Laporan Praktikum Mikrobiologi
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Praktikum 2
Praktikum 2
Kelompok
Kelompok:
: B-15
B-15
ANGGOTA
ANGGOTA
:
: Nidaul
Nidaul Hasanah
Hasanah
(1102012192)
(1102012192)
Novi Irdasar
Novi Irdasari
i
(1102012199)
(1102012199)
Prima
Prima Eriawan
Eriawan Putra
Putra
(1102012212)
(1102012212)
Rania
Rania Merriane
Merriane Devina
Devina
(1102012224)
(1102012224)
Reni
Reni Permana
Permana
(1102012237)
(1102012237)
Ranty
Ranty Rizky
Rizky Puspadewi
Puspadewi
(1102012226)
(1102012226)
Sari
Sari Nur
Nur Rahmawati
Rahmawati
(1102012261)
(1102012261)
Titis
Titis Nur
Nur Indah
Indah Sari
Sari
(1102011282)
(1102011282)
Vivi
Vivi Vionita
Vionita
(1102012303)
(1102012303)
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
UNIVERSITAS YARSI
2012/2013
2012/2013
Percobaan Kultur Flora Normal Kulit, Mulut, dan Udara
1. Pendahuluan
Kuman terdapat di mana saja di alam ini, yaitu di air, tanah, udara dan juga di permukaan tubuh serta beberapa alat/organ tubuh. Pada umumnya kuman-kuman tersebut merupakan flora normal. Tempat atau lokasi tempat hidup kuman disebut juga sebagai habitat.
2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya flora normal di beberapa bagian pada tubuh, khususnya pada bagian gigi, telapak tangan, dan bagian volar. Selain
itu, pada percobaan ini, akan diketahui sifat hemolisis dari flora-flora normal yang dikultur, dan juga akan diketahui sifat Gram dari flora normal tersebut. Selain itu, akan dilakukan kultur flora udara dalam percobaan ini.
3. Waktu dan Tempat
Tanggal praktikum : 2 April 2013
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Universitas YARSI Waktu pengamatan : 3 April 2013 pukul 13.00
4. Alat dan Bahan
a. Tusuk gigi steril
b. Zat warna untuk pewarnaan Gram Ungu Kristal Karbol
Lugol Etanol Fukhsin
c. Lempeng agar darah
5. Cara Kerja
Flora Normal Mulut
1. Ambil satu sengkelit air garam faal steril, letakkan pada gelas alas.
2. Ambil sedikit kotoran gigi dan campur dengan air garam faal pada gelas alas, buat sediaan dan rekatkan.
3. Warnai sediaan dengan ungu kristal karbol atau pewarnaan Gram 4. Catat/gambar hasilnya dan bandingkan dengan pertunjukkan Flora Normal Kulit
1. Letakkan jari telunjuk pada lempeng agar darah 2. Eramkan pada lemari pengeram 37°C selama 24 jam 3. Lihat hasilnya
Flora Udara
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel dengan mengambil titik tengah dari diagonal ruang.
2. Buka plat agar darah dan biarkan selama 5 menit
3. Tutup plat dan inkubasi pada lemari pengeram 37°C selama 24 jam
6. Hasil dan Pembahasan
Flora Udara
Flora Normal Mulut
Dengan menggunakan mikroskop, sediaan basah flora normal mulut diamati dengan perbesaran 10 x 100. Terlihat beberapa jenis bakteri, umumnya berwarna merah yang
artinya adalah merupakan bakteri Gram-negatif. Bagian tebal yang berwarna merah adalah sediaan kotoran gigi yang masih terlalu tebal.
Menurut Jawetz, et. al. (2007) di dalam buku Medical Microbiology, beberapa flora mulut antara lain staphylococcus, Gram-negatif diplococcus (neisseriae, Moraxella catarrhalis), diptheroid, dan lactobacillus. Bakteri lain yang tumbuh di area gigi, terutama adalah spirochet, Prevotella (terutama Prevotella melaninogenica, Fusobacterium, Rothia, dan Capnocytophaga, serta beberapa jenis vibrio..
Flora Normal Kulit
Agar darah plat ditumbuhi bakteri pada seluruh kuadran. Pada kuadran 1, area tidak ditumbuhi oleh banyak bakteri. Terlihat beberapa titik koloni dengan warna putih pucat. Berbeda dengan bakteri pada kuadran 2 dan 3, di mana kuadran tersebut ditumbuhi bakteri yang lebih banyak, dilihat dari adanya titik-titik koloni yang lebih banyak. Tidak terlihat adanya hemolisis darah pada ketiga kuadran tersebut. Pada kuadran 4, didapat
koloni yang terpusat di tengah. Sifatnya menghemolisis darah sebagian (hemolisis alpha) karena daerah yang ditumbuhi koloni berubah warnanya menjadi hijau.
Diduga bakteri yang tumbuh dalam koloni meliputi Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Micrococcus, Neisseria non-patogen, Alpha-hemolytic dan nonhemolytic streptococcus, Propionibacterium dan Peptostreptococcus. Terjadinya hemolysis pada koloni yang besar diduga karena adanya bakteri hemolisis alpha Streptococcus.
(Jawetz, et. al., 2007) Flora Udara
Plat agar darah ditumbuhi oleh bakteri yang ditandai oleh adanya titik-titik koloni. Tidak ditemukan adanya hemolisis darah.
7. Kesimpulan
a. Kulit dan mulut selalu ditumbuhi oleh flora-flora normal, baik yang merupakan flora residen maupun flora transien.
b. Flora residen pada umumnya tidak menyebabkan patogen, namun menjadi patogen apabila berpindah tempat.
Percobaan Antisepsis kulit dan Sensitivitas terhadap Antibiotik 1. Pendahuluan
Mikroba yang bersimbiosis dengan manusia di satu sisi merupakan simbiosis yang menguntungkan, atau bahkan saling tergantung. Namun di sisi lain, keberadaan mikroba bisa menyebabkan masalah bagi manusia, terutama pada bidang kesehatan. Berbagai cara
telah ditemukan oleh manusia untuk meminimalisasi, atau bahkan mengeliminasi masalah-masalah yang disebabkan oleh interaksi dengan mikroba, khususnya dengan bakteri. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan substansi yang mampu menghambat atau membunuh bakteri target, yang mana menjadi topik dalam praktikum ini.
2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek antisepsis bakteri dan sensitivitas bakteri terhadap beberapa antibiotik.
3. Waktu dan Tempat
Tanggal praktikum : 2 April 2013
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Universitas YARSI Waktu pengamatan : 3 April 2013 pukul 13.00
4. Alat dan Bahan
Antisepsis kulit
a. Lempeng agar darah b. Kaldu 2cc
c. Usap kapas steril d. Antisepsis :
- Sabun
- Tincture Jodi 3 % atau povidone iodine c. Alcohol 70%
Sensitivitas terhadap antibiotic a. Lempeng agar MuellerHinton b. Kaldu BHI 1cc
c. Usap kapas steril
d. Cakram antibiotika (5 macam)
e. Biakan kuman : Staphylococcus aureus atau Escherichia coli Untuk disinfeksi alat
a. 8 batang gelas steril b. Alkohol 70% (3 tabung)
c. Lisol 5% (3 tabung)
d. Biakan kuman Staphylococcus aureus (dalam perbenihan cair) e. 4 tabung kaldu masing masing 2cc
f. Aquades steril 6 tabung
5. Cara Kerja
Antisepsis kulit
1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi menjadi 4 bagian dengan menggunakan pinsil gelas.
2. Usap kapas sterildibasahi dengan kaldu steril, kemudian diusapkan pada telapak tangan, selanjutnya dioleskan pada salah satu bagian lempeng agar darah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air selama 2 menit, kemudian lakukan kembali cara ke-2, dengan menggunakan usap kapas steril yang dibasahi dengan kaldu steril, oleskan pada agar darah bagian kedua.
4. Ambil sebuah usap kapas steril, basahi dengan kaldu steril, oleskan pada lengan bawah bagian voler, kemudian oleskan pada agar darah bagian ketiga.
5. Olesi lengan bawah bagian voler tersebut dengan tinctura jodii 3%, biarkan kering, kemudian diolesi dengan alkohol 70%. Selanjutnya ambil sebuah usap kapas steril dan dibasahi dengan kaldu steril kemudian dioleskan pada agar darah bagian keempat. 6. Eram lempeng agar darah ini pada 37oC selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya.
Sensitivitas terhadap antibiotik
1. Ambil kuman yang telah disediakan dengan sengkelit steril, buat suspensi dalam tabung berisi kaldu BHI steril 1cc, sesuaikan dengan standart Mc Farland 0.5
2. Celupkan usap kapas steril ke dalam suspensi kuman yang telah dibuat.
3. Oleskan usap kapas yang telah mengandung kuman pada permukaan media agar secara merata (seluruh permukaan agar).
4. Letakkan cakram antibiotika yang disediakan pada permukaan agar dengan jarak cukup antara cakram satu dengan cakram lain.
5. Eram pada lemari pengeram 37oC, selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya. Desinfeksi alat
1. Masukkan 4 batang gelas ke dalam suspensi kuman yang telah disediakan sampai batas garis yang ada pada batang gelas.
2. 1 batang gelas langsung dimasukkan ke dalam tabung berisi kaldu sebagai kontrol, sedangkan 3 batang gelas lainnya, tiap batang tiap batang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi disinfektan 5,10,15 menit, kemudian tiap batang dimasukkan ke dalam tabung aquades steril dan selanjutnya dimasukkan dalam tabung berisi kaldu.
3. Semua tabung kaldu yang telah dimasuki batang gelas dieram dalam suhu 37oC selama 24 jam. Lihat hasil dan catat.
6. Hasil & Pembahasan
Sensitivitas terhadap antibiotic Plat Escherichia coli
Antibiotik (dosis)
Diameter Zona Hambat*
E. coli S. aureus
AML (25) 0 mm 0 mm CIP (5) 12 mm 25 mm E (15) 20 mm 18 mm S (10) 13 mm 23 mm *dalam mm Antisepsis kulit
Pada percobaan antisepsis kulit, kuman yang ditemukan pada lempeng agar darah bagian satu sangat banyak, pada lempeng agar darah bagian dua tidak ditemukan kuman, pada lempeng agar darah bagian 3 ditemukan satu titik koloni kuman dan pada lempeng agar darah bagian 4 tidak ditemukan adanya kuman.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dan setelah dilakukan pengukuran terhadap diameter di setiap zona hambatan di sekitar cakram ternyata didapatkan hasil bahwa antibiotika yang diberikan sensitif terhadap mikroba yang d iujicobakan (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) . Hanya pada antibiotika (CRO) pada Staphylococcus aureus didapatkan hasil intermediate dikarenakan hasilnya berada diantara rentang resisten dan sensitif pada lembar baca uji sensitivitas. Tetap memiliki efek obat tetapi h anya tidak sebaik yang sensitif. Tiap antibiotika terdapat perbedaan ukuran dalam menghambat kepekaan mikroba dikarenakan perbedaan ukuran (dalam mm) pada zona hambatan yang berada disekitar cakram mempengaruhi tingkat kepekaan antibiotic
7. Kesimpulan
1. Pada percobaan yang dilakukan dapat diketahui bagaimana cara melakukan uji kepekaan mikroba terhadap antibiotika
2. Setiap antibiotika memiliki perbedaan dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli). Semakin luas zona hambatan disekitar cakram, maka semakin tinggi tingkat kepekaan antibiotik tersebut terhadap mikroba 3. Pada percobaan antisepsis kulit, pada percobaan pertama ditemukan banyaknya kuman,
sampai pada percobaan terakhir dengan pemberian alcohol dan antibiotic tidak ditemukan adanya kuman. Hal ini menunjukkan bahwa Antibiotik dan alcohol mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme yang ada di kulit.
4. Berdasarkan hasil pengamatan antiobiotik terbukti dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tandai dengan adanya zona hambat pada daerah sekitar antiobiotik