38 BAB V
TATO SEBAGAI SIMBOL IDENTITAS WANITA
(Studi Kasus Pada Wanita Bertato di Komunitas Salatiga Seni Radjah)
5.1 Proses Membentuk Identitas Melalui Tatoo Di Tubuh Wanita.
Makna tato terbentuk dari sebuah pengalaman dalam masyarakat itu sendiri,
dimana didalamnya terdapat realitas-realitas yang dipandang secara subjektif,
objektif, dan simbolik sehingga masyarakat dapat dipandang sebagai realitas subjektif
maupun realitas objektif.
Terbentuknya suatu identitas dipengaruhi oleh kategorisasi sosial,. Identitas
sosia ladalah kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan yang mengintegrasikan
gambaran diri yang diterima atau yang tidak diterima oleh orang lain. Untuk
mendapat suatu identitas kelompok seseorang masuk kedalam kategorisasi sosial
yaitu kesatuan manusia yang terwujud karena adanya ciri khusus. Seperti halnya pada
wanita bertato yang tergabung dalam Komunitas Salatiga Seni Radjah, mereka
membentuk identitas melalui tato karena adanya pengaruh budaya dan kesadaran baik
positif dan negative dari diri mereka masing-masing.
Seperti yang diungkapkan oleh Setyaningrum sebagai berikut:
39
Hal tersebut berarti tato dimaknai sebagai perwujudan identitas seni (Kirana.
2010). Tato dari aspek seni dimaknai dalam bentuk hobi, ekspresi, kreativitas, dan
gaya hidup, dari aspek bisnis tato dimaknai sebagai sumber penghasilan, atau lahan
pekerjaan terutama oleh mereka yang berprofesi sebagai tattoo artist dan pemilik
studio. Tato sebagai identitas merupakan perwujudan dari diri seseorang atau sebagai
simbol untuk menggambarkan diri seseorang berdasarkan maksud dan tujuan dari tato
yang dimilikinya. Selain itu, dalam ranah komunitas dan lingkungan sosial, tato pun
menjadi identitas mereka yang menunjukkan bahwa mereka sebagai pencinta dan
penggemar tato. Selain itu, identitas pun dapat dimengerti melalui kesengajaan
mereka untuk mengungkapkan identitasnya sebagai pencinta dan penggemar tato.
Berkaitan dengan pembentukan identitas diri pada perempuan bertato,
merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam proses pencarian
identitas diri pada perempuan tersebut. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas diri diantaranya adalah faktor subyektif, genetik, dinamis,
struktural, adaptif, timbal balik psikososial dan status eksistensial dan pada ketiga
subjek dari ketujuh faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas diri ketiga
subjek memiliki masing-masing faktor lebih mempengaruhi dalam proses pencarian
identitas diri mereka yang pada akhirnya memberikan dampak positif pada diri
mereka.
Menurut Hogg (2004), Faktor peningkatan diri (self enchacemen) dimana
40
terhadap kelompok lain yang berada diluar dirinnya. Selain itu juga berfungsi untuk
mengevaluasi identitas kolektif. Dalam konteks kelompok yang lebih menonjol, Self
dalam pembahasan Hogg dapat dimaknai sebagai Collective Self atau identitas social.
Dalam hal ini faktor peningkatan diri (self enchacemen) merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap diri perempuan untuk memiliki tato dimana pemilik tato
tidak memiliki rasa ragu untuk bertato selain itu juga memiliki tokoh atau figur idola
yang menginspirasi subjek untuk bertato sehingga membuat dirinya semakin yakin
dan hal ini juga yang mendasari seseorang memiliki gambaran diri yang positif
setelah bertato dimana seseorang menjadi semakin percaya diri dan merasa lebih
menarik.
Seorang perempuan yang memiliki tato karena adanya faktor Uncertainty
Reduction (reduksi yang tidak menentu). Tanpa motivasi ini individu tidak akan tahu
dirinya sendiri, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana mereka harus
melakukannya. Sekaligus berfungsi untuk pembentukan protoype identitas social.
Faktor dari pembentukan identitas diri yang paling berpengaruh didalam diri subjek
untuk bertato dikarenakan dengan tidak adanya keraguan dalam dirinya untuk bertato
dan dengan adanya dukungan dari teman-teman dilingkungan sekitarnya membuat
subjek menjadi semakin yakin dan untuk bertto yang pada akhirnya memberikan
dampak positif pada dirinya dan membuat subjek memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dan menjadikan subjek memiliki gambaran diri yang positif. Berbeda dengan
41
merupakan faktor yang berpengaruh dalam diri subjek dimana rasa yakin dan tidak
adanya rasa ragu dalam diri subjek untuk bertato serta adanya dukungan dari orang
tua yang membuat diri subjek semakin merasa yakin untuk bertato yang pada
akhirnya memberikan dampak positif pada diri subjek dan menjadikan subjek
memiliki gambaran diri yang positif dimana setelah bertato subjek menjadi semakin
percaya diri, menjadi merasa lebih menarik dan menjadi semakin cantik.
5.2 Persepsi Tattoo Yang Dimiliki Wanita Di Komunitas Salatiga Seni Radjah Sebagai Identitas Sosial Di Komunitas Seni Radjah
Seseorang wanita yang memiliki tato yang sudah masuk bagian dari kelompok
social dan untuk menumbuhkan suatu identitas melibatkan adanya proses
motivasi-motivasi diantaranya yaitu motivasi-motivasi Self Enchacemen (peningkatan diri) dan motivasi
Uncertainty Reduction (reduksi yang tidak menentu). Motivasi Self Enchacemen
(peningkatan diri) adalah motivasi yang diberikan kepada individu yang bertujuan
dimana individu dimanfaatkan untuk meningkatkan, memajukan dan menjaga status
kelompok terhadap kelompok lain. Sedangkan motivasi Uncertainty Reduction
(reduksi yang tidak menentu) adalah motivasi yang diberikan untuk mengetahui
posisi kondisi sosial dimana individu itu berada.
Seperti yang diungkapkan oleh Setyaningrum berikut ini:
42
tato, ini hanya sekedar saya termotivasi melihat teman-teman saya yang menggunakan tato. Saya melihat keindahan tersendiri dalam tato. Sehingga saya termotivasi menggunakan tato. Dari sisi identitas, memang masyarakat menilai buruk pada wanita yang memiliki tato, tapi saya cuek saja, bagi saya tato adalan identitas seni”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ayu, yang mengatakan:
“saya memiliki tato dilengan kiri, dengan tulisan lLet it Be… ini hanya sebagai identitas diri, serta termotivasi dengan tulisan tersebut, selain sebagai identitas, makna tato sebagai identitas diri saya adalah seorang yang cuek, dengan tulisan Let it Be.. ini yang berarti biarin saja.
Vera mengungkapkan:
“saya memiliki tato peri, bagi saya tato gambar peri yang saya miliki ini mencerminkan identitas diri saya sebagai sosok yang cantik, dan pingin bebas kemana saja. Saya memiliki tato karena saya ingin berkreasi saja, Saya tidak mempedulikan identitas social dimasayarakat yang mengatakan bahwa perempuan yang memiliki tato adalah wanita yang tidak baik. Tato bagi saya adalah seni seperti identitas diri saya yang ingin bebas, namun memiki kepribadian yang baik kaya peri, hahahahahahahahaaha”
Dhea, juga mengungkapkan:
43 Vifi, mengungkapkan:
“Saya memiliki tato kucing di betis,karena ya.. jika ketutup baju atau celana ya percuma mas… kalau memiliki tato… mending diperlihatkan langsung.. biar banyak orang tau.. iniloh identitas sawa wanita bertato.Saya memiliki tato ya sebenarnya hal ini sebagai seni aja sih mas, saya suka seni saja. Makna tato kucing… emmmmm gimana ya mas, mas tau sendiri kucing tu kaya apa,.. binatang yang imut lucu dan menggemaskan, namun disisi lain memiliki kegalakan jika diledekin, nah kucing itu mencerminkan diri saya mas. Biar orang tau identitas saya seperti kucing ahahahahaha… tp jika dilihat dari identitas social memang buruk sih mas dimata masyarakat yang tidak tahu arti seni ditubuh, tapi ya cuek aja sih mas, mereka mau perfikiran apa tentang saya”.
Kiki, mengungkapkan:
”Saya memiliki tato tengkorak dilengan saya, supaya terlihat dan banyak orang yang dpat melihat tato saya.. disisi lain sebagi identitas atau ciri kas saya yaitu wanita yang memiliki tato dilengan. Saya memiliki tato tidak bermaksud untuk saya suka tengkorak mas, tau sendiri kan tengkorak tu menyeramkan. Tp bagi saya tato tengkorak ini memiliki makna identitas seperti ini, setiap orang nantinya akan mati mas, dan nantinya juga akan menjadi tengkorak, nah… artinya bagi saya tu mas janganlah memikirkan yang ada pada saat ini, tapi berfikirlah masa depan. Bagi saya tato ini mencerminkan identitas saya mas, saya tu orang yang tidak mau berfikiran
yang pendek saja… alias saya trauma dengan kejadian yang lalu…
heheheheeheheh. Masalah wanita bertato kan saat ini banyak yang berfikiran negative mas, saya sih tidak peduli dengan pandangan orang lain, yang penting saya tidak bertingkah negative aja sih mas”.
Berta, mengungkapkan:
44
dicari.. ya seperti diri saya mas yang susah dicari… ahahaha bukan itu mas. Maksudnya adalah saya suka mawar dengan keunikan tersendiri, yaitu wangi.. namun berduri”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, persepsi tattoo yang
dimiliki wanita di Komunitas Salatiga Seni Radjah sebagai identitas social itu
berbeda-beda, ada yang mempersepsikan tato sebagai identitas diri sendiri dan juga
ada yang menjadikan tato sebagai identitas jika saya menyukai sesuatu seperti tadi
bunga mawar. Namun persepsi mereka akan tato sebagai identitas soasial yang mana
perempuan bertato memiliki persepsi yang kurang baik dimasyarakat, mereka tidak
menghiraukan hal tersebut. Perempuan bertato di Komunitas Salatiga Seni Radjah
menganggap tato adalah seni yang mencerminkan kepribadian diri sendiri.
Makna tato bagi perempuan pengguna tato di Komunitas Salatiga Seni Radjah
adalah suatu tindakan kesengajaan terhadap kesadaran akan nilai-nilai tato bagi
mereka. Nilai-nilai tato yang dimaksud disini adalah ketertarikan yang berupa
perasaan senang, bangga, kegemaran terhadap seni tato, serta cara untuk
mengungkapkan rasa dari pengalaman pribadi sebagai manusia yang menjalani
kehidupan yang diwujudkan melalui suatu gambar di tubuh mereka.
Faktor yang mendorong mereka untuk membuat tato antara lain faktor yang
ada didalam diri dan faktor dari luar diri mereka. Dari dalam diri adalah
perasaanperasaan mereka yang akhirnya menginginkan untuk membuat tato,
sedangkan dari luar yaitu adanya motivasi dari teman dan kelompok acuan serta dari
45
pandangan agama yang melarang, mereka mempunyai pendapat sendiri, dimana
mereka dengan Komunitas Salatiga Seni Radjah ini yang senantiasa sering
memberikan masukan positive agar sesama anggota pengguna tato untuk selalu
menjaga sikap dan perilaku mereka dimanapun berada. Mereka juga beranggapan
dengan tato yang ada ditubuhnya bukan berarti mereka orang yang jahat karena orang
jahat juga belum tentu mempunyai tato. Orang yang tampak bagus didepan juga
belum tentu bagus diluar, tentunya perempuan pengguna tato ini akan selalu menjaga
sikap dan perilaku yang baik ditengah masyarakat dan mereka meyakini bahwasanya
stigma negative yang selama ini melekat akan hilang dan tidak ada lagi keraguan bagi
perempuan yang ingin menggunakan tato.
Seorang perempuan yang memiliki tato akan mengidentifikasikan diri pada
sebuah kelompok, maka status dan gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan
mempengaruhi persepsi setiap individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian
menuntut individu untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun
kelompok yang lain (Barron and Donn, 1991). Bagi wanita bertato yang tergabung
dalam kelompok akan berusaha meningkatkan harga diri, yaitu: identitas pribadi
(personal identity) dan identitas sosial (social identity) yang berasal dari kelompok
yang mereka miliki. Jadi, mereka dapat memperteguh harga diri mereka dengan
prestasi yang mereka miliki secara pribadi dan bagaimana mereka membandingkan
46
Artinya, seseorang perempuan yang bertato memiliki kelekatan emosional
terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari
keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang memakai identitas
sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif
kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan
memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki dinilai memiliki
prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan identifikasi yang rendah
terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang mengancam harga diri maka
kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan perasaan tidak suka terhadap
kelompok lain juga meningkat.
Ketika perempuan yang bertato yang berada dalam kelompok merasa menjadi
bagian dalam sebuah kelompok, maka akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang
ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut.
Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak „dianggap‟ dalam
kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam