• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Morfologi Dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Morfologi Dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF

BIBIT TUJUH VARIETAS JERUK KEPROK

(

Citrus reticulata

Blanco)

IKA NANTI NUR HIDAYATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata

Blanco) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 20 Februari 2015

Ika Nanti Nur Hidayati

(4)
(5)

ABSTRAK

IKA NANTI NUR HIDAYATI. Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata Blanco). Dibimbing oleh DARDA EFENDI dan ENDANG GUNAWAN.

Jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco) merupakan salah satu jeruk yang buahnya memiliki warna kulit kuning atau oranye. Jeruk keprok memiliki berbagai macam varietas lokal berdasarkan daerah asal penanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman karakter morfologi dan pertumbuhan 7 varietas jeruk keprok pada saat pembibitan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yakni varietas. Bibit jeruk keprok yang diamati terdiri dari tujuh varietas yakni Berasitepu, Borneo Prima, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter antar varietas memiliki keragaman. Perbedaan pada karakter kualitatif yaitu ujung daun, tepi daun, kepadatan duri, sudut percabangan, bentuk petiole, intensitas warna daun, bentuk duri, duri, dan kepadatan percabangan. Perbedaan pada karakter kuantitatif yaitu panjang duri, panjang daun, lebar daun, dan tebal daun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bibit antar varietas tidak berbeda nyata.

Kata kunci: berasitepu, borneo prima, garut, kacang, madura, tejakula, terigas.

ABSTRACT

IKA NANTI NUR HIDAYATI. Characterization of Morphology and Vegetative Growth Seed Seven Varieties Mandarin Citrus (Citrus reticulata Blanco). Supervised by Darda EFENDI and ENDANG GUNAWAN.

.

Mandarin Citrus (Citrus reticulata Blanco) is one of the citrus fruit that has yellow or orange skin color. Mandarin Citrus have a wide range of local varieties. The purpose of this research is to study about the diversity of morphological characters and vegetative growth of seven varieties Mandarin Citrus at the nursery. This study used Randomized Complete Design Group (RCDG) of one factor that is varieties. There are seven varieties mandarin citrus namely Berasitepu, Borneo Prima, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, and Terigas. The results of the study indicate that the characters between varieties have diversity. The difference in qualitative parameters on leaf apex, leaf lamina margin, spine density, branch angle, petiole wing shape, intensity of green colour of leaf blade, spine shape, spine, and density of branches. The difference in quantitative parameters on spine lenght, leaf lamina lenght, leaf lamina width, and leaf thicknees. The study indicate that the rate of seedling growth between varieties not significant different.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

IKA NANTI NUR HIDAYATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF

BIBIT TUJUH VARIETAS JERUK KEPROK

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kelancaran kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ‘Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata

Blanco)’ dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Darda Efendi, MSi dan Bapak Endang Gunawan, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam pemilihan ide dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai, kepada Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan pertanyaan, masukan, dan saran selama sidang, kepada Bapak Baisuni sekeluarga dan Bapak Enjang dari Kebun Percobaan Pasir Kuda yang telah membantu selama teknis penelitian, kepada Ibu Ina sekeluarga serta kepada semua pihak terutama teman-teman Keluarga Edelweiss AGH 47 dan keluarga Ponpes AL-IFFAH yang telah memberi banyak masukan dan bantuan selama ini. Tak lupa, penghargaan dan ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga besar serta semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan selama pelaksanaan penelitian dan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini masih terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, 20 Februari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Syarat Tumbuh Jeruk 3

Pembibitan Jeruk 3

Deskripsi Varietas Jeruk Keprok 3

Keprok Berasitepu 4

Keprok Borneo Prima 4

Keprok Garut 4

Keprok Kacang 4

Keprok Madura 5

Keprok Tejakula 5

Keprok Terigas 5

Karakterisasi Morfologi 5

Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Keprok 6

METODE PENELITIAN 6

Tempat dan Waktu 6

Bahan dan Alat 6

Rancangan Percobaan 6

Prosedur Penelitian 6

Pengamatan 7

Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Umum 9

(14)

Pertumbuhan Vegetatif 12

Jumlah Tunas 12

Panjang Daun 13

Lebar Daun 14

Jumlah Daun 15

Jumlah Cabang 16

Diameter Batang 17

Tinggi Tanaman 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(15)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kualitatif

7 varietas bibit jeruk keprok 11

2 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kuantitatif

7 varietas bibit jeruk keprok 12

3 Jumlah tunas dan persentase pertambahan jumlah tunas

7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 13 4 Panjang daun dan persentase pertambahan panjang daun

7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 14

5 Lebar daun dan persentase pertambahan lebar daun 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 15 6 Jumlah daun dan persentase pertambahan jumlah daun 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 16 7 Jumlah cabang dan persentase pertambahan jumlah cabang 7 varietas jeruk keprok selama 4 bulan 16 8 Diameter dan persentase pertambahan diameter 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 17 9 Tinggi dan persentase pertambahan tinggi 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan 18

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi kebun 22

2 Screen house 22

3 Pengaturan baris 22

4 Kelengkapan daun 23

5 Bentuk petiole 23

6 Bentuk daun 23

7 Tepi daun 23

8 Ujung daun 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah dan lokasi penelitian 22

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu buah unggulan nasional. Jeruk memiliki keunggulan antara lain mengandung vitamin C yang tinggi, cita rasa yang enak dan menyegarkan, warna kulitnya beragam, mudah dikonsumsi, serta dapat dibudidayakan dengan sebaran agroklimat yang luas baik di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Pada tahun 2006, produksi jeruk Indonesia telah masuk jajaran 10 besar produsen jeruk dunia yakni tepatnya pada posisi ke 9 dengan jumlah produksi sebesar 2 565 543 ton. Pada tahun 2007, produksi jeruk Indonesia mengalami peningkatan kembali sehingga memposisikan Indonesia sebagai negara produsen jeruk ke 6 di dunia dengan jumlah produksi sebesar 2 625 884 ton. Namun, semenjak tahun 2008 produksi jeruk Indonesia mengalami penurunan menjadi 2 467 632 ton dan terus menurun hingga sebesar 1 411 229 ton pada tahun 2013 (BPS 2014). Provinsi yang memproduksi jeruk terbesar tahun 2013 adalah Jawa Timur yakni sebanyak 376 646 ton, diikuti oleh provinsi Sumatera Utara sebanyak 334 019 ton (BPS 2013).

Perkembangan konsumsi jeruk dalam negeri selama tahun 2002-2012 pada umumnya mengalami fluktuasi. Peningkatan konsumsi jeruk terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 4.64 kgper kapitaper tahun dan terjadi penurunan hingga tahun 2012 sebesar 2.76 kgper kapitaper tahun. Rata-rata konsumsi jeruk Indonesia sebesar 3.21 kg per kapita per tahun dengan pertumbuhan sebesar 4.89% (PUSDATIN 2013).

Permintaan akan komoditas bernilai ekonomi tinggi misalnya jeruk, senantiasa meningkat setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan, dan selera atau gaya hidup masyarakat yang lebih mementingkan konsumsi buah-buahan bermutu, serta berkembangnya industri pengolahan bahan makanan atau minuman dalam negeri. Namun, peningkatan kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri belum dapat diimbangi dengan produksi domestik. Hal ini menjadi salah satu penyebab masuknya jeruk impor ke Indonesia. Buah jeruk impor memiliki kualitas yang lebih baik dan berwarna kuning-jingga atau oranye, sehingga lebih disukai masyarakat. Selain itu, harga jeruk impor juga lebih murah dibanding jeruk lokal.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi impor jeruk. Salah satunya dengan mengembangkan varietas jeruk lokal yang sesuai dengan permintaan pasar. Balitjestro Malang telah mengumpulkan kurang lebih 160 jenis jeruk yang dieksplorasi mulai Sabang sampai Merauke serta beberapa jenis jeruk impor. Jenis jeruk yang dieksplorasi tersebut dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, baik di lahan sawah maupun tegalan. Jenis jeruk lokal yang paling banyak dibudidayakan adalah jeruk Siam (60.6%), jeruk Keprok (36.7%), jeruk Pamelo (1.7%), jeruk Manis (1%), dan Grapefruit (0.14%).

(18)

2

akan menumbuhkan sentra pengembangan jeruk baru. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produksi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, menjadi mutlak harus dipenuhi (Karsinah 2002).

Program pengembangan jeruk tidak terlepas dari pengembangan luas areal tanam jeruk yang terus-menerus ditingkatkan guna memenuhi pangsa pasar domestik. Pengembangan agribisnis jeruk saat ini terkonsentrasi pada 25 propinsi dengan 148 kabupaten antara lain NAD, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Potensi ini terus dikembangkan mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki agroklimat yang cukup baik (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2003). Namun, saat ini luas dataran tinggi telah banyak berkurang karena bersaing dengan komoditas lain (misalnya sayuran), sehingga untuk perluasan areal komoditas buah (utamanya jeruk), harus mencari lokasi lain yakni dataran rendah untuk tempat budidayanya. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan mencari jenis jeruk yang sesuai untuk dibudidayakan di daerah dataran rendah, misalnya jeruk keprok.

Beberapa varietas jeruk keprok yang diharapkan mampu menggantikan pasar jeruk impor atau sebagai subtitusi jeruk impor diantaranya varietas Grabag, Tawangmangu, Batu 55, Garut, dan SoE, serta varietas introduksi seperti jeruk Freemont dan Chokun (Adam 2013). Dengan demikian, apabila pengembangan jeruk keprok ini berhasil dilaksanakan, diharapkan dapat menggantikan posisi jeruk impor di pasar dalam negeri sehingga jeruk lokal mampu berjaya di negeri sendiri.

Program pengembangan jeruk dan perluasan areal jeruk membutuhkan benih jeruk yang bermutu yakni benih yang sehat dan bebas penyakit. Peningkatan permintaan benih jeruk terus bertambah semenjak tahun 2010. Menurut (BPPPDP 2005) bahwa sampai tahun 2010 dibutuhkan sekitar 15 juta bibit jeruk bebas penyakit dari beberapa varietas atau spesies jeruk. Hal ini tentunya harus didukung dengan adanya ketersediaan benih jeruk bermutu dalam jumlah besar.

Ketersediaaan benih bermutu harus didukung dengan kesiapan para penangkar dalam memproduksi benih jeruk. Sebelum melakukan produksi benih skala besar, petani dan penangkar harus memahami terlebih dahulu perbedaan antar varietas jeruk yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, perlu adanya studi lebih lanjut mengenai karakterisasi morfologi dan pertumbuhan jeruk keprok pada fase bibit, sehingga dapat memudahkan penangkar dan petani dalam melakukan proses budidaya jeruk keprok. Penyebaran pohon induk jeruk di Indonesia didominasi oleh jeruk Keprok semenjak tahun 2009 dan 2010. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi dominansi terhadap jeruk Siam sekaligus dalam rangka subtitusi impor jeruk (Adiyoga et al 2009; Kuntarsih 2011).

Pembibitan merupakan kegiatan pokok untuk menghasilkan dan memproduksi bibit unggul dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat (Sari 2013). Karakterisasi merupakan salah satu tahapan dalam kegiatan pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakter-karakter pada suatu tanaman.

Tujuan Penelitian

(19)

3

Hipotesis

Terdapat keragaman karakter morfologi dan pertumbuhan 7 varietas jeruk keprok pada saat pembibitan.

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Jeruk (Citrus sp)

Secara taksonomi jeruk keprok termasuk ke dalam famili Rutaceae, genus

Citrus, dan spesies Citrus reticulata Blanco. Menurut BPPPT (2000) syarat tumbuh tanaman jeruk terdiri dari tiga faktor yakni iklim, media tanam, dan ketinggian tempat. Faktor pertama adalah iklim: bulan basah yang diperlukan 5-6, 6-7, atau 9 bulan tergantung pada spesiesnya, temperatur optimal antara 20-35 ºC, kelembaban optimum sekitar 70-80%, curah hujan rata-rata berkisar 1 900-2 400 mm per tahun, dan tumbuh dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh. Faktor kedua adalah media tanam: jenis tanah andosol dan latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk dengan pH tanah sebesar 5.5-6.5, kedalaman air tanah optimal sebesar 150-200 cm di bawah permukaan tanah, dan kemiringan lahan sekitar 30º. Faktor ketiga adalah ketinggian tempat budidaya yang bervariasi yakni 100-1 200 mdpl, tergantung pada varietas.

Pembibitan Jeruk

Perbanyakan benih jeruk dapat dilakukan melalui tiga cara yakni perbanyakan secara generatif, vegetatif, serta gabungan (cara generatif dan vegetatif). Perbanyakan generatif dilakukan dengan biji bertujuan mendapatkan batang bawah, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan mencangkok tanaman induk bertujuan mempercepat proses produksi tanaman, serta perbanyakan gabungan dilakukan dengan okulasi, sambung pucuk, dan susuan (Adam 2013).

Pengadaaan bibit tanaman jeruk diperoleh dari pembelian bibit di penangkaran bibit yang telah mendapat sertifikat untuk menghasilkan buah jeruk bermutu tinggi. Pemilihan bibit menjadi kunci sukses dalam proses budidaya jeruk sehingga perlu memperhatikan sumber bibit yang memiliki persyaratan tertentu. Syarat sumber bibit yang baik adalah bibit dibeli dari penangkar yang jelas dan dapat dipercaya, bibit harus berlabel atau bersertifikat, bibit berasal dari varietas yang memiliki pasar jelas dan berpeluang di masa depan, bibit harus bebas hama dan penyakit, serta bibit memiliki vigor yang baik (Adam 2013).

Deskripsi Varietas Jeruk Keprok

(20)

4

Keprok Batu 55, Tawangmangu, Pulung, Garut, dan Kacang. Sedangkan varietas jeruk keprok yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran rendah adalah Keprok Tejakula dan Madura (Balitjestro 2013). Indonesia memiliki varietas jeruk keprok yang sudah dikenal dan dibudidayakan sekitar 23 jenis, namun yang sudah dilepas dan merupakan unggulan nasional baru berjumlah enam varietas, sedangkan 17 jenis lainnya merupakan non unggulan (Astuti 2013).

Produksi jeruk keprok di Indonesia berlokasi di berbagai daerah. Identifikasi jeruk Keprok yang ada di pasar umumnya menggunakan label daerah. Setiap daerah membudidayakan satu komoditi yang sesuai dengan kondisi iklim (angin, curah hujan, dan suhu udara) serta kondisi daerah yang bersangkutan. Beberapa provinsi daerah sentra pengembangan jeruk Keprok di Indonesia antara lain Madura, Batu, Tawangmangu, Garut, Berastagi, Padang, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Keprok Berasitepu

Jeruk keprok Berasitepu, berasal dari Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Bentuk tajuk menjulang, lebar tajuk 3-5 m, dan tulang daun menyirip. Bentuk buah bulat sampai gepeng, ujung buah berputing, permukaan kulit buah licin mengkilap, rasa daging buah manis segar, serta warna daging buah oranye (Kementan 2008).

Keprok Borneo Prima

Tahun 2003 ditemukan komoditas hortikultura unggulan lain dengan nama jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata Blanco) yaitu jeruk keprok yang berasal dari Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Kemudian pada tahun 2006 jeruk ini mulai dikembangkan karena keunikannya sebagai jeruk keprok dataran rendah yang mempunyai warna kulit oranye. Jeruk ini juga lebih menarik karena kulitnya lebih mudah dikupas dan tidak terasa pahit (BPPMD 2009).

Tinggi tanaman 3.5 m, bentuk tajuk tanaman menjulang, lebar tajuk 1.9 m, percabangan rapat mengarah ke atas, warna batang coklat kehijauan, serta mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 60-100 mdpl pada iklim basah (Kementan 2007).

Keprok Garut

Jeruk keprok Garut merupakan jeruk unggulan nasional berdasarkan SK Menteri Pertanian No.760 tahun 1999. Jeruk keprok Garut berasal dari daerah Paseh Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Tinggi tanaman 3.5-4 m, lebar tajuk 2.5 m, bentuk tajuk kerucut terbalik atau sapu, percabangan jorong ke atas, warna batang coklat, bentuk batang bulat berlekuk, bentuk daun lonjong bergelombang dan bergerigi, serta diperbanyak dengan cara okulasi (Kementan 1999).

Keprok Kacang

(21)

5 warna daging buah oranye, warna kulit buah hijau-kuning dan kadar gula 16% Brix (Balitbangtan 2014).

Keprok Madura

Jeruk ini berasal dari Madura Provinsi Jawa Timur. Bentuk tanaman menjulang dengan bentuk percabangan vertikal. Bentuk daun oval dengan ukuran panjang daun 6.8 cm dan lebar daun 3.4 cm serta panjang tangkai daun 1.2 cm. Warna daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau muda. Produksi buah 19.8 kg per pohon serta buah tahan terhadap penyimpanan sampai dengan 12 hari (Kementan 2002).

Keprok Tejakula

Keprok Tejakula berasal dari Buleleng, Bali. Bentuk buahnya pendek bulat dengan warna daging buah kekuningan. Warna kulitnya hijau kekuningan-kemerahan. Rasa daging buahnya manis segar dan tekstur daging buah lunak (Balitbangtan 2014).

Keprok Terigas

Jeruk keprok Terigas berasal dari Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Tinggi tanaman 3.3-4.3 m, bentuk tajuk tanaman perdu, bentuk penampang batang bulat, percabangan menjulang ke atas, bentuk buah bulat, tebal kulit buah 1.5-2.5 mm, rasa daging buah manis asam segar, dan mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah pada iklim basah (Kementan 2009).

Karakterisasi Morfologi

Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui sifat agronomi, karakter morfologi, dan karakter lain yang memiliki nilai ekonomi serta sebagai ciri khas dari suatu varietas. Morfologi berasal dari kata morphus yang artinya wujud atau bentuk dan

logos yang artinya ilmu, sehingga dengan itu dapat digambarkan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan yang diberi nama itu.

Besar keragaman tanaman dapat diidentifikasi secara morfologi dan molekuler, namun untuk membedakan pada tahap awal dapat dilakukan secara morfologi, sedangkan untuk lebih memastikan keragaman yang dihasilkan dapat melalui analisis molekuler. Deteksi morfologi dilakukan melalui pengamatan secara visual terhadap perkembangan yang dihasilkan. Pengamatan morfologi dilakukan pada karakter-karakter kualitatif dan kuantitatif (Karyanti 2013).

(22)

6

Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Keprok

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yang berbeda yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang. Masa perkembangan vegetatif tanaman ditandai dengan munculnya tunas, daun, dan cabang baru. Indikator pertumbuhan vegetatif lainnya adalah bertambahnya tinggi tanaman, ukuran daun, diameter batang, dan ketebalan daun serta perubahan warna pada batang dan daun (Zulkarnain 2010).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di University Farm-IPB Kebun Pasirkuda, unit kegiatan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari hingga Mei 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco) hasil persambungan dari batang bawah Japansche Citroen (JC) dan batang atas jeruk keprok lokal dari ketujuh varietas yang diamati. Umur bibit saat diamati adalah 14 bulan. Bahan lainnya yakni tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, pupuk NPK (15-15-15), pupuk daun (1 gr l-1), insektisida (1 ml

l-1), herbisida (1 ml l-1), dan polybag ukuran 30 x 30 cm.

Alat yang digunakan adalah penggaris (meteran), jangka sorong manual dan jangka sorong digital, kamera, label, busur, alat tulis, alat pengukur suhu dan kelembaban udara, serta alat-alat pertanian pada umumnya.

Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal yakni varietas. Varietas jeruk keprok yang diamati adalah Berasitepu, Borneo Prima, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan. Setiap ulangan terdiri dari 7 varietas yang ditempatkan secara acak sesuai dengan denah penelitian, sehingga terdapat 70 satuan percobaan dengan total bibit jeruk yang diamati sebanyak 70 bibit. Denah penelitian terdapat pada lampiran 1. Model rancangan yang digunakan untuk menganalisis data adalah:

Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan:

(23)

7

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i, dengan i = ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10)

βj = Pengaruh varietas ke-j, dengan j = varietas (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)

εij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, dan varietas ke-j

Prosedur Percobaan

Kegiatan penelitian ini dimulai pada tahap bibit, yakni bibit hasil perbanyakan tanaman jeruk keprok yang sudah dikoleksi dari tiap lokasi, ditanam di polybag dan diletakkan dalam screen house Kebun Percobaan Pasir Kuda. Bibit tersebut telah berumur 14 bulan dan dipilih bibit yang seragam dari segi ukuran tanaman, media tanam, dan tinggi tanaman dengan rentang 40-60 cm. Persiapan media yang dilakukan yakni menyiapkan polybag ukuran 30 x 30 cm dan media tanam yaitu campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).

Setelah bibit dipilih, bibit dipindahkan dari polybag lama ke polybag baru dengan media tanam baru yang telah disiapkan. Langkah selanjutnya adalah pelabelan bibit yang dilakukan pada semua bibit dengan cara menempelkan label pada polybag berdasarkan varietas dan ulangan masing-masing. Kemudian bibit diacak dan ditempatkan sesuai dengan denah yang sudah dibuat dan label yang telah dipasang.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan setiap sore hari untuk menjaga kelembaban media. Penyiangan gulma dilakukan secara manual setiap seminggu sekali sebab munculnya gulma dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pengendalian gulma dan hama dilakukan apabila telah timbul gejala serangan. Pengendalian gulma menggunakan herbisida sistemik untuk mengendalikan gulma alang-alang dan rumput liar dan insektisida sistemik 18.4 g l-1 dan 16.9 g l-1

digunakan untuk mengendalikan hama kutu daun dan ulat. Sedangkan untuk jenis hama lain yakni siput dan serangga pengendaliannya secara manual. Pemberian pupuk NPK dan pupuk daun dilakukan sebulan sekali. Pupuk NPK diberikan dengan cara disebar dengan dosis sebanyak 20 g per tanaman sedangkan pupuk daun diberikan dengan cara disemprot dengan dosis sebanyak 1 g l-1 tiap pokok tanaman.

Pengamatan

(24)

8

I. Pengamatan kualitatif:

(1) Permukaan batang atas [Halus, Beralur dan Bergerigi] (2) Kepadatan percabangan [Jarang, Sedang, Padat] (3) Sudut percabangan [Sempit, Sedang, Lebar] (4) Duri [Ada, Tidak Ada]

(5) Kepadatan duri [Tidak Ada, Rendah, Sedang, Tinggi] (6) Bentuk duri [Bengkok, Lurus]

(7) Warna ujung tunas [Hijau, Ungu]

(8) Intensitas warna hijau daun [Cerah, Sedang, Gelap] (9) Keragaman warna daun [Ada, Tidak]

(10) Kelengkapan daun lamina [Sessile, Brevipetiolate, Longipetiolate] (Gambar 4)

(11) Bentuk daun [Elliptic, Ovate, Obovate, Lanceolate, Orbicular, Obcordate] (Gambar 6)

(12) Tepi daun [Keriting, Bergerigi, Lurus, Bergelombang] (Gambar 7) (13) Ujung daun [Attenuate, Acuminate, Acute, Obtuse, Rounded, Emarginate]

(Gambar 8)

(14) Petiol [Ada, Tidak]

(15) Lebar petiol [Sempit, Sedang, Luas]

(16) Bentuk petiol [Obcordate,Obdeltate,Obovate,Linear,Other] (Gambar 5) (17) Jarak antara petiol dan lamina [Fused, Articulate]

II. Pengamatan kuantitatif: (1) Panjang duri (mm)

Pengukuran pada rata-rata panjang duri dari masing-masing varietas. (2) Ketebalan daun (mm)

Pengukuran pada titik yang paling tebal pada daun yang sudah membuka sempurna pada akhir pengamatan

(3) Panjang daun (cm)

Pengamatan pada daun contoh yang sudah membuka sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun.

(4) Lebar daun (cm)

Pengamatan pada daun contoh yang sudah membuka sempurna dan diukur melintang pada permukaan daun terlebar.

(5) Rasio panjang dan lebar daun.

Penghitungan pada perbandingan panjang dan lebar daun contoh yang telah diamati.

III. Pengamatan pertumbuhan vegetatif: (1) Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh tunas tertinggi. Tinggi diukur menggunakan meteran setiap seminggu sekali.

(2) Diameter batang (cm)

(25)

9

(3) Panjang daun (cm)

Pengamatan pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun. Panjang daun diukur seminggu sekali.

(4) Lebar daun (cm)

Pengamatan pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur melintang pada permukaan daun terlebar. Lebar daun diukur seminggu sekali.

(5) Jumlah tunas

Penghitungan jumlah tunas dilakukan pada semua tunas yang muncul pada setiap tanaman. Jumlah tunas dihitung setiap seminggu sekali selama satu periode pertumbuhan tunas-tunas baru.

(6) Jumlah daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada semua daun yang telah terbuka sempurna pada setiap tanaman. Jumlah daun dihitung setiap seminggu sekali.

(7) Jumlah cabang.

Penghitungan jumlah cabang yang muncul setiap minggu sekali.

Analisis Data

Analisis data terdiri dari pengamatan mingguan selama 4 bulan dan pengamatan karakterisasi yang dilakukan pada minggu ke-1 dan ke-16. Pengolahan data kuantitatif dianalisis menggunakan uji F pada program komputer SAS 6.12 (Statistical Analysis System). Jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2014. Lokasi penelitian ini terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 250 mdpl. Curah hujan selama penelitian yaitu 702 mm, 337 mm, 281 mm, dan 511 mm (BMKG 2104). Suhu rata pada saat penelitian adalah 20-30 ºC dan kelembaban rata-rata 29-30%. Bahan organik yang digunakan yakni tanah dan pupuk kandang. Komposisi media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).

(26)

10

kupu-kupu, semut, siput dan ulat daun. Keberadaan OPT disebabkan karena kondisi media dan lingkungan sekitar yang terlalu lembab saat curah hujan cukup tinggi.

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida sistemik untuk mengendalikan hama kutu daun dan ulat. Sedangkan untuk jenis hama lain yakni siput dan serangga pengendaliannya secara manual. Serangan hama tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman contoh. Pengendalian hama dilakukan setiap 2 minggu sekali apabila telah timbul gejala serangan. Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain alang-alang dan rumput liar. Pengendalian gulma dilakukan rutin setiap minggu secara manual dan menggunakan herbisida sistemik.

Pengamatan pertama dilakukan terhadap karakter kualitatif tanaman berdasarkan descriptors for citrus IPGRI 1999 dengan tujuan untuk mendiskripsikan perbedaan karakter tiap bibit varietas yang diamati. Hasil pengamatan untuk semua parameter yang telah diamati dapat dilihat pada tabel 1.

Pengamatan kedua dilakukan terhadap karakter kuantitatif tanaman dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan bibit antar varietas dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter vegetatif selama empat bulan dapat dilihat pada tabel 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif

Tabel 1 menunjukkan adanya keragaman karakter kualitatif antar varietas. Keanekaragaman morfologi pada fase vegetatif jeruk dapat dilihat dari organ batang dan daun. Pada organ batang jeruk dapat dilihat dari bentuk permukaan batang atas, percabangan, duri, dan warna ujung tunas. Pada organ daun jeruk, variasi morfologinya dapat dilihat dari warna daun, bentuk daun, dan petiole daun.

Tabel 1 menjelaskan bahwa permukaan batang atas setiap varietas adalah sama yaitu halus. Warna ujung tunas pada semua varietas sama yakni hijau dan antar varietas memiliki keragaman warna daun. Panjang petiole bila dibandingkan dengan lamina untuk semua varietas termasuk ke dalam kelompok Brevipetiolate

artinya ukuran petiole lebih pendek dibanding daun lamina. Bentuk daun untuk semua varietas berbentuk Ovate. Semua varietas memiliki petiole dan ukuran petiole yang sama yakni sempit dan jarak petiole dengan lamina adalah tergabung (Fused).

Varietas Berasitepu, Borneo Prima, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas memiliki percabangan padat, sedangkan varietas Garut memiliki percabangan jarang. Varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas memiliki duri, sedangkan varietas Borneo Prima tidak memiliki duri. Bentuk duri varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas adalah sama yakni lurus, kecuali varietas Borneo Prima yang tidak memiliki duri.

Varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, dan Tejakula memiliki intensitas warna hijau daun gelap sedangkan varietas Borneo Prima dan Terigas memiliki intensitas warna hijau daun sedang. Variasi bentuk petiole memiliki keragaman yakni varietas Garut dan Terigas berbentuk linear dan varietas Berasitepu, Borneo Prima, Kacang, Madura, dan Tejakula berbentuk obovate.

(27)

11 adalah sedang (45-60°). Varietas Garut dan Tejakula memiliki sudut percabangan lebar (≥ 60°) dan varietas Kacang memiliki sudut percabangan sempit (≤ 45°). Varietas Berasitepu, Madura, Tejakula, dan Terigas memiliki kepadatan duri yang tinggi. Varietas Garut dan Kacang memiliki kepadatan duri sedang, dan varietas Borneo Prima tidak memiliki duri.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kualitatif 7 varietas jeruk keprok

Variasi bentuk tepi daun antar varietas terlihat pada varietas Berasitepu dan Terigas yang memiliki bentuk keriting sedangkan varietas Borneo Prima, Garut, dan Tejakula memiliki bentuk bergelombang, selain itu varietas Kacang dan Madura tepi daunnya bergerigi. Variasi pada pucuk daun antar varietas yakni varietas Berasitepu, Kacang, dan Tejakula berbentuk Acuminate; varietas Borneo Karakter Berasitepu Borneo

prima

Garut Kacang Madura Tejakula Terigas Permukaan Bentuk daun Ovate Ovate Ovate Ovate Ovate Ovate Ovate

Petiole Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Lebar petiole Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit Jarak petiole

Obovate Obovate Linear Obovate Obovate Obovate Linear

Sudut

(28)

Berge-12

Prima, Garut, dan Terigas berbentuk Acute; sedangkan varietas Madura berbentuk

Obtuse. Pada varietas Borneo Prima tidak dijumpai adanya duri, hal ini sesuai dengan deskripsi menurut Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2010) umumnya tanaman jeruk keprok Borneo Prima tidak berduri dan sayap daun (petiole) pada jeruk keprok sangat sempit, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa lebar petiole pada varietas Borneo Prima tergolong sempit.

Menurut hasil penelitian Suleyman 2013, menjelaskan bahwa jeruk keprok Garut memiliki permukaan batang atas yang halus, warna ujung tunas daun hijau, dan lebar sayap petiole yang sempit. Pada varietas Borneo Prima jumlah cabangnya rapat, tidak memiliki duri, tunas daun berwarna hijau, lebar petiole sempit, dan perbandingan antara panjang dan lebar daun sebesar 2:1.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kuantitatif 7 varietas jeruk keprok

Tabel 2 menunjukkan karakter kuantitatif pada 7 varietas jeruk keprok yang diamati. Panjang duri antar varietas berbeda-beda yakni varietas Berasitepu, Garut, dan Madura memiliki duri yang panjangnya berkisar 16-40 mm. Varietas Kacang dan Terigas memiliki panjang duri 6-15 mm dan varietas Tejakula memiliki panjang duri > 40 mm. Sedangkan untuk varietas Borneo Prima tidak memiliki duri. Panjang dan lebar daun antar varietas bervariasi yakni panjang daun berkisar 5.25-7.12 cm dan lebar daun berkisar 2.50-3.33 cm. Selain itu, rasio panjang:lebar daun sebesar 2:1. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eni (2013) bahwa nilai rata-rata panjang daun jeruk 10 cm dan rata-rata lebarnya 4.5 cm, sehingga diperoleh rasio panjang:lebar sebesar 2:1. Menurut Eni (2013) tipe ukuran daun dibagi menjadi tiga yakni daun besar, sedang, dan kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan daun antar varietas bervariasi antara 0.60-0.72 mm.

Pertumbuhan Vegetatif

Jumlah Tunas

Waktu munculnya tunas-tunas baru berbeda pada setiap pohon. Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata pada jumlah tunas yang muncul

Karakter Berasitepu Borneo

prima Garut Kacang Madura Tejakula Terigas Panjang duri

(mm)

16-40 Tidak ada

16-40 6-15 16-40 > 40 6-15

Panjang daun (cm)

5.63 5.76 7.12 5.25 5.79 5.63 6.01

Lebar daun (cm) 2.65 2.67 3.33 2.50 2.62 2.79 2.79 Rasio panjang dan

lebar

2:1 2:1 2:1 2:1 2:1 2:1 2:1

(29)

13 pada bulan pertama. Pada bulan pertama jumlah tunas terbanyak pada Berasitepu, diikuti oleh Kacang dan Tejakula, selanjutnya Madura dan Terigas, dan jumlah tunas paling sedikit pada Garut dan Borneo Prima. Selain itu, Tabel 3 juga menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada jumlah tunas pada bulan kedua, ketiga, dan keempat, serta persentase pertambahan jumlah tunas selama 4 bulan.

Nilai persentase pertambahan jumlah tunas antar varietas selama 4 bulan dari terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Borneo Prima 51.4%, Garut 29.2%, Terigas 21.2%, Berasitepu 14.7%, Madura 14.6%, Tejakula 6.7%, dan Kacang 2.9%. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan yakni bulan pertama hingga bulan keempat, jumlah ketersediaan air tinggi karena curah hujan pada bulan-bulan tersebut cukup tinggi. Data BMKG (2014) menunjukkan bahwa curah hujan dari bulan Januari sampai April 2014 secara berturut-turut sebesar 702 mm, 337 mm, 281 mm, dan 511 mm.

Tabel 3 Jumlah tunas dan persentase pertambahan jumlah tunas 7 varietas jeruk keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah tunas bulan ke-; Δ B: Pertambahan Jumlah tunas bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Panjang Daun

Tabel 4 menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada panjang daun dan persentase pertambahan panjang daun selama 4 bulan. Panjang daun awal berukuran antara 5-6.8 cm dan ukuran panjang daun setelah 4 bulan bertambah menjadi 5.2-7.1 cm, dengan ukuran daun terpanjang pada varietas Garut dan ukuran daun terpendek pada varietas Kacang.

Nilai persentase pertambahan panjang daun antar varietas selama 4 bulan dari terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Borneo Prima 3.97%, Berasitepu 3.68%, Madura 3.58%, Tejakula 3.49%, Kacang 3.35%, Garut 3.34%, dan Terigas 3.26%. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan ukuran panjang daun pada masing-masing varietas adalah sama yakni antara 3-4%. Seperti halnya yang terjadi pada lebar daun, panjang daun juga mengalami pertambahan namun tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambahan panjang daun sudah lama berhenti sebelum daun mencapai dewasa (Salisbury et al 1995).

Nama varietas B1 B2 B3 B4 ΔB 1-4 (%)

Berasitepu 17.7a 20.3 20.3 20.3 14.7

Borneo Prima 7.1c 10.5 10.7 10.7 51.4

Garut 7.3c 9 9.4 9.4 29.2

Kacang 14ab 14.2 14.4 14.4 2.9

Madura 12.4bc 13.5 14.2 14.2 14.6

Tejakula 13.4ab 13.6 14.3 14.3 6.7

Terigas 9.9bc 11.3 12 12 21.2

Uji F * tn tn tn tn

(30)

14

Tabel 4 Panjang daun dan persentase pertambahan panjang daun 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Panjang daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan Panjang daun bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5).

Lebar Daun

Tabel 5 menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada lebar daun dan persentase pertambahan lebar daun selama 4 bulan. Lebar daun awal berukuran antara 2.4-3.18 cm dan ukuran lebar daun selama 4 bulan kemudian bertambah menjadi 2.5-3.3 cm, dengan ukuran lebar daun terbesar pada varietas Garut dan lebar daun terkecil pada varietas Kacang.

Tabel 5 Lebar daun dan persentase pertambahan lebar daun 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Lebar daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan Lebar daun bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5).

(31)

15

Jumlah Daun

Tabel 6 menunjukkan bahwa varietas berbeda sangat nyata pada jumlah daun, namun varietas tidak berbeda nyata pada persentase pertambahan jumlah daun selama 4 bulan. Jumlah daun awal paling banyak terdapat pada Tejakula, Kacang, Berasitepu, dan Madura, diikuti oleh Terigas, Garut, dan Borneo Prima. Jumlah daun bertambah pada bulan pertama dengan jumlah daun terbanyak pada Tejakula dan Berasitepu, diikuti oleh Kacang dan Madura, selanjutnya Terigas, dan paling sedikit jumlah daun pada Borneo Prima. Pada bulan kedua, jumlah daun terbanyak pada Berasitepu dan Kacang, diikuti oleh Madura dan Tejakula, selanjutnya Terigas, Garut, dan paling sedikit pada Borneo Prima.

Pada bulan ketiga, jumlah daun terbanyak pada Berasitepu, diikuti oleh Kacang, selanjutnya Tejakula dan Madura, lalu Terigas, Garut, dan paling sedikit pada Borneo Prima. Pada bulan keempat atau akhir pengamatan, jumlah daun terbanyak pada Berasitepu dan Kacang, diikuti oleh Tejakula dan Madura, selanjutnya Terigas, lalu Garut, dan paling sedikit jumlah daun pada Borneo Prima. Nilai persentase pertambahan jumlah daun antar varietas selama 4 bulan dari terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Terigas (378%), Borneo Prima (353.2%), Berasitepu (346.49%), Kacang (302.8%), Garut (285.9%), Madura (283.7%), dan Tejakula (262.7%).

Tabel 6 Jumlah daun dan persentase pertambahan jumlah daun 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan jumlah daun bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Secara umum jumlah daun paling sedikit terdapat pada Borneo Prima dengan nilai persentase pertambahan jumlah daun pada Borneo Prima sebesar 353.2%. Pada saat sebelum dilakukan penelitian, dilakukan perlakuan pemangkasan pada cabang yang sudah tumbuh untuk memudahkan dalam pengamatan, sehingga dari awal pengamatan jumlah cabang pada semua varietas hanya tersisa 1-2 cabang per tanaman. Selain itu, pada variabel jumlah tunas, varietas Borneo Prima juga menghasilkan jumlah tunas yang paling sedikit, sehingga jumlah daun yang dihasilkan juga sedikit.

(32)

16

tanaman muda akan menyebabkan tanaman lebih rimbun karena jumlah daunnya banyak. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Jumlah daun ditentukan oleh banyaknya cabang atau tunas sehingga semakin banyak tunas, jumlah daun juga semakin banyak.

Jumlah Cabang

Tabel 7 menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada jumlah cabang bulan pertama; varietas berbeda sangat nyata terhadap jumlah cabang bulan kedua, ketiga, dan keempat; serta varietas tidak berbeda nyata pada awal pengamatan dan persentase pertambahan jumlah cabang selama 4 bulan. Pada bulan pertama, jumlah cabang paling banyak terdapat pada Berasitepu, diikuti oleh Kacang dan Madura, selanjutnya Tejakula, Terigas, lalu Borneo Prima, dan paling sedikit pada Garut. Selama 4 bulan kemudian, jumlah cabang paling banyak terdapat pada Berasitepu, diikuti oleh Kacang, Madura, Tejakula, selanjutnya Borneo Prima dan Terigas, dan paling sedikit pada Garut. Nilai persentase pertambahan jumlah cabang antar varietas selama 4 bulan dari terbesar sampai terkecil berturut-turut adalah Berasitepu dan Borneo Prima 858.3%, Madura 829.4%, Garut 730%, Tejakula 631.6%, Terigas 600%, dan Kacang 451.7%.

Tabel 7 Jumlah cabang dan persentase pertambahan jumlah cabang 7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah cabang bulan ke-; Δ B: Pertambahan Jumlah cabang bulan

ke-; KK: Hasil ditransformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

(33)

17

Diameter batang

Bagian yang diamati pada pertumbuhan tanaman yakni pada diameter batang atas. Tabel 8 menunjukkan bahwa varietas berbeda sangat nyata pada diameter batang, namun varietas tidak berbeda nyata pada persentase pertambahan diameter batang selama 4 bulan. Pada bulan pertama ukuran diameter terbesar pada Berasitepu, Tejakula, Kacang, dan Madura, serta ukuran diameter terkecil pada Garut, Terigas, dan Borneo Prima. Pada bulan keempat, ukuran diameter terbesar pada Berasitepu, Tejakula, Kacang, dan Madura, diikuti oleh Garut, selanjutnya Terigas, dan terkecil pada Borneo Prima.

Varietas Garut memiliki persentase pertambahan diameter batang sebesar 12.9% dengan ukuran diameter awal 6.2 mm menjadi 7.0 mm. Varietas Terigas memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 11.3% dengan ukuran diameter awal 6.2 mm menjadi 6.9 mm. Varietas Borneo Prima memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 9.1% dengan ukuran diameter awal 5.5 mm menjadi 6.0 mm. Varietas Berasitepu memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 8.4% dengan ukuran diameter awal 8.3 mm menjadi 9.0 mm. Varietas Kacang memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 7.6% dengan ukuran diameter awal 7.9 mm menjadi 8.5 mm. Varietas Madura memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 6.7% dengan ukuran diameter awal 7.5 mm menjadi 8.0 mm. Tabel 8 Diameter dan persentase pertambahan diameter 7 varietas bibit jeruk

keprok selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Diameter bulan ke-; Δ B: Pertambahan Diameter bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Tinggi tanaman

(34)

18

Hasil perhitungan persentase pertambahan tinggi tanaman menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada pertambahan tinggi tanaman selama 4 bulan, kecuali pada bulan kedua yang menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap persentase pertambahan tinggi tanaman selama 2 bulan. Persentase pertambahan tinggi tanaman selama 2 bulan menunjukkan bahwa persentase tertinggi pada Tejakula dan diikuti oleh Borneo Prima, Garut, Berasitepu, Terigas, Kacang, dan Madura. Secara keseluruhan, persentase pertambahan tinggi tanaman bulan pertama tidak nyata, bulan kedua nyata, dan bulan ketiga serta keempat tidak nyata. Nilai persentase pertambahan tinggi antar varietas selama 4 bulan dari terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah Tejakula 24.5%, Borneo Prima 17.6%, Garut 14.9%, Madura 11.9%, Berasitepu 11.4%, Terigas 10.4%, dan Kacang 8.7%. Tabel 9 Tinggi dan persentase pertambahan tinggi 7 varietas bibit jeruk keprok

selama 4 bulan

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Tinggi bulan ke-; Δ B: Pertambahan tinggi bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter antar varietas memiliki keragaman. Perbedaan pada karakter kualitatif yaitu kepadatan percabangan, sudut percabangan, duri, kepadatan duri, intensitas warna daun, tepi daun, ujung daun, dan bentuk petiole. Perbedaan pada karakter kuantitatif yaitu panjang duri, panjang daun, lebar daun, dan tebal daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase laju pertumbuhan bibit antar varietas tidak berbeda nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik morfologi menunjukkan adanya keragaman antar varietas jeruk keprok yang diamati. Identifikasi karakter antar varietas pada bibit jeruk keprok memiliki perbedaan karakter morfologi antara lain kepadatan percabangan, sudut percabangan, duri, kepadatan duri, intensitas warna daun, tepi daun, ujung daun, bentuk petiole, panjang duri, panjang daun, lebar daun, dan tebal daun. Pada

(35)

19 karakter morfologi yang sama yaitu pada pengamatan permukaan batang atas, warna ujung tunas, keragaman warna daun, kelengkapan daun lamina, bentuk daun, ada tidaknya petiole, lebar petiole, serta jarak petiole dan lamina. Persentase laju pertumbuhan bibit antar varietas tidak berbeda nyata pada parameter tinggi, lebar daun, panjang daun, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah cabang, dan diameter batang atas selama 4 bulan. Perbedaan pertumbuhan selama fase pembibitan pada ketujuh varietas terlihat dari cepat atau lambatnya laju pertumbuhan bibit.

Saran

Karakterisasi jeruk keprok yang dilakukan sebaiknya dilanjutkan hingga mencapai fase generatif yakni hingga tanaman berproduksi serta perlu dilakukan pengamatan lanjutan berdasarkan ciri anatomi dan fisiologinya, sehingga deskripsi yang didapatkan semakin lengkap dan memudahkan dalam kegiatan pemuliaan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2013. Profil Komoditas Jeruk [Internet]. [diunduh 2014 sep 17]. Tersedia pada: http://ditbuah.hortikultura.pertanian.go.id

Adiyoga WT, Setyowati, Ameriana, Nurmalinda. 2009. Perilaku Konsumen Terhadap Jeruk Siam di Tiga Kota Besar di Indonesia. J Hort. 19(1):112-124. Astuti S. 2013. Varietas Jeruk Keprok Unggulan Indonesia [Internet]. [diunduh

2014 Sep 5]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id

[Balitbangtan] Badan Litbang Pertanian. 2014. Hasil Riset Varietas Jeruk Keprok Kacang. Tersedia pada: http://www.litbang.pertanian.go.id

[Balitbangtan] Badan Litbang Pertanian. 2014. Hasil Riset Varietas Jeruk Keprok Tejakula. Tersedia pada: http://www.litbang.pertanian.go.id

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2013. Panduan Budidaya Tanaman Jeruk [Internet]. [diunduh 2014 Agt 9 ]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.deptan.go.id.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data iklim bulanan. Bogor (ID): BMKG.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi Tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Des 10]. Tersedia pada:http://www.bps.go.id [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Buah-buahan dan Sayuran di

Indonesia Tahun 1995-2013 [Internet]. [diunduh 2014 Des 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id

[BPPMD] Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah. 2009. Prospek Menguntungkan Investasi Budidaya Jeruk Borneo Prima. Kalimantan Timur (ID): BPPMD

(36)

20

[BPPPT] Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Jeruk [Internet]. [diunduh 2013 Okt 9]. Tersedia pada: http://www.ristek.go.id/pdf. Prihatman K, editor. Jakarta (ID): BPPPT.

Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2010. Profil Jeruk Keprok. Jakarta (ID): Direktorat Budidaya Tanaman Buah.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2003. Roadmap Program Pengembangan Agroindustri Pedesaan Jeruk (Citrus sp). Jakarta (ID): Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian

Eni. 2013. Karakteristik morfologi beberapa tanaman jeruk (Citrus sp) di kabupaten Pasaman Barat [skripsi]. Padang (ID): Universitas Tamansiswa Padang

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Volume ke-1. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.

[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1999. Descriptors for citrus [Internet]. [diunduh 2013 Mar 22]. Tersedia pada: http://indoplasma.or.id

Karsinah. 2002. Perbaikan Tekstur Buah Jeruk Siam Melalui Hibridisasi. Seminar Hasil Penelitian Tahun 2002. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.

Karyanti. 2013. Induksi keragaman kalus embrionik untuk mendapatkan mutan putatif jeruk keprok garut (Citrus reticulata L) melalui iradiasi sinar gamma [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kuntarsih S. 2011. Program Rehabilitasi Jeruk Keprok. Prosiding Workshop Rencana Aksi Rehabilitasi Jeruk Keprok SoE yang Berkelanjutan Untuk Substitusi Impor [Internet]. [diunduh 2014 Des 15]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id

[Kementan] Kementrian Pertanian. 1999. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 760 Tahun 1999 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Garut Sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2002. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 411 Tahun 2002 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Madura Sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2007. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 464 Tahun 2007 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Borneo Prima Sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2008. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 443 Tahun 2008 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Berasitepu Sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2009. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 2095 Tahun 2009 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Terigas Sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.

Martasari C, Mulyanto H. 2008. Teknik Identifikasi Varietas Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Iptek Hortikultura. (4):6-7

(37)

21 Rahayu RS. 2014. Optimasi pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok borneo prima (Citrus reticulata cv Borneo Prima) melalui pemangkasan dan pemupukan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Lukman RD,

Sumaryono, penerjemah. Terjemahan dari: Plant Physiology 4th edition. Bandung (ID): ITB.

Sari AD. 2013. Pertumbuhan bibit jeruk keprok hasil okulasi pada berbagai media tanam dan umur batang bawah rough lemon (Citrus jambhiri Lush) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suleyman. 2013. Karakterisasi beberapa varietas jeruk keprok dataran rendah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(38)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Denah dan Lokasi Penelitian

Gambar 1 Lokasi Kebun

Gambar 2

Screen house

(39)

23

Lampiran 2 Descriptor for Citrus International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI)

Gambar 4 Kelengkapan Daun Gambar 5 Bentuk Petiole

Gambar 6 Bentuk Daun

Gambar 7 Tepi Daun

(40)

24

Lampiran 3 Gambar daun dan bibit jeruk keprok hasil pengamatan

TERIGAS

KACANG MADURA

GARUT

TEJAKULA

(41)

25

Lampiran 4 Deskripsi varietas berdasarkan SK Menteri Pertanian

1. Menurut surat keputusan menteri pertanian nomor 443/Kpts/SR.120/4/2008

Dekripsi jeruk keprok Berasitepu

Bentuk tajuk tanaman : menjulang

Lebar tajuk : 3-5 m

Percabangan : banyak dan rapat

Percabangan pertama : 1.5 m di atas permukaan tanah

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 12.7 cm

Warna kulit batang : abu-abu sampai kecoklatan

Tekstur kulit batang : halus

Bentuk daun : bulat telur

Ukuran daun : panjang (5-6 cm), lebar (2.5-3 cm) Warna daun bagian atas : hijau tua

Warna daun bagian bawah : hijau

Tepi daun : bergerigi

Bentuk ujung daun : runcing

Permukaan daun : licin berlekuk

Tulang daun : menyirip

Panjang tangkai daun : 1-1.2 cm

Kedudukan daun : berseling

Bentuk bunga : seperti bintang

Tipe bunga : sempurna

Warna kelopak bunga : putih kekuningan

Warna mahkota bunga : putih

Jumlah helai mahkota bunga : 5 helai

Warna kepala putik : kuning

Warna benang sari : kuning

(42)

26

Tempat tumbuh bunga : di ketiak daun dan ujung

cabang

Bentuk buah : bulat sampai gepeng

Ujung buah : berputing

Ukuran buah : tinggi (4.5-5.5 cm),

diameter (5.5-6.5 cm)

Warna kulit buah muda : hijau tua

Warna kulit buah masak : oranye

Permukaan kulit buah : licin mengkilap

Ketebalan kulit buah : 0.2-0.3 cm

Warna daging buah : oranye

Rasa daging buah : manis segar

Aroma buah : harum tajam

Kadar gula : 10.85 °brix

Kandungan vitamin C : 55.7 mg/100 g

Kadar asam total : 1.13%

Kadar air : 88.33%

Kadar abu : 2.41%

Kadar serat : 1.15%

Jumlah juring per buah : 10-16 juring

Berat per buah : 153-183 g

Panjang tangkai buah : 0.3-0.8 cm

Waktu berbunga : Agustus dan Desember

Waktu panen : April-Mei

Agustus-September Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi : 70-75%

Daya simpan buah pada suhu kamar : 7-10 hari setelah panen

Hasil buah : 50-80 kg/pohon/tahun

Bentuk biji : lonjong

(43)

27 Jumlah biji per buah : 14-18 biji

Identitas pohon induk tunggal : tanaman milik Santo Sembiring, Desa Kubu Colia, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo, Prov. Sumatera Utara Perkiraan umum pohon induk tunggal : 10 tahun

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran

tinggi dengan altitude 800-1400 mdpl

2. Menurut surat keputusan menteri pertanian nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007

Deskripsi jeruk keprok Borneo Prima

Tinggi tanaman : 3.5 m

Bentuk tajuk tanaman : menjulang

Lingkar batang atas : 31 cm

Lingkar batang bawah : 45 cm

Warna batang : coklat kehijauan

Bentuk daun : jorong

Ukuran daun : panjang (8.2-9.6 cm)

lebar (3.5-5 cm) Warna daun bagian atas : hijau tua

Warna daun bagian bawah : hijau muda

Tepi daun : beringgit

Ujung daun : runcing

Permukaan daun : halus

Panjang tangkai daun : 1.2-2.5 cm

Warna mahkota bunga : putih

Jumlah helai mahkota bunga : 6

Warna kepala putik : krem

Warna benang sari : kuning

Jumlah benangsari : 18 buah

(44)

28

Jumlah kelopak bunga : 7 helai

Jumlah bunga per tandan : 2-5 kuntum

Bentuk buah : bulat agak lonjong

Bentuk pangkal buah : berkonde

Bentuk ujung buah : melekuk ke dalam

Lebar axis buah : 1.8-2.3 cm

Ukuran buah : tinggi 5.6-6.4 cm

diameter 6.1-7.6 cm

Warna kulit buah muda : hijau

Warna kulit buah masak : kuning

Ketebalan kulit buah : 3.5-6 mm

Warna daging buah : oranye

Tekstur daging buah : agak lunak

Rasa daging buah : manis agak asam dan segar

Kadar gula : 8.5-11.6%

Kadar asam : 0.23-0.30%

Kadar vitamin C : 86.96-26.24%

Kadar juice : 19.79-26.24%

Kadar serat : 0.50-0.99%

Bentuk biji : oval

Warna biji : putih kehijauan

Ukuran biji : panjang 11-12 mm, lebar 6-7 mm

Aroma : kuat

Jumlah juring per buah : 10-12 juring

Berat per buah : 60-290 g

Panjang tangkai buah : 0.4-2.5 cm

Jumlah buah per tandan : 2-4 buah

(45)

29

Waktu panen : Oktober-November

April-Mei

Hasil buah : 18-22 kg/pohon/tahun

Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi : 68-73%

Daya simpan buah pada suhu kamar : 15-20 hari setelah panen Identitas pohon induk tunggal : tanaman milik Sarmin Desa

Tanjung Labu, Kec. Rantau Pulung, Kab. Kutai Timur, Prov. Kalimantan Timur Perkiraan umur pohon induk tunggal : 9 tahun

Keterangan : beradaptasi dengan baik di

dataran rendah dengan altitude 60-100 mdpl pada iklim basah

3. Menurut surat keputusan menteri pertanian nomor 760/Kpts/TP. 240/6/1999

Dekripsi jeruk keprok Garut

Tinggi tanaman : 3.5-4 m

Lebar tajuk : 2.5 m

Lebar tajuk : kerucut terbalik/ sapu

Percabangan : jorong ke atas mulai ketinggian 50

cm dari permukaan tanah

Warna batang : coklat

Bentuk batang : bulat berlekuk

Lingkar batang : 28-32 cm (20 cm dari tanah)

Bentuk daun : lonjong bergelombang dan tepi

bergerigi Warna daun bagian atas : hijau tua

Warna daun bagian bawah : hijau muda mengkilat

Lebar daun : 3.5-5 cm

Panjang daun : 8-11 cm

(46)

30

Tepi daun : bergelombang tidak rata

Ujung daun : runcing

Bunga : berbentuk bunga melati

Warna buah muda : hijau

Warna buah matang : hijau kekuningan

Bentuk buah : bulat agak gepeng bagian ujung

menjorok ke dalam, bagian pangkal terdapat puting

Lingkar buah : 26-30 cm

Kulit buah : 3-5 cm, berpori-pori nyata

Warna daging buah : kuning/oranye

Jumlah septa tiap buah : 10-11

Jumlah biji tiap septa : 1-3

Berat buah utuh : 150-200 g

Berat buah kupasan : 100-150 g

Kandungan air : banyak

Rasa buah : manis segar

Aroma buah : harum khas keprok garut

Sifat buah : daging buah mudah terlepas dari

kulit ari

Produksi buah : 50 kg/pohon/tahun

Ketahanan terhadap hama : tahan terhadap kutu dompolan dan kutu daun

Ketahanan terhadap penyakit : agak toleran terhadap tristeza dan karat

Daerah penyebaran : Wanareja, Garut Kota, Semarang, Cisurupan

Musim berbunga : September-November

Musim panen : April-Agustus

Umur petik : 34 minggu

(47)

31

4. Menurut Litbangtan 2014

Dekripsi jeruk keprok Kacang

Rasa : manis segar

Ukuran buah : sedang

Warna daging buah : oranye

Warna kulit buah : hijau-kuning

Kadar gula : 16% Brix

5. Menurut surat keputusan menteri pertanian nomor 411/Kpts/TP.240/7/2002

Dekripsi jeruk keprok Madura

Asal tanaman : pulau Madura

Bentuk tanaman : menjulang

Bentuk percabangan : vertikal

Bentuk daun : oval

Ukuran daun : panjang (6.8 cm), lebar (3.4 cm)

Panjang tangkai daun : 1.2 cm

Warna daun bagian atas : hijau tua Warna daun bagian bawah : hijau muda

Warna mahkota bunga : putih

Warna kelopak bunga : hijau

Warna benang sari : krem

Jumlah bunga per tandan : 1-4

Jumlah buah per tandan : 1-2

Bentuk buah : bulat gepeng, puncak ujung

berlekuk, pangkal berleher pendek Ukuran buah : panjang (5.55 cm), lebar (6.64 cm)

Ketebalan kulit buah : 2.8 mm

Jumlah juring per buah : 10-12

(48)

32

Warna daging buah : kuning

Kulit buah : sedang (tebal 2.4 mm)

Rasa daging buah : manis (10.2 °brix)

Aroma buah : harum

Berat per buah : 131.4 g

Produksi : 19.8 kg/pohon/tahun

Keterangan : tahan terhadap penyimpanan

sampai dengan 12 hari

6. Menurut Litbangtan 2014

Dekripsi jeruk keprok Tejakula

Bentuk buah : pendek bulat

warna daging buah : kekuningan

Warna kulit : hijau kekuningan-kemerahan

Rasa daging buah : manis segar

tekstur daging buah : lunak

7. Menurut surat keputusan menteri pertanian nomor 2095/Kpts/SR.120/5/2009

Dekripsi jeruk keprok Terigas

Asal : Desa Pusaka, Kec. Tebas, Kab.

Sambas, Prov. Kalimantan Barat

Tinggi tanaman : 3.3-4.3 m

Bentuk tajuk tanaman : perdu

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 6.7 cm

Percabangan : menjulang ke atas

Bentuk daun : eliptik

Ukuran daun : panjang (2.3-3.5 cm)

lebar (4.3-6 cm)

(49)

33

Tepi daun : beringgit

Ujung daun : runcing

Permukaan daun : mengkilap

Panjang tangkai daun : 1-1.5 cm

Warna kelopak bunga : putih

Warna mahkota bunga : putih

Warna kepala putik : putih

Warna benang sari : kuning

Jumlah bunga per tandan : 9-12 kuntum

Waktu berbunga : Maret-April

Waktu panen : September-November

Bentuk buah : bulat (oblate)

Ukuran buah : tinggi (4.5-7.5 cm),

diameter (8.5-11.5 cm)

Warna kulit buah muda : hijau

Warna kulit buah masak : hijau kekuningan

Ketebalan kulit buah : 1.5-2.5 mm

Warna daging buah : kuning kemerahan (oranye)

Tekstur daging buah : berserat halus

Rasa daging buah : manis asam segar

Kadar gula : 11.83 °brix

Kadar asam : 0.258%

Kandungan vitamin C : 32.3 mg/100 g

Aroma : kuat

Bentuk biji : bulat telur sempit

Warna biji : krem

Jumlah biji per buah : 7-12 biji Jumlah juring per buah : 8-12 juring

(50)

34

Panjang tangkai buah : 0.5-0.8 mm

Jumlah buah per tandan : 5-8 buah

Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi : 70-80%

Daya simpan buah pada suhu kamar : 18-25 hari setelah panen

Hasil buah : 20-25 kg/pohon/tahun

Perkiraan umur pohon induk tunggal : 5 tahun

Keterangan : beradaptasi dengan baik di

(51)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1991 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Mohammad Abdur Rochim dan Ibu Siti Nafiah. Penulis memiliki seorang saudara perempuan bernama Dwi Yani

Qurrota’ayun.

Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2004 di SD Negeri Ngrowo II, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 5 Bojonegoro dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri 1 Bojonegoro dan diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi, diantaranya Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) periode 2011-2012 sebagai staff departemen BANGTAN dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) periode 2011-2013 sebagai bendahara departemen Mitra Desa, serta sebagai anggota dari Ikatan Mahasiswa Paguyuban Angling Dharma (PAD) Bojonegoro.

Penulis juga aktif dalam berbagai lomba diantaranya lomba tartil dan

tilawah Al Qur’an, menghafal Asmaul Husna serta menjadi 3rd runner up Young Enterpreneurship Spirit (YES) Competition 2014 dan kegiatan di luar kampus diantaranya berwirausaha dengan budidaya dan pengolahan jamur tiram, pembinaan ibu-ibu PKK di desa-desa sekitar kampus, baksos di panti asuhan sekitar kampus, serta mengajar matematika dan sains untuk anak SD, mengajar mengaji di mushola sekitar kampus dan mengajar privat siswa TK, SD, dan SMP.

Gambar

Gambar daun dan bibit jeruk keprok hasil pengamatan
Tabel 1  Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kualitatif 7 varietas jeruk keprok
Tabel 2  Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kuantitatif 7 varietas jeruk keprok
Tabel 3  Jumlah tunas dan persentase pertambahan jumlah tunas 7 varietas jeruk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Volume optimal hasil fermentasi bahan organik untuk pembibitan jeruk keprok varietas Batu 55 sebanyak 200 ml/tanaman Pemberian hasil fermentasi pupuk organik mampu

Perlakuan pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan bibit karet lainnya, yaitu: diameter tunas, jumlah tangkai daun, jumlah akar, dan

Parameter yang diamati yaitu: produksi per rumpun, kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per

Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan bibit yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang yang diamati sejak pin- dah tanam sampai bibit berumur 3

Berbagai varietas tebu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil, sebagaimana ditunjukkan pada paremeter tinggi bibit, jumlah daun, jumlah anakan, diameter

Untuk jeruk keprok Topazindo Agrihorti, panelis menilai cukup tinggi pada karakter jumlah biji (6,58), diikuti oleh rasa buah (6,42), ukuran buah (6,39) dan warna

Perbandingan tanah dan pupuk kandang 1:1 memberikan waktu mencapai 50% tumbuh tunas, persentase okulasi jadi, persentase bibit mati, panjang tunas, jumlah daun pada tunas,

Persentase stek hidup, umur muncul tunas, tinggi tunas, jumlah daun, jumlah tunas, dan panjang akar adalah parameter yang diamati menggunakan uji varians One-Way ANOVA Uji F pada taraf