• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

RISSA RAHMANIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Rissa Rahmania

(4)
(5)

ABSTRAK

RISSA RAHMANIA. Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jumlah buku stek dan dosis pupuk kandang yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing, serta menentukan jumlah buku stek yang pertumbuhan dan produksi simplisianya sama dengan yang ditanam secara tidak langsung. Penelitian dilakukan di instalasi kebun Unit Konservasi dan Budidaya Biofarmaka (UKBB) Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor dari Oktober 2013 hingga Maret 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) split-plot. Faktor pertama merupakan dosis pupuk kandang, yaitu 0, 10, 20, dan 30 ton ha-1 sebagai petak utama. Faktor kedua merupakan jumlah buku, yaitu tanam tidak langsung: bibit; serta tanam langsung: 1, 2, 3, 4, dan 5 buku sebagai anak petak. Hasil percobaan menunjukkan bahwa stek dengan 5 buku yang ditanam langsung dan pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 menghasilkan pertumbuhan dan produksi simplisia terbaik. Selain itu, stek 5 buku yang ditanam langsung memiliki pertumbuhan dan produksi simplisia yang sama dengan yang ditanam secara tidak langsung.

Kata kunci: buku, Orthosiphon, pupuk kandang sapi, stek, tanam langsung

ABSTRACT

RISSA RAHMANIA. Determining the Number of Java Tea (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) Cutting Node and Rates of Cow Manure in Direct Planting Method. Supervised by ANI KURNIAWATI.

The objectives of this research were to obtain the best cutting number of node and rate of manure for growth and simplicia production of java tea; and to determine the cutting number of node that result in similar growth and simplicia production with indirect planting. The experiment was conducted at Conservation and Cultivation Medicinal Unit Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor from October 2013 until March 2014. This experiment used a randomized complete block design split-plot. The first factor was rates of manure: 0, 10, 20, and 30 tons ha-1 as the main plot. The second factor was the number of node, indirect planting: seeds; and direct planting: 1, 2, 3, 4, and 5 nodes as the subplot. The experimental results show that the cutting with 5 nodes on direct planting method and rates of manure 30 tons ha-1 resulted the best growth and simplicia production. In addition, cutting with 5 nodes on direct planting method have similar growth and simplicia production with indirect planting method.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENENTUAN JUMLAH BUKU STEK KUMIS KUCING

(

Orthosiphon aristatus

(Blume) Miq.) DAN DOSIS PUPUK

KANDANG SAPI PADA CARA TANAM LANGSUNG

RISSA RAHMANIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014 ini adalah budi daya tanaman obat, dengan judul Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul “Pengembangan Herba Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) sebagai Bahan Baku Obat Herbal Antihyperglikemia Melalui Standardisasi Produksi Biomassa, Kadar Bioaktif, dan Pengujian Khasiatnya”, dengan ketua Dr Ani Kurniawati, SP, MSi, sumber dana BOPTN Lintas Fak/Dept/Pusat.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr Ani Kurniawati, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS dan Ibu Dr Ir Maya Melati, MS, MSc sebagai dosen penguji skripsi, Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Taofik selaku pembimbing penelitian di lapang, Bapak Amad, Bapak Yayat, Bapak Adung, Teteh Linda, serta semua pekerja yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Eman Kustaman, Ibu Neneng Rusmiati, Kakak Pandu Triyuda, seluruh keluarga atas doa dan dukungannya, serta teman-teman yang sudah membantu, Nurhajijah, Nafi Utami, Mustika Dwi Rahayu, Nicky Lintang, Nurul Azizah Ramadhani, Putri Ratna Sari, Sandy Ramdhani, Rony Ramdany, Reza Ali Akbar, Nidya Sharah, Martika Andhini, Dewi Valentina Butarbutar, Sundari, Aisa Amanah, Fani Sukma, Ogie Satriadi, dan seluruh teman-teman Edelweiss AGH 47 atas semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kumis Kucing 2

Syarat Tumbuh Kumis Kucing 3

Perbanyakan Tanaman dengan Stek 3

Cara Tanam 4

Pupuk Kandang 4

Simplisia 5

METODE PENELITIAN 6

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 6

Bahan Penelitian 6

Peralatan Penelitian 6

Rancangan Percobaan 6

Analisis Data 7

Prosedur Percobaan 7

Pembibitan 7

Persiapan Lahan 7

Penyiapan Bibit dan Penanaman 7

Pemeliharaan 7

Panen 7

Pascapanen 8

Pengamatan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Percobaan 10

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam 11

Hasil 13

(14)

Jumlah Tunas 15

Jumlah Daun 17

Panjang Tunas 20

Indeks Luas Daun (ILD) 21

Bobot Basah Daun, Batang, Bunga, dan Total 23

Bobot Kering Daun, Batang, Bunga, dan Total 26

Kadar Air Daun, Batang, dan Bunga 28

Rendemen Simplisia Daun, Batang, dan Bunga 29

Korelasi Antar Peubah Komponen Pertumbuhan dan Hasil Panen 29

Pembahasan 31

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 42

(15)

DAFTAR TABEL

1 Persentase tumbuh tanaman kumis kucing pada 1 MST 10 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan kumis kucing

pada periode panen pertama dan kedua 12

3 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen hasil panen kumis kucing pada

periode panen pertama dan kedua 13

4 Tinggi tanaman kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua 14 5 Jumlah tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua 16 6 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap jumlah

tunas pada 1 MST 17

7 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap jumlah

daun pada periode panen kedua 18

8 Jumlah daun kumis kucing pada periode panen pertama 19 9 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap panjang

tunas pada 5 dan 6 MST 20

10 Panjang tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua 21 11 Indeks luas daun (ILD) kumis kucing pada periode panen pertama dan

kedua 22

12 Bobot basah daun, batang, bunga, dan total kumis kucing per petak pada

periode panen pertama dan kedua 24

13 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap bobot

basah batang pada periode panen kedua 25

14 Bobot kering daun, batang, bunga, dan total kumis kucing per petak pada

periode panen pertama dan kedua 27

15 Kadar air daun, batang, dan bunga pada periode panen pertama dan kedua 28 16 Rendemen simplisia daun, batang, dan bunga pada periode panen

pertama dan kedua 29

17 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada

periode panen pertama 30

18 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada

periode panen kedua 31

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi umum percobaan 11

2 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada

6 MST dan 6 MSP 15

3 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST

dan 6 MSP 15

4 Respon jumlah tunas kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST

dan 6 MSP 17

5 Respon jumlah daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada 6

MST 19

6 Respon jumlah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST 20 7 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang

(16)

8 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada

periode panen pertama 23

9 Respon bobot basah daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang

pada periode panen pertama dan kedua 25

10 Respon bobot basah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada

periode panen pertama 25

11 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang

pada periode panen pertama dan kedua 26

12 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada

periode panen pertama dan kedua 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data iklim wilayah Darmaga Bogor pada bulan Oktober 2013–Maret

2014 42

2 Data analisis tanah Kebun Biofarmaka, Cikabayan, Insititut Pertanian

Bogor, Bogor tahun 2013 42

3 Perkiraan analisis usahatani kumis kucing dengan bibit 1 buku yang ditanam secara tidak langsung seluas 1 ha sampai dengan panen kedua 43 4 Perkiraan analisis usahatani kumis kucing dengan stek 4 buku yang

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia terdapat lebih kurang 30 000 jenis tumbuh-tumbuhan, lebih kurang 7 500 jenis di antaranya termasuk tanaman berkhasiat obat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006). Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber hayati kedua terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke (Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bahan obat dari tumbuhan yang potensial. Tanaman obat sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional, dan merupakan sarana penunjang kesehatan rakyat turun-temurun. Selain itu, tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dijadikan komoditas ekspor nonmigas yang penting, terutama setelah manusia cenderung lebih senang menggunakan bahan alami daripada bahan sintetis (Kastono et al. 2005).

Salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional adalah kumis kucing. Daun kumis kucing basah maupun kering bermanfaat digunakan sebagai bahan obat-obatan (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2013). Tanaman kumis kucing merupakan salah satu komoditas biofarmaka yang diperlukan oleh masyarakat di Indonesia sebagai bahan jamu (Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Tujuan penanaman kumis kucing adalah untuk mendapat produksi berupa daun yang kemudian akan digunakan sebagai bahan obat tradisional (Kastono et al. 2005). Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin, dan sembelit. Kumis kucing juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal dan batu ginjal (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2013).

Berbagai tindakan budi daya dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi simplisia kumis kucing, salah satu di antaranya adalah cara tanam langsung menggunakan stek batang dengan jumlah buku tertentu. Bagian tanaman yang digunakan dalam perbanyakan tanaman menggunakan stek yaitu akar, daun, batang, dan modifikasi batang (umbi dan rimpang) (Adriance dan Brison 1971). Menurut Hartmann et al. (1997) keuntungan perbanyakan dengan stek adalah banyak tanaman baru yang diperoleh dalam ruang terbatas dari beberapa tanaman induk. Perbanyakan dengan stek pun lebih murah dibandingkan dengan metode aseksual lainnya, cepat, sederhana, dan tidak memerlukan teknik khusus.

(18)

2

Selain cara tanam langsung menggunakan stek batang dengan jumlah buku tertentu, pemberian pupuk kandang pun merupakan salah satu budi daya yang dapat meningkatkan produksi simplisia kumis kucing. Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk praktek pertanian organik. Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur, dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Beberapa jenis pupuk kandang yang dapat diberikan antara lain pupuk yang berasal dari kotoran kambing, sapi, kerbau, dan kotoran ayam. Setiap jenis pupuk kandang mempunyai kandungan zat hara yang berbeda. Untuk menentukan jumlah buku dan dosis pupuk kandang yang ideal untuk cara tanam langsung, maka diperlukan penelitian yang akan mengkaji dua aspek budi daya tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jumlah buku stek yang ditanam langsung yang mempunyai pertumbuhan yang sama dengan bibit satu buku yang ditanam secara tidak langsung.

2. Mengetahui pengaruh jumlah buku terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing.

3. Mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing.

4. Mengetahui pengaruh interaksi antara jumlah buku dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing.

Hipotesis

1. Ada jumlah buku stek tertentu yang mempunyai pertumbuhan dan produksi simplisia yang sama dengan bibit satu buku yang ditanam secara tidak langsung.

2. Ada jumlah buku stek tertentu yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi simplisia terbaik.

3. Dosis pupuk kandang tertentu menghasilkan pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing terbaik.

4. Terdapat interaksi antara jumlah buku tertentu dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kumis Kucing

(19)

negara-3 negara Eropa untuk teh herbal, dikenal sebagai “Java tea” (Himani 2013). Kumis kucing mempunyai daun berbentuk oval, serta berwarna hijau yang halus bergerigi (Tahseen dan Mishra 2013). Kumis kucing merupakan tumbuhan terna, tumbuh tegak, dan tinggi 50–150 cm. Batangnya berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, dan berakar kuat. Daunnya tunggal, bulat telur, elips atau menjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2–10 cm, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih, dan benang sari lebih panjang dari tabung bunga (Kandowangko et al. 2011).

Kumis kucing diduga berasal dari kawasan Afrika Tropis dengan jumlah kurang lebih 60 jenis. Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman kumis kucing menyebar di daratan Asia sampai Australia (Wijanarko 2002). Berdasarkan warna bunga dan warna batang, kumis kucing terdiri dari 3 jenis, yaitu bunga ungu dengan tangkai berwarna ungu, bunga putih keunguan dengan tangkai berwarna hijau keunguan, dan bunga putih dengan tangkai berwarna hijau keunguan. Yang umum digunakan sebagai obat memperlancar air seni adalah yang berbunga putih (Sembiring et al. 2012). Secara tradisional, daun tanaman ini telah digunakan sebagai diuretik, dan untuk mengobati rematik, sakit perut, ginjal dan kandung kemih peradangan, serta edema dan asam urat (Himani 2013).

Syarat Tumbuh Kumis Kucing

Tanaman kumis kucing dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 100–1 000 m di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini menghendaki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3 000 mm tahun-1. Kumis kucing dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah terutama pada jenis tanah yang cukup gembur, subur, banyak mengandung humus, dan ketebalan lapisan olah sedang (Sembiring et al. 2012), serta tanah ringan hingga tanah berat, kecuali yang bersolum dangkal (Hidayati dan Saepudin 2002). Pertumbuhan kumis kucing akan lebih baik berada di tempat terbuka dan disinari matahari penuh dibanding tempat ternaungi (Sembiring et al. 2012).

Perbanyakan Tanaman dengan Stek

Stek adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif. Jika ditempatkan pada kondisi yang sesuai, akan berkembang menjadi tanaman yang lengkap (Adriance dan Brison 1971). Menurut Hartmann et al. (1981) perbanyakan tanaman dengan stek adalah metode vegetatif yang banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman obat, hias, dan buah. Bagian tanaman yang digunakan dalam perbanyakan tanaman menggunakan stek yaitu akar, daun, batang, dan modifikasi batang (umbi dan rimpang) (Adriance dan Brison 1971).

(20)

4

perbanyakan dengan stek batang, segmen tunas mengandung tunas lateral atau terminal diperoleh dengan harapan bahwa di bawah kondisi yang tepat akar adventif akan terbentuk dan menghasilkan tanaman yang independen. Menurut Prawitasari (2006) stek batang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan diameter batang, umur batang, serta panjang stek. Stek batang jarak pagar yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang batangnya memiliki diameter 2 cm, batang berkayu, dan telah berwarna hijau keabu-abuan. Menurut Hartmann et al. (1997) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan stek adalah zat pengatur tumbuh auksin yang biasa digunakan untuk merangsang perakaran stek batang.

Cara Tanam

Pembibitan merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam di lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku (Kurniaty dan Danu 2012). Pembibitan terdiri dari tanaman yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk melanjutkan pertumbuhan tanaman tersebut di lokasi baru (Adriance dan Brison 1971). Pemindahan atau penanaman bibit berupa semai dari pembibitan ke lapangan dapat dilakukan setelah bibit dari pembibitan tersebut sudah kuat (siap ditanam) (Pelupessy 2007).

Selain pembibitan, ada pula cara tanam langsung ke lapangan. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah (Pelupessy 2007). Keuntungan utama dari tanam langsung adalah kemampuan menanam di areal yang luas secara cepat dengan tangan. Biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tanam di pembibitan (Douglas et al. 2007). Menurut Harjadi (1989) tanam langsung dilakukan pada tanaman yang sukar dipindahtanamkan atau yang harga individunya tidak memungkinkan kerepotan dan biaya transplanting. Walaupun tanam langsung memerlukan tenaga kerja lebih sedikit daripada transplanting, yang menjadi faktor pembatasnya ialah pengendalian gulma. Dalam tanam langsung, jarak tanam merupakan faktor penting untuk diperhatikan agar terhindar kebutuhan penjarangan atau penyulaman.

Pupuk Kandang

(21)

5 ke dalam dua bentuk. Bentuk yang pertama ialah sebagai bahan padat (feses) dan bentuk kedua adalah bahan cair (urin) (Sarief 1985). Pupuk kandang merupakan bahan organik yang berpengaruh terhadap pasokan hara tanah dan tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah, antara lain struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi (Atmojo 2003). Pupuk kandang juga merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan mudah diperoleh (Fitriani 2012). Pupuk kandang secara ekonomis dan ekologis ramah lingkungan yang juga memainkan peranan penting dalam biologi tanah, kimia, dan fisika (Suthar 2009).

Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang bermanfaat pada kualitas tanah dan sumberdaya alternatif yang sangat baik daripada pupuk kimia (Li et al. 2011). Ciri-ciri pupuk kandang yang matang adalah tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna coklat tuas, tampak kering, tidak merasa panas bila dipegang, dan gembur bila diremas (Sumaryono 2004).

Susanti et al. (2007) melaporkan bahwa dosis 15 ton ha-1 pupuk kandang ayam memberikan bobot kering daun (10.73 g tanaman-1) dan bobot umbi kering (6.36 g tanaman-1) tertinggi pada tanaman kolesom. Putra (2010) memaparkan bahwa dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam pada bawang merah menghasilkan bobot segar umbi tertinggi (19.70 ton ha-1), yaitu 16.9% lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk kandang tetapi tidak berbeda dengan berat umbi pada dosis 15 dan 45 ton ha-1. Simatupang (2010) melaporkan bahwa dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam memberikan rata-rata produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang masing-masing 5.16 dan 4.52 g bobot kering total.

Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali proses pengeringan (Ferryanto 2013; Herawati et al. 2012). Simplisia disebut juga bahan yang dikeringkan (Ferryanto 2013). Simplisia merupakan hasil proses sederhana dari herba tanaman obat yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat (εa’mun et al. 2006). Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman (Ferryanto 2013).

(22)

6

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penanaman dilakukan di instalasi kebun UKBB (Unit Konservasi dan Budidaya Biofarmaka) Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor. Penelitian ini dimulai dari Oktober 2013 hingga Maret 2014.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah stek batang kumis kucing aksesi Kebun Biofarmaka Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor yang merupakan klon kumis kucing berbunga putih (West Java Variety), pupuk kandang sapi, dan kapur 1 ton ha-1.

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah polybag berukuran 5 cm x 10 cm, alat ukur, gunting stek, timbangan analitik, oven, dan alat-alat lainnya untuk menunjang pelaksanaan penelitian.

Rancangan Percobaan

Percobaan disusun menggunakan rancangan petak terbagi split-plot dengan rancangan lingkungan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) yang terdiri atas 2 faktor, yaitu dosis pupuk kandang sebagai petak utama dan jumlah buku sebagai anak petak. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 10, 20, dan 30 ton ha-1, sedangkan faktor kedua adalah jumlah buku yang terdiri atas 6 taraf, yaitu tanam tidak langsung: bibit; serta tanam langsung: 1, 2, 3, 4, dan 5 buku dengan jumlah ulangan empat kali sehingga terdapat 96 satuan percobaan. Satuan percobaan berupa petakan berukuran 1.5 m x 1.5 m dengan populasi per petak 25 tanaman sehingga jumlah tanaman yang dibutuhkan sebanyak 2400 tanaman. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 9 tanaman yang diambil dari tanaman selain tanaman pinggir.

Analisis statistik yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: Yijk= µ + αi+ βj+ k + αik + (αβ)ij+ ijk

Keterangan:

µ = Nilai tengah percobaan

αi = Pengaruh perlakuan dosis pupuk kandang ke-i (i = 1, 2, 3, 4)

β = Pengaruh perlakuan jumlah buku ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6)

k = Pengaruh pengelompokan ke-k (k = 1, 2, 3, 4)

αik = Komponen acak dari petak utama yang menyebar normal

(23)

7 Analisis Data

Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila hasil sidik ragam (uji F) menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) dan uji kontras polinomial-orthogonal.

Prosedur Percobaan Pembibitan

Bahan tanam yang dipersiapkan adalah stek batang kumis kucing aksesi Kebun Biofarmaka Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor. Stek batang dibibitkan terlebih dahulu pada polybag berukuran 5 cm x 10 cm di bawah naungan. Stek yang digunakan adalah stek dengan 1 buku.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan mencakup kegiatan pengolahan tanah menggunakan cangkul dan penghancuran bongkahan tanah. Petak yang dibuat berukuran 1.5 m x 1.5 m sehingga diperoleh luasan per petak 2.25 m2. Tanah yang sudah dibuat petak diberi kapur dan dibiarkan selama 2 minggu sebelum penanaman, serta diberi pupuk kandang dengan dosis yang berbeda-beda sesuai perlakuan dan dibiarkan selama 1 minggu sebelum penanaman.

Penyiapan Bibit dan Penanaman

Bahan tanam berupa stek batang kumis kucing yang sudah berakar yang sudah dibibitkan selama 3 minggu dan stek batang kumis kucing yang belum berakar dipersiapkan terlebih dahulu untuk ditanam di lapang. Penanaman stek batang kumis kucing yang melalui pembibitan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 30 cm. Stek batang yang ditanam dengan cara tanam langsung cukup ditancapkan pada petakan yang sudah disediakan. Stek batang yang digunakan adalah stek yang jumlah bukunya berbeda-beda sesuai perlakuan.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penggemburan tanah, penyulaman, penyiraman, pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiangan gulma. Penyulaman dilakukan pada 1 MST untuk tetap menjaga pertanaman pada populasi yang telah ditentukan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara dicabut dengan tangan setiap seminggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan membuang hama yang menyerang pada bagian tanaman. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu pada saat kondisi tanah kering, sedangkan pada musim hujan tidak dilakukan penyiraman. Panen

(24)

8

Pascapanen

Pascapanen dilakukan dengan cara memisahkan daun, batang, dan bunga, serta menimbang bobot basah daun, batang, dan bunga. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven bersuhu 50–60 oC selama 2 hari atau cahaya matahari, lalu ditimbang bobot kering daun, batang, dan bunga.

Pengamatan

a. Komponen pertumbuhan tanaman kumis kucing diamati pada 9 tanaman contoh. Peubah yang diamati antara lain:

1. Persentase tumbuh

Persentase tumbuh merupakan rasio jumlah tanaman yang tumbuh terhadap tanaman keseluruhan. Pengamatan dilakukan pada 1 MST.

2. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengamatan dilakukan mulai dari 1 MST hingga 6 MSP.

3. Jumlah tunas

Dihitung dari banyaknya tunas yang muncul minimal satu buah pada semua buku utama. Pengamatan dilakukan mulai dari 1 MST hingga 6 MSP. 4. Jumlah daun

Dihitung berdasarkan banyaknya daun yang sudah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan mulai dari 1 MST hingga 6 MSP.

5. Panjang tunas

Diukur dari pangkal sampai dengan ujung tunas. Pengamatan dilakukan mulai dari 1 MST hingga 6 MSP.

6. Indeks luas daun (ILD)

Luas daun per tanaman dilakukan setelah panen pertama dan kedua yang ditentukan dengan metode penimbangan, dengan menggunakan rumus (Syahadat 2012):

Indeks luas daun (ILD) ditentukan dengan menggunakan rumus: ILD = LD percobaan. Peubah yang diamati antara lain:

1. Bobot basah total

(25)

9 2. Bobot basah daun

Bobot basah daun adalah berat basah daun yang ditimbang pada setiap petak. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua.

3. Bobot basah batang

Bobot basah batang adalah berat basah batang yang ditimbang pada setiap petak. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua. 4. Bobot basah bunga

Bobot basah bunga adalah berat basah bunga yang ditimbang pada setiap petak. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua. 5. Bobot kering total

Bobot kering total adalah berat kering keseluruhan yang mencakup berat daun, batang, dan bunga yang ditimbang pada setiap petak melalui pemanasan dengan oven pada suhu 50–60 oC selama 2 hari atau cahaya matahari. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua. 6. Bobot kering daun

Bobot kering daun adalah berat kering daun yang ditimbang pada setiap petak melalui pemanasan dengan oven pada suhu 50–60 oC selama 2 hari atau cahaya matahari. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua.

7. Bobot kering batang

Bobot kering batang adalah berat kering batang yang ditimbang pada setiap petak melalui pemanasan dengan oven pada suhu 50–60 oC selama 2 hari atau cahaya matahari. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua.

8. Bobot kering bunga

Bobot kering bunga adalah berat kering bunga yang ditimbang pada setiap petak melalui pemanasan dengan oven pada suhu 50–60 oC selama 2 hari atau cahaya matahari. Penimbangan dilakukan setelah panen periode pertama dan kedua.

9. Produktivitas daun segar dan kering per hektar

Produktivitas daun segar dan kering per hektar diperoleh dengan menghitung produktivitas berdasarkan luasan per petak dengan mengkonversikan luasan 1 ha dengan rumus:

Produktivitas (ton ha-1) = 10 000 m2 x Bobot daun per petak (g) Luasan per petak (m2)

10. Kadar air daun, batang, dan bunga

Data bobot basah dan kering dapat digunakan untuk mengetahui kadar air dengan menggunakan rumus:

Kadar air (%) = Bobot basah – bobot kering x 100% Bobot basah

11. Rendemen simplisia daun, batang, dan bunga

Perbandingan antara bobot kering dengan bobot basah digunakan untuk mengetahui rendemen simplisia dengan menggunakan rumus:

(26)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Rata-rata curah hujan selama penelitian berdasarkan data curah hujan dari BMKG Darmaga, Bogor tahun 2014 adalah 385.3 mm bulan-1, rata-rata suhu udara 25.35 oC, dan rata-rata kelembaban udara 72.56%. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari tahun 2014 yaitu 702 mm, dan terendah pada bulan November tahun 2013 yaitu 187 mm (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah tahun 2013, lahan yang digunakan pada percobaan ini tergolong masam dengan pH H2O sebesar 4.7. Kandungan C-organik dan N-total tergolong

rendah masing-masing yaitu 1.52% dan 0.15%. Kapasitas tukar kation (KTK) yang dimiliki tergolong rendah yaitu 9.47 cmol(+) kg-1, sedangkan kejenuhan basanya sedang yaitu 47%. Lahan percobaan memiliki tekstur tanah berdebu karena kandungan debu lebih tinggi daripada liat dan pasir (Lampiran 2).

Tabel 1 Persentase tumbuh tanaman kumis kucing pada 1 MST

Perlakuan Persentase tumbuh (%)a

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

0 94.33

10 95.67

20 92.17

30 93.50

Jumlah buku

TTL (bibit) 98.75a

TL (buku):

1 96.00ab

2 94.25abc

3 93.00bc

4 92.00bc

5 89.50c

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); MST: Minggu setelah tanam; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

(27)

11 Sinthuprama (1980) bahwa stek yang lebih pendek mempunyai persentase daya tumbuh yang lebih kecil karena kehilangan bahan makanan akan lebih cepat.

Kematian stek sehingga mengering ini diakibatkan oleh gagalnya stek dalam tahap inisiasi perakaran (Febriana 2009). Stek itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di lapang. Selain itu, waktu penanaman yang dilakukan hingga siang hari sehingga tanaman banyak yang kering pada stek yang lebih banyak jumlah bukunya. Menurut Harjadi (1989) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek, yaitu asal stek, panjang stek, serta lingkungan (media pengakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya).

Hama tanaman yang menyerang tanaman kumis kucing adalah ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan ulat daun. Pemberantasan hama ulat jengkal dan ulat daun dilakukan dengan membuang daun yang terserang hama atau membuang hama tersebut secara manual. Bagian tanaman yang biasanya diserang adalah daun dan batang. Akan tetapi, kedua hama tersebut tidak terlalu mengganggu pertumbuhan kumis kucing.

Gambar 1 Kondisi umum percobaan: a) Lahan penelitian yang digunakan; b) Pengaplikasian kapur; c) Pengaplikasian pupuk kandang; dan d) Lahan kumis kucing pada umur 4 MSP

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan kondisi umum pertumbuhan kumis kucing untuk semua petak percobaan pada periode panen pertama dan kedua. Dosis pupuk kandang menunjukkan nilai yang berbeda pada peubah tinggi tanaman 4–6 MST dan 1–6 MSP, jumlah daun 3–6 MST dan 1–6 MSP, panjang tunas 3–6 MST, serta indeks luas daun. Jumlah buku menunjukkan nilai yang berbeda pada semua peubah komponen pertumbuhan.

c d

a a

(28)

12

Interaksi antara dosis pupuk kandang dengan jumlah buku mempengaruhi jumlah tunas 1 MST, panjang tunas 5–6 MST, serta jumlah daun 1, 2, 3, 5, dan 6 MSP. Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan kumis kucing

pada periode panen pertama dan kedua

Peubah Umur

*: Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn: Tidak nyata; KK: Koefisien keragaman; MST: Minggu setelah tanam; MSP: Minggu setelah panen; tr: Transformasi akar; (-): Tidak dilakukan pengamatan.

(29)

13 Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen hasil panen kumis kucing pada

periode panen pertama dan kedua

*: Berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: Berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn: Tidak nyata; KK: Koefisien keragaman; MST: Minggu setelah tanam; MSP: Minggu setelah panen; tr: Transformasi akar

Hasil Tinggi Tanaman

(30)

14

Tabel 4 Tinggi tanaman kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua Perlakuan

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; MST: Minggu setelah tanam; MSP: Minggu setelah panen; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

(31)

15

Gambar 2 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada 6 MST dan 6 MSP

Gambar 3 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST dan 6 MSP

Jumlah Tunas

(32)

16

Tabel 5 Jumlah tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua Perlakuan

Umur

1 2 3 4 5 6

Panen 1 (MST)a

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

0 3.21 3.96 4.23 4.38 4.46 4.61

10 3.58 4.22 4.47 4.57 4.70 4.77

20 3.24 4.03 4.33 4.42 4.75 4.84

30 3.32 4.34 4.62 4.76 5.03 5.04

Respon tn tn tn tn tn tn

Jumlah buku

TTL (bibit) 1.72d 1.72e 1.72e 1.77e 1.92e 1.96e TL (buku):

1 1.75d 1.77e 1.80e 1.82e 1.93e 2.02e

2 3.08c 3.67d 3.79d 3.87d 4.07d 4.13d

3 3.91b 4.84c 5.07c 5.27c 5.52c 5.61c

4 4.53a 5.81b 6.29b 6.58b 6.74b 6.79b

5 5.05a 7.06a 7.80a 7.88a 8.22a 8.38a

Respon *lin **lin **lin **lin **lin **lin Panen 2 (MSP)a

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

0 3.23 3.19 3.21 3.19 3.19 3.19

10 3.38 3.38 3.29 3.30 3.30 3.30

20 3.48 3.48 3.36 3.29 3.29 3.29

30 3.40 3.40 3.29 3.30 3.30 3.30

Respon tn tn tn tn tn tn

Jumlah buku

TTL (bibit) 1.79d 1.77c 1.76d 1.77c 1.77c 1.77c TL (buku):

1 2.06d 2.02d 1.99d 1.98c 1.98c 1.98c

2 3.32c 3.32c 3.30c 3.29b 3.29b 3.29b

3 4.12b 4.12b 3.98b 3.99a 3.99a 3.99a

4 4.32ab 4.32ab 4.24ab 4.15a 4.15a 4.15a

5 4.61a 4.61a 4.44a 4.42a 4.42a 4.42a

Respon *lin *lin *lin **lin **lin **lin

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; MST: Minggu setelah tanam; MSP: Minggu setelah panen; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

(33)

17 Tabel 6 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah

buku terhadap jumlah tunas pada 1 MST Jumlah buku

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)a

0 10 20 30

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); MST: Minggu setelah tanam; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

Gambar 4 Respon jumlah tunas kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST dan 6 MSP

Jumlah Daun

Tabel 8 menunjukkan jumlah daun kumis kucing pada periode panen pertama. Jumlah daun meningkat setiap minggunya. Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada 3–6 MST. Stek yang diberi pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 memiliki jumlah daun terbanyak, dan terendah dimiliki oleh stek yang tidak diberi pupuk kandang. Jumlah buku juga memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Jumlah daun terbanyak dimiliki oleh stek yang ditanam tidak langsung, tetapi tidak berbeda dengan stek 5 buku yang ditanam langsung.

(34)

18

Tabel 7 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap jumlah daun pada periode panen kedua

Umur (MSP)

Jumlah buku

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)a

0 10 20 30

5 TTL (bibit) 283.61abc 280.25abc 283.02abc 296.86a

TL (buku):

1 270.24abc 258.50abc 284.40abc 245.42c

2 259.56abc 247.69bc 282.31abc 292.67ab

3 270.42abc 269.51abc 283.33abc 268.39abc

4 257.97abc 261.33abc 269.30abc 272.87abc

5 244.53c 255.23abc 277.50abc 269.50abc

6 TTL (bibit) 318.61ab 315.25ab 318.02ab 331.86a

TL (buku):

1 305.24abc 293.50abc 319.40ab 280.42bc

2 294.56abc 282.69bc 317.31ab 327.67a

3 305.42abc 304.51abc 318.33ab 303.39abc

4 292.97abc 296.30abc 304.30abc 307.87abc

5 279.53bc 265.23c 312.50ab 304.50abc

a

(35)

19 Tabel 8 Jumlah daun kumis kucing pada periode panen pertama

Perlakuan

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; MST: Minggu setelah tanam; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

(36)

20

Gambar 6 Respon jumlah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST

Panjang Tunas

Data pada Tabel 10 menunjukkan panjang tunas pada periode panen pertama dan kedua. Dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas pada 1–2 MST dan 1–6 MSP, sedangkan pada 3–6 MST memberikan pengaruh terhadap panjang tunas. Stek yang diberi pupuk kandang dosis 10, 20, dan 30 ton ha-1 menghasilkan panjang tunas yang tidak berbeda pada periode panen pertama. Jumlah buku memberikan pengaruh terhadap panjang tunas pada periode panen pertama maupun kedua. Bibit yang ditanam tidak langsung menghasilkan panjang tunas tertinggi pada 6 MST, sedangkan pada 6 MSP dimiliki oleh stek dengan 1 buku yang ditanam langsung.

Tabel 9 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap panjang tunas pada 5 dan 6 MST

Umur

(MST) Jumlah buku

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)a

0 10 20 30

1 16.84cdef 23.60bc 18.27cde 17.22cdef 2 11.25defg 13.65cdefg 14.59cdefg 18.08cde 3 7.20efg 15.47cdefg 15.15cdefg 7.75efg 4 9.97defg 12.00defg 5.83fg 10.20defg

5 5.25g 11.55defg 7.29efg 10.14defg

a

(37)

21 Tabel 10 Panjang tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua Perlakuan

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; MST: Minggu setelah tanam; MSP: Minggu setelah panen; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

Pada Tabel 9 menunjukkan adanya interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap panjang tunas saat 5 dan 6 MST. Kombinasi terbaik dimiliki oleh stek yang diberi pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 yang ditanam tidak langsung yaitu 32.87 cm pada 5 MST dan 43.77 cm pada 6 MST. Indeks Luas Daun (ILD)

(38)

22

indeks luas daun tertinggi pada periode panen pertama maupun kedua. Jumlah buku memberikan pengaruh pada periode panen pertama, akan tetapi tidak memberikan pengaruh pada periode panen kedua. Stek dengan 2 dan 5 buku yang ditanam langsung menghasilkan indeks luas daun yang sama dengan tanaman yang ditanam tidak langsung pada periode panen pertama.

Tabel 11 Indeks luas daun (ILD) kumis kucing pada periode kuadratik; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

Gambar 7 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada periode panen pertama dan kedua

(39)

23

Gambar 8 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada periode panen pertama

Bobot Basah Daun, Batang, Bunga, dan Total

Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap bobot basah daun, batang, dan total pada periode panen pertama, serta bobot basah daun, batang, bunga, dan total pada periode panen kedua (Tabel 12). Stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 menghasilkan bobot basah daun, batang, bunga, dan total tertinggi, tetapi tidak berbeda dengan dosis 10 dan 20 ton ha-1 pada periode panen pertama. Stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 pada periode panen kedua juga menghasilkan bobot basah daun, batang, bunga, dan total yang tertinggi.

Jumlah buku memberikan pengaruh terhadap bobot basah daun, batang, bunga, dan total pada periode panen pertama, tetapi tidak memberikan pengaruh pada periode panen kedua untuk semua peubah komponen hasil panen (Tabel 12). Stek yang ditanam tidak langsung memiliki hasil tertinggi untuk semua peubah komponen hasil panen pada periode panen pertama maupun kedua. Stek dengan 5 buku yang ditanam langsung memiliki bobot basah daun tertinggi dibandingkan dengan stek lainnya yang ditanam secara langsung.

Dosis pupuk kandang mempengaruhi produktivitas daun segar per hektar pada periode panen pertama dan kedua (Tabel 12). Tanaman yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 menghasilkan produktivitas daun segar per hektar tertinggi, tetapi tidak berbeda dengan dosis 10 dan 20 ton ha-1 dibandingkan dengan tanpa diberi pupuk kandang pada periode panen pertama, tetapi pada periode panen kedua stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 tidak berbeda dengan dosis 10 ton ha-1 serta cenderung lebih tinggi dibandingkan dosis 20 ton ha-1 dan tanpa diberi pupuk kandang. Jumlah buku hanya mempengaruhi produktivitas daun segar per hektar pada periode panen pertama. Bibit yang ditanam secara tidak langsung menghasilkan produktivitas daun segar per hektar tertinggi dibandingkan dengan stek lainnya yang ditanam langsung, tetapi tidak berbeda dengan stek 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama.

(40)

24

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung

(41)

25 Tabel 13 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku

terhadap bobot basah batang pada periode panen kedua Jumlah

buku

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)a

0 10 20 30

TTL (bibit) 924.00abc 1452.50abc 1467.50abc 1567.80abc TL (buku):

1 936.00abc 1264.00abc 937.30abc 1081.00abc 2 892.80abc 942.50abc 1146.30abc 1757.80a 3 1003.80abc 1255.80abc 1116.00abc 1157.30abc 4 984.50abc 1257.00abc 1015.50abc 1373.00abc 5 661.30c 1437.30abc 779.30bc 1597.30ab pupuk kandang pada periode panen pertama dan kedua

Gambar 10 Respon bobot basah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada periode panen pertama

(42)

26

Bobot Kering Daun, Batang, Bunga, dan Total

Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap bobot kering daun, batang, dan total pada periode panen pertama, serta pada periode panen kedua memberikan pengaruh terhadap bobot kering daun, batang, bunga, dan total (Tabel 14). Stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 menghasilkan bobot kering daun, batang, bunga, dan total tertinggi. Stek dengan pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 mempunyai hasil yang berbeda dengan tanpa diberi pupuk kandang (0 ton ha-1) pada periode panen pertama dan kedua, tetapi tidak berbeda dengan pupuk kandang dosis 10 dan 20 ton ha-1 pada periode panen pertama untuk semua komponen hasil panen dan bobot kering daun pada periode panen kedua.

Jumlah buku memberikan pengaruh terhadap bobot kering daun, batang, dan total pada periode panen pertama, serta pada periode panen kedua memberikan pengaruh terhadap bobot kering daun dan total. Bibit yang ditanam tidak langsung memiliki bobot kering daun tertinggi. Bobot kering daun pada bibit yang ditanam tidak langsung tidak berbeda dengan stek 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama, serta stek 2, 4, dan 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen kedua.

Gambar 11 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada periode panen pertama dan kedua

Gambar 12 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada periode panen pertama dan kedua

(43)

27 Tabel 14 Bobot kering daun, batang, bunga, dan total kumis kucing per petak

pada periode panen pertama dan kedua

Perlakuan

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); lin: linier, kuad: kuadratik; TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

(44)

28

produktivitas daun kering per hektar tertinggi dibandingkan dengan stek lainnya yang ditanam langsung, tetapi tidak berbeda dengan stek 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama, serta stek 2, 4, dan 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen kedua.

Kadar Air Daun, Batang, dan Bunga

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh hasil bahwa dosis pupuk kandang dan jumlah buku tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air daun, batang, dan bunga pada periode panen pertama dan kedua. Kadar air bunga cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar air daun dan batang pada periode panen pertama maupun kedua. Stek yang tidak diberi pupuk kandang menghasilkan kadar air daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang diberi pupuk kandang dosis 10 ton ha-1 pada periode panen pertama, dan stek yang tidak diberi pupuk kandang menghasilkan kadar air daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang diberi pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 pada periode panen kedua. Stek 5 buku yang ditanam langsung menghasilkan kadar air daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek 4 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama, sedangkan pada periode panen kedua stek yang tidak ditanam langsung menghasilkan kadar air daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek 4 buku yang ditanam langsung.

Tabel 15 Kadar air daun, batang, dan bunga pada periode panen pertama dan kedua

Perlakuan Kadar air (%)

a

Daun Batang Bunga Daun Batang Bunga Periode 1 Periode 2

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

0 82.39 82.94 85.76 86.08 85.91 86.49

10 81.71 83.15 84.86 84.63 85.29 85.95 20 82.25 83.31 84.57 84.29 85.45 87.62 30 82.14 83.33 84.13 85.42 85.04 86.72 Rata-rata 82.12 83.18 84.83 85.11 85.42 86.70

Respon tn tn tn tn tn tn

Jumlah buku

TTL (bibit) 82.08 81.84 84.83 86.26 85.61 86.28 TL (buku):

1 82.41 82.82 88.40 85.12 84.74 85.39

2 82.21 83.97 87.03 86.10 85.28 85.81

3 82.04 83.59 81.88 84.88 85.43 87.96

4 81.49 83.48 81.66 83.96 85.81 87.57

5 82.51 83.49 81.82 84.32 85.67 87.18

Rata-rata 82.12 83.20 84.27 85.11 85.42 86.70

Respon tn tn tn tn tn tn

a

(45)

29 Rendemen Simplisia Daun, Batang, dan Bunga

Dosis pupuk kandang dan jumlah buku tidak mempengaruhi rendemen simplisia daun, batang, dan bunga (Tabel 16). Rendemen simplisia yang dihasilkan berkisar antara 12.37–18.51% pada periode panen pertama maupun kedua. Rendemen simplisia daun cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan rendemen simplisia batang dan bunga pada periode panen pertama maupun kedua. Stek yang diberi pupuk kandang dosis 10 ton ha-1 menghasilkan rendemen simplisia daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang tidak diberi pupuk kandang pada periode panen pertama, sedangkan pada periode panen kedua stek yang diberi pupuk kandang dosis 10 ton ha-1 menghasilkan rendemen simplisia daun lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa diberi pupuk kandang. Stek 4 buku yang ditanam langsung menghasilkan rendemen simplisia daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek 5 buku yang ditanam langsung pada periode panen pertama, sedangkan pada periode panen kedua stek 4 buku yang ditanam langsung menghasilkan rendemen simplisia daun lebih tinggi dibandingkan stek yang ditanam secara tidak langsung.

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan); TTL: Tanam tidak langsung; TL: Tanam langsung.

Korelasi Antar Peubah Komponen Pertumbuhan dan Hasil Panen

(46)

30

Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada periode panen pertama terdapat pada Tabel 17. Hasil korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen kumis kucing yang diuji menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi positif terhadap tinggi tanaman, panjang tunas, indeks luas daun, bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering daun, dan bobot kering total. Jumlah tunas berkorelasi negatif terhadap panjang tunas. Indeks luas daun, bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering daun, dan bobot kering total berkorelasi positif terhadap semua komponen pertumbuhan dan hasil panen, tetapi tidak berkorelasi terhadap jumlah tunas.

Bobot basah total memiliki nilai korelasi positif yang paling besar terhadap bobot kering total dibandingkan peubah lainnya (r = 0.992**). Jumlah daun memiliki nilai korelasi positif terendah terhadap jumlah tunas (r = 0.237*). Bobot basah total memiliki nilai koefisien korelasi yang sangat kuat terhadap bobot kering total, sedangkan jumlah daun memiliki nilai koefisien korelasi yang rendah terhadap jumlah tunas pada periode panen pertama.

Tabel 17 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada periode panen pertama

Peubaha TT JT JD PT ILD BBD BBT BKD

JT 0.160tn

(0.120)

JD 0.794** 0.237*

(0.000) (0.020)

PT 0.577** -0.587** 0.448**

(0.000) (0.000) (0.000)

ILD 0.479** 0.015tn 0.469** 0.373**

(0.000) (0.883) (0.000) (0.000)

BBD 0.630** 0.042tn 0.706** 0.553** 0.552**

(0.000) (0.684) (0.000) (0.000) (0.000)

BBT 0.660** -0.025tn 0.718** 0.584** 0.687** 0.942**

(0.000) (0.806) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000)

BKD 0.640** 0.056tn 0.712** 0.533** 0.555** 0.979** 0.932**

(0.000) (0.591) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000)

BKT 0.674** -0.036tn 0.722** 0.591** 0.673** 0.936** 0.992** 0.942**

(0.000) (0.736) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000)

a

TT: Tinggi tanaman (cm); JT: Jumlah tunas (buah); JD: Jumlah daun (helai); PT: Panjang tunas (cm); ILD: Indeks luas daun; BBD: Bobot basah daun (g); BBT: Bobot basah total (g); BKD: Bobot kering daun (g); BKT: Bobot kering total.

(47)

31 berkorelasi negatif terhadap panjang tunas. Indeks luas daun berkorelasi positif terhadap bobot basah daun dan bobot kering daun.

Bobot basah total memiliki nilai koefisien korelasi positif lebih tinggi dibandingkan peubah lainnya (r = 0.924**). Indeks luas daun memiliki nilai koefisien korelasi positif terendah terhadap panjang tunas dibandingkan peubah lainnya (r = 0.034*). Bobot basah total memiliki nilai koefisien korelasi yang sangat kuat terhadap bobot kering total, sedangkan indeks luas daun memiliki nilai koefisien korelasi yang sangat rendah terhadap panjang tunas pada periode panen kedua.

Tabel 18 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada periode panen kedua

Peubaha TT JT JD PT ILD BBD BBT BKD

JT -0.160tn

(0.119)

JD 0.503** -0.134tn

(0.000) (0.194)

PT 0.041tn 0.165tn 0.020tn

(0.690) (0.107) (0.845)

ILD 0.299tn 0.063tn 0.067tn 0.034tn

(0.003) (0.545) (0.518) (0.744)

BBD 0.155tn -0.007tn 0.020tn -0.170tn 0.568**

(0.132) (0.950) (0.846) (0.097) (0.000)

BBT 0.172tn -0.026tn -0.016tn -0.215tn 0.541** 0.980**

(0.094) (0.803) (0.874) (0.035) (0.000) (0.000)

BKD 0.172tn -0.112tn -0.004tn -0.305* 0.487** 0.837** 0.841**

(0.094) (0.275) (0.968) (0.003) (0.000) (0.000) (0.000)

BKT 0.183tn -0.112tn -0.069tn -0.316* 0.546** 0.896** 0.924** 0.882**

(0.074) (0.276) (0.506) (0.002) (0.000) (0.000) (0.000) (0.000)

a

TT: Tinggi tanaman (cm); JT: Jumlah tunas (buah); JD: Jumlah daun (helai); PT: Panjang tunas (cm); ILD: Indeks luas daun; BBD: Bobot basah daun (g); BBT: bobot basah total (g); BKD: Bobot kering daun (g); BKT: Bobot kering total.

Pembahasan

(48)

32

ketersediaan unsur hara tanah melalui proses fisik, kimia, dan biologi. Mekanisme penyediaan unsur hara melalui proses fisik antara lain perbaikan tekstur dan struktur tanah, peningkatan porositas tanah, peningkatan kemampuan menahan air, dan penurunan laju erosi tanah pada lahan berlereng. Proses kimia melalui peningkatan kapasitas pertukaran kation dan anion, peningkatan pH tanah, peningkatan daya sanggah tanah, serta peningkatan keharaan tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.

Penggunaan stek 4 dan 5 buku yang ditanam langsung juga memiliki pertumbuhan dan hasil panen yang sama dengan bibit yang ditanam tidak langsung pada periode panen kedua. Hal ini dapat diduga bahwa penggunaan stek 4 buku yang ditanam langsung lebih efisien dan efektif, serta tidak memerlukan biaya yang lebih banyak untuk membeli bahan stek dibandingkan dengan stek 5 buku.

Tinggi tanaman pada dosis 10, 20, dan 30 ton ha-1 pupuk kandang lebih tinggi 30.69% daripada tanpa pemberian pupuk kandang pada 6 MST, dan 9.53% pada 6 MSP. Aplikasi pupuk kandang sampai dosis 30 ton ha-1 memiliki respon linier saat 6 MST dengan persamaan Y = 0.192x + 24.82 (R2 = 0.786). Hal ini berarti pemberian pupuk kandang masih meningkatkan tinggi tanaman sampai dengan dosis 30 ton ha-1 pada 6 MST. Berdasarkan hasil penelitian Simatupang (2010) dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam memberikan rata-rata pertumbuhan dan produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang. Tanaman yang diberi pupuk kandang diduga mendapat tambahan N, P, dan K daripada tanpa pemberian pupuk kandang. Menurut penelitian Susanti et al. (2007) pupuk kandang sebagai faktor luar pada tanaman kolesom dapat memberikan hara yang cukup tinggi bagi pertumbuhan tanaman.

(49)

33 itu, stek dengan 3, 4, dan 5 buku yang ditanam langsung memiliki cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan stek 1 dan 2 buku.

Jumlah tunas hanya dipengaruhi oleh jumlah buku. Cara tanam langsung dengan menggunakan stek 5 buku memiliki jumlah tunas terbanyak dibandingkan dengan stek lainnya yang ditanam langsung. Hal ini diduga oleh semakin banyak jumlah buku, maka semakin banyak pula jumlah tunasnya karena pada buku tersebut terdapat mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas baru. Pada periode panen kedua menghasilkan penurunan jumlah tunas dari periode panen pertama. Hal ini diduga karena tanaman dipanen pada ketinggian 10–15 cm dari permukaan tanah sehingga sebagian buku yang memiliki tunas ikut terpanen. Tanaman yang menggunakan stek dengan 1 buku yang ditanam langsung memiliki jumlah tunas yang sama dengan bibit yang ditanam tidak langsung. Hal ini diduga oleh jumlah buku di pembibitan berjumlah satu sehingga cenderung menghasilkan jumlah tunas yang sama dengan stek 1 buku yang ditanam langsung. Pada 1 MST, stek 2 buku menghasilkan 1–2 buah tunas, stek 3 buku menghasilkan 3–4 buah tunas, stek 4 buku menghasilkan 3–5 buah tunas, dan stek 5 buku menghasilkan 4–6 buah tunas. Hal ini diduga bahwa pada tanaman yang menggunakan stek 2, 3, 4, dan 5 buku tidak selalu menghasilkan dua buah tunas pada setiap bukunya pada 1 MST. Penggunaan stek sampai dengan 5 buku memiliki respon linier saat 6 MST dengan persamaan Y = 1.538x + 1.844 (R2 = 0.8576). Hal ini berarti penggunaan stek masih meningkatkan jumlah tunas sampai dengan 5 buku pada 6 MST. Berdasarkan hasil penelitian Waluya (2011) stek ubi kayu dengan 10 mata tunas menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan dengan 4, 6, dan 8 mata tunas. Tunas lebih banyak karena bakal tunas pada stek dengan 10 mata tunas lebih banyak. Berdasarkan hasil penelitian Sparta et al. (2012) panjang stek 12.5–25 cm pada bibit buah naga memperlihatkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan panjang stek 10 cm. Panjang stek 10 cm pada bibit buah naga memperlihatkan pertumbuhan tunas yang kurang baik dibandingkan dengan panjang stek 12.5, 15, 17.5, 20, 22.5, dan 25 cm. Menurut Belehu dan Hammes (2004) pada stek ubi jalar didapatkan bahwa stek ubi jalar 3 buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dari stek 1 buku. Oleh karena itu, jumlah buku berkorelasi positif dengan jumlah tunas.

Pengamatan jumlah daun selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pembentukan biomassa tanaman (Suwandiyati 2009). Jumlah daun meningkat setiap minggunya, stek yang diberi pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 memiliki jumlah daun lebih banyak 55.62% dibandingkan dengan stek yang tidak diberi pupuk kandang (0 ton ha-1) pada 6 MST. Aplikasi pupuk kandang sampai dengan 30 ton ha-1 memiliki respon linier pada saat 6 MST dengan persamaan Y = 1.3463x + 84.303 (R2 = 0.7433). Hal ini berarti dosis pupuk kandang yang semakin tinggi belum menunjukkan jumlah daun kumis kucing yang optimum pada 6 MST.

(50)

34

dengan stek yang ditanam tidak langsung, dan stek 5 buku yang ditanam langsung memiliki jumlah daun yang lebih sedikit dari stek 2 buku. Hal ini diduga oleh curah hujan yang tinggi pada saat periode panen kedua yaitu bulan Januari hingga Maret tahun 2014 dengan rata-rata mencapai 440 mm bulan-1 dan nilai curah hujan ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan bulan Oktober hingga Desember tahun 2013 yaitu 331 mm bulan-1. Selain dapat mencukupi ketersediaan air bagi tanaman, curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban udara pun tinggi mencapai 88.33% sehingga diduga dengan kelembaban yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan tanaman rentan terserang hama, seperti ulat daun dan ulat jengkal sehingga daun-daun dimakan oleh hama tersebut. Penggunaan stek sampai dengan 5 buku memiliki respon linier pada 6 MST dengan persamaan Y = 16.184x + 48.046 (R2 = 0.9809). Hal ini berarti penggunaan stek masih dapat meningkatkan jumlah daun sampai dengan 5 buku.

Dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas pada 1–2 MST, sedangkan pada minggu selanjutnya memberikan pengaruh terhadap panjang tunas. Tetapi pada periode panen kedua, dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas. Sejalan dengan hasil penelitian Suwandiyati (2009) bahwa dosis pupuk kandang sapi tidak mampu meningkatkan panjang tunas tanaman nilam karena pupuk kandang sapi termasuk pupuk padat. Stek yang diberi pupuk kandang dengan dosis 10, 20, dan 30 ton ha-1 menghasilkan panjang tunas yang tidak berbeda pada 6 MSP, tetapi stek dengan pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 memiliki panjang tunas lebih tinggi 49.33% dibandingkan dengan tanpa diberi pupuk kandang pada 6 MST. Jumlah buku memberikan pengaruh terhadap panjang tunas pada periode panen pertama dan kedua. Pada pengamatan ini, panjang tunas yang dihasilkan tidak berbanding lurus dengan jumlah daun. Berbeda dengan penelitian Oktavia et al. (2010) bahwa semakin panjang tunas, maka akan semakin banyak daun yang terbentuk.

Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting karena pada daun terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Oleh karena itu, luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis pertumbuhan (Santoso dan Hariyadi 2008), sedangkan indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun total dengan luas tanah yang ditempati. Stek yang diberi pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 menghasilkan indeks luas daun lebih tinggi 130.77% pada periode panen pertama dan lebih tinggi 50% pada periode panen kedua dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang, namun tidak berbeda dengan dosis pupuk kandang 10 ton ha-1. Hal ini dapat diduga bahwa jumlah daun berkorelasi positif dengan indeks luas daun pada periode panen pertama, namun pada periode panen kedua tidak terdapat korelasi positif antara jumlah daun dan indeks luas daun.

(51)

35 indeks luas daun memungkinkan terjadinya proses fotosintesis yang lebih baik sehingga menghasilkan asimilat yang lebih tinggi.

Dosis pupuk kandang mempengaruhi bobot basah daun, bobot basah batang, dan bobot basah total pada periode panen pertama, serta bobot basah daun, bobot basah batang, bobot basah bunga, dan bobot basah total pada periode panen kedua. Tanaman yang berasal dari stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 memiliki hasil tertinggi, tetapi tidak berbeda dengan dosis 10 ton ha-1 pada semua peubah pada periode panen pertama. Pada periode panen kedua dosis pupuk kandang hanya mempengaruhi bobot basah daun, bobot basah batang, dan bobot basah total (Tabel 12). Berdasarkan hasil penelitian Januwati et al. (2002) penambahan pupuk kandang 5–15 ton ha-1 dapat meningkatkan bobot basah dan bobot kering daun lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang. Hal ini dapat diduga mengingat peranan pupuk kandang dalam memperbaiki sifat fisik, biologis, dan kimia tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Jumlah buku memberikan pengaruh terhadap bobot basah daun, bobot basah batang, bobot basah bunga, dan bobot basah total pada periode panen pertama. Pada periode panen kedua jumlah buku tidak memberikan pengaruh untuk semua peubah komponen hasil panen, yaitu bobot basah daun, bobot basah batang, bobot basah bunga, dan bobot basah total. Hal ini diduga oleh tinggi tanaman yang dihasilkan setelah panen rata-rata memiliki tinggi yang sama yaitu 10–15 cm dari permukaan tanah sehingga setelah panen pertama akan menghasilkan tinggi tanaman dan bobot basah panen total yang tidak berbeda ketika dipanen pada periode panen kedua. Stek 5 buku yang ditanam langsung memiliki hasil panen tertinggi dibandingkan stek lainnya yang ditanam langsung. Hal ini diduga oleh jumlah buku pada stek 5 buku lebih banyak sehingga menghasilkan tunas dan daun yang banyak pula, berkorelasi positif dengan hasil panen yang diperoleh. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun, dan indeks luas daun pada stek tersebut paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya sehingga berat basah panen total yang terbentuk juga tinggi. Menurut Sentosa (2013) bobot basah kumis kucing secara langsung dipengaruhi oleh jumlah daun. Jumlah tunas mempengaruhi bobot basah secara tidak langsung melalui jumlah cabang.

Biomassa daun digambarkan oleh bobot kering daun (Michael 2013). Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbohidrat (Kastono

et al. 2005). Stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 memiliki bobot kering daun, bobot kering batang, bobot kering bunga, dan bobot kering total tertinggi. Stek dengan pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 mempunyai bobot kering daun, bobot kering batang, bobot kering bunga, dan bobot kering total yang berbeda dengan stek tanpa diberi pupuk kandang, tetapi tidak berbeda dengan stek yang diberi pupuk kandang dosis 10 dan 20 ton ha-1 pada periode panen pertama. Bobot kering daun meningkat secara linier dengan pemberian dosis pupuk kandang sampai dengan dosis 30 ton ha-1 pada periode panen kedua mengikuti persamaan Y = 1.479x + 185.5 (R2 = 0.721).

(52)

36 Hasil korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen kumis kucing pada Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi positif terhadap tinggi tanaman, panjang tunas, indeks luas daun, bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering daun, dan bobot kering total. Semakin banyak jumlah daun, maka akan semakin tinggi bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering daun, dan bobot kering total. Sejalan dengan penelitian Samanhudi et al. (2010) jumlah daun dan luas daun berkorelasi positif terhadap berat kering total tanaman. Menurut Sentosa (2013) bobot kering kumis kucing hanya dipengaruhi secara langsung oleh bobot basah. Jumlah tunas tidak berpengaruh terhadap perubahan bobot kering.

Tanaman yang berasal dari stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 menghasilkan produktivitas daun segar per hektar lebih tinggi 69.51%, tetapi tidak berbeda dengan dosis 10 dan 20 ton ha-1 dibandingkan dengan tanpa diberi pupuk kandang pada periode panen pertama, tetapi pada periode panen kedua stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 tidak berbeda dengan dosis 10 ton ha-1 serta cenderung lebih tinggi 48.42% dibandingkan dosis 20 ton ha-1 dan tanpa diberi pupuk kandang. Jumlah buku hanya mempengaruhi produktivitas daun segar per hektar pada periode panen pertama. Bibit yang ditanam secara tidak langsung menghasilkan produktivitas daun segar per hektar tertinggi dibandingkan dengan stek lainnya yang ditanam langsung, tetapi tidak berbeda dengan stek 5 buku yang ditanam langsung. Produktivitas daun segar tertinggi adalah pada periode panen kedua yaitu stek yang diberi pupuk kandang dosis 30 ton ha-1 mencapai 5.64 ton ha-1, dan stek yang ditanam secara tidak langsung mencapai 5.08 ton ha-1.

Gambar

Gambar 1  Kondisi umum percobaan: a) Lahan penelitian yang digunakan; b)
Tabel 2  Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan kumis kucing
Tabel 3  Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen hasil panen kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua
Tabel 4  Tinggi tanaman kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini tentunya bertujuan untuk mengetahui unsur batin puisi Candi Sunyi, Ziarah Dzat, dan Wayang menyangkut tema, rasa, nada, amanat dalam puisi bersiap menjadi dongeng karya

TERCAPAI TERCAPAI  .. pembelajaran di kelas langkah-langkah yang dilakukan oleh widyaiswara LPMP Bengkulu adalah:1) Merumuskan tujuan instruksional, 2) Mempertimbangkan

Hasil penelitian menunjukkan: (1) penyebab kemajuan perkembangan matematika di negara-negara Islam pada abad pertengahan yakni gencarnya kegiatan penerjemahan karya-karya

Menurut Quraish Shihab bahwa objek membaca pada ayat-ayat yang menggunakan akar kata qara'a ditemukan bahwa ia terkadang menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari

3 Tahun 2017 diterbitkan, hakim PA Kudus belum pernah memutus perkara cerai gugat (perceraian yang di kehendaki istri) agar suami (Tergugat) dihukum untuk membayar nafkah

KEJUTAN KEMBAR Output Yd: C+I+G+NX ∆ Permintaan Akhir Penurunan output Perencanaan Spasial, Kelayakan, dll Permintaan Akhir Alokasi Penggunaan Tanah/Properti Konservasi

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan tamu di Jogjakarta Plaza Hotel khusus di bagian restoran maka para karyawan/ staf di department Food and Baverage Service

Orang yang telah menerima kasih karunia Allah akan hidup dalam kasih karunia tersebut tidak lagi mencintai dirinya dan segala yang dimiliki, tetapi