• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Metode Kooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Penggunaan Metode Kooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 50

Efektivitas Penggunaan Metode Kooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Ritna Handayani (09130030)

Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satu diantaranya adalah dengan model JIGSAW materi biosfer yang dipelajarinya. Dengan model JIGSAW bagaimana waktu yang tersedia dijam sekolah digunakan dengan sebaik - baiknya untuk belajar dengan litateratur serta disiplin waktu yang telah diterapkan, sehingga siswa yang diterapkan , sehingga siswa siswa yang bersangkutan akan berhasil dalam menempuh ujian atau ulangan yang akan diikutinya. Dengan demikian faktor keberhasilan hasil belajar siswa banyak faktor, salah satunya adalah model JIGSAW merupakan model yang penting dalam proses belajar mengajar. Tujuan Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa metode kooperatif learning model JIGSAW dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS ISMA Negeri 2 Demak. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 2 DEMAK yang terdiri dari 13 siswa putra dan 23 siswa putri. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning model jigsaw. Sedangkan metode untuk pengumpulan data dengan menggunakan tes, angket, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelilitian yang ditemukan peneliti dilapangan adalah sebagai berikut: (1) Penggunaan pembelajaran kooperatif learning model jigsaw sebagai tindakan dalam pembelajaran sangat efektif dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan biosfer siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak. Peningkatan terjadi prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan yang terjadi sebesar 8,17 % dari prasiklus ke siklus I dan 7,06 % dari siklus I ke siklus II. Jumlah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak ada 36 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM pada prasiklus: 16 siswa, pada siklus I: 6 siswa dan pada siklus II: 1 siswa. Nilai rata-rata kelas untuk siklus I sebesar 78,75 dan siklus II sebesar 84,31. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat efektif digunakan dalam pembelajaran, karena berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak. ( 2 ) Perubahan prilaku juga terjadi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak, setelah mengikuti pembelajaran pokok bahasan biosfer dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Pembahasan prilaku terjadi dalam pembelajaran pada siklus I ke siklus II yaitu dari perilaku kurang berminat menjadi lebih berminat, prilaku kurang berminat dapat ditunjukkan pada siklus I yaitu masih ada siswa yang ngobrol pada saat peneliti memberikan penjelaskan materi, sedikit ramai pada saat diskusi, terutama pada saat diskusi kelompok. Peningkatan perilaku lebih berminat ditunjukkan dengan sikap siswa pada saat pelaksanaan siklus II baik aktifitas dalam diskusi atau pelaporan hasil diskusi. Adanya peningkatan, partisipasi dalam pembelajaran sikap aktif melaksanakan pelaksanaan diskusi kelompok, memimpin diskusi mengangkat tangan untuk bertanya maupun menghargai pendapat orang lain sehingga proses pembelajaran aktif, inofatif, kreatif, dan menyenangkan. Saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut: (1) Guru geografi dalam menyelenggarakan pembelajaran biosfer dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif model jigsaw. Hal tersebut disebabkan oleh adanya bukti terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dan perubahan perilaku kearah yang positif dalam pembelajaran yang semangat, siswa aktif, kreatif, inofatif, dan menyenangkan. (2) Jangan pernah merasa enggan untuk memberikan dan melakukan perubahan dalam pembelajaran geografi bisa dihilangkan atau dirubah menyenangkan dengan metode pembelajaran yang ada.

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 51 PENDAHULUAN

Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang di alami oleh siswa, sedangkan guru di tuntut dalam memelih dan menerapkan metode mengajar sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru, menurut Slameto (2003).

Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar di sebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses mengajar dapat dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka keterlibatan kurang sekali. Misalnya siswa terlibat hanya sebatas menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru. Hal tersebut banyak terjadi di kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 2 DEMAK yang proses belajar mengajarnya guru, bahkan menimbulkan rasa bosan pada siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan ceramah dan menyuruh siswa untuk menyalin (metode belajar konfensional), sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa di antaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran, sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan belajar siswa, guru diharapkan mampu membimbing dan membantu siswa.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada kecenderungan dalam dunia kependidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jiga lingkungan di ciptakan secara alamiah. Belajar lebih bermakna jika siswa “mengalami” sendiri apa yang sedang di pelajarinya, bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasi target penguasan materi terbukti berhasil dalam “mengingat” jangka pendek, namun gagal dalam hal membekali anak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karenanya pendekatan pembelajaran kontektual menjadi tumpuan untuk “menghidupkan” kelas secara maksimal, sehingga siswa mampu mengimbangi perubahan di luar sekolah yang demikian cepat.

Sejalan dengan pemikiran di atas, maka proses pembelajaran dilaksanakan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Pembelajaran ini merupakan pembelajan aktif yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif untuk mengalami sendiri, menemukan, memecahkan masalah, sehingga suami potensi mereka berkembang secara optimal. Pembelajaran PAIKEM memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada siswa. 2. Pembelajaran terkait dengan dunia nyata.

3. Pembelajaran mendorong siswa untuk berfikir tingkat tinggi. 4. Pebelajaran melayani gaya siswa yang berbeda-beda.

5. Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multi arah (siswa-siswa-guru). 6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media/sumber belajar.

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 52 8. Guru memantau proses belajar siswa.

9. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (DBE2 USAID, 2009 : 12)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan ketrampilan sosial dengan kerja sama, tiga konsep ke dalam pengajaran yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban pribadi dan peluang yang sama untuk berhasil. Pada pembelajaran kooperatif di tekankan bahwa untuk dapat menguasai struktur kognitif yang mendasari mata pelajaran tertentu, maka siswa harus bekerja.

Salah satu pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif model jigsaw. Karena pada model ini siswa akan dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide-ide atau gagasan dengan kata-kata verbal dan membandingkan ide orang lain (Sanjaya:2009). Siswa yang di jadikan bersifat pasif dan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar di terima oleh anggota kelompoknya (Priyanto dalam Wena 2009), selain siswa dapat mengembangkan pemikiran , saling bertukar pendapat, saling kerjasama, jika ada teman kelompok mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada hubungan metode kooperatif learning dengan peningkatan hasil belajar siswa. Atas dasar hal tersebut kemudian peneliti mengambil judul penelitian ini dengan judul; “Efektivitas penggunaan metode kooperatif learning model jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 2 DEMAK tahun 2013”

TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas

Efektivitas belajar adalah bagaimana agar proses belajar itu dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan dorasi waktu yang ditentukan serta didukung oleh peran aktif guru dan siwa.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pernyataan-pernyataan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw ada beberapa unsur, yaitu hubungan timbal balik, interaksi langsung, tanggung jawab pribadi, menumbuhkan keluwesan dan kerjasama. Model pembelajaran jigsaw menurut Joice model pembelajaran jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa di terapkan kedalam tim (kelompok) yang beranggotakan 5-6 orang untuk mempelajari materi akademik yang telah dipecahkan menjadi bagian-bagian untuk tiap anggota. Setiap anggota

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 53 kelompok membaca sub bab yang dirumuskan. Kemudian anggota yang dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendeskripsikan sub bab mereka.

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus mengandung unsur-unsur kebenaran yang nyata dan dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu pendekatan guna untuk mengetahui secara mendalam sesuatu yang diteliti.

Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Senada dengan pengertian di atas, Arikunto (1992: 17) menyebutkan bahwa pendekatan adalah metode atau cara dalam mengadakan penelitian.

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Actions R Desain yang digunakan esearch), dengan jenis kolaboratif partisipatoris yaitu partisipasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran. Dalam PTK ini peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran sedangkan guru mata pelajaran membantu peneliti mengobservasi jalannya pembelajaran. c. Jenis Data dan Sumber data

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah seluruh siswa-siswi Kelas XI IPS 1 dan guru mata pelajaran IPS SMA Negeri 2 Demak, dimana peserta didik tidak hanya digunakan sebagai objek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan dan guru bidang studi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Data khususnya tentang hasil pengamatan keadaan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran, indikator-indikator yang digunakan sebagai penentu keberhasilan peningkatan prestasi siswa, serta hasil tes belajar siswa.

B. Obyek Penelitian a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 2 DEMAK Tahun 2013 yang berjumlah 36 siswa. Terdiri dari 23 siswa putri dan 13 siswa putra. b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 54 c. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI 2 DEMAK yang terletak di Jl. Kudus No. 182 Telpon. (0291) 685840 Demak 59511.

d. Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian terhadap responden erat kaitannya dengan situasi dan kondisi serta karakteristik daerah tersebut. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah melakukan koordinasi dengan lembaga sekolah, orientasi lapangan dan melakukan uji coba instrumen. Kegiatan-kegiatan tersebut peneliti lakukan pada bulan April sampai Juni 2013.

e. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data bermaksud untuk memperoleh bahan yang relevan,akurat dan reliable (Hadi, 1981: 66). Sementara Arikunto (1992: 23) memberikan gambaran bahwa garis besar teknik pengambilan data dapat digolongkan menjadi dua macam,yaitu:

(1) tes (2) non tes C.Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam II siklus. Langkah-langkah penelitian tindakan yang ditempuh dalam setiap siklus mencakup 4 tahap yaitu :

1. Perencanaan,

2. Pelaksanaan tindakan, 3. Pengamatan,

4. Evaluasi-refleksi.

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Belajar Siswa

Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 sampai pada siklus II dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Biosfer Pada Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II

HASIL

PEROLEHAN NILAI PENINGKATAN

Pra siklus Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Nilai Rata-Rata 72,8 78,75 84,31 5,95 (8,17%) 5,56 (7,06%) Nilai Terendah 60 65 70 5 (8,3%) 5 (7,69%) Nilai Tertinggi 80 90 95 10 (12,5%) 5 (5,6%) Siswa Yang Belum Tuntas 16 6 1 10 5 Siswa Yang Tuntas 20 30 35 10 5 % Belum Tuntas 44,4 % 16,7 % 2,8 % 62,5 % 83,3 % % Tuntas 55,6 % 83,3 % 97,2 % 50 % 16,7 %

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 55 Tabel 1 tersebut menunjukkan hasil belajar siswa dari Prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 5,59 (8,17%). Dari nilai rata-rata prasiklus 72,8. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 78,75. Pada siklus II nilai rata-rata 84,31. Mengalami peningkatan sebesar 5,56 (7,06%) dari siklus I. Dari data yang terkumpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif learning model jigsaw telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak pada pokok bahasan biosfer.,

Dari uraian di atas maka upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak pada pokok bahasan biosfer melalui pembelajaran kooperatif learning model jigsaw dapat dikatakan meningkat walaupun kurang maksimal.

2. Tanggapan Siswa Dalam Pembelajaran Model Jigsaw

Tabel 2. Tanggapan Siswa Siklus I Dan Siklus II Terhadap Penggunaan Pembelajaran Model Jigsaw

No Keterangan Siklus I Siklus II

Senang Tidak Senang Senang Tidak Senang 1 Model Jigsaw 32 4 36 - 2 % Siswa 88,9 % 11,1 % 100 % 0 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I dari jumlah 36 siswa, yang tidak senang menggunakan pembelajaran kooperatif learning model jigsaw 4 orang. Pada siklus II dari jumlah 36 orang menyatakan senang semua. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif learning model jigsaw membantu siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan biosfer.

3. Hasil Wawancara

Hasil wawancara siklus I dan siklus II diperoleh dari jawaban terhadap 4 siswa sebagai nara sumber. Empat siswa yang terpilih adalah 2 orang siswa yang mendapat nilai rendah dan 2 orang siswa yang mendapat nilai tertinggi. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada aspek-aspek yang ingin diungkap yaitu :

1. Perasaan siswa pada saat menerima pembelajaran materi biosfer. 2. Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran materi biosfer.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif learning model jigsaw. 4. Saran untuk pembelajaran berikutnya.

a. Hasil Wawancara Pada Siklus I

Hasil wawancara terhadap siswa yang hasil tesnya memperoleh nilai rendah menyatakan senang dalam pembelajaran kooperatif learning model jigsaw karena merasa terbantu oleh teman sekelompoknya. Selanjutnya mereka mengaku sangat senang sekali karena bisa bertukar

(7)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 56 pemikiran dengan kelompoknya Karena kalau salah satu kelompok ada yang belum mengerti atau belum paham tentang materi yang disampaikan maka siswa tersebut bisa menanyakan denagan teman sekelompoknya. Saran yang mereka berikan untuk pembelajaran berikutnya adalah agar sering menggunakan pembelajaran kooperatif leraning model jigsaw.

Hasil wawancara dengan siswa yang memperoleh nilai tinggi, mereka mengemukakan bahwa mereka senang karena kesempatan berlatih untuk mengemukakan pendapat dengan teman sekelompoknya.

b. Hasil Wawancara Siklus II

Hasil wawancara terhadap siwa yang memperoleh nilai rendah menyatakan senang karena kalau ada kesulitan dalam pembelajaran bisa bertanya dengan teman sekelompoknya. Hasil wawancara terhadap siswa yang memperoleh nilai tertinggimenyatakan bahwa mereka sangat senang dalam pembelajaran pada materi biosfer. Hampir tak ada kesulitan yang mereka hadapi dalam pembelajaran. Saran atau masukkan yang mereka berikan agar untuk pembelajaran lebih sering berkelompok.

4. Hasil Dokumentasi

Hasil dekomentasi merupakan bukti autentik dari kegiatan pembelajaran materi biosfer melalui pembelajaran kooperatif learning model jigsaw. Dokumentasi ini berupa foto aktifitas siswa dan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung dalam kelas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dari hasil pembahasan, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan pembelajaran kooperatif learning model jigsaw sebagai tindakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan biosfer siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak. Peningkatan terjadi prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan yang terjadi sebesar 8,17 % dari prasiklus ke siklus I dan 7,06 % dari siklus I ke siklus II. Jumlah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak ada 36 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM pada prasiklus: 16 siswa, pada siklus I: 6 siswa dan pada siklus II: 1 siswa. Nilai rata-rata kelas untuk siklus I sebesar 78,75 dan siklus II sebesar 84,31. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat efektif digunakan dalam pembelajaran, karena berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak. Dengan demikian penggunaan metode kooperatif learning model jigsaw sangat efektif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Perubahan prilaku juga terjadi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Demak, setelah mengikuti pembelajaran pokok bahasan biosfer dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Pembahasan prilaku terjadi dalam pembelajaran pada siklus I ke siklus II yaitu dari perilaku kurang berminat menjadi lebih berminat, prilaku kurang berminat dapat ditunjukkan pada siklus I

(8)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 57 yaitu masih ada siswa yang ngobrol pada saat peneliti memberikan penjelaskan materi, sedikit ramai pada saat diskusi, terutama pada saat diskusi kelompok. Peningkatan perilaku lebih berminat ditunjukkan dengan sikap siswa pada saat pelaksanaan siklus II baik aktifitas dalam diskusi atau pelaporan hasil diskusi. Adanya peningkatan, partisipasi dalam pembelajaran sikap aktif melaksanakan pelaksanaan diskusi kelompok, memimpin diskusi mengangkat tangan untuk bertanya maupun menghargai pendapat orang lain sehingga proses pembelajaran aktif, inofatif, kreatif, dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Dimyati dan Sudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Putra. Hamalik, Oemar.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendapatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Lepank. 2012. Efektifitas Belajar. www.co.id.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Darsono. Max. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Mudrajat. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Rieneka Putra.

Pendidikan Profesi Guru / Sertifikasi Guru /Info Pendidikan. Pengertian Hasil Belajar.www.co.id. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rieneka Cipta. Sudjana, Nana. 1998. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensia. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supranto. J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Edisi Ke Enam. Jakarta: Erlangga

Suprijono, Agus. Cooperatif Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. JogJakarta: Diva Press

Triyanto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publikasi.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Biosfer Pada Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II
Tabel 2. Tanggapan Siswa Siklus I Dan Siklus II Terhadap Penggunaan  Pembelajaran Model Jigsaw

Referensi

Dokumen terkait

Tumbuhan Artocarpus juga menghasilkan senyawa-senyawa turunan piranoflavon, senyawa jenis ini dihasilkan dari siklisasi antara gugus hidroksil pada posisi C-2’ di cincin B

BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR MUSEUM DAN PUSAT PELATIHAN MEDITASI BUDDHA DI SEMARANG, JAWA TENGAH .... Pengelompokan

Berdasarkan hasil penelitian, kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian, indikator kualitas rasa produk UKM Martabak Mas Ipung masih tergolong

Adalah golongan yang setia terhadap suatu merek dimana dasar kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban dan kebanggaan. Golongan ini memang puas, setidaknya tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit bidang farmasi yang meliputi: lama waktu tunggu pelayanan

Pernyataan Ibn Atsir tersebut juga dikuatkan oleh pendapat al-Qutaiby - yang dikutip oleh Yaqub (2003:22) - yang memberikan komentar terhadap hadis tersebut: "Kata miskin dalam

Dalam tulisan ini penulis menggunakan teori semiotika sosial untuk mengetahui makna yang terdapat pada tanda berupa kata-kata dan kalimat dalam teks berita di Suratkabar

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis