MAKALAH
ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN
KODE ETIK ORGANISASI PROFESI KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Hukum Keperawatan
Disusun Oleh : 1. RESTY. K 2. DIDIK. M
Prodi SI Keperawatan STIKES YPIB Majalengka
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah,SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mempunyai judul ”KODE ETIK ORGANISASI PROFESI KEPERAWATAN”, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Hukum Keperawatan.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.
Majalengka, 18 Oktober 2011
DAFTAR ISI
i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1.PENGERTIAN KODE ETIK
1.2.LATAR BELAKANG LAHIRNYA PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN
B. BAB II PEMBAHASAN
2.1. KODE ETIKA DALAM KEPERAWATAN
2.2. STANDAR ETIKA LEGAL DALAM KEPERAWATAN
C. BAB III PERILAKU ETIKA DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL
3.1. PERILAKU ETIKA
3.2. TINDAKAN PERAWAT PROFESIONAL
D. BAB IV MASALAH LEGAL DALAM ETIKA KEPERAWATAN 4.1. BENTUK KELALAIAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN ASKEP
4.2. CONTOH PELANGGARAN KASUS KODE ETIK
4.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK E. BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN 5.2. SARAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Kode Etik
Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.
1.2 Latar Belakang Lahirnya Pelanggaran Kode Etik Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN
2.1 Kode Etik dalam Keperawatan
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut adalah kode sesuai etika dan moral serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
2.1.1 Fungsi Kode Etik Perawat
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan. 4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
2.1.2 Kode Etik Keperawatan Indonesia
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang perawat professional yaitu:
1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat
a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat.
c. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.
2. Tanggungjawab terhadap Tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
3. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
4. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan
a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya. 5. Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):
a) Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga kesehatan lainnya.
b) Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c) Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan profesional.
d) Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
2.2 Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan
Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:
a. Standar etik
b. Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
BAB III
PERILAKU ETIK DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL
3.1. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu: a. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan kewajibannya dalam bertindak.
b. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
3.1.1 Asas Etik dalam Keperawatan Terdapat asas etik dalam keperawatan yaitu:
a. Asas menghormati otonomy klien( autonomy) b. Asas manfaat( beneficence)
c. Asas tidak merugikan (non –maleficence) d. Asas kejujuran( veracity)
e. Asas kerahasiaan ( confidentiality) f. Asas keadilan( justice)
h. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.
i. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir
k. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.
l. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.
3.2 Tindakan Perawat Profesional
Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat berkaitan langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di atasi.
3.2.1 Karakteristik Perawat Profesional
1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
c) C= Consider the option
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting”
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford ).
Cara penyelesaian:
a) Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.
b) Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik
c) Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.
d) Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:
1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan
e) Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.
f) Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip etik.
BAB IV
MASALAH LEGAL DALAM ETIKA KEPERAWATAN
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman penjara jika :
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
4.1 Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:
1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya: pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.
4.2 Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat
Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu: 1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan
2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis, karena nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.
4.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Medik Perawat 4.3.1 Karakteristik Perawat
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.
b) Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- - Rp1.000.000,- per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).
c) Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
4.3.2 karakteristik pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular yang dapat mengurangi angka penyakit.
b. Faktor Organisasional
1. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
2. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.
4. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
c. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan) 1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan
2. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.
3. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut.
4.3.3 Landasan Teori
1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit (Priharjo, 2005).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan pedoman perawat profesional dalam melakukan tindakan praktik keperawatan secara professional sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas utama.
2. Bentuk-bentuk kelalaian dapat berupa aborsi, euthanasia, diskriminasi terhadap klien, dan lain sebagainya.
3. Pelanggaran berkaitan kode etik tersebut banyak di pengaruhi oleh karakteristik perawat, pasien, dan kurangnya pemahaman tentang landasan teori berkaitan kode etik perawat.
5.2 Saran
menjadikan keamanan dan keselamatan pasien sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat di hindari atau di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.
Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.