Laporan Praktikum ke-9 Hari/Tanggal : Rabu/ 21 November 2012 m.k Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik Kelompok : IX
Asisten : Febrina Rolin
PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN
CAWAN
Disusun oleh: Nurul Wulandari
C14110048
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perairan merupakan suatu ekosistem yang banyak mengandung mikroba dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda beda. Jumlah koloni mikroba yang terdapat dalam suatu perairan pun beranekaragam jumlahnya. Bakteri merupakan organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah kelompok atau koloni paling banyak pada ekosistem perairan (Saraswati 2007).
Banyaknya bakteri yang terkandung dalam suatu perairan dapat menjadi indikator kualitas suatu perairan. Bakteri tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia suatu perairan. Bakteri perairan dapat diisolasi pada medium buatan. Jumlah bakteri yang dapat tumbuh dalam medium ditunjukkan dalam suatu bentuk koloni atau colony forming units (CFU) dari suatu sel bakteri.
Metode hitungan cawan diperlukan untuk menghitung suatu koloni bakteri, sehingga diketahui jumlah total bakteri yang terkandung dalam suatu perairan. Lingkungan perairan dapat dikatakan baik jika airnya tidak mengandung lebih dari jumlah bakteri normal yang dapat berada disuatu perairan. Jika bakteri terlalu berlebih di suatu lingkungan perairan, maka ekosistem organisme akuatik akan terinfeksi bakteri tersebut.
I.2 Tujuan
II. METODOLOGI
II.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 November 2012 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan lantai 2. Sementara pengamatan hasil praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 15 November 2012 pukul 09.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
II.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet serologis steril, bulb, vortex, batang penyebar, bunsen, tisu, cawan petri berisi media SWC agar, cawan petri steril, plastik wrap, dan korek api. Sedangkan bahan yang digunakan adalah media SWC cair, biakan bakteri 1UB, larutan fisiologis, alkohol 95%, dan alkohol 70%.
II.3 Prosedur Kerja
Metode pertama. Metode pertama yang dilakukan adalah metode cawan sebar.Tiga buah tabung reaksi yang telah berisi campuran biakan bakteri 1UB dan larutan fisiologis yang telah melalui tahap pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 disiapkan. Tabung reaksi di vortex terlebih dahulu sesaat sebelum dilakukan penyebaran. Sebanyak 0,05 ml sampel dari tabung pengencer 10-5, 10-6 dan 10-7 dipipet dengan mikropipet lalu masing-masing disebar pada media SWC dengan batang penyebar. Tahapan tersebut juga dilakukan untuk cawan petri 2 dan 3 yang diberi label pengenceran 10-5 dan 10-6.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Hasil pengamatan perhitungan bakteri dengan teknik cawan tuang dan cawan sebar adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil perhitungan bakteri dengan teknik cawan
Metode
Jumlah koloni
Keterangan Foto 10-4 10-5 10-6 Jumlahbakteri
(CFU/mL)
Sebar TBUD TBUD 58 1,16× 10CFU/mL9
Cawan dengan FP 10-5 dan 10-6
kontaminan
Total bakteri = 4 x 1
10−6 x 1
5×10−2 = 8 x 107 CFU/mL
Rata-rata total bakteri pada cawan sebar =
(
1,14x10 8)
perhitungan cawan tuang adalah 1,16 x 109 CFU/mL. Sedangkan total bakteri pada metode cawan sebar, pengenceran 106 berjumlah 8 x 107 CFU/mL dan pada pengenceran 105 berjumlah 1,14 x 108 CFU/mL. Rata- rata total bakteri pada sampel yang menggunakan perhitungan cawan sebar adalah 9,7 x 107 CFU/mL.III.2 Pembahasan
Menurut Yuwono (2008), pertumbuhan jasad renik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan metode langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan secara langsung dapat dilakukan dengan cara penghitungan jumlah sel menggunakan Petroff Hausser Bacteria Counter (Hemasitometer) atau dengan mengukur kepekatan (turbiditas) selnya menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat dihitung secara langsung jika jasad renik tersebut ditumbuhkan dalam media cair agar terhitung jumlah jasad renik yang mati maupun masih hidup.
Pertumbuhan juga dapat ditentukan secara tidak langsung dengan metode penuangan (platting) pada media padat. Jumlah sel pada metode penuangan ditentukan dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dalam media padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih hidup. Metode yang dipergunakan dalam menghitung bakteri kali ini adalah metode cawan sebar dan metode cawan tuang dengan pengenceran serial terlebih dahulu.
Metode penyebaran (Spread Plate Method) dilakukan dengan cara menyebarkan sampel yang telah diencerkan diatas permukaan pelat agar dalam cawan petri sedangkan metode penuangan (Pour Plate Method) merupakan metode penghitungan mikroba dengan mencampurkan sampel pada media agar cair (Harmita dan Maksum Radji 2008).
indikasi terkena kontaminannya tinggi. Sedangkan cawan tuang cenderung sulit dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna dengan adanya koloni yan bertumpuk.
Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri atau pengenceran serial dari sampel yang mengandung mikroorganisme. Koloni bakteri yang muncul akibat pertumbuhan mikroorganisme, diasumsikan berasal dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, jumlah bakteri pada sampel asal dapat ditentukan dengan menghitung jumlah koloni dan memperhitungkan faktor pengenceran. Berikut cara perhitungan bakteri dengan cawan sebar ataupun cawan tuang
(Hadioetomo dalam Sutanti 2009):
Kelemahan metode pengenceran adalah keselektifan hasil perhitungan yang kadang menjadi bias. Kondisi pertumbuhan kontaminan, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu dan pH sangat menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang ada (Harmita dan Maksum Radji 2008).
Bakteri yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bakteri Pseudoalteromonas sp.. Bakteri yang hidup pada ekosistem laut dalam seperti bakteri Pseudoalteromonas sp. ini bersifat psikrofil yaitu, dapat tumbuh pada suhu minimum 0-5oC, suhu optimum 5-15oC, dan suhu maksimum 15-20oC. Bakteri 1UB (Pseudoalteromonas sp.) merupakan salah satu dari tiga isolat bakteri prebiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi (Widanarni dkk 2008).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1Kesimpulan
Teknik pengenceran biakan serial bakteri dalam beberapa tahapan mengakibatkan bakteri tidak terdapat dalam jumlah banyak dan dapat dihitung koloni selnya. Pengenceran menunjukkan variasi jumlah bakteri mulai dari koloni sampel tidak dapat untuk dihitung (TBUD) dan ada pula bakteri yang tidak tumbuh dikarenakan kontaminan. Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan dengan melakukan metode cawan sebar dan metode cawan tuang.
IV.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, burhan. 2003. Memilih Produk Daging Sapi. PT.Gramedia : Jakarta.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Didalam : Sutanti. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik Vibrio SKT-b Melalui Artemia dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pasca larva udang windu [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Harmita dan Maksum Radji. 2008. Analisis Hayati. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Saraswati, Rasti, dkk. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian : Bogor.
Widanarni., dkk. 2008. Inhibitory Mechanism of Robiotic Bacteria on The
Growth of Vibrio harveyi in Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Larvae
dalam Jurnal Akuakultur Indonesia, Vol 7, No 2.