• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

117

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembasahan yang telah dijelaskan, dapat dijelaskan proses konsensus Dusun Pelemsari dan Dusun Pangukrejo lebih mengarah pada proses konsensus yang berbentuk negosiasi/tawar menawar. Adapun proses negosiasi tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahapan pra negosiasi, tahapan negosiasi dan tahapan pasca negosiasi. Pada Dusun Pelemsari tahapan pra negosiasi telah terdapat kesepakatan intern warga sejak dari masa pengungsian. Pada masa pengungsian masyarakat Dusun Pelemsari telah sepakat untuk melakukan relokasi karena hunian mereka yang hancur dan efek traumatis karena erupsi Merapi 2010 merenggut korban jiwa di Dusun Pelemsari. Representasi masyarakat Pelemsari dalam dialog dengan pemerintah dilakukan oleh kepala dusun dan tokoh-tokoh masyarakat.

Pada tahapan negosiasi, Dusun Pelemsari yang sudah mempunyai agenda untuk melakukan relokasi. Namun opsi A yang ditawarkan pemerintah lewat Gubernur DIY jauh dari harapan warga. Maka pada pertemuan dengan pemerintah selanjutnya, warga menyatakan sikap bahwa mereka siap direlokasi namun tanah baik di hunian tetap maupun di Dusun Pelemsari menjadi hak milik warga. Karena belum mendapatkan tanggapan dari Gubernur DIY, maka warga berinisiatif untuk mencari lahan sendiri sebagai calon hunian tetap mereka.

Ketika sudah mendapatkan tanah di Karangkendal, Dusun Gondang, Desa Umbulharjo dan akan dibangun hunian relokasi bagi warga Dusun Pelemsari timbul masalah. Tanah yang akan dibangun tersebut kurang luas apabila ditambah dengan

(2)

118 sarana dan prasarana pendukung tingkat dusun. Sehingga warga mengadakan audiensi dengan Bupati Sleman untuk meminta solusi. Berhubung tanah yang dibeli warga dekat dengan tanah kas desa, maka Bupati Sleman kemudian akan mengusulkan kepada Gubernur DIY agar diteruskan pada Departemen Dalam Negeri agar tanah kas desa tersebut dapat menutupi kekurangan tanah relokasi Dusun Pelemsari. Pada audiensi ini pula masyarakat dan pemerintah sepakat pembangunan hunian tetap warga Pelemsari akan difasilitasi oleh Rekompak. Pada fase ini antara warga dan pemerintah telah mencapai kesepakatan.

Pada tahapan pasca negosiasi, yaitu proses perencanaan dan pembangunan hunian tetap Karangkendal, memakan waktu sekitar satu tahun. Masyarakat mengikuti proses yang difasilitasi Rekompak. Warga dapat menempati hunian tetap Karangkendal pada pertengahan 2012. Kemudian pada Januari 2013, warga mendapat kejelasan. Pada saat itu Gubernur DIY menyerahan sertifikat hak milik hunian tetap. Pada penyerahan sertifikat inilah pemerintah memenuhi hak para warga yang sudah sepakat untuk direlokasi.

Sedangkan untuk Dusun Pangukrejo, pada tahapan pra negosiasi belum banyak yang dilakukan oleh warganya. Pada saat itu warga lebih banyak yang berupaya memperbaiki kembali rumah mereka di Dusun Pangukrejo. Hal ini disebabkan tingkat kerusakan yang terjadi di Dusun Pangukrejo tidak merata, ada yang rumahnya rusak berat dan ada yang rusak ringan. Pada masa pengungsian, warga juga tidak mengungsi bersama, namun terbagi ke dalam beberapa kelompok. Hal ini menyebabkan sulitnya komunikasi diantara warga. Dalam benak warga setelah erupsi akan kembali ke Dusun Pangukrejo. Kondisi kepala dusun yang sedang sakit dan meninggal pada awal tahun 2011 juga menyebabkan Dusun Pangukrejo kehilangan sosok yang dapat menyatukan warganya. Hal ini menyebabkan representasi warga dalam dialog antara masyarakat Pangukrejo dan pemerintah kurang dapat mewakili aspirasi masyarakat walaupun juga diwakili oleh tokoh masyrakat Dusun Pangukrejo.

(3)

119 Tahapan negosiasi Dusun Pangukrejo dimulai ketika Gubernur DIY meresmikan huntara Plosokerep dimana juga menjadi huntara bagi warga Dusun Pangukrejo. Pada saat itu Gubernur DIY juga mensosialisasikan opsi A. Warga Pangukrejo pun menolak opsi ini. Setelah opsi A, timbul pula tawaran seperti relokasi mandiri, bagi warga yang mempunyai tanah di bawah dapat dibangunkan oleh pemerintah. Namun opsi ini juga tidak terlalu mendapat tanggapan dari warga. Setelah itu pada pertengahan 2011, warga diberikan opsi B untuk relokasi.

Rekompak dan tokoh masyarakat setempat kemudian membuka pendaftaran bagi warga yang ingin mendaftar relokasi sesuai dengan opsi B yang telah disosialisasikan melalui tokoh masyarakat. Pada saat itu kemudian ada 114 KK yang mendaftar untuk mengikuti relokasi. Sebanyak 114 KK lantas mengikuti proses perencanaan yang difasilitasi Rekompak. Dalam proses perencanaan warga harus menandatangani surat pernyataan tidak akan menghuni tanah mereka di Dusun Pangukrejo. Timbul keraguan warga ketika harus menandatangani surat pernyataan ini. Warga kemudian meminta jaminan tertulis yang ditandatangani pejabat berwenang bahwa tanah yang di Dusun Pangukrejo tidak akan diambil oleh pemerintah.

Rekompak yang menjadi fasilitator kemudian mengajukan hal tersebut kepada pemerintah Kabupaten Sleman. Pemerintah kemudian menggelar beberapa kali dialog dengan tokoh masyarakat. Namun tidak menemukan kesepakatan dengan warga dikarenakan antara pertemuan satu dengan pertemuan lainnya selalu berbeda instansi yang bernegosiasi. Karena tidak tercapainya kesepakatan, maka oleh kepala BPBD Sleman warga Dusun Pangukrejo yang tidak jadi ikut relokasi dapat mengambil opsi live harmony with disaster. Pada tahap awal ini yang tetap ikut relokasi pemerintah sebanyak 35 KK dari 114 KK yang awalnya mendaftar.

Pada tahapan pasca negosiasi di Dusun Pangukrejo, akhirnya ada 56 KK yang telah mendaftar untuk menyusul 35 KK yang sudah berada di hunian tetap

(4)

120 Plosokerep. Beberapa warga yang menyusul ini dikarenakan mereka telah melihat Dusun Pelemsari yang oleh pemerintah benar-benar ditepati akan diberikan sertifikat hak milik, baik di hunian tetapnya maupun tanah asal mereka. Rekompak akan menunggu hingga akhir Juni 2013 sebagai akhir waktu pendaftaran untuk mengikuti relokasi pemerintah ini, karena setelah Juni 2013, program relokasi pemerintah untuk korban erupsi Merapi 2010 akan dihentikan.

Kedua proses konsensus yang berupa negosiasi di atas pasti mempunyai beberapa faktor pengaruh. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses konsensus relokasi masyarakat di Dusun Pelemsari dan Dusun Pangukrejo adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kerusakan rumah, faktor ini adalah faktor yang paling mendasari warga untuk memutuskan relokasi atau tidak. Dusun Pelemsari yang tingkat kerusakannya parah hingga rata dengan tanah relatif lebih mudah untuk direlokasi. Mereka dari awal mempunyai kesadaran dan berkomitmen untuk relokasi. Sedangkan Dusun Pangukrejo yang tingkat kerusaskan bervariasi, bahkan beberapa hanya rusak ringan lebih sulit direlokasi karena dengan beberapa perbaikan mereka sudah bisa menghuni rumah mereka kembali. Mereka merasa berat untuk meninggalkan rumah mereka yang sudah susah payah mereka bangun kembali.

b. Masalah tanah dan jaminan atas tanah, warga Dusun Pangukrejo dan Dusun Pelemsari mempermasalahkan bagaimana status tanah asal mereka dan keduanya ingin masih memiliki tanah tersebut. Warga Dusun Pangukrejo bahkan ingin jaminan tertulis bahwa tanah di dusun mereka tidak akan diambil oleh pemerintah.

c. Representasi masyarakat

Masyarakat Dusun Pelemsari dan Dusun Pangukrejo keduanya ketika berdialog dengan pemerintah diwakili oleh tokoh masyarakat masing-masing. Untuk Dusun Pelemsari, tokoh masyarakat mampu mengkomunikasikan

(5)

121 keinginan warga karena di dalam masyarakat Dusun Pelemsari telah terjalin kesepakatan. Sedangkan untuk Dusun Pangukrejo, dalam masyarakatnya sendiri belum terjalin kesepakatan sehingga ketika tokoh masyarakat berdialog dengan pemerintah tidak bisa menyuarakan keinginan masyarakat.

6.2 Saran

Berdasarkan temuan penelitian, analisis, dan kesimpulan, beberapa saran bagi penelitian selanjutnya atau bagi seluruh stakeholder yang terlibat adalah sebagai berikut :

Untuk penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang potensi ekonomi pariwisata di Dusun Pangukrejo dan Dusun Pelemsari. Saat ini wisata lava tour telah berkembang dengan pesat. Banyaknya pengunjung pasca erupsi Merapi 2010 yang ingin mengetahui sisa-sisa erupsi dapat dimanfaatkan warga sekitar untuk membantu pemulihan ekonomi warga pasca erupsi. Hal ini dapat diteliti bagaimana proses perkembangannya dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berkembangnya lava tour di Dusun Pangukrejo dan Dusun Pelemsari.

Bagi Pemerintah

Kebijakan yang disampaikan kepada masyarakat sebaiknya merupakan kebijakan yang sudah final. Sosialisasi kebijakan yang diberikan kepada masyarakat Dusun Pangukrejo dan Dusun Pelemsari keduanya belum final. Awalnya masyarakat diberi opsi A, kemudian opsi B menjadikan masyarakat resisten terlebih dahulu karena kebijakan awal yang dilontarkan adalah kebijakan yang paling ketat. Apalagi bagi mereka yang tidak terlalu membutuhkan relokasi seperti di Dusun Pangukrejo akan lebih resisten pada tahap-tahap selanjutnya. Berbeda bagi warga Dusun Pelemsari yang memang membutuhkan hunian relokasi masih dapat menerima opsi B.

(6)

122 Agen pemerintah dalam dialog masyarakat setidaknya harus sama dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Hal ini sangat dibutuhkan agar kesepakatan dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya dapat terus dijalankan. Perbedaan agen pada setiap dialog akan menjadikan tidak sinkronnya antara satu dialog dengan dialog selanjutnya.

Beberapa komunikasi penting atau penyampaian informasi penting sebaiknya dapat dilakukan langsung antara pemerintah dan seluruh masyarakat. Hal ini dapat meminimalisir informasi yang diberikan tidak sepenuhnya atau ditambah-tambahi apabila melalu perantara misalnya oleh tokoh masyarakat. Komunikasi langsung antara pemerintah dan seluruh masyarakat juga dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan mendukung komunikasi-komunikasi selanjutnya

Bagi masyarakat

Tokoh masyarakat yang memegang peranan penting sebagai perwakilan dalam proses dialog hendaknya dapat mengetahui bagaimana keinginan para warga. Tokoh masyarakat setidaknya dalam pertemuan intern warga dapat menjaring aspirasi warga dan menyampaikannya dalam dialog dengan pemerintah. Sehingga tokoh masyarakat tidak hanya menyampaikan apa yang didapatnya dari dialog dengan pemerintah, namun juga ikut menyampaikan usulan kepada pemerintah tentang apa yang masyarakat inginkan.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah bahwa fokus penelitian ini pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yag telah bekerja melebihi masa

MELAKSANAKAN SEBAGIAN TUGAS BIDANG PERENCANAAN FISIK DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MEMPERSIAPKAN BAHAN DAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN,

Sebanyak 62% konsumen merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Villako et al., (2012) bahwa sebagian

Dari hasil tersebut perbandingan aktivitas antibakteri rebusan bunga rosela dengan kontrol negatif (akuades) memiliki perbedaan signifikan, rebusan bunga rosela

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa akreditasi lembaga pendidikan Islam adalah suatu proses penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negri maupun swasta

Sistem ini berfungsi sebagai bahan evaluasi dalam menentukan kebijakan berdasarkan kebutuhan masing-masing wilayah per kecamatan atau per kelurahan meliputi Informasi penyebaran

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai z yaitu -2,482 dengan nilai p-value 0,023<0,05, sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara

Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun