PENERAPAN METODE SUKU KATA UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
POKOK BAHASAN MEMBACA SISWA KELAS I MI NURUL
HUDA KLANGON, KEC AMPEL, KAB BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
Ani Muslihah
NIM. 11511047
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,” (1) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (2) “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,” (3) “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam
(pena),” (4) “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (5) (QS. Al-Alaq: 1—5)
Persembahan
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Ayahanda (Suwardi ) dan Ibunda (Sumini) yang telah
membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan
pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a
restu sehingga aku bisa seperti sekarang.
Bapak Saefudin Zuhri dan Ibu Satuf Rohul Hidayah yang telah
sekarang ini. Terimakasih atas bimbingan dan arahan yang
diberikan kepada saya.
Adik-Adikku Afifuddin, Ali Mufid, Uswatun Khasanah,
Mutmainnah, Terimakasih atas do’anya.
Seluruh keluarga Yayasan Al-Hijrah Bu Indariyah, Bu Latifah, Bu
Diyah, Bu Sum, Umi Sakur Bu Luluk terima kasih atas
pengalaman yang telah kalian berikan. Tak lupa teman-teman SD
Islam Kurma Pak Gani, Mr.Samsul, Miss. Anggi, Miss. Catra,
Miss. Roisa, Miss Ifa, Miss Riska, Mr Tantowi terimakasih atas
motivasinya.
Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu
kepadaku dan terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
Kepada bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku pembimbing dan
sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
Ahmad Zainudin, Alfi, Awalia, Bilqis terima kasih atas
bantuannya, do’anya , motivasinya, dan perhatian kalian.
Terimakasih karena ke gokilan kalian semua terasa ringan, lucu,
Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2011 wabil khusus
PGMI B yang telah memberikan kegembiraan, motivasi dan
semangat belajar.
507, Nasida Ria, Sakha, BCL, Taylor Swift, SNSD yang selalu
menemani disela-sela mantengin Sekripsi.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala
hukum, tidak ada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Allah terakhir
dan sebagai penyempurna risalah sebelumnya.
Pada akhirnya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa
selesainya penulisan ini berkat bantuan dari orang- orang disekitarnya, tidak ada
kata yang patut diucapkan untuk beliau- beliau ini kecuali terima kasih. Terima
kasih ini penulis haturkan kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Peni Susapti, S.Si.,M.Si selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
3. Muh Hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi
4. Kepala Sekolah, guru dan siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon
Kecamatan Ampel yang membantu saya menyelesaikan sekripsi ini.
5. Kedua orang tuaku yang sangat saya sayangi dan saya jadikan panutan
bagiku.
6. Adik-adikku yang selalu menjadi motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Bapak Saefudin Zuhri dan Ibu SR. Hidayah yang selalu membimbing
8. Teman-teman seperjuangan PGMI 2011 dan khususnya PGMI B yang
banyak memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Dan semua yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
yang tidak bisa disebutkan secara terperinci karena kekurangan penulis.
Salatiga, 20 September
2015
Penulis
Ani Muslihah
ABSTRAK
Muslihah, Ani. 2015.Penerapan Metode Suku Kata Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Membaca Siswa Kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali menunjukkan banyak kendala yang salah satunya adalah hasil belajar siswa. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode suku kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca dikelas I MI Nurul Huda Klangon kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali tahun 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 13. Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi siswa dan soal-soal tertulis.
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dengan langkah-langkah Menyusun rencana, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi. Akhir refleksi pada siklus dua bahwa tujuan telah tercapai sehingga penelitian dihentikan pada siklus dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode suku kata MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2015. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 46,17% dari jumlah siswa, siklus II 92,31% . Siklus I sebesar 6 siswa dan siklus II sebesar 13 siswa siswa yang memenuhi KKM (70).
Penelitian ini bermanfaat untuk guru sebagai masukkan agar memperbaiki metode pembelajaran sehinggga hasil belajar siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2015 meningkat.
DAFTAR ISI
JUDUL……… i
LOGO………. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii
PENGESAHAN KELULUSAN………. iv
PERNYATAAN……….. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. vi
KATAPENGANTAR………. vii
ABSTRAK………... x
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL………... xiv
DAFTAR GAMBAR……….. xv
DAFTAR LAMPIRAN………..……….... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah……….. 1
B. Rumusan Masalah……… 5
C. Tujuan Penelitian………. 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan………. 6
E. Manfaat Penelitian………. 6
F. Definisi Operasional……… 8
H. Sistematika Penulisan……….. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode suku kata………. 17
B. Hasil Belajar………. 23
C. Penerapan metode suku kata untuk meningkatkan hasil belajar membaca……… 43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 47
B. Subjek Penelitian……….. 54
C. Waktu Penelitian……….. 56
D. Pelaksanaan Penelitian……… 56
E. Deskripsi Penelitian……….. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 85
B. Saran………. 86 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data siswa MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 2 Data pendidik MI Nurul Huda Klangon Tahun pelajaran 2015/2016
Tabel 3 Susunan komite MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 4 Mata pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon
Tabel 5 Data siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 6 Lembar pengamatan siswa
Tabel 7 Nilai siswa pada siklus I
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tahap Penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II
Lampiran 3 Daftar Siswa kelas 1 MI Nurul Huda Klangon
Lampiran 4 Lembar pengamatan siswa siklus I
Lampiran 5 Lembar pengamatan siswa siklus II
Lampiran 6 Lembar Hasil Tes tertulis siswa siklus I
Lampiran 7 Lembar Hasil Tes tertulis siswa siklus II
Lampiran 8 Lembar performan membaca siswa
Lampiran 9 Lembar soal siklus I
Lampiran 10 Lembar soal siklus II
Lampiran 11 Lembar kerja siswa
Lampiran 12 Dokumentasi kegiatan siswa
Lampiran 13 Surat keterangan penelitian dari MI Nurul Huda Klangon
Lampiran 14 Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 15 Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 16 Nilai SKK mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya mencerdaskan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 terkait pada beberapa aspek
diantaranya adalah bahasa. Karena bahasa merupakan alat yang penting bagi
kehidupan manusia, bahasa digunakan untuk mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, selama dalam keadaan sadar manusia
menggunakan bahasa dalam berfikir, menyimak, berbicara, menulis, dan
membaca. Namun, kemampuan menggunakan bahasa itu tidaklah merupakan
kemampuan yang bersifat alamiah, seperti bernafas dan berjalan.
Kemampuan berbahasa tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan
sendirinya, melainkan harus dipelajari. Pada saat anak memasuki bangku
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, ia telah siap menerima informasi
dalam bahasa yang dikuasainya, seperti bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
Karaena kedua bahasa tersebut digunakan sebagai pengantar dalam kegiatan
belajar mengajar di SD/MI.
Berdasarkan standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah untuk
kelas 1 SD (2006:6) mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)
secara lisan maupun tulisan, (2) menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3)
memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, (5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Obyek kajian Bahasa Indonesia sangat banyak, maka perlulah seorang
guru harus lebih kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Namun pada
kenyataannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda
Klangon pada siswa kelas I Guru cenderung menggunakan metode eja dalam
proses pembelajarannya dan hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran sehingga siswa kesulitan untuk membaca, mengingat
apa yang telah diajarkan oleh guru. Sementara itu hasil belajar atau nilai mata
pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda Klangon juga masih rendah,
rendahnya nilai ini dibuktikan dengan hasil nilai yang masih belum
memenuhi standar KKM MI Nurul Huda yaitu 70. Oleh sebab itu guru di MI
Nurul Huda Klangon harus lebih kreatif lagi dalam melaksanakan
pembelajaran. Apabila dalam proses belajar mengajar guru tidak
menggunakan teknik, model, metode, media, dan strategi pembelajaran,
disampaikan guru. Oleh sebab itu, pembinaan bahasa melalui jalur formal
adalah tugas semua guru. Dalam hal ini guru SD/MI harus mampu
membentuk dasar yang kuat berupa kesadaran sikap serta kemampuan
berbahasa Indonesia. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam memilih
metode pembelajaran agar memotivasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Karena peran guru kelas I SD/MI memegang peranan penting
dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca, karena
banyak anak kelas I sekarang yang belum mahir dalam membaca baik dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia ataupun Mata pelajaran yang lain. Tanpa
memiliki kemampuan membaca yang memadai sejaka dini maka siswa akan
mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Maka dari itu guru kelas I
harus pandai memilih metode baca yang mudah, menyenangkan, dan dapat
memotivasi siswa dalam hal membaca permulaan. Salah satunya adalah
dengan menggunakan metode suku kata.
Metode suku kata merupakan suatu metode yang memulai pengajaran
membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai
menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang
terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Metode suku kata ini mengajarkan
membaca siswa tanpa harus di eja satu persatu.
Keterampilan membaca dan menulis khususnya harus dikuasai oleh
siswa SD/MI. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar disekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
tentang pentingnya membaca dalam Alqur’an surat Al’alaq ayat 1-5 yang
Artinya: “1) Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang
menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, 4) Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, 5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”
Dari ayat Al-Qur’andiatas Allah menyuruh membaca bukan hanya
membaca Al-Qur’ansaja, melainkan sumber ilmu yang lain juga. Oleh sebab
itu jika siswa mengalami kesulitan dalam membaca, maka siswa akan
mengalami kesulitan juga dalam semua mata pelajaran. Hal ini menyebabkan
siswa tersebut akan lamban dalam menyerap apa yang disampaikan guru
ataupun materi yang ada dalam buku pegangan siswa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya
usaha yang harus dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan
proses yang rumit dibanding komunikasi langsung secara lisan. Hal tersebut
menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi pembelajaran. Seperti
yang terjadi pada MI Nurul Huda dimana semua siswa belum lancar dalam
Oleh karena itu usaha awal yang harus ditempuh oleh seorang guru
yaitu memilih metode yang tepat untuk kegiatan belajar membaca, sehingga
metode tersebut dapat membuahkan hasil belajar membaca yang memuaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian
tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan metode suku
kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa kelas 1 MI Nurul
Huda Klangon.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut berjudul “ Penerapan
Metode Suku Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Pokok Bahasan Membaca Siswa Kelas I MI Nurul Huda Klangon ,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah metode suku kata dapat meningkatkan
hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca siswa kelas I di MI
Nurul Huda Klangon, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran
2015/2016? ”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan metode suku kata
dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca
siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon, Ampel, Boyolali tahun pelajaran
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode suku kata dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca
siswa kelas I MI Nurul Huda Klangon, Kec. Ampel, Kab Boyolali Tahun
pelajaran 2015/2016.
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode suku kata dikatakan berhasil apabila
indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang
dirumuskan peneliti adalah:
a. Secara Individu
Siswa diharapkan dapat mencapai skor≥ 70pada materi membaca
b. Secara Klasikal
Presentase 80% sebanyak dari total siswa dalam satu kelas
mendapat nilai≥ 70.
c. Siswa lebih aktif dengan pembelajaran menggunakan metode suku
kata.
d. Ada perubahan kemampuan membaca siswa secara berkelanjutan
(continue).
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru
kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, terutama dalam hal meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia kelas I pokok bahasan membaca.
Apabila siswa termotivasi untuk belajar membaca, maka
kemampuan membaca dapat meningkat sehingga dapat tercipta sumber
daya manusia yang handal dan dapat dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat menyesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hasil penelitian ini juga dapat menambah khasanah keilmuan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi
oleh guru dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Manfaat bagi Siswa
1. Proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda
Klangon menjadi menarik dan menyenangkan.
2. Dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa
3. Meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar.
4. Meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat, ide,
c. Manfaat bagi sekolah
1. Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Sekolah dapat berkembang karena memiliki guru-guru yang kreatif,
inovatif dan professional.
d. Manfaat bagi Pendidikan
1. Dapat menemukan kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran
sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya
pemahaman siswa akan meningkat.
2. Dunia pendidikan akan semakin maju karena guru semakin
profesional dan kreatif dalam meningkatkan pembelajaran.
F. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis memberikan definisi
operasional terhadap istilah-istilah yang ada. Dengan harapan agar tidak ada
kesalahpahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat. Adapun
istilah- istilah tersebut adalah:
1. Metode suku kata
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau tehnik
yang akan digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2012:148).
Metode suku kata adalah metode yang memulai pengajaran
menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata
dan yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat (Musta’in, 2012: 15).
2. Hasil belajar Bahasa Indonesia
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang diperoleh (Sams, 2010: 33).
Hasil belajar Bahasa Indonesia adalah tingkat kemampuan yang
dimiliki siswa melalui usaha yang diperoleh dalam proses belajar Bahasa
Indonesia. ( Ahmad Susanto, 2013: 241).
G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian tindakan
kelas, istilah dalam bahasa inggrisnya adalahClassroom Action Research
yang berartiaction research(penelitian dengan tindakan) yang dilakukan
di kelas. Menurut Kemmis dan Carr ( 1986:26 ) mengemukakan bahwa:
Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan
bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini
serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan. Sedangkan pendapat lain
mengemukakan PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
Arikunto dalam bukunya mengungkapkan Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Arikunto,
2006:58). Jadi secara garis besarnya penelitian tindakan kelas adalah
jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas untuk memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dilakukan secara
bertahap dan terus menerus.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
karena melalui penelitian ini seorang peneliti terjun langsung dan ikut
berperan langsung dalam proses penelitian. Adapun gambaran tahap
penelitian (Arikunto, 2006:16) adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Tahap Penelitian
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Perecanaan
Pengamatan
2. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadika subyek penelitian adalah siswa
kelas I MI Nurul Huda, Kec Ampel, Kab Boyolali. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan penerapan Metode baca suku kata
setelah itu dilakukan refleksi.
3. Langkah-langkah penelitian
Arikunto (2006:16), mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting,
meliputi: (1) planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation
(pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi). Lebih jelasnya sebagai
berikut:
a. Tahap rencana(planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti
sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan Metode suku
kata.
2) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan.
3) Menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk mengetahui
kondisi siswa dalam proses pembelajaran.
