• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Anatomi Dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur Anatomi Dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq.)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR ANATOMI DAN HISTOKIMIA

TIGA VARIETAS KUMIS KUCING

(

Orthosiphon aristatus

(Blume) Miq.)

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA. Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.). Dibimbing oleh YOHANA C SULISTYANINGSIH dan OTIH ROSTIANA.

Kumis kucing banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional. Varietas Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun merupakan tiga varietas unggul tanaman kumis kucing yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari struktur anatomi, mengidentifikasi struktur sekretori, dan mengetahui kandungan dalam struktur sekretori tersebut untuk mendukung identifikasi tiga varietas kumis kucing. Pengamatan dilakukan pada sayatan transversal dan sayatan paradermal daun, tangkai daun, dan batang. Orsina 3 Agribun dapat dibedakan dari Orsina 1 Agribun dan Orsina 2 Agribun berdasarkan tebal jaringan palisade. Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun dapat dibedakan berdasarkan kerapatan stomata abaksial. Struktur sekretori yang dijumpai pada daun berupa trikoma kelenjar meliputi trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, dan trikoma kapitat tipe II, sedangkan pada tangkai daun dan batang selain trikoma kelenjar dapat ditemukan sel idioblas. Orsina 1 yang menghasilkan sinensetin dengan kadar paling tinggi, memiliki trikoma peltat dan kapitat tipe 1 dengan kerapatan sisi abaksial paling tinggi dibandingkan dua varietas lainnya. Hasil uji histokimia pada daun, tangkai daun, dan batang menunjukkan adanya terpenoid, alkaloid, senyawa lipofilik, dan fenol pada trikoma kelenjar dan sel idioblasnya. Uji flavonoid pada daun, tangkai daun, dan batang kumis kucing pada ketiga varietas Orsina menggunakan larutan AlCl3 terdeteksi dengan hasil yang lemah dari

fluoresen yang dihasilkan, diduga metode yang digunakan kurang sesuai dalam mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tanaman kumis kucing.

(6)

ABSTRACT

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA. Analysis of Anatomical Structure and Histochemistry of Three Varieties Cat’s Whiskers (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.). Supervised by YOHANA C SULISTYANINGSIH and OTIH ROSTIANA.

Cat’s whiskers is widely used as a raw material of traditional medicine. Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, and Orsina 3 Agribun are three varieties of cat’s whiskers that have been released by Indonesian Spice and Medical Crops Research Institute (ISMCRI). This research aimed to study the anatomical structure, identify secretory structures, and determine the content in the secretory

structures to support the identification of three cat’s whiskers varieties. Observations were made on transversal and paradermal section of leaf, petiole and stem. Orsina 3 Agribun can be distinguished from Orsina 1 Agribun and Orsina 2 Agribun based on palisade thickness. Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, and Orsina 3 Agribun can be distinguished based on stomatal density in abaxial epidermis. Secretory structures found in the leaves are the form of glandular trichomes consist of peltate, capitate type I and capitate type II trichomes. Besides the glandular trichomes, idioblas cells are also found in the petiole and stem. Orsina 1 Agribun which produces highest sinensetin has the highest density of peltate and capitate trichomes type 1 in it’s abaxial epidermis than other varieties. Histochemistry analysis showed the presence of terpenoids, alkaloids, lipophilic compounds, and phenols in the glandular trichomes and idioblas cells. Fluorescent analysis on the glandular trichomes of three cat’s whiskers varieties by using AlCl3 detects weak signal of flavonoid. It suggests that the applied method is not

suitable to identify flavonoid compounds in cat’s whiskers.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

ANALISIS STRUKTUR ANATOMI DAN HISTOKIMIA

TIGA VARIETAS KUMIS KUCING

(

Orthosiphon aristatus

(Blume) Miq.)

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah tanaman obat, dengan judul Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Yohana C Sulistyaningsih, MSi dan Ibu Dr Otih Rostiana, MSc selaku pembimbing atas segala bimbingan, arahan, ilmu, dan saran selama penelitian. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Tri Heru Widarto, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tulisan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang telah membiayai penelitian ini melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tahun 2015. Terima kasih kepada Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang telah menyediakan sampel tanaman selama penelitian. Terima kasih kepada Bapak Yayat selaku staf rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang telah bersedia dalam membantu merawat tanaman kumis kucing. Terima kasih kepada Bapak Sunaryo selaku Teknisi Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan yang telah membantu menyediakan alat dan bahan penelitian. Terima kasih kepada Ibu Tini Wahyuni, Ibu Maysyaroh Yasyri, dan Ibu Retno yang telah membantu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kak Evi Muliyah, kak Darius Rupa, Risma Rosmilawanti, Ratna Pratiwi, Irwina Eka Deraya, Anita Aprilia, dan teman-teman Biologi angkatan 48 atas bantuan serta dukungan selama penelitian.

Ungkapan terima kasih terutama disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan strata satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Alat 3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 3

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Struktur Sayatan Paradermal Daun Kumis Kucing 5

Struktur Sayatan Melintang Daun, Tangkai Daun, dan Batang Kumis Kucing 6

Identifikasi Struktur Sekretori 10

Uji Histokimia 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Ukuran epidermis, ukuran stomata, kerapatan stomata, dan indeks

stomata pada daun kumis kucing varietas Orsina 6

2 Ukuran tebal kutikula, epidermis, mesofil, dan tebal daun kumis kucing

varietas Orsina 7

3 Ukuran dan kerapatan trikoma kelenjar pada daun kumis kucing

varietas Orsina 12

4 Ukuran struktur sekretori pada tangkai daun kumis kucing varietas

Orsina 13

5 Ukuran struktur sekretori pada batang kumis kucing varietas Orsina 13 6 Kandungan senyawa pada struktur sekretori pada daun, tangkai daun,

dan batang kumis kucing varietas Orsina 14

DAFTAR GAMBAR

1 Bagian tanaman kumis kucing yang diamati 2

2 Sayatan paradermal daun kumis kucing adaksial dan abaksial varietas

Orsina 5

3 Sayatan transversal daun kumis kucing varietas Orsina 7 4 Sayatan transversal tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 9 5 Sayatan transversal batang kumis kucing varietas Orsina 10 6 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing varietas Orsina 11 7 Struktur sekretori pada tangkai daun dan batang kumis kucing varietas

Orsina 12

8 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada daun kumis kucing varietas

Orsina 14

9 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada batang kumis kucing

varietas Orsina 15

10 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada tangkai daun kumis

kucing varietas Orsina 15

11 Hasil uji histokimia sel idioblas pada batang kumis kucing varietas

Orsina 15

LAMPIRAN

1 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada tangkai daun kumis kucing

varietas Orsina 19

2 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada batang kumis kucing varietas

Orsina 19

3 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada daun kumis kucing

varietas Orsina 19

4 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada tangkai daun kumis

kucing varietas Orsina 20

5 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada daun kumis kucing

varietas Orsina 20

6 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada batang kumis kucing

varietas Orsina 20

7 Hasil uji histokimia sel idioblas pada tangkai daun kumis kucing

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki jenis tumbuhan yang beragam dan diantaranya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional (Arbain 2004). Menurut Badan POM (2006), sekitar 283 tanaman telah digunakan untuk obat tradisional (jamu). Salah satu tanaman yang dimanfaatkan yaitu kumis kucing. Kumis kucing merupakan tumbuhan herba yang dapat tumbuh di kawasan beriklim sedang dan tropis seperti di India, Malaysia, China, Australia, dan Pasifik (Hsuan 1968). Tanaman ini memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah. Daerah Jawa Tengah dikenal sebagai Remujung, Kumis Ucing di Jawa Barat, Kumis Kucing di Melayu, Soengot Koceng di Madura, Mau Xu Cau di Cina, Balbasdusa di Filipina, dan Kapen Prey di Kamboja (De Padua et al. 1999). Tanaman kumis kucing termasuk genus Orthosiphon, famili Lamiaceae, ordo Lamiales, kelas Dikotiledonae, dan divisi Spermatophyta (Steenis 1975).

Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) memiliki sinonim Orthosiphon stamineus Benth. dan Orthosiphon grandiflorus Bid. (Steenis 1975). Kumis kucing merupakan tanaman obat penting dari famili Lamiaceae yang digunakan sebagai bahan obat untuk penyembuhan diabetes mellitus, hipertensi, radang amandel, rematik, dan yang paling utama untuk penyakit ginjal ringan dan kandung kemih (Yam et al. 2010). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional dari famili Lamiaceae diantaranya Lamium amplexicaule sebagai antirematik, Salvia sahendica sebagai antioksidan, antibakteri, dan anti inflamasi, Thymus pubescens sebagai antibakteri (Joudi et al. 2011). Menurut Adnyana et al. (2013), tanaman kumis kucing mengandung 116 senyawa kimia diantaranya monoterpen, diterpen, triterpen, saponin, flavonoid, minyak esessial, dan asam organik. Kandungan senyawa tersebut dapat berperan sebagai antioksidan, antitumor, diuretik, antidiabetes, antihipertensi, anti inflamasi, dan antimikroba.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) telah melepas tiga varietas unggul tanaman kumis kucing. Tanaman kumis kucing hasil pemuliaan peneliti Balittro yaitu Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun. Varietas Orsina 1 Agribun memiliki bentuk daun oblong, pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun licin, warna batang ungu, bentuk batang bersegi empat, dan bunga berwarna ungu. Varietas Orsina 2 Agribun memiliki bentuk daun oblong, pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun licin, warna batang hijau, bentuk batang bersegi empat, dan bunga berwarna putih. Varietas Orsina 3 Agribun memiliki bentuk daun belah ketupat, pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun licin, warna batang hijau-kecokelatan, bentuk batang bersegi empat, dan bunga berwarna putih (Balittro 2014).

(14)

2

lain jumlah lapisan sel epidermis dan sel palisade, kerapatan stomata, tipe trikoma kelenjar, sel parenkima, dan berkas pembuluh. Menurut Juliarni et al. (1999) empat varietas talas (Colocasia esculenta (L.) Schott), dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya papil, jumlah lapisan sel palisade, dan kerapatan stomata pada daun. Identifikasi secara anatomi dan uji histokimia diharapkan dapat membantu dalam membedakan varietas kumis kucing secara lebih rinci.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari struktur anatomi, struktur sekretori, dan kandungan struktur sekretori untuk mendukung identifikasi tiga varietas kumis kucing.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2015. Pengambilan sampel daun, tangkai daun, dan batang dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang berada di Cimanggu, Bogor. Pembuatan sediaan mikroskopis segar, pengamatan struktur anatomi, dan uji histokimia dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, Laboratorium Terpadu Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah daun, tangkai daun, dan batang pada tanaman berumur empat bulan dari tiga varietas tanaman kumis kucing, yaitu Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Bagian tersebut diambil pada posisi keempat dari pucuk (Gambar 1). Bahan kimia untuk pengamatan struktur anatomi adalah alkohol, HNO3 50%, sodium hipoklorit 5.25%, safranin 1%, gliserin 30%, dan anilin sulfat.

Sedangkan untuk pengujian histokimia meliputi larutan tembaga asetat 5%, reagen Wagner, larutan asam tartarat 10%, larutan sudan IV 0.03%, larutan feri triklorida 10%, natrium karbonat, dan larutan AlCl3 5%.

Gambar 1 Bagian tanaman kumis kucing yang diamati. Ruas batang (b), tangkai daun (t), daun (daun ke-1: d1; daun ke-2: d2; daun ke-3: d3; daun ke-4: d4)

d1

d3 d2

d4

(15)

3

Alat

Alat untuk pembuatan sayatan anatomi dan histokimia menggunakan silet dan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CH20) yang dilengkapi dengan kamera optilab dan mikroskop fluoresen (Olympus BX 51). Pengujian histokimia pada uji senyawa lipofilik menggunakan water bath.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yaitu varietas tanaman dengan tiga taraf perlakuan. Varietas tanaman yang digunakan adalah Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Percobaan menggunakan tiga ulangan tanaman dan masing-masing dilakukan pengamatan pada dua daun, satu tangkai daun, dan satu batang. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah menggunakan analisis keragaman menggunakan program SPSS versi 20. Apabila terdapat perbedaan nyata dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan selang kepercayaan

α = 0.05.

Prosedur

Pembuatan Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan Struktur Anatomi

Bagian tanaman yang diamati meliputi daun, tangkai daun, dan batang. Daun disayat secara melintang menggunakan silet dengan diberi pewarna safranin 1% kemudian dibilas dengan akuades dan sayatan paradermal dibuat dalam bentuk semi permanen dengan metode Wholemount (Sass 1951). Sayatan paradermal diawali dengan pembilasan helaian daun yang telah difiksasi dalam alkohol 70% menggunakan akuades. Daun kemudian direndam dalam larutan HNO3 50% hingga

lunak dan dibilas kembali dengan akuades. Sisi adaksial dan abaksial daun dikerik menggunakan silet, selanjutnya hasil sayatan direndam dalam larutan sodium hipoklorit 5.25%, dan dibilas dengan akuades. Sayatan selanjutnya diberi pewarna safranin 1%, dibilas kembali dengan akuades, dan diletakkan pada gelas objek dengan media gliserin 30%. Tangkai daun dan batang disayat secara melintang menggunakan silet dan diberi anilin sulfat untuk mewarnai jaringan yang mengandung lignin.

Struktur yang diamati pada sayatan melintang daun meliputi jumlah lapis sel epidermis, jumlah lapis sel mesofil, tebal kutikula, tebal sel epidermis, tebal sel-sel mesofil, dan tebal daun. Parameter pada sayatan paradermal daun yang diamati meliputi tipe, ukuran, kerapatan, dan indeks stomata, bentuk dan jumlah sel epidermis. Struktur anatomi yang diamati pada sayatan melintang tangkai daun dan batang yaitu jumlah lapisan dan bentuk sel epidermis, jumlah lapisan dan bentuk sel korteks, tipe, bentuk, dan jumlah lapis sel kolenkima, dan tipe berkas pembuluh.

(16)

4

Kerapatan stomata = Jumlah stomata

Luas bidang pandang (mm2)

Indeks stomata = Jumlah stomata x100

Jumlah stomata + jumlah sel epidermis

Pembuatan Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan Struktur Sekretori

Sediaan untuk pengamatan struktur sekretori disiapkan dengan membuat sayatan melintang dari sampel berupa daun, tangkai daun, dan batang. Parameter yang diamati pada sayatan melintang meliputi letak, tipe, dan ukuran struktur sekretori. Pengukuran struktur sekretori pada sayatan melintang daun dilakukan pada sepuluh struktur sekretori, pada tangkai daun dan batang masing-masing tiga struktur sekretori.

Selain pada sayatan melintang¸ pengamatan struktur sekretori dilakukan pada sayatan paradermal daun untuk menghitung kerapatan struktur sekretori masing-masing dengan ulangan dua daun dan lima bidang pandang. Kerapatan trikoma kelenjar pada sayatan paradermal daun dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Kerapatan trikoma kelenjar = Jumlah trikoma kelenjar Luas bidang pandang (mm2)

Uji Histokimia

Sampel tanaman yang digunakan pada uji histokimia berupa sampel segar daun, tangkai daun, dan batang yang disayat melintang menggunakan silet. Uji histokimia diobservasi secara deskriptif berdasarkan hasil uji menggunakan beberapa reagen.

Uji Senyawa Terpenoid. Sayatan sampel direndam selama dua hari dalam larutan tembaga asetat 5%, kemudian sayatan diletakkan di atas gelas objek, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Kandungan terpenoid ditandai dengan warna kuning kecokelatan (Harbone 1987).

Uji Senyawa Alkaloid. Sayatan sampel direndam selama dua hari dalam reagen Wagner, kemudian sayatan diletakkan di atas gelas objek, dan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif ditandai dengan warna merah kecokelatan (Furr dan Mahlberg 1981). Sebagai kontrol negatif, sayatan segar direndam selama dua hari dalam asam tartarat 10%, selanjutnya ditetesi dengan reagen Wagner.

Uji Senyawa Lipofilik. Sayatan sampel dimasukkan dalam alkohol 70% selama satu menit, kemudian diwarnai dengan larutan sudan IV 0.03% dan dipanaskan dengan water bath 40°C selama 30 menit. Sampel dicuci kembali dengan alkohol 70% dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif ditandai dengan warna kuning hingga jingga (Boix et al. 2011).

Uji Senyawa Fenol. Sayatan sampel direndam dalam larutan feri triklorida 10% yang kemudian ditambahkan beberapa butir natrium karbonat dan didiamkan selama 15 menit. Sayatan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna hijau gelap atau hitam (Johansen 1940).

Uji Senyawa Flavonoid. Sayatan sampel ditetesi menggunakan larutan AlCl3 5%

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Sayatan Paradermal Daun Kumis Kucing Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar dari suatu organ tanaman yang berfungsi melindungi jaringan di dalamnya. Epidermis ketiga varietas Orsina memiliki bentuk dinding sel yang sama yaitu berlekuk dalam pada adaksial maupun abaksial (Gambar 2). Menurut Koleva et al. (2012), dinding sel epidermis pada Orthosiphon stamineus memiliki bentuk gelombang.

Ukuran panjang dan lebar epidermis memiliki variasi yang tinggi. Hasil pengukuran panjang dan lebar epidermis berupa kisaran dari nilai paling kecil hingga nilai paling besar pada setiap varietas. Ukuran panjang sel epidermis adaksial antara ketiga varietas hampir seragam, Orsina 1 (45.8-83.1 µm), Orsina 2 (44.3-81.5 µm), dan Orsina 3 (45.8-73.3 µm). Ukuran lebar sel epidermis adaksial ketiga varietas, Orsina 1 (31.5-43.1 µm), Orsina 2 (34.3-41.3 µm), dan Orsina 3 (34.8-47.4 µm). Ukuran panjang sel epidermis abaksial ketiga varietas, Orsina 1 (42.1-83.0 µm), Orsina 2 (42.0-76.6 µm), dan Orsina 3 (46.8-75.5 µm). Ukuran lebar sel epidermis abaksial ketiga varietas, Orsina 1 (29.8-37.5 µm), Orsina 2 (30.6-37.6 µm), dan Orsina 3 (30.3-40.9 µm) (Tabel 1).

Gambar 2 Sayatan paradermal daun kumis kucing adaksial (atas) dan abaksial (bawah) varietas Orsina. Orsina 1 (A dan D), Orsina 2 (B dan E), Orsina 3 (C dan F). Bar=50µm

Tipe dan Ukuran Stomata

Pengamatan stomata dilakukan pada sayatan paradermal. Stomata merupakan suatu celah pada epidermis yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Stomata daun kumis kucing dapat ditemukan pada epidermis sisi adaksial dan sisi abaksial. Stomata ketiga varietas Orsina memiliki tipe yang sama yaitu diasitik dengan ciri dikelilingi dua sel tetangga dengan bentuk dan ukuran yang berbeda (Gambar 2). Menurut Metcalfe dan Chalk (1979), tipe diasitik merupakan tipe stomata yang memiliki satu pasang atau lebih sel tetangga. Tipe stomata yang sama dapat

A

D

B C

(18)

6

ditemukan pada Orthosiphon rubicundus Benth. (Venkateshappa dan Sreenath 2013) dan Orthosiphon stamineus (Koleva et al. 2012).

Ukuran panjang stomata pada ketiga varietas Orsina menunjukkan hasil yang berbeda. Stomata pada epidermis adaksial Orsina 3 lebih panjang (18.1 µm) dibandingkan pada Orsina 2 (16.2 µm), namun panjang stomata pada kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan Orsina 1 (17.8 µm). Panjang stomata pada epidermis abaksial Orsina 1 memiliki panjang stomata yang lebih besar (19.3 µm) dibandingkan Orsina 2 (17.6 µm), namun kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan Orsina 3 (18.1 µm) (Tabel 1). Keng dan Siong (2006) menyatakan bahwa pada dua varietas Orthosiphon stamineus berbunga putih dan bunga ungu memiliki stomata dengan ukuran dan jumlah yang tidak berbeda nyata. Warna bunga pada tiga varietas kumis kucing yang digunakan yaitu Orsina 1 berwarna ungu, sedangkan Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki bunga berwarna putih.

Kerapatan stomata ketiga varietas Orsina memiliki nilai yang berbeda-beda. Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki nilai kerapatan stomata di epidermis adaksial dan abaksial lebih tinggi dibandingkan Orsina 1. Kerapatan stomata pada epidermis abaksial lebih tinggi dibandingkan pada sisi adaksial. Kerapatan stomata pada epidermis adaksial Orsina 3 lebih tinggi (24.9 µm) dibandingkan Orsina 2 (19.3 µm), namun kerapatan stomata pada kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata dengan Orsina 1 (20.3 µm). Kerapatan stomata pada epidermis abaksial paling tinggi ditemukan pada Orsina 3 (219.3 µm), diikuti pada Orsina 2 (194.4 µm), dan nilai yang paling rendah pada Orsina 1 (172.7 µm) (Tabel 1). Berdasarkan hasil perhitungan, kerapatan stomata dapat digunakan untuk membedakan ketiga varietas Orsina.

Tabel 1 Ukuran epidermis, ukuran stomata, kerapatan stomata, dan indeks stomata pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3

Posisi Varietas Ukuran epidermis (µm)

Ukuran stomata berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05

Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Struktur Sayatan Melintang Daun, Tangkai Daun, dan Batang Kumis Kucing

(19)

7 Lamiaceae memiliki lapisan kutikula pada epidermis adaksial yang lebih tebal dari lapisan kutikula pada epidermis abaksial. Ketebalan kutikula setiap tanaman tidak sama, pada umumnya tanaman yang hidup di habitat kering lebih tebal (Fahn 1991). Varietas Orsina memiliki satu lapis sel epidermis dengan ketebalan yang sama antara adaksial dan abaksial (Tabel 2).

Daun kumis kucing memiliki jaringan mesofil yang terdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Jaringan palisade pada daun kumis kucing berupa satu lapis sel, sedangkan jaringan bunga karang tersusun oleh tiga sampai lima lapis sel. Hasil penelitian Koleva et al. (2012) menunjukkan bahwa Orthosiphon stamineus memiliki satu lapis jaringan palisade dan tiga sampai empat lapis jaringan bunga karang. Pada tanaman yang diteliti, jaringan palisade memiliki ketebalan paling besar pada Orsina 3 (55.0 µm) (Tabel 2). Menurut hasil penelitian Balittro (2014) Orsina 3 menghasilkan rata-rata bobot terna segar dan kering paling tinggi untuk lokasi dataran rendah sampai menengah. Ketebalan palisade diduga berkaitan dengan produktivitas tanaman Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Hasil penelitian Rosmilawanti (2016) menunjukkan bahwa temu lawak varietas Cursina 1 yang menghasilkan produksi rimpang paling tinggi (Setiyono 2011), memiliki ketebalan jaringan palisade paling tinggi.

Gambar 3 Sayatan melintang daun kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A), Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Kut: kutikula, Ep: epidermis, Pal: jaringan palisade, Bk: jaringan bunga karang). Bar=50µm

Tabel 2 Ukuran tebal kutikula, epidermis, mesofil, dan tebal daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3

Varietas berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05

Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Tangkai daun yang memiliki permukaan berbentuk cekung adalah sisi adaksial dan berbentuk cembung adalah sisi abaksial. Sayatan melintang tangkai daun pada varietas Orsina 1 memiliki bentuk membulat, sedangkan Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki bentuk persegi. Struktur tangkai daun dari ketiga varietas Orsina tersusun oleh epidermis, korteks, dan silinder pusat. Pada lapisan epidermis dapat

(20)

8

ditemukan trikoma kelenjar dan trikoma non kelenjar. Hasil pengamatan pada ketiga varietas Orsina, epidermis tersusun oleh satu lapis sel dengan bentuk bulat, lonjong, dan persegi empat dan jaringan korteks tersusun oleh parenkima berbentuk heksagonal. Jaringan kolenkima dapat ditemukan di daerah korteks, di bawah lapisan epidermis adaksial maupun abaksial. Tipe jaringan kolenkima pada ketiga varietas Orsina yaitu kolenkima angular yang mengalami penebalan dinding pada sudut-sudut sel. Jaringan kolenkima pada ketiga varietas Orsina memiliki perbedaan pada jumlah lapisan sel. Orsina 1 tersusun oleh empat lapis jaringan kolenkima pada sisi adaksial dan dua sampai tiga lapis pada sisi abaksial. Orsina 2 sisi adaksial tersusun oleh empat sampai enam lapis, sedangkan sisi abaksial tersusun oleh empat sampai lima lapis jaringan kolenkima. Orsina 3 tersusun oleh empat sampai lima lapis pada sisi adaksial, sedangkan sisi abaksial tiga lapis jaringan kolenkima (Gambar 4).

Berkas pembuluh pada tangkai daun ketiga varietas Orsina memiliki tipe kolateral dengan floem di sebelah luar xilem. Berkas pembuluh pada tangkai daun terbagi menjadi dua yaitu berkas pembuluh besar dan berkas pembuluh kecil. Berkas pembuluh besar memiliki struktur yang melengkung terbuka terdapat pada bagian abaksial, sedangkan dua berkas pembuluh kecil berada pada permukaan adaksial. Selain itu, dapat ditemukan pula empulur pada bagian tengah sayatan (Gambar 4). Variasi tangkai daun pada tanaman lainnya yaitu pada Piper sarmentosum dan Piper betle. Hasil penelitian Raman et al. (2012) menunjukkan bahwa Piper sarmentosum dan Piper betle memiliki sayatan melintang tangkai daun berbentuk hati dan sisi adaksial yang beralur. Selain itu, berkas pembuluh pada tangkai daun kedua Piper memiliki tipe kolateral dan terbagi menjadi dua berkas pembuluh yaitu berkas pembuluh besar dan kecil. Piper sarmentosum memiliki tujuh berkas pembuluh besar dan lima berkas pembuluh kecil, sedangkan pada Piper betle memiliki tujuh berkas pembuluh besar dan empat berkas pembuluh kecil.

Struktur batang dari ketiga varietas Orsina tersusun oleh epidermis, korteks, dan silinder pusat. Sayatan melintang batang ketiga varietas Orsina berbentuk persegi empat. Menurut Metcalfe dan Chlark (1983), batang pada famili Lamiaceae sebagian besar memiliki bentuk persegi empat. Batang ketiga varietas Orsina memiliki sel epidermis yang tersusun oleh satu lapis sel dengan bentuk bulat, lonjong, dan persegi empat. Pada permukaan epidermis terdapat lapisan kutikula dan pada lapisan epidermis ditemukan pula trikoma kelenjar dan trikoma non kelenjar. Jaringan di sebelah dalam epidermis berupa korteks yang tersusun oleh lima sampai enam lapis sel parenkima. Pada setiap sudut batang terdapat jaringan kolenkima dengan tipe angular. Jaringan kolenkima pada varietas Orsina 1 memiliki sel berbentuk lonjong dan tersusun oleh lima sampai enam lapis sel. Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki sel kolenkima berbentuk bulat dan tersusun oleh tujuh lapis sel.

(21)

9

Gambar 4 Sayatan melintang tangkai daun kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A), Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Ad: adaksial; Ab: abaksial; Ep: epidermis; Tk: trikoma kelenjar; Tnk: trikoma non kelenjar; Kor: korteks; Kol: kolenkima; Bp: berkas pembuluh). Bar=100µm Berkas pembuluh pada batang ketiga varietas Orsina memiliki tipe kolateral dengan floem di sebelah luar xilem. Berkas pembuluh pada sudut batang berukuran lebih besar dibandingkan dengan yang berada diantaranya. Jaringan sklerenkima dapat ditemukan disekitar berkas pembuluh. Selain itu, dapat ditemukan pula empulur pada bagian tengah sayatan (Gambar 5). Variasi batang pada tanaman lainnya yaitu pada Piper sarmentosum dan Piper betle. Hasil penelitian Raman et al. (2012) menyatakan bahwa batang pada Piper sarmentosum dan Piper betle memiliki dua lingkaran berkas pembuluh.

C

Bp

Ad Ep

Tk Kol

Tnk

Ad Kor

A

Bp Ad

Ep

Tk Kol

Tnk Ad

Kor

B

Bp Ad

Ep

Tk Kol

Tnk Ad

(22)

10

Gambar 5 Sayatan melintang batang kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A), Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Ep: epidermis; Tk: trikoma kelenjar; Tnk: trikoma non kelenjar; Kor: korteks; Kol: kolenkima; Sk: sklerenkima; Bp: berkas pembuluh; Em: empulur). Bar=100µm

Identifikasi Struktur Sekretori Struktur Sekretori pada Daun

Struktur sekretori pada daun ketiga varietas Orsina berupa trikoma kelenjar. Trikoma kelenjar yang ditemukan yaitu tipe trikoma peltat dan trikoma kapitat. Trikoma kapitat pada varietas ini memiliki jumlah sel kepala yang bervariasi sehingga digolongkan menjadi dua tipe. Trikoma kapitat tipe I tersusun oleh satu sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan dua sel kepala, sedangkan trikoma kapitat tipe II tersusun oleh satu sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan satu sel kepala (Gambar 6). Trikoma kelenjar tersebut dapat dijumpai pada epidermis adaksial maupun abaksial daun. Hasil penelitian Celep et al. (2011) pada Lamium truncatum Boiss. yang juga termasuk dalam anggota famili Lamiaceae memiliki dua tipe trikoma kelenjar yaitu trikoma peltat dan trikoma kapitat. Trikoma peltat tersusun oleh satu sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan empat sampai

A

Bp

Sk

Em Kol

Ep Tnk

Kor

B

Bp

Sk

Em Kol

Ep Tnk

Kor

Tk

C

Bp Sk

Em Kol

Ep

Kor

(23)

11 delapan sel kepala. Trikoma kapitat tersusun oleh satu sel basal, satu sampai dua sel tangkai, dan satu atau dua sel kepala.

Ukuran kepala dan tangkai trikoma peltat dari ketiga varietas Orsina bervariasi, sedangkan pada trikoma kapitat memiliki ukuran yang sama. Orsina 3 memiliki lebar kepala trikoma peltat dan panjang tangkai trikoma peltat paling besar dibandingkan dua varietas lainnya (Tabel 3).

Kerapatan trikoma kelenjar dari ketiga varietas Orsina bervariasi. Orsina 1 memiliki trikoma peltat dan trikoma kapitat tipe I pada abaksial daun dengan kerapatan paling tinggi dibandingkan dua varietas Orsina lainnya (Tabel 3). Menurut hasil penelitian Balittro (2014) Orsina 1 memiliki kadar sinensetin paling tinggi dibandingakan dua varietas lainnya. Kerapatan trikoma kelenjar diduga berkaitan dengan kandungan sinensetin pada tanaman Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Hasil penelitian Rostiana et. al (2014) kandungan sinensetin lebih tinggi terdapat pada tanaman kumis kucing berbunga ungu dibandingkan dengan kumis kucing berbunga putih. Tanaman kumis kucing berbunga ungu dan putih yang digunakan merupakan varietas Orsina (Komunikasi pribadi, Otih Rostiana 2016). Kerapatan trikoma kelenjar berpengaruh terhadap banyaknya metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman.

Ukuran trikoma kelenjar memiliki hubungan terbalik dengan nilai kerapatan trikoma kelenjar, hal tersebut dapat dilihat dari ukuran trikoma kelenjar yang kecil maka nilai kerapatannya memiliki nilai yang tinggi (Tabel 3). pengukuran dan penghitungan trikoma kelenjar bertujuan untuk mengetahui potensi metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman. Menurut McDowell et al. (2011), ukuran dan perkembangan trikoma dapat mempengaruhi metabolit sekunder yang dihasilkan.

Gambar 6 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Trikoma peltat (A), trikoma kapitat tipe I (B), trikoma kapitat tipe II (C). Bar=20µm

(24)

12

Panjang Lebar Panjang Lebar Adaksial Abaksial

Peltat

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.

 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Struktur Sekretori pada Tangkai daun dan Batang

Selain pada daun, struktur sekretori terdapat pada tangkai daun dan batang. Struktur sekretori yang dijumpai yaitu trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, trikoma kapitat tipe II, dan sel idioblas (Gambar 4). Trikoma peltat pada tangkai daun dan batang berukuran lebih kecil dibandingkan pada daun (Tabel 3 dan Tabel 4). Struktur sekretori pada tangkai daun dan batang memiliki ukuran yang bervariasi. Tangkai daun pada Orsina 3 memiliki trikoma kapitat tipe I dengan lebar kepala paling besar dibandingkan dua varietas Orsina lainnya. Orsina 2 memiliki idioblas dengan panjang paling besar dibandingkan dua varietas lainnya (Tabel 4). Idioblas pada tangkai daun memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan pada batang. Batang pada Orsina 1 memiliki idioblas dengan ukuran panjang dan lebar yang paling besar dibandingkan dua varietas lainnya. (Tabel 5)

Gambar 7 Struktur sekretori pada tangkai daun (A-D) dan batang (E-H) kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Trikoma peltat (A dan E), trikoma kapitat tipe I (B dan F), trikoma kapitat tipe II (C dan G), (D dan H) anak panah: sel idioblas. Bar=20µm

A D

E F G H

(25)

13 Tabel 4 Ukuran struktur sekretori pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1,

Orsina 2, dan Orsina 3

Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar

Peltat

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.

Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Tabel 5 Ukuran struktur sekretori pada batang kumis kucing varietas Orsina 1,

Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar

Peltat

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.

(26)

14

Uji Histokimia

Uji histokimia merupakan metode untuk mengetahui kandungan senyawa kimia pada suatu jaringan tanaman secara kualitatif. Pengujian dapat dilakukan dengan cara menambahkan suatu reagen kepada sayatan organ yang akan diuji dan menghasilkan warna yang spesifik. Hasil uji histokimia pada daun, tangkai daun, dan batang ketiga varietas Orsina menunjukkan bahwa terdapat senyawa terpenoid, alkaloid, senyawa lipofilik, dan fenol pada struktur sekretori. Hasil pengujian pada daun, tangkai daun, dan batang disajikan pada Tabel 6, Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10. Hasil pengujian selengkapnya, semua tipe struktur sekretori disajikan pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7.

Tabel 6 Kandungan senyawa pada struktur sekretori pada daun, tangkai daun, dan batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 berdasarkan hasil uji histokimia

Struktur Sekretori

Tipe trikoma

Orsina 1 Agribun Orsina 2 Agribun Orsina 3 Agribun

T A L F Fl T A L F Fl T A L F Fl Keterangan: T: terpenoid; A: alkaloid; L: lipofilik; F: fenol; Fl: flavonoid

(+) Senyawa terdeteksi; (-) Senyawa terdeteksi lemah

Gambar 8 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

A C D

E F

(27)

15

Gambar 9 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 berdasarkan hasil uji histokimia. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Gambar 10 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Gambar 11 Hasil uji histokimia sel idioblas pada batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm. Anak panah: sel idioblas

Hasil uji keberadan senyawa flavonoid terdeteksi dengan hasil berupa pendaran (fluoresen) yang lemah pada semua struktur sekretori (Tabel 6). Uji ini menghasilkan pendaran berwarna kuning kehijauan pada jaringan yang diperlakukan dengan reagen AlCl3 5%. Berdasarkan hasil tersebut, metode ini

A B C D

E F

A B C D

E F

A B C D

(28)

16

kurang sesuai untuk identifikasi flavonoid pada tanaman ini. Hasil penelitian Mulyani dan Laksana (2011) menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis pengujian untuk mengidentifikasi flavonoid antara lain pengujian menggunakan amoniak, NaOH, AlCl3, dan sitroborat yang kemudian diamati menggunakan

mikroskop cahaya.

Menurut Ameer et al. (2012) hasil uji fitokimia pada Orthosiphon stamineus menunjukkan kandungan senyawa fenol, flavonoid, terpenoid, asam organik, dan minyak esensial. Flavonoid yang teridentifikasi pada Orthosiphon stamineus salah satunya berupa sinensetin (Akowuah et al. 2004). Sinensetin merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan termasuk dalam kelompok flavonoid jenis flavon (Nurhajijah 2014). Hasil penelitian Guerin et al. (1971) menunjukkan bahwa penggunaan AlCl3 pada kelompok flavonoid memiliki

pendaran yang berbeda pada setiap jenisnya. Penggunaan AlCl3 pada jenis flavon

akan menghasilkan pendaran berwarna kuning kehijauan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Orsina 3 dapat dibedakan dari Orsina 1 dan Orsina 2 berdasarkan tebal jaringan palisade. Orsina 3 memiliki ketebalan jaringan palisade paling besar. Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 dapat dibedakan berdasarkan kerapatan stomata pada sisi abaksial.

Struktur sekretori yang dijumpai pada daun berupa trikoma kelenjar meliputi trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, dan trikoma kapitat tipe II, sedangkan pada tangkai daun dan batang selain trikoma kelenjar dapat ditemukan sel idioblas. Orsina 1 yang menghasilkan sinensetin dengan kadar paling tinggi, memiliki trikoma peltat dan trikoma kapitat tipe 1 dengan kerapatan sisi abaksial paling tinggi dibandingkan dua varietas lainnya. Hasil uji histokimia pada daun, tangkai daun, dan batang menunjukkan adanya terpenoid, alkaloid, senyawa lipofilik, dan fenol, dan flavonoid terdeteksi dengan hasil lemah dari fluoresen yang dihasilkan, diduga metode yang digunakan kurang sesuai dalam mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tanaman kumis kucing.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tanaman kumis kucing. Hal tersebut mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

17 Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A, Khamsah SM. 2004. Sinensetin,

eupatorin, 3’-hydroxy-5, 6, 7, 4’tetramethoxyflavone and rosmarinic acid contents and antioxidative effect of Orthosiphon stamineus from Malaysia. Food Chem. 87:559-566. doi: 10.1016/j.foodchem.2004.01.008

Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheem ZO, Yam MF. 2012. Orthosiphon stamineus: traditional uses, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. J. Med. Food. 15(8): 678-690. doi: 10.1089/jmf.2011.1973

Arbain D. 2004. Dua dekade penelitian kimia tumbuhan Sumatera. Bull. Soc. Nat. Prod. Chem. 4:1-12

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Monograf Ekstrak Tanaman Obat Indonesia. Vol II. Jakarta (ID).

[BALITTRO]. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2014. Usulan Pelepasan Varietas Kumis Kucing. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Boix YF, Victorio CP, Defaveri ACA, Arruda R, Sato A, Lage CLS. 2011. Grandular trichomes of Rosmarinus officinalis L.: anatomical and phytochemical analyses of leaf volatiles. Plant Biosyst. 145(4): 848-856. Celep F, Kahraman A, Atalay Z, Doğan M. 2011. Morphology, anatomy, and

trichome properties of Lamium truncatum Boiss. (Lamiaceae) and their systematic implications. AJCS. 5(2): 147-153.

De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ. 1999. Medical and poisonous plant 1. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) Foundation No.15.

Fahn H. 1991. Anatomi Tumbuhan Ed-3. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Furr M, Mahlberg PG. 1981. Histochemical analyses of Laticifers and glandular trichomes in Cannabis sativa. J. Nat. Prod. 44(2): 153-159.

Gogosz AM, Boeger MRT, Negrelle RRB, Bergo C. 2012. Anatomi foliar comparativa de nove espécies do gênero Piper (Piperaceae). Jurnal of Rodriguesia. 63(2): 405-417.

Guerin HP, Delaveau PG, Paris RR. 1971. Localizations histochimiques: procédés simples de localization de pigments flavoniques. Application á quelques phanérogrames. Bull. Soc. Bot. Fr. 118:29-36.

Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, Penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari Phytochemical Method. Ed ke 2. Hsuan K. 1986. Order dan Famili Tumbuhan Berbiji di Tanah Melayu. Kuala

Lumpur (MY): Dewan Bahasa dan Pustaka.

Johansen DA. 1940. Plant Microtecchnique. New York (US): McGraw-Hill.

Joudi L, Bibalani GH, Shadkami H. 2011. Exploration of medicinal species of Lamiaceae family in Ilkhji and Sharafaldin regions of Esat Azarbaijan in Iran. Curr. Res. J. Biol. Sci. 3(4): 385-387.

Juliarni, Purwanti E, Sulistyaningsih YC, Dorly. 1999. Anatomical study of leaf of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott). Jpn. J. Crop. Sci. 68(2): 200-201. Keng CL, Siong LP. 2006. Morphological similarities and differences between the

two varieties of cat’s whiskers (Orthosiphon smanineus Benth.) grown in Malaysia. Intl. J. Bot. 2(1):1-6.

(30)

18

Orthosiphon stamineus plants grown in vitro. Biol. Plant. 56(4): 607-612. doi: 10.1007/s10535-012-0060-z

McDowell ET, Kapteyn J, Schmidt A, Li C, Kang JH, Descour A, Shi F, Larson M, Schilmiller A, Lingling A, Jones AD, Pichersky E, Soderlund CA, Gang DR. 2011. Comparative functional genomic analysis of Solanum glandular trichome types. Plant Physiol.155: 524-539.

Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the Dicotyledons: Systematic Anatomy of Leaf and Stem with a Brief History of the Subject. 2nd ed. Oxford (UK): OUP. __________________. 1983. Anatomy of the Dicotyledons: Wood Structure and

Conclusion of the General Introduction. 2nd ed. Oxford (UK): OUP.

Mulyani S, Laksana T. 2011. Analisis flavonoid dan tannin dengan metoda mikroskopi-mikrokimiawi. Majalah Obat Tradisional. 16(3):109-114.

Nurhajijah. 2014. Pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai umur panen [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Raman Vijayasankar, Galal Ahmed M, Khan Ikhlas A. 2012. An investigation of the vegetative anatomy of Piper sarmentosum, and a Comparison with the anatomy of Piper betle (Piperaceae). AJPS. 3: 1135-1144.

Rosmilawanti R. 2016. Studi Anatomi daun, analisis struktur sekretori dan histokimia rimpang temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rostiana O, SMD Rosita, Ruhnayat A, Bermawie N, Iswantini D. 2014. Di dalam: Wahyudi A, Kardinan A, Supriadi, Laba IW, Bermawie N, Rizal M, Rostiana O, Wahyono O, Djazuli M, Balfas R, Noveriza R, editor. Respon Dua Aksesi Kumis Kucing {Orthishiphon aristatus (Blume) Miq.} Terhadap Perlakuan Pemupukan di Dataran Tinggi. Seminar Nasional Pertanian Organik “Inovasi Teknologi Pertanian Organik”; 2014 Jun 18-19; Bogor, Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Pr. hlm 239-247.

Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa (USA): Iowa State College Pr. Setiyono RT. 2011. Varietas unggul tanaman temu lawak (Curcuma xanthorrhiza).

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 17(3): 1-4.

Steenis CGGJ. 1975. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta (ID): Pradnya Paramita.

Venkateshappa SM, Sreenath KP. 2013. Some species of Lamiaceae-comparative anatomical studies. IAJPR. 3(11): 9249-9254.

Willmer CM. 1983. Stomata. London (UK): Longman Group limited.

(31)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Lampiran 2 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), segfnyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Lampiran 3 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

A C D

E B

F

A C D

E B

F

A C D

E B

(32)

20

Lampiran 4 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Lampiran 5 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

Lampiran 6 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm

A B C D

E F

A B C D

E F

D C

E B A

(33)

21 Lampiran 7 Hasil uji histokimia sel idioblas pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm. Anak panah: sel idioblas

A B C D

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 1994 dari ayah Andri dan ibu Desriyanti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 1 Ciampea dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan IPB.

Penulis pernah melaksanakan studi lapang mengenai Adaptasi Struktur Anatomi Beberapa Tumbuhan Monokotil di Taman Wisata Alam Telaga Warna pada tahun 2013. Selain itu, penulis telah melaksanakan praktik lapang di Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas) Parungpanjang, Bogor mengenai Manajemen Kontrol Kualitas Terhadap Penerimaan Bahan Baku dan Pengemasan Madu yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2014.

Gambar

Gambar 2 Sayatan paradermal daun kumis kucing adaksial (atas) dan abaksial
Gambar 3  Sayatan melintang daun kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A),
Gambar 4 Sayatan melintang tangkai daun kumis kucing varietas Orsina.
Gambar 5  Sayatan melintang batang kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A),
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi stek 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama, serta stek 4 dan 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen kedua dengan dosis 30 ton ha -1 pupuk

Pengaruh Frekuensi Pemberiau Air dan Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kumis Kucing (Orthosiplzon aris- tatus Miq). @i bawah bimbingan Didy Sopandie

Pembuatan tablet effervescent campuran ekstrak daun salam dan kumis kucing. diharapkan dapat bermanfaaat agar diperoleh obat tradisional dalam

Baik periode pertama maupun periode kedua menunjukan tanaman kumis kucing yang mendapat perlakuan pemupukan N, P, dan K memiliki jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan tanaman

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa citarasa produk minuman yang ditambahkan kalium sorbat dan minuman yang tidak ditambahkan bahan pengawet yang

Tanaman kumis kucing pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan dosis pupuk kandang ayam 15 t ha-1 memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan jumlah cabang lebih tinggi dari

Apabila kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan jaringan penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks,

Batang anakan ulin umur 3 tahun varietas tando dan tembaga pada sayatan melintang memperlihatkan susunan jaringan dari luar ke dalam yaitu jaringan epidermis, jaringan