adalah siswa

kelas I MI Nurul Huda, Kec Ampel, Kab Boyolali. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan penerapan Metode baca suku kata

setelah itu dilakukan refleksi.

3. Langkah-langkah penelitian

Arikunto (2006:16), mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting,

meliputi: (1) planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation

(pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi). Lebih jelasnya sebagai

berikut:

a. Tahap rencana(planning)

Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti

sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang

dilakukan adalah:

1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan Metode suku

kata.

2) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan.

3) Menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab.

4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk mengetahui

kondisi siswa dalam proses pembelajaran.

5) Menyusun lembar pengamatan aktivitas guru dalam

(28)

6) Menyusun test formatif untuk siswa

b. Tahap tindakan(action)

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa

penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang

tertulis pada RPP dan tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran

terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti ( Elaborasi,

Eksplorasi, dan Konfirmasi) dan penutup.

c. Tahap pengamatan (observation)

Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk

dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan

inisiatif siswa selama kegiatan pembelajaran.

d. Tahap refleksi(reflection), meliputi :

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I

pada siklus II.

Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang

telah dilaksanaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk

memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus

II dan seterusnya.

(29)

Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

tindakan ini adalah:

a. Pedoman / lembar observasi

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati secara

langsung kegiatan yang dilakukan siswa dan guru dalam proses

pembelajaran membaca melalui metode suku kata.

b. Tes

Tes dilakukan dengan memberikan soal mengenai materi

yang telah disampaikan (lembar soal) untuk mendapatkan

informasi atau data tentang pemahaman siswa terhadap materi

yang telah disampaikan dengan metode suku kata.

5. Pengumpulan data

Data merupakan informasi-informasi tentang obyek penelitian.

Data digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah

dirumuskan dan menguji hipotesis. Dalam pengumpulan data penelitian

ini cara mengumpulkan data dengan menggunakan metode:

a. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu pengamatan langsung terhadap

peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya secara teliti

(Farikhah, 2006:10). Dalam setiap siklus guru melakukan

pengamatan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana perhatian

aktivitas, dan prestasi belajar terhadap materi yang diajarkan.

(30)

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada setiap siklus guru

memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan siswa dalam

pemahaman terhadap materi membaca.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan peneliti pada penelitian ini

adalah silabus, rencana pelaksanaan tindakan (RPP) dan nilai siswa

sebelum diterapkan metode baca suku kata. Silabus merupakan

rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan

kelas yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan penyusunan

RPP. Sedangkan RPP sendiri merupakan perangkat pembelajaran

yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran guru dan disusun

dalam tiap-tiap putaran pembelajaran. Nilai siswa sebelum dan

sesudah menggunakan metode suku kata untuk mengetahui sejauh

mana siswa menguasai materi pelajaran. Selain itu peneliti

menggunakan foto jalannya pembelajaran untuk menjadi penguat

dari penelitian.

6. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka

analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam

setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian yang terekam dalam tes dan

format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama

(31)

sebagai pijakan untuk menemukan program aksi pada siklus selanjutnya

atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai

tujuannya. Peneliti ini menggunakan analisis deskriptif. Deskriptif yang

digunakan berupa persentase sebagai berikut:

= × 100%

Keterangan:

P= Persentase

F= Frekuensi

N= Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 225-226).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo,

halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,

pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar,

abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB Iberisi pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan

Indikator Keberhasilan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,

(32)

BAB II berisi kajian pustaka yang mencakup: Metode suku kata meliputi Pengertian metode suku kata, Keunggulan metode suku kata,

Hasil belajar membaca, Pengertian belajar, Ciri-ciri belajar,

Prinsip-prinsip belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,

Pengertian hasil belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, Wujud hasil belajar, Membaca dan Penerapan metode suku

kata sebagai upaya meningkatkan hasil belajar membaca.

