• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik pengering energi surya menggunakan ketebalan absorber porus 9 cm - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Karakteristik pengering energi surya menggunakan ketebalan absorber porus 9 cm - USD Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Mesin

Diajukan oleh :

AJI PRIMA BARUS NURCAHYA NIM : 055214048

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FALKUTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

Final Project

Presented as partitial fulfilment of the requirement as to obtain the Sarjana Teknik degree

in Mechanical Engineering

by

AJI PRIMA BARUS NURCAHYA Student Number : 055214048

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)
(6)

vi INTISARI

Sampai saat ini banyak daerah di Indonesia mengeringkan hasil pertanian

dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian

karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara

langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil

pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum

disimpan atau dipasarkan.

Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting khususnya pada

pengolahan hasil pertanian, karena cara pengeringan yang kurang baik dapat

mengakibatkan hasil pertanian menjadi kurang baik misalnya struktur vitaminnya

menjadi rusak, kotor karena debu dan kotoran, mudah berjamur karena lembab,

berubah warna atau berkecambah. Mengingat krisis global dan energi, perlu solusi

yang lain dalam pengeringan yaitu pembuatan pengering energi surya meng-

gunakan absorber porus.

Dalam penelitian ini variasi yang dilakukan adalah sudut buka udara

masuk (untuk mengatur udara masuk) dan kemiringan alat. Variasi bertujuan

mengetahui karakteristik pengering energi surya menggunakan absorber porus

yaitu mengetahui nilai temperatur maksimal, efisiensi kolektor, kelembaban relatif

yang dihasilkan alat pengering dengan menggunakan absorber porus. Pengukuran

dilakukan tiap 10 menit, dengan pengambilan data suhu kering dan suhu basah

udara masuk kolektor, udara setelah kolektor dan udara setelah beban yang

dikeringkan.

Pembuatan pengering energi surya dengan panjang 1,5 lebar 1 m dan

tebal 0,2 m, dan mengunakan porus dari alumunium dicat warna hitam. Setelah

dilakukan penelitian dengan variasi sudut buka udara masuk kolektor, dan

kemiringan alat, maka dapat diketahui nilai suhu udara maksimal terjadi pada saat

keluar kolektor sebesar 70,9 0C, efisiensi kolektor tertinggi 0,00206, kelembaban relatif udara terendah masuk kolektor adalah 23%, kelembaban relatif udara

terendah setelah kolektor adalah 11%, kelembaban relatif udara terendah setelah

(7)

vii

karuniaNya, sehingga tugas akhir yang berjudul ”KARAKTERISTIK

PENGERING ENERGI SURYA MENGGUNAKAN KETEBALAN ABSORBER

PORUS 9 CM“ ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah sebagai syarat

untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan adanya bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma.

3. Budi Sugiharto S.T.,M.T, selaku ketua Program Studi Teknik Mesin.

4. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.

5. Segenap staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis, sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

(8)

viii menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Bapak Sunyoto dan Ibu Tiwi yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

10.Bapak Purnomo dan Ibu Sri Rahayu yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis.

11.Dewi Endarwati yang selalu memberi dukungan, semangat, dan menemani

penulis dalam suka maupun duka, dan membuat hari-hari penuh warna.

12.Rigar Widi Sulistiawan dan Agustinus Jati Pradana, sebagai teman kelompok

dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

13.Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2005 yang telah memberikan

masukan-masukan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

14.Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah

ikut membantu dalam menyelesaikan Tuagas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang

perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan

dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga

Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.

Terima kasih.

(9)
(10)

x

Title page ... ii

Pengesahan ... iii

Pernyataan ... v

Intisari ... vi

Kata pengantar ... vii

Lembar Pernyataan Publikasi ... ix

Daftar isi ... x

Daftar gambar ………. xii

Daftar tabel ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan dan manfaat ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Prinsip Kerja ... 5

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Skema Alat ... 15

3.2 Variabel yang Divariasikan ... 16

3.3 Variabel yang Diukur ... 16

3.4 Langkah Penelitian ... 17

(11)

xi

4.3 Grafik dan Pembahasan ……… ……… 56

BAB V PENUTUP ……….. 72

5.1 Kesimpulan ………... 72

5.2 Saran ………. 73

Daftar Pustaka ………..………..………. 74

(12)

xii energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .………...….………… 56

Gambar 4.2 Grafik temperatur udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….……..………. 57

Gambar 4.3 Grafik temperatur udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energy surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….………... 58

Gambar 4.4 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….……….... 59

Gambar 4.5 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .………...………... 60

Gambar 4.6 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .………...………...… 61

Gambar 4.7 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….………... 62

Gambar 4.8 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….………... 63

Gambar 4.9 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….……….……...…… 64 Gambar 4.10 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi

(13)

xiii

masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg .……….……… 65 Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi

surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ………. 66 Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ………. 67 Gambar 4.13 Grafik kelembaban relatif pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ...………...… 68

(14)

masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk 0,55 kg ….... 18

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ... 19

Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg ..…... 20

Tabel 4.4 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ... 21

Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk 0,55 kg ... 22

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur ... 22

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg ... 24

Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg ... 26

Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg ... 27

Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.1) ………... 29

Tabel 4.11 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.1) ………..……...… 29

