PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS PADA MATA PELAJARAN IPA
SDK DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Nama : Ika Daru Ratri
NIM : 091134204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAN DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS PADA MATA PELAJARAN IPA
SDK DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Nama : Ika Daru Ratri
NIM : 091134204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAN DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
“Tugas dihadapan kita tak kan pernah sebesar
kekuatan dibelakang kita”
“Hadapi semua dengan senyuman”
“Kemauan jauh lebih penting daripada
kemampuan”
(Krishnamurti)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini dengan tulus saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria 2. Ibu dan Babhe tercinta
3. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4. Sahabatku Ichunk yang sudah menghadap Bapa di Surga 5. Sayankku “Is Mugitahara”
6. Teman-teman, sahabat dan semua saudara.
S
kutipan dan
PERNY
atakan denga
ya atau bagi
daftar pusta
YATAAN K
an sesungguh
an kartya or
aka sebagaim
KEASLIAN
hnya bahwa
ang lain, kec
mana layakny
N KARYA T
skripsi yang
cuali yang te
ya karya ilm
Yogyak Yang m
Ika Dar TULIS
g saya tulis in
elah disebutk
miah.
karta, 20 Juli menyatakan,
ru Ratri
ni tidak
kan dalam
Y “Pengaruh P Kritis Kateg
Dibuat di Yo Pada tangga Yang menya
Ika Daru Ra
NYATAAN UNT
nda tangan di ma : I Penerapan M gori Afektif K ”. Dengan yimpan, men pangkalan
asikannya un pun membe kan nama sa
ernyataan in Ika Daru Ra 091134204
demikian U ngalihkan da data, m ntuk kepenti erikan roya
ya sebagai p
i saya buat d an Ilmu Pend ahuan, saya gyakarta kar kuiri Terhad
a Mata Pelaj Universitas
alam bentuk mendistribusi ingan akadem alti dalam penulis. rya ilmiah dap Prestasi ajaran IPA S
Sanata Dha k media lain ikan seca mis tanpa h bentuk a
narnya.
ARYA ILM MIS
n kepada Pe saya yang g berjudul an Berpikir
gan Baru 1 punyai hak hnya dalam
tas, dan nta ijin dari
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
penyertaan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir
Kritis Kategori Afektif Khusus pada Pelajaran IPA SDK Demangan Baru”
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Pendidikan.
Penulis sangat yakin bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan,
bimbingan, nasihat, kerjasama dan bantuan baik moril maupun spirituil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan
memberkati hingga terselesainya skripsi ini.
2. Orangtuaku yang selalu memberikan semangat dan motivasi hingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
5. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku dosen pembimbing I.
6. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A. selaku dosen
7. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi.
8. Teman-teman penelitian kolaboratif IPA (Benedicta Ika, Nining, Eva, dan
lain-lain) yang sudah banyak membantu.
9. Fendika Aji, Pho, Tuyul, Rahma, dan bang Ayik yang membantu dan
mendukung terselesainya skripsi ini.
10.Sayankku yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasi dalam
bentuk apapun.
11.Teman-teman PGSD USD angkatan 2009.
12.Bapak Haryanta, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDK Demangan Baru 1.
13.Bapak Hartoyo selaku guru mitra di SDK Demangan Baru 1.
14.Bapak/Ibu Guru dan Karyawan di SDK Demangan Baru 1 yang selalu
memberi motivasi.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak kekurangan dan kekeliruan karena penulis adalah seseorang
yang sedang belajar. Namun penulis berharap, semoga karya sederhana yang
jauh dari sempurna ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa program
studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma yang akan
melakukan penelitian dan menghasilkan karya tulis yang lebih baik.
Yogyakarta, 20 Juli 2011
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Selain itu juga untuk mengetahui apakah penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kategori afektif umum siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan di SDK Demangan Baru Yogyakarta pada bulan Maret 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VA dengan jumlah 38 dan VB dengan jumlah 37 di SDK Demangan Baru Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pretest, posttest dan kuesioner. Setelah data diperoleh, maka diadakan pengujian dengan menggunakan PASW 18 for Windows.
Hasil penelitian prestasi belajar menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari harga Sig (2-tailed) 0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara pretest ke posttest. Sedangkan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik kelompok eksperimen yang menggunakan metode inkuiri maupun kelompok kontrol dengan metode tradisional sama-sama meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dilihat dari harga sig (2-tailed) 0,661 > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kenaikan pada kelas kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian tentang kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus menunjukkan bahwa harga sig (2-tailed) 0,058 > 0,05 yang berarti metode inkuiri tidak meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, kenaikan rata-rata berpikir kritis pada kelompok eksperimen jauh lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari harga Sig (2-tailed) 0,012 < 0,05
Kata kunci : pesawat sederhana, metode inkuiri terbimbing, prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus.
ABSTRACT
This research aims to know whether or not the application of cooperative enquiry method in Science subject for simple instrument material can improve the learning performance of the fifth grade of SDK Demangan Baru students on the even semester of 2010/2011. Besides, it also aims to know whether or not the application of cooperative enquiry method in Science subject for simple instrument material can improve the critical thinking competence in general affective category of the fifth grade of SDK Demangan Baru students on the even semester of 2010/2011.
The research was implemented in SDK Demangan Baru Yogyakarta on March 2011. The research subjects of this research were the students of VA and VB (the fifth grade) of SDK Demangan Baru Yogyakarta. The research applied cooperative enquiry method on Science subject in simple instrument material. The data gathering technique used in this research were pre-test, post-test, and questionnaire. After gathering the data, the writer examined the data by using PASW 18 for Windows.
The result of learning performannce research showed that enquiry method could increase students’ learning performance on experiment group. It could be seen from Sig value (2-tailed) 0,000 < 0,05 meant that there was significant influence between the pre-test to the post-test. Meanwhile, if it was compared to control group, both experiment group which applied enquiry method and control group with traditional method could increase students’ learning performance. It could be seen from Sig value (2-tailed), 0,661 > 0,05 meant that there was no significant difference between the improvement of control class and experiment class. The result for the research of critical thinking competence in special affective category showed that Sig value (2-tailed) 0,058 < 0,05 meant that enquiry method could not increase the critical thinking competence in special affective category. Comparing to control group, the average improvement of critical thinking competence in experiment group was so higher. It could be seen rom Sig value (2-tailed) 0,012 < 0,05 which meant that there was a significant difference between experiment class and control class. Because of that, enquiry method was able to increase the critical thinking competence in special affective category, while traditional method was not able to do that.
Key words : simple instument, cooperative enquiry method, learning performance, critical thinking competence in special affective category.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
PRAKATA ... viii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Batasan Masalah ... 1.3Perumusan Masalah ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 4
1.5Manfaat Penelitian ... 4
1.6Sistematika Penyajian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Kajian Pustaka ... 6
2.1.1 Teori-teori yang relevan ... 6
2.1.1.1 Metode Inkuiri ... 6
2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing ... 12
2.1.1.4 Materi Pesawat Sederhana ... 15
2.1.1.5 Prestasi Belajar... 22
2.1.1.6 Kecakapan Berpikir Kritis ... ... 23
2.1.1.7 Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... . 24
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 25
2.3 Kerangka Berpikir ... 29
2.4 Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Populasi dan Sampel ... 32
3.3 Variabel Penelitian ... 33
3.4 Definisi operasional ... 34
3.5 Instrumen penelitian ... 35
3.6 Uji Validitas dan realibilitas Instrumen ... 37
3.6.1 Uji Validitas Instrumen... 37
3.6.1.1 Uji Validitas Konstrak ... 37
3.6.1.2 Uji Validitas Isi ... 42
3.6.2 Uji Reliabilitas ... ... 43
3.7Tekhnik Pengumpulan Data ... 45
3.8 Tekhnik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1Hasil Penelitian ... 51
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 51
4.1.1.1Data Prestasi Belajar ... 51
4.1.1.2Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 56
4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 61
4.1.2.1Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 61
4.2Pembahasan ... 96
4.1.3.1 Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar ... ... 96
4.1.3.2 Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Berpikir Kritis Afektif Khusus 100 4.2.1 Keterbatasan Penelitian ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
5.1 Kesimpulan ... 105
5.2 Saran ... 106
DAFTAR REFERENSI ... 107
DAFTAR TABEL
Judul Tabel
Tabel 1. kisi-kisi soal tes ... 36
Tabel 2. Kisi-kisi soal non tes ... 36
Tabel 3. Soal Uji validitas I... 38
Tabel 4. Soal Uji validitas II ... 39
Tabel 5. Soal Uji validitas III ... 40
Tabel 6. Ekuivalensi nomor soal ... 41
Tabel 7. kisi-kisi validitas isi ... 42
Tabel 8. Hasil uji beda ... 43
Tabel 9. hasil uji reliabilitas ... 44
Tabel 10. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 45
Tabel 11. Skor pilihan ganda ... 49
Tabel 12. Tabulasi Pretest Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 52
Tabel 13. Tabulasi Posttest Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 53
Tabel 14. Tabulasi Pretest Pilihan Ganda Kelompok Kontrol ... 54
Tabel 15. Tabulasi Posttest Pilihan Ganda Kelompok Kontrol ... 55
Tabel 16. Tabulasi Pretest Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 56
Tabel 17. Tabulasi Posttest Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 57
Tabel 18. Tabulasi Pretest Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 59
Tabel 19. Tabulasi Posttest Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 61
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Pretest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 62
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas Posttest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 64
Tabel 24. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 66
Tabel 25. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 67
Tabel 26. Uji Perbandingan Mean Prestasi belajar 1 ... 68
Tabel 27. Uji Perbandingan Mean Prestasi belajar 2 ... 69
Tabel 28. Uji Normalitas Kenaikan Kognitif Aspek Interpretasi ... 70
Tabel 29. Uji Normalitas Kenaikan Kognitif Aspek Analisis ... 71
Tabel 30. Uji Normalitas Kenaikan Kognitif Aspek Evaluasi ... 72
Tabel 31. Uji normalitas Kenaikan Kognitif Aspek Inferensi ... 73
Tabel 32. Hasil Uji Normalitas Kenaikan Kognitif Aspek Eksplanasi . 74 Tabel 33. Uji Ranking Kognitif (Prestasi belajar) ... 75
Tabel 34. Urutan Aspek Kognitif ... 76
Tabel 35. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Afektif Khusus ... 78
Tabel 36. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Afektif ... 79
Tabel 37. Uji Perbandingan Mean kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus Kelompok Eksperimen ... 80
Tabel 38. Uji Perbandingan Meankemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus Kelompok Eksperimen ... 81
Tabel 39. Hasil Uji Normalitas Data Kenaikan Afektif Khusus kelompok Eksperimen ... 83
Tabel 40. Hasil Uji Normalitas Data Kenaikan Afektif Khusus kelompok Kontrol ... 84
Tabel 41. Uji Perbandingan Mean berpikir kritis ... 85
Tabel 42. Uji Perbandingan Mean Prestasi belajar ... 85
Tabel 43. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 1 Afektif Khusus ... 87
Tabel 45. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 3 Afektif Khusus ... 88 Tabel 46. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 4 Afektif Khusus ... 89 Tabel 47. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 5 Afektif Khusus ... 90 Tabel 48. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 6 Afektif Khusus ... 91 Tabel 49. Hasil Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 7 Afektif Khusus ... 92 Tabel 50. Uji Ranking Afektif Khusus ... 93 Tabel 51. Urutan Aspek Afektif Khusus ... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Prinsip kerja pengungkit golongan I ... 17
Gambar 2. Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan I ... 18
Gambar 3. Prinsip kerja pengungkit golongan II ... 18
Gambar 4. Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan II ... 18
Gambar 5. Prinsip kerja pengungkit golongan III ... 19
Gambar 6. Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan II ... 19
Gambar 7. Contoh penggunaan bidang miring ... 20
Gambar 8. Bidang miring untuk memindahkan peti ... 20
Gambar 9. Alat-alat yang termasuk bidang miring ... 20
Gambar 10. Jenis-jenis katrol ... 21
Gambar 11. Timba sumur ... 22
Gambar 12. Kursi roda ... 22
Gambar 13. Bagan penelitian sebelumnya ... 30
Gambar 14. Time Series Desain ... 33
Gambar 15. Nonequivalent Control Group Desaign ... 34
Gambar 16. Bagan variabel ... 36
Gambar 17. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Pilihan Ganda ... 62
Gambar 18. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Pilihan Ganda ... 63
Gambar 19. Grafik Uji Normalitas Data Prestasi kelompok eksperimen ... 66
Gambar 20. Grafik Uji Normalitas Data Prestasi kelompok kontrol ... 67
Gambar 22. Grafik Uji Normalitas Aspek Analisis ... 71
Gambar 23. Grafik Uji Normalitas Aspek Evaluasi ... 72
Gambar 24. Grafik Uji Normalitas Aspek Inferensi ... 73
Gambar 25. Grafik Uji Normalitas Aspek Eksplanasi ... 74
Gambar 26. Grafik Kenaikan Pretest-Postest Tiap Aspek Kognitif ... 76
Gambar 27. Grafik kenaikan aspek prestasi belajar ... 77
Gambar 28. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Afektif Khusus... 78
Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Afektif Khusus ... 79
Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Kenaikan Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 82
Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Kenaikan Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 83
Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 1 ... 86
Gambar 33. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 2 ... 87
Gambar 34. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 3 ... 88
Gambar 35. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 4 ... 89
Gambar 36. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 5 ... 90
Gambar 37. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 6 ... 91
Gambar 38. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Kenaikan Aspek 7 ... 92
Gambar 39. Grafik Kenaikan Tiap Aspek Afektif Khusus ... 95
Gambar 40. Grafik kenaikan aspek afektif khusus ... 95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP
Lampiran 2. LKS yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 3. Uji Validitas
Lampiran 4. Uji Reliabilitas
Lampiran 5. Uji Beda
Lampiran 6. Uji Normalitas Sasaran 1 Prestasi Belajar
Lampiran 7. Uji T Sasaran 1 Prestasi Belajar
Lampiran 8. Uji Normalitas Sasaran 2 Prestasi Belajar
Lampiran 9. Uji T Sasaran 2 Prestasi Belajar
Lampiran 10. Uji Normalitas Sasaran 3 Prestasi Belajar
Lampiran 11. Analisis Kruskal Wallis Sasaran 3 Prestasi Belajar
Lampiran 12. Analisis Annova Sasaran 3 Prestasi Belajar
Lampiran 13. Uji Normalitas Sasaran 1 Afektif Khusus
Lampiran 14. Uji T Sasaran 1 Afektif Khusus
Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas sasaran 2 Afektif Khusus
Lampiran 17. Uji Normalitas Sasaran 3 Afektif Khusus
Lampiran 18. Analisis Kruskal Wallis Sasaran 3 Afektif Khusus
Lampiran 19.analisis Annova Sasaran 3 Afektif Khusus
Lampiran 20. Soal Pilihan Ganda Uji Validitas
Lampiran 21. Soal Pretest dan Postest
Lampiran 22. Jawaban Pretest dan Posttest
Lampiran 23. Lembar Kuesioner yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 24. Foto-foto Penelitian
Lampiran 25. Surat Penelitian
Lampiran 26. Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Di jaman yang semakin maju dan berkembang ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Setiap anak harus dapat mengembangkan bakat dan kreativitasnya, serta dapat mencari pengetahuan yang seluas-luasnya. Anak dapat belajar secara langsung maupun dari orang lain yang dianggapnya sebagai panutan. Sama halnya dengan di sekolah, anak dapat belajar tentang banyak hal. Misalnya Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan IPA
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah diajarkan sejak SD. Melalui IPA, siswa belajar tentang banyak hal yang terjadi di alam dan di lingkungannya, misalnya belajar tentang cahaya, energi bunyi dan perpindahan panas. Hal ini sangat penting untuk dipelajari siswa karena dalam kehidupannya, siswa tidak terlepas dari alam dan lingkungannya.
tertarik untuk mempelajari IPA. Bagi mereka, IPA merupakan momok tersendiri karena IPA menekankan pada satu jawaban pasti. Hal ini menunjukkan kecermatan dan ketepatan siswa dalam pemahaman teori, hukum, prinsip, konsep, dan fakta-faktanya. Tidak hanya itu, dari pengamatan pada saat pembelajaran IPA banyak peserta didik yang merasa bosan, karena terkesan monoton, sehingga siswa SD tidak dapat menangkap apa yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa yang kurang baik.
Dalam hal ini, pemilihan metode yang tepat juga sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Selama bertahun-tahun metode mengajar IPA di Sekolah Dasar ialah metode ceramah. Metode ini hanya menekankan pada siswa mendengarkan dan mencatat, tanpa mengetahui kedalaman pemahaman siswa secara menyeluruh. Padahal, pengajaran IPA akan lebih mudah dimengerti siswa bila terjadi pengalaman secara langsung, terlebih melalui penemuan-penemuan.
Siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 juga mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang pesawat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 70. Nilai rata-rata siswa pada materi tersebut banyak yang masih dibawah KKM. Kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman siswa pada materi ini adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan informasi dari penjelasan guru dan kurangnya variasi pada metode pembelajaran.
dimilikinya, terlebih kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus. Sudarto (1984:23) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dapat dicapai siswa pada saat dilakukan evaluasi. Sedangkan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan sikap dalam menghadapi permasalahan-permasalahan.
Ada berbagai macam metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya metode tanya jawab, metode diskusi kelompok, metode demonstrasi, dan metode inkuiri terbimbing. Salah satu metode mengajar yang baik diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus dalam mata pelajaran IPA adalah metode inkuiri terbimbing.
Metode inkuiri terbimbing adalah suatu metode mengajar yang melibatkan siswa secara penuh, guru hanya sebagai pendamping dan fasilitator. Dengan metode inkuiri terbimbing, siswa diharapkan dapat terlibat langsung dalam proses belajar yang aktif melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang dihadapi.
1.2 Batasan Masalah
dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing pada materi pokok pesawat sederhana.
1.3 Rumusan Masalah
Dilandasi dari latar belakang masalah, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011?
b. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada kategori disposisi afektif khusus siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
kritis pada kategori afektif umum siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi siswa
Melatih siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya sekaligus membuktikan kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
b. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan pengajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri.
c. Bagi guru
Merupakan salah satu referensi menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pengajaran di kelas.
d. Bagi perpustakaan
1.6 Sistematika Penyajian
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II berisi landasan teori yang terdiri dari tiga sub-bab yaitu kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka meliputi konsep-konsep dasar, teori-teori yang relevan, dan hasil penelitian sebelumnya.
Bab III berisi metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penetilian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dibahas landasan teori yang berisi tentang kajian pustaka, penelitian sebelumnya dan kerangka berpikir.
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1 Metode Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Hermanphysics, 2010).
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa secara maksimal dalam memperoleh dan mendapatkan informasi melalui kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya.
Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Dalam proses inkuiri, terdapat beberapa langkah atau tahap-tahap. Gulo menyebutkan langkah-langkah inkuiri adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah inkuiri Kemampuan yang dituntut
1. Merumuskan masalah a. Kesadaran terhadap masalah b. Melihat pentingnya masalah c. Merumuskan masalah 2. Merumuskan jawaban
sementara
a. Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
b. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis
c. Merumuskan hipotesis 3. Menguji jawaban tentatif 1. Merakit peristiwa
a. Mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan
b. Mengumpulkan data c. Mengevaluasi data 2.Menyusun data
a. Mentranslasikan data b. Menginterprestasikan data c. Mengklasifikasikan 3.Analisis data
b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi,
dan keteraturan
4. Menarik kesimpulan a. Mencari pola dan makna hubungan b. Merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
Peran guru di dalam pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan dan arahan jika diperlukan oleh siswa. Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggungjawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menganggu proses belajar siswa. Dalam Hermanphysics (2010) dikatakan bahwa langkah pembelajaran inkuiri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari:
1. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam 2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi 3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
4. Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan 5. Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.
Hamalik mengatakan langkah-langkah menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut (2009: 64):
1. Mengidentifikasi situasi 2. Merumuskan masalah 3. Merumuskan hipotesis
Menurut Sanjaya (2008:201), langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
2. Merumuskan masalah 3. Mengajukan hipotesis 4. Mengumpulkan data 5. Menguji hipotesis 6. Merumuskan kesimpulan
Dari uraian di atas penelitian ini akan menggunakan tujuh langkah dalam kegiatan inkuiri, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, mengevaluasi
Ada berbagai jenis metode inkuiri (Amien, 1988), yaitu: - Guided Discovery-Inquiry
Guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa tidak merumuskan problem. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
- Modified Inquiry
menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Guru dapat memberikan pertanyaan– pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah dari suatu problem.
- Free Inquiry
Siswa mengidentifikasi dan merumuskan problem yang dipelajari. Pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa ke free inquiry adalah: Anda telah mempelajari mengenai eksperimen ini, dari eksperimen tersebut, apakah yang dapat Anda pikirkan?
- Invitation into Inquiry
Melibatkan siswa dalam proses pemecahan problem yang caranya serupa dengan cara-cara yang umum diikuti oleh para ilmuwan yaitu meliputi merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi data, menentukan kesimpulan dalam merencanakan percobaan dan mengenal bagaimana kesalahan eksperimen dapat diperkecil. - Inquiry Role Approach
Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-im yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan Invitation Into Inquiry. Anggota tim bekerjasama untuk memecahkan problem yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Masing – masing anggota tim mempunyai peranan sebagai:
team coordinator, technical advisor, data recorder dan process valuator.
a. Kelebihan :
- Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri
- Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya
- Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif pada peserta didik
- Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya
- Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
b. Kekurangan
- Tidak sesuai dengan kelas yang besar jumlah peserta didiknya - Memerlukan fasilitas yang memadahi
- Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional, sedangkan metode ini dirasakan guru belum melaksanakan tugas mengajarnya karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing
- Kebebasan yang diberikan peserta didik tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik kebingungan memanfaatkannya.
2.1.1.2 Metode Inkuiri Terbimbing
Dalam pembelajaran, khususnya di Sekolah Dasar metode inkuiri yang cocok digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing menurut Earlmate (2008) yaitu siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Jadi dalam inkuiri terbimbing guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa tidak merumuskan masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
2.1.1.3 Pengertian IPA
Amien (1987) menyebutkan bahwa IPA dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk yaitu fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA.
a. Fakta
Yang disebut fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi sacara obyektif. Contoh fakta dalam IPA adalah harimau termasuk golongan hewan karnivora.
b. Konsep
c. Prinsip
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Contoh “Udara yang dipanaskan memuai”, adalah prinsip yang menghubungkan konsep udara, panas dan memuai.
d. Teori Ilmiah
Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep dan prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model, atau gambaran yang dibuat oleh ilmuan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh teori ilmiah adalah “Bila orang tidak mempunyai teori tentang gravitasi, ia tidak akan pergi ke bulan”.
e. Hukum
Hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena mengalami pengujian-pengujian yang lebih keras, hukum bersifat lebih kekal. Contoh hukum misalnya hukum kekebalan energi, berkata bahwa dalam suatu interaksi tidak ada energi yang diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk lain.
2. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, dan mengkomunikasikan hasil.
Selain pengertian IPA yang dilihat dari beberapa aspek tersebut, ada beberapa ahli yang menyatakan definisi IPA, yaitu sebagai berikut:
Fisher (dalam Amien, 1987) menyatakan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Carin (dalam Amien, 1987) menyatakan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang didalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
2.1.1.4 Materi Pesawat Sederhana
Materi adalah bahan yang akan disampaikan pada peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Pesawat sederhana merupakan salah satu materi IPA di SD kelas V semester 2. Materi pesawat sederhana masuk dalan Standar Kompetensi 5, yaitu memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya dan Kompetensi Dasar 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
s
sederhana d katrol, bidan Tuas atau p titik tumpu b
Contoh alat-gunting, tang
Keterangan a: titik tump b: letak kuas c: letak beba Pengungkit g
dapat dikelom ng miring da pengungkit te
berada di ant
Gamb
-alat yang m g dan pemot
Gambar an roda berpo
erbagi menj tara titik beb
(Buku BS
alam empat oros.
adi 3 golon ban dan titik
SE IPA 5 Saling
kerja pengu
n prinsip ke
SE IPA 5 Saling
t yang terma
berada di an
jenis, yaitu
ngan. Pengun
ntara titik ku
tuas atau p
ngkit golong
gan I
gkit golonga
gkit golonga
uasa dan titik
pengungkit,
gan I yaitu
an I adalah
an I
C dan titik beb
Gam
t yang meng ng, pembuka
(B
mbar III. Prin
ggunakan p kaleng dan
Buku BSE IPA
IV. Alat-alat
golongan I
(Buku BS
mbar V. Prin
SE IPA 5 Saling
nsip kerja pe
rinsip kerja pemotong k
5 Salingtemas)
t yang terma
II yaitu leta
SE IPA 5 Saling
nsip kerja pen
gtemas)
ak titik kuas
gtemas)
ngungkit go
olongan II
t golongan
gkit golonga
sa diantara t
longan III
II adalah
an II
Contoh alat-alat yang menggunakan prinsip kerja pengungkit golongan III adalah stapler, pinset dan sapu.
(Buku BSE IPA 5 Salingtemas)
Gambar VI. Alat-alat yang termasuk pengungkit golongan III
Jenis pesawat sederhana lainnya adalah bidang miring. Yang dimaksud bidang miring yaitu permukaan yang salah satu ujungnya lebih tinggi dari ujung uang lain. Manfaat bidang miring adalah mempermudah pekerjaan dalam memindahkan benda-benda yang berat. Contohnya adalah anak tangga dan jalan menuju ke puncak gunung yang dibuat berkelok-kelok.
(Buku BSE IPA 5 Salingtemas)
B
ng juga dap au ditarik me engangkat pe
Gambar V
a tajam sep a bidang mir ng.
Gambar
at membantu elalui bidang eti secara lan
(Buku BS
VIII. Bidang
perti pisau, ring. Bagian
(Buku BS
IX. Alat-ala
u memindah g miring. Te ngsung.
SE IPA 5 Saling
miring untu
kapak, pah n yang tajam
SE IPA 5 Saling
at yang terma
hkan peti ke enaga yang d
gtemas)
uk memindah
hat, dan pak m dari alat-al
gtemas)
asuk bidang
dalam truk. dikeluarkan
hkan peti
ku juga me lat tersebut m
miring
. Peti dapat lebih kecil
d jenis katrol, Katrol tetap berubah pos tidak dipasa adalah katro ganda atau disatukan de
Contoh alat
s pesawat se dupan sehari
yaitu katrol adalah katr sisinya. Katr ang pada su ol yang terdi takal adalah engan tali.
yang mengg
ederhana lai -hari untuk m tetap, katro ol yang dita rol bebas ad uatu tempat iri dari lebih h katrol yan
(Buku BS ol bebas, katr ambatkan pa
alah katrol y tetapi ditem h dari satu k
ng tersusun
SE IPA 5 Saling
X. Jenis-jeni
sip kerja katr
SE IPA 5 Saling
r XI. Timba
h katrol. Kat t benda-bend rol rangkap ada tempat te
yang selalu mpatkan pad atrol yang d n atas dua a
gtemas)
is katrol
rol adalah tim
gtemas)
sumur
trol banyak da berat. Ad
dan katrol g ertentu dan t
berubah pos da tali. Katro disusun berja
atau lebih k
mba sumur.
Jenis pesawat sederhana yang terakhir adalah roda berporos. Roda merupakan penemuan terpenting dalam hidup manusia. Adanya roda memungkinkan manusia untuk bergerak lebih cepat dan mudah. Bahkan orang yang lumpuh kakinya pun dapat bergerak lebih cepat dengan menggunakan kursi roda. Banyak peralatan yang menggunakan roda, seperti sepeda, mobil, engsel pintu, dan lain-lain.
(Buku BSE IPA 5 Salingtemas)
Gambar XII. Kursi roda
2.1.1.5 Prestasi Belajar
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang disengaja yang dilakukan oleh seseorang melalui suatu proses, agar terjadi perubahan menuju ke arah tercapainya pemahaman pengertian yang baru dan kemampuan yang lebih baik.
Proses belajar seseorang dalam pendidikan formal tidak terlepas dari prestasi belajar. Menurut Nawawi (1981:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajar tertentu. Sudarto (1984:23) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dapat dicapai siswa pada saat dilakukan evaluasi.
Prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar yang dapat dicapai pada saat diadakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa atas berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatihkan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang tepat tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah siswa mengikuti proses belajar. Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi yang dicapai, diadakan evaluasi dengan alat yang biasanya berupa tes yang dilakukan oleh guru.
2.1.1.6 Kecakapan Berpikir Kritis
Menurut Chance dalam Murti (2010), berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Menurut Mertes dalam Murti (2010) berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan. Sedangkan Matindas dalam Uninus (2008) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.
2.1.1.7 Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus
Facione (1990) menjelaskan bahwa kategori afektif lebih merupakan sikap yang menjadi dasar dalam mendekati permasalahan. Sedangkan kategori afektif khusus lebih menggarisbawahi preferensi sikap seseorang terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi secara langsung, konkret, dan khusus. Jadi kecakapan berpikir kritis afektif khusus merupakan kemampuan seseorang dalam suatu proses belajar yang berkaitan dengan sikap terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi secara langsung, konkret dan khusus.
Sikap-sikap khusus yang dimaksud antara lain adalah :
a. Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.
b. Sabar dalam menghadapi permasalahan yang kompleks.
c. Tekun mencari informasi yang relevan.
d. Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.
e. Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.
2.1.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa kelas II-C SMPN I Tambakromo Tahun Pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 46 siswa, terdiri atas 22 siswa putri dan 24 siswa putra. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata evaluasi pada siklus I adalah pretest 53,51 dengan ketuntasan 28,89% dan postest 71,78 dengan ketuntasan 60,86%, rata-rata tes keterampilan siswa 7,82 dari skor maksimal 30. Hasil pretes siklus II adalah 71,13 dengan ketuntasan 56,52% sedangkan hasil postest siklus II diperoleh nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan 89,13%. Berarti indikator kinerja pada siklus II ini sudah tercapai. Rata-rata keterampilan siswa dalam siklus II ini juga sudah meningkat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Atmojo (2009). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas berpikir kritis siswa kelas VIII-C MTs dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar melalui model tugas terstruktur dan kuis, adanya peningkatan aktivitas berpikir kritis dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan baik dan mendeskripsikan tanggapan guru setelah penelitian upaya peningkatan aktivitas berpikir kritis melalui model tugas terstruktur dan kuis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Cepogo Boyolali. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata evaluasi pada siklus I adalah pretest 48,21 dengan ketuntasan 24,89% dan postest 73,86 dengan ketuntasan 71,86%. Hasil pretes siklus II adalah 76,67 dengan ketuntasan 61,32% sedangkan hasil postest siklus II diperoleh nilai rata-rata 82,35 dengan ketuntasan 91,31%.
keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi,wawancara, tes, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa metode role playing meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum diterapkan metode tersebut, rata-rata kelas yaitu 74,76 Keaktifan siswa aspek
visual activities dari 52,94% menjadi 88,23%, oral activities dari 14,70% menjadi 79,41%, listening activities dari 64,71% menjadi 88,23%, dan writing listening
dari 52,94% menjadi 67,65% dan peningkatan kemampuan berpikir kritis menjadi 86,65 atau 91,18%.
inkuiri siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata untuk seluruh siswa yaitu 7,65.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Raras (2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 13. KKM mata pelajaran IPA untuk SD Kanisius Prontakan adalah 62. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada materi perpindahan dan penghantar panas cukup efektif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada waktu dilakukan pre test hanya 2 atau sekitar 15,38 % siswa yang mencapai KKM, sedang pada post test, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 7 atau sekitar 53,84% siswa.
Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan Dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar cukup efektif. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 14 siswa (46%) menjadi 27 siswa (90%).
Gambar XIII. Bagan penelitian sebelumnya
2.2. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar merupakan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran yang diukur dengan skor yang diberikan guru. Selain prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus juga dikembangkan selama proses
Metode Inkuiri Berpikir Kritis
Hartini (2010)
Inkuiri dan efektivitas pembelajaran
Raras (2010)
Inkuiri dan efektivitas pembelajaran
Purbatin (2010)
Inkuiri dan efektivitas pembelajaran
Henik (2005) Berpikir kritis dan pembelajaran berbasis masalah
Atmojo (2009)
Berpikir kritis dan model tugas terstruktur dan kuis
Yang perlu diteliti :
metode inkuiri dan prestasi belajar - berpikir kritis.
Astuti (2010)
pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus lebih menyoroti sikap siswa dalam menghadapi suatu permasalahan. Pengembangan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus dalam proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri.
Metode inkuiri menitikberatkan pada kemampuan siswa secara alami. Metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan, khususnya materi pesawat sederhana sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus siswa. Karena metode inkuiri lebih mengaktifkan siswa dalam menemukan jawaban sendiri, pencapaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode inkuiri akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode inkuiri.
2.3. Hipotesis
1. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. 2. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2008:114)
Ada dua bentuk quasi eksperimental design, yaitu time-series-design dan control group design. Dalam time series design, kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Gambar XIV. Time Series Desain
Keterangan:
= nilai Pretest X = treatment
0 = nilai Postest
Desain yang kedua adalah Nonequivalent Control Group Desaign. Dalam desain ini, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperiment yang tidak dipilih secara random. Dalam desain ini juga terdapat pretest dan postest untuk membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar XV. Nonequivalent Control Group Desaign
Keterangan:
= nilai pretest (sebelum diberi treatment) = nilai postest (sesudah diberi treatment) X = treatment
= nilai pretest = nilai postest
Jadi jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design Tipe Nonequivalen Control Group Design, karena terdapat kelompok kontrol dan eksperimen yang tidak dipilih secara random dan terdapat soal pretest dan postest.
3.2 Populasi dan Sampel
dan V B yang berjumlah 38 anak di SDK Demangan Baru 1 yang terletak di Jl. Demangan Baru No. 22 adalah populasi sekaligus diambil sebagai sampel karena sampel tidak dipilih secara random.
3.3 Variabel Penelitian
Kejelasan akan variabel sangat penting, karena variabel penelitian merupakan titik perhatian suatu penelitian. Oleh karena itu dalam suatu penelitian harus jelas variabel yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1992:120), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Menurut Hadi (1986:8), variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 macam variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2008:61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah metode inkuiri.
Variabel Independen Variabel dependen
Gambar XVI. Bagan variabel
3.4 Definisi Operasional
- Metode inkuiri adalah suatu metode mengajar yang menekankan pada keaktifan siswa dalam menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar materi, khususnya materi pesawat sederhana.
- Metode inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar materi pelajaran melalui bimbingan dari guru dengan tujuh langkah dalam pembelajaran yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi
- IPA SD adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, khususnya di kelas V yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, termasuk didalamnya adalah materi pesawat sederhana.
- Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa kelas V di SDK Demangan Baru 1 dalam penguasaan materi Pesawat Sederhana yang
Metode inkuiri
Prestasi belajar
dapat diukur melalui tes objektif dengan 10 item soal yang dirancang peneliti.
- Kecakapan berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah yang meliputi kategori kognitif, afektif umum dan afektif khusus.
- Berpikir kritis pada aspek kategori afektif khusus adalah sikap peserta didik dalam penyelesaikan masalah-masalah nyata yang dihadapinya yang diukur dengan hasil kuesioner dengan 8 item pernyataan.
- Pesawat sederhana adalah salah satu materi IPA kelas V SDK Demangan Baru yang mempelajari tentang alat-alat sederhana yang memudahkan pekerjaan manusia, termasuk didalamnya adalah pengungkit, katrol, bidang miring dan roda berporos.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari : 1. Soal tes
Tabel 1. kisi-kisi soal tes
Soal non-tes yang digunakan adalah soal kuesioner tentang sikap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA yang terdiri dari 8 butir soal.
Kisi-kisi soal :
Tabel 2. kisi-kisi soal non tes Variabel
Penelitian
Indikator No Item
Instrumen Kecakapan
berpikir kritis pada disposisi afektif khusus
Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.
7 Sabar dalam menghadapi permasalahan yang kompleks.
1, 2* Tekun mencari informasi yang relevan. 4 Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.
8 Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.
3* Daya tahan dalam menghadapi kesulitan. 5 Ketajaman dalam menganalisis permasalahan dan latar belakangnya
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.6.1 Uji Validitas Instrumen
3.6.1.1 Uji Validitas Konstrak
Untuk pengujian validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (Sugiyono, 2008:177). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan dua dosen pembimbing.
Setelah pengujian konstrak dari ahli, seterusnya dengan uji coba instrumen. Instrumen yang diujicobakan hanya tes obyektif. Ada 60 butir soal yang diujicobakan bersama dengan soal-soal dari 2 peneliti lain. Dari 60 soal, diambil 30 soal yang valid. Dari 30 soal yang valid, diambil masing-masing 10 soal untuk tiap peneliti. Instrumen tersebut diujicobakan di SDK Demangan Baru, khususnya di kelas V C dengan jumlah yang diambil adalah 30 anak, SDK Minggir dengan jumlah siswa 30 dan SDK Condong Catur dengan jumlah siswa 30. Setelah data ditabulasikan, pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor dengan korelasi Product Moment. Rumusnya adalah:
Dimana:
= korelasi antara variabel x dengan y x =
y =
taraf kesalahan 5% untuk n=30. Jika r hitung > 0,0361, item tersebut dikatakan valid. (Sugiyono, 2007:288)
Secara teknis, pengujian dilakukan dengan menggunakan PASW 18 for Windows yang pada tahun 2009 dikenal dengan sebutan SPSS.
Hasil pengujiannya adalah sebagi berikut :
Tabel 3. Soal Uji validitas I Soal I
No soal Pearson Corellation Keterangan
Tabel 4. Soal uji validitas II Soal II
No soal Pearson Corellation Keterangan
Tabel 5. Soal uji validitas III Soal III
No soal Pearson Corellation Keterangan 1 0,402* Valid 2 0,410* Valid 3 0,345 Tidak valid 4 0,688** Valid 5 0,228 Tidak valid 6 0,108 Tidak valid 7 0,342 Tidak valid 8 0,321 Tidak valid 9 0,608** Valid 10 0,390* Valid 11 0,353 Tidak valid 12 0,355 Tidak valid 13 0,160 Tidak valid 14 0,391* Valid 15 0,302 Tidak valid 16 0,044 Tidak valid 17 0,363* Valid 18 0,114 Tidak valid 19 0,376* Valid 20 0,378* Valid
Kevalidan uji soal dapat dilihat dari kriteria yang diberikan program PASW for Windows sebagai berikut:
Dari 60 soal di atas, diambil 30 soal valid untuk diuji daya beda dan reliabilitasnya. 30 soal tersebut yaitu :
Soal I : 6, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20 Soal II : 5, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 19, 20 Soal III : 1, 2, 4, 9, 10, 14, 17, 19, 20
Untuk lebih jelasnya, dibuat tabel ekuivalen sebagai berikut :
Tabel 6. Konversi nomor-nomor soal pilihan ganda
Variabel penelitian
Aspek No pada uji
validitas I
No pada lembar soal
siswa
No pada tabulasi data
Prestasi belajar
Interpretasi 6 10 3
Interpretasi 17 17 4
Analisis 11 8 2
Analisis 12 28 9
Evaluasi 18 18 5
Evaluasi 14 30 10
Eksplanasi 19 4 1
Eksplanasi 20 19 6
Inferensi 15 20 7
3.6.1.2 Uji Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (Sugiyono, 2008:182).
Secara teknis pengujian ini dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen atau matriks pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir soal untuk 10 soal yang valid yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tabel 7. kisi-kisi validitas isi
No Indikator No butir soal
1 Interprestasi 10, 17 2 Analisis 8, 28 3 Evaluasi 18, 30 4 Eksplanasi 4, 19 5 Inferensi 20, 21
skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah yang diambil dari 30 soal yang valid. (Sugiyono, 2008:183).
Hasil analisis adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil uji beda
Levene’s Test for Equality
of Variances
T-test for Equality
of Mean
F Sig df Sig. (2-tailed)
1,716 0,211 14 0,000
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai probabilitas Sig.(2-tailed) < 0,05, artinya ada perbedaan yang positif dan signifikan antara skor pada kelompok atas dan kelompok bawah
2. Jika nilai probabilitas Sig.(2-tailed) > 0,05, tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan antara skor pada kelompok atas dan kelompok bawah
Harga Sig.(2-tailed) lebih kecil dari 0,05 atau ),000 < 0,05, berarti ada perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok atas dan kelompok bawah sehingga soal valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Pengujian reliabilitas intrumen menggunakan tekhnik Alpha Cronbach
(Sugiyono, 2010: 365). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
k = mean kwadrat antara subjek
Σ = mean kwadrat kesalahan = varians total
Kriteria untuk menentukan reliabilitasnya adalah jika harga Alpha Cronbach > 0,60 suatu variabel disebut reliabel (Nunnaly, dalam Ghozali, 2006:44).
Hasil pengujian menggunakan PASW for Windows adalah :
Tabel 9. hasil uji reliabilitas
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha
Based on Standardized
N
0,627 0,622 30
Tabel 10. Kriteria Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Reliabilitas
Kualifikasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Harga Cronbach’s Alpha 0,627> 0,60 sehingga 30 item soal tersebut reliabel atau termasuk dalam kategori cukup.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto, metode pengumpulan data ada beberapa cara, yaitu tes, kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan menurut Sugiyono, (2008:193) pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu wawancara, kuesioner dan observasi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi, tes, kuesioner, dan dokumentasi.
Peneliti melakukan teknik observasi untuk mengetahui proses kerja metode inkuiri selama pembelajaran berlangsung di kelas. Dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan datanya, peneliti tidak terlibat secara langsung dan hanya sebagai pengamat (nonpartisipan). Dalam hal ini peneliti dibantu oleh guru mitra yang melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
kuesioner karena untuk mengetahui sejauh mana minat peserta didik dalam pelajaran IPA di kelas. Teknik dokumentasi yang digunakan oleh peneliti dalam bentuk leger nilai yang dapat dipergunakan kembali dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitingan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitingan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Setelah data diperoleh, terlebih dulu data diuji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi dalam kurva normal atau tidak. Variasi data dikatakan normal jika berbentuk kurva bel yang semetris. Uji normalitas data dilakukan dengan rumus One Sample Kolmogorov- Smirnov Test. Berikut rumus
Kolmogorov-Smirnov Z (Chakravart, Laha, dan Roy, 1967):
D N F Y i 1N ,N F Y i
Dimana: D = Distribusi
N = Batas atas perbedaan antara kedua formula
Uji normalitas penting untuk menentukan jenis statistik yang nanti digunakan untuk analisis data lebih lanjut. Jika data terdistibusi secara normal, statistik yang digunakan adalah statistik parametris, dalam hal ini Independent Sample T-test(Sugiyono, 2010:122). Rumusnya adalah:
t =
Dimana :
rata-rata sampel 1 rata-rata sampel 2
simpangan baku sampel 1 simpangan baku sampel 2 varians sampel 1
varians sampel 2 r = korelasi antara dua sampel
Jika data terdistribusi secara tidak normal, statistik yang digunakan adalah statistik non parametris, dalam hal ini Mann-Whitney U Test (Sugiyono, 2010: 153). Rumusnya adalah :
Dimana:
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
R1 = Jumlah ranking pada sampel n1
Setelah data dianalisis, selanjutnya dibuat perankingan untuk mengetahui kenaikan masing-masing aspek. Statistik yang digunakan adalah statistik nonparametris, dalam hal ini Kruskal Wallis (Sugiyono, 2010: 219), dimana rumusnya adalah :
H N N 1 12 Rn 3 N 1
Dimana:
N = Banyak baris dalam tabel k = Banyak kolom
R = Jumlah ranking dalam kolom
Setelah dibuat ranking, ranking bisa diperlihatkan dalam grafik. Untuk membuat grafik digunakan One-Way ANNOVA (Plonsky, 2009) rumusnya yaitu:
1 1
Dimana :
Rata-rata variasi dalam kelompok = rata-rata sampel 1
= rata-rata sampel 2 = jumlah sampel 1 = jumlah sampel 2
Penentuan skor :
1. Soal pilihan ganda
Tabel 11. Skor pilihan ganda
Kriteria Skor
Benar 1 Salah 0
Skor total :
Skor pilihan ganda : 1 x 10 = 10 Skor maksimal : 10 Nilai akhir : 10 100
Rumus-rumus yang akan digunakan untuk menghitung mean pretest dan postest yaitu :
a. Mean pretest
b. Mean postest
∑
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Dalam bab IV data yang sudah diperoleh dianalisis. Berikut penjelasan dari analisis data yang sudah dilakukan.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berisi deskripsi data dan analisis data hasil penelitian.
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperoleh terdiri dari data prestasi belajar dan data kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus.
4.1.1.1 Data Prestasi Belajar
4.1.1.2 Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus
Tabel 18. Tabulasi data pretest kuesioner kelompok kontrol
NO
URUT ITEM JUML
4 4
A
4.1.2 Anali 4.1.2.1 Peng
Ada tiga sas 1. Mengana
isis Data Pe garuh Pener
saran yang di alisis selisih tasi belajar k Normalitas D l uji norma at dari dua stik uji n
mogorov-Smi
mbar XVII.
Tabel 20. Ha
Mean men 7,08
nelitian rapan Meto
ianalisis pad h pre-test pr kelompok ek Data Prestasi alitas selisih cara, yaitu d normalitas m
irnov Z .
Grafik Uji N
asil Uji Norm Kelom n Harga
0,983
ode Inkuiri t
da data presta restasi belaja ksperimen. i Belajar Sas h pretest da dengan graf
asi belajar, s ar kelompok
saran 1 an posttest fik distribusi an PASW
Skor Pretest P
est Data Pres rimen
stasi Belajar
Keteranga
lajar dapat perhitungan
an rumus
da