i
Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan
Self Regulated Learning
pada Mahasiswa
Skripsi
Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Maria Dita Fivtiari
NIM : 069114053
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan
Self Regulated Learning
pada Mahasiswa
Oleh :
Maria Dita Fivtiari
NIM : 069114053
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Skripsi
iii
SKRIPSI
Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan
Self Regulated Learning
pada Mahasiswa
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Maria Dita Fivtiari
NIM : 069114053
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
pada tanggal : ...
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Penguji 1 Titik Kristiyani, M.Psi …..……….
Penguji 2 Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. .………..
Penguji 3 Minta Istono, S.Psi., M.Si. ...……….
Yogyakarta, ...
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
Dalam segala perkara Tuhan punya rencana
Yang lebih besar dari semua yang terpikirkan
Apa pun yang Kau perbuat Tak ada maksud jahat
Sbab itu kulakukan semua denganMu Tuhan
Ku tak akan menyerah Pada apa pun juga
Sebelum ku coba semua yang ku bisa Tetapi ku berserah kepada kehendakMu
Hatiku percaya Tuhan punya rencana
( Jeffry S. Tjandra – Ku tak akan Menyerah )
Teruslah berupaya untuk menjadi baik, lebih baik, dan terbaik. Jangan pernah berhenti sampai yang baik menjadi lebih baik dan yang lebih baik menjadi yang
v
vi
PERYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2011
vii
Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan
Self Regulated Learning
pada Mahasiswa
Maria Dita Fivtiari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar danself regulated learningpada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar danself regulated learningpada mahasiswa. Subjek penelitian adalah 75 mahasiswa dengan rentang usia 19 sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 7 dan 9 atau mahasiswa angkatan 2007 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala orientasi tujuan dalam belajar dan skala Self Regulated Learning (SRL). Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Koefisien reliabilitas dari skala orientasi tujuan dalam belajar sebesar 0,882 dan koefisien reliabilitas skala SRL sebesar 0,936. Untuk mengetahui hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dan SRL digunakan teknik korelasiPearson product moment.Koefisien korelasi (r) antara orientasi tujuan dalam belajar dan SRL sebesar 0,358 dengan taraf signifikansi (p) 0,002 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara orientasi tujuan dalam belajar dan SRL. Kesimpulannya bahwa mahasiswa yang memiliki orientasi tujuan dalam belajar, maka mereka semakin optimal dalam menggunakan strategi SRL.
viii
The Relationship between Goal Orientation of Learning and the
Self Regulated Learning of the Student
Maria Dita Fivtiari
ABSTRACT
This research aimed to know a relationship between goal orientation of learning and the self regulated learning to the student. In this research showed that there was relationship between goal orientation of learning and the self regulated learning to the student. The research sample consisted of 75 students who has 19-22 years old, study at USD on 7thuntil 9thsemester or USD’s students who start studied in academic year 2007. In this research, researcher used purposive sampling technique. To collect data, researcher spread the scale of goal orientation of learning and scale of self regulated learning. The research validity using content validity. Reliability coefficient goal orientation of learning’s scale was 0,882 and reliability coefficient of SRL scale was 0,936. To determine the relationship between goal orientation of learning and SRL, researcher used Pearson Product Moment correlation technique. Coefficient correlation (r) between goal orientation of learning and SRL was 0,358 with significance level (p) 0,002 (p<0,05). It meant that there is a significant relationship between goal orientation of learning and SRL. It concluded that the students who had goal orientation, so they can optimized in using SRL strategy.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Maria Dita Fivtiari Nomor Mahasiswa : 069114053
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan
Self Regulated Learningpada Mahasiswa
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Februari 2011
Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas jalan dan
penyertaan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Hubungan
Antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan Self Regulated Learning pada
Mahasiswa. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus
membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada
kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat
tersebut, yakni:
1. Titik Kristiyani, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala
penerimaan, nasehat, bimbingan, kesabaran, waktu, dukungan dan
masukan-masukan yang telah diberikan.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan yang selalu mendorong kami
agar cepat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik
untuk pendampingan dan saran-sarannya.
4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. dan Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si.
yang telah menguji skripsi dan memberikan saran-saran yang berharga.
5. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
xi
6. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gie, yang telah
banyak membantu dan juga menjadi teman bagi para mahasiswa.
7. Seluruh mahasiswa KKN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih
atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan.
8. Bapak serta Ibuku yang tersayang, atas dukungan, kesabaran, kasih sayang
dan doa yang tak berhenti terucapkan.
9. Kakak- kakakku tercinta mas Heri dan mbak Rita dengan dua ponakanku
Gilang dan Lintang; mas Dedi dan mbak Ninik dengan ponakanku Ata; mas
Wahyu dan mbak Wahyu; mas Joni dan mbak Lala terimakasih atas semangat
dan wejangan-wejangan yang telah diberikan agar penulis dapat tetap fokus
dalam mengerjakan skripsi.
10. Ibu Dr. Ch. Asri Budiningsih, terimakasih banyak atas nasehat, bimbingan
informal, waktu, dukungan dan masukan-masukan yang telah diberikan.
11. Stephanus Andi Aditya Putra, terimakasih atas kebersamaannya, waktu yang
telah diberikan dan dukungan yang diberikan bagi penulis.
12. Mas Anggit, terimakasih atas bimbingan jarak jauh, masukan-masukan dan
solusi yang telah diberikan.
13. Pimpinan Sumber Baru Motor Yamaha Besi yang sekaligus kakak dan sahabat
saya, Almarhum mbak Reri Marina Dewi, terima kasih atas nasehat, dukungan
dan kesempatan untuk bekerja bersamanya, menimba ilmu dan pengalaman
xii
14. Seluruh Staf dan teman-teman di SBM Yamaha Besi khususnya mas Neo, mas
Fajar, Adung, Mara dan mbak Kiki atas bantuan, dukungan, kebersamaan
serta pengalaman yang diberikan.
15. Sahabat-sahabatku tercinta, Ayu, Liza, dan Tari atas perhatian, dukungan,
semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan.
16. Toro, Coro, Berto, Sasa, Hayu, Winda, Dika, Endy, Manto, dan teman-teman
seperjuangan yang belum saya sebutkan.
17. Sahabat-sahabatku, Bung Ben, Ria Silek, Aka, Vita, dan Sasongko atas
candaan yang menyumbangkan hiburan yang sangat berarti untuk penulis.
18. Teman-teman Mama Laundry, mbak Mar dan Mbak Dar untuk perhatian dan
canda tawanya.
19. Teman-teman PAPITA Gereja St. Lidwina Bedog yang telah memberikan
keceriaan dan menghilangkan segala kepenatan dengan melakukan pelayanan
gereja bersama.
20. Teman-teman Mudika St.Yakobus Wilayah Bedog, mas Nantri, Windu,
Sakha, Vira, Lena, Rosa, Adi, Erika, Tina dan teman-teman mudika yang
belum saya sebutkan.
21. Mbak Henny yang telah membantu penulis dalam membuatabstract.
22. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan
xiii
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis
merasa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, 28 Februari 2011
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN MOTTO ……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
ABSTRAK ………. vii
ABSTRACT ……….. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ….. …….. ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ………. xiv
DAFTAR TABEL ………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ……….. 1
B. RUMUSAN MASALAH ……….. 6
C. TUJUAN PENELITIAN ………... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ………... 6
1. Manfaat Teoritis ……….… 6
2. Manfaat Praktis ……….... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...………... 7
A.SELF REGULATED LEARNING...……...………... 7
xv
2. Komponen-komponen SRL ……….………….……….. 9
3. Karakteristik SRL ... 12
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SRL ... 13
5. Strategi-strategi SRL ... 17
B. ORIENTASI TUJUAN DALAM BELAJAR ..………... 18
1. Pengertian Orientasi Tujuan dalam Belajar ...………. 18
2. Jenis-jenis Orientasi Tujuan dalam Belajar .……….……….. 20
3. Efek-efek memiliki Orientasi Tujuan dalam Belajar ... 23
C. MAHASISWA DIPANDANG SEBAGAI REMAJA AKHIR ..…... 24
1. Pengertian Mahasiswa ... 24
D. HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN DALAM BELAJAR DAN SRL ... 24
E. HIPOTESIS………..………... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 30
A. JENIS PENELITIAN ……… 30
B. VARIABEL PENELITIAN ....……….... 30
1. Variabel Bebas ……… 30
2. Variabel Tergantung ………... 30
C. DEFINISI OPERASIONAL ………... 30
1. Orientasi Tujuan dalam Belajar..……….. 30
2. Self Regulated Learning………... 31
D. SUBJEK PENELITIAN ………. 32
xvi
F. METODE PENGUMPULAN DATA ..………... 33
1. Skala Orientasi Tujuan dalam Belajar ..………. 34
2. SkalaSelf Regulated Learning ...………... 36
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ……….. 38
1. Uji Validitas ..………. 38
2. Uji Reliabilitas ..……….. 44
H. UJI ANALISIS DATA ………... 46
1. Uji Asumsi ... 46
2. Uji Hipotesis ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 48
A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ...…………. 48
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………... 49
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..………. 51
D. HASIL UJI PRASYARAT ... 52
a. Uji Normalitas Sebaran ...……….. 53
b. Uji Linieritas …. ………..……… 54
E. HASIL UJI HIPOTESIS ………..………... 55
F. PEMBAHASAN ...……….………….. 59
BAB V PENUTUP ………. 68
A. Kesimpulan ……….……… 68
B. Saran ……….………... 68
DAFTAR PUSTAKA ..……….………. 70
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sebaran Butir Skala Orientasi Tujuan Belajar ...… 35
Tabel 1.2 Pemberian Skor Skala Orientasi Tujuan Belajar ... 36
Tabel 2.1 Spesifikasi SkalaSelf Regulated Learning...………..…. 37
Tabel 2.2 Pemberian Skor SkalaSelf Regulated Learning……….. 38
Tabel 3.1 Hasil Uji Coba Skala Orientasi Tujuan Belajar ...….………... 40
Tabel 3.2 Susunan Butir Skala Orientasi Tujuan Belajar Setelah Uji Coba .... 41
Tabel 4.1 Hasil Uji Coba SkalaSelf Regulated Learning...…….. 42
Tabel 4.2 Susunan Butir SkalaSelf Regulated LearningSetelah Uji Coba ... 43
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas ...………..……….……... 46
Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian ...……….... 49
Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian ...………..……….…… 51
Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ...…………..……….…….…… 53
Tabel 9 Hasil Uji Liniearitas Hubungan ... 54
Tabel 10 Korelasi antara Tujuan Akademik dalam Orientasi Tujuan Belajar dengan SRL ... 56
Tabel 11 Korelasi antara Tujuan Sosial dalam Orientas Tujuan Belajar dengan SRL ... 57
Tabel 12 Korelasi antara Tujuan Akademik dalam Orientasi Tujuan Belajar dengan Kemampuan Kognisi dan Motivasi dalam SRL ... 57
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba .…...….……….... 74
Lampiran 2 Data Uji Coba Orientasi Tujuan Belajar ....….……….. 86
Lampiran 3 Data Uji CobaSelf Regulated Learning... 90
Lampiran 4 Reliabilitas Uji Coba Skala Orientasi Tujuan Belajar ... 96
Lampiran 5 Reliabilitas Uji Coba SkalaSelf Regulated Learning...… 98
Lampiran 6 Reliabilitas Data Skala Orientasi Tujuan Belajar ... 100
Lampiran 7 Reliabilitas Data SkalaSelf Regulated Learning...………...… 101
Lampiran 8 Skala Penelitian ...………...………… 102
Lampiran 9 Data Penelitian Tujuan Akademik dalam Orientasi Tujuan Belajar ...………..………... 113
Lampiran 10 Data Penelitian Tujuan Sosial dalam Orientasi Tujuan Belajar ...………... 115
Lampiran 11 Data PenelitianSelf Regulated Learning... 117
Lampiran 12 Deskripsi data, Normalitas, Linieritas ...………... 123
Lampiran 12 Korelasi ……….………….. ...……….. 125
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pribadi sukses mungkin kata tersebut tepat disematkan untuk seorang
mahasiswa yang cerdas, kreatif dan memiliki karakter mulia. Tetapi apakah
mahasiswa bisa mewujudkan pribadi sukses dalam dirinya? Setiap mahasiswa
berhak menjadi pribadi sukses, masalahnya, apakah setiap mahasiswa
menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari orang-orang yang bisa sukses?
Mahasiswa diharapkan dapat menjadi penerus generasi sebagai seseorang
yang memiliki idealisme tinggi untuk menentukan kehidupannya di masa yang
akan datang (Rahman, 2009).
Hasil pengamatan sementara peneliti berdasarkan pengalaman selama
perkuliahan dan melihat fenomena lapangan dari rekan-rekan mahasiswa yang
peneliti ketahui mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki
masalah dalam mengatur diri pada saat belajar. Mayoritas mahasiswa tidak
memiliki tujuan dalam belajar, hanya berniat berangkat kuliah saja, pasti jenuh
dengan kegiatan rutinitas ini setiap hari. Berangkat kuliah, masuk, selesai
kuliah kemudian pulang. Beberapa mahasiswa memilih untuk tidur setelah
pulang kuliah, berkumpul dengan teman-teman sekedar untuk membicarakan
baik maupun buruknya teman, tenaga pendidik atau yang lainnya. Tidak
sedikit pula mahasiswa yang nongkrong di kampus hanya untuk bermain
internet yang telah disediakan oleh kampus dengan alasan dapat memudahkan
akses fasilitas kampus seperti melihat nilai, mata kuliah, dosen wali, dsb.
Akan tetapi apakah mahasiswa hanya memanfaatkan fasilitas internet sebagai
sumber informasi akademik? Pada kenyataannya mahasiswa lebih tertarik
menggunakan internet untuk akses facebook,chattingatau akses hal-hal diluar
kebutuhan akademik. Adakah manfaatnya jika menjadi mahasiswa seperti ini
atau untuk menghindar dari kesulitan dan kepenatan yang dihadapi selama
perkuliahan ?
Beberapa mahasiswa mengaku bahwa mereka terpaksa menghindar dari
kesulitan dan kepenatan yang dihadapi selama perkuliahan dengan alasan
untuk menghilangkan stress sejenak dengan segala kewajiban aktivitas
akademik. Alasan ini terkadang menjadi boomerang bagi mahasiswa sendiri
karena terlena dengan hal-hal yang membuat dirinya merasa senang sehingga
tak jarang yang lupa dengan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa yang
memiliki idealisme tinggi. Fenomena mahasiswa yang menghindari kesulitan
dalam akademik ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti tidak adanya
gairah kuliah karena masalah pribadi ditambah tugas-tugas yang menumpuk
atau salah masuk jurusan, cara mengajar tenaga pendidik yang kurang bisa
memotivasi mahasiswa untuk tertarik dengan materi yang diajarkan. Selain
itu, tidak ada tujuan yang dijadikan pedoman mahasiswa dalam belajar
sehingga mereka hanya sekedar melakukan kewajibannya untuk kuliah dan
tidak perencanaan untuk kegiatan akademik selanjutnya. Melihat fenomena
mahasiswa tersebut, kemudian bagaimana mahasiswa dapat mencapai prestasi
Mayoritas mahasiswa pada dasarnya merasa kebingungan dalam mengatur
diri pada saat melakukan aktivitas belajar baik untuk memahami materi atau
mengerjakan tugas serta bagaimana mengendalikan diri pada aktivitas di luar
akademik. Banyaknya variasi matakuliah dan tugas yang menjadi kewajiban
mahasiswa dalam perkuliahan ditambah dengan kegiatan diluar perkuliahan
menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan pengelolaan diri ketika
belajar. Akibatnya, mahasiswa pun lebih tertarik untuk melakukan kegiatan
yang tidak memiliki kepentingan atau tujuan sama sekali sehingga kreativitas
mahasiswa pun menjadi terhambat.
Kegiatan mahasiswa yang tak bertujuan tersebut akhirnya berdampak pada
kebiasaan-kebiasaan buruk akrab muncul dikalangan mahasiswa kampus
seperti aktivitas copas (copy paste) karya tulis orang lain pada saat
mengerjakan tugas, menerapkan sks (sistem kebut semalam) pada saat
mengerjakan tugas atau menghadapi ujian, menyontek pada saat ujian, malas
mengikuti kuliah, mengakses internet sampai lupa untuk membaca buku
kuliah.
Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan mahasiswa dewasa ini dapat
diantisipasi dengan menggunakan strategi belajar yang efektif. Salah satu
strategi belajar yang dapat diterapkan pada mahasiswa yang dianggap mampu
memanfaatkan kesempatan dan kemampuannya secara optimal dalam
mencapai prestasi akademik yaitu strategi self regulated learning(SRL). SRL
adalah suatu strategi yang mengacu pada kemampuan individu untuk
kognitif, motivasi dan berperilaku aktif (Zimmerman dan Schunk dalam
Ablard dan Lipzchultz, 1998).
Peverly (dalam Narulita, 2005) menggambarkan bahwa individu yang
melakukan SRL adalah individu yang memiliki pengetahuan dan tujuan
strategis serta memiliki kemandirian untuk mengerahkan kemampuannya
secara efektif dalam belajar. Tujuan strategis merupakan hasil pertimbangan
individu dalam memilih fokus atau orientasi tujuannya dalam belajar. Semakin
mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan yang memiliki orientasi tujuan
dalam belajar, maka mereka semakin dapat melakukan strategi SRL secara
optimal. Apabila mayoritas mahasiswa sudah dapat mengelola aktivitas
belajar mereka menggunakan strategi SRL, maka mahasiswa juga dapat
meminimalisir kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak bertujuan dan
menyebabkan terhambatnya kreativitas belajar. Oleh karena itu, mahasiswa
dituntut untuk dapat mengelola secara aktif pengalaman belajarnya sendiri
dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal (Winne
dalam Mujidin, 2008).
Orientasi tujuan dalam belajar merupakan suatu bagian dari proses
pembelajaran, yaitu suatu orientasi yang menekankan belajar sebagai sarana
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri (Dowson, 2004). Individu
yang menentukan orientasi tujuan untuk dirinya sendiri dan memilih tindakan
yang telah mereka pikirkan akan dapat membantu mereka dalam mencapai
tujuan. Penentuan orientasi tujuan dalam belajar ini dapat
menginterpretasi dan merespon situasi atau kejadian yang dihadapinya (Ames
dan Archer, 1988). Hal tersebut dapat mengisyaratkan individu untuk
mempercayai bahwa kompetensi yang dimilikinya dapat diperbaiki, untuk
mengevaluasi kompetensi yang dimiliki dikaitkan dengan kompetensi
awalnya, dan untuk memilih tugas yang menantang secara terus menerus
(Mustikawati, 2006).
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang
SRL dan tujuan belajar seperti pada penelitian Middleton dan Midgley (dalam
Arias, 1997) menghasilkan korelasi positif antara tujuan belajar dengan
strategi regulasi diri dan harapan dari efikasi diri, dan berkorelasi negatif
dengan penghindaran dari help-seeking (usaha untuk membantu). Penelitian
Winne (dalam Arias, 1997) juga menunjukkan tentang model regulasi diri
dimana seleksi tujuan dianggap penting dalam strategi regulasi diri untuk
melakukan perencanaan dan proses belajar. Dia juga menyajikan fakta-fakta
mengenai peran dari tujuan yang dipilih sebagai taktik motivasi yang
menunjukkan bahwa orientasi tujuan tergantung dari representasi mahasiswa
terhadap tugas yang didapatkan berdasarkan ide-ide dan pengetahuan,
penguasaan pada pengetahuan tersebut, pengetahuan dari strategi belajar dan
variasi ide-ide motivasionalnya.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan seleksi tujuan atau
menentukan orientasi tujuan belajar dapat berperan penting dalam
perencanaan dan proses belajar. Peneliti sendiri tertarik untuk menguji apakah
ada hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dan SRL pada mahasiswa.
B. Rumusan masalah
Berangkat dari pemaparan di atas maka dapat dirumuskan masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara orientasi
tujuan dalam belajar danself-regulated learningpada mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi
tujuan belajar danself-regulated learningpada mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritik penelitian ini bertujuan untuk menambah kajian teori di
bidang ilmu Psikologi Pendidikan yang membahas tentang orientasi tujuan
dalam belajar danself regulated learning.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pandangan tersendiri pada
mahasiswa untuk dapat menentukan orientasi tujuan dalam belajarnya baik
secara akademik maupun sosialnya dalam rangka mengembangkan
kemampuan kognitif, motivasi, dan berperilaku aktif ketika menggunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self Regulated Learning
1. PengertianSelf-Regulated Learning
Self-regulated learning (SRL) adalah faktor internal individu yang
diperkirakan memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi akademik
mahasiswa. SRL merupakan strategi yang diterapkan individu dalam
aktivitas belajarnya. SRL berkaitan dengan pembangkitan diri baik
fikiran, perasaan serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal
balik yang disesuaikan pada pencapaian tujuan personal atau dengan kata
lain SRL berhubungan dengan kognisi, motivasi, dan perilaku yang
berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan personal (Zimmerman, 1989).
Pengertian lebih lanjut dari Purdie (1996) menyebutkan bahwa teori
SRL memfokuskan perhatian pada mengapa dan bagaimana individu
berinisiatif dan mengontrol diri terhadap belajar mereka.
Pintrich (2000) mengatakan bahwa SRL dapat didefinisikan sebagai
proses dimana mahasiswa menggunakan strategi belajar yang berbeda
dengan meregulasi kognisi, motivasi, tingkah laku, dan konteks. Berbeda
dengan Pintrich, menurut Winne (dalam Mujidin, 2008) SRL adalah
kemampuan seseorang untuk mengelola secara aktif pengalaman
belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar
yang optimal.
Menurut Schunk dan Ertmer (1999) SRL adalah proses yang berputar
dan terus berubah selama proses belajar. Gambaran proses berputar ini
dilukiskan oleh Zimmerman (dalam Schunk dan Ertmer, 1999) dengan
tiga tahap model SRL. Pertama, forethought phase (pemikiran
sebelumnya) yaitu performansi aktual yang mendahului dan berkenaan
dengan proses pengumpulan langkah untuk suatu tindakan. Kedua,
performance control phase yaitu mencakup proses yang terjadi sebelum
belajar dan mempengaruhi perhatian dan perilaku. Ketiga, selama
self-reflection phase terjadi setelah performansi individu merespon pada
usahanya dalam upaya pencapaian tujuannya.
Zimmerman (dalam Rose dan Winne, 1993) menyatakan bahwa dalam
SRL, individu dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam aktivitas
belajarnya, memiliki tujuan dalam belajar serta upaya yang terstruktur
didasarkan tujuan yang dimilikinya. Corno dan Mandinach (dalam Kerlin,
2000) mendefinisikan SRL sebagai upaya individu dalam melaksanakan
aktivitas belajar dengan melibatkan proses kognisi (mencakup
perencanaan dan pemonitoran) dan afeksi yang dimilikinya.
Butler dan Winne (1995) menyatakan bahwa SRL merupakan upaya
aktif individu untuk meraih tujuan yang dibuatnya dalam aktivitas belajar
dengan menggunakan strategi yang melibatkan kemampuan kognitif,
afektif dan perilaku. Senada dengan definisi yang dikemukakan Butler
dan Winne (1995), Zimmerman dan Schunk (dalam Ablard dan
dalam belajar, dengan mengikutsertakan kemampuan kognisi, motivasi
dan perilaku aktif.
Berdasarkan beberapa definisi SRL yang dikemukakan di atas, maka
definisi SRL yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
Zimmerman dan Schunk (dalam Ablard dan Lipschultz, 1998) yang
mengatakan bahwa SRL adalah upaya individu untuk mengatur diri dalam
belajar dengan mengikutsertakan kemampuan kognisi, motivasi dan
perilaku aktif.
2. Komponen-komponen SRL
Sebagaimana dipaparkan Zimmerman (1989) sebelumnya bahwa SRL
mencakup tiga komponen yang diaplikasikan dalam belajar yaitu kognisi,
motivasi dan perilaku. Paparan selengkapnya sebagai berikut.
a. Kognitif
Menurut Zimmerman (1989) kognisi merupakan proses
pengambilan keputusan yang meregulasi pilihan dan menggunakan
berbagai macam pengetahuan. Schunk dan Zimmerman menambahkan
bahwa pengetahuan kognisi meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pemonitoran (pemantauan) dan pengevaluasian terhadap aktivitas
belajar. Poin kognisi bagi individu yang melakukan SRL adalah
individu yang merencanakan, mengorganisasi, mengukur diri dan
menginstruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses belajar
b. Motivasi
Schunk dan Zimmerman menyatakan bahwa motivasi dalam SRL ini
merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang
mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi dan otonomi yang
dimiliki dalam aktivitas belajar. McCombs memandang motivasi dalam
belajar mempunyai dua fungsi, yaitu: 1) sebagai penilaian seseorang
terhadap arti suatu pengalaman atau aktivitas belajar, 2) proses individu
dalam berinisiatif, memilih atau menentukan sesuatu, serta mengontrol
tujuan, proses dan hasil belajar.
c. Perilaku
Perilaku menurut Schunk dan Zimmerman merupakan upaya
individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan
lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas
belajarnya. Zimmerman dan Pons (1988) mengatakan bahwa individu
memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik yang
seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan atas aktivitas yang
dilakukan.
Menurut Schunk dan Zimmerman (dalam Mujidin, 2008) menyatakan
bahwa SRL mencakup tiga aspek yaitu:
a. Metakognisi
Metakognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan,
dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
b. Motivasi
Motivasi dalam SRL ini merupakan pendorong yang ada pada diri
individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi
otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan
fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan
pearasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu.
c. Perilaku
Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri,
menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan
lingkungan yang mendukung aktivitas belajarnya.
Menurut Corno (dalam Fermin dan Maria, 2004) menunjukkan aspek
SRL yang membedakan antara mahasiswa yang menggunakan SRL
dengan yang tidak menggunakan SRL.
a. Mereka mengetahui bagaimana menggunakan strategi kognitif
(pengulangan, penguasaan, dan pengorganisasian) yang dapat
membantu mereka untuk mengikuti, mentransformasikan,
mengorganisasikan, mengelaborasikan informasi yang diperoleh.
b. Mereka mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol dan
mengatur proses mental mereka untuk mencapai tujuan personal
(metacognition).
efikasi diri akademik, mengangkat tujuan belajar mengembangkan
emosi positif pada tugas (seperti kesenangan, kepuasan, antusiasme),
seperti halnya saat mengontrol dan memodifikasi, menyesuaikan syarat
dari tugas-tugas akademik dan khususnya dalam situasi belajar.
d. Mereka merencanakan dan mengontrol waktu dan usaha yang
digunakan untuk mengerjakan tugas dan mereka juga mengetahui
bagaimana menciptakan dan menstruktur lingkungan belajar yang
memungkinkan, seperti mencari tempat yang nyaman untuk belajar dan
meminta bantuan pada dosen atau teman kuliah ketika mereka memiliki
kesulitas dalam belajar.
e. Mereka menunjukkan usaha yang terbaik dalam mengontrol dan
meregulasi tugas akademik, suasana dan struktur kelas.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa komponen atau aspek SRL antara lain kognitif,
motivasi, dan berperilaku aktif.
3. Karakteristik SRL
Rochester Institute of Technology (dalam Mujidin, 2008)
mengemukakan bahwa karakteristik, yaitu:
a. Memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepada mereka dan membuat perencanaan untuk mengatur
dari dalam dirinya maupun dari luar pada saat menyelesaikan tugas.
b. Memiliki need for challege. Karakteristik yang dimaksudkan disini
adalah individu memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan
kesulitan yang dihadapinya pada saat mengerjakan tugas dan
mengubahnya menjadi sebuah tantangan dan suatu hal yang
menyenangkan atau menarik.
c. Mengetahui bagaimana cara menggunakan sumber-sumber yang ada,
baik sumber dari dalam dirinya maupun dari luar serta melakukan
pengontrolan terhadap proses belajarnya. Selain itu, mereka juga
melakukan pengevaluasian terhadap performansinya dalam belajar.
d. Memiliki kegigihan dalam bekerja dan mempunyai strategi tertentu
yang membantunya dalam belajar.
e. Mempunyai kecenderungan untuk membuat suatu pengertian atau
makna dari apa yang dibaca, ditulis maupun yang didiskusikannya.
f. Menyadari bahwa kemampuan yang mereka miliki bukan satu-satunya
faktor yang mendukung kesuksesan meraih prestasi, melainkan juga
dibutuhkan strategi dan upaya yang gigih dalam belajar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi SRL
Bandura (dalam Zimmerman, 1989) mengatakan bahwa SRL mengacu
pada tingkatan bagaimana individu dapat menggunakan dirinya untuk
mengatur strategi dalam berperilaku dan mengatur lingkungan belajarnya.
a. Individu (self), faktor individu meliputi:
1) Pengetahuan yang dimiliki individu. Semakin banyak dan beragam
pengetahuan yang dimiliki individu akan semakin membantu
individu dalam melakukan SRL.
2) Tingkat kemampuan kognisi. Semakin tinggi tingkat kognisi yang
dimiliki, semakin membantu pelaksanaan SRL dalam diri individu.
3) Tujuan yang ingin dicapai. Semakin kompleks tujuan yang ingin
diraih dalam aktivitas belajar, semakin besar kemungkinan individu
melakukan SRL.
b. Perilaku, faktor perilaku mengacu pada upaya individu menggunakan
kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang
dilakukan individu dalam mengatur dan mengorganisasikan proses
belajar akan meningkatkan SRL pada diri individu. Bandura (dalam
Zimmerman, 1989) menyatakan dalam perilaku ini, ada tiga tahap yang
berkaitan denganself-regulationyaitu:
1) Self-observation yang berkaitan dengan respon individu dimana
individu melihat ke dalam dirinya dan performansinya;
2) Self-judgment merupakan tahap individu membandingkan informasi
standar yang telah dilakukannya dengan standar atau tujuan yang
sudah dibuat dan ditetapkan individu.
3) Self-reaction merupakan tahap yang mencakup proses individu
dalam menyesuaikan diri dan rencana untuk mencapai tujuan atau
c. Lingkungan, menurut Bandura (dalam Zimmerman, 1989) lingkungan
memiliki peran sebagai tempat individu melakukan aktivitas belajar dan
memberikan fasilitas kepada aktivitas belajar yang dilakukan, apakah
fasilitas tersebut cenderung mendukung atau menghambat aktivitas
belajar khususnya SRL.
Menurut Zimmerman (dalam Mujidin, 2008) berpendapat bahwa
menurut teorisocial cognitive terdapat 3 hal yang mempengaruhi seseorang
sehingga melakukan SRL :
a. Individu, yang termasuk dalam faktor individu antara lain :
1) Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga
membantu individu melakukan SRL.
2) Tingkat kemampuan metakognisi individu semakin tinggi sehingga
membantu individu melakukan SRL.
3) Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks
tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk
melakukan SRL.
4) Keyakinan efikasi diri, dimana pembelajar yang memiliki taraf
self-efficacy yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun
pada tugas akademik ditengah kesulitasn, dan lebih baik dalam
memantau dirinya dan menggunakan strategi belajar.
b. Perilaku, fungsi perilaku adalah membantu individu menggunakan
dilakukan individu dalam mengatur proses belajar, akan meningkatkan
SRL pada diri individu. Ada 3 tahap perilaku berkaitan dengan SRL
sebagai berikut:
1) Behavior self reactionyaitu mahasiswa berusaha seoptimal mungkin
dalam belajar
2) Personal self reaction ialah mahasiswa berusaha meningkatkan
proses yang ada dalam dirinya pada saat belajar
3) Environmental self reactionyakni mahasiswa berusaha merubah dan
menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebutuhan.
c. Lingkungan, dapat mendukung atau menghambat mahasiswa dalam
melakukan aktivitas belajar. Pengaruh lingkungan ini berupasocial dan
enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru, teman, maupun
berbagai bentuk informasiliteraturedan simbolik lainnya, serta struktur
konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi SRL yaitu faktor individu, motivasi, dan
lingkungan degan penjelasan dari Bandura (Zimmerman, 1989) karena lebih
5. Strategi-strategi dalam SRL
Menurut Zimmerman dan Martinez (dalam Zimmerman, 1988)
mengemukakan bahwa SRL memiliki 14 kunci strategi yang dijelaskan di
bawah ini.
a. Self evaluation mengindikasikan bahwa evaluasi yang diajukan pada
mahasiswa untuk menunjukkan kualitas atau kemajuan dari hasil kerja
mereka.
b. Organizing and transforming mengindikasikan bahwa susunan ulang
baik yang didalam maupun diluar yang ditunjukkan mahasiswa saat
menggunakan bahan-bahan kuliah berguna untuk mengembangkan
pembelajaran.
c. Goal-setting and planning mengindikasikan tentang setting dari
tujuan educational dan perencanaan yang runtut, waktu, serta
melengkapi aktivitas yang berhubungan dengan tujuan mahasiswa.
d. Seeking information mengindikasikan tentang usaha mahasiswa pada
terjaminnya kelangsungan dari sumber-sumber non-sosial ketika
mengerjakan sebuah tugas.
e. Keeping records and monitoring mengindikasikan tentang
usaha-usaha mahasiswa untuk mencatat kejadian atau akibatnya.
f. Environmental structuring mengindikasikan tentang usaha mahasiswa
untuk memilih atau menyusun kegiatan nyata dalam rangka membuat
g. Self-consequences mengindikasikan tentang mahasiswa dalam
merencanakan atau mengimajinasikan reward atau hukuman untuk
setiap kesuksesan atau kegagalan.
h. Rehearsing and memorizing mengindikasikan tentang usaha
mahasiswa untuk menghafalkan materi dengan latihan yang jelas atau
samar-samar.
i. Seeking social assistance mengindikasikan tentang usaha mahasiswa
dalam mencari bantuan pada temannya, guru dan orang dewasa.
j. Reviewing records mengindikasikan tentang usaha dari mahasiswa
untuk membaca ulang suatu tes, catatan, atau buku teks sebagai
persiapan di perkuliahan atau tes lebih lanjut.
k. Others mengindikasikan tentang perilaku belajar mahasiswa ketika
diajarkan oleh orang lain seperti guru atau orang tua, dan semua
respon verbal yang belum jelas.
B. Orientasi Tujuan dalam Belajar
1. Pengertian
Orientasi tujuan belajar merupakan suatu bagian dari proses
pembelajaran, yaitu suatu orientasi yang menekankan belajar sebagai
sarana untuk mencapai tujuan lain dari pembelajaran itu sendiri. (Dowson,
2004). Orientasi tujuan dalam belajar adalah bagaimana individu mencapai
motivasional dari belajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Simanungkalit, 2006).
Orientasi tujuan dikonseptulisasikan sebagai suatu mental framework
bagaimana individu menginterpretasi dan merespon situasi/kejadian yang
dihadapinya (Ames dan Archer, 1988; Dweck and Legget, 1988 dalam
Mustikawati, 2006).
Orientasi tujuan dari mahasiswa adalah sebuah penempatan individu ke
tingkat pencapaian atau target suatu prestasi dalam situasi pembelajaran.
Menurut Karabenick dan Collins-Eaglin (dalam Meifida, 2006), tujuan
berprestasi (atau orientasi tujuan) mengarah pada dasar motivasional dari
belajar dimaksudkan selama pembelajaran berlangsung.
Orientasi tujuan adalah awal dari sebuah gagasan dalam literatur
pendidikan yang menganjurkan bahwa individu dapat menentukan
orientasi pembelajaran atau performansi yang mengarah pada tugas-tugas
dalam pembelajaran (Dweck, 1986, 1989 dalam Arias, 2004). Terdapat
dua aspek penting yang terdapat dalam orientasi tujuan dalam belajar yaitu
goal commitment dan goal choice. Goal commitment menunjukkan
bagaimana individu memiliki keterikatan dengan tujuan, antusiasme
mereka pada tujuan dan bagaimana menentukan tujuan yang akan dicapai.
Sedangkan goal choice mengarah pada bagaimana usaha individu dalam
mencoba untuk mendapatkan dan mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi dari orientasi tujuan dalam belajar yang
adalah bagaimana individu mencapai target yang ditentukan sebagai
prestasi belajar atau mengarah pada dasar motivasional dari belajar sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Jenis-jenis Orientasi Tujuan dalam Belajar
Orientasi tujuan dalam belajar dibedakan dalam dua jenis yaitu tujuan
akademik dan tujuan sosial. Tujuan akademik mengarah ke motivasi alami
akademik yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman perilakunya di
ruang kelas. Sedangkan, tujuan sosial mengarah ke pertimbangan
mahasiswa dalam bertindak di sebuah situasi akademik dalam kaitannya
dengan relasi sosial (Arias, 2004).
Menurut Dowson dan Mcinerney (dalam Arias, 2004) mengemukakan
bahwa terdapat beberapa karakteristik pada masing-masing jenis orientasi
tujuan dalam belajar yang dipaparkan sebagai berikut:
a. Tujuan Akademik
Tujuan akademik memiliki beberapa karakteristik yang ingin
dicapai oleh individu dalam belajar adalah sebagai berikut:
1) Penguasaan materi yaitu keinginan untuk mencapai pemahaman
dari yang dijelaskan, potensi akademik, atau pengembangan
performansi yang relatif pada standar pembuktian diri.
2) Performansi yaitu keinginan untuk mencapai outperform dari
mahasiswa lain, mencapai grade yang pasti, atau mendapatkan
3) Tidak ingin menghindari pekerjaan yang mudah atau keinginan
yang hanya untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan
membutuhkan usaha yang keras untuk menyelesaikannya.
b. Tujuan Sosial
Tujuan sosial memiliki beberapa karakteristik yang ingin dicapai
oleh individu dalam belajar adalah sebagai berikut:
1) Afiliasi sosial yaitu keinginan untuk dapat meningkatkan sense of
belonging dari sebuah kelompok atau beberapa kelompok dan atau
untuk membangun atau menjaga hubungan interpersonal.
2) Penerimaan sosial yaitu keinginan untuk mendapatkan persetujuan
dari teman sebaya, guru dan atau orang tua.
3) Pengertian sosial yaitu keinginan untuk membantu orang lain dalam
akademik atau pengembangan personal.
4) Tanggungjawab sosial yaitu keinginan untuk dapat menjaga
komitmen interpersonal, mempertemukan kewajiban sebagai peran
sosial, atau mengikuti peraturan sosial dan moral.
5) Status sosial yaitu keinginan untuk dapat mencapai posisi tertinggi
di Universitas dan atau kehidupan selanjutnya.
Ames dan Archer (dalam Locke, E. A., & Latham, 1990)
mengklasifikasikan jenis orientasi tujuan dalam belajar secara umum,
a. Mastery Goal Orientation
Orientasi tujuan mastery fokus pada pembelajaran, menguasai
tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengembangkan
ketrampilan baru, mengembangkan kompetensi, dan mencoba untuk
menyempurnakan suatu tantangan, dan mencoba untuk mencapai
pemahaman atau pengetahuan. Ciri khasmastery goalyaitu berusaha
keras untuk belajar dan ketika membuat kesalahan dianggap sebagai
bagian dari belajar.
b. Performance Goal Orientation
Orientasi tujuan performansi lebih fokus pada kemampuan
relatif dan bagaimana kemampuan dipertimbangkan. Misalnya,
mencoba untuk melebihi standar performansi normatif, berusaha
untuk meraih performansi terbaik dibanding dengan yang lain
(contoh: Aku bisa bisa mencapai tingkat yang terbaik dibanding
siapapun di dalam kelas), dan mencari pengakuan publik dari tingkat
performansi yang diperoleh. Ciri khas performance goal yaitu
bekerja keras untuk mencapai tingkatan tertinggi dan sangat tidak
suka membuat kesalahan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis orientasi
tujuan dalam belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuan
menjadi prioritasnya dalam belajar, cenderung memilih tujuan akademik
atau tujuan sosial.
3. Efek-efek memiliki Orientasi Tujuan dalam Belajar
Menurut M. Ford dan Nichols (dalam Locke, E. A., & Latham, G.P.,
1990) menyebutkan bahwa efek-efek yang yang ditimbulkan jika individu
memiliki orientasi tujuan dalam belajar adalah sebagai berikut.
a. Active style yaitu individu yang secara aktif memiliki orientasi maka
individu tersebut dapat membuat inisiatif, melaksanakan dan
merencanakan apa yang akan dilakukannya dalam belajar. Hal ini dapat
membuat individu dapat mengendalikan segala perilakunya yang
disesuaikan dengan situasi yang dihadapi ketika belajar.
b. The approach style yaitu individu dapat mencari dan memanfaatkan
kesempatan untuk mendapatkan apa yang ingin dicapai atau diperbaiki,
mampu melibatkan artistik dan kreativitas dalam beraktivitas, serta
mampu membuat pengaturan, mengorganisasi dalam penyelesaian tugas
perkuliahan sehari-hari.
c. Maintenance Goals menunjukkan bahwa individu mampu membuat
tujuan umum dan berperilaku dalam situasi belajar. Jika menggunakan
maintenance goals maka individu akan mempunyai kepuasan diri sesuai
dengan apa yang sudah dikerjakan, semakin tertarik untuk belajar
C. Mahasiswa Dipandang sebagai Remaja Akhir
1. Pengertian
Masa usia mahasiswa berumur sekitar 18 sampai 25 tahun. Mereka
dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal.
Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa
ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2001). Pada usia remaja
akhir terjadi perkembangan inteligensi dimana individu sudah memiliki
kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah
dan menguasai lingkungan secara efektif (Hurlock, 2002). Hal ini berarti
bahwa mahasiswa sudah mampu memikirkan orientasi tujuan khususnya
dalam belajar sehingga mereka mampu menggunakan strategi SRL secara
optimal.
D. Hubungan antara Orientasi Tujuan dalam Belajar dan Self Regulated
Learning
Secara khusus David Wechsler (Hurlock, 2002) mengatakan bahwa masa
remaja akhir memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara terarah
serta mengolah dan menguasai lingkungan secara aktif agar inteligensi yang
mengandung unsur rasio atau pikiran dapat berkembang. Mahasiswa semester
7 dan 9 dengan rata-rata usia 19 sampai 22 tahun ini termasuk remaja akhir
sehingga dengan kemampuan berpikir dan bertindak secara terarah yang
mereka miliki, mahasiswa dapat menentukan orientasi tujuannya dalam belajar
Penentuan orientasi tujuan belajar ini kemudian dapat membantu mahasiswa
dalam menggunakan strategi regulasi diri ketika belajar atau SRL (Self
Regulated Learning).
SRL adalah suatu strategi yang mengacu pada kemampuan individu untuk
mengatur dirinya dalam proses belajar, dengan mengikutsertakan kemampuan
kognitif, motivasi dan perilaku aktif (Zimmerman dan Schunk dalam Ablard
dan Lipzchultz, 1998). Beberapa tindakan yang dilakukan mahasiswa ketika
menggunakan kemampuan kognitifnya dalam proses belajar yaitu dengan
merencanakan, mengorganisasikan, memantau dan mengevaluasi hasil
belajarnya. Dalam proses belajar, mahasiswa juga membutuhkan motivasi
karena motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu
yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi, dan otonomi yang
dimiliki dalam aktivitas belajar. Selanjutnya Zimmerman juga menyatakan
bahwa dalam SRL individu dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam aktivitas
belajarnya, memiliki tujuan dalam belajar serta upaya yang terstruktur
didasarkan pada tujuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa mahasiswa harus dapat pula berperilaku aktif dengan mengatur diri,
menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan serta menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitas belajarnya. Dengan demikian, individu memiliki otonomi
dalam dirinya untuk memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan sosial
dan fisik yang seimbang dalam mencapai belajar yang optimal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi strategi SRL
tujuan yang ingin dicapainya. Hal ini disebabkan mahasiswa yang memiliki
orientasi tujuan yang semakin kompleks untuk diraih dalam aktivitas
belajarnya, maka semakin besar kemungkinan individu untuk melakukan SRL
(Bandura dalam Zimmerman, 1989).
Orientasi tujuan dalam belajar adalah orientasi tujuan dalam belajar adalah
bagaimana individu mencapai target yang ditentukan sebagai prestasi belajar
atau mengarah pada dasar motivasional dari belajar sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan teori Locke dan Latham (1990)
menunjukkan adanya dua aspek penting dari orientasi tujuan dalam belajar
yaitugoal commitmentdangoal choice. Dalam goal commitmentmenerangkan
bagaimana antusiasme mereka dalam menentukan tujuan yang akan dicapai,
sedangkan dalam goal choice menerangkan bahwa tujuan individu yang
sebenarnya yaitu dimana mereka berada pada tingkatan mencoba untuk
mencapai tujuan tersebut.
Pada saat melakukan aktivitas belajar, mahasiswa seringkali mengalami
kebingungan dalam menentukan orientasi tujuan belajar sehingga mereka
mengalami hambatan dalam mempersiapkan karier ekonominya. Ada banyak
pilihan dalam orientasi tujuan belajar yang secara umum dibedakan dalam dua
jenis yaitu tujuan akademik dan tujuan sosial. Tujuan akademik mengarah ke
motivasi alami akademik yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman
perilakunya didalam kelas. Tujuan ini dapat mendorong mahasiswa dalam
mengikuti perbedaan obyektif dalam akademik dan suasana perkuliahan seperti
pekerjaan yang mudah. Sedangkan tujuan sosial mengarah ke pertimbangan
mahasiswa dalam bertindak di sebuah situasi akademik dalam kaitannya
dengan relasi sosial (Arias, 2004).
Karakteristik yang ingin dicapai individu ketika membuat suatu
pertimbangan dalam bertindak di sebuah situasi akademik yaitu afiliasi sosial
dimana individu memiliki dorongan untuk dapat meningkatkan sense of
belonging dari sebuah kelompok dan penerimaan sosial dimana individu ingin
mendapat persetujuan atau pengakuan dari teman sebaya, dosen, atau orang tua
dalam melakukan aktivitas belajar. Karakteristik tujuan yang lain yaitu
perhatian sosial dimana individu terdorong untuk membantu orang lain yang
kesulitan dalam akademik, tujuan tanggungjawab sosial dimana individu ingin
dapat menjaga komitmen interpersonal dengan mengikuti peraturan sosial dan
moral, dan tujuan status sosial yaitu keinginan individu untuk dapat mencapai
posisi tertinggi di Universitasnya.
Beberapa variasi orientasi tujuan dalam belajar dapat dijadikan sebagai
sarana mahasiswa untuk melakukan regulasi diri dalam belajar. Sebelumnya
mahasiswa melakukan seleksi orientasi tujuan terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan, hasil seleksi orientasi yang mereka lakukan dapat mengembangkan
28
- Mencapaigradeyang pasti
3. Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini secara umum, yaitu:
“Ada hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dan self regulated
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara orientasi tujuan
belajar danself regulated learningpada mahasiswa.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Bebas : Orientasi tujuan dalam belajar
b. Variabel Tergantung :Self regulated learning
C. Definisi Operasional
1. Orientasi Tujuan dalam Belajar
Orientasi tujuan belajar adalah sebuah penempatan individu dalam
mencapai tingkat atau target prestasi dalam situasi pembelajaran atau
mengarah pada dasar motivasional dari belajar. Penentuan tujuan pada
individu dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu mental framework
bagaimana individu menginterpretasi dan merespon situasi/kejadian yang
dihadapinya.
Orientasi tujuan belajar dibedakan dalam dua jenis yaitu tujuan
akademik dan tujuan sosial. Tujuan akademik mengarah ke motivasi alami
akademik yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman perilakunya di
ruang kelas. Tujuan sosial mengarah ke pertimbangan mahasiswa dalam
bertindak di sebuah situasi akademik dalam kaitannya dengan relasi sosial.
Jenis dalam orientasi tujuan belajar dapat diukur menggunakan skala
Orientasi Tujuan Belajar yang diambil dari skala The Goal Orientations
dan Learning Strategies Survey (GOALS-S) oleh Biggs (1987), Derry
(1990), Pintrich (1991), dan Schmeck (1991). Skala yang disadur dari
skala GOALS-S disesuaikan dengan penelitian yang akan diteliti
khususnya untuk tipe tujuan akademik dan tujuan sosial. Semakin tinggi
skor yang diperoleh oleh mahasiswa pada orientasi tujuan belajar tertentu,
maka ia semakin memiliki orientasi tujuan dalam belajar.
2. Self Regulated Learning
Self-regulated learning adalah upaya individu untuk mengatur diri
dalam belajar yang terdiri dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, motivasi
dan berperilaku aktif. Ketiga aspek tersebut diukur dengan skala Self
Regulated Learningyang disusun berdasarkan teori dari Wolters, Pintrich,
dan Karabenick (2003). Semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa
D. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia 19
sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 7 dan 9 atau
mahasiswa angkatan 2007. Alasan peneliti memilih kriteria usia tersebut
karena peneliti berasumsi bahwa pada usia tersebut mahasiswa sudah mampu
beradaptasi dengan kondisi perkuliahan dan memiliki kestabilan dalam
menyikapi aktivitas belajar di Perguruan Tinggi yang sangat berbeda dengan
sekolah menengah.
E. Prosedur Penelitian
1. Peneliti membuat skala orientasi tujuan dalam belajar dan skala SRL ysng
telah dilakukan prosedur telaah item berdasarkan standar yang berlaku,
pertama dengan melihat apakah semua item yang ditulis sudah sesuai atau
mewakili dari semua aspek yang akan diungkap. Kedua, dari segi
pembahasan harus memenuhi syarat misalnya bahasa yang digunakan
tidak bermakna ganda, bahasa yang jelas dan komunikatif serta mudah
dipahami oleh subjek penelitian. Ketiga, perlunya evaluasi terhadap item
yang sudah disusun oleh orang yang ahli atau yang berkompeten dalam
bidangnya (profesional judgement) (Suryobroto, 1997).
2. Peneliti mengujicobakan skala penelitian pada 54 mahasiswa rentang usia
19 sampai 22 tahun yang menjalani perkuliahan di semester 7 dan 9 di
3. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala untuk
mendapatkan butir yang sahih sehingga didapatkan skala yang valid dan
reliabel.
4. Peneliti melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih
dengan meminta subjek mengisi skala orientasi tujuan dalam belajar dan
skala SRL yang telah diuji kesahihannya dan reliabilitasnya.
5. Peneliti mengolah semua data yang masuk, kemudian dianalisis dengan
teknik korelasi Pearson Product Moment untuk melihat apakah ada
hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dengan SRL pada
mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan skala model skala Likert. Skala psikologis merupakan alat
ukur psikologis yang stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan
yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan
mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan (Azwar,
2009).
Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
skala. Skala yang pertama dinamakan skala Orientasi Tujuan Belajar
Survey (GOALS-S) oleh Biggs (1987), Derry (1990), Pintrich (1991),
dan Schmeck (1991) yang secara khusus mengukur tujuan akademik dan
tujuan sosial. Skala yang kedua dinamakan sebagai skala Self Regulated
Learning yang disusun berdasarkan teori dari Wolters, Pintrich, dan
Karabenick (2003) yang mengukur kemampuan kognisi, motivasi, dan
perilaku.
1. Skala Orientasi Tujuan dalam Belajar
Skala orientasi tujuan dalam belajar menggunakan skala Likert
yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu: sangat tidak setuju,
tidak setuju, setuju, sangat setuju. Peneliti hanya menggunakan
empat pilihan jawaban dengan tujuan agar responden tidak
berkecenderungan untuk memilih jawaban antara atau jawaban yang
berada di tengah-tengah. Tabel 1.1 ini menunjukkan aspek dan
sebaran butir yang terdapat dalam skala orientasi tujuan belajar,
Tabel 1.1
Sebaran Butir Skala Orientasi Tujuan Belajar
Butir
No. Jenis Aspek
Favourable Unfavorable
Total
a. Penguasaan Materi 1,9,17,25,32,37 6
b. Performansi 2,10,18,26 4
1. Tujuan
Akademik
c. Tidak ingin
menghindari pekerjaan
yang mudah
3,11,19,27,33,38
6
a. Afiliasi Sosial 4,12,20,28,34,39 6
b. Penerimaan Sosial 5,13,21,29,35 5
c. Perhatian Sosial 6,14,22 3
d. Tanggungjawab Sosial 7,15,23,30 4
2. Tujuan
Sosial
e. Status Sosial 8,16,24,31,36,40 6
Jumlah 34 6 40
Skala orientasi tujuan dalam belajar tersebut mengandung
pernyataan yang favorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu:
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS). Di bawah ini adalah tabel 1.2 tentang pemberian skor skala
Tabel 1.2
Pemberian Skor Skala Orientasi Tujuan Belajar
Pernyataan Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju
1 4
2. SkalaSelf Regulated Learning
Skala SRL ini hanya menggunakan empat alternatif pilihan
jawaban yakni Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering (S), dan
Sangat Sering (SS). Peneliti hanya menggunakan empat pilihan
jawaban karena didasarkan pada teori Azwar (2009) yang
mengatakan bahwa alternatif pilihan jawaban tengah yakni
Kadang-kadang (K) diwujudkan sebagai N (netral) atau “tidak menentukan
pendapat”. Skala dalam penelitian ini diberi nama skala self
regulated learning yang disusun berdasarkan teori dari Wolters,
Pintrich, dan Karabenick (2003) yang terdiri dari aspek kognisi,
motivasi dan perilaku. Berikut adalah tabel 2.1 yang menunjukkan
Tabel 2.1
Spesifikasi SkalaSelf Regulated Learning
No. Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Total
a. Strategi mengulang 1, 12, 35, 50 4
b. Strategi Eksplorasi 2, 3, 11, 24,
48, 51
b. Peningkatan Relevansi 5, 29, 45, 54,
72, 74
e. Kondisi dari luar yang
dapat memotivasi
diri-sendiri
7, 31, 55, 69,
67
5
f. Self-consequating 22, 23, 39,42,
57
5 2. Motivasi
g. Menata Lingkungan 16, 21, 32, 41,
56
5
a. Usaha Meregulasi 8, 17 65,77 4 3. Perilaku
Lingkungan Belajar 75
c. Keinginan secara
umum untuk mencari
Bantuan
9, 19, 33 3
Jumlah 70 7 77
Skala SRL tersebut terdiri dari pernyataan yang favorable dan
unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat sering (SS),
sering (S), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Pemberian skor skala SRL
dimulai dari angka 1 sampai 4 untuk item yang favorable. Sedangkan
untuk item yangunfavorable, pemberian skor dimulai dari angka 4 sampai
1. Di bawah ini tabel 2.2 menunjukkan pemberian skor skala SRL.
Tabel 2.2
Pemberian Skor SkalaSelf Regulated Learning
Pernyataan Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat sering 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Tidak pernah 1 4
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Uji Validitas
sesuai dengan tujuan ukurnya (Neuman, 2000 dalam Suryabrata, 2002).
Ukuran itu harus memenuhi beberapa kriteria yakni: 1) seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan jitu gejala-gejala atau bagian gejala yang akan diukur. 2) seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap keadaaan gejala-gejala atau bagian gejala-gejala-gejala-gejala dengan teliti. Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji validitas isi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana isi dalam penelitian ini dapat mengukur apa yang akan diukur
(Azwar, 2009). Peneliti menggunakan profesional judgement untuk
mempertanggungjawabkan validitas alat ukur tersebut dengan cara membuat
item-item sesuai dengan blue print yang sekiranya memuat keseluruhan cakupan isi yang hendak diukur dan memberikan item-item skala pengukuran kepada dosen pembimbing, kemudian diseleksi kembali hingga
layak untuk digunakan.
Hasil uji coba validitas butir dapat dilihat di bawah ini.
1) Skala Orientasi Tujuan dalam Belajar
Hasil analisis terhadap 40 item menggunakan analisis koefisien
Cronbach’s Alpha dimana item dinyatakan gugur apabila nilai item
total lebih besar daripada Cronbach’s Alpha dari 0,6 (Cooper &
Schindler dalam Azwar, 2009). Berdasarkan analisis yang dilakukan
menghasilkan jumlah butir yang valid sebanyak 35 butir dan butir yang
gugur sebanyak 5 butir dengan Cronbach’s Alpha sebesar 0,882. Hasil
uji coba skala orientasi tujuan belajar dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Hasil Uji coba Skala Orientasi Tujuan Belajar
Butir Favorable Butir Unfavorable
Jenis Aspek
Valid Gugur Valid Gugur
Jumlah
a. Penguasaan Materi 1,9,17,25,37 5
b. Performansi 2,10,18,26 32 5
1. Tujuan
Akademik
c. Tidak menghindari
pekerjaan yang
mudah
11,27,38 3,19,33 6
a. Afiliasi Sosial 4,12,20,28,34,39 6
b. Penerimaan Sosial 5,13,21,29,35 5
c. Perhatian Sosial 6,14,22 3
d. Tanggungjawab
Sosial
7,23,30 15 4
2. Tujuan
Sosial
e. Status Sosial 8,16,24,31,36,40 6
Jumlah 32 2 3 3 40
Berikut susunan butir skala orientasi tujuan belajar setelah uji coba
Tabel 3.2
Susunan Butir Skala Orientasi Tujuan Belajar Setelah Uji Coba
Butir
No. Jenis Aspek
Favourable Unfavorable
Total
Penguasaan Materi 1(1), 8(9), 5(17),
22(25), 32(37) 5
2. Afiliasi Sosial 3(4), 11(12),
17(20), 25(28),
2) SkalaSelf Regulated Learning
Hasil analisis terhadap 77 item menggunakan analisis koefisien
Cronbach’s Alpha dimana item dinyatakan gugur apabila nilai item
total lebih besar dari Cronbach’s Alpha dengan nilai sebesar 0,936.
73 butir dan butir yang gugur sebanyak 4 butir. Hasil uji coba skalaself
regulated learningdapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Hasil Uji Coba SkalaSelf Regulated Learning
Butir Favorable Butir Unfavorable
Strategi Aspek
Valid Gugur Valid Gugur
Jumlah
a. Strategi mengulang 1, 12, 35, 50 4
b. Strategi Eksplorasi 2, 3, 11, 24, 48,51 6
c. Strategi
b. Peningkatan Relevansi 5, 29, 45, 54, 72, 74 6
c. Peningkatan situasi
e. Kondisi dari luar yang
dapat memotivasi
diri-sendiri
7, 31,55,67,69 5
f. Self-consequating 22, 23, 39, 42, 57 5
2. Motivasi
g. Menata Lingkungan 16, 21, 32, 41,56 5
a. Usaha Meregulasi 8,17 65, 77 4
Berikut susunan butir skala SRL setelah uji coba yang ditampilkan
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Susunan Butir Skala SRL Setelah Uji Coba
Jenis Aspek Butir Favorable Butir Unfavorable Jumlah
a. Strategi mengulang 1(1), 12(12), 31(35),
46(50)
4
b. Strategi Eksplorasi 2(2), 3(3), 11(11),
22(24), 44(48), 47(51)
b. Peningkatan Relevansi 5(5), 27(29), 41(45),
50(54), 68(72), 70(74)
e. Kondisi dari luar yang
dapat memotivasi
diri-sendiri
7(7), 28(31), 51(55),
63(67), 65(69)
5
f. Self-consequating 20(22), 21(23), 35(39), 38(42), 53(57)
5
g. Menata Lingkungan 15(16), 19(21), 29(32),
37(41), 52(56)
5
a. Usaha Meregulasi 8(8), 16(17) 73(77), 61(65) 4
b. Regulasi waktu dan
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang mengandung kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak
reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena
perbedaan skor yang terjadi antar individu lebih ditentukan oleh faktor
error (kesalahan) daripada faktor yang sesungguhnya (Azwar, 2009).
Faktor yang sesungguhnya yang dimaksud adalah skor yang dihasilkan
oleh individu memang berdasarkan dari tingkat kemampuan yang ia miliki
saat pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur keajegan hasil
pengukuran. Reliabilitas menunjukkan konsistensi atau kepercayaan hasil
pengukuran suatu alat ukur. Dalam penelitian ini, skala cukup
diujicobakan sekali saja. Pelaksanaan uji coba yang tidak berulang-ulang
selain memiliki nilai kepraktisan dan efisiensi juga dapat menghindari
perubahan yang didapat individu sebagai hasil belajar (Azwar, 2009).
Uji analisis item yang digunakan adalah koefisien Cronbach’s Alpha.