BAB III berisi pelaksanaan penelitian yang mencakup: berisi gambaran umum lokasi penelitian, subyek penelitian, deskripsi

pelaksanaan penelitian prasiklus, deskripsi pelaksanaan penelitian

siklus I, deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup: deskripsi paparan per siklus dan pembahasan.

BAB V Penutup, mencakup: Kesimpulan dan saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang

yang diteliti.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Suku Kata

1. Pengertian metode suku kata

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk

menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat

prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa

dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap,

dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran,

proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Metode suku kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran

membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai

menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang

terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan pendapat lain, metode

suku kata adalah “ suatu metode yang di mulai dengan mengajar suku-suku kata kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan diuraikan menjadi

huruf”. Jadi metode suku kata ada dua macam.

Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai

dan merangkaikan. Pertama, metode kupas rangkai suku kata. Metode

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Guru mengenalkan huruf kepada

siswa, merangkaikan suku kata menjadi huruf, menggabungkan huruf

(34)

Misalnya: bu–ku

b–u–k–u

bu - ku

Kedua, Metode Kata Lembaga. Penerapannya menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut: membaca kata yang sudah dikenal siswa,

menguraikan huruf menjadi suku kata, menguraikan suku kata menjadi huruf,

mengabungkan huruf menjadi suku kata, menggabungkan suku kata menjadi

kata.

Siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat

membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar

dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Setelah mengetahui batasan

tesebut maka jelas tujuan yang ingin dicapai dalam merancang pembelajaran

membaca permulaan dengan menggunakann metode suku kata. Berikut

rancangan membaca suku kata:

No Aspek Kemampuan Penjabaran Tujuan

1. Membaca 1 kata benda

(35)

2. Membaca 1 kata dasar TULIS Vokal : I

Konsonan : T/L/S *huruf u sudah di ajarkan

Menambah kosakata baru anak dari kata Buku tulis

3. Membaca 1 kata

Membaca 1 kata benda yang sudah dikenal oleh anak

BUKU

Setelah anak dapat membaca dengan benar maka tambahkan 1 kata lagi

TULIS

TU–LIS

T–U–L- I–S

TU–LIS

(36)

Vokal : I

Konsonan : T/L/S

Dari kata BUKU dan TULIS dapat digabungkan menjadi kata BUKU

TULIS

BUKU TULIS

BU–KU TU–LIS

B–U–K–U T - U - L - I–S

BU–KU TU–LIS

BUKU TULIS

Dari kata BUKU TULIS anak dapat membuat kata baru, seperti :

1. SIKU

2. BULU

3. SAKU

4. TAS

5. BISA

6. KUSUT

7. BISU

8. TULI

9. KUBU

10. KUTU

11. ITU

12. KUKU

(37)

Untuk menambah kemampuan anak setelah anak dapat membaca

BUKU TULIS, tambahkanlah kata yang dapat menjadi kalimat sederhana.

Tambahkan kata SAYA

SAYA

SA–YA

S–A–Y - A

SA–YA

SAYA

Vokal : A

Konsonan : S/Y

jadi :

BUKU TULIS SAYA

BU - KU - TU - LIS SA-YA

B - U - K - U T - U - L - I - S S - A - Y - A

BU - KU TU–LIS SA-YA

BUKU TULIS SAYA

Jadi, dari vokal U, A, I dan konsonan B, K, T, L, S, Y anak dapat

membuat kata dan kalimat baru dari kalimat BUKU TULIS SAYA.

Kata :

Kuku, Kubu, Kutu, Kiki, Kita, Kata, Kulit, Kuya, Kaya, Bisa, Bisu, Basi,

Buta, Buka, Busa, Buaya, Lusi, Lika, Luki, Liku, Siku, Saku, Satu, Sisi,

(38)

Dari kata BUKU TULIS SAYA anak dapat membuat kalimat baru,

seperti :

1. BUKA TALI ITU

2. SATU TAS

3. KULIT LUSI (intanmara.blogspot.com/2011/11metode_suku_kata/

di unduh pada tanggal 31 Juli 22.00)

Tetapi ada pendapat lain yang mengemukakan tentang metode suku

kata, Metode suku kata adalah metode yang memulai pengajaran membaca

permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi

suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang

terakhir merangkai kata menjadi kalimat (Musta’in, 2012: 15). Metode

membaca dengan suku kata mirip dengan metode IQRA. Membaca huruf

latin dengan lebih dulu menggabungkan huruf konsonan dan vokal.

Sehingga membentuk suku kata yang berbunyi. Misal ba, kita langsung

memperkenalkan sebagai ba. Tidak dieja terlebih dahulu.

Misal : a ba

a ba ba a

ba ba ba ba

ca

a ca a ba

ca ba ba ca

(39)

Demikian selanjutnya bertahap da, fa, sampai za baru kemudian ba,

bi, bu, be, bo, dan seterusnya hingga diperkenalkan bunyi huruf mati, ng,

dan ny.

2. Keunggulan metode suku kata

Setiap metode memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing.

Keuntungan dari metode suku kata yang membantu anak dalam membaca

permulaan, antara lain:

a. Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga

mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan

b. Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku

kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya

c. Penyajian tidak memakan waktu yang lama

d. Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di tegaskan keuntungan

metode suku kata ini adalah untuk membantu anak kesulitan belajar yang

cepat bosan, sehingg metode suku kata ini dapat di gunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar membaca anak kesuliatn belajar.

B. Hasil Belajar

1) Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan

perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti

(40)

sebagainya. Setiap perilaku ada yang tampak atau dapat diamati dan ada pula

yang tidak dapat diamati. Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi

seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode tertentu dan bukan

merupakan hasil dari proses pertumbuhan (Hartiny, 2010: 31).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. (Djamarah 2011: 13).

Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by

which behavior (in the broader sense) is originated or changed through

practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti

luas) ditimbulkan atau diubah melaui praktek atau latihan (Djamarah 2011:

12).

Dari beberapa pendapat diatas bahwa belajar adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure, yaitu jiwa dan raga. Gerak

raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan. Tentu saja perubahan yang diharapkan bukan perubahan fisik,

tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

(41)

2) Ciri-ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada

beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam cirri-ciri belajar

(Djamarah, 2011: 15).

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu

atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya

bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku

individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak

termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu

yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan tersebut.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus

menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses belajar berikutnya. Misal, jika seorang anak belajar

menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi

dapat menulis. Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga

kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

(42)

sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya

untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis,

tidak digolongkan dalam pengertian belajar. perubahan yang terjadi

karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa

tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya,

kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak

akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin

berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan

dicapai. Misalnya seseorang yang belajar membaca, sebelumnya sudah

menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar membaca.

Dengan demikian, perbuatan belajar dilakukan senantiasa terarah pada

tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

(43)

laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

pengetahuan.

3) Prinsip-prinsip belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt sebagaimana dikutip

oleh Djamarah (2011: 20-22) adalah sebagai berikut:

a) Belajar berdasarkan keseluruhan

Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran yang lain sebanyak

mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan

satu kesatuan.

b) Belajar adalah suatu proses perkembangan

Manusia sebagai suatu organism yang berkembang, kesediaannya

mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa

batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan

pengalaman.

c) Anak didik sebagai organisme keseluruhan

Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga

emosional dan jasmaniahnya. Dalam pembelajaran selain mengajar

guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.

d) Terjadi transfer

Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu

memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau sukarnya masalah itu

(44)

telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai

kemampuan yang lain.

e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman

Pengalaman adalah hasil dari suatu antara anak didik dengan

lingkungannya.

f) Belajar harus dengan insight

Suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian

tentang sangkut paut dan hubungan– hubungan tertentu dalam unsur

yang mengandung problem.

g) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan

tujuan

Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan

anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

h) Belajar berlangsung terus menerus

Dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan

sebanyak-banyaknya, anak didik harus terus belajar. Tidak hanya disekolah,

tetapi diluar sekolah, lingkungan, dan masyarakat anak didik harus

belajar.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut

(45)

a. Faktor internal

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a) Keadaan tonus jasmani

Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi

aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah dan sakit akan menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal.

b) Keadaan fungsi jasmani

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi jasmani pada

tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pasca

indra. Pascaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah

aktivitas belajar yang baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra

merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia

luar.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psokologis adalah keadaan psikologis seseorang yang

dapat mempengaruhi proses belajar. Bebebapa faktor psikologis yang

utama mempengaruhi proses belajar adalah

(46)

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor

psikolgis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena

itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat

intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu

tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah

tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai

kesuksesan belajar.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar.

c) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan

pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak

memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat atau

bahkan tidak mau belajar.

d) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

(47)

secara positif maupun negative. Sikap siswa dalam belajar dapat

mempengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada

perfoman guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang

dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya

sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman

sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi motivasi

bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekoalah. Perilaku yang

simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau

administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak

pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi

(48)

memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat

belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat

orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga

semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar

siswa. Hubungan anatara keluarga,orangtua, kakak, tau adik yang

harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar

dengan baik.

2) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/ kuat, atau tidak

terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Sebaliknya,

bila kondisi alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan

terhambat.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama. Hardware. Seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan

lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekoalah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain

(49)

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada siswa). Faktor ini

hendaknaya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu

juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru

harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar

yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

5) Pengertian Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu

menjadi mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu

merupakan hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman

seseorang walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar

seseorang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja.

Seorang guru harus belajar mengadakan pembaharuan

pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang

menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang

benar-benar membelajarkan siswa, seamakin siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa . Jadi siswa

tidak hanya sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada

pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan kualitas hasil

belajarnya.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang

(50)

pengalaman yang diperoleh (Sams, 2010: 33). Dalam hal ini Gagne dan

Briggs dalam (Sams, 2010: 33) mendefinisikan hasil belajar sebagai

kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.

Ada lima kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai hasil belajar

yaitu keterampilan intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal,

keterampilan motorik dan sikap.

Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak

tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan

kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil

belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang berubah dalam

perilaku, sikap dan kemampuannya. Kemampuan-kemampuan yang

mengakibatkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang

meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensori-motorik

yang meliputi keterampilan melakukan gerak badan dalam urutan

tertentu, dan kemampuan dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai

yang mengandung perilaku dan tindakan.

Dalam kaitannnya dengan hasil belajar tersebut, Bloom membagi

kedalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil

belajar dalam ranah kognitif ini secara rinci mencakup kemampuan

mengingat dan memecahakan masalah berdasarkan apa yang telah

dipelajari peserta didik. Dalam hal ini mencakup keterampilan intelektual

yang merupakan salah satu tugas dan kegiatan pendidikan. Hasil belajar

(51)

dan tingkat penerimaan atau penolakan terhadap suatu nilai. Hasil belajar

ranah afektif ini ditandai adanya penerimaan, pemberian respon,

penilaian, mengkonseptualisasikan sesuatu. Perolehan hasil belajar pada

kawasan psikomotor menekankan pada keterampilan motorik dan

manipulasi bahan, maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan

antara lain dalam hal imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan adaptasi

(Sams, 2010: 35-36).

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri

manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor

yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai

faktor eksternal.

Menurut Suryabrata dalam (Lilik dkk, 2009 : 23-25), keberhasilan

belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing

faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti

faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor eksternal terdiri

dari faktor nonsosial dan faktor sosial.

(52)

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. kondisi fisik berupa

cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah

menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah

dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak).

Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan

antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran

dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan sebagainya.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

Keadaan Tonus jasmani pada umumnyaKeadaan Tonus jasmani

secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi

hasil belajar. KeadaanTonusjasmani secara umum ini, misalnya

tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila badan

(53)

hasil belajar. sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan

kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah psikis yang ada dalam diri individu.

Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan,

motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, keamatangan dan lain

sebagainya.

7) Wujud Hasil Belajar

Syah (dalam Lilik dkk, 2009 : 22) menyatakan bahwa wujud hasil belajar

dapat dilihat adanya Sembilan wujud perubahan yaitu:

a. Kebiasaan

Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaaan

dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi

kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar

akan menjadikan seseorang berperilaku positif yang relative menetap

dan otomatis.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf

dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan

koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi.

Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat keterampilan yang

ada dalam diri individu.

(54)

Pengamatan dapat diartikan proses menerima. Menafsirkan dan

mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama

mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan

pengamatan yang objektif dan benar.

d. Berpikir asosiatif dan daya ingat

Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu berpikir

asosiatif dan meningkatkan daya ingat. Berpikir asosiatif maksudnya

berpikir untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya.

e. Berpikir rasional dan kritis

Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir rasional

dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika

untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan,

bahkan meramalkan sesuatu.

f. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk mereaksi

terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul

kecendurungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu

objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.

g. Inhibisi

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan individu

untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu dan

(55)

belajar dapat dilihat adanya kesanggupan individu dalam melakukan

sesuatu secara baik.

h. Apresiasi

Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu yang

belajar. orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan

menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.

i. Tingkah laku afektif

Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif. Tingkah laku

efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil belajar.

8) Membaca

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu

yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun

sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum

untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca

dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.

Sebagian besar kegiatan membaca dilakukan dari kertas, batu atau kapur

di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula

dibaca.

Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca

keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga

bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca merupakan kegiatan

yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan

(56)

informasi dan menelaah informasi tersebut. Dibutuhkannya

keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu menerima

informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita

perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa

menyimpan informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca

maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.

Dalam kegiatan membaca mencakup: pertama, membaca merupakan

suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan

yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam

membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang

efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks

dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi

ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga,

membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks

tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang

bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks

yang dibaca seseorang harus mudah dipahami(readable)sehingga terjadi

interaksi antara pembaca dan teks.

Ada banyak keuntungan yang didapat dari belajar membaca yaitu

dengan membaca siswa akan dapat meningkatkan keterampilan

mendengar, berbicara, dan menulis. Dengan membaca siswa akan

memperoleh banyak pengetahuan. Pengetahuan tentang membaca akan

(57)

Membaca merupakan kegiatan yang kompleks, dalam membaca

kita diharapkan bisa mengamati, memahami, dan memikirkan. Kegiatan

membaca harus dilakukan dengan ketepatan dan kecepatan. Membaca

dapat memperkaya kita dengan banyak perbendaharaan kata, ungkapan,

dan istilah yang berguna dalam mengembangkan keterampilan lain dalam

berbahasa (Iwuk, 2007: 7).

Selain mempunyai banyak manfaat, membaca juga punya banyak

fungsi. Menurut Slamet dalam Iwuk (2007: 9), ada delapan fungsi

membaca. Fungsi membaca tersebut antara lain:

a. Fungsi Intelektual

Membaca mempunyai fungsi intelektual bila dengan membaca kita

bisa meningkatkan intelektualitas dan daya pikir kita.

b. Fungsi pemacu kreatifitas

Setelah membaca kita sering menjadi tergerak untuk melakukan

hal-hal baru. Hal-hal-hal baru tersebut muncul karena informasi yang kita

dapat dari membaca.

c. Fungsi praktis

Fungsi praktis membaca adalah dengan membaca kita dapat

memperoleh informasi yang bersifat praktis atau berdasarkan praktik.

Informasi yang bersifat praktis maksudnya adalah informasi yang

mengisi pikiran kita dengan pengetahuan tentang kegiatan yang dapat

dipraktikkan atau diwujudkan.

(58)

Membaca dengan fungsi rekreatif adalah kita membaca untuk

memperoleh hiburan.

e. Fungsi informative

Membaca dengan fungsi informative adalah kita membaca dengan

tujuan unjtuk memperoleh informasi. Informasi tersebut bisa apa saja

yang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Fungsi religius

Dalam fungsi religious, membac adapat kita lakukan untuk

meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri

kepada Tuhan.

g. Fungsi sosial

Membaca dengan fungsi sosial berarti membaca secara lisan dan

nyaring. Ketika kita membaca lisan dan nyaring, bukan hanya kita saja

yang dapat memperoleh informasi dari bahan bacaan. Orang lain juga

dapat memperoleh manfaat membaca dengan mendengar apa yang kit

abaca.

h. Fungsi pembunuh sepi

Fungsi membaca sebagai pembunuh sepi adalah ketika kita membaca

dengan tujuan hanya untuk mengisi waktu luang.

C. Penerapan metode suku kata untuk meningkatkan hasil belajar membaca

Membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau

(59)

disampaikan penulisnya. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan

berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan

membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan

pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh

melalui bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi

daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.

Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat

diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh

karena itu, pembelajaran membaca di sekolah maupun di luar sekolah

mempunyai peranan penting.

Membaca merupakan salah satu dari empat ketrampilan berbahasa

yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca

dapat juga diartikan sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk

berkomunikasi dengan diri kita sediri dan kadang-kadang dengan orang lain,

yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang

tertulis.

Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi,

mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali

hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Membaca permulaan adalah mata pelajaran pokok di sekolah dasar kelas

rendah. Begitu penting mata pelajaran ini sehingga dapat mengalahkan mata

pelajaran lain di kelas rendah. Karena pertimbangan strategis banyak guru

(60)

rendah. Mata pelajaran lain dapat saja diberikan ala kadarnya, atau bahkan

ditinggalkan sama sekali, tetapi tidak demikian dengan mata pelajaran

membaca permulaan. Bahwa kemampuan membaca anak sangat penting

diupayakan dibandingkan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran lain akan

dapat berjalan jika anak telah dapat membaca. Jika belum dapat membaca

maka pelajaran lain hanya akan menambah beban tugas anak.

Pada hakekatnya meningkatan kemampuan merupakan tujuan utama

pendidikan. Bila seseorang akan memulai dengan sesuatu aktivitas ia harus

menentukan apa yang ia hendak capai, tidak sekedar berbuat tanpa berpikir

tetang tujuannya.

Pada tataran yang paling rendah, misalnya siswa kelas I SD yang baru

belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu tidaklah salah,

karena membaca yang diajarkan di kelas-kelas rendah adalah menekankan

pada upaya guru untuk menjadikan anak-anak melek huruf, artinya mendidik

anak agar dapat mengenali dan mengubah lambanglambang tertulis menjadi

bunyi-bunyi yang bermakna. Dalam pembelajaran membaca permulaan telah

dikenal adanya berbagai metode yang bisa digunakan, salah satunya adalah

metode suku kata. Beberapa upaya agar pembelajaran di kelas dapat

mencapai tujuan yang dirumuskan diantaranya penggunaan metode

pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan

semangat, minat dan motivasi untuk belajar. Dengan penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dan menarik perhatian siswa diharapkan dapat

(61)

menerus melihat dan memegang suatu benda yang menarik perhatiannya,

sehingga ia akan hafal dan ingat dengan sendirinya, walaupun ketika tidak

melihat. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan menarik akan

membuat siswa termotivasi untuk belajar dan apa yang telah diterimanya

akan melekat dalam ingatan sehingga meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan maka diperoleh alur

kerangka pemikiran dalam penelitian yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Guru mengajar membaca dengan berceramah (tidak menggunakan

media ataupun metode yang menyenangkan), siswa malas dan bosan dan

siswa cenderung berpikir serta membayangkan sesuatu yang abstrak.

Akhirnya, siswa mengalami kesulitan membaca. Dan tahap selanjutnya guru

mengajar dengan menggunakan media gambar dan metode suku kata . Target

untuk siklus I : Siswa mengenali bentuk huruf-huruf serta siswa berlatih

membaca suku kata. Sedangkan untuk siklus II: Siswa mampu membaca kata

(62)
(63)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis MI Nurul Huda Klangon

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda terletak di Desa Klangon

Kelurahan Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Madrasah

ini berada di tengah-tengah pemukiman warga Klangon Etan, tidak jauh

dari jalan raya sekitar 1,5 km. Desa Klangon Etan ini dikelilingi beberapa

dukuhan, diantaranya Suwengi, Drajud, Karang anyar, Rejosari, Klangon

Kulon, Badran dan Seboto. Madrasah Ibtidaiyah ini letaknya strategis

dan mudah untuk dijangkau.

2. Sejarah singkat berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Huda Klangon, Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

tahun 2015. Pada mulanya madrasah ini didirikan dengan fasilitas

seadanya, madrasah ini didirikan dari swadaya masyarakat setempat.

Pendiri madrasah Nurul Huda ini adalah Bapak Rohmad dari Kendal,

Ampel, Boyolali. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon ini berdiri

pada tahun 1974, pada awalnya madrasah Ibtidaiyah ini digunakan untuk

Madrasah Diniyah sore, karena pemikiran warga yang semakin maju,

(64)

dimana madrasah ibtidaiyah waktu belajarnya pada waktu pagi hari dan

madrasah diniyah pada waktu sore hari. Maka dari itu anak-anak di

lingkungan klangon bukan hanya mendapatkan ilmu umum saja melainkan

dapat ilmu agama.

Pada tahun 2015 ini MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel

kabupaten Boyolali telah mencapai usia 41 tahun. Dalam rentang waktu

yang lama itu banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga

pendidikan dasar ini. Salah satunya, pada tahun 1977 Madrasah ini

pernah mengalami kemunduran yaitu madrasah ini tutup karena tidak

adanya tenaga pendidik. Tetapi karena semangat masyarakat yang tinggi,

pada tahun 1980 madrasah ini kembali membuka peserta didik baru dan

kegiatan belajar mengajar berlangsung sampai sekarang ini. Selain itu

karena banyaknya sekolah dasar di lingkungan tersebut, memicu

semangat madrasah ini untuk berkompetisi secara sehat dalam

mempertahankan eksistensinya.

Hal ini dibuktikan dengan eksistensi MI Nurul Huda yang selalu

melakukan perubahan untuk menuju kemajuan. Salah satu strategi yang

digunakan untuk mengukuhkan eksistensi lembaga tersebut di tengah

masyarakat adalah melalui peningkatan kualitas tujuan, visi dan misinya.

3. Keadaan gedung MI Nurul Huda Klangon

Gedung-gedung yang dimiliki MI Nurul Huda Klangon meliputi:

a. Enam kelas untuk kelas I-VI.

Gambar

Gambar 1.1 Tahap Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2.
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan hasil uji coba produk pengembangan media Magic Round seri 2 pada skala terbatas yang difungsikan untuk mengakselerasi pemahaman siswa ketika menyusun kalimat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi ruptur perineum pada persalinan normal dan untuk mengetahui hubungan antara ruptur perineum dengan paritas,

Tahun 2019 yang akan datang, Gereja KAJ mengangkat tema "Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat." Pemaparan historis, filosofis, politik

Penambahan sukrosa dengan dua konsentrasi yang berbeda, yaitu 0,2% dan 0,4% w/v ke dalam bahan pengencer andromed, dilakukan dalam penelitian ini sebagai usaha memperta-

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana SKPD mencapai tujuan dan sasaran dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan

Oleh karena itu penting peran divisi Teknologi Informasi dalam mempercepat pertumbuhan dan perkembangan investasi perusahaan karena kemudahan – kemudahan yang

 Struktur perekonomian Jakarta triwulan III-2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor

Beberapa komponen yang masuk dalam indikator pendidikan di Jawa Timur yaitu Angka Partisipasi Murni, Angka Partisipasi Kasar, Angka Transisi, Angka Putus Sekolah,