• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN

NILAM (Pogostemon spp.) DENGAN PRODUKSI TANAMAN

PER RUMPUN DAN KERAPATAN SEL MINYAK

UNTUK MENDAPATKAN VARIETAS UNGGUL

EVI SAPTRIYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

EVI SAPTRIYAWATI. Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul. Dibimbing oleh HILDA AKMAL dan CHEPPY SYUKUR.

Indonesia merupakan negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik di dunia, terutama minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam (Pogostemon spp.) yang kaya akan kandungan patchouli oil. Untuk mendapatkan varietas tanaman nilam yang unggul diperlukan analisis untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak, sehingga seleksi terhadap varietas unggul akan lebih efisien. Parameter yang diamati yaitu: produksi per rumpun, kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot daun per helai, kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan luas daun. Hasilnya menunjukkan bahwa parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan yang sebenarnya terhadap produksi tanaman per rumpun ialah kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai, dan luas daun. Panjang dan lebar daun memberikan pengaruh tidak langsung terhadap jumlah produksi. Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan sebenarnya terhadap kerapatan sel minyak ialah, produksi tanaman per rumpun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, dan kerapatan trikoma. Panjang daun dan kerapatan stomata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak.

Kata kunci: nilam, anatomi, patchouli oil, analisis lintas

ABSTRACT

EVI SAPTRIYAWATI. Relations of character Morphology and Anatomy of Patchouli Plant (Pogostemon spp.) with Plant Production per Clumb and Oil Cells Density to Get Best Variety. Under supervised by HILDA AKMAL and CHEPPY SYUKUR.

Indonesia is an essential oil exporting country with the best quality in the world, especially essential oils derived from plants of patchouli (Pogostemon spp.), which is rich in content of patchouli oil. To get the patchouli plant varieties superior is required analysis to see the effect of direct and indirect quantitative properties of patchouli plant to production plant per clumb and the oil cells density, so the selection of varieties will be more efficient. Parameters were observed are: the plant production per clump, the oil cells density, plant height, stem diameter, leaf length, leaf width, number of leaves per clump, number of branches per plant, number of branches per plant, weight of leaf per blade, trichome density, stomatal density and leaf area. The results showed that the parameters which have direct effect and showed the actual relationship of plant production per clump are the oil cells density, plant height, stem diameter, number of leaves per clump, number of branches per plant, weight of leaves per strand, and leaf area. The length and width of leaves gave the indirect effect on the amount of production. Parameters that directly influence and showed the actual relations of the cell density of oil are, the plant production per clumb, leaf width, number of leaves per clump, and the trichome density. Leaf length and stomatal density provided indirect effect on the oil cells density.

(3)

HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN

NILAM (Pogostemon spp.) DENGAN PRODUKSI TANAMAN

PER RUMPUN DAN KERAPATAN SEL MINYAK

UNTUK MENDAPATKAN VARIETAS UNGGUL

EVI SAPTRIYAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam

(

Pogostemon

spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan

Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul

Nama

: Evi Saptriyawati

NIM

: G34063210

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hilda Akmal Drs. Cheppy Syukur

NIP. 19540901 198303 2 001 NIP. 19610311 199203 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

NIP. 19641002 198903 1 002

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa, atas rahmat dan inayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan September 2010 di Kebun Percobaan Manoko Balittro, Lembang, Bandung dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Hilda Akmal selaku pembimbing I, Drs. Cheppy Syukur selaku Pembimbing II, Bapak Dedi, rekan-rekan kerja di perkebunan Manoko, dan staf Laboratorium Anatomi Tumbuhan, yang telah mendampingi dan membimbing penulis. Rasa terima kasih yang besar juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya. Terima kasih juga untuk teman-teman Biologi Nunuz, Aida, Tyas, Mita, Mala, Allia, dan kak Goto yang telah membantu dan memberikan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Matang Glumpang Dua, Aceh Utara pada tanggal 3 Desember 1987 dari Ayah Wahidin dan Ibu Yusmaini. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 1993 penulis lulus TK Aisyiah Banda Aceh, tahun 1999 lulus Sekolah Dasar Negeri 7 Banda Aceh, dan dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Banda Aceh sampai tahun 2002. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2005 di SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Unsyiah (USMU). Tahun 2006 penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Nanggroe Aceh Darussalam.

Selama perkuliahan penulis menjadi anggota Palang Merah Remaja UKM IPB, koordinator kepanitiaan IEE (International Education Expo), Ketua Kohati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bogor, aktif di kepanitiaan Organisasi Mahasiswa Daerah Aceh, dan menjadi bendahara Rohis kelas. Penulis juga mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-P). Kegiatan praktik lapangan penulis lakukan pada tahun 2009 dengan judul Konservasi Plasma Nutfah Tanaman Obat di Kebun Percobaan Cicurug Balittro.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR………...vii

DAFTAR LAMPIRAN………vii

PENDAHULUAN Latar Belakang………..1

Tujuan ………..1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat………...2

Bahan Tanaman………...2

Pengambilan Sampel………...2

Pengamatan Struktur Morfogi Tanaman……….2

Pengamatan Struktur Anatomi Daun………...2

Analisis Lintas……….2

HASIL Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman………..3

Pengamatan Struktur Anatomi Daun………...4

Pengamatan Sel Minyak………..4

Pengamatan Trikoma………...4

Pengamatan Stomata………5

Analisis Lintas……….5

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun……….5

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak………….………5

PEMBAHASAN Pengamatan Struktur Morfogi Tanaman……….8

Pengamatan Struktur Anatomi Daun………...8

Pengamatan Sel Minyak………..8

Pengamatan Trikoma………...9

Pengamatan Stomata………9

Analisis Lintas……….9

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun……….9

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak………….………..10

SIMPULAN………..10

SARAN……….11

DAFTAR PUSTAKA………...11

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Permukaan atas daun nilam Aceh………. ………3

2 Permukaan atas daun nilam Jawa………...3

3 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan paradermal ………..4

4 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan transversal: (a) sel minyak, (b) sel palisade, (c) sel

parenkima bunga karang………..……….………4

5 Sel minyak daun nilam Jawa sayatan paradermal……….4 6 Trikoma golongan glandular (a) dan golongan nonglandular (b) pada daun nilam Aceh……….4 7 Trikoma golongan nonglandular pada daun nilam Jawa………...5 8 Stomata daun nilam: (a) porus, (b) sel tetangga, dan (c) sel penutup menggunakan

pewarna safranin………...5

9 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per

rumpun………..6 10 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak………7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam……….13

2 Matriks korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman

per rumpun dan kerapatan sel minyak………...14

3 Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat – sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi

tanaman per rumpun………..………15

4 Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat – sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian dengan segala output yang dihasilkan merupakan sektor yang cukup tangguh dibandingkan sektor lainnya. Hal tersebut telah teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara, salah satunya adalah produk pertanian dalam bentuk minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan output tanaman tradisional dalam industri kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian, farmasi, kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya. Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional, sekitar sembilan sampai dua belas macam jenis minyak atsiri disuplai dari Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara produsen terbesar yang cukup diandalkan dan menjadi pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik mencapai 90% dari kebutuhan total minyak nilam dunia. Jumlah produksi nilam Aceh memberikan kontribusi sebesar 70% terhadap pasokan minyak nilam Indonesia sebesar 400 ton pada tahun 1995 dan mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi 275 ton (Disbun 2003).

Nilam (Pogostemon spp.) termasuk famili Labiatae, ordo Lamiales, kelas Angiospermae, dan divisi Spermatophyta. Ada 40 spesies yang termasuk dalam genus Pogestemon, dari jumlah tersebut hanya tiga spesies yang dikenal sebagai tanaman nilam yaitu, Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hortensis, dan Pogostemon heyneanus. Ketiga jenis nilam tersebut dibedakan berdasarkan karakter morfologi, kandungan/kualitas minyak, dan ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik.

Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting peranannya. Sebagai komoditi ekspor, nilam dibutuhkan secara kontinyu misalnya dalam industri parfum dan kosmetik. Penggunaan minyak nilam dalam industri sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi lainnya dan mencegah penguapan zat pewangi, sehingga wanginya tidak cepat hilang sekaligus membentuk aroma yang khas dalam suatu campuran (Ketaren 1985). Aroma minyak nilam sangat unik, terkesan rasa manis, hangat, dan menyengat. Aroma tetap terasa manis sekalipun seluruh minyaknya menguap (Dhalimi et al. 1998).

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu merupakan pusat penghasil

nilam dengan total luas areal 10.234 ha (Ditjenbun 1997). Sejak tahun 2005 sudah dilepas tiga varietas unggul nilam Aceh, yaitu varietas Tapak tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Walaupun nilam telah banyak diusahakan oleh petani nilam di Aceh dan beberapa petani di daerah lainnya di Sumatera, pengetahuan tentang adanya korelasi antara sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien. Dengan analisis lintas masing-masing sifat yang berkorelasi dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Analisis lintas dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan hasil tanaman (Sinaga 2007). Oleh karena itu penelitian analisis sifat-sifat kualitas dan kuantitatif tanaman nilam terhadap jumlah produksi dan sel minyak perlu dilakukan.

Tanaman nilam yang akan dianalisis berasal dari koleksi plasma nutfah nilam yang ada di Balittro menggunakan analisis sidik lintas, sehingga didapatkan varietas tanaman nilam yang unggul. Teknik yang telah dilakukan ini diharapkan dapat diterapkan pada pertanian nilam di Aceh, sehingga memudahkan para peneliti dan petani dalam mendapatkan varietas nilam yang unggul.

Analisis lintas (path analysis) merupakan metode yang sering digunakan untuk mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung dari peubah, beberapa peubah sebagai penyebab terhadap peubah lain sebagai peubah efek, pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright (Dilton & Goldstein 1984). Metode ini merupakan analisis regresi linear dengan peubah-peubah yang dibakukan (Li 1977). Hasil analisis akan dituangkan dalam bentuk diagram lintas. Diagram lintas adalah bentuk grafik dari keseluruhan hubungan yang ada dan penyusunannya berdasarkan pengetahuan umum dan teori yang ada. Diagram lintas dengan garis berarah tunggal menunjukkan bahwa adanya pengaruh langsung antara peubah sebab dengan peubah akibat, sedangkan garis berarah dua menunjukkan korelasi antar dua peubah (Kerlinger dan Pedhazur 1973).

Tujuan

(10)

minyak, sehingga memudahkan dalam identifikasi varietas nilam yang unggul. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam menggunakan analisis lintas.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yaitu antara bulan Januari-September 2010. Lokasi penelitian bertempat di Kebun Percobaan Manoko Balittro, Lembang, Bandung dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Bahan Tanaman

Penelitian ini menggunakan 14 aksesi tanaman nilam dengan umur tanaman 6 bulan setelah tanam yang berasal dari koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan Manoko Lembang. Jarak tanam antar tanaman 0.5 m dan jarak antar baris tanam 1 m dengan luas lahan tanam 0.2 hektar (2.000 m) pada ketinggian 1.200 m dpl.

Pengambilan Sampel

Sampel daun nilam diambil langsung dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang, selanjutnya diamati di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB. Daun yang digunakan untuk mengamati kerapatan sel minyak diambil dari daun yang telah dewasa yaitu daun ke tiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening. Sampel daun tersebut disimpan dalam termos yang telah berisi campuran es batu dengan garam.

Untuk pengamatan kerapatan trikoma dan stomata diambil daun yang telah dewasa yaitu daun ketiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam botol film bekas yang ditambahkan alkohol 70%.

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot per helai daun, jumlah produksi per tanaman, dan menghitung luas permukaan daun nilam. Tiap pengamatan dilakukan 5 kali ulangan. Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah penggaris, jangka sorong, dan neraca timbang. Untuk menghitung luas daun digunakan rumus, Luas daun = (luas kertas x bobot daun

duplikat) : bobot kertas utuh (Sitompul & Guritno 1995).

Pengamatan Struktur Anatomi Daun

Struktur anatomi daun diamati melalui sayatan paradermal. Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan sel minyak dibuat dengan cara sebagai berikut: daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Selanjutnya lapisan epidermis diletakkan di atas gelas obyek dan ditetesi larutan Sudan III, kemudian ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951).

Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan trikoma dan stomata dibuat dengan cara sebagai berikut: Daun yang telah direndam dalam alkohol 70%, dicuci dengan air dan direndam dalam nitrat 30% selama 5 sampai 10 menit. Selanjutnya daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Lapisan epidermis yang diperoleh direndam dalam larutan kloroks sampai lapisan terlihat benar-benar transparan. Kemudian dibilas dengan air sebanyak dua kali. Selanjutnya lapisan epidermis diwarnai dengan safranin 0,5% selama 5 sampai 10 menit, lalu dibilas dengan air keran. Kemudian diletakkan di atas gelas obyek yang telah diberi larutan gliserin 30% dan ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951).

Dilakukan tiga ulangan terhadap 14 aksesi daun nilam, dengan bagian pengamatan adaksial dan abaksial daun. Tiap preparat diamati 5 bidang pandang. Parameter yang diamati yaitu kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan kerapatan sel minyak. Kerapatan trikoma dapat dinyatakan dengan jumlah trikoma/mm2, kerapatan stomata dinyatakan dengan jumlah stomata/mm2, dan kerapatan sel minyak dapat dinyatakan dengan jumlah sel minyak/mm2

Analisis Lintas

. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x.

Data hasil pengamatan karakter morfologi dan anatomi (Lampiran 1) dilakukan analisis lintas (Path analysis) dengan metode matriks analisis koefisien lintas (Path coefficient analysis). Untuk mengetahui korelasi antara parameter yang diamati digunakan metode analisis regresi berganda, yang disajikan dalam bentuk matriks korelasi. Program yang digunakan ialah Microsoft Excel 2007. Hasil analisis lintas ditampilkan dalam bentuk diagram lintas.

(11)

lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung melalui peubah tersebut akan efektif. 2. Apabila koefisien korelasi positif

tetapi koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) negatif maka pengaruh tidak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut dan untuk seleksi yang diperhatikan adalah pengaruh tidak langsungnya.

3. Apabila koefisien korelasi negatif dan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) positif atau tinggi maka diusahakan memperkecil pengaruh tidak langsung untuk memperoleh pengaruh langsung.

HASIL

Berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi terhadap empat belas aksesi tanaman nilam (Lampiran 1), menunjukkan bahwa tanaman aksesi Girilaya lebih tinggi dari aksesi lainnya mencapai 92.07 cm. Batang dengan diameter terbesar dijumpai pada aksesi Kuningan dengan diameter 11.32 cm. Daun yang paling panjang dijumpai pada aksesi Girilaya mencapai 6.50 cm, daun terlebar dimiliki oleh aksesi Aceh 3 mencapai 2.56 cm, dan jumlah daun terbanyak dijumpai pada aksesi Aceh 3 sebesar 729.53 daun per rumpun. Aksesi Aceh merah memiliki jumlah cabang per tanaman terbesar sebesar 18.67, sedangkan jumlah ranting per tanaman terbesar dimiliki oleh aksesi Aceh 8 sebesar 31.93. Bobot daun per helai terbesar dimiliki oleh Aceh 3 sebesar 0.86 g, produksi tanaman per rumpun terbanyak dimiliki oleh aksesi Aceh 3 sebesar 1890.95 g, sedangkan daun terluas dimiliki oleh aksesi Girilaya sebesar 26.61 cm.

Nilai kerapatan sel minyak dan trikoma paling tinggi dimiliki oleh aksesi Aceh 3 yaitu sebesar 33.71 sel minyak/mm2 dan 58.80 trikoma/mm2. Kerapatan stomata tertinggi dimiliki oleh aksesi kultur jaringan sebesar 241.82 stomata/mm2.

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman

Empat belas aksesi tanaman nilam yang diamati merupakan nilam Aceh (Pogostemon

cablin Benth), nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth), dan nilam hasil kultur jaringan.

Nilam Aceh (Gambar 1) memiliki bentuk daun bulat (orbicularis) sampai bulat telur (ovatus), duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus), pertulangan daun menyirip dan bercabang-cabang, bagian ujung daun runcing (acutus), pangkal daun tumpul (obtusus), bagian tepi daun bergerigi (serratus) sampai bergerigi ganda, bagian sinus agak dalam,memiliki bagian angulus yang tumpul, dan tangkai daunnya panjang. Tinggi tanaman lebih pendek dari nilam Jawa, rata-rata 57.71 cm.

Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh.

Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

(12)

daun bersilang, warna daun hijau sampai hijau keunguan, permukaan daun berbulu dan kasar, bagian tangkai daun pendek, pertulangan daun menyirip dan bercabang, dan memiliki ukuran tanaman yang lebih tinggi dari nilam Aceh dengan tinggi rata-rata 85 cm.

Pengamatan Struktur Anatomi Daun Pengamatan Sel Minyak. Hasil pengamatan sel minyak pada daun nilam Aceh sayatan paradermal (Gambar 3) dan sebagai pembanding pada sayatan transversal (Gambar 4) didapatkan sel minyak berbentuk bulat, dengan warna kuning kemerahan, sampai kuning mengkilat. Sel minyak pada daun nilam Jawa (Gambar 5) berbentuk seperti kapsul dengan warna kuning kecoklatan.

Gambar 3 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan paradermal.

Gambar 4 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan transversal: (a) sel minyak, (b) sel palisade, (c) sel parenkima bunga karang.

Gambar 5 Sel minyak daun nilam Jawa sayatan paradermal.

Pengamatan Trikoma. Trikoma tanaman nilam termasuk dalam golongan glandular (berkelenjar) (Gambar 6.a) dan golongan nonglandular (tidak berkelenjar) (Gambar 6.b).

(a)

(b)

(13)

Gambar 7 Trikoma golongan nonglandular pada daun nilam Jawa.

Pengamatan Stomata. Tanaman nilam memiliki stomata yang bertipe anisositik (Gambar 8).

Gambar 8 Stomata daun nilam: (a) porus, (b) sel tetangga, dan (c) sel penutup menggunakan pewarna safranin.

Analisis Lintas

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun.

Hubungan antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam (X) terhadap produksi tanaman per rumpun (Y1) (Gambar 9) dan kerapatan sel minyak (Y2) (Gambar 10), dapat dihitung korelasi matriksnya seperti terlihat pada Lampiran 2. Dari matriks korelasi beberapa parameter menunjukkan adanya hubungan yang erat satu sama lain. Terdapat korelasi positif dan korelasi negatif antara parameter yang diamati dengan produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak.

Korelasi positif dan nyata terlihat antara produksi tanaman per rumpun (Y1) dengan tinggi tanaman (X1), panjang daun (X3), lebar daun (X4), jumlah daun per rumpun (X5), jumlah cabang per tanaman (X6), jumlah ranting per tanaman (X7), bobot daun per helai (X8), dan luas daun (X11) dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sebesar 0.87, 0.66, 0.80, 0.94, 0.78, 0.70, 0.72, dan 0.78. Korelasi positif dan nyata juga terlihat antara kerapatan sel minyak (Y2) dengan bobot daun per helai (X8) dan kerapatan trikoma (X9) dengan nilai koefisien korelasi berturut-turut 0.62 dan 0.55.

(14)

Gambar 9 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun.

Tinggi Tanaman (X1)

Diameter Batang (X2)

Produksi Tanaman per

Rumpun

Kerapatan Sel Minyak (Y2)

Panjang Daun (X3)

Lebar Daun (X4)

Jumlah Daun per Rumpun (X5)

Jumlah Cabang per Tanaman (X6)

Jumlah Ranting per Tanaman (X7)

Bobot Daun per Helai (X8)

Kerapatan Trikoma (X9)

Kerapatan Stomata (X10)

0,120823 0,144762

0,133793

-0,07877

-0,20323

0,287113

0,213609

0,130046

0.319953

0,1115

-0,00855

Luas Daun (X11)

(15)

Gambar 10 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak.

Tinggi Tanaman (X1)

Diameter Batang (X2)

Produksi Tanaman per

Rumpun (Y1)

Kerapatan Sel Minyak (Y2)

Panjang Daun (X3)

Lebar Daun (X4)

Jumlah Daun per Rumpun

Jumlah Cabang per Tanaman (X6)

Jumlah Ranting per Tanaman (X7)

Bobot Daun per Helai (X8)

Kerapatan Trikoma (X9)

Kerapatan Stomata (X10)

-0,21816

-0,55755

0,305413

0,611937

0,374864

-0,18075

-1,13059

-0,76775

0,464032

0,391312

2,250418

Luas Daun (X11)

(16)

PEMBAHASAN

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman

Tanaman nilam merupakan tumbuhan semak dengan tinggi antara 0.30-1.30 meter, berakar serabut, berbatang lunak, dan berbuku-buku. Bagian buku menggembung di bagian ujung ruas dan berair. Di alam bebas tanaman nilam tumbuh merambat tidak beraturan dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun pada kebun pertumbuhannya tegak ke atas dan merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Haryudin 2001).

Terdapat perbedaan antara nilam Aceh dan nilam Jawa yang diamati. Daun nilam Aceh berwarna hijau tua, memiliki susunan daun yang tidak lengkap, karena daun terdiri atas tangkai dan helaian daun saja yang disebut daun bertangkai (Tjitrosoepomo 2007). Duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus). Bulu-bulu pada daun tidak menempel pada permukaan tapi lebih tegak dan menyebabkan warna daun nilam Aceh lebih pucat (Syukur dan Nuryani 1998). Pada nilam Aceh aksesi Tapak Tuan memiliki beberapa karakter yang berbeda yaitu duduk daun berhadapan, permukaan daun bergelombang dan berbulu, pinggir daun bergerigi ganda atau rangkap (biserratus) dengan sinus pendek dan angulus bergerigi tumpul, bagian pangkal daun rompang atau rata (truncatus) dengan ujung daun tumpul (Haryudin 2001). Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi berkisar antara 2.5-5% (Mangun 2008).

Nilam Jawa memiliki bentuk daun bulat telur atau lonjong, melebar di bagian tengah. Bagian ujung daun meruncing (acuminatus), sama seperti bagian ujung daun yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya lebih tinggi, sehingga bagian ujung daun terlihat sempit panjang dan runcing (Tjitrosoepomo 2007). Warna daun hijau sampai hijau keunguan. Menurut Syukur dan Nuryani (1998) nilam Jawa memiliki permukaan daun yang kasar dan tidak berbulu, sedangkan permukaan nilam Aceh halus dan berbulu. Daun nilam Jawa lebih tipis, ujungnya lebih meruncing. Aroma daun nilam Aceh lebih harum dibandingkan aroma daun nilam Jawa. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah kenyataan bahwa nilam Aceh tidak berbunga sedangkan nilam

Jawa berbunga. Bunga tanaman nilam merupakan bunga majemuk (inflorescentia), ibu tangkai bunga (pedunculus), tangkai bunga (pedicellus) dan kelopak bunga berwarna hijau keunguan. Tangkai bunga nilam termasuk dichasial, karena dari tangkai keluar dua cabang yang berhadapan, dijumpai pada tumbuhan dengan bunga berbibir (family Labiatae) (Tjitrosoepomo 2007). Bunga tanaman nilam berwarna putih (Santoso 2007).

Pengamatan Struktur Anatomi Daun Pengamatan Sel Minyak. Pengamatan anatomi sel minyak dilakukan melalui sayatan paradermal daun (Gambar 3) dan untuk pembanding dilakukan sayatan transversal (Gambar 4). Secara anatomi keempat belas aksesi tanaman nilam yang diamati, sel minyak daun nilam Aceh berwarna kuning kemerahan sampai kuning mengkilat dengan bentuk bulat, sel minyak daun nilam Jawa berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk seperti kapsul.

Sumber minyak atsiri pada umumnya dihasilkan dari bagian tanaman berupa daun, bunga, biji, kulit buah, dan akar ataupun rhizoma. Pada tanaman nilam selain dihasilkan dari bagian daun minyak atsiri juga diproses di kelenjar minyak (sel minyak) melalui proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena adanya berbagai senyawa kimia dengan adanya air (Ketaren 1985).

(17)

diduga menjadi tempat akumulasi minyak atsiri (Tjondronegoro et al. 1997).

Pengamatan Trikoma. Trikoma yang berasal dari sel-sel epidermis, terdiri atas sel tunggal atau banyak sel yang memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Di antara peran tersebut adalah untuk mengurangi penguapan (apabila terdapat pada bagian epidermis daun), meneruskan rangsang, mengurangi gangguan hewan, membantu penyebaran biji, membantu penyerbukan bunga, dan menyerap air serta garam-garam mineral dari dalam tanah (Nugroho et al. 2006).

Tipe trikoma pada tanaman nilam termasuk ke dalam golongan glandular (berkelenjar) dan non glandular (tidak berkelenjar). Umumnya bentuk trikoma tanaman nilam seperti duri dan runcing pada bagian ujungnya, terdiri atas dua sel atau lebih. Trikoma nilam Aceh memiliki ukuran yang lebih pendek dari nilam Jawa. Bentuk trikoma nilam Jawa lebih ramping dan lebih panjang dari nilam Aceh, rata-rata memiliki trikoma yang lebih dari 2 sel. Trikoma banyak terdapat pada semua bagian tanaman nilam kecuali pada akar. Pada bagian daun dan batang nilam banyak terdapat trikoma, sedangkan pada daun dan batang yang tua sebagian besar trikomanya sudah gugur.

Pengamatan Stomata. Stomata merupakan lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya yang disebut sel tetangga (Nugroho et al. 2006). Stomata pada tanaman nilam Aceh dan Jawa yang diamati bertipe anisositik. Bentuk sel penutup seperti ginjal. Stomata tipe anisositik (Cruciferous) dikelilingi oleh tiga sel tetangga yang tidak

sama ukurannya. Fungsi utama stomata adalah sebagai alat transpirasi, respirasi, dan sebagai alat penghubung udara.

Analisis Lintas

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman per Rumpun. Parameter kerapatan trikoma (X9) dan kerapatan stomata (X10) berkorelasi negatif terhadap produksi tanaman per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai dari parameter-parameter tersebut akan menurunkan produksi tanaman per rumpun. Dengan demikian pada tanaman nilam parameter tersebut tidak dapat digunakan untuk menduga nilai produksi tanaman per rumpun.

Berdasarkan analisis lintas dapat dilihat bahwa seluruh parameter yang diamati pada tanaman nilam ada yang memiliki pengaruh langsung dan ada pula pengaruh tidak langsung terhadap produksi tanaman per rumpun (Y1). Ada yang bernilai positif dan ada juga yang bernilai negatif. Untuk nilai pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif terhadap produksi tanaman per rumpun terdapat pada lampiran 5. Parameter utama yang berpengaruh besar secara langsung dan bernilai positif terhadap produksi tanaman per rumpun adalah kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai, dan luas daun dengan nilai koefisien lintas berturut-turut 0.12, 0.14, 0.13, 0.29, 0.21, 0.32, dan 0.32. Ketujuh parameter ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat terhadap produksi dan dapat digunakan sebagai kriteria seleksi.

Pengaruh langsung tinggi tanaman ditiadakan oleh pengaruh tidak langsung jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai dan luas daun. Olek karena itu parameter yang memberikan pengaruh tidak langsung tersebut perlu diperhatikan dalam seleksi. Pengaruh

tidak langsung diusahakan agar lebih besar sehingga diperoleh pengaruh langsung yang lebih besar pula, karena parameter seperti jumlah cabang, jumlah daun per rumpun, dan bobot daun per helai sangat menentukan jumlah produksi. Kerapatan stomata memberikan nilai koefisien lintas dan koefisien korelasi yang kecil dan negatif, sehingga penggunaan parameter stomata sebagai kriteria seleksi dapat dianggap tidak penting. Di antara semua parameter pengaruh total jumlah daun per rumpun dan

luas daun paling besar yaitu sebesar 0.94 dan 1.01.

(18)

bertambah. Pemanenan pada tanaman nilam biasanya dilakukan dengan memangkas tanaman (cabang dan daun) setinggi 20 cm dari permukaan tanah (Nuryani & Sutjihno 1994).

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak.

Berdasarkan analisis lintas semua parameter memiliki hubungan yang langsung dan tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak (Y2). Ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif terhadap kerapatan sel minyak terdapat pada lampiran 6. Parameter utama yang memberi pengaruh langsung yang besar terhadap kerapatan sel minyak adalah produksi tanaman per rumpun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, dan kerapatan trikoma. Keempat parameter ini memiliki nilai koefisien korelasi positif dan koefisien lintas positif, sehingga korelasi menunjukkan hubungan yang sebenarnya dan dapat digunakan sebagai kriteria seleksi. Diameter batang, jumlah cabang per tanaman, dan jumlah ranting per tanaman memiliki nilai koefisien lintas dan koefisien korelasi yang kecil dan negatif sehingga dapat dianggap tidak penting sebagai kriteria seleksi .

Parameter pengaruh langsung tinggi tanaman (-0.22), bobot daun per helai (0.46), dan luas daun (-0.91) ditiadakan oleh pengaruh tidak langsung produksi tanaman per rumpun dengan nilai pengaruh tidak langsung masing-masing 1.95, 1.62, dan 1.76. Oleh sebab itu pengaruh tidak langsung berupa produksi per rumpun sangat penting diperhatikan karena dalam seleksi langsung terhadap parameter tersebut akan sangat efektif.

Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa apabila lebar daun, jumlah daun per rumpun, serta produksi tanaman per rumpun meningkat, maka kerapatan sel minyak akan meningkat sehingga produktivitas minyak yang dihasilkanpun akan lebih tinggi. Secara teori, sel-sel minyak banyak terdapat dalam daun dibandingkan dengan bagian lain tanaman (Guenther 1952), sehingga lebar daun, jumlah daun, dan produksi tanaman per rumpun, merupakan faktor penentu produksi minyak. Demikian pula dengan kerapatan trikoma, makin rapat trikoma maka akan menyebabkan meningkatnya produksi minyak.

Di antara semua parameter yang memberikan pengaruh langsung tersebut

hanya kerapatan trikoma saja (X9) yang berpengaruh nyata terhadap kerapatan sel minyak, dengan p-Value sebesar 0.04. Banyaknya kelenjar trikoma mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi total sesquiterpen (total senyawa-senyawa komponen minyak nilam). Artinya, semakin banyak kelenjar trikoma atau rambut pada permukaan tanaman nilam khususnya pada daun, maka kandungan minyaknya akan tinggi (Henderson et al. 1 970). Trikoma juga merupakan bentuk adaptasi struktural tumbuhan terhadap kekeringan, berfungsi juga sebagai pelindung fisik dan reflektor cahaya. Oleh sebab itu terdapat hubungan positif antara jumlah trikoma dan kadar minyak ( Wiroatmodjo et al. 1990).

Panjang daun dan kerapatan stomata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap sel minyak. Tidak ada hubungan antara panjang daun dengan jumlah trikoma (Guslaeni 2002). Parameter bobot daun per helai dan kerapatan trikoma memberikan pengaruh total yang besar yaitu 0.62 dan 0.55.

SIMPULAN

Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan yang sebenarnya terhadap produksi tanaman nilam (Pogostemon spp.) per rumpun ialah kerapatan sel minyak (0.12), diameter batang (0.13), tinggi tanaman (0.14), jumlah daun per rumpun (0.29), jumlah cabang per tanaman (0.21), bobot daun per helai (0.32), dan luas daun (0.32). Panjang daun (-0.08) dan lebar daun (-0.20) memberikan pengaruh tidak langsung terhadap jumlah produksi tanaman per rumpun, namun parameter tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar pula sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kriteria seleksi dalam mendapatkan varietas unggul.

(19)

SARAN

Analisis lintas untuk melihat hubungan langsung dan tidak langsung tanaman nilam berdasarkan parameter lainnya seperti keragaman genetik terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak perlu dilakukan agar didapatkan identifikasi varietas unggul yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono DR, Koster DR. IR. Wayan M.M. 2001. Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dhalimi A, Anggraeni, Hobir. 1998. “Sejarah dan Perkembangan Budidaya Nilam di Indonesia”. Di dalam: Monograf Nilam, Volume ke-5. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Dillon WR, Goldstein M. 1984. Multivariate Analysis Methods and Application. New York : John wiley and Sons Inc. Disbun. 2003. Data Hasil Produksi

Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam 10 Tahun. Banda Aceh: Dinas Perkebunan Provinsi NAD.

Ditjenbun. 1997. Nilam (Patchouli) Statistik Perkebunan Indonesia 1996-1998. Jakarta: Dep. Pertanian Ditjen. Perkebunan Jakarta.

Guenther E. 1952. The Essential oils. Edisi ke-2. Vol. III. New York: D. van Nostrad Company, Inc.

Guslaeni PH. 2002. Hubungan antara kerapatan trikoma dengan kadar minyak nilam [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Haryudin W. 2001. Karakterisasi anatomi dan morfologi daun nilam (Pogostemon sp.) hasil fusi protoplas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor.

Haryudin W, Syukur C, Nuryani Y. 2002. Tingkat Kesamaan tanaman nilam hasil fusi protoplas berdasarkan morfologi dan anatomi daun. J Biol Indones 3:332-339.

Henderson W, Hart JW, How P, Judge J. 1970. Chemical and morphological studies on sites of sesquiterpene accumulation in Pogostemon cablin

(patchouli). Phytochemistry 9:1219-1228.

Kerlinger FN, Pedhazur EJ. 1973. Multiple Regression in Behavioral Research. New York: Holt Rinehart and Winston. Ketaren S. 1985. Minyak Atsiri. Bogor:

Teknologi Industri Pertanian, FATETA, Institut Pertanian Bogor.

Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka. Li CC.1977. The Concept of Path Analysis a

Primer. California : The Boxwood Press.

Mangun HMS. 2008. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nugroho H, Purnomo MS, Sumardi I. 2006. Struktur dan perkembangan tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya

Nuryani Y, Sutjihno. 1994. “Hubungan berbagai karakter morfologi dengan produksi dan kadar minyak nilam”. Buletin Littro 9:85-91.

Santoso HB. 2007. Seri Budi Daya Nilam

Bahan Industri Wewangian.

Yogyakarta: Kanisius.

Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press. Sinaga B. 2007. Analisis korelasi dan sidik

lintas pada tanaman jarak pagar.

[terhubung berkala]

Sighn RK, Chaundhary BD. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. New Delhi: Kalyani Publishers.

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syukur C, Nuryani Y. 1998. Plasma nutfah. Di dalam Anonim, editor. Monograf Nilam, Volume ke-5. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hlm 24-32.

Tjitrosoepomo G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjondronegoro PD, Mariska I, Zamirawati. 1997. Sintesis minyak atsiri pada kultur jaringan nilam. Hayati 4:35-37.

Wiroatmodjo J, Utomo IH, Sulistyono E, Yani A, Martopo D. 1990. Pengaruh tingkat pemberian air, pemupukan, dan kerapatan gulma Boreria alata terhadap pertumbuhan dan berat kering nilam. Bul Agron 19:25-31.

(20)
(21)

Lampiran 1 Sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam Aksesi Parameter tinggi tanaman (cm) diameter batang (mm) panjang daun (cm) lebar daun (cm) jumlah daun per rumpun jumlah cabang per tanaman jumlah ranting per tanaman bobot daun per helai (g) produksi per rumpun (g) kerapatan trikoma

a kerapatan stomata

kerapatan sel minyak luas daun (cm)

Aceh 3 78.10 4.32 5.30 2.56 729.53 17.13 26.07 0.86 1890.95 58.80 142.89 33.71

22.89

Aceh 8 74.37 4.19 5.25 2.47 600.67 16.73 31.93 0.54 973.08 35.72 150.31 11.04

18.47

Aceh 9 80.17 4.40 5.17 2.50 673.40 18.07 28.87 0.70 1410.10 46.56 146.10 26.09

17.83

Aceh Merah 62.77 4.30 5.30 2.32 579.60 18.67 31.60 0.66 1147.61 36.93 139.27 14.65

14.63

Cirateum 61.80 3.83 4.64 2.00 360.67 12.60 17.60 0.50 543.16 45.96 159.94 15.85

12.91

Cisaroni 49.63 3.76 4.87 2.25 262.13 13.53 19.73 0.48 374.33 43.75 226.37 14.45

14.56

Girilaya 92.07 5.82 6.50 2.55 691.33 16.00 26.93 0.67 1393.73 11.24 236.81 16.66

26.61

Kultur Jaringanb 46.87 3.95 4.94 2.01 366.53 13.80 20.13 0.48 523.41 35.12 241.82 14.65

16.45

Kuningan 77.87 11.32 6.43 2.45 660.03 18.37 22.45 0.69 1362.31 12.84 198.88 14.05

19.74

Lhokseumawec 38.16 3.08 3.82 1.81 112.06 9.10 10.88 0.60 200.36 56.59 226.37 19.67

8.92

Meulaboh 46.30 3.63 4.66 2.17 368.13 15.67 16.93 0.50 552.20 44.15 99.74 14.45

15.42

Sidikalangc 44.20 3.36 4.38 2.01 274.98 11.69 12.22 0.79 651.70 55.39 235.00 24.88

9.13

Situak 53.90 3.99 4.75 2.27 464.87 15.13 16.80 0.51 708.46 45.35 163.56 27.69

14.14

Tapak Tuanc 56.28 4.29 5.66 2.45 327.27 14.80 22.13 0.59 581.23 50.17 167.37 17.66

15.17

Rata-rata 61.60 4.59 5.12 2.27 462.23 15.09 21.73 0.61 879.47 41.33 181.03 18.96

16.21

Nilai maksimum 92.07 11.32 6.50 2.56 729.53 18.67 31.93 0.86 1890.95 58.80 241.82 33.71

26.61

Nilai minimum 38.16 3.08 3.82 1.81 112.06 9.10 10.88 0.48 200.36 11.24 99.74 11.04

8.92

STDEV 16.43 2.04 0.73 0.24 193.13 2.75 6.67 0.12 489.61 14.41 45.62 6.57

4.79

Keragaman 269.88 4.15 0.53 0.06 37297.86 7.56 44.47 0.01 239718.81 207.62 2081.26 43.21 22.97

13

(22)
(23)

Lampiran 2 Matriks korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak

Sifat-sifat kuantitatif

Y1 Y2 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y2 0,398

0,159

X1 0,866 0,089 0,000* 0,761

X2 0,471 -0,211 0,529 0,089 0,468 0,052

X3 0,661 -0,195 0,803 0,746 0,010* 0,503 0,001* 0,002*

X4 0,798 0,146 0,837 0,437 0,805 0,001* 0,620 0,000* 0,118 0,001*

X5 0,944 0,197 0,917 0,509 0,739 0,845 0,000* 0,500 0,000* 0,063 0,003* 0,000*

X6 0,779 -0,005 0,723 0,510 0,714 0,837 0,882 0,001* 0,986 0,004* 0,063 0,004* 0,000* 0,000*

X7 0,697 -0,142 0,767 0,244 0,641 0,796 0,807 0,835 0,006* 0,628 0,001* 0,400 0,013* 0,001* 0,000* 0,000*

X8 0,718 0,615 0,435 0,245 0,265 0,382 0,475 0,276 0,211 0,004* 0,019* 0,120 0,399 0,360 0,177 0,086 0,339 0,468*

X9 -0,315 0,547 -0,563 -0,735 -0,783 -0,392 -0,493 -0,469 -0,406 0,106 0,273 0,043* 0,036* 0,003* 0,001* 0,165 0,073 0,090 0,149 0,718

X10 -0,278 -0,108 -0,177 0,105 0,013 -0,341 -0,347 -0,532 -0,372 0,013 -0,236 0,336 0,713 0,545 0,720 0,964 0,232 0,225 0,050 0,190 0,966 0,417

X11 0,780 0,035 0,865 0,471 0,826 0,813 0,837 0,675 0,677 0,286 -0,608 -0,092 0,001* 0,907 0,000* 0,089 0,000* 0,000* 0,000* 0,008* 0,008* 0,322 0,021* 0,755

Keterangan :

1. Warna hitam merupakan nilai korelasi antara dua variabel. 2. Warna merah merupakan nilai p-value dari korelasi.

3. Lambang * menunjukkan korelasi nyata pada taraf 5% (0,005).

Nilai Korelasi Antara X2 dan X3, Nilai

(24)

dibakukan langsung Y2 X1 x2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 total

Kerapatan sel minyak Y2 0.12 0.01 -0.03 0.02 -0.03 0.06 0.00 -0.02 0.20 0.06 0.00 0.01 0.40

Tinggi tanaman X1 0.14 0.01 0.07 -0.06 -0.17 0.26 0.15 0.10 0.14 -0.06 0.00 0.28 0.87

Diameter batang X2 0.13 -0.03 0.08 -0.06 -0.09 0.15 0.11 0.03 0.08 -0.08 0.00 0.15 0.47

Panjang daun X3 -0.08 -0.02 0.12 0.10 -0.16 0.21 0.15 0.08 0.08 -0.09 0.00 0.27 0.66

Lebar daun X4 -0.20 0.02 0.12 0.06 -0.06 0.24 0.18 0.10 0.12 -0.04 0.00 0.26 0.80

Jumlah daun per rumpun X5 0.29 0.02 0.13 0.07 -0.06 -0.17 0.19 0.10 0.15 -0.05 0.00 0.27 0.94

Jumlah cabang per tanaman X6 0.21 0.00 0.10 0.07 -0.06 -0.17 0.25 0.11 0.09 -0.05 0.00 0.22 0.78

Jumlah ranting per tanaman X7 0.13 -0.02 0.11 0.03 -0.05 -0.16 0.23 0.18 0.07 -0.05 0.00 0.22 0.70

Bobot daun per helai X8 0.32 0.07 0.06 0.03 -0.02 -0.08 0.14 0.06 0.03 0.01 0.00 0.09 0.72

Kerapatan trikoma X9 0.11 0.07 -0.08 -0.10 0.06 0.08 -0.14 -0.10 -0.05 -0.13 0.00 -0.20 -0.48

Kerapatan stomata X10 -0.01 -0.01 -0.03 0.01 0.00 0.07 -0.10 -0.11 -0.05 -0.12 0.00 -0.03 -0.37

Luas daun X11 0.32 0.00 0.13 0.06 -0.07 -0.17 0.24 0.14 0.09 0.22 0.03 0.01 1.01

(25)

Karakter bebas yang dibakukan

Pengaruh langsung

Pengaruh total

Y1 X1 x2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11

Jumlah produksi Y1 2.25 -0.19 -0.26 0.20 0.49 0.35 -0.14 -0.79 -0.55 -0.15 -0.11 -0.71 0.40

Tinggi tanaman X1 -0.22 1.95 -0.29 0.25 0.51 0.34 -0.13 -0.87 -0.33 -0.26 -0.07 -0.79 0.09

Diameter batang X2 -0.56 1.06 -0.12 0.23 0.27 0.19 -0.09 -0.28 -0.19 -0.34 0.04 -0.43 -0.21

Panjang daun X3 0.31 1.49 -0.18 -0.42 0.49 0.28 -0.13 -0.72 -0.20 0.36 0.01 -0.75 0.53

Lebar daun X4 0.61 1.80 -0.18 -0.24 0.25 0.32 -0.15 -0.90 -0.29 -0.18 -0.13 -0.74 0.14

Jumlah daun per rumpun X5 0.37 2.12 -0.20 -0.28 0.23 0.52 -0.16 -0.91 -0.36 -0.23 -0.01 -0.76 0.32

Jumlah cabang per tanaman X6 -0.18 1.75 -0.16 -0.28 0.22 0.51 0.33 -0.94 -0.21 -0.22 -0.21 -0.61 0.00

Jumlah ranting per tanaman X7 -1.13 1.57 -0.17 -0.14 0.20 0.49 0.30 -0.15 -0.16 -0.19 -0.15 -0.62 -0.14

Bobot daun per helai X8 -0.77 1.62 -0.09 -0.14 0.08 0.23 0.18 -0.05 -0.24 0.05 0.01 -0.26 0.62

Kerapatan trikoma X9 0.46 -0.71 0.12 0.41 -0.24 -0.24 -0.18 0.08 0.46 -0.08 -0.09 0.55 0.55

Kerapatan stomata X10 0.39 -0.63 0.04 -0.06 0.00 -0.21 -0.13 0.10 0.42 -0.01 -0.11 0.08 -0.11

Luas daun X11 -0.91 1.76 -0.19 -0.26 0.25 0.50 0.31 -0.12 -0.77 -0.22 -0.28 -0.24 -0.17

1

(26)
(27)

ABSTRAK

EVI SAPTRIYAWATI. Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul. Dibimbing oleh HILDA AKMAL dan CHEPPY SYUKUR.

Indonesia merupakan negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik di dunia, terutama minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam (Pogostemon spp.) yang kaya akan kandungan patchouli oil. Untuk mendapatkan varietas tanaman nilam yang unggul diperlukan analisis untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak, sehingga seleksi terhadap varietas unggul akan lebih efisien. Parameter yang diamati yaitu: produksi per rumpun, kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot daun per helai, kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan luas daun. Hasilnya menunjukkan bahwa parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan yang sebenarnya terhadap produksi tanaman per rumpun ialah kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai, dan luas daun. Panjang dan lebar daun memberikan pengaruh tidak langsung terhadap jumlah produksi. Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan sebenarnya terhadap kerapatan sel minyak ialah, produksi tanaman per rumpun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, dan kerapatan trikoma. Panjang daun dan kerapatan stomata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak.

Kata kunci: nilam, anatomi, patchouli oil, analisis lintas

ABSTRACT

EVI SAPTRIYAWATI. Relations of character Morphology and Anatomy of Patchouli Plant (Pogostemon spp.) with Plant Production per Clumb and Oil Cells Density to Get Best Variety. Under supervised by HILDA AKMAL and CHEPPY SYUKUR.

Indonesia is an essential oil exporting country with the best quality in the world, especially essential oils derived from plants of patchouli (Pogostemon spp.), which is rich in content of patchouli oil. To get the patchouli plant varieties superior is required analysis to see the effect of direct and indirect quantitative properties of patchouli plant to production plant per clumb and the oil cells density, so the selection of varieties will be more efficient. Parameters were observed are: the plant production per clump, the oil cells density, plant height, stem diameter, leaf length, leaf width, number of leaves per clump, number of branches per plant, number of branches per plant, weight of leaf per blade, trichome density, stomatal density and leaf area. The results showed that the parameters which have direct effect and showed the actual relationship of plant production per clump are the oil cells density, plant height, stem diameter, number of leaves per clump, number of branches per plant, weight of leaves per strand, and leaf area. The length and width of leaves gave the indirect effect on the amount of production. Parameters that directly influence and showed the actual relations of the cell density of oil are, the plant production per clumb, leaf width, number of leaves per clump, and the trichome density. Leaf length and stomatal density provided indirect effect on the oil cells density.

(28)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian dengan segala output yang dihasilkan merupakan sektor yang cukup tangguh dibandingkan sektor lainnya. Hal tersebut telah teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara, salah satunya adalah produk pertanian dalam bentuk minyak atsiri.

Minyak atsiri merupakan output tanaman

tradisional dalam industri kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian, farmasi, kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya. Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional, sekitar sembilan sampai dua belas macam jenis minyak atsiri disuplai dari Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara produsen terbesar yang cukup diandalkan dan menjadi pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik mencapai 90% dari kebutuhan total minyak nilam dunia. Jumlah produksi nilam Aceh memberikan kontribusi sebesar 70% terhadap pasokan minyak nilam Indonesia sebesar 400 ton pada tahun 1995 dan mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi 275 ton (Disbun 2003).

Nilam (Pogostemon spp.) termasuk famili Labiatae, ordo Lamiales, kelas Angiospermae, dan divisi Spermatophyta. Ada 40 spesies yang termasuk dalam genus Pogestemon, dari jumlah tersebut hanya tiga spesies yang dikenal sebagai tanaman nilam yaitu, Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hortensis, dan Pogostemon heyneanus. Ketiga jenis nilam tersebut dibedakan berdasarkan karakter morfologi, kandungan/kualitas minyak, dan ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik.

Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting peranannya. Sebagai komoditi ekspor, nilam dibutuhkan secara kontinyu misalnya dalam industri parfum dan kosmetik. Penggunaan minyak nilam dalam industri sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi lainnya dan mencegah penguapan zat pewangi, sehingga wanginya tidak cepat hilang sekaligus membentuk aroma yang khas dalam suatu campuran (Ketaren 1985). Aroma minyak nilam sangat unik, terkesan rasa manis, hangat, dan menyengat. Aroma tetap terasa manis sekalipun seluruh minyaknya menguap (Dhalimi et al. 1998).

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu merupakan pusat penghasil

nilam dengan total luas areal 10.234 ha

(Ditjenbun 1997). Sejak tahun 2005 sudah

dilepas tiga varietas unggul nilam Aceh, yaitu varietas Tapak tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Walaupun nilam telah banyak diusahakan oleh petani nilam di Aceh dan beberapa petani di daerah lainnya di

Sumatera, pengetahuan tentang adanya

korelasi antara sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien. Dengan analisis lintas masing-masing sifat yang berkorelasi dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Analisis lintas dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan hasil tanaman (Sinaga 2007). Oleh karena itu penelitian analisis sifat-sifat kualitas dan

kuantitatif tanaman nilam terhadap jumlah

produksi dan sel minyak perlu dilakukan. Tanaman nilam yang akan dianalisis berasal dari koleksi plasma nutfah nilam yang ada di Balittro menggunakan analisis sidik lintas, sehingga didapatkan varietas tanaman nilam yang unggul. Teknik yang telah dilakukan ini diharapkan dapat diterapkan pada pertanian nilam di Aceh, sehingga memudahkan para peneliti dan petani dalam mendapatkan varietas nilam yang unggul.

Analisis lintas (path analysis) merupakan metode yang sering digunakan untuk mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung dari peubah, beberapa peubah sebagai penyebab terhadap peubah lain sebagai peubah efek, pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright (Dilton & Goldstein 1984). Metode ini merupakan analisis regresi linear dengan peubah-peubah yang dibakukan (Li 1977). Hasil analisis akan dituangkan dalam bentuk diagram lintas. Diagram lintas adalah bentuk grafik dari keseluruhan hubungan yang ada dan

penyusunannya berdasarkan pengetahuan

umum dan teori yang ada. Diagram lintas dengan garis berarah tunggal menunjukkan bahwa adanya pengaruh langsung antara peubah sebab dengan peubah akibat, sedangkan garis berarah dua menunjukkan korelasi antar dua peubah (Kerlinger dan Pedhazur 1973).

Tujuan

(29)

minyak, sehingga memudahkan dalam identifikasi varietas nilam yang unggul. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis

sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam

menggunakan analisis lintas.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama

delapan bulan yaitu antara bulan Januari-September 2010. Lokasi penelitian bertempat di Kebun Percobaan Manoko Balittro, Lembang, Bandung dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Bahan Tanaman

Penelitian ini menggunakan 14 aksesi tanaman nilam dengan umur tanaman 6 bulan setelah tanam yang berasal dari koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan Manoko Lembang. Jarak tanam antar tanaman 0.5 m dan jarak antar baris tanam 1 m dengan luas lahan tanam 0.2 hektar (2.000 m) pada ketinggian 1.200 m dpl.

Pengambilan Sampel

Sampel daun nilam diambil langsung dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang, selanjutnya diamati di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB. Daun yang digunakan untuk mengamati kerapatan sel minyak diambil dari daun yang telah dewasa yaitu daun ke tiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening. Sampel daun tersebut disimpan dalam termos yang telah berisi campuran es batu dengan garam.

Untuk pengamatan kerapatan trikoma dan stomata diambil daun yang telah dewasa yaitu daun ketiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam botol film bekas yang ditambahkan alkohol 70%.

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot per helai daun, jumlah produksi per tanaman, dan menghitung luas

permukaan daun nilam. Tiap pengamatan

dilakukan 5 kali ulangan. Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah penggaris, jangka sorong, dan neraca timbang. Untuk menghitung luas daun digunakan rumus,

Luas daun = (luas kertas x bobot daun

duplikat) : bobot kertas utuh (Sitompul & Guritno 1995).

Pengamatan Struktur Anatomi Daun Struktur anatomi daun diamati melalui sayatan paradermal. Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan sel minyak dibuat dengan cara sebagai berikut: daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Selanjutnya lapisan epidermis diletakkan di atas gelas obyek dan ditetesi larutan Sudan III, kemudian ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951).

Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan trikoma dan stomata dibuat dengan cara sebagai berikut: Daun yang telah direndam dalam alkohol 70%, dicuci dengan air dan direndam dalam nitrat 30% selama 5 sampai 10 menit. Selanjutnya daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Lapisan epidermis yang diperoleh direndam dalam larutan kloroks sampai lapisan terlihat benar-benar transparan. Kemudian dibilas dengan air sebanyak dua kali. Selanjutnya lapisan epidermis diwarnai dengan safranin 0,5% selama 5 sampai 10 menit, lalu dibilas dengan air keran. Kemudian diletakkan di atas gelas obyek yang telah diberi larutan gliserin 30% dan ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951).

Dilakukan tiga ulangan terhadap 14 aksesi daun nilam, dengan bagian pengamatan adaksial dan abaksial daun. Tiap preparat diamati 5 bidang pandang. Parameter yang diamati yaitu kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan kerapatan sel minyak. Kerapatan trikoma dapat dinyatakan dengan jumlah

trikoma/mm2, kerapatan stomata dinyatakan

dengan jumlah stomata/mm2, dan kerapatan

sel minyak dapat dinyatakan dengan jumlah

sel minyak/mm2

Analisis Lintas

. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x.

Data hasil pengamatan karakter morfologi dan anatomi (Lampiran 1) dilakukan analisis lintas (Path analysis) dengan metode matriks analisis koefisien lintas (Path coefficient analysis). Untuk mengetahui korelasi antara parameter yang diamati digunakan metode analisis regresi berganda, yang disajikan dalam bentuk matriks korelasi. Program yang digunakan ialah Microsoft Excel 2007. Hasil analisis lintas ditampilkan dalam bentuk diagram lintas.

(30)

lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Apabila koefisien korelasi antara

peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung melalui peubah tersebut akan efektif.

2. Apabila koefisien korelasi positif

tetapi koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) negatif maka pengaruh tidak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut dan untuk seleksi yang diperhatikan adalah pengaruh tidak langsungnya.

3. Apabila koefisien korelasi negatif

dan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) positif atau tinggi maka diusahakan memperkecil pengaruh tidak langsung untuk memperoleh pengaruh langsung.

HASIL

Berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi terhadap empat belas aksesi tanaman nilam (Lampiran 1), menunjukkan bahwa tanaman aksesi Girilaya lebih tinggi dari aksesi lainnya mencapai 92.07 cm. Batang dengan diameter terbesar dijumpai pada aksesi Kuningan dengan diameter 11.32 cm. Daun yang paling panjang dijumpai pada aksesi Girilaya mencapai 6.50 cm, daun terlebar dimiliki oleh aksesi Aceh 3 mencapai 2.56 cm, dan jumlah daun terbanyak dijumpai pada aksesi Aceh 3 sebesar 729.53 daun per rumpun. Aksesi Aceh merah memiliki jumlah cabang per tanaman terbesar sebesar 18.67, sedangkan jumlah ranting per tanaman terbesar dimiliki oleh aksesi Aceh 8 sebesar 31.93. Bobot daun per helai terbesar dimiliki oleh Aceh 3 sebesar 0.86 g, produksi tanaman per rumpun terbanyak dimiliki oleh aksesi Aceh 3 sebesar 1890.95 g, sedangkan daun terluas dimiliki oleh aksesi Girilaya sebesar 26.61 cm.

Nilai kerapatan sel minyak dan trikoma paling tinggi dimiliki oleh aksesi Aceh 3 yaitu

sebesar 33.71 sel minyak/mm2 dan 58.80

trikoma/mm2. Kerapatan stomata tertinggi

dimiliki oleh aksesi kultur jaringan sebesar 241.82 stomata/mm2.

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Empat belas aksesi tanaman nilam yang diamati merupakan nilam Aceh (Pogostemon

cablin Benth), nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth), dan nilam hasil kultur jaringan.

Nilam Aceh (Gambar 1) memiliki bentuk daun bulat (orbicularis) sampai bulat telur (ovatus), duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus), pertulangan daun menyirip dan bercabang-cabang, bagian ujung daun runcing (acutus), pangkal daun tumpul

(obtusus), bagian tepi daun bergerigi

(serratus) sampai bergerigi ganda, bagian sinus agak dalam,memiliki bagian angulus yang tumpul, dan tangkai daunnya panjang. Tinggi tanaman lebih pendek dari nilam Jawa, rata-rata 57.71 cm.

Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh.

Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

(31)

lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Apabila koefisien korelasi antara

peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung melalui peubah tersebut akan efektif.

2. Apabila koefisien korelasi positif

tetapi koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) negatif maka pengaruh tidak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut dan untuk seleksi yang diperhatikan adalah pengaruh tidak langsungnya.

3. Apabila koefisien korelasi negatif

dan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) positif atau tinggi maka diusahakan memperkecil pengaruh tidak langsung untuk memperoleh pengaruh langsung.

HASIL

Berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi terhadap empat belas aksesi tanaman nilam (Lampiran 1), menunjukkan bahwa tanaman aksesi Girilaya lebih tinggi dari aksesi lainnya mencapai 92.07 cm. Batang dengan diameter terbesar dijumpai pada aksesi Kuningan dengan diameter 11.32 cm. Daun yang paling panjang dijumpai pada aksesi Girilaya mencapai 6.50 cm, daun terlebar dimiliki oleh aksesi Aceh 3 mencapai 2.56 cm, dan jumlah daun terbanyak dijumpai pada aksesi Aceh 3 sebesar 729.53 daun per rumpun. Aksesi Aceh merah memiliki jumlah cabang per tanaman terbesar sebesar 18.67, sedangkan jumlah ranting per tanaman terbesar dimiliki oleh aksesi Aceh 8 sebesar 31.93. Bobot daun per helai terbesar dimiliki oleh Aceh 3 sebesar 0.86 g, produksi tanaman per rumpun terbanyak dimiliki oleh aksesi Aceh 3 sebesar 1890.95 g, sedangkan daun terluas dimiliki oleh aksesi Girilaya sebesar 26.61 cm.

Nilai kerapatan sel minyak dan trikoma paling tinggi dimiliki oleh aksesi Aceh 3 yaitu

sebesar 33.71 sel minyak/mm2 dan 58.80

trikoma/mm2. Kerapatan stomata tertinggi

dimiliki oleh aksesi kultur jaringan sebesar 241.82 stomata/mm2.

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Empat belas aksesi tanaman nilam yang diamati merupakan nilam Aceh (Pogostemon

cablin Benth), nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth), dan nilam hasil kultur jaringan.

Nilam Aceh (Gambar 1) memiliki bentuk daun bulat (orbicularis) sampai bulat telur (ovatus), duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus), pertulangan daun menyirip dan bercabang-cabang, bagian ujung daun runcing (acutus), pangkal daun tumpul

(obtusus), bagian tepi daun bergerigi

(serratus) sampai bergerigi ganda, bagian sinus agak dalam,memiliki bagian angulus yang tumpul, dan tangkai daunnya panjang. Tinggi tanaman lebih pendek dari nilam Jawa, rata-rata 57.71 cm.

Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh.

Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

(32)

daun bersilang, warna daun hijau sampai hijau keunguan, permukaan daun berbulu dan kasar, bagian tangkai daun pendek, pertulangan daun menyirip dan bercabang, dan memiliki ukuran tanaman yang lebih tinggi dari nilam Aceh dengan tinggi rata-rata 85 cm.

Pengamatan Struktur Anatomi Daun

Pengamatan Sel Minyak. Hasil

pengamatan sel minyak pada daun nilam Aceh sayatan paradermal (Gambar 3) dan sebagai pembanding pada sayatan transversal (Gambar 4) didapatkan sel minyak berbentuk bulat, dengan warna kuning kemerahan, sampai kuning mengkilat. Sel minyak pada daun nilam Jawa (Gambar 5) berbentuk seperti kapsul dengan warna kuning kecoklatan.

Gambar 3 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan paradermal.

Gambar 4 Sel minyak daun nilam Aceh

sayatan transversal: (a) sel

[image:32.595.327.508.84.272.2]

minyak, (b) sel palisade, (c) sel parenkima bunga karang.

Gambar 5 Sel minyak daun nilam Jawa sayatan paradermal.

Pengamatan Trikoma. Trikoma

tanaman nilam termasuk dalam golongan glandular (berkelenjar) (Gambar 6.a) dan golongan nonglandular (tidak berkelenjar) (Gambar 6.b).

(a)

(b)

[image:32.595.328.508.317.752.2]
(33)

Gambar 7 Trikoma golongan nonglandular pada daun nilam Jawa.

Pengamatan Stomata. Tanaman nilam

[image:33.595.100.298.73.728.2]

memiliki stomata yang bertipe anisositik (Gambar 8).

Gambar 8 Stomata daun nilam: (a) porus, (b) sel tetangga, dan (c) sel penutup menggunakan pewarna safranin.

Analisis Lintas

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun.

Hubungan antara sifat-sifat kuantitatif

tanaman nilam (X) terhadap produksi tanaman per rumpun (Y1) (Gambar 9) dan kerapatan sel minyak (Y2) (Gambar 10), dapat dihitung korelasi matriksnya seperti terlihat pada Lampiran 2. Dari matriks korelasi beberapa parameter menunjukkan adanya hubungan yang erat satu sama lain. Terdapat korelasi positif dan korelasi negatif antara parameter yang diamati dengan produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak.

Korelasi positif dan nyata terlihat antara produksi tanaman per rumpun (Y1) dengan tinggi tanaman (X1), panjang daun (X3), lebar daun (X4), jumlah daun per rumpun (X5), jumlah cabang per tanaman (X6), jumlah ranting per tanaman (X7), bobot daun per helai (X8), dan luas daun (X11) dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sebesar 0.87, 0.66, 0.80, 0.94, 0.78, 0.70, 0.72, dan 0.78. Korelasi positif dan nyata juga terlihat antara kerapatan sel minyak (Y2) dengan bobot daun per helai (X8) dan kerapatan trikoma (X9) dengan nilai koefisien korelasi berturut-turut 0.62 dan 0.55.

Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif

terhadap Kerapatan Sel Minyak. Diameter

(34)
[image:34.595.94.519.68.666.2]

Gambar 9 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun.

Tinggi Tanaman (X1)

Diameter Batang (X2)

Produksi Tanaman per

Rumpun

Kerapatan Sel Minyak (Y2)

Panjang Daun (X3)

Lebar Daun (X4)

Jumlah Daun per Rumpun (X5)

Jumlah Cabang per Tanaman (X6)

Jumlah Ranting per Tanaman (X7)

Bobot Daun per Helai (X8)

Kerapatan Trikoma (X9)

Kerapatan Stomata (X10)

0,120823 0,144762

0,133793

-0,07877

-0,20323

0,287113

0,213609

0,130046

0.319953

0,1115

-0,00855

Luas Daun (X11)

(35)
[image:35.595.98.501.61.724.2]

Gambar 10 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak.

Tinggi Tanaman (X1)

Diameter Batang (X2)

Produksi Tanaman per

Rumpun (Y1)

Kerapatan Sel Minyak (Y2)

Panjang Daun (X3)

Lebar Daun (X4)

Jumlah Daun per Rumpun

Jumlah Cabang per Tanaman (X6)

Jumlah Ranting per Tanaman (X7)

Bobot Daun per Helai (X8)

Kerapatan Trikoma (X9)

Kerapatan Stomata (X10)

-0,21816

-0,55755

0,305413

0,611937

0,374864

-0,18075

-1,13059

-0,76775

0,464032

0,391312

2,250418

Luas Daun (X11)

(36)

PEMBAHASAN

Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Tanaman nilam merupakan tumbuhan semak dengan tinggi antara 0.30-1.30 meter, berakar serabut, berbatang lunak, dan berbuku-buku. Bagian buku menggembung di bagian ujung ruas dan berair. Di alam bebas tanaman nilam tumbuh merambat tidak beraturan dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun pada kebun pertumbuhannya tegak ke atas dan merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Haryudin 2001).

Terdapat perbedaan antara nilam Aceh dan nilam Jawa yang diamati. Daun nilam Aceh berwarna hijau tua, memiliki susunan daun yang tidak lengkap, karena daun terdiri atas tangkai dan helaian daun saja yang disebut daun bertangkai (Tjitrosoepomo 2007). Duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus). Bulu-bulu pada daun tidak menempel pada permukaan tapi lebih tegak dan menyebabkan warna daun nilam Aceh lebih pucat (Syukur dan Nuryani 1998). Pada nilam Aceh aksesi Tapak Tuan memiliki beberapa karakter yang berbeda yaitu duduk daun berhadapan, permukaan daun bergelombang dan berbulu, pinggir daun bergerigi ganda atau rangkap (biserratus) dengan sinus pendek dan angulus bergerigi tumpul, bagian pangkal daun rompang atau rata (truncatus) dengan ujung daun tumpul (Haryudin 2001). Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi berkisar antara 2.5-5% (Mangun 2008).

Nilam Jawa memiliki bentuk daun bulat telur atau lonjong, melebar di bagian tengah. Bagian ujung daun meruncing (acuminatus), sama seperti bagian ujung daun yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya lebih tinggi, sehingga bagian ujung daun terlihat

Gambar

Gambar 5 Sel minyak daun nilam Jawa  sayatan paradermal.
Gambar 8 Stomata daun nilam: (a) porus,
Gambar 9 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap  produksi tanaman per
Gambar 10 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Persentase laju pertumbuhan bibit antar varietas tidak berbeda nyata pada parameter tinggi, lebar daun, panjang daun, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah cabang, dan diameter

Struktur anatomi yang diamati pada sayatan melintang tangkai daun dan batang yaitu jumlah lapisan dan bentuk sel epidermis, jumlah lapisan dan bentuk sel korteks, tipe, bentuk,

Semua peubah yang diamati memiliki nilai koefisien keragaman dengan kriteria yang luas, yaitu tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, lebar daun,

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter batang, tinggi tongkol produktif, jumlah tongkol produktif, panjang tongkol,

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, diameter batang, jumlah cabang, hasil buah, rendemen minyak, dan

Variabel yang diamati meliputi : tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun.. Kata kunci: makadamia, Macadamia

Perameter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang buah, diameter buah, umur berbunga, umur panen, bobot per buah, jumlah

Hasil penelitian di tiga agroekologi terhadap karakter, jumlah daun, tebal daun, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, diameter batang, panjang tangkai daun dan