5) Menyusun lembar pengamatan aktivitas guru dalam
6) Menyusun test formatif untuk siswa
b. Tahap tindakan(action)
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa
penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang
tertulis pada RPP dan tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti ( Elaborasi,
Eksplorasi, dan Konfirmasi) dan penutup.
c. Tahap pengamatan (observation)
Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk
dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan
inisiatif siswa selama kegiatan pembelajaran.
d. Tahap refleksi(reflection), meliputi :
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I
pada siklus II.
Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang
telah dilaksanaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk
memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus
II dan seterusnya.
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
tindakan ini adalah:
a. Pedoman / lembar observasi
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati secara
langsung kegiatan yang dilakukan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran membaca melalui metode suku kata.
b. Tes
Tes dilakukan dengan memberikan soal mengenai materi
yang telah disampaikan (lembar soal) untuk mendapatkan
informasi atau data tentang pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan dengan metode suku kata.
5. Pengumpulan data
Data merupakan informasi-informasi tentang obyek penelitian.
Data digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah
dirumuskan dan menguji hipotesis. Dalam pengumpulan data penelitian
ini cara mengumpulkan data dengan menggunakan metode:
a. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu pengamatan langsung terhadap
peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya secara teliti
(Farikhah, 2006:10). Dalam setiap siklus guru melakukan
pengamatan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana perhatian
aktivitas, dan prestasi belajar terhadap materi yang diajarkan.
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada setiap siklus guru
memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan siswa dalam
pemahaman terhadap materi membaca.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah silabus, rencana pelaksanaan tindakan (RPP) dan nilai siswa
sebelum diterapkan metode baca suku kata. Silabus merupakan
rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan
kelas yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan penyusunan
RPP. Sedangkan RPP sendiri merupakan perangkat pembelajaran
yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran guru dan disusun
dalam tiap-tiap putaran pembelajaran. Nilai siswa sebelum dan
sesudah menggunakan metode suku kata untuk mengetahui sejauh
mana siswa menguasai materi pelajaran. Selain itu peneliti
menggunakan foto jalannya pembelajaran untuk menjadi penguat
dari penelitian.
6. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka
analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam
setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian yang terekam dalam tes dan
format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama
sebagai pijakan untuk menemukan program aksi pada siklus selanjutnya
atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai
tujuannya. Peneliti ini menggunakan analisis deskriptif. Deskriptif yang
digunakan berupa persentase sebagai berikut:
= × 100%
Keterangan:
P= Persentase
F= Frekuensi
N= Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 225-226).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo,
halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian Inti
BAB Iberisi pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan
Indikator Keberhasilan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,
BAB II berisi kajian pustaka yang mencakup: Metode suku kata meliputi Pengertian metode suku kata, Keunggulan metode suku kata,
Hasil belajar membaca, Pengertian belajar, Ciri-ciri belajar,
Prinsip-prinsip belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,
Pengertian hasil belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, Wujud hasil belajar, Membaca dan Penerapan metode suku
kata sebagai upaya meningkatkan hasil belajar membaca.
BAB III berisi pelaksanaan penelitian yang mencakup: berisi gambaran umum lokasi penelitian, subyek penelitian, deskripsi
pelaksanaan penelitian prasiklus, deskripsi pelaksanaan penelitian
siklus I, deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup: deskripsi paparan per siklus dan pembahasan.
BAB V Penutup, mencakup: Kesimpulan dan saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang
yang diteliti.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Suku Kata
1. Pengertian metode suku kata
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat
prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa
dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap,
dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran,
proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Metode suku kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran
membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai
menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang
terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan pendapat lain, metode
suku kata adalah “ suatu metode yang di mulai dengan mengajar suku-suku kata kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan diuraikan menjadi
huruf”. Jadi metode suku kata ada dua macam.
Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai
dan merangkaikan. Pertama, metode kupas rangkai suku kata. Metode
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Guru mengenalkan huruf kepada
siswa, merangkaikan suku kata menjadi huruf, menggabungkan huruf
Misalnya: bu–ku
b–u–k–u
bu - ku
Kedua, Metode Kata Lembaga. Penerapannya menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut: membaca kata yang sudah dikenal siswa,
menguraikan huruf menjadi suku kata, menguraikan suku kata menjadi huruf,
mengabungkan huruf menjadi suku kata, menggabungkan suku kata menjadi
kata.
Siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat
membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar
dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Setelah mengetahui batasan
tesebut maka jelas tujuan yang ingin dicapai dalam merancang pembelajaran
membaca permulaan dengan menggunakann metode suku kata. Berikut
rancangan membaca suku kata:
No Aspek Kemampuan Penjabaran Tujuan
1. Membaca 1 kata benda
2. Membaca 1 kata dasar TULIS Vokal : I
Konsonan : T/L/S *huruf u sudah di ajarkan
Menambah kosakata baru anak dari kata Buku tulis
3. Membaca 1 kata
Membaca 1 kata benda yang sudah dikenal oleh anak
BUKU
Setelah anak dapat membaca dengan benar maka tambahkan 1 kata lagi
TULIS
TU–LIS
T–U–L- I–S
TU–LIS
Vokal : I
Konsonan : T/L/S
Dari kata BUKU dan TULIS dapat digabungkan menjadi kata BUKU
TULIS
BUKU TULIS
BU–KU TU–LIS
B–U–K–U T - U - L - I–S
BU–KU TU–LIS
BUKU TULIS
Dari kata BUKU TULIS anak dapat membuat kata baru, seperti :
1. SIKU
2. BULU
3. SAKU
4. TAS
5. BISA
6. KUSUT
7. BISU
8. TULI
9. KUBU
10. KUTU
11. ITU
12. KUKU
Untuk menambah kemampuan anak setelah anak dapat membaca
BUKU TULIS, tambahkanlah kata yang dapat menjadi kalimat sederhana.
Tambahkan kata SAYA
SAYA
SA–YA
S–A–Y - A
SA–YA
SAYA
Vokal : A
Konsonan : S/Y
jadi :
BUKU TULIS SAYA
BU - KU - TU - LIS SA-YA
B - U - K - U T - U - L - I - S S - A - Y - A
BU - KU TU–LIS SA-YA
BUKU TULIS SAYA
Jadi, dari vokal U, A, I dan konsonan B, K, T, L, S, Y anak dapat
membuat kata dan kalimat baru dari kalimat BUKU TULIS SAYA.
Kata :
Kuku, Kubu, Kutu, Kiki, Kita, Kata, Kulit, Kuya, Kaya, Bisa, Bisu, Basi,
Buta, Buka, Busa, Buaya, Lusi, Lika, Luki, Liku, Siku, Saku, Satu, Sisi,
Dari kata BUKU TULIS SAYA anak dapat membuat kalimat baru,
seperti :
1. BUKA TALI ITU
2. SATU TAS
3. KULIT LUSI (intanmara.blogspot.com/2011/11metode_suku_kata/
di unduh pada tanggal 31 Juli 22.00)
Tetapi ada pendapat lain yang mengemukakan tentang metode suku
kata, Metode suku kata adalah metode yang memulai pengajaran membaca
permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi
suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang
terakhir merangkai kata menjadi kalimat (Musta’in, 2012: 15). Metode
membaca dengan suku kata mirip dengan metode IQRA. Membaca huruf
latin dengan lebih dulu menggabungkan huruf konsonan dan vokal.
Sehingga membentuk suku kata yang berbunyi. Misal ba, kita langsung
memperkenalkan sebagai ba. Tidak dieja terlebih dahulu.
Misal : a ba
a ba ba a
ba ba ba ba
ca
a ca a ba
ca ba ba ca
Demikian selanjutnya bertahap da, fa, sampai za baru kemudian ba,
bi, bu, be, bo, dan seterusnya hingga diperkenalkan bunyi huruf mati, ng,
dan ny.
2. Keunggulan metode suku kata
Setiap metode memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing.
Keuntungan dari metode suku kata yang membantu anak dalam membaca
permulaan, antara lain:
a. Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga
mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan
b. Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku
kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
c. Penyajian tidak memakan waktu yang lama
d. Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di tegaskan keuntungan
metode suku kata ini adalah untuk membantu anak kesulitan belajar yang
cepat bosan, sehingg metode suku kata ini dapat di gunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar membaca anak kesuliatn belajar.
B. Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti
sebagainya. Setiap perilaku ada yang tampak atau dapat diamati dan ada pula
yang tidak dapat diamati. Belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi
seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode tertentu dan bukan
merupakan hasil dari proses pertumbuhan (Hartiny, 2010: 31).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. (Djamarah 2011: 13).
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by
which behavior (in the broader sense) is originated or changed through
practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti
luas) ditimbulkan atau diubah melaui praktek atau latihan (Djamarah 2011:
12).
Dari beberapa pendapat diatas bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure, yaitu jiwa dan raga. Gerak
raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan. Tentu saja perubahan yang diharapkan bukan perubahan fisik,
tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
2) Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam cirri-ciri belajar
(Djamarah, 2011: 15).
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku
individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak
termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu
yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan tersebut.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya. Misal, jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi
dapat menulis. Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu
sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis,
tidak digolongkan dalam pengertian belajar. perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya,
kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak
akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin
berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Misalnya seseorang yang belajar membaca, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar membaca.
Dengan demikian, perbuatan belajar dilakukan senantiasa terarah pada
tingkah laku yang telah ditetapkannya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,
pengetahuan.
3) Prinsip-prinsip belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt sebagaimana dikutip
oleh Djamarah (2011: 20-22) adalah sebagai berikut:
a) Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran yang lain sebanyak
mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan
satu kesatuan.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Manusia sebagai suatu organism yang berkembang, kesediaannya
mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa
batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan
pengalaman.
c) Anak didik sebagai organisme keseluruhan
Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga
emosional dan jasmaniahnya. Dalam pembelajaran selain mengajar
guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.
d) Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu
memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau sukarnya masalah itu
telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai
kemampuan yang lain.
e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah hasil dari suatu antara anak didik dengan
lingkungannya.
f) Belajar harus dengan insight
Suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian
tentang sangkut paut dan hubungan– hubungan tertentu dalam unsur
yang mengandung problem.
g) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan
tujuan
Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan
anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
h) Belajar berlangsung terus menerus
Dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya, anak didik harus terus belajar. Tidak hanya disekolah,
tetapi diluar sekolah, lingkungan, dan masyarakat anak didik harus
belajar.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut
a. Faktor internal
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi
aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah dan sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b) Keadaan fungsi jasmani
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi jasmani pada
tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pasca
indra. Pascaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar yang baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia
luar.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psokologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Bebebapa faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses belajar adalah
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor
psikolgis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena
itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu
tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah
tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai
kesuksesan belajar.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar.
c) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan
pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar.
d) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
secara positif maupun negative. Sikap siswa dalam belajar dapat
mempengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
perfoman guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah
Lingkungan sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekoalah. Perilaku yang
simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi
memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara keluarga,orangtua, kakak, tau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
2) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/ kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Sebaliknya,
bila kondisi alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama. Hardware. Seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekoalah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada siswa). Faktor ini
hendaknaya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
5) Pengertian Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu
menjadi mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu
merupakan hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman
seseorang walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar
seseorang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja.
Seorang guru harus belajar mengadakan pembaharuan
pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang
menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang
benar-benar membelajarkan siswa, seamakin siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa . Jadi siswa
tidak hanya sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada
pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan kualitas hasil
belajarnya.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang
pengalaman yang diperoleh (Sams, 2010: 33). Dalam hal ini Gagne dan
Briggs dalam (Sams, 2010: 33) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Ada lima kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai hasil belajar
yaitu keterampilan intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap.
Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak
tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan
kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil
belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang berubah dalam
perilaku, sikap dan kemampuannya. Kemampuan-kemampuan yang
mengakibatkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang
meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensori-motorik
yang meliputi keterampilan melakukan gerak badan dalam urutan
tertentu, dan kemampuan dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai
yang mengandung perilaku dan tindakan.
Dalam kaitannnya dengan hasil belajar tersebut, Bloom membagi
kedalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil
belajar dalam ranah kognitif ini secara rinci mencakup kemampuan
mengingat dan memecahakan masalah berdasarkan apa yang telah
dipelajari peserta didik. Dalam hal ini mencakup keterampilan intelektual
yang merupakan salah satu tugas dan kegiatan pendidikan. Hasil belajar
dan tingkat penerimaan atau penolakan terhadap suatu nilai. Hasil belajar
ranah afektif ini ditandai adanya penerimaan, pemberian respon,
penilaian, mengkonseptualisasikan sesuatu. Perolehan hasil belajar pada
kawasan psikomotor menekankan pada keterampilan motorik dan
manipulasi bahan, maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan
antara lain dalam hal imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan adaptasi
(Sams, 2010: 35-36).
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri
manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor
yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai
faktor eksternal.
Menurut Suryabrata dalam (Lilik dkk, 2009 : 23-25), keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing
faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti
faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor eksternal terdiri
dari faktor nonsosial dan faktor sosial.
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. kondisi fisik berupa
cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah
menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak).
Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan
antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran
dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan sebagainya.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
Keadaan Tonus jasmani pada umumnyaKeadaan Tonus jasmani
secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi
hasil belajar. KeadaanTonusjasmani secara umum ini, misalnya
tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila badan
hasil belajar. sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan
kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah psikis yang ada dalam diri individu.
Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan,
motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, keamatangan dan lain
sebagainya.
7) Wujud Hasil Belajar
Syah (dalam Lilik dkk, 2009 : 22) menyatakan bahwa wujud hasil belajar
dapat dilihat adanya Sembilan wujud perubahan yaitu:
a. Kebiasaan
Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaaan
dalam diri individu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi
kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar
akan menjadikan seseorang berperilaku positif yang relative menetap
dan otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf
dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan
koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi.
Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat tingkat keterampilan yang
ada dalam diri individu.
Pengamatan dapat diartikan proses menerima. Menafsirkan dan
mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama
mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan
pengamatan yang objektif dan benar.
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu berpikir
asosiatif dan meningkatkan daya ingat. Berpikir asosiatif maksudnya
berpikir untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya.
e. Berpikir rasional dan kritis
Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat berpikir rasional
dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika
untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan,
bahkan meramalkan sesuatu.
f. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk mereaksi
terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul
kecendurungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu
objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.
g. Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan individu
untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu dan
belajar dapat dilihat adanya kesanggupan individu dalam melakukan
sesuatu secara baik.
h. Apresiasi
Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu yang
belajar. orang belajar akan muncul kemampuan untuk menilai dan
menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.
i. Tingkah laku afektif
Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif. Tingkah laku
efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil belajar.
8) Membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun
sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum
untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca
dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca dilakukan dari kertas, batu atau kapur
di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula
dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca
keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga
bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca merupakan kegiatan
yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan
informasi dan menelaah informasi tersebut. Dibutuhkannya
keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu menerima
informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita
perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa
menyimpan informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca
maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Dalam kegiatan membaca mencakup: pertama, membaca merupakan
suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang
efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks
dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi
ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga,
membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang
bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami(readable)sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks.
Ada banyak keuntungan yang didapat dari belajar membaca yaitu
dengan membaca siswa akan dapat meningkatkan keterampilan
mendengar, berbicara, dan menulis. Dengan membaca siswa akan
memperoleh banyak pengetahuan. Pengetahuan tentang membaca akan
Membaca merupakan kegiatan yang kompleks, dalam membaca
kita diharapkan bisa mengamati, memahami, dan memikirkan. Kegiatan
membaca harus dilakukan dengan ketepatan dan kecepatan. Membaca
dapat memperkaya kita dengan banyak perbendaharaan kata, ungkapan,
dan istilah yang berguna dalam mengembangkan keterampilan lain dalam
berbahasa (Iwuk, 2007: 7).
Selain mempunyai banyak manfaat, membaca juga punya banyak
fungsi. Menurut Slamet dalam Iwuk (2007: 9), ada delapan fungsi
membaca. Fungsi membaca tersebut antara lain:
a. Fungsi Intelektual
Membaca mempunyai fungsi intelektual bila dengan membaca kita
bisa meningkatkan intelektualitas dan daya pikir kita.
b. Fungsi pemacu kreatifitas
Setelah membaca kita sering menjadi tergerak untuk melakukan
hal-hal baru. Hal-hal-hal baru tersebut muncul karena informasi yang kita
dapat dari membaca.
c. Fungsi praktis
Fungsi praktis membaca adalah dengan membaca kita dapat
memperoleh informasi yang bersifat praktis atau berdasarkan praktik.
Informasi yang bersifat praktis maksudnya adalah informasi yang
mengisi pikiran kita dengan pengetahuan tentang kegiatan yang dapat
dipraktikkan atau diwujudkan.
Membaca dengan fungsi rekreatif adalah kita membaca untuk
memperoleh hiburan.
e. Fungsi informative
Membaca dengan fungsi informative adalah kita membaca dengan
tujuan unjtuk memperoleh informasi. Informasi tersebut bisa apa saja
yang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Fungsi religius
Dalam fungsi religious, membac adapat kita lakukan untuk
meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri
kepada Tuhan.
g. Fungsi sosial
Membaca dengan fungsi sosial berarti membaca secara lisan dan
nyaring. Ketika kita membaca lisan dan nyaring, bukan hanya kita saja
yang dapat memperoleh informasi dari bahan bacaan. Orang lain juga
dapat memperoleh manfaat membaca dengan mendengar apa yang kit
abaca.
h. Fungsi pembunuh sepi
Fungsi membaca sebagai pembunuh sepi adalah ketika kita membaca
dengan tujuan hanya untuk mengisi waktu luang.
C. Penerapan metode suku kata untuk meningkatkan hasil belajar membaca
Membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau
disampaikan penulisnya. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan
membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan
pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh
melalui bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi
daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.
Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat
diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh
karena itu, pembelajaran membaca di sekolah maupun di luar sekolah
mempunyai peranan penting.
Membaca merupakan salah satu dari empat ketrampilan berbahasa
yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca
dapat juga diartikan sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan diri kita sediri dan kadang-kadang dengan orang lain,
yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang
tertulis.
Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi,
mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali
hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Membaca permulaan adalah mata pelajaran pokok di sekolah dasar kelas
rendah. Begitu penting mata pelajaran ini sehingga dapat mengalahkan mata
pelajaran lain di kelas rendah. Karena pertimbangan strategis banyak guru
rendah. Mata pelajaran lain dapat saja diberikan ala kadarnya, atau bahkan
ditinggalkan sama sekali, tetapi tidak demikian dengan mata pelajaran
membaca permulaan. Bahwa kemampuan membaca anak sangat penting
diupayakan dibandingkan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran lain akan
dapat berjalan jika anak telah dapat membaca. Jika belum dapat membaca
maka pelajaran lain hanya akan menambah beban tugas anak.
Pada hakekatnya meningkatan kemampuan merupakan tujuan utama
pendidikan. Bila seseorang akan memulai dengan sesuatu aktivitas ia harus
menentukan apa yang ia hendak capai, tidak sekedar berbuat tanpa berpikir
tetang tujuannya.
Pada tataran yang paling rendah, misalnya siswa kelas I SD yang baru
belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu tidaklah salah,
karena membaca yang diajarkan di kelas-kelas rendah adalah menekankan
pada upaya guru untuk menjadikan anak-anak melek huruf, artinya mendidik
anak agar dapat mengenali dan mengubah lambanglambang tertulis menjadi
bunyi-bunyi yang bermakna. Dalam pembelajaran membaca permulaan telah
dikenal adanya berbagai metode yang bisa digunakan, salah satunya adalah
metode suku kata. Beberapa upaya agar pembelajaran di kelas dapat
mencapai tujuan yang dirumuskan diantaranya penggunaan metode
pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan
semangat, minat dan motivasi untuk belajar. Dengan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan menarik perhatian siswa diharapkan dapat
menerus melihat dan memegang suatu benda yang menarik perhatiannya,
sehingga ia akan hafal dan ingat dengan sendirinya, walaupun ketika tidak
melihat. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan menarik akan
membuat siswa termotivasi untuk belajar dan apa yang telah diterimanya
akan melekat dalam ingatan sehingga meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan maka diperoleh alur
kerangka pemikiran dalam penelitian yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Guru mengajar membaca dengan berceramah (tidak menggunakan
media ataupun metode yang menyenangkan), siswa malas dan bosan dan
siswa cenderung berpikir serta membayangkan sesuatu yang abstrak.
Akhirnya, siswa mengalami kesulitan membaca. Dan tahap selanjutnya guru
mengajar dengan menggunakan media gambar dan metode suku kata . Target
untuk siklus I : Siswa mengenali bentuk huruf-huruf serta siswa berlatih
membaca suku kata. Sedangkan untuk siklus II: Siswa mampu membaca kata
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis MI Nurul Huda Klangon
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda terletak di Desa Klangon
Kelurahan Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Madrasah
ini berada di tengah-tengah pemukiman warga Klangon Etan, tidak jauh
dari jalan raya sekitar 1,5 km. Desa Klangon Etan ini dikelilingi beberapa
dukuhan, diantaranya Suwengi, Drajud, Karang anyar, Rejosari, Klangon
Kulon, Badran dan Seboto. Madrasah Ibtidaiyah ini letaknya strategis
dan mudah untuk dijangkau.
2. Sejarah singkat berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Klangon, Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali
tahun 2015. Pada mulanya madrasah ini didirikan dengan fasilitas
seadanya, madrasah ini didirikan dari swadaya masyarakat setempat.
Pendiri madrasah Nurul Huda ini adalah Bapak Rohmad dari Kendal,
Ampel, Boyolali. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Klangon ini berdiri
pada tahun 1974, pada awalnya madrasah Ibtidaiyah ini digunakan untuk
Madrasah Diniyah sore, karena pemikiran warga yang semakin maju,
dimana madrasah ibtidaiyah waktu belajarnya pada waktu pagi hari dan
madrasah diniyah pada waktu sore hari. Maka dari itu anak-anak di
lingkungan klangon bukan hanya mendapatkan ilmu umum saja melainkan
dapat ilmu agama.
Pada tahun 2015 ini MI Nurul Huda Klangon Kecamatan Ampel
kabupaten Boyolali telah mencapai usia 41 tahun. Dalam rentang waktu
yang lama itu banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga
pendidikan dasar ini. Salah satunya, pada tahun 1977 Madrasah ini
pernah mengalami kemunduran yaitu madrasah ini tutup karena tidak
adanya tenaga pendidik. Tetapi karena semangat masyarakat yang tinggi,
pada tahun 1980 madrasah ini kembali membuka peserta didik baru dan
kegiatan belajar mengajar berlangsung sampai sekarang ini. Selain itu
karena banyaknya sekolah dasar di lingkungan tersebut, memicu
semangat madrasah ini untuk berkompetisi secara sehat dalam
mempertahankan eksistensinya.
Hal ini dibuktikan dengan eksistensi MI Nurul Huda yang selalu
melakukan perubahan untuk menuju kemajuan. Salah satu strategi yang
digunakan untuk mengukuhkan eksistensi lembaga tersebut di tengah
masyarakat adalah melalui peningkatan kualitas tujuan, visi dan misinya.
3. Keadaan gedung MI Nurul Huda Klangon
Gedung-gedung yang dimiliki MI Nurul Huda Klangon meliputi:
a. Enam kelas untuk kelas I-VI.