UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN
KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOLIK BUAH LABU SIAM
(Sechium eduleJacq. Swartz.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Angela Natalia Meta Karvitasari NIM : 088114070
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN
KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOLIK BUAH LABU SIAM
(Sechium eduleJacq. Swartz.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Angela Natalia Meta Karvitasari NIM : 088114070
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada rahasia kesuksesan. Ini adalah hasil dari persiapan, kerja keras,
dan belajar dari kegagalan.”
(Colin Powell)
Skripsi ini aku persembahkan kepada :
Ibu, Bapak, keluarga besarku,
sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku,
Laki-laki yang selalu menyebut namaku di setiap doanya,
semua sahabat, teman, dan almamaterku. “Tuhan takkan terlambat
Juga tak akan lebih cepat
Ajarlah kami setia s’lalu menanti waktuMu Tuhan.”
(1 Korintus 10 : 13 & Pengkotbah 3 : 11a)
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan Penetapan
Kandungan Fenolik Total Fraksi Air Ekstrak Metanolik Buah Labu Siam
(Sechium eduleJacq. Swartz.)”sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farnasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. CJ. Soegihardjo, Apt. Sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta ilmu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.
3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.
4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
viii
6. Bapak dan Ibu atas doa dan restu serta dukungan baik moril dan materiil sehingga skripsi ini bisa selesai serta kasih sayang yang tiada tara.
7. Fransiskus Endi Bawono Utomo dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung agar skripsi ini cepat untuk diselesaikan.
8. Sahabat-sahabatku, Fransisca Dian Permanasari, Margaretha Ratih Vitaningrum, Intan Chintya Dewi, Wilfrida Maria Du’a, Anastasia Fillipa Veritas, dan Margareta Efa Putri atas doa dan dukungannya selama ini.
9. DPPH team (Valentinus Widyawan, Rollando, Aldo Sahala, dan Anthonius Pandu) terimakasih atas kerjasama yang telah dilewati bersama dalam penelitian ini.
10.Teman-teman Farmasi kelas B angkatan 2008, dan FST 2008.
11.Teman-teman KKN kelompok 20 (Gondang Pusung) atas doa dan dukungannya selama ini.
12.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat desebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga penelitian dan penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
INTISARI... xvii
ABSTRACT... xviii
BAB I PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Permasalahan... 3
2. Keaslian penelitian... 4
3. Manfaat yang diharapkan... 4
B. Tujuan... 5
x
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 33
B. Variabel dan Definisi Operasional... 33
C. Bahan Penelitian... 34
xi
E. Tata Cara Penelitian... 35
1. Determinasi tanaman... 35
2. Pembuatan ekstrak metanol dan fraksi air buah labu siam... 35
3. Uji pendahuluan... 36
4. Penentuan aktivitas antioksidan... 37
5. Penentuan kandungan fenolik total... 39
6. Analisis Hasil... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42
A. Hasil Determinasi Tanaman... 42
B. Hasil Pengumpulan Bahan... 42
C. Hasil Preparasi Sampel... 43
D. Hasil Uji Pendahuluan... 48
1. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan... 48
2. Uji pendahuluan fenolik... 49
E. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 50
1. Penentuanoperating time (OT)... 51
2. Penentuan panjang gelombang maksimum... 53
F. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 54
1. Akurasi... 56
2. Presisi... 59
3. Linearitas... 59
4. Spesifitas... 60
xii
H. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total... 68
1. Penentuanoperating time (OT)... 69
2. Penentuan panjang gelombang maksimum... 70
I. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total... 71
1. Akurasi... 72
2. Presisi... 72
3. Liniearitas... 74
4. Spesifitas... 74
J. Hasil Estimasi Kandungan Fenolik Total... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81
A. Kesimpulan... 81
B. Saran... 81
DAFTAR PUSTAKA... 82
LAMPIRAN... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Contoh beberapa radikal bebas (Haliwell dan Guitteridge, 2000)...14
Tabel.II. Kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Ariyantocit. Sambada, 2011)... 24
Tabel III. Rentang akurasi yang dapat diterima (Harmita, 2004)... 30
Tabel IV. RentangCVyang masih dapat diterima (Harmita, 2004)... 30
Tabel V. Hasil %recoverydan %CVuji aktivitas antioksidan rutin...57
Tabel. VI. Hasil %recoverydan %CVuji aktivitas antioksidan fraksi air... 58
Tabel VII. Hasil %IC rutin menggunakan radikal DPPH... 65
Tabel VIII. Hasil %IC fraksi air menggunakan radikal DPPH... 66
Tabel IX. Hasil IC50fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam dan rutin... 67
Tabel X. Hasil %recoverydan %CVpenetapan kadar fenolat... 73
Tabel XI. Hasil absorbansi berbagai seri konsentrasi asam galat... 78
Tabel XII. Hasil absorbansi fraksi air... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Reaksi antara senyawa fenol dengan pereaksi Follin-Ciocalteu (Sambada, 2011) ...12 Gambar 2. Struktur kimia asam galat (Mongkolsilpet al., 2004)... 13 Gambar 3. Struktur kimia beberapa antioksidan sintetik (Pokornyet al.,
2001)... 19 Gambar 4. Mekanisme pembentukan radikal antioksidan (Sihombing,
2011)... 20 Gambar 5. Reaksi reduksi DPPH (Prakash, Rigelhof, Miller, 2001)... 23 Gambar 6. Diagram Spektrofotometer UV-Vis (Sastrohamidjodjo, 2001).. 28 Gambar 7. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = kontrol
negatif [blanko], B = larutan uji [fraksi air ekstrak metanolik nuah labu siam], C = kontrol positif
[rutin])... 49 Gambar 8. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = kontrol positif [asam galat],
xv
Gambar 13. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi air
ekstrak metanolik buah labu siam... 55
Gambar 14. Hasilscanningrutin pada λ 400-600 nm... 60
Gambar 15. Hasilscanningfraksi air pada λ 400-600 nm... 61
Gambar 16. Hasilscanningmetanol pada λ 400-600 nm... 61
Gambar 17. Perubahan warna DPPH disertai dengan penurunan absorbansi (Molyneux, 2004)... 63
Gambar 18. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH (Prakashet al., 2001).. 63
Gambar 19. Struktur rutin (Santos, Mazo, Cavalheiro, 2008)... 64
Gambar 20. Grafik penentuanOTpenetapan kandungan fenolat... 69
Gambar 21. Hasilscanningλ maksimum senyawa berwarna biru (molybdenum blue) pada berbagai konsentrasi asam galat... 70
Gambar 22. Kurva persamaan regresi linier penetapan kadar fenolat total.... 71
Gambar 23. Hasilscanninglarutan asam galat pada λ 600-800 nm... 75
Gambar 24. Hasilscanning fraksi air pada λ 600-800 nm... 75
Gambar 25. Hasilscanningmetanol-air pada λ 600-800 nm... 76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman labu siam...86
Lampiran 2. Gambar tanaman labu siam dari daerah Sawangan (Magelang)... 87
Lampiran 3. Perhitungan rendemen...87
Lampiran 4. Data penimbangan bahan... 88
Lampiran 5. Data perhitungan konsentrasi DPPH, larutan pembanding dan larutan uji... 89
Lampiran 6. Scanningpengkoreksi... 91
Lampiran 7. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan... 97
Lampiran 8. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH... 101
Lampiran 9. Perhitungan nilai IC50fraksi air ekstrak metanol buah labu siam dan rutin... 102
Lampiran 10. Uji statistik aktivitas antioksidan dengan SPSS 17.0... 103
Lampiran 11. Penimbangan untuk uji kandungan fenolik total... 104
Lampiran 12. Optimasi penentuan kandungan fenolik total... 104
Lampiran 13. Penentuan kandungan fenolik total... 108
Lampiran 14. Skema jalannya penelitian... 109
xvii
INTISARI
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Akibatnya, kerusakan sel oleh radikal bebas dapat dihambat. Labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) merupakan sayuran yang banyak disukai dan diketahui memiliki senyawa fenolik. Senyawa fenolik merupakan senyawa di dalam tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol buah labu siam. Ekstrak metanol diperoleh dari proses maserasi buah labu siam dengan penyari metanol. Ekstrak metanol buah labu siam kemudian dilarutkan dengan air kemudian dipartisi dengan wash bensin dan etil asetat. Fraksi air yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Hasil dari pengukuran aktivitas antioksidan dinyatakan melalui nilai IC50 yang merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi DPPH awal. Adanya senyawa antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning dan disertai penurunan absorbansi DPPH. Absorbansi DPPH dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada λ maksimum 515,8 nm. Penentuan kandungan fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteau dan dinyatakan dengan nilai masa ekivalen asam galat per g fraksi air ekstrak metanol buah labu siam. Senyawa fenolik akan dioksidasi oleh pereaksi fenol Folin-Ciocalteau dalam suasana basa sehingga terbentuk larutan berwarna biru. Larutan tersebut memiliki λ maksimum 750 nm. Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi air mempunyai nilai IC50 sebesar (51,89 + 0,48) μg/ml dan tergolong dalam aktivitas antioksidan kuat. Kandungan fenolik total sebesar (6,56 + 0,05) mg ekivalen asam galat per g fraksi air.
xviii
ABSTRACT
Antioxidants are compounds that can donate one or more electrons to free radicals, so that free radicals can be muted. Consequently, cell damage by free radicals can be inhibited. Chayote (Sechium eduleJacq. Swartz.) is a vegetable much to preferred and know to have phenolic compounds. Phenolic compounds are compounds in plants that have antioxidant activity.
This research was conducted to determine the activity and content of phenolic antioxidants and total the water fraction from methanolic extract of chayote. This research was conducted to determine the antioxidants activity and total phenolic contents of water fraction methanolic extract of chayote. The methanolic extract obtained by maceration using the methanol solvents and then was reconstituted with water and partitioned with wash-bensin and ethyl acetate. The fraction of water obtained were tested using using the radical DPPH, expressed as IC50 is the concentration that causes a decrease of 50% of early DPPH concentration.The presence of antioxidant compounds, wil change colour of DPPH from purple to yellow and the absorbance decreases. Absorbance reading was conducted with spectrophotometry at the wave length at 515,8 nm. Total Phenolics contentdetermined by the Folin-Ciocalteau method, expressed as mg equivalent gallic acid per g of water fraction. Phenolics compound will oxidated by Follin-Ciocalteu reagent in alkaline conditions, formed blue solution. The solution has maximum λ at 750 nm. The result of antioxidant activity test of water fraction is IC50(51.89 + 0.48) μg/ml and belonging to the strong antioxidant activity. Total phenolic content is (6.56 + 0.05) mg equivalent gallic acid per g of water fraction
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penggunaan senyawa antioksidan saat ini semakin meluas seiring dengan
semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam
menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan dini. Masalah-masalah ini berkaitan dengan
kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor reaksi oksidasi oleh
radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit di atas
(Tahir, Wijaya, Widianingsih, 2003).
Radikal bebas bersifat reaktif karena mempunyai elektron yang tidak
berpasangan pada orbit terluarnya. Reaksi radikal ini berlangsung secara berantai
sehingga akan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah.
Radikal bebas yang berlebihan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun
yang sakit sehingga dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit (Sauriasari, 2006).
Antioksidan merupakan suatu senyawa kimia yang dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal
bebas tersebut dapat diredam (Suhartono, 2002). Antioksidan dapat berasal dari
bahan alam maupun sintetis. Adanya kekhawatiran akan efek samping yang belum
alternatif yang dibutuhkan (Sunarni, 2005). Hal ini yang menyebabkan adanya
penelitian eksplorasi sumber antioksidan alam yang berasal dari tumbuhan.
Labu siam memiliki efek diuretik yang dapat melancarkan buang air
kecil sehingga kelebihan asam urat bisa dikeluarkan. Selain itu juga bisa
menurunkan lemak darah (kolesterol atau trigliserida), mengobati tekanan darah
tinggi, diabetes, dan memperlancar proses pencernaan. Labu siam juga dapat
menyembuhkan gangguan sariawan, panas dalam, serta menurunkan demam pada
anak-anak karena mengandung banyak air (Ekowahyuni, 2002).
Flavonoid, tanin, dan polifenol merupakan golongan senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut banyak terdapat pada
teh, buah-buahan, dan sayuran (Sofia, 2006). Dalam penelitiannya Marliana,
Suryanti dan Suyono (2005) mengemukakan bahwa labu siam mengandung
flavonoid. Selain itu, Melo, Lima dan Maciel (2006) melaporkan bahwa ekstrak
metanol labu siam mengandung fenolat, flavonoid, tanin terkondensasi, dan asam
askorbat.
Labu siam mengandung senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antioksidan buah labu siam dan kandungan fenolik total dari buah labu siam.
Diharapkan dengan diketahuinya potensi buah labu siam sebagai antioksidan,
dapat meningkatkan kegunaan buah labu siam sebagai bahan pangan fungsional.
Senyawa fenolik merupakan sekelompok metabolit sekunder yang
mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituen gugus
pelarut polar (Markham,1988). Metanol dipilih sebagai penyari karena metanol
merupakan pelarut universal dan penetrasinya ke dalam sel-sel tanaman lebih kuat
dibanding etanol maupun cairan penyari yang lain (Depkes RI b, 2000). Pemilihan
fraksi air didasarkan pada kandungan senyawa fenolik yang terdapat pada buah
labu siam yang mempunyai kelarutan yang baik pada pelarut polar seperti air
sehingga diharapkan aktivitas antioksidan pada fraksi air ini cukup baik.
Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan adalah metode
DPPH (1,1Diphenyl-2-picrylhidrazyl). Pada metode ini penangkap radikal bebas
menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan
penghilangan warna. Nilai aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC50 yang merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi
DPPH awal (Sunarni, 2005). Salah satu keuntungan uji aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH adalah dapat dikerjakan dengan cepat dan sederhana
dibanding metode lain. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antioksidan buah labu siam dengan metode DPPH. Dalam penelitian ini
juga dilakukan penetapan kandungan fenolik total dengan metode
Folin-Ciocalteau .
1. Permasalahan
a. Berapa nilai aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak metanol buah labu siam
b. Berapakah kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol buah labu siam
yang dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat?
2. Keaslian penelitian
Uji aktivitas antioksidan buah labu siam (Sechium eduleJacq. Swartz.)
merupakan hasil modifikasi penelitian Tri Wahyuni (2009). Pada penelitian Tri
Wahyuni dilakukan uji aktivitas antioksidan buah labu siam dengan metode
emulsi-skaroten-asam-linoleat. Sedangkan Ratih Indah Syari Pratiwi (2011) telah
melakukan penelitian karakterisasi simplisia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak
n-heksan, etil asetat dan etanol herba labu siam (Sechium edule Sw) dengan metode DPPH.
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak
metanol buah labu siam dengan metode DPPH. Sejauh penulusuran dan
pengamatan peneliti modifikasi yang dilakukan belum pernah dikerjakan.
3. Manfaat yang diharapkan
a. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
bagi penelitian lebih lanjut maupun masyarakat mengenai potensi buah labu siam
sebagai antioksidan alami.
b.Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi,
khususnya tentang penggunaan metode DPPH dalam menguji aktivitas
B. Tujuan
1. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak metanol buah labu
siam yang dinyatakan sebagai IC50dengan metode DPPH.
2. Mengetahui kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol buah labu siam
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Labu Siam
1. Klasifikasi tanaman
Klasifikasi tanaman buah labu siam dalam sistematika tumbuhan adalah sebaga berikut.
Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotiledonea Sub kelas : Dilleniidae Ordo : Violales Bangsa : Cucurbitales Keluarga : Cucurbitaceae
Marga : Sechium
Varietas :Sechium edule(Jacq.) Swartz (Backer and van Den Brink, 1968). Labu siam termasuk salah satu spesies famili Cucurbitaceae dan merupakan satu-satunya spesies dalam genusSechium(Heyne, 1987).
2. Nama lain
Sumatera (Melayu) : Labu Siem
Jawa Timur : Manisah
Nama internasional :chayoteatauchajota(Depkes RI a, 2000).
3. Morfologi tanaman
Habistus labu siam berupa perdu dan merambat. Batangnya lunak, beralur, banyak cabang, terdapat pembelit berbentuk spiral, kasap, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, tepi bertoreh, ujung meruncing, kasap, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, tangkai panjang, pertulangan menjari, dan berwarna hijau. Bunga merupakan bunga majemuk, berada di ketiak daun, kelopak bertaju lima, mahkota beralur, benang sari lima, kepala sari berwarna jingga, putik satu. Buah berbentuk lonjong, menggantung, permukaan berlekuk, dan berwarna hijau keputihan. Biji berbentuk pipih, berkeping dua, dan berwarna putih. Akar berupa akar tunggang, dan putih kecoklatan (Backer and van den Brink, 1968).
4. Deskripsi tanaman
permukaan buahnya tumbuh bulu-bulu yang tajam dan jarang seperti duri (Sunarjono, 2006).
Labu siam dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang berhawa sejuk, pegunungan paling disukai oleh tanaman tersebut. Di dataran rendah labu siam sebaiknya ditanam di pinggir-pinggir kolam. Tanaman tersebutdirambatkan pada para-para di atas kolam karena tempat tersebut lembap (Sunarjono, 2006).
Labu siam berasal dari Amerika Tengah dan telah beradaptasi pada daerah tropika serta daerah subtropika yang bebas embun beku. Tanaman ini paling luas diusahakan di Amerika Tengah, Hindia Barat dan telah dimasukan ke Malawi, Thailand, Filipina, dan menjadi sayuran penting di beberapa bagian dari Hindia dan Asia. Akar buah labu siam yang berdaging juga dapat dimakan (Ronoprawiro, 1993).
5. Kandungan kimia
Buah labu siam mengandung saponin, alkaloid, tanin, polifenol, antiosin, dan flavonoid (Andrade-Cetto dan Heinrich (cit., Khikmawati, 2009).
terkondensasi 75,73 ± 3,25 mg proantosianidin/100 g labu siam basah, dan flavonoid 1,92 ± 0,09 mg kuersetin /100 g labu siam basah.
6. Kegunaan labu siam
Labu siam memiliki efek diuretik yang dapat melancarkan buang air kecil sehingga kelebihan asam urat bisa dikeluarkan. Selain itu juga bisa menurunkan lemak darah (kolesterol atau trigliserida), mengobati tekanan darah tinggi, diabetes, dan memperlancar proses pencernaan. Diduga kandungan serat dalam labu siam dapat memperlancar proses pencernaan. Labu siam juga dapat menyembuhkan gangguan sariawan, panas dalam, serta menurunkan demam pada anak-anak karena mengandung banyak air (Ekowahyuni, 2002).
7. Penelitian antioksidan
Tri Wahyuni (2009) telah melakukan penelitian terhadap ekstrak metanol buah labu siam dengan metode metode emulsi-karoten-asam-linoleat yang dimodifikasi dan diperoleh hasil ekstrak metanol buah labu siam memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibanding BHT (Butil Hidroksi Toluen) dan tidak beda nyata dengan aktivitas antioksidan PG (Propil Galat). Golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak metanol buah labu siam adalah fenolat, flavonoid, tanin terkondensasi, dan karotenoid.
Ratih Indah Syari Pratiwi (2011) telah melakukan penelitian karakterisasi simplisia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol herba labu siam(Sechium Edule Sw) dengan metode DPPH. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada ekstrak n-heksana mempunyai nilai IC50 sebesar 156,14 μg/mL, ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50sebesar 135,15 μg/mL dan ekstrak etanol mempunyai nilai IC50 sebesar 147,24 μg/mL. Semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan.
B. Senyawa Fenolik
dengan senyawa antioksidan sintesis seperti BHA dan BHT (Caillet, Salmieri, Lacroix, 2006).
Senyawa fenolik merupakan sekelompok metabolit sekunder yang mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituen gugus hidroksi (OH) yang terbentuk melalui jalur metabolisme asam sikimat-fenil propanoid dan jalur aseat-polimalonat. Termasuk dalam kelompok senyawa ini adalah fenol sederhana, asam fenolat, kumarin, tanin dan flavonoid. Dalam tananaman, senyawa-senyawa ini biasanya berada dalam bentuk glikosida atau esternya (Proestos, Sereli, Komaitis, 2006). Golongan yang terbanyak dari senyawa fenolik adalah flavonoid. Pada umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar (Markham,1988).
Senyawa fenolik dalam suatu sampel secara kualitatif dan kuantitatif dapat ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Prinsip metode ini adalah dengan adanya senyawa yang dapat mereduksi reagen fenol Folin-Ciocalteu, akan menyebabkan terbentuk senyawa berwarna biru yang proporsional dengan jumlah senyawa yang dapat mereduksi dan dinyatakan dalam nilai ekuivalen asam galat (Abdul-Fadl, 1949).
yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 745-750 nm :
Na2WO4/Na2MoO4 (fenol-MoW11O40)-4 Mo(IV) (kuning) + e- Mo(V) (Biru)
Metode ini sederhana, sensitif, dan teliti. Metode ini terjadi dalam suasana basa sehingga dalam penentuan kadar fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteu digunakan natrium karbonat yang bertujuan untuk membentuk suasana basa (Prior, Wu, Schaich, 2005).
Gambar 1. Reaksi antara senyawa fenol dengan pereaksi Follin-Ciocalteu (Sambada, 2011)
dapat digunakan sebagai senyawa baku untuk menetapkan kadar senyawa fenolik total. Alasan lain penggunaan asam galat sebagai pembanding adalah tersedianya asam galat dalam kemurnian yang tinggi dan stabil serta harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan senyawa standar yang lain (Mongkolsilp, Pongbupakit, Sae-Lee, Sitthithaworn, 2004).
Gambar 2. Struktur kimia asam galat (Mongkolsilp et al., 2004)
C. Radikal Bebas
Radikal bebas secara sederhana didefinisikan sebagai suatu spesies yang mampu berada dalam keadaan tersendiri yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Kehadiran satu atau lebih elektron tidak berpasangan biasanya menyebabkan radikal bebas sangat mudah tertarik oleh medan magnet, dan terkadang menyebabkan radikal bebas sangat reaktif, meskipun reaktivitas kimia radikal bervariasi pada spektrum yang luas (Haliwell dan Guitteridge, 2000).
Elektron yang tidak berpasangan cenderung untuk membentuk pasangan dengan menarik elektron dari senyawa lain sehingga terbentuk radikal baru. Radikal bebas memiliki dua sifat sebagai berikut.
2) dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal lain (Sjabana dan Bahalwan, 2002).
Tabel I. Contoh beberapa radikal bebas (Haliwell dan Guitteridge, 2000)
Radikal nitrogen C6H5N=N∙
Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah menarik elektron dari molekul lainnya sehingga radikal bebas tersebut menjadi lebih reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel yang sehat di dalam tubuh. Bila tidak ada pertahanan yang cukup optimal maka sel-sel sehat tersebut menjadi tidak sehat atau sakit (Hernani dan Rahardjo, 2005).
Secara umum, pembentukan radikal peroksi yang akan menyerang asam lemak adalah sebagai berikut.
1. Tahap inisiasi
Tahap inisiasi merupakan awal pembentukan radikal asam lemak, reaksinya sebagai berikut :
RH R* + H*
2. Tahap propagasi
Tahap propagasi merupakan pemanjangan rantai radikal, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi.
R* + O2 ROO*
ROO* + RH ROOH +R*
3. Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan bereaksinya radikal dengan radikal lain membentuk molekul yang stabil. Reaksinya sebagai berikut :
ROO* +ROO* non radikal
R* + ROO* non radikal
R* + R* non radikal
Radikal bebas, khususnya radikal hidroksil dapat merusak tiga senyawa yang merupakan penyusun makhluk hidup, yaitu :
1. Asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid yang menyusun membran sel.
2. DNA, yang merupakan perangkat gengetik sel.
3. Protein yang memegang peranan penting seperti enzim, reseptor, antibodi, dan sitoskeleton (Sjabana dan Bahalwan, 2002).
Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Senyawa radikal bebas bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem genetika selanjutnya terjadi pembentukan sel kanker (Winarsi, 2007).
D. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mengikat radikal bebas, akibatnya kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007). Antioksidan dapat menghambat ROS (Reactive Oxygen Species)dan radikal bebas lainnya sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskuler, dan penuaan (Halliwell dan Gutteridge, 2000).
Tubuh memiliki sistem pertahanan internal terhadap radikal bebas. Sistem pertahanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan sebagai berikut. 1) Antioksidan primer, yaitu antioksidan yang dapat menghalangi pembentukan
radikal bebas baru. Yang termasuk dalam golongan ini adalah superoksida dismutase (SOD) dan katalase. SOD akan mengkatalisis dismutasi radikal anion superoksida menjadi oksigen dan hidrogen peroksida, sedangkan katalase akan mengubah hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air ( Niki et al., 1995citHertiani, 2000).
2) Antioksidan sekunder atau penangkap radikal (radical scavenger), yaitu antioksidan yang dapat menekan terjadinya reaksi rantai baik pada awal pembentukan rantai maupun pada fase elongasi ( Niki et al., 1995 citHertiani, 2000).
Sumber antioksidan dalam sistem biologi, yaitu :
a) Enzim (superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase), b) molekul besar (albumin, seruloplasmin, ferritrin dan protein lain),
c) molekul kecil (asam askorbat, glutation, asam urat, tokoferol, karetenoid, dan polifenol), dan
d) hormon (estrogen, angiotensin, melatonin) (Prioret al.,2005).
Menurut sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu antioksidan sintetik dan alami. Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang dibuat melalui sintesis secara kimia sedangkan antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung oleh tumbuhan maupun tubuh (Gulcin, Uguz, Oktay, Beydemir, dan Kufrevioglu, 2004).
Beberapa senyawa antioksidan sintetik yang sering digunakan untuk memperlambat oksidasi lipid dalam makanan adalah senyawa-senyawa fenolik seperti ter-butil hidroksi anisol (BHA), ter-butil hidroksi toluen (BHT), propil galat (PG) dan ter-butil hidrokuinon (TBHQ) (Pokorny, Yanishlieva, Gordon, 2001). Menurut penelitian, penggunaan antioksidan sintetik dalam jumlah tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kanker di sekitar lambung pada tikus dan tupai. Sejumlah penelitian yang lain mengatakan bahwa pemberian BHA akan mengakibatkan alergi pada sejumlah orang karena terganggunya kesetimbangan metabolisme lemak yang terdapat dalam tubuh (Yuliarti, 2007).
negara. Oleh karena itu, perlu dicari sumber antioksidan alami yang lebih aman daripada antioksidan sintetis untuk dikembangkan. Antioksidan alami bisa berasal dari rempah-rempah, buah atau tanaman (Pujimulyani, 2003).
Gambar 3. Struktur kimia beberapa antioksidan sintetik (Pokorny et al.,2001)
Sekarang ini, banyak perhatian terarah pada antioksidan alami terutama senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Zin, Hamid, Osman, Saari, 2004).
Efek antioksidan mengacu pada seyawa fenolik, seperti flavonoid, asam fenolat dan diterpen fenolik. Senyawa-senyawa polifenol mampu menghambat autooksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal dengan cara menyumbangkan satu elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang (Pokornyet al.,2001).
Gambar 4. Mekanisme pembentukan radikal antioksidan (Sihombing, 2011)
Aktivitas senyawa polifenol sebagai antioksidan meliputi tiga mekanisme, yaitu :
a. Aktivitas penangkapan radikal bebas dengan proses transfer elektron,
b. mencegah spesies senyawa reaktif memproduksi katalisis melalui reaksi pengkelatan logam, dan
c. interaksi dengan antioksidan lain untuk meningkatkan aktivitasnya (Winarsi, 2007).
Suatu epidemologi menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dapat melindungi tubuh melawan kerusakan oksidatif dengan menghambat atau meredam radikal bebas. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa-senyawa yang mampu menangkap radikal bebas seperti polifenol (Zin et al., 2004).
E. Pengukuran Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah suatu senyawa memiliki aktivitas antioksidan atau tidak, yang dapat dilakukan dengan kromatografi kertas atau kromatografi lapis tipis. Uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu senyawa tersebut sebagai antioksidan (Pokorny et al., 2001). Secara kuantitatif, terdapat beberapa metode untuk mengetahui aktivitas suatu senyawa sebagai antioksidan yang diantaranya : 1. Pengujian penangkapan radikal
DPPH∙+AH DPPH-H + A∙
DPPH∙+ R∙ DPPH-R
(Pokornyet al.,2001).
2. Pengujian aktivitas antioksidan dengan sistem linoleat-tiosianat
Asam linoleat merupakan asam lemak tak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap yang mudah mengalami oksidasi membentuk peroksida. Peroksida ini selanjutnya mengoksidasi ion fero menjadi ion feri. Ion feri bereaksi dengan amonium tiosianat membentuk kompleks feri-tiosianat (Fe(CNS)3) yang berwarna merah. Intensitas warna merah ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 490 nm. Semakin intens warna merahnya menunjukkan bahwa semakin banyak peroksida yang terbentuk (Pokornyet al., 2001).
3. Pengujian dengan asam tiobarbiturat atau TBA (Thio Barbituric Acid) Pengujian ini berdasarkan adanya malonaldehid yang terbentuk dari asam lemak bebas tidak jenuh dengan paling sedikit mempunyai tiga ikatan rangkap dua. Malonaldehid selanjutnya bereaksi dengan asam tiobarbiturat membentuk produk kromogen yang berwarna merah yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm (Pokornyet al.,2001).
4. Pengujian dengan sistem β-karoten-linoleat
Pengujian ini dilakukan dengan mengamati kecepatan terjadinya pemucatan warna β-karoten (Pokornyet al.,2001).
F. Metode DPPH
Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal adalah metode 1,1 Diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunarni, 2005).
Reaksi reduksi DPPH dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 5. Reaksi reduksi DPPH (Prakash, Rigelhof, Miller, 2001)
Metode DPPH memiliki kelebihan antara lain yaitu mudah digunakan, mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi, dan dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat (Kim, Lee.K, Lee.H, Lee.C, 2002).
Tabel.II. Kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Ariyantocit. Sambada, 2011)
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI b, 2000).
Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan, antara lain : maserasi, perkolasi, sokletasi dan infundasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Secara teknologi, maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI b, 2000).
Maserasi merupakan proses yang paling tepat yang mana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dengan pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Dalam proses maserasi, bahan biasanya ditempatkan dalam wadah/bejana bermulut lebar. Bersama pelarut yang sudah ditetapkan, bejana ditutup rapat, dan isinya dikocok berulang-ulang selama 2-14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut mengalir nerulang-ulang ke seluruh permukaan dari bahan yang sudah halus (Ansel, 1989).
Beberapa modifikasi dapat dilakukan pada metode maserasi, yakni: 1. Digesti, merupakan maserasi dengan pemanasan lemah pada suhu 400-500C. Maserasi seperti ini hanya digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap pemanasan.
4. Maserasi melingkar, merupakan proses maserasi dengan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar, dengan demikian proses maserasi akan menjadi lebih baik. Cairan penyari dipompa dari bawah bejana penyari, melalui pipa penghubung dan kemudian masuk kembali ke bejana penyari dengan cara diemburkan oleh alat penyembur ke permukaan serbuk simplisia. Proses tersebut dilakukan secara berulang hingga cairan penyari menjadi jenuh oleh zat aktif (Ansel, 1989).
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhausted etraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri atas tiga tahap yaitu pengembangan bahan, tahap maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya yang berupa penetesan dan penampunga ekstrak (Depkes RI b, 2000).
Soxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan alat khusus yang mana pelarut yang digunakan untuk menyari selalu baru sehingga ekstraksi yang kontinyu dapat terjadi. Pelarut yang selalu baru tersebut didapat dengan menguapkan pelarut yang ada dan diembunkan kembali oleh pendingin balik (Depkes RI b, 2000).
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (jika tidak dinyatakan lain, dibuat infusa 10%) (Depkes RI b, 2000).
Flavonoid merupakan senyawa fenolik terbanyak yang terdapat di dalam tumbuhan. Untuk menganalisis flavonoid lebih ideal menggunakan tumbuhan yang segar meskipun pada simplisia kering yang disimpan dengan hati-hati selama bertahun-tahun masih mungkin memberikan hasil yang bagus. Namun, dalam bahan yang sudah dikeringkan dan disimpan dalam waktu yang lama, terdapat kecenderungan glikosida diubah menjadi bentuk aglikonnya oleh fungi, dan aglikon ini mudah teroksidasi oleh adanya cahaya maupun udara (Markham, 1988).
H. Spektrofotometer Visibel
Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut spektrometer atau spektrofotometer. Cara kerja spektrofotometer UV-Vis sebagai berikut.
a. Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator,
b. monokromator sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis, c. cahaya monokromatis kemudian dilewatkan pada sampel. Digunakan kuvet untuk meletakkan sampel, kuvet biasa terbuat dari gelas atau kuarsa transparan, d. detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik, dan
e. meter/pencatat akan menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor (Sastrohamidjodjo, 2001).
Gambar 6. Diagram Spektrofotometer UV-Vis (Sastrohamidjodjo, 2001)
Senyawa yang mempunyai gugus kromofor apabila mengalami interaksi denga radiasi elektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm) maka akan menghasilkan transisi elektromagnetik dan spektra absorbansi elektromagnetik. Spektra absorbansi tersebut dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dikarenakan jumlah radiasi elektromagnetik yang diserap sebanding dengan jumlah molekul penyerapnya. Spektrum UV mempunyai absorbansi antara 100-400 nm, sedangkan spektrum visibel atau tampak mempunyai absorbansi antara 400-800 nm (Fessenden dan Fesenden, 1995).
Panjang gelombang cahaya UV atau tampak yang diserap oleh suatu senyawa tergantung pada kemudahan promosi elektron. Molekul-molekul akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek apabila molekul tersebut membutuhkan lebih banyak energi untuk promosi elektron (Fessenden dan Fesenden, 1995).
Atom gugus fungsional seperti OH, NH2, Cl yang memiliki elektron tidak berpasangan (non bonding) tidak menunjukkan absorbsi sendiri, tetapi dapat mempengaruhi intensitas suatu pita absorbsi atau panjang gelombang dari suatu kromofor. Gugus-gugus ini disebut sebagai auksokrom. Apabila intensitas absorbsi meningkat maka dinamakan efek hiperkromik, sedangkan bila intensitas absorbsi menurun dinamakan efek hipokromik. Apabila yang berubah panjang gelombangnya maka dapat terjadi pergeseran hipsokromik yaitu pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih pendek atau pergeseran batokromik, yaitu pergeseran ke arah pajang gelombang yang lebih panjang (Sastrohamidjojo, 1991).
I. Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis merupakan ukuran untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai (Mulja dan Hanwar, 2003).
Tabel III. Rentang akurasi yang dapat diterima (Harmita, 2004)
Presisi suatu metode analisis merupakan sejumlah pancaran hasil yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen. Presisi dinyatakan dalam standar deviasi atau koefisien variasi (Mulja dan Hanwar, 2003).
Tabel IV. RentangCVyang masih dapat diterima (Harmita, 2004)
Analit pada matrik
Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang mungkin ada dalam matriks sampel (Mulja dan Hanwar, 2003).
J. Landasan Teori
Radikal bebas merupakan senyawa yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan pada kulit terluarnya. Radikal bebas akan menstabilkan diri dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel dan selanjutnya akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu, diperlukan senyawa antioksidan yang dapat menghambat reaksi oksidasi radikal bebas. Senyawa fenolik merupakan antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan dan aman untuk digunakan.
Buah labu siam merupakan sayuran yang telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan sehari-hari. Senyawa fenolik yang terdapat pada buah labu siam adalah flavonoid.
Senyawa fenol seperti vitamin E dan flavonoid yang terdapat pada tanaman mampu berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid dapat mendonorkan atom hidrogen ke radikal bebas sehingga radikal bebas menjadi stabil.
larutan DPPH dari ungu menjadi kuning dan menyebabkan penurunan absorbansi secara stokiometri yang sesuai dengan jumlah elektron yang diambil .
Kandungan total fenolik ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Dengan adanya senyawa fenolik dalam sampel akan mereduksi reagen fenol Folin-Ciocalteu sehingga terbentuk larutan berwarna biru dimana intensitas warna biru yang dihasilkan sebanding dengan kandungan fenolik dalam sampel.
K. Hipotesis
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental karena adanya
perlakuan terhadap senyawa uji.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel
a. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam.
b. Variabel tergantung berupa kemampuan fraksi air ekstrak metanolik daun sirih
untuk menangkap radikal DPPH (%IC).
c. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu
pemanenan, umur buah yang dipanen dan jumLah buah segar yang digunakan.
d. Variabel pengacau tak terkendali berupa cahaya matahari, curah hujan, cuaca,
kelembapan ruangan, dan komposisi senyawa penyusun ekstrak.
2. Definisi operasional
a. Buah labu siam merupakan buah dari tanaman labu siam yang dipetik dari
daerah Sawangan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang
b. Ekstrak buah labu siam adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil
c. DPPH adalah salah satu metode yang digunakan untuk menguji aktivitas
antioksidan. DPPH merupakan suatu radikal bebas yang akan bereaksi dengan
senyawa antioksidan dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari
ungu menjadi kuning sehingga absorbansi DPPH akan menurun.
d. Persen inhibition concentration (%IC) adalah persen yang menyatakan
kemampuan fraksi air ekstrak metanolik daun sirih untuk menangkap radikal
DPPH.
e. IC50 adalah nilai konsentrasi fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam yang
menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH.
C. Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan adalah buah labu siam yang diperoleh
dari daerah Sawangan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Bahan kimia
farmasetis (CV. General Labora) berupa metanol dan akuades. Bahan kimia pro
analitik (E.Merck) berupa metanol, silika G254, n-butanol, asam asetat glasial.
Bahan kualitas pro analitik (Sigma) berupa rutin, DPPH, asam galat,
Folin-Ciocalteu, DMSO. Bahan kualitas teknis Brataco Chemica berupa wash bensin
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa vortex (Junke &
Kunkel), spektrofotometer UV-VIS (Perkin Elmer Lamda 20), blender, corong,
Buchner, oven, mikropipet 10-1000 µL; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), neraca
analitik (Scaltec SBC 22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Junke &
Kunkel), waterbath (Labo-tech, Heraceus), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat
gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki).
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi sampel buah labu siam yang digunakan berdasarkan
pengamatan ciri morfologinya dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.Pembuatan ekstrak metanol dan fraksi air buah labu siam
Buah labu siam diperoleh dari daerah Sawangan, Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang. Buah labu siam dicuci dan dibersihkan kemudian dikupas
kulitnya, dibuang bijinya kemudian diblender dan dimaserasi dengan pelarut
metanol. Maserasi diulangi sebanyak 3 kali. Maserasi yang pertama dilakukan
selama 2 x 24 jam, kemudian disaring dengan penyaring Buchner sehingga
diperoleh filtrat dan ampas. Ampas dimaserasi lagi selama 1 x 24 jam. Ampas
dan diuapkan pelarutnya denganrotary evaporator sampai tidak ada pelarut yang
menetes lagi.
Ekstrak kental metanol yag diperoleh ditambahkam dengan air hangat
sebanyak 300 mL dan dipartisi dengan wash bensin dengan perbandingan pelarut
1:1 v/v, kemudian didiamkan sampai terpisah sempurna. Fase air akan berada
pada paling bawah, sedangkan fase wasbensin berada pada bagian atas.
Selanjutnya, fase air dipisahkan dan dipartisi lagi dengan etilasetat dengan
perbandingan pelarut 1:1 v/v. Setelah dipisahkan fraksi air diuapkan dengan
vacum rotary evaporator. Lalu hasil fraksi tersebut digunakan analisis lebih
lanjut.
3.Uji Pendahuluan
a. Uji fenolik, sejumlah 0,5 mL larutan uji 750,0 µg/mL dan larutan
pembanding asam galat 150,0 µg/mL ditambahkan 2,5 mL pereaksi fenol
Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan akuades (1:10 v/v) kedalam tabung
reaksi. Diamkan selama 10 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan natrium karbonat 1
M. Kemudian amati warna larutan tersebut.
b.Uji pendahuluan aktivitas antioksidan, sebanyak 1 mL larutan DPPH
dimasukan ke dalam masing tiga tabung reaksi. Ditambahkan
masing-masing dengan 1 mL metanol p.a, larutan pembanding rutin 37,5 μg/mL , dan
larutan uji 200,0 μg/mL. Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan dengan 3 mL
metanol p.a. Larutan tersebut kemudian divortex selamam 30 detik. Setelah 30
4.Penentuan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dengan metode DPPH
a. Pembuatan larutan DPPH, sebanyak 15,7 mg DPPH dilarutkan ke
dalam metanol p.a sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM.
Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan harus selalu dibuat baru.
b.Pembuatan larutan stok rutin, sebanyak 2,5 mg rutin dilarutkan dengan
metanol p.a sampai 10,0 mL.
c. Pembuatan larutan standar rutin, diambil sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,5;
3,0 mL larutan stok rutin, kemudian ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL,
sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar rutin sebesar 12,5; 25,0; 37,5; 50,0;
dan 62,5 μg/mL.
d. Pembuatan larutan uji, sejumlah 25,0 mg fraksi air ditimbang dan diad
metanol p.a sampai 25,0 mL. Diambil sebanyak 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL larutan
tersebut, kemudian ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL, sehingga diperoleh
konsentrasi larutan uji sebesar 100; 150; 200; 250; 300 μg/mL.
e. Penentuan operating time, sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukan
kedalam masing-masing tiga labu ukur 10 mL, ditambahkan masing-masing
dengan 2 mL larutan pembanding rutin 12,5; 37,5 dan 62,5 μg/mL. Selanjutnya,
larutan tersebut ditambahkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan
tersebut kemudian divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca absorbansinya
denga spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 517 nm selama 1 jam.
f. Penentuan panjang gelombang maksimum, pada 3 labu ukur 10 mL,
dimasukan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5 mL larutan DPPH. Ditambahkan larutan
tersebut dengan metanol p.a hingga tanda batas sehingga konsentrasi DPPH
menjadi 0,020; 0,040; dan 0,080 mM. Larutan tersebut kemudian divortex selama
30 detik. Diamkan selama OT. Lalu dilakukan scanning panjang gelombang
serapan maksimum dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang
400-600 nm.
g. Penentuan aktivitas antioksidan
(i). Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol) , pada labu ukur 10
mL, dimasukan sebanyak 2 mL larutan DPPH. Ditambahan larutan tersebut
dengan metanol p.a hingga tanda batas. Kemudian larutan tersebut dibaca
absorbansinya pada saat OT dan panjang gelomabang maksimum. Pengerjaan
dilakukan sebanyak 5 kali. Larutan ini digunakan sebagai kontrol untuk menguji
larutan pembanding dan uji.
(ii). Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji, sebanyak 2 mL
larutan DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup kemudian ditambah
dengan 2 mL larutan pembanding dan uji pada berbagai seri konsentrasi telah
dibuat. Selanjutnya, larutan tersebut ditambah dengan metanol p.a hingga tanda
batas. Larutan tersebut kemudian divortex selama 30 detik dan diamkan selama
OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang
gelombang maksimum hasil optimasi. Pengujian dilakukan dengan lima kali
h. Validasi metode uji aktivitas antioksidan, hasil dari proedur 4g (i)
dan (ii) divalidasi akurasi (% recovery), presisi (%CV) spesifisitas (spektra
kontrol), dan linearitas (nilai r).
% Recovery =
%CV= x 100%
i. Estimasi aktivitas antioksidan, hasil dari prosedur 4g (i) dan (ii)
dihitung nilai % IC dan IC50 untuk rutin dan fraksi air ekstrak metanolik buah
labu siam.
5. Penentuan kandungan fenolat total
Kandungan fenolik total ditentukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini ( 2007). Langkah kerjanya
meliputi dua tahap, yakni:
a. Pembuatan kurva baku asam galat, dibuat larutan asam galat dengan
konsetrasi 500 µg/mL dalam akuades : methanol p.a (1:1). Diambil sebanyak 0,5 ;
1; 1,5; 2; dan 2,5 mL larutan tersebut, kemudian ditambahkan akuades : methanol
p.a (1:1) sampai 10,0 mL, sehingga diperoleh konsentrasi larutan baku asam galat
sebesar 25; 50; 75 ; 100 ; dan 125 µg/mL.
b. Pembuatan larutan uji, sejumlah 10,0 mg fraksi air ditimbang dan di
admetanol p.a sampai 10,0 mL.
c. PenentuanOperating time,sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 25; 75;
dan 125 μg/mL ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah
mL natrium karbonat 1 M. Setelah itu dibaca absorbansinya dengan
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 750 nm selama 30 menit.
d. Penentuan panjang gelombang maksimum, sebanyak 0,5 mL larutan
asam galat 25; 75; dan 125 μg/mL ditambahkan dengan 5 mL reagen
Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1 v/v). Larutan selanjutnya
ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Diamkan selama OT,
absorbansinya dibaca pada λ maksimum dengan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 600-800 nm.
e. Pengukuran absorbansi larutan asam galat, sebanyak 0,5 mL larutan
asam galat 25; 50; 75; 100 dan 125 μg/mL ditambahkan dengan 5 mL reagen
Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:10 v/v). Larutan selanjutnya
ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Diamkan selama OT,
absorbansinya dibaca pada λ maksimum dengan spektrofotometer visibel.
Dilakukan 5 kali replikasi.
f. Validasi metode penetapan kandungan fenolat total, hasil prosedur
5e divalidasi akurasi (%recovery), presisi (%CV) spesipisitas (spektra kontrol),
dan linearitas (nilai r).
% Recovery =
%CV= x 100%
g. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji, diambil 0,5 mL larutan
uji ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan
dengan air (1:10 v/v). Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium
dengan spektrofotometer visibel. Dilakukan lima kali replikasi. Kandungan
fenolik total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat dalam setiap per g fraksi.
6.Analisis Hasil
Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus :
Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 menggunakan
persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun
pembanding sedangkan sumbu y adalah %IC. Lalu dianalisis secara statistik
Mann-Whitney untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan bermakna
antara IC50larutan pembanding dan larutan uji.
Uji kandungan fenolisk total menghasilkan nilai mg ekivalen asam galat
dalam setiap per g fraksi. Nilai tersebut didapatkan dari analisis regresi linier
42 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman labu siam dilakukan di Laboratorium Kebun
Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Determinasi ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang
akan diuji sehingga kesalahan pengambilan sampel dalam suatu penelitian dapat
dihindari.
Dari hasil determinasi tersebut dapat dinyatakan bahwa sampel buah labu
siam yang digunakan dalam penelitian ini memang benar-benar diambil dari
tanaman labu siam (Sechium eduleSquartz) (lampiran 1).
B. Hasil Pengumpulan Bahan
Buah labu siam diperoleh dari daerah Sawangan, Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang pada bulan September 2011. Pengambilan bahan dari satu
tempat, hal ini untuk menghindari variasi kandungan senyawa aktif tanaman.
Buah labu siam yang digunakan adalah buah yang masih muda berwarna hijau
dan bagian ujung buah belum mengeluarkan tunas dan terbelah. Buah yang
diperoleh adalah sebesar 1 kg dan masing-masing memiliki ukuran yang
Buah labu siam dipetik pada pagi hari agar senyawa fenolik yang terdapat
pada tanaman belum termetabolisme menjadi bentuk metabolit sekunder lain.
Gambar tanaman dan buah labu siam disajikan pada lampiran 2.
C. Hasil Preparasi Sampel
Preparasi sampel ini dilakukan untuk mendapatkan fraksi air ekstrak
metanol buah labu siam yang diduga dalam fraksi tersebut mengandung senyawa
antioksidan. Sampel yang digunakan merupakan buah labu siam segar. Digunakan
sampel segar karena bertujuan untuk menjaga kestabilan senyawa fenolik di
dalam tanaman karena senyawa fenolik cenderung mengalami perubahan susunan
dengan adanya pengeringan atau pemanasan. Perubahan yang terjadi dapat
menurunkan aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik (Markam, 1988)
Alasan lain digunakan sampel segar adalah untuk menjaga stabilitas
senyawa fenolik pada tanaman. Menurut Handayani (2011) proses pengeringan
dapat memicu terjadinya peristiwa browning dan blackening. Peristiwa tersebut terjadi dipicu oleh reaksi oksidasi akibat adanya pemanasan yang dikatalis oleh
enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase sehingga menyebabkan senyawa
fenolik berubah menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen
melaniadin. Senyawa fenolik dalam bentuk polimer tersebut yang tidak memiliki
Buah labu siam segar dihilangkan kulitnya terlebih dahulu kemudian
dicuci untuk menghilangkan getah-getah yang terdapat pada permukaan buah.
Buah labu siam yang telah dikupas harus segera diolah karena untuk menghindari
peristiwa browning pada buah. Ketika buah dikupas atau dipotong, enzim yang
tersimpan di dalam jaringan buah akan terbebas. Apabila enzim tersebut
mengalami kontak dengan oksigen di udara, fenolase akan mengkatalisis konversi
biokimia dari senyawa fenolik yang terdapat pada buah sehingga senyawa fenolik
akan berubah menjadi bentuk polimer yang tidak memiliki aktivitas antioksidan.
Buah labu siam yang telah bersih dipotong kecil-kecil supaya lebih mudah
diblender. Buah labu siam diblender terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran pemukaan agar penyari dapat kontak lebih luas dengan simplisia. Lalu dilakukan
proses maserasi dengan metanol. Dipilih metode ekstraksi dengan maserasi karena
ekstraksi ini tidak melibatkan pemanasan sehingga perubahan-perubahan senyawa
dapat dihindari. Selain itu, proses maserasi sangat menguntungkan untuk isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman ekstrak tumbuhan dapat
menyebabkan pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada di dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna.
Metanol dipilih sebagai penyari karena metanol merupakan pelarut
universal dan penetrasinya ke dalam sel-sel tanaman lebih kuat dibanding etanol
maupun cairan penyari yang lain (Depkes RI b, 2000). Hal tersebut dikarenakan
keduanya memiliki polaritas yang hampir sama. Metanol memiliki konsistensi
yang lebih encer menyebabkan metanol lebih mudah berdifusi menembus sel-sel
tanaman (Pedricilli, 2001). Selain itu, metanol memiliki presentase OH yang lebih
besar dibandingkan dengan etanol sehingga proses pembasahan bahan dan
ekstraksinya lebih efektif.
Maserasi dilakukan dalam tabung erlenmeyer tertutup agar metanol tidak
menguap karena sifat metanol mudah menguap pada suhu kamar. Selain itu, juga
untuk mencegah masuknya kontaminan dari luar. Tabung erlenmeyer dibungkus
dengan alumunium foil agar tidak terkena cahaya matahari atau sinar matahari
langsung. Hal ini dikarenakan ada beberapa senyawa dapat bereaksi oleh adanya
cahaya dan juga dapat mengalami kerusakan oleh sinar ultraviolet matahari.
Maserasi dilakukan selama 2x24 jam dan dibantu dengan shaker agar proses maserasi lebih efektif karena penyari lebih banyak kontak langsung dengan
sel-sel dalam buah labu siam dibandingkan jika hanya didiamkan saja.
Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum karena jumlah bahan
banyak sehingga membutuhkan waktu yang lama jika disaring secara biasa.
Ampas yang diperoleh dari hasil penyaringan diremaserasi dengan metanol
selama 1x24 jam kemudian dilakukan penyaringan dengan pompa vakum, filtrat
disimpan dan ampas kembali diremaserasi selama 1x24 jam dengan penyari
metanol. Remaserasi ini bertujuan untuk memaksimalkan proses penyarian agar
diperoleh lebih banyak senyawa fenolik.
Filtrat yang diperoleh dari hasil penyaringan tersebut diupkan pelarutnya
Tujuan digunakannya rotavapor agar filtrat metanol yang akan diuapkan
pelarutnya tidak mengalami kontak dengan panas yang berlebihan dengan
demikian, kerusakan senyawa-senyawa kimia yang terkadung dalam filtrat
metanol dapat dihindari.
Rotavapor menggunakan prinsip penguapan dengan pengurangan tekanan.
Suatu cairan akan mendidih jika tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmosfir di sekelilignya. Oleh karena itu, adanya pengurangan tekanan pada alat di
bawah tekanan atmosfir dapat menyebabkan metanol mendidih dibawah titik
didih normalnya (Depkes RI, 1986). Pada penguapan tersebut hampir semua
metanol teruapkan. Sisa metanol dan air yang tertinggal dalam ekstrak kemudian
diuapkan dengan waterbath dan dibantu dengan kipas angin untuk mempercepat
penguapan. Hasil penguapan ini selanjutya disebut ekstrak metanolik buah labu
siam. Hasil ektsrak metanolik buah labu siam yang diperoleh dari proses maserasi
adalah sebesar 64,6 g sehingga diperoleh rendemen ekstrak metanolik sebesar
6,5%.
Setelah didapatkan ekstrak kental metanolik buah labu siam, kemudian
ekstrak dilarutkan dengan air hangat sebanyak 300 mL. Digunakan air hangat agar
lebih mudah melarutkan ekstrak. Ekstrak dipartisi dengan wash bensin di dalam
corong pisah dengan perbandingan air dan wash bensin 1 : 1. Fraksi air berada
dibagin bawah sedangkan fraksi wash bensin berada pada bagian atas. Hal ini
dikarenakan berat jenis wash bensin lebih kecil dibandingkan berat jenis air. Berat
Partisi dengan wash bensin ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat
kimia yang bersifat nonpolar seperti lipid dan klorofil yang dapat mengganggu
proses analisis, sedangkan dalam fraksi air terlarut senyawa-senyawa fenolik akan
dianalisis selanjutnya.
Proses eksrtaksi dilakukan berulang sebanyak 3 kali agar ekstraksi lebih
efektif dan senyawa fenolik terlarut seluruhnya dalam fraksi air. Penggojogan
lemah pada proses ekstraksi dimaksudkan agar tidak terbentuk emulsi yang dapat
menyebabkan proses pemisahan menjadi lebih lama (Matsuda,2001).
Setelah didapatkan fraksi air pertama kemudian fraksi tersebut diekstraksi
cai-cair dengan etil asetat. Hal ini bertujuan untuk memurnikan senyawa fenolik
yang didapatkan. Fraksi etil asetat akan berada di atas sedangkan fraksi air berada
di bawah. Hal ini dikarenakan berat jenis etil asetat (0,898) lebih kecil
dibandingkan berat jenis air (0,996). Fraksi etil esetat dibuang sedangkan fraksi
air akan dianalisis.
Senyawa fenolik dapat berbentuk glikosida maupun aglikonnya. Dalam
bentuk glikosida senyawa fenolik bersifat polar, sedangkan dalam bentuk
aglikonnya senyawa fenolik bersifat lebih nonpolar. Karena itu, tidak menutup
kemungkinan adanya senyawa fenolik yang terlarut dalam air maupun etil asetat
yang bersifat semi polar. Peneliti tertarik untuk menguji aktivitas antioksidan
fraksi air dibandingkan fraksi etil asetat karena kandungan senyawa fenolik yang
terdapat pada buah labu siam yang mempunyai kelarutan yang baik pada pelarut
polar seperti air, sehingga diharapkan aktivitas antioksidan pada fraksi air ini
siam mengandung fenolat, flavonoid, tanin terkondensasi, dan asam askorbat.
Selain itu peneliti telah melakukan uji pendahuluan terhadap fraksi etil asetat dan
memberikan hasil bahwa fraksi etil asetat tidak menunjukkan adanya senyawa
fenolik dan aktivitas antioksidan (lampiran 15). Fraksi air yang didapatkan
diuapkan pelarutnya dengan pemanasan menggunakan waterbath dengan bantuan
kipas angin sehingga diperoleh ekstrak kental air buah labu siam.
Berat fraksi air yang didapatkan sebesar 26,1 g dengan rendemen. 2,6 %
Fraksi tersebut disimpan dalam cawan poselin ditutup dengan plastik dan
alumunium foil lalu disimpan dalam eksikator. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya kerusakan senyawa fenolik dalam fraksi air tersebut dari
pengaruh cahaya, udara maupun kelembaban.
D. Hasil Uji Pendahuluan
1. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui secara kualitatif aktivitas
antioksidan dari fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam. Uji ini
menggunakan reaksi antara senyawa uji dan DPPH. Molekul radikal DPPH akan
bereaksi dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh senyawa uji sehingga
senyawa DPPH mengalami pengurangan intensitas warna ungu atau berubah
menjadi kuning sampai jernih (Prior et al., 2005). Pengujian menunjukan hasil positif dengan berubahnya warna larutan uji menjadi kuning. Hal ini
menunjukkan potensi fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam dalam
Gambar 7. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = kontrol negatif [blanko], B = larutan uji [fraksi air ekstrak metanolik nuah labu siam], C =
kontrol positif [rutin])
2. Uji pendahuluan fenolik
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui secara kualitatif kandungan
senyawa fenolik dalam fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam. Prinsip uji ini
adalah reaksi oksidasi reduksi dari ion fenolat senyawa uji dengan pereaksi fenol
Folin-Ciocalteu. Dengan adanya natrium karbonat yang bersifat basa akan
mengubah senyawa fenolik dari senyawa uji menjadi ion fenolat. Ion fenolat dapat
mereduksi reagen fenol Folin-Ciocalteu sehingga menyebabkan terbentuknya
senyawa berwarna biru (Abdul-Fadl,1949). Pengujian menunjukan hasil positif
dengan terbentunya warna biru pada larutan uji (gambar 8). Hal ini menunjukkan