Tabel 4.12 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.1) ………..……… 30

Tabel 4.13 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.1) ………...…. 30

(15)

absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara

masuk 60˚,kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ... 36

Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ... 37

Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.2) ………...…... 39

Tabel 4.19 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.3) ………...…... 40

Tabel 4.20 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.3) ………...… 40

Tabel 4.21 Data perhitungan hfg (dari Tabel 4.3) ……….…...… 41

Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55kg ... 43

Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ... 46

Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ... 47

Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg ... 48

Tabel 4.26 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.5) ……....…...…... 50

Tabel 4.27 Data perhitungan hg (dari Tabel 4.5) ………..…….……... 51

Tabel 4.28 Data perhitungan hf (dari Tabel 4.5) …………..………... 51

(16)

Tabel 4.31 Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada bahan yang dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan penjemuran lansung berdasarkan hasil perhitungan persentase

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sampai saat ini banyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian

umumnya masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat

merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan

binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal

saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih

dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah

menggunakan alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau

energi listrik. Tetapi belum semua daerah di Indonesia terdapat jaringan listrik atau

belum memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak

mudah didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik

menyebabkan biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil

pertanian menjadi tinggi.

Pengering adalah suatu alat yang digunakan untuk menurunkan kelembaban

udara dengan cara memanfaatkan energi surya untuk memanaskan kolektor

sehingga udara yang melewati kolektor menjadi panas. Aliran udara panas yang

mengalir digunakan untuk menurunkan kelembaban bahan yang akan dikeringkan,

(18)

Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia

sehingga pemanfaatan energi surya dapat mengurangi atau bahkan menggantikan

penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil-hasil

pertanian. Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada umumnya

menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium.

Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya

yang lebih mahal dan teknologi pembuatan alat pengering yang lebih sukar jika

dibandingkan alat pengering yang menggunakan absorber jenis porus. Informasi

mengenai karakteristik pengering energi surya menggunakan absorber porus

belum,banyak dilakukan, oleh kerena itu perlu banyak dilakukan penelitian untuk

mengetahui karakteristik pengering menggunakan absorber porus.

1.2Perumusan Masalah

Karakteristik pengering energi surya ditunjukan antara lain dengan:

temperatur atau suhu udara, perbedaan tekanan, energi berguna, dan efisiensi yang

dapat dihasilkan. Temperatur udara adalah suhu yang diukur dari pengering enegi

surya menggunakan absorber porus pada saat masuk kolektor, keluar kolektor, dan

setelah beban. Tingginya temperature udara dipengaruhi oleh volume udara kolektor

dan laju aliran udara dalam kolektor, semakin cepat laju aliran udara semakin rendah

suhunya. Perbedaan tekanan merupakan perbedaan tekanan pada saat udara masuk

kolektor, keluar kolektor, dan setelah beban. Besar kecil tekanan dipengaruhi oleh

suhu udara yang masuk ke pengering. Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan air

(19)

dikeringkan. Energy berguna adalah besarnya energi yang digunakan dalam proses

pengeringan. Kelembaban relatif adalah kelembaban yang diperoleh dari suhu kering

dan basah yang diukur pada pengering pada saat udara masuk kolektor, keluar

kolektor dan setelah beban. Pada penelitian ini dibuat sebuah model pengering

dengan energi surya dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, tebal 0,2 m mengunakan

kolektor surya dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 1 m, menggunakan absorber

porus dari kasa aluminium yang dicat hitam, jarak antara plastik dengan absorber

porus 0,01 m, ketebalan absorber 0,09 m, ukuran lubang udara masuk dan keluar 1m

x 0,09 m. Sudut buka udara masuk kolektor divariasi 30º, 45º, dan kemiringan

kolektor divariasi 30º, 45º. Variasi sudut udara masuk dan kemiringan alat dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tekanan udara di dalam pengering dan suhu udara

didalam pengering. Besarnya suhu maupun tekanan udara didalam pengering

dipengaruhi oleh laju aliran dan volume udara yang masuk. Semakin cepat laju aliran

udara dan semakin besar volume udara yang masuk, maka suhu dan tekanan udara

didalam pengering semakin rendah. Udara mengalir ke dalam alat pengering secara

alami tidak menggunakan bantuan blower, bahan yang dikeringkan adalah handuk

yang dibasahi seberat 0,550 kg. Penjemuran langsung juga dilakukan untuk

(20)

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai yaitu :

a. Untuk mengetahui karakteristik alat pengering energi surya dengan absorber

porus.

b. Untuk mengetahui temperatur, penurunan tekanan, energi berguna, efisiensi

kolektor, dan kelembaban relatif.

c. Mengetahui persentase perbedaan pengeringan yang dapat dihasilkan alat

dengan penjemuran langsung.

Manfaat yang di dapat yaitu :

1. Menambah kepustakaan teknologi khususnya pengeringan menggunakan

energi surya.

2. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat

prototipe alat pengering menggunakan energi surya yang dapat membantu

masyarakat dalam krisis energi ini.

3. Memberikan solusi penegeringan bagi masyarakat yang belum terjangkau

oleh listrik, untuk mengurangi biaya produksi, dan memberikan solusi energi

surya sebagai energi terbarukan untuk mengurangi penggunaan minyak bumi

(21)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari pengering yaitu energi surya yang datang akan diterima dan

dikonversikan oleh absorber didalam kolektor. Selanjutnya absorber ini berfungsi

untuk memanasi udara luar yang mengalir lewat lubang udara masuk. Udara yang

panas mempunyai massa jenis yang lebih kecil dari pada udara dingin. Karena

adanya perbedaan massa jenis ini udara dapat mengalir secara alami dan

mengeringkan bahan yang dikeringkan. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai

proses pengeringan selesai.

Pengering energi surya menggunakan absorber porus pada umunya terdiri

dari 3 bagian utama yaitu : kotak kolektor, absorber yang berbentuk porus, misalnya

kasa aluminium dan plastik sebagai penutup. Bagian pertama alat penering adalah

lubang udara masuk yang berfungsi untuk lubang masuknya udara sekitar ke dalam

kolektor secara alami. Bagian kedua adalah absorber yang berfungsi untuk

memanaskan udara yang masuk ke kolektor. Absorber yang digunakan adalah jenis

absorber porus dengan bahan alumunium,kemudian absorbernya dicat warna hitam

untuk memaksimalkan penyerapan energi surya. Absorber berfungsi untuk menyerap

energi surya yang berupa energi panas yang kemudian digunakan untuk memanaskan

udara luar yang mengalir ke dalam alat pengering secara alami tidak menggunakan

alat untuk menhembuskan udara. Perpindahan panas dari absorber ke udara tersebut

(22)

mengalir melewati rak pengering yang digunakan untuk meletakan bahan yang akan

dikeringkan, kemudian udara panas dan kering menembus bahan yang akan

dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus bahan yang dikeringkan terjadilah

perpindahan panas yang menguapkan air dari bahan yang dikeringkan ke udara,

proses ini disebut proses pengeringan. Bagian terakhir dari pengering hasil pertanian

adalah lubang pembuangan uap atau lubang udara basah, dimana fungsinya adalah

untuk membuang udara yang membawa uap air ke lingkungan sekitar di luar alat

pengering. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS)

antara tahun 2004–2006 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian pasca

panen untuk padi berkisar 10,39 % hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah

proses pengeringan yang kurang baik. Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia

pengeringan hasil pertanian umumnya masih dilakukan dengan cara penjemuran

langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet,

air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan

waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan

harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Jenis pengering

yang masih belum banyak dilakukan penelitian adalah pengering energi surya

menggunakan absorber porus, padahal pengering jenis tersebut mudah mudah

mendapatkan bahan bakunya, kontruksi alat dapat dapat dilihat pada gambar dibawah

(23)

Gambar 2.1. Alat pengering energi surya.

2. 2 Landasan Teori

Persamaan–persamaan yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dapat

dilihat pada persamaan (1) sampai dengan (14). Perbedaan tekanan ditimbulkan

karena adanya perbedaan massa jenis antara udara didalam dan diluar pengering,

untuk h1 dan h2 dapat dilihat pada gambar 2.2. Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut: (Arismunandar, W, 1995, hal 143)

p =

[

h1

(

ρ−ρ1

)

+h2(ρ−ρ2)

]

g (1)

dengan :

p : penurunan tekanan (Pa)

h1 : jarak antara lapisan bawah handuk dengan lubang udara masuk (m)

h2 : jarak antara lapisan atas handuk dengan lubang udara keluar (m)

h : tebal lapisan yang dikeringkan

Pemantul panas Rak pengering

Bahan

dikeringkan

Engsel

Engsel

(24)

Bahan yang dikeringkan

h1

Plastik transparan

ρ : massa jenis udara lingkunga sekitar (kg/m3)

1

ρ : massa jenis udara setelah melewati kolektor (kg/m3)

2

ρ : massa jenis udara setelah melewati lapisan padi (kg/m3)

g : 9,81 m/detik2

Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air adalah kalor yang

diperlukan untuk mengeluarkan uap air, secara matematis dinyatakan dengan

persamaan:

Q = massa air yang keluar x hfg (2)

dengan :

Q : kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air (Mj / kg)

fg

h : entalpi uap jenuh (kj/kg)

Gambar 2.2 Pengering Padi Energi Surya, Berdasarkan Rancangan.

Aliran udara masuk

GT h2

Aliran udara keluar

(25)

Energi Berguna (

Q

u ) adalah jumlah energi yang terpakai untuk memanasi

udara di absorber (jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut

dengan energi berguna, secara matematis dinyatakan dengan persamaan:

(

0 1

)

m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik)

CP : panas spesifik udara (J/(kg.OC)

TO : temperatur udara keluar kolektor (OC)

Ti : temperatur udara masuk kolektor (OC)

t : waktu pengambilan data (detik)

Laju massa aliran udara (m) dapat dihitung dengan:

V

m= ρ⋅ (4)

dengan:

ρ : massa jenis udara (kg/m3)

V : volume aliran udara kolektor (m3)

Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan

dengan masukan yang diberikan. Efisiensi kolektor (ηC) didefinisikan sebagai

perbandingan antara energi berguna dengan total energi surya yang datang ke

kolektor, secara matematis dinyatakan dengan persamaan:

(26)

dengan:

QU : energi berguna ( W)

I : intensitas energi surya yang datang (W/m2)

AC : luas kolektor surya (m2)

Kelembaban Spesifik (ω2 ) dengan menggunakan rumus:

Kelembaban Spesifik (ω1 ) dengan menggunakan rumus:

(27)

Tekanan jenuh (P-saturated) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang

daimbil dari Grafik P-saturated pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan

dengan persamaan sebagai berikut:

P-sat = 10-6.x4 – 0,000.x3 + 0,010.x2 – 0,173x + 1,624 (8)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hg (entalpi uap) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari

Grafik Hg pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

Hg = -10-5.x3 + 0,000.x2 + 1,816.x + 2501 (9)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hfg dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari Grafik Hfg

pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut:

Hfg = -10-5.x3 + 0,000.x2 – 2,387.x + 2501 (10)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Hf (entalpi cair) dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang daimbil dari

Grafik Hf pada lampiran 1 dan 2, secara matematis dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

(28)

Dengan x = suhu udara kering dan basah pada saat masuk kolektor, keluar

kolektor, dan setelah beban.

Kelembaban relatif (φ1) adalah kelembaban yang diperoleh dari suhu kering

dan basah yang dari udara yang masuk ke dalam pengering. Dapat di hituing dengan

rumus : (Çengel, A. Yunus & Robert H. 2005, chapter 14, hal 725)

1

Penurunan berat (penyusutan berat) ( W) adalah selisih berat yang dihasilkan

dari bahan yang dikeringkan sebelum dan setelah dikeringkan, secara matematis

dihitung dengan rumus :

W = Wawal – Wakhir (13)

dengan: W = penyusutan berat (gram)

Wawal = berat awal ditimbang (gram)

Wakhir = berat akhir setelah ditimbang (gram)

Persentase berat yang dihasilkan (%W) adalah persentase besarnya air yang di

hilangkan dari bahan yang dikeringkan. Secara matematis dihitung menggunakan

(29)

% W = 100% W

) W -W (

awal akhir

awal X (14)

dengan :

Wawal = berat awal ditimbang (kg)

Wakhir = berat akhir setelah ditimbang (kg)

% W = Persentase berat (%W)

2.3 Tinjauan Pustaka

Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan

pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam

(Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering

menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang

dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau

binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat

membahayakan kesehatan (Häuser et. al). Kunci dari pengeringan bahan makanan

adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang tidak

merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka

mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika

temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang

berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering

energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan

udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang rendah.

(30)

1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et al., 1988), dan

penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian pengering energi surya

dengan luas kolektor 1,64m2 yang dilengkapi 8 sampai 32 sirip segi empat dengan

luas total sirip 0,384 m2 dapat menaikkan temperatur udara keluar dan efisiensi

kolektor. Sirip dipasang di dalam kolektor dengan dua variasi pemasangan yaitu sirip

dapat bergerak bebas dan tetap (Kurtbas, 2006). Penelitian dengan metode simulasi

untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering energi surya dengan absorber jenis

porus di India menghasilkan nilai yang sesuai dengan penelitian secara eksperimen

(Sodha et. al., 1982). Eksperimen dengan absorber porus menggunakan kasa

alumunium dengan permukaan reflektif dibagian bawahnya menghasilkan efisiensi

yang hampir sama dengan enam lembar bilah baja yang dicat hitam tetapi memiliki

(31)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Skema Alat

Alat pengering dengan menggunakan absorber porus pada umunya terdiri dari

3 bagian utama yaitu :

a. Kotak kolektor, dengan ukuran 100 cm x 100 cmyang terdiri dari absorber porus

dan plastik transparan, serta lubang udara masuk dengan ukuran 100 cm x 9 cm.

b. Kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 50 cm, rak pengering untuk meletakan

bahan yang dikeringkan dengan ukuran 100 cm x 50 cm.

c. Lubang udara keluar dari kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 9 cm.

Skema alat pengering hasil pertanian dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :

(32)

Gambar 3.2. Skema ukuran alat penelitian

3.2 Variabel yang Divariasikan

1. Pengering dengan sudut tutup udara masuk 30˚, 45˚

2. Kemiringan alat pengering 30˚, 45˚

3.3 Variabel yang Diukur

1. Radiasi dari energi surya yang datang (W/m2)

2. Temperatur udara masuk kolektor

T1 = temperatur kering

T2 = temperatur basah

3. Temperatur udara keluar kolektor

T1 = temperatur kering

(33)

4. Temperatur udara keluar pengering

T1 = temperatur kering

T2 = temperatur basah

3.4 Langkah Penelitian

1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti pada gambar 3.1.

2. Pengambilan data dilakukan dengan mevariasikan sudut tutup udara masuk.

3. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit selama kurang lebih 2 jam.

4. Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor, temperatur udara

setelah kolektor, temperatur udara setelah kotak beban.

5. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk varisi berikutnya kondisi alat

pengering harus didiamkan agar kembali ke kondisi awal sebelum dilakukan

pengambilan data variasi saat ini.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada

parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai

dengan persamaan (14). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik

(34)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Kita akan mengetahui data yang telah diambil dengan variasi yang berbeda.

Pengambilan data tiap variasi hanya dilakukan sekali saja. Bahan yang di keringkan

adalah handuk basah. Tempat pengambilan data di lakukan di lingkungan universitas

sanata Dharma.

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 05-12-2008

Jam : 10.00 - 12.10 WIB

Massa handuk awal (W1) : 0,55 kg

Ketebalan handuk = 0,01 m

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.

(35)

Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam, tebal 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk basah 0,55 kg. (lanjutan) Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan ( W) = 0,385 kg

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang

sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.

(36)

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 05-12-2008

Jam : 12.30 - 14.40 WIB

Massa handuk awal (W1) : 0,55 kg

Ketebalan handuk = 0,01 m

Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg.

No Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan ( W) = 0,17 kg

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang

sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai

(37)

Tabel 4.4 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.

No

Waktu

(menit ke-)

1 10

2 20

3 30

4 40

5 50

6 60

7 70

8 80

9 90

10 100 11 110 12 120 13 130

!

Dari data tersebut diperoleh Gt rata – rata = 450,46 Watt/m2

Dalam penelitian pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk

basah 0,55 kg yang dilakukan pada :

Tanggal : 18-12-2008

Jam : 09.30-11.40 WIB

Massa handuk awal (W1) : 0,550 kg

Ketebalan handuk = 0,01m

(38)

Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.

No

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, Intensitas energi surya yang datang

sudah diambil menggunakan alat pengukur Gt (Day Star), dan diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran Gt dengan alat ukur.

No (menit ke-)Waktu

(39)

4.2 Hasil Penelitian

Perhitungan data ini meliputi : perbedaan tekanan, intensitas energi surya yang

datang, kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air, energi berguna, efisiensi

kolektor, kelembaban spesifik, kelembaban relatif, penurunan berat, dan persentase berat

yang dihasilkan dapat dijelaskan pada perhitungan dibawah ini :

Perhitungan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium,

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yaitu :

a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)

Data Tabel 4.1

Diketahui :

h1 = 1 m ∆h = 0,01 m

h2 = 0,5 m

Ta= 31 (diasumsikan konstan)

(40)

p =

[

1

(

1,161 1,168

)

0,5 (1,161 1,192 )

]

9,81 / 2

b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x hfg

hfg diperoleh dari persamaan pada grafik hfg lampiran 1 dan lampiran 2.

X= suhu kering keluar kolektor

hfg = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (29,1)3 + 0,000.(29,1)2 – 2,387.(29,1) + 2501

= 2431,29 kj/kg

Q = 0,385 kg x 2431,29 kj/kg

Q = 936,05 kj

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel:

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

(41)

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

(

0 1

)

= 1,1045 kg/detik

Cp = 1,005 J/kg.˚C (1 Atmosfir)

Dari tabel 4.1, data ke-3 menit ke 30 diketahui:

(42)

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium, ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban

handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk 0,55 kg.

Waktu

Dapat diperoleh dengan persamaan :

(43)

Jawab :

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban

handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.9 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

e) Kelembaban spesifik

(44)

P2 = 101,325 kpa (1atm)

Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.1, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0.010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(31,44) – 0,000.(31,43) + 0,010.(31,42) – 0,173.(31,4) + 1,624

= 7,02 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(31,43) + 0,000.(31,42) + 1,816.(31,4) + 2501

= 2557,71 kj/kg

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(27,83) – 0,000.(27,82) + 4,206.(27,8) – 0,007

= 116,92 kj/kg

Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.1, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3)+ 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(27,83)+ 0,000.(27,82) – 2,387.(27,8) + 2501

(45)

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Data perhitungan P- saturated (dari suhu pada Tabel 4.1)

Tabel 4.11 Data perhitungan Hg (dari suhu kering pada Tabel 4.1)

(46)

Tabel 4.12 Data perhitungan Hf (dari suhu basah pada Tabel 4.1)

Tabel 4.13 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah pada Tabel 4.1)

(47)

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13. Dapat dilihat

pada perhitungan dibawah ini :

(48)

f) Kelembaban relatif (φ1) dengan menggunakan rumus:

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.14 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

No

Waktu (menit ke-)

Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )

(49)

g) Penurunan berat yang dihasilkan (%W)

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,165 (kg) Wakhir = 0,45 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,165 W = 0,55 – 0,45

W = 0,385 kg W = 0,1 kg

h) Persentase berat yang dihasilkan (%W) :

% W = 100%

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

% W = 100%

Perhitungan pada alat pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg yaitu :

a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)

Data Tabel 4.1

Diketahui :

h1 = 1 m ∆h = 0,01 m

h2 = 0.5 m

(50)

Tkeluar kolektor kering = 63,2 0C

b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x hfg

hfg diperoleh dari persamaan pada gambar grafik hfg lampiran 1 dan

lampiran 2

X= suhu kering keluar kolektor

hfg = y = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (63,2,1)3 + 0,000.(63,2)2 – 2,387.(63,2) + 2501

= 2431,29 kj/kg

Q = 0,170 kg x 2347.62 kj/kg

(51)

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.15 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

Dengan : h1 = 1 m, h2 =0,5 m, ∆h = 0, 02 m. W1 = 0,55 kg, W2 =0,38 kg, ∆W = 0,170 kg.

c) Energi Berguna (

Q

u ).

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

(

0 1

)

= 1,1045 kg/detik

(52)

Dari tabel 4.1 diketahui:

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk

basah 0,55 kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.16 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

(53)

d) Efisiensi kolektor (ηC)

Dapat diperoleh dengan persamaan :

c

Dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas, maka didapatkan data hasil

perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban

handuk basah 0,55 kg disajikan dalam tabel :

Tabel 4.17 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

(54)

e) Kelembaban spesifik

Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.3, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0,010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(33,64) – 0,000.(33,63) + 0,010.(33,62) – 0,173.(33,6) + 1,624

= 8,38 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) + 1,816.(33,6) + 2501

(55)

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(33,63) – 0,000.(33,62) + 4,206.(33,6) – 0,007

= 141,31kj/kg

Entalpi laten penguapan (Hfg), dari Tabel 4.3, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3)+ 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(33,63)+ 0,000.(33,62) – 2,387.(33,6) + 2501

= 2420,42 kj/kg

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.18 Data perhitungan P- saturated (dari suhu kering Tabel 4.3)

(56)

Tabel 4.19 Data perhitungan Hg (dari suhu kering Tabel 4.3)

Tabel 4.20 Data perhitungan Hf (dari suhu basah Tabel 4.3)

(57)

Tabel 4.21 Data perhitungan Hfg (dari suhu basah Tabel 4.3)

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20, dan Tabel 4.21.

(58)

Kelembaban Spesifik (ω1 ) dengan menggunakan rumus:

f) Kelembaban relatif (φ1) dengan menggunakan rumus:

(59)

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg disajikan di dalam

tabel berikut :

Tabel 4.22 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, beban handuk basah 0,55 kg.

No

Waktu

(menit ke-)

Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )

* * + +,-' * * + +,-' * * + +,-'

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,380 (kg) Wakhir = 0,425 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,380 W = 0,55 – 0,425

(60)

h) Persentase berat yang dihasilkan (%W) :

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

% W = 100%

Perhitungan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk

basah 0,55 kg yaitu :

a) Menghitung Penurunan Tekanan ( p)

Data Tabel 4.1

Diketahui :

h1 = 1 m ∆h = 0,01 m

h2 = 0.5 m

Ta= 31 (diasumsikan konstan)

(61)

1

b) Menghitung Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air

Q = massa air yang keluar x hfg

hfg diperoleh dari persamaan yang dihasilkan gambar grafik hfg lampiran 1

dan lampiran 2.

X= suhu kering keluar kolektor

hfg = y = -10-5x3 + 0,000x2 – 2,387x + 2501

= -10-5. (47,5,2,1)3 + 0,000.(47,5,2)2 – 2,387.(47,5) + 2501

= 2431,29 kj/kg

Q = 0,325 kg x 2386,55 kj/kg

Q = 775,63 kj

Dengan cara perhitungan yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan dari

pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut

udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel

(62)

Tabel 4.23 Hasil perhitungan kalor yang diperlukan pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

Waktu

Energi berguna dapat diperoleh dengan persamaan :

(

0 1

)

= 1,1045 kg/detik

Cp = 1,005 J/kg.˚C (1 Atmosfir)

(63)

T0 = 47,5 ˚C (suhu kering keluar kolektor) t = 7800 detik

perhitungan energi berguna dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium

ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0.55

kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.24 Hasil perhitungan energi berguna pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

(64)

d) Efisiensi kolektor (ηC)

Dapat diperoleh dengan persamaan :

c

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan Efisiensi kolektor dari pengering energi surya dengan absorber porus

aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban

handuk 0.55 kg disajikan dalam tabel.

Tabel 4.25 Hasil perhitungan Efisiensi kolektor pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk 0,55kg.

(65)

e) Kelembaban spesifik

Kelembaban Spesifik (ω1 ) dengan menggunakan rumus:

ω1 =

Tekanan jenuh (P-saturated), dari Tabel 4.5, data ke 1, menit ke 10.

P-sat = 10-6.(x4) – 0,000.(x3) + 0,010.(x2) – 0,173.(x) + 1,624

= 10-6.(33,64) – 0,000.(33,63) + 0,010.(33,62) – 0,173.(33,6) + 1,624

= 8,57 kpa

Entalpi uap (Hg), dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hg = -10-5.(x3) + 0,000.(x2) + 1,816.(x) + 2501

= -10-5.(33,63) + 0,000.(33,62) + 1,816.(33,6) + 2501

(66)

Entalpi cair (Hf), dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hf = 40-6.(x3) – 0,000.(x2) + 4,206.(x) – 0,007

= 40-6.(33,63) – 0,000.(33,62) + 4,206.(33,6) – 0,007

= 142,58kj/kg

Hfg, dari Tabel 4.5, data ke 1,menit ke 10.

Hfg = -10-5.(x3)+ 0,000.(x2) – 2,387.(x) + 2501

= -10-5.(33,63)+ 0,000.(33,62) – 2,387.(33,6) + 2501

= 2420,42 kj/kg

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan P- saturated, Hg, Hf, dan Hfg, dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.26 Data perhitungan P- saturated (dari Tabel 4.5)

No (menit ke-)Waktu

Masuk kolektor

Keluar

(67)

Tabel 4.27 Data perhitungan Hg (dari suhu kering Tabel 4.5)

Tabel 4.28 Data perhitungan hf (dari suhu basah Tabel 4.5)

(68)

Tabel 4.29 Data perhitungan hfg (dari suhu basah Tabel 4.5)

Untuk menghitung 1, 2, dan kelembaban relatif ( ) diperlukan P-sat, hg, hf, hfg

yang dapat diambil dari Tabel 4.26, Tabel 4.27, Tabel 4.28, dan Tabel 4.29.

(69)
(70)

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, maka didapatkan data hasil

perhitungan dari pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan

absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.30 Hasil perhitungan kelembaban spesifik dan kelembaban relatif pada pengering energi surya dengan absorber porus aluminium ketebalan absorber 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, beban handuk basah 0,55 kg.

No (menit ke-)Waktu

Masuk kolektor Keluar kolektor ( ( )

* * + +,-' * * + +,-' * * + +,-'

1 10

2 20

3 30

4 40

5 50

6 60

7 70

8 80

9 90

10 100 11 110 12 120 13 130

g) Penurunan berat yang dihasilkan ( W)

Diketahui: Dengan alat pengering : Penjemuran lansung :

Wawal = 0,55 (kg) Wawal = 0,55 (kg)

Wakhir = 0,225 (kg) Wakhir = 0,275 (kg)

W = Wawal – Wakhir W = Wawal – Wakhir

W = 0,55 – 0,225 W = 0,55 – 0,275

(71)

h) Penurunan berat yang dihasilkan ( W) :

Dengan alat pengering : Penjemuran langsung :

% W = 100%

Dari hasil seluruh penelitian, dapat dihasilkan tabel persentase penurunan berat

sebagai berikut :

Tabel 4.31 Hasil perhitungan persentase penurunan berat air pada bahan yang dikeringkan (handuk basah) dengan pengering dan penjemuran lansung berdasarkan hasil perhitungan persentase penurunan berat.

# -

-. ) ) . )% )% )% )%

/ 0

/ 0 0

/

Data 1 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚, kemiringan alat 30˚

dan juga penjemuran langsung. Data 2 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 60˚,

kemiringan alat 30˚ dan. Data 3 adalah pengeringan dengan variasi sudut buka 30˚,

kemiringan alat 45˚ dan pada saat bersamaan juga dilakukan penjemuran langsung pada

setiap data untuk mengetahui perbedaan persentase berat yang dapat dihasilkan juga

(72)

4.3 Grafik dan Pembahasan

Dari Tabel 4.1 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.1 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor bahkan

kadang-kadang terjadi kesamaan. Hal tersebut karena udara masuk kolektor dan setelah kotak

beban masih banyak mengandung air dan tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 65˚ dan suhu terendah

keluar kolektor sekitar 45˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau

berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada

(73)

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.3 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.2 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut

karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan

tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah

keluar kolektor sekitar 50˚ hal tersebut dikarenakan radiasi energi surya yang selau

(74)

saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.5 dapat diperoleh hasil temperatur dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.3 Grafik temperatur udara kering terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik temperatur suhu kering pengering energi surya menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚

menggunakan beban handuk basah 0,55 kg, temperatur udara masuk kolektor dan setelah

kotak beban dan selalu lebih rendah dari pada temperatur keluar kolektor, hal tersebut

karena udara masuk kolektor dan setelah kotak beban masih banyak mengandung air dan

tidak dipanaskan oleh kolektor.

Dalam grafik diatas diketahui temperatur selalu berubah-ubah pada saat keluar

kolektor, dengan tempertur tertinggi setelah kolektor adalah sekitar 70˚ dan suhu terendah

(75)

berubah ubah pada saat penelitian. Kenaikan temperatur udara tidak selalu disertai pada

saat kenaikan radiasi energi surya karena pemanasan absorber perlu waktu beberapa saat.

Sehingga perpindahan panas secara konveksi dari absorber keudara juga memerlukan

waktu beberapa saat pula.

Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.4 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi, karena radiasi energi

surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap panas

(76)

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan

kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil

sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan kolektor 45˚.

Dari Tabel 4.15 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.5 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan

kemiringan alat 30˚. Dan didapat perbedaan tekanan kurang tinggi karena volume udara

(77)

energi surya yang diserap oleh absorber relatif tinggi tetapi tidak stabil. Selain itu uap

panas setelah kotak beban tidak mudah keluar karena kemiringan alat 30˚.

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ mendapatkan penurunan tekanan

kurang tinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif tidak stabil

sehingga dapat menhasilkan penurunan tekanan yang kurang tinggi dibandingkan variasi

sudut udara masuk 30˚, kemiringan kolektor 45Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil

penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Dari Tabel 4.23 dapat diperoleh hasil penurunan tekanan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.6 Grafik penurunan tekanan udara terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dalam grafik penurunan tekanan pengering energi surya menggunakan absorber

porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan

beban handuk basah 0,55 kg, diketahui penurunan tekanan udara pada pengering

(78)

kemiringan alat 45˚. Dan didapat perbedaan tekanan tertinggi, karena radiasi energi surya

yang diserap oleh absorber relatif tinggi dan stabil. Selain itu udara uap panas setelah

kotak beban mudah keluar karena kemiringan alat 45˚.

Pada penelitian pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan

variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ mendapatkan temperatur dan

penurunan tekanan tertinggi karena radiasi energi surya yang diserap kolektor relatif stabil

sehingga dapat menhasilkan suhu udara dan penurunan tekanan yang tinggi.

Dari Tabel 4.8 dapat diperoleh hasil energi berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.7 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30 menggunakan beban handuk basah 0,55 kg ˚.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan

(79)

beban handuk basah 0,55 kg, dan radiasi energi surya yang tidak stabil diserap absorber

menyebabkan temperatur dan tekanan yang kurang tinggi setelah kolektor. Sehingga

menghasilkan energi berguna yang tidak relatif tinggi. Diperlukan temperatur yang tinggi

dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang tinggi, karena

temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang terjadi pada

pengering untuk menghasilkan Qu yang tinggi.

Dari Tabel 4.16 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.8 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas, dapat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan

sekitar 0,0045 W. Hal tersebut dikarenakan variasi kemiringan alat 30˚, dan radiasi energi

surya yang tidak stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang

(80)

Sehingga menghasilkan energi berguna yang tidak relatif tinggi. Diperlukan

temperatur yang tinggi dan tekanan yang tinggi untuk menghasilkan energi berguna yang

tinggi, karena temperatur yang dihasilkan akan mempengaruhi penurunan tekanan yang

terjadi pada pengering untuk menghasilkan Qu yang tinggi.

Dari Tabel 4.24 dapat diperoleh hasil energ berguna dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.9 Grafik energi berguna terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Dari grafik energi berguna pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚. menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg Energi berguna tertinggi dihasilkan pada pengering menggunakan

absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan kemiringan alat 45˚.

Dari grafik diatas dpat diketahui energi berguna tertinggi yang dahasilkan sebesar 0,0047

(81)

stabil diserap absorber menyebabkan temperatur dan tekanan yang tinggi setelah kolektor.

Sehingga menghasilkan energi berguna yang relatif tinggi.

Dari Tabel 4.9 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.10 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan

kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 30˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 30˚. Dari grafik diatas dpat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang

dahasilkan sekitar 0,002 %.

Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 30˚ yang menyebabkan voleme udara

yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap kolektor

kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat yang

(82)

kolektor lebih tinggi dibandingkan variasi sudut udara masuk masuk 60˚, dan kemiringan

alat 30˚.

Dari Tabel 4.17 dapat diperoleh hasil efisiensi kolektor dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor terhadap radiasi (Gt) pada pengering energi surya menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban handuk basah 0,55 kg.

Gambar grafik efisiensi pengering energi surya menggunakan absorber porus

dengan variasi sudut udara masuk 60˚, dan kemiringan alat 30˚ menggunakan beban

handuk basah 0,55 kg diatas adalah grafik efisiensi kolektor dihasilkan pada pengering

menggunakan absorber porus dengan variasi sudut udara masuk masuk 30˚, dan

kemiringan alat 60˚.

Dari grafik diatas dapat diketahui efisiensi kolektor tertinggi yang dahasilkan

sekitar 0,00180 %. Hal tersebut dikarenakan sudut udara masuk 60˚ yang menyebabkan

voleme udara yang masuk ke kolektor terlalu banyak, dan juga energi surya yang diserap

kolektor kurang stabil. Karena kemiringan alat 30˚ tersebut laju aliran udara lebih lambat

Gambar

Gambar 2.1. Alat pengering energi surya.
Gambar 3.1. Skema alat penelitian
Gambar 3.2. Skema ukuran alat penelitian
Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 30˚, kemiringan alat 45˚, massa beban handuk basah 0,55 kg
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Pemberian infus intravena kontinu ketamin dosis 0.12 mg/kg/jam maupun fentanil dosis 1 mcg/kg/jam sebagai analgesia pascabedah, memberikan kualitas yang baik dalam

Peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat dilakukan pada berbagai pusat rumah sakit rujukan dari berbagai daerah di Indonesia atau dengan kurun waktu penelitian yang

Penulis akan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, literatur tentang hukum, artikel, serta hasil- hasil penelitian berupa skripsi dibidang hukum, jurnal

58 Berbeda ketika menafsirkan ayat 103 surat al-An‟am beliau mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang fana‟ lagi sedangkan Allah adalah kekal dan tidak

Panti asuhan yatim mardhatillah Kartasura merupakan tempat untuk mengatasi berbagai kendala sosial, salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan bagi anak

Penjelasan dari perolehan rata-rata skor aspek ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilaksanan guru atau peneliti yaitu pada langkah pertama

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh senam bugar lansia terhadap kualitas hidup penderita hipertensi yang diukur dengan kuesioner SF-36, didapatkan bahwa nilai

Meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik Terwujudnya rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan strategis ekonomi, budaya,, Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan