• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

N/A
N/A
Eyelash Bizzy

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PEMBUATAN UJI ANGKA LEMPENG TOTAL

Hari, tanggal : Rabu, 20 Oktober 2021

Dosen Pengampu : Apt. Dewi Dianasari S.Farm, M.Farm.

KELOMPOK: C2-1

EVI DWI LESTARI 202210101094 PRIMASHEVA AHMAD F. 202210101097

NURUL INAYAH 202210101115

BINTANG ADHI PRASETYA 202210101151

BAGIAN BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2021

(2)

Latihan 7. Angka Lempeng Total A. TUJUAN

1. Mampu melakukan penetapan angka lempeng total.

2. Mampu menetapkan cemaran bakteri yang terdapat pada obat

B. DASAR TEORI

Obat jamu yang merupakan produk jadi obat tradisional, fitofarmaka, dan obat terstandar harus memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Obat perlu dikontrol kualitasnya untuk menjamin keamanan suatu obat. Suatu obat perlu dijaga kualitas dan mutunya agar tidak menimbulkan risiko yang dapat membahayakan penggunanya. Sebagai upaya penjaminan kualitas produk obat tradisional, BPOM membuat aturan tentang persyaratan keamanan dan mutu obat tradisional. Uji organoleptis, cemaran mikroba, cemaran logam bera, kadar air, waktu hancur, aflatoksin total, keseragaman bobot, volume terpindahkan, penentuan kadar alkohol dan pH merupakan persyaratan mutu produk jadi obat tradisional yang didasarkan pada peraturan Badan POM No 32 tahun 2019.

Cara pengolahan harus benar benar diperhatikan untuk mejaga kualitas produk obat tradisional karena rentan terjadi kontaminasi mikroorganisme. Kontaminasi mikroorganisme dapat mengurangi kualitas produk, selain juga dapat membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian cemaran mikroba. Pengujian cemaran mikroba dalam sediaan obat tradisional meliputi Angka Lempeng Total (ALT), uji most probably number (MPN) untuk menguji adanya bakteri coliform, uji kapang/ khamir (AKK), dan uji cemaran mikroorganisme patogen seperti SalmonellaI, Escherichia coli, Shigella, dan Clostridia.

Uji lempeng total merupakan metode umum yang digunakan untuk menghitung adanya koloni bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam tiap gram atau mL sediaan yang diperiksa. Terdapat dua teknik yang dapat dilakukan dalam pengujian angka lempeng total, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel yang telah diencerkan ditanam pada lempeng agar yang sesuai. Sampel diinkubasi selama 24- 48 jam pada suhu 35-37°C. Perhitungan dilakukan terhadap cawan petri yang

(3)

mengandung koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dengan faktor pengenceran.

Berdasarkan MA.85/MIK/06, batas persyaratan perhitungan angka lempeng total yang dijadikan acuan bahwa sampel tersebut masih layak untuk dikonsumsi atau tidak, yaitu:

1) Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni 2) >30 koloni, dianggap cemaran

3) <300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung 4) Jumlah bakteri adalah jumlah koloni x faktor pengenceran.

5) Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara pengenceran yang akhir dengan pengenceran yang sebelumnya.

6) Jika kurang dari sama dengan 2, maka hasilnya dirata-rata. Jika lebih dari 2, maka digunakan pengenceran sebelumnya.

C. ALAT DAN BAHAN Alat :

- Cawan petri - Gelas Ukur

- Tabung Reaksi - Spreader

- Mikropipet - Colony Counter

Bahan :

- Media Plate Count Agar (PCA) - Sampel Obat Tradisional.

- Larutan Garam Fisiologis

D. PROSEDUR KERJA

Siapkan 3 buah tabung yang berisi 9 ml NaCl untuk pengenceran, tandai masing- masing tabung dengan 10-1, 10-2, dan 10-3. Siapkan dan tandai juga 4 buah cawan

petri dengan 10-1 sampai dengan 10-4.

(4)

E. LEMBAR KERJA

1. Sample : JAMU Antangin JRG Diproduksi : PT SIDO MUNCUL No. Batch : KLM 2345

No. Registrasi : TR 768892001

Pipet 1,0 ml atau timbang 1,0 g sampel secara aseptis (sampel padat dihancurkan terlebih dahulu sebelum dibuka) dan masukkan ke dalam tabung pengenceran 10-1.

Campur sampai rata dengan vortex.

Lakukan pengenceran bertingkat hingga kadar 10-2 dan 10-3 dengan cara memipet 1,0 ml larutan 10-1 dimasukan ke dalam tabung 10-2 dst. Kocok hingga rata.

Inokulasikan sampel dengan teknik cawan tuang dan cawan sebar. Teknik cawan tuang dilakukan dengan memindahkan secara aseptis 0.1 ml larutan sampel 10-1 dan setiap pengencerannya ke dalam cawan petri. Tuang dengan 9 ml medium PCA steril (suhu + 40 C). Putar cawan agar sampel dan media bercampur rata.

Teknik cawan sebar dilakukan dengan menuang 0,1 ml sampel 10-1 dan setiap pengencerannya ke atas 9 ml media agar yang telah memadat dan diratakan

dengan spreader secara aseptis.

Hitung jumlah koloni yang terbentuk. Hasil yang baik adalah cawan petri yang mengandung 30-300 koloni.

Hitung konsentrasi bakteri dalam sampel asli dengan mengalikan jumlah koloni dan factor pengencerannya

Inkubasi cawan petri pada suhu 35-37 C selama 24-48 jam.

(5)

Hasil uji angka lempeng total sebagai berikut

10-1 10-2 10-3

Replikasi 1 10 0 0

Replikasi 2 8 0 0

Replikasi 3 15 0 0

Rata-rata koloni 11 < 1 (dihitung 0) < 1 (dihitung 0)

Berdasarkan hasil tersebut hitunglah berapa jumlah ALT dari Jamu antangin JRG tersebut ALT = n × 1

𝑓𝑝 n = jumlah koloni fp = factor pengenceran

▪ Pengenceran 10-1 ALT = 11 × 1

10−1 = 110 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-2 ALT = 0 × 1

10−2 = 0 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-3

ALT = 0 × 101−3 = 0 koloni/gram

▪ X̅ = 36,67 koloni/gram, dibulatkan → 37 koloni/gram

Berapakah syarat ALT untuk jamu antangin JRG?

Jamu antangin JRG termasuk ke dalam golongan sediaan cairan obat dalam.

Cairan Obat Dalam adalah sediaan Obat Tradisional berupa minyak, larutan, suspensi atau emulsi, yang terbuat dari Serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak yang digunakan sebagai obat dalam. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. 32 Tahun 2019, nilai ALT untuk sediaan cairan obat dalam adalah ≤ 105 koloni/gram.

(6)

Bagaimana kesimpulannya?

Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, jamu antangin JRG memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan jamu antangin JRG memiliki nilai ALT ≤ 105 koloni/g.

2. Sample : Kapsul diapet

Diproduksi : PT Soho Industri Pharmasi No. Batch : 19 M 0073

No. Registrasi : POM TR 172599171 Hasil uji angka lempeng total sebagai berikut

10-1 10-2 10-3

Replikasi 1 2 0 0

Replikasi 2 1 0 0

Replikasi 3 0 0 0

Rata-rata koloni 1 <1 (dihitung 0) <1 (dihitung 0) Berdasarkan hasil tersebut hitunglah berapa jumlah ALT dari Jamu antangin JRG tersebut ALT = n × 1

𝑓𝑝 n = jumlah koloni fp = factor pengenceran

▪ Pengenceran 10-1 ALT = 1 × 1

10−1 = 10 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-2 ALT = 0 × 1

10−2 = 0 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-3 ALT = 0 × 1

10−3 = 0 koloni/gram

▪ X̅ = 3,33 koloni/gram, dibulatkan → 3 koloni/gram

(7)

Berapakah syarat ALT untuk kapsul diapet?

Kapsul diapet termasuk kedalam sediaan kapsul. Kapsul merupakan sediaan Obat Tradisional yang terbungkus cangkang keras. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. 32 Tahun 2019, nilai ALT untuk sediaan kapsul adalah ≤ 105 koloni/gram.

Bagaimana kesimpulannya?

Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, kapsul diapet memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan kapsul diapet memiliki nilai ALT

≤ 105 koloni/g.

3. Sample : JAMU BERAS KENCUR GENDONG Diproduksi : Penjual Jamu Gendong

No. Batch : -

No. Registrasi : -

Hasil uji angka lempeng total sebagai berikut

10-1 10-2 10-3

Replikasi 1 150 25 2

Replikasi 2 170 40 5

Replikasi 3 160 20 1

Rata-rata koloni 160 28,33 2,67

Berdasarkan hasil tersebut hitunglah berapa jumlah ALT dari sampel tersebut ALT = n × 1

𝑓𝑝 n = jumlah koloni fp = factor pengenceran

▪ Pengenceran 10-1

(8)

ALT = 160 × 1

10−1 = 1600 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-2 ALT = 28,33 × 1

10−2 = 2833 koloni/gram

▪ Pengenceran 10-3 ALT = 2,67 × 1

10−3 = 2670 koloni/gram

▪ X̅ = 2367,67 koloni/gram, dibulatkan → 2368 koloni/gram

Berapakah syarat ALT untuk jamu beras kencur gendong?

Jamu beras kencur gendong termasuk ke dalam golongan sediaan obat rajangan.

Rajangan merupakan sediaan Obat Tradisional yang terdiri dari satu atau campuran beberapa jenis Simplisia, yang cara penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. 32 Tahun 2019, nilai ALT untuk sediaan rajangan adalah ≤ 5 x 107 koloni/g.

Bagaimana kesimpulannya?

Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, jamu beras kencur gendong memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan jamu beras kencur gendong memiliki nilai ALT ≤ 5x107 koloni/g.

F. PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil Pengamatan

Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu Jamu Antangin Jrg, Kapsul Diapet, Jamu Beras Kencur Gendong. Pada masing-masing sampel dilakukan 3x replikasi pada masing-masing pengenceran uji angka lempeng total untuk menentukan rata-rata jumlah koloni dari masing masing pengenceran. Dari data yang didapat, kemudian dihitung ALT dengan cara mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran. Pada

(9)

sampel pertama ini didapatkan rata-rata hasil perhitungan ALT yaitu 37 koloni/gram.

Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, jamu antangin JRG memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan jamu antangin JRG memiliki nilai ALT ≤ 105 koloni/g.

Pada sampel kedua yaitu kapsul diapet, didapatkan rata-rata hasil perhitungan ALT yaitu 3 koloni/gram. Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, kapsul diapet memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan kapsul diapet memiliki nilai ALT ≤ 105 koloni/g.

Pada sampel ketiga yaitu Jamu Beras Kencur Gendong didapatkan rata-rata hasil perhitungan ALT yaitu 2368 koloni/gram. Berdasarkan perhitungan data hasil pengamatan, jamu beras kencur gendong memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019. Hal ini dikarenakan jamu beras kencur gendong memiliki nilai ALT ≤ 5x107 koloni/gram.

Metode-Metode Dalam Menentukan Angka Kuman Tujuan dari penentuan angka kuman:

1. Untuk menghitung jumlah kuman aerob yang terkandung dalam produk obat, obat tradisional, makanan, kosmetik dan alat kesehatan

2. Untuk menentukan jumlah populasi mikroorganisme dalam suatu kultur atau sampel

Terdapat dua cara dalam penentuan angka kuman, yaitu dengan pengukuran jumlah sel dan pengukuran massa sel.

Pengukuran jumlah sel 1. Perhitungan langsung

Hasil perhitungan mikroba dapat langsung diketahui dan hasilnya menunjukkan jumlah mikroba baik yang masih hidup maupun yang mati.

Terdapat tiga metode dalam perhitungan langsung, yaiu metode Counting Chamber, dan metode Breed.

(10)

a. Metode Counting Chamber

Cara mikroskopis unruk menghitung mikroba dengan menggunakan ruang atau cawan hitung seperti hemasitometer. Ruang hitung terbagi menjadi 9 kotak besar dengan luas 1 mm2, di mana 1 kotak besar terdiri dari 25 kotak sedang dengan luas 0,05 mm2 yang setiap kotaknya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil.

Dengan demikian, satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari hemasitometer adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel perkotak besar x 25 kotak x 1/0,002 x 103 Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel perkotak besar x 25 x 50 x 103

Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel perkotak besar x 1,25 x 106 Jumlah sel/mL = jumlah sel × 1,25 × 106

Jika didapatkan jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel mikroba, maka jumlah sel per sampel adalah 12 x 1,25 x 106 = 1,5 x 107 sel/ml.

b. Metode Breed

Hitungan mikroskopik dengan metode Breed sering digunakan untuk menganalisis susu yang diperoleh dari sapi yang terkena mastitis. Masitis merupakan suatu penyakit infeksi yang menyerang kelenjar susu sapi. Metode Breed dilakukan dengan cara menghitung bakteri secara langsung menggunakan mikroskop. Pada metode Breed, luas area pandang mikroskop yang akan digunakan harus dihitung terlebih dahulu. Perhitungan luas area pandang dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter area pandang menggunakan mikrometer yang dapat dilihat melalui lensa minyak imersi. Objek yang dapat diamati merupakan objek yang memiliki skala terkecil 0,01 mm. Ukuran diameter area pandang mikroskop biasanya sekitar lebih dari 0,18 mm. Luas area pandang mikroskop dapat dihitung dengan rumus:

Luas area pandang mikroskop = pr2 mm2 = pr2/100 cm2 r = jari-jari (mm) area pandang

Dalam 1 cm2, sampel susu disebarkan sebanyak 0,01 ml, sehingga:

Jumlah susu per area pandang mikroskop = πr2/100 x 0,01 ml

(11)

Jumlah bakter per ml = 10.000/πr2 x jumlah bakteri per area pandang 2. Perhitungan tak langsung

Perhitungan mikroba baru dapat diperoleh setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil perhitungan tak langsung hanya menunjukkan jumlah mikroba yang masih hidup saja. Terdapat tiga metode dalam perhitungan tak langsung, yaitu:

a. Total plate count (ALT/Angka Lempeng Total)

Uji lempeng total merupakan metode umum yang digunakan untuk menghitung adanya koloni bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam tiap gram atau mL sediaan yang diperiksa. Terdapat dua teknik yang dapat dilakukan dalam pengujian angka lempeng total, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel yang telah diencerkan ditanam pada lempeng agar yang sesuai. Sampel diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C.

Perhitungan dilakukan terhadap cawan petri yang mengandung koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dengan faktor pengenceran.

CFU (sel/mL) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

b. MPN (Most Probable Number)

MPN merupakan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah terendah mikroorganisme hidup. MPN didasarkan pada inokulasi sampel ke tabung yang berisi media cair dengan tiga ukuran sampel yang berbeda atau dengan cara dilusi. Medium yang digunakan harus dibuat mungkin untuk menentukan adanya pertumbuhan bakteri. Angka positif pada setiap ukuran sampel atau dilusi ditentukan setelah inkubasi tabung (Adams & Moss, 2008).

Prinsip kerja metode MPN didasarkan pada jumlah faktor kuantitas dengan mikroorganisme dan faktor kuantitas tanpa mikroorganisme. Selain itu, juga dapat dilakukan penaksiran dengan melalukukan perhitungan probabilitas densitas asli mikroorganisme pada sampel. Perhitungan probabilitas didasarkan pada asumsi bahwa mikroorganisme tersebar secara acak dan terdistribusi secara homogen pada sampel. Sampel dapat dibagi menjadi dua macam yaitu cair dan

(12)

padat. Sampel cair tidak perlu diencerkan, sedangkan sampel padat perlu dienceran atau dilusi. Dilusi pertama sampel padat akan langsung didapatkan faktor kuantitas.

c. Turbiditas (kekeruhan)

Menghitung junlah sel berdasarkan kerapatan optis suatu sampel yang diukur menggunakan spektrofotometer.

Pengukuran massa sel Pengukuran berat sel kering

Digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi yang memiliki filamen.

Miselium fungi dipisahkan dari media cair dan dihitung sebagai berat kotor.

Setelah itu, miselium dikeringkan dengan desikator dan ditimbang beberapa kali hingga beratnya konstan yang kemudian dihitung sebagai berat sel kering.

Kelebihan Dan Kelemahan Setiap Metode Tersebut a) Metode Counting Chamber

➢ Keuntungan: mudah, murah dan cepat

➢ Kelemahan:

• Tidak dapat membedakan sel mati dan sel hidup, sehingga ke duanya akan ikut terhitung

• Sulit untuk sel motil

• Sulit untuk mengamati sel yang berukuran sangat kecil, sehingga kadang tidak terhitung

• Tidak sesuai untuk suspensi yang terlalu encer (106 CFU/mL)

• Tidak dapat digunakan untuk bahan pangan yang mengandung debris atau ekstrak makanan

b) Metode Breed

➢ Kelemahan: tidak dapat membedakan sel-sel bakteri yang masih hidup dengan sel yang telah mati secara mikroskopik akibat dari pasteurisasi

c) Total plate count (ALT/Angka Lempeng Total)

➢ Keuntungan: sederhana, mudah, dan sensitive

(13)

➢ Kelemahan:

• Nutrisi dan kondisi fisik yang berbeda menghasilkan jumlah yang berbeda

• Waktu persiapan dan inkubasi relative lama

• Koloni bakteri yang ditumbuhkan dalam mediam padat harus menghasilkan koloni yang jelas, kompak, dan terpisah tidak spreeder

• Banyak terjadi kesalahan dalam pemipetan

d) MPN (Most Probable Number)

➢ Keuntungan: sederhana, organisme spesifik dapat ditentukan dengan media selektif dan diferensial, lebih sensitif dibandingkan dengan metode hitungan cawan dan dapat meningkatan fleksibilitas deteksi.

➢ Kelemahan:

• Sampel air yang digunakan hanya sedikit untuk sekali pengujian

• Dibutuhkan waktu beberapa hari untuk mendapatkan kultur yang baik

• Jumlah mikroba yang dihitung hanya dalam jumlah kasar, tidak spesifik

• Membutuhkan banyak media dan perlengkapan

• Tidak dapat dilakukan di lapangan tempat pengambilan sampel

e) Turbiditas (kekeruhan)

➢ Kelebihan: mudah, cepat dan dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan kultur mikroorganisme

➢ Kekurangan:

• Sampel yang akan digunakan harus homogen dan tidak pekat

• Masih memerlukan pembuatan kurva standar yang membandingkan perhitungan langsung dan tidak langsung

• Koloni bakteri yang ditumbuhkan dalam mediam padat harus menghasilkan koloni yang jelas, kompak, dan terpisah tidak spreeder

(14)

f) Pengukuran berat sel kering

➢ Kelemahan: waktu pengeringan setiap mikroorganisme bervariasi

Cara Menghitung Koloni Sampel

Uji Angka Lempeng Total digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri dengan prinsip pengenceran terhadap sampel yang akan di uji. Angka Lempeng Total dapat dihitung menggunakan rumus:

ALT = jumlah koloni × 1

𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

Bakteri yang terdapat pada media harus mengandung 30 – 300 koloni bakteri.

Apabila pada semua pengenceran dihasilkan < 30 koloni bakteri, maka pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Apabila pada semua pengenceran dihasilkan > 300 koloni bakteri, maka pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Dan jika pada media dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah 30 – 300 serta perbandingan hasil tertinggi dan terendah dari dua pengencean tersebut ≤ 2, maka dapat dikatakan sebagai rata-rata dari kedua nilai pengenceran tersebut. Namun, apabila perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah > 2, maka dijadikan sebagai hasil pengenceran yang terckecil (Cappuccino, 2014).

Parameter Yang Digunakan Untuk Menentukan Keamanan Sampel dan Aturan Yang Menegakkan Hal Tersebut

Parameter adalah aspek kandungan yang diamati secara kualitatif dan kuantitatif untuk menjamin bahwa suatu sediaan layak dan dapat memberikan manfaat ketika digunakan. Parameter digunakan dalam regulasi persyaratan keamanan dan mutu obat tradisional yang diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional merupakan bagian dari kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin edar Obat Tradisional.

Persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan tersebut dipresentasikan dengan poin-poin parameter uji, yaitu:

(15)

• Organoleptis

• Kadar air

• Cemaran mikroba

• Aflatoksin total

• Cemaran logam berat

• Keseragaman bobot

• Waktu hancur

• Volume terpindahkan

• Penentuan kadar alkohol, dan/atau

• pH

Sampel Apa Saja Yang Diharuskan Memenuhi Ketentuan Angka Lempeng Total Dan Aturan Yang Mensyaratkan Hal Tersebut

Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 32 tahun 2019 mengenai Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, sampel yang diharuskan memenuhi nilai ambang ketentuan angka lempeng total di antaranya :

a. Obat dalam

1) Rajangan yang direbus sebelum digunakan.

2) Rajangan yang diseduh dengan air panas sebelum digunakan.

3) Serbuk yang diseduh dengan air panas sebelum digunakan.

4) Sediaan lainnya, meliputi : serbuk instan, granul, serbuk efervesen, pil, kapsul, kapsul lunak, tablet/kaplet, tablet efervesen, tablet hisap, pastiles, dodol/jenang, film strip dan cairan obat dalam.

b. Obat luar

1) Sediaan cair, meliputi : cairan obat luar, losio, parem cair.

2) Sediaan semi padat, meliputi : salep, krim, gel.

3) Sediaan padat, meliputi : parem, serbuk obat luar, pilis, tapel, plester, supositoria untuk wasir, rajangan obat luar dan bentuk lain yang sesuai.

(16)

Kelebihan Dan Kelemahan Metode Tuang Dan Sebaran Dalam Perhitungan Angka Kuman

a. Metode Tuang

Kelebihan metode tuang dalam perhitungan angka kuman 1) Dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni 2) Hanya sel yang masih hidup yang dihitung

3) Diperoleh koloni bakteri yang tunggal

4) Mikroba yang tumbuh tersebar merata pada seluruh media agar baik di dalam agar maupun di permukaan

5) Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus,

6) Koloni yang terbentuk dapat digunakan untuk isolasi dan identifiksasi mikroba 7) Dapat membedakan jenis bakteri anaerob obligat, anaerob fakulatif serta aerob 8) Mudah dilakukan.

Kelemahan metode tuang dalam perhitungan angka kuman

1) Hasil dari perhitungan tidak menunjukkan adanya jumlah sel mikroba yang sesungguhnya karena beberapa sel yang saling berhimpitan mungkin membentuk satu koloni

2) Metode tuang memerlukan waktu lebih lama

3) Kondisi dan medium yang berbeda mungkin dapat menghasilkan nilai yang tidak sama

4) Mikroba harus dapat tumbuh dengan membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar pada medium padat

5) Rentan untuk terkontaminasi dan kontaminan sulit untuk dibedakan karena semuanya dituang secara homogen

6) Inkubasi memerlukan waktu beberapa hari hingga pertumbuhan bakteri dapat dihitung.

(17)

b. Metode Sebar

Kelebihan metode sebar dalam perhitungan angka kuman

1) Dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah koloni bakteri dalam satuan sel 2) Lebih mudah dilakukan

3) Diperoleh koloni bakteri yang terpisah

4) Mikroorganisme yang tumbuh tersebar secara merata pada permukaan 5) Memerlukan sedikit medium

6) Jumlah koloni bakteri mudah untuk dihitung 7) Digunakan untuk sampel dengan densitas tinggi Kelemahan metode sebar dalam perhitungan angka kuman

1) Cukup sulit terutama pada saat meratakan suspensi dengan batang bengkok 2) Waktu yang diperlukan cukup lama

3) Mudah terkontaminasi

4) Hanya mikroba aerob yang dapat dihitung 5) Sulit untuk mengetahui adanya kontaminasi

6) Kurang praktis karena harus membuat media padat dahulu.

G. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu Jamu Antangin Jrg, Kapsul Diapet, Jamu Beras Kencur Gendong. Setelah dilakukan prosedur kerja yang sesuai didapatkan nilai rata-rata ALT masing masing yaitu 37 koloni/gram (Jamu Antangin JRG), 3 koloni/gram ( Kapsul diapet), dan 2368 koloni/gram (Jamu beras kencur gendong). Ketiganya memenuhi Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang terdapat dalam peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019.

2. Ada beberapa metode dalam menentukan angka kuman Metode Counting

Chamber,Metode Breed,Total plate count (ALT/Angka Lempeng Total),MPN (Most Probable Number),Turbiditas (kekeruhan), dan Pengukuran berat sel kering.

3. Cara untuk menghitung koloni sampel yaitu ALT = jumlah koloni × 1

𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

(18)

4. Parameter yang digunakan untuk menentukan keamanan sampel dan aturan yang menegakkan hal tersebut dipresentasikan dalam poin-poin parameter uji yaitu Organoleptis, Kadar air, Cemaran mikroba, Aflatoksin total, Cemaran logam berat, Keseragaman bobot, Waktu hancur, Volume terpindahkan, Penentuan kadar alkohol, dan/atau pH.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.R & Moss, M.O. (2008). Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry.

Cambridge.

Fatonah, A., Harjanti, D. W., & Wahyono, F. (2020). Evaluasi Produksi dan Kualitas Susu pada Sapi Mastitis. Jurnal Agripet, 20 (1), 22-31.

Khotimah, L. (2016). Analisis Cemaran Bakteri Coliform Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Es Batu Kristal Dan Es Balok Di Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2016 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Krisnamurti, G. C. (2017). Penghitungan Jumlah Sel Bakteri Dengan Metode Most Probable Number (Mpn). Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS II, 329-341.

Sundari, S., & Fadhliani. (2019). Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada Sediaan Kosmetik Lotion X di BBPOM Medan. Jurnal Biologica Samudra, 1(1), 25-33.

Widiadnyasari, D. A. (2020). Jumlah Angka Kuman Dan Identifikasi Bakteri

Escherichia Coli Pada Alat Makan Pedagang Bakso Di Kelurahan Kedonganan Kecamatan Kuta [KTI]. Denpasar: Poltekkes Denpasar.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Pengecatan sederhana dapat digunakan untuk melihat morfologi dan komposisi sel bakteri karena asam nukleat bakteri dan beberapa jenis komponen dinding sel

Perhitungan cawan sebar pada pengenceran 10 -4 dan 10 -5 serta pengenceran 10 -4 pada cawan tuang tidak bisa untuk dihitung (TBUD) karena jumlah bakteri yang terisolasi

Teteskan larutan Negrosin di atas gelas benda yang bersih, campurkan dengan sedikit bakteri dari biakan murni dengan jarum ose. Ratakan tetesan ini dengan gelas benda

Syarat untuk menghitung koloni pada cawan adalah cawan yang dipilih dapat dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 – 300 untuk bakteri dan 10-150 untuk jamur

Pada percobaan isolasi jamur, tidak ditemukan jamur yang tumbuh pada metode tuang dan metode

Pada agar tuang dilakukan pengenceran 1 mL suspensi bakteri ke dalam tiga tabung pengencer untuk dituang dengan metode agar tuang, sehingga akan diperoleh lempengan

Ukuran koloni yang sangat kecil dalam kasus ini mungkin mengindikasikan bahwa bakteri psikrofil tumbuh lebih lambat pada suhu rendah, atau bahwa kondisi di lingkungan tersebut kurang

Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negative